Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH RANCANGAN PROGRAM INOVASI PROSEDUR

DALAM MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH NORMAL

Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas Ujian Tengah Semester (UTS)


genap Mata Kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan

Dosen pengampu : Eva Supriatin, S.KP.,M.Kep

Disusun oleh:

1. Agistha Tazqiroh ( 221078)


2. Devi Audini ( 221086)
3. Dinda Sulystyawati (221087)
4. Gina Mustika (221090)
5. Intan Wulandari (221094)
6. Muhammad Syafiq (221101)
7. Syalman Arrosyid Nur N (221111)
8. Szalsabiela Faridah Akmal (221112)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKep PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ini.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya
makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik


dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Bandung, Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ....................................................................................... i


Daftar isi ............................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan............................................................................... 1
1.1 Latar belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 3
1.3 Manfaat .................................................................................... 3
1.4 Sistematika laporan .................................................................. 4

Bab II Tinjauan Teori.......................................................................... 5


2.1 Konsep suhu tubuh ................................................................. 5
2.1.1 Definisi suhu tubuh ....................................................... 5
2.1.2 Suhu tubuh normal ........................................................ 5
2.1.3 Proses kehilangan panas ................................................ 6
2.1.4 Alat pengukur suhu tubuh ............................................. 7
2.1.5 Lokasi pengukuran suhu tubuh ..................................... 9
2.2 Konsep demam ..................................................................... 10
2.2.1 Pengertian demam ...................................................... 10
2.2.2 Anatomi fisiologi .........................................................11
2.2.3 Etiologi demam ........................................................... 13
2.2.4 Patofisiologi ................................................................14
2.2.5 Manifestasi klinis demam .......................................... 14
2.2.6 Komplikasi demam .....................................................15
2.2.7 Pemeriksaan penunjang demam ................................. 15
2.2.8 Penatalaksanaan..........................................................16
2.3 Kompres Lidah Buaya .........................................................16
2.3.1 Kompres lidah buaya ..................................................16
2.3.2 Kandungan lidah buaya ................................................17
2.3.3 Kefektifitas pemberian kompres lidah buaya ............. 17

ii
2.3.4 Metode kompres lidah buaya .................................... 18
2.3.5 Resiko penggunaan .................................................... 19

Bab III Prototype............................................................................... 20


3.1 Deskripsi Project.................................................................... 20
3.2 Tujuan komponen project ...................................................... 21
3.3 Rencana Tindak lanjut project................................................ 21

Bab IV Pembahasan........................................................................... 23
4.1 Demam ................................................................................... 23
4.2 Lidah Buaya .......................................................................... 26

Bab V Penutup ................................................................................. 28


5.1 Kesimpulan ........................................................................... 28
5.2 Saran ..................................................................................... 28
Daftar pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Demam diartikan sebagai suatu proses tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh. Demam terjadi pada suhu >37,5°C, biasanya
disebabkan oleh infeksi, penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat –
obatan, demam juga dapat terjadi karena ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas tubuh untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh(As Seggaf et al., 2017).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di
seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap
tahunnya. Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat
sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam (Setyowati
dalam Wardiyah, 2016).
Di Indonesia, insiden demam masih tinggi bahkan menempati urutan
ketiga diantara negara-negara di dunia. Penyakit ini didapatkan sepanjang
tahun dengan angka kesakitan pertahun mencapai 157/100.000. Berdasarkan
riset kesehatan dasar yang dilakukan Depkes tahun 2017 ditemukan prevelensi
penderita demam sebesar 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap
tahunnya, banyaknya penderita demam di Indonesia lebih tinggi dibanding
angka kejadian febris di negara lain sekitar 80-90%, dari seluruh demam yang
dilaporkan merupakan demam sederhana. Angka kejadian tahun 2017 di
wilayah Jawa Tengah sekitar 2- 5% pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun
setiap bulan(As Seggaf et al., 2017).
Terdapat beberapa cara untuk menurunkan atau mengendalikan demam
pada anak yaitu dengan cara farmakologi (antipiretik) serta non farmakologi.
Beberapa orang tua bila mendapati suhu anaknya di atas normal langsung
memberikan obat antipiretik yang berbahan dasar kimia seperti golongan
paracetamol, asam silisat, ibu profen, dan lain-lain. Namun penggunaan
antipiretik memiiki efek samping yaitu spasme bronkus, peredaran saluran

1
cerna, penurunan fungsi ginjal serta menghalangi supresi respon antibody
serum (Andriani & Arisandi, 2012)
Kompres adalah terapi fisik yang bisa dilakukan dalam memanajemen
peningkatan suhu tersebut, WHO mengatakan kompres dapat dilakukan
sebelum diberikan obat antipireutik. Namun tidak semua demam dapat diobati
menggunakan air hangat, karena air hangat tidak cocok untuk anak yang
terkena dehidrasi berat, penurunan kesadaran, atau riwayat kejang demam
(Astuti, 2017).
Menurut Rajasekaran (2005 dalam Astuti 2017), kompres dengan lidah
buaya lebih efektif dalam mempercepat pengeluaran panas dari tubuh karena
terdapat kandungan senyawa saponin. Lidah buaya juga memiliki kandungan
lignin yang dapat menembus kedalam kulit, serta dapat mencegah hilangnya
cairan tubuh dari permukaan kulit (Astuti, 2017)
Lidah buaya merupakan obat tradisonal yang mudah didapatkan karena
banyak sekali kita jumpai di mana-mana terutama di pedagang tanaman hias
karena penampilannya yang cantik juga punya mafaat tersendiri sebagai obat
tradisional untuk menurunkan suhu pada anak yang panas. Lidah buaya
menggandung air sebanyak 95% yang berfungsi mengeluarkan panas dengan
kompres lidah buaya ini menggunakan prinsip konduksi. Melalui metode
tersebut, panas dari tubuh responden dapat pindah kedalam lidah buaya.
Konduksi terjadi antara suhu lidah buaya dengan jaringan sekitarnya termasuk
pembuluh darah yang melalui area tersebut dapat menurunkan suhu.
Kemudian darah akan mengalir kebagian tubuh lain dan proses konduksi
berlangsung sehingga setelah dilakukan kompres menggunakan lidah buaya
suhu tubuh akan menurun (As Seggaf et al., 2017).
Berdasarkan urain diatas, penulis tertarik untuk menerapkan atau
mengaplikasikan tindakan pada penderita demam dengan menggunakan
“Inovasi pemberian kompres lidah buaya untuk menurunkan suhu tubuh pada
pasien hipertermi”

1.2 Tujuan
a. Tujuan umum

2
Memberikan inovasi penggunaan lidah buaya pada pasien untuk
menurunkan suhu tubuh dan diharapkan mampu memahami dan
menerapkan inovasi pemberian kompres lidah buaya pada pasien
hipertermi.
b. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan tindakan menurunkan suhu tubuh dengan
menggunakan kompres lidah buaya .
2. Mampu mengaplikasikan lidah buaya sebagai pengganti terapi
farmakologi dalam proses menurunkan suhu tubuh.
3. Mampu mengevaluasi proses penurunan suhu tubuh setelah dilakukan
terapi dengan kompres lidah buaya

1.3 Manfaat
1. Bagi Penulis Penulis
Dapat mengaplikasikan teori-teori atau karya inovasi yang diperoleh di
pelayanan kesehatan dan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan demam.
2. Bagi Keluarga
Hasil penulisan ini dapat membantu anggota dalam menangani masalah
demam, informasi kepada keluarga tentang demam dan bagaimana proses
penanganan klien dengan demam dirumah dan mampu meningkatkan
pengetahuan dan serta menerapkan merawat dengan kasus demam
menggunakan inovasi pemberian kompres lidah buaya .
3. Bagi Masyarakat
Hasil Penulisanini dapat dijadikan sumber informasi dimasyarakat dan
mengetahui penanganan demam di rumah menggunakan kompres lidah
buaya pada anak dengan kategori demam sub febris (37,6 – 38,4°C), dan
dapat menerapkan tentang pengobatan tradisional dengan menggunakan
kompres lidah buaya untuk menurunkan suhu.
4. Bagi Profesi
Kesehatan Hasil karya ilmiah ini dapat sebagai pengetahuan dan masukan
dalam pengembangan ilmu keperawatan di masa yang akan datang pada

3
penyakit demam pada anak. dengan menggunakan kompres lidah buaya
yang banyak dijumpai di lingkungan masyarakat. Dan diharapkan sebagai
tambahan ilmu pengetahuan dalam pengobatan tradisional

1.4 Sistematika laporan

Penulisan karya tulis ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub
pembahasan dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

1. Bab pertama pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah,


rumusan masalah, dan tujuan serta manfaat dan sistematika laporan dalam
penulisan karya tulis ini.
2. Bab kedua menguraikan tentang landasan teori dan konsep-konsep yang
relevan dengan permasalahan yang dikaji dan mengemukakan pemecahan
masalah yang pernah dilakukan terkait masalah yang dikaji dalam
penulisan karya tulis ini.
3. Bab ketiga dalam karya tulis ini akan menyajikan tentang deskripsi project
kemudian tujuan komponen project serta rencana tindak lanjut project
4. Bab keempat menguraikan hasil kajian dari masalah yang akan dibahas.
Dalam bab ini juga dikemukakan pendapat atau ide gagasan yang sesuai
dengan rumusan masalah dan tujuan yang berlandaskan pada informasi
serta teori-teori yang ada.
5. Bab kelima adalah bagian akhir, yang berisi bab penutup dari penulisan
karya tulis ini, dalam bab disampikan kesimpulan dari karya yang ditulis
sekaligus dipergunakan guna menjawab permasalahan yang dibahas. Pada
bagian ini juga mengemukakan saran/rekomendasi yang sejalan dengan
gagasan/kebijakan yang

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Suhu Tubuh


2.1.1 Definisi Suhu Tubuh
Suhu adalah pengukuran keseimbangan antara panas yang
dihasilkan oleh tubuh dan panas yang hilang dari tubuh. Suhu tubuh
mencerminkan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas
dari tubuh yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat (Kozier
et al., 2011).
Suhu tubuh merupakan tanda atau suatu ukuran penting yang dapat
memberi petunjuk mengenai keadaan tubuh seseorang, Untuk
menentukan suhu tidak dapat menggunakan panca indera (perabaan
tangan), alat yang dapat digunakan untuk mengukur suhu tubuh
adalah termometer (Hidayat, 2011).
Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur dengan
menggunakan termometer. Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu,
yaitu suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu dari tubuh bagian
dalam dan besarnya selalu dipertahankan konstan, sekitar ± 1 F
̊ (± 0,6
̊C) dari hari ke hari, kecuali bila seseorang mengalami demam.
Sedangkan suhu kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun
sesuai dengan suhu lingkungan. Bila dibentuk panas yang berlebihan
di dalam tubuh, suhu kulit akan meningkat. Sebaliknya, apabila tubuh
mengalami kehilangan panas yang besar maka suhu kulit akan
menurun (Guyton & Hall, 2012).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh
ialah keadaan tubuh merasakan panas dan dingin yang mencerminkan
keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas.

2.1.2 Suhu Tubuh Normal

5
Suhu tubuh normal manusia dikenal sebagai normothermia adalah
sebuah konsep yang tergantung pada tempat di bagian tubuh mana
pengukuran dilakukan. Suhu tubuh normal dipengaruhi oleh lingkungan,
usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan suhu udara, tergantung pada tempat
di bagian tubuh mana pengukuran dilakukan, bagian tubuh yang berbeda
memiliki temperatur yang berbeda. Suhu tubuh akan lebih rendah 0,5°C
dari rata-rata pada pagi hari, dan meningkat pada sore hari. Oleh karena itu
tidak ada nilai mutlak suhu tubuh.
Bagian tubuh yang berbeda memiliki temperatur yang berbeda,
sama halnya dengan usia, untuk usia 6-15 tahun 36,7-37,2°C (Sodikin,
2012). Pemberian obat penurun panas diindikasikan untuk anak demam
dengan suhu 38°C, banyak orang tua memberikan obat penurun panas
untuk membuat anak merasa nyaman dan mengurangi kecemasan orang
tua (Hidayat 2011).
Ikatan Dokter Anak Indonesia menetapkan suhu tubuh normal
untuk bisa dilakukkan tindakan non farmakologi berkisar antara >37,2-
37,8°C. Pada demam tinggi 38°C dianjurkan langsung membawa ke
dokter atau rumah sakit karena dapat mengakibatkan alkalosis respiratorik,
asidosis metabolik, kerusakan hati, kelainan EKG, dan berkurangnya
aliran darah otak. Dampak lain yang dapat ditimbulkan jika demam tidak
ditangani dapat menyebabkan kerusakan otak, hiperpireksia yang akan
menyebabkan syok, epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan
belajar (IDAI, 2011).

2.1.3 Proses Kehilangan Panas


Pada Tubuh Menurut (Kozier et al., 2011) kehilangan panas pada
tubuh dapat terjadi dengan 4 cara yaitu :
1) Radiasi
Perpindahan panas dari permukaan salah satu benda ke
permukaan benda ke permukaan benda yang lain tanpa kontak
langsung antar kedua benda tersebut, sebagian besar dalam
bentuk sinar inframerah.

6
2) Konduksi
Proses perpindahan panas dari satu molekul ke molekul yang
lain yang suhunya lebih rendah. Perpindahan panas secara
konduksi tidak dapat terjadi tanpa adanya kontak langsung
antara molekul tersebut dan biasanya menyebabkan kehilangan
panas yang sangat sedikit, kecuali misalnya ketika tubuh
direndam dalam air yang dingin. Jumlah perpindahan panas
bergantung pada perbedaan suhu dan jumlah serta lama kontak
antara molekul.
3) Konveksi
Merupakan penyebaran panas melalui aliran udara. Tubuh
biasanya memiliki sedikit udara hangat di sekelilingnya. Udara
hangat ini naik dan diganti oleh udara yang lebih 24 dingin,
sehingga individu akan selalu kehilangan sedikit panas lewat
konveksi.
4) Evaporasi
Proses evaporasi kelembaban yang kontinu dari saluran
pernafasan, mukosa mulut, dan kulit. Kehilangan air yang
terusmenerus dan tidak terdeteksi ini disebut kehilangan air
yang tidak disadari (insensible water loss), dan kehilangan
panas yang terjadi bersamaan dengan proses itu disebut sebagai
kehilangan panas yang tidak disadari (insensible heat loss).
Ketika suhu tubuh meningkat, vaporasi menyebabkan
kehilangan panas yang lebih besar.

2.1.4 Alat Pengukur Suhu Tubuh


Menurut (Sodikin, 2012) menyatakan bahwa termometer sering
digunakan untuk mengukur suhu tubuh seseorang, termasuk anak. Jenis
termometer yang sering digunakan diantaranya termometer kaca atau
raksa, termometer digital.
1) Termometer air raksa-kaca

7
Termometer ini terdiri dari atas tabung gelas tertutup yang
berisi cairan air raksa atau merkuri. Di tepi ujung terlihat garis-
garis yang menunjukkan skala temperatur. Bila suhu
meningkat, air raksa dalam tabung sempit akan naik. Titik
dimana air raksa tersebut berhenti naik menunjukkan berapa
suhu pengguna saat itu (Sodikin, 2012).
2) Termometer infra merah (Infraced Sensing ear Thermometer)
Menurut (Sodikin, 2012) menyatakan termometer jenis ini
digunakan untuk mengukur radiasi termal dari aksila, saluran
telinga (membran timpani). Suhu tubuh hasil pengukuran akan
terlihat ±1 detik. Semakin panas suatu benda, maka molekul-
molekul yang ada didalamnya semakin aktif serta semakin
banyak inframerah yang dipancarkan.
3) Termometer temporal
Termometer ini termometer jenis menggunakan pemindai
infra merah untuk mengukur suhu dari arteri temporal yang ada
di dahi. Termometer ini merekam temperatur waktu ± 6 detik.
(Sodikin, 2012).
4) Termometer strip plastik (termograf)
Perubahan warna yang terjadi merupakan respon untuk
menunjukkan perubahan suhu. Cara penggunaan termometer
strip plastik adalah dengan menempatkan strip pada dahi
sampai terjadi perubahan warna, biasanya memerlukan waktu ±
15 detik beberapa strip dapat digunakan seperti termometer air
raksa oral. Meskipun penggunaanya mudah, tapi tingkat
keakuratannya agak rendah khususnya pada bayi dan anak kecil
(Sodikin, 2012).
5) Termometer Digital
Termometer digital prinsip kerjanya sama dengan
termometer yang lainnya yaitu pemuaian. Pada termometer
digital terdapat logam yang berfungsi sebagai sensor suhu ,
yang kemudian akan memuai dan pemuaian ini diartikan oleh

8
rangkaian elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka yang
tertera pada termometer digital. Cara kerja kedua jenis
termometer antara termometer klinik dengan menggunakan air
raksa dan termometer digital adalah sama. Keunggulan dari
termometer jenis ini adalah praktis, mudah dibaca dan hasil
pengukuran sangat cepat. (Sodikin, 2012).

2.1.5 Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh


Ada beberapa macam lokasi pengukuran suhu tubuh yaitu :
1) Pengukuran di aksila (ketiak)
Pengukuran suhu aksila (ketiak) merupakan pengukuran
suhu yang paling aman untuk memeriksa apakah anak
menderita demam. Keuntungan dari pemeriksaan suhu di aksila
ini aman dan mudah dilakukan bagi orang tua atau pengasuh,
nayamn bagi anak, dapat dilakukan pada semua usia termasuk
bayi baru lahir.
2) Pengukuran suhu di anus (rektal)
Perhatikan bahwa suhu rektal tidak boleh diukur jika anak
mengalami diare atau kurang dari 1 tahun. Keuntungan dari
pemeriksaan suhu di anus tidak dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Kerugiannya tidak nyaman bagi anak, kadang
menimbulkan keraguan bagi orang tua atau pengasuh untuk
melakukannya, khawatir akan menyakiti anak, hasil
pengukuran tergantung seberapa dalam thermometer
dimasukkan ke dalam anus (Fransisca Handy, 2016).
3) Pengukuran di telinga
Menurut (Sodikin, 2012) mengemukakan secara teori
membran timpani merupakan tempat untuk pengukuran suhu
inti, hal ini karena adanya arteri yang berhubungan dengan
pusat termoregulasi. Termometer membran timpani yang
dikembangkan saat ini menggunakan metode infared
radiationemitted detectors (IRED). Walaupun dari segi

9
kenyamanan cukup baik, pengukuran suhu membran timpani
sehingga saat ini jarang dipergunakan karena variasi nilai suhu
yang berkorelasi dengan suhu oral atau rektal cukup besar.
Pengukuran suhu tubuh dengan lokasi membran timpani
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :
 Tempat mudah dicapai.
 Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal.
 Waktu pengukuran cepat hanya 2-5 detik.
 Dapat dilakukan tanpa membangunkan klien.

Kekurangan

 Alat bantu dengar harus dikeluarkan terlebih dahulu


sebelum dilakukan pengukuran.
 Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami
bedah telinga (membran timpani).
 Impaksi serumen dan otitis media dapat
mengganggu pengukuran suhu. Ke akuratan pada
bayi baru lahir dan anak-anak masih diragukan.
2.2 Konsep Demam
2.2.1 Pengertian Demam
Demam merupakan kejadian dimana suhu tubuh diatas normal
yang diakibatkan dari pusat pengatur suhu hipotalamus. Bila keadaan
suhu tubuh meningkat dan tidak teratur, karena ketidakseimbangan
antara produksi dan pembatasan panas disebut dengan hipertermia.
Demam juga diartikan meningkatkannya temperatur suhu tubuh
secara abnormal. Demam merupakan respon tubuh terhadap infeksi,
dimana infeksi adalah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh
berupa virus, bakteri, parasite, dan jamur.
Bisa disimpulkan bahwa demam merupakan kejadian dimana suhu
di atas batas normal yang dikarenakan pusat pengatur suhu, namun
tidak hanya itu penyebab demam yaitu demam bisa disebabkan karena

10
respon virus, bakteri, jamur, dan parasit. Anak bisa dikatakan demam
jika suhu anak tersebut temperatur rektal diatas 38‟C, aksila diatas
37‟C, dan di atas 38‟C pada pengukuran membrane timpani (Ismet &
Achmad, 2017).
Demam juga bisa digunakan untuk menentukan penyakit infeksi,
berikut merupakan pola demam pada beberapa penyakit :
 Demam Kontinyu
Diteruskan pada penyakit pneumonia tipe lobar,
infeksi oleh kuman gram positif, riketsia, demam tifoid,
gangguan system saraf pusat, tularemia, serta malaria.
 Demam Intermiten
Demam ini ditemukan dengan variasi diurnal lebih
dari 1‟C kadang mencapai suhu terendah hingga suhu
normal. Jenis demam merupakan tanda dari penyakit
endocarditis bakterialis, malaria, bruselosis.
 Demam Remiten
Demam ini menjadi gejala pada berbagai jenis
penyakit infeksi seperti demam tifoid tipe awal, dan
berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus.
 Demam Intermiten Hepatic (Demam Charcot)
Demam ini terjadi dengan episode sporradis serta
ada penurun suhu jelas dan demam akan muncul kembali.
Demam ini terjadi pada penderita kolangitis, yang biasanya
menyertai keadaan kolestiasis, ikterik leukositosis serta
terdapat tandatanda toksik atau racun.
 DemamPel- Ebstein
Demam dimana terdapat periode demam setiap
minggu ataupun lebih lama serta periode afebril yang
durasinya sama dan disertai berulangnya siklus. Biasanya
terjadi pada penderita hodgkin, bruselosis dari tipe brucella
melitensi.

11
2.2.2 Anatomi fisiologi

Hipotamus adalah bagian terbesar dari otak yang terletak pada


bagian ventral dari talamus. Di atas kelenjar hipofisis, dan membentuk
dasar dari dinding lateral ventrikel III. Pada hipotalamus mempunyai
beberapa nucleus, di setiap nukleus memiliki fungsi masing-masing
dalam mengatur fungsi internal tubuh. Salah satu fungsi tersebut yaitu
mengatur keseimbangan tubuh. Pada permukaan basal otak
hipotalamus ditandai dengan struktur kahisma optikum, tubersinerium,
dan korporamamilaria.
Efek stimulus hipotalamus pada system saraf mendapatkan respon
otonom dengan berbagai aktivitas otak. Efek jalur saraf ini dihantarkan
lewat serat-serat difus yang disalurkan melalui susunan vibra
periventrikelaris vibra hipotalamus dan fasikulus. Pusat pengaturan
suhu tubuh berada di hipotalamus yang merupakan sekelompok
termostat.
Pada termostat hipotalamus mempunyai titik kontrol yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh yaitu termoreseptor

12
perifer, terdapat pada permukaan kulit, memeriksa perubahan suhu
kulit dan membran mukosa tertentu dan mentransfer informasi tersebut
ke hipotalamus.

2.2.3 Etiologi Demam


Secara garis besar, ada dua kategori demam yang sering kali
diderita oleh anak balita (dan manusia pada umumnya) yaitu demam
noninfeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2016).
a. Demam noninfeksi
Demam noninfeksi adalah demam yang bukan disebabkan
oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam non-
infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa
sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-
infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan
degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena
stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya
penyakitpenyakit berat misalnya leukimia dan kanker darah
(Widjaja, 2016).
b. Demam infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh
masukan patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau
binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus
dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara,
misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh.
Imunisasi juga merupakan penyebab demam infeksi karena saat
melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan sengaja
memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan ke
dalam tubuh balita dengan tujuan membuat balita menjadi kebal
terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan infeksi dan akhirnya menyebabkan demam pada
anak antara lain yaitu tetanus, mumps atau parotitis epidemik, 12

13
morbili atau measles atau rubella, demam berdarah, TBC, tifus
dan radang paru-paru (Widjaja, 2016).
Demam disebabkan karena berbagai penyakit yaitu infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis,
pneumonia, pharyngitis, adses gigi, gingivostomatitis,
gastroentriris, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis,
reaksi imun, neoplasma, dan osteomyelitis.

2.2.4 Patofisiologi
Dimulainya demam saat timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen
atau terjadi berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan
mekanisme pertahanan hospes, saat mekanisme berlangsung bakteri
atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta
limfosit pembunuh yang mempunyai granula dalam ukuran besar.
Semua sel ini akan mengolah hasil mempunyai granula dalam
ukuran besar. Semua sel ini akan mengolah hasil pemecahan bakteri
serta akan melepaskan zat interleukin-1 masuk dalam cairan tubuh (zat
pirogen leukosit/priogen endogen). Ketika interleukin-1 sampai
hipotalamus yang berfungsi sebagai tesmotar dan mengarahkan tubuh
dalam menyimpan panas maka akan terjadi.
Demam dengan cara meningkatkan suhu tubuh dalam waktu 8-10
menit. Interleukin-1 juga mempunyai kemampuan untuk menginduksi
pembentukan prostaglandin (terutama prostaglandin E2) atau zat yang
mempunyai kesamaan dengan zat ini, lalu bekerja pada bagian
hipotalamus untuk membangkitkan demam.

2.2.5 Manisfestasi Klinis Demam


Terdapat beberapa manisfestasi klinis pada demam atau tanda-
tanda terjadinya demam yaitu suhu 38‟C – 40‟C, Mengigil,
berkeringat, gelisah, nafsu makan menurun, nadi dan pernafasan cepat,
dan petechiae.

14
Terdapat 3 fase saat terjadinya demam, yaitu fase awal, proses, dan
pemulihan. Dimana setiap fase memiliki beberapa tandatanda klinis,
seperti :
1) Fase Awal (dingin atau menggigil)
Pada fase ini akan terdapat beberapa tanda-tanda klinis
yaitu: Peningkatan denyut jantung, Peningkatan laju dan
kedalaman pernafasan. Menggigil karena tengangan dan kontraksi
otot, Pucat dan dingin karena vasokontriksi, Merasakan sensasi
dingin, Sianosis, dan Keringat berlebihan, Peningkatan suhu tubuh.
2) Fase Proses (proses demam)
Saat terjadinya demam maka akan disertai dengan: Proses
menggigil menghilang, kulit jadi teraba hangat, merasa tidak panas
namun merasa dingin, meningkatnya nadi dan laju pernafasan, rasa
haus menjadi meningkat, mengalami dehidrasi ringan hingga berat,
sering mengantuk, nafsu makan menurun, lemah, letih serta nyeri
ringan pada otot.
3) Fase Pemulihan
Pada saat ditahap pemulihan muncul tanda-tanda seperti
berikut: Kulit nampak merah dan hangat, berkeringat karena kulit
hangat, menggigil namun ringan, kemungkinan mengalami
dehidrasi.

2.2.6 Komplikasi Demam


Komplikasi demam:
1. Dehidrasi, kekurangan cairan tubuh
Ubun-ubun cekung, kencingnya sedikit dan jarang (>6 jam),
punggung tangan jika dicubit, kulitnya lambat kembali.
2. Kejang Demam
Jarang terjadi. Kalaupun terjadi umumnya pada anak usia antara 6
bulan – 3 tahun khususnya pada temperatur rektal >40’C. Kejang
demam berlangsung sekejap dan tidak menyebabkan kerusakan
otak.

15
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Pada Demam
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status
generalis danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber
infeksi. Pemerksaan status generalis tidak dapat diabaikan karena
menentukan apakah pasientertolong tokis atau tidak toksis. Skala
penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi terhadap orang
tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi.
Pemeriksaan awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau
feses, pengembalian cairan, Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan
feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung jenis leokosit.

2.2.8 Penatalaksaan
1. Farmakologi
Pada keadaan hipepireksia (demam ≥ 41 °C ) jelas
diperlukan penggunaan obat –obatan antipiretik. Ibuprofen
mungkin aman bagi anak – anak dengan kemungkinan penurunan
suhu yang lebih besar dan lama kerja yang serupa dengan kerja
asetaminofin ( Isselbacher. 1999 ). Selai itu paracetamol dapat
diberikan dengan dosis yang tepat dan aman.
2. Penatalaksaan Nonfarmakologi
Menurut (nuranif, 2015). Tindakan non farmakologi terhadap
penurunan demam yang dapat dilakukan:
a. Memberikan minum yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan yang bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres

2.3 Kompres Lidah Buaya


2.3.1 Kompres Lidah Buaya
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau

16
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres merupakan
tindakan alternative selain dengan mengonsumsi obat-obatan.
Lidah buaya mengandung air sebanyak 95%. Adanya kandungan
air yang besar dalam lidah buaya dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan panas dari tubuh
dan mentransfer panas tersebut ke molekul air kemudian menurunkan
suhu tubuh. Penurunan suhu demam dapat terjadi karena air memiliki
kapasitas panas penguapan yang cukup besar yaitu sekitar 0,6
kilokalori per gram (Fajariyah, 2016).
Pemberian kompres dengan cara lain untuk mengurangi suhu tubuh
karena infeksi (hipertermi) adalah dengan menggunakan Lidah buaya .
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa dengan pemberian kompres
lidah buaya (lidah buaya) dapat berpengaruh yang signifikan untuk
mengurangi suhu tubuh pada penderita demam (As Assegaf, 2017).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kompres
lidah buaya adalah kompres yang menggunakan tumbuhan lidah
buaya yang didalamnya terkandung air 95%. Banyaknya kandungan
air dalam lidah buaya ini dapat memberikan efek dingin pada saat
bersentuhan dengan kulit.

2.3.2 Kandungan Lidah Buaya


a. Saponin
Bermanfaat untuk penurunan suhu tubuh. Saponin bekerja
untuk memvasodilatasi kulit sehingga akan mempercepat kerja
lignin. Saponin bekerja melebarkan pembuluh darah dapat
mempercepat pengeluaran panas (As Aseggaf, 2017).
b. Lignin
Lignin memiliki kemampuan penyerapan tinggi dalam
menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke pori lignin
yang memiliki kemampuan penyerapan tinggi dalam
menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke pori (As
Seggaf, 2017).

17
2.3.3 Keefektifitas Pemberian Kompres Lidah buaya
Lidah buaya yang sering disebut dengan tanaman hias merupakan
contoh perpindahan pans dengan metode konduksi. Maka dari itu
alovera bisa digunakan untuk menurunkan panas atau suhu tubuh pada
anak karena lidah buaya memiliki kandungan 95% didalam lidah
buaya adalah air yang berfungsi menurunkan suhu tubuh anak dengan
kompres lidah buaya ini menggunakan prinsip konduksi.
Melalui metode tersebut, panas dari tubuh responden dapat pindah
kedalam lidah buaya . Konduksi terjadi antara suhu lidah buaya
dengan jaringan sekitarnya termasuk pembuluh darah melalui area
tersebut dapat menurunkan suhu tubuh. Kemudian darah tersebut akan
mengalir kebagian tubuh lain proses konduksi berlangsung sehingga
setelah dilakukan kompres menggunakan lidah buaya suhu tubuh akan
terjadi penurunan mencapai angka normal (As Seggaf et al., 2017).
Pengompresan menggunakan lidah buaya diaplikasikan pada anak
usia 3-6 tahun. Anak yang berumur 3-6 tahun dimana regulasi suhu
tubuh stabil sampai mencapai pubertas sehingga anak mudah untuk
mengalami demam. Penggunaan kompres lidah buaya jangan diberikan
kepada anak yang masih bayi karena kulit bayi yang masih sensitife
bisa terjadi gatal karena lender yang ada di lidah buaya itu sendiri.
Biasanya anak yang diberikan kompres lidah buaya yaitu anak yang
terkena demam infeksi dan non infeksi yang memerlukan penurunan
suhu tubuh, maka pengompresan lidah buaya akan mempengaruhi
proses penurunan suhu tubuh. Frekuensi pencapaian suhu normal
berdasarkan waktu yaitu 15 menit sebanyak 0,133‟C setelah diberikan
kompres lidah buaya .

2.2.4 Metode Kompres Lidah buaya


Lidah buaya dipotong dengan ukuran 5x15 cm, dan kemudian
dicuci dengan air mengalir dan sedikit tambahan garam untuk
menghilangkan lendir yang ada pada lidah buaya tersebut. Pemberian

18
kompres dilakukan selama 15 menit dan dilakukan pengukuran suhu
pada sebelum dan setelah pemberian kompres lidah buaya
menggunakan termometer digital yang diletakan pada area axila (As
Seggaf, 2017).

2.2.5 Resiko Penggunaan


Resiko dari penggunaan kompres lidah buaya jika terlalu sering
diberikan kompres lidah buaya maka menimbulkan iritasi pada kulit
dengan munculnya kemerahan dan gatal pada kulit anak sehingga
mereka akhirnya mengalami rewel. Lidah buaya yang dicuci dengan
menggunakan air garam mencegah iritasi pada anak karena lidah
buaya yang banyak lender yang menyebabkan rasa tidak nyaman bagi
anak yang mengalami demam karena karena lender yang banyak, maka
yang tepat untuk memberikan kompres lidah buaya yaitu maksimal 2
kali dalam satu hari dengan selang waktu 18 jam dan pada saat mulai
tertidur sehingga anak tidak rewel serta mudah untuk mengaplikasikan
potongan lidah buaya pada anak.

19
BAB III
PROTOTYPE

3.1 Deskripsi Project


Berdasarkan analisis terhadap 15 artikel yang dilakukan oleh
(Burhan et al., 2020) didapatkan hasil intervensi yang
digunakan dalam penanganan demam sebanyak 9 artikel
menggunakan intervensi kompres hangat, 1 kompres cuka, 2 kompres
plester, 2 kompres bawang merah dan 1 kompres Lidah buaya .
Hal ini menunjukkan bahwa penetalaksanaan demam pada anak
secara umum yaitu dengan pemberian kompres hangat sebagai
pendamping dari tindakan farmakologi. Kompres air hangat tidak
cocok dengan anak demam yang disertai dehidrasi parah, kehilangan
kesadaran atau riwayat kejang demam.
Kompres tidak harus selalu menggunkan kompres hangat atau
dingin, namun dapat juga menggunakan kompres Lidah buaya
(Aseng, 2015) dalam (Purnomo etal., 2019). Lidah buaya terbukti
memiliki efek sebagai antipiretik, kompres. Lidah buaya berpengaruh
dalam menurunkan suhu tubuh anak usia sekolah dengan demam
(Fajariyah, 2016). Kompres lidah buaya memiliki banyak
keunggulan diantaranya lidah buaya mudah ditemukan, tidak banyak
menimbulkan efek samping, tidak menimbulkan ekstravasasi pada
pembuluh darah karena tidak memiliki elektrolit dalam konsentrasi
tinggi (Zheng et al, 2014) dalam (Sitorus & Elok, 2019).
Pada penelitian ini dapat dibuktikan bahwa kompres Lidah buaya
lebih cepat dalam menurunkan subu tubuh anak dengan demam.
Pada penelitian tersebut didapatkan pula hasil bahwa penurunan
suhu tubuh pada kompres lidah buaya lebih tinggi dibandingkan
penurunan suhu tubuh dengan terapi kompres air hangat.
penurunan suhu tubuh setelah 20 menit penerapan kompres lidah

20
buaya yaitu sabanyak 1,435 sedangkan pada pasien dengan
penerapan kompres air hangat hanya 1,085. Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompres Lidah buaya lebih
efektif dibandingkan kompres air hangat.
Berdasarkan studi literatur diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan tindakan non farmakolgi tentang Penerapan kompres
Lidah Buaya terhadap penurunan suhu tubuh pada anak dengan
demam.

3.2 Tujuan komponen project


Tujuan project ini yaitu untuk menjadi salah satu referensi
intervensi keperawatan dan memberikan informasi kepada perawat
bahwa kompres lidah buaya efektif dalam menurunkan suhu tubuh
pada anak dengan demam. Selain itu memberikan rekomendasi kepada
keluarga untuk menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam dan
Memberikan rekomendasi kepada rumah sakit untuk menurunkan suhu
tubuh pada anak dengan demam.

3.3 Rencana Tindak lanjut project


Tindak lanjut dalam penelitian ini adalah metode kompres lidah
buaya. Rancangan metode yang dibuat untuk menurunkan suhu tubuh
dengan menggunakan metode kompres lidah buaya dapat
diperkenalkan kepada tenaga kesehatan lainnya agar dapat diterapkan
dalam melaksanakan intervensi keperawatan karena adanya metode ini
bisa mempermudah dan salah satu jalan efektif bagi orang tua untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak.
Pada metode kompres lidah buaya bisa menjadi alternatif dan bisa
dilakukan secara sendiri karena dilakukan dengan menggunakan Lidah
buaya dipotong dengan ukuran 5x15 cm, dan kemudian dicuci dengan
air mengalir dan sedikit tambahan garam untuk menghilangkan lendir
yang ada pada lidah buaya tersebut. Pemberian kompres dilakukan
selama 15 menit dan dilakukan pengukuran suhu pada sebelum dan

21
setelah pemberian kompres lidah buaya menggunakan termometer
digital yang diletakan pada area axila
Pada metode kompres lidah buaya ini akan lebih cepat menurunkan
panas dibandingkan dengan kompres hangat ataupun dingin. Dan lidah
buaya bisa didapatkan secara mudah.

22
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Demam
Pada individu istirahat tanpa baju yang dipapar terhadap panas
(suhu ruang di atas 28°C), atau selama melakukan kerja otot, panas tubuh
cenderung meningkat. Terjadi vasodilatasi kulit, arus balik darah
berlangsung melalui vena superfisial dan konduktans jaringan meningkat.
Dalam zone nyaman arus darah kulit berkisar sekitar 5% dari volume
semenit jantung. Sedangkan dalam keadaan panas hebat dapat meningkat
sampai 20% atau lebih dan dapat meningkatkan suhu kulit. Bila suhu
lingkungan sekitarnya lebih rendah dari suhu kulit, maka pengeluaran
panas melalui konveksi dan radiasi akan meningkat. Bila beban panas
cukup besar maka kelenjar keringat akan diaktifkan dan keringat yang
keluar dievaporasi sehingga suhu kulit menurun.
Panas tubuh diperoleh dari lingkungan dan dihasilkan melalui
metabolisme, kelebihan muatan panas ini harus dikeluarkan untuk
menjaga suhu inti badan sekitar 37°C, sehingga proses ini disebut
termoregulasi. Respon termoregulasi refleks dan semirefleks yang
diintegrasikan di dalam otak tersebut mencakup perubahan otonom,
endokrin dan perilaku. Suatu peningkatan dalam suhu darah kurang dari
10°C mengaktivasi reseptor-reseptor panas di hipotalamus dan perifer
yang memberi sinyal pada pusat termoregulator hipotalamus. Hipotalamus
sendiri sering dipandang sebagai penyeimbang dan pengontrol suhu tubuh,
dan juga memprakarsai terjadinya respon menggigil serta penyempitan
maupun pelebaran pembuluh darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
suhu tubuh manusia dalam aspek klinik:
1. Menggigil

23
Pada dasarnya temperatur darah manusia sekarang lebih rendah
daripada pusat pengaturan temperatur hipotalamus yang terjadi akibat
reaksi umum yang dapat menyebabkan kenaikan temperatur tubuh.
Selama periode ini orang akan menggigil dan merasa sangat
kedinginan, walaupun temperatur tubuhnya mungkin telah di atas
normal. Akibatnya kulit menjadi dingin karena terjadi vasokonstriksi,
sehingga orang tersebut gemetaran dan proses ini berlangsung terus
menerus sampai pada tingkat menggigil dan berlanjut sampai
temperature tubuh mencapai pengaturan hipotalamus 103°F.
Mengingat yang dipakai di Indonesia adalah derajat Celcius maka
derajat Faren-heit akan dikonversi menjadi derajat Celcius dengan
persamaan sebagai berikut: {5/9}x (°F-32) maka didapatkan 39°C.
2. Demam
Demam adalah temperatur tubuh di atas normal (>37,1°C),
dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh
bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu
tubuh. Demam juga didefinisikan sebagai keadaan dimana
seorang individu mengalami atau beresiko terhadap terjadinya
kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 100°F
(37,8°C) per oral atau 101°F (38,8°C) per rektal karena faktor
eksternal, yang meliputi respon terhadap pirogen (toksin,
imunologi, atau agen infeksi). Penyebab demam meliputi
penyakit bakteri, tumor otak, dan keadaan lingkungan yang dapat
berakhir dengan serangan panas.

Patogenesis demam terjadi karena toksin dari bakteri misalnya


endotoksin bekerja pada monosit, makrofag, dan sel-sel kupffer
menghasilkan berbagai macam sitokin yang bekerja sebagai pirogen
endogen. Sitokin juga dihasilkan oleh sel-sel susunan saraf pusat dan apabila
terjadi rangsangan oleh infeksi, maka sitokin tersebut bekerja secara
langsung pada pusat-pusat pengatur suhu tubuh. Suhu tubuh yang sangat
tinggi adalah berbahaya. Apabila suhu per rektal melebihi 41°C dalam
jangka waktu yang lama maka akan terjadi kerusakan otak permanen, dan

24
jika suhu tersebut melebihi 43°C maka akan timbul heat stroke dan sering
mematikan. Klasifikasi demam menjadi tiga, yaitu: demam ringan, demam
karena sengatan matahari, demam maligna, dan sindrom neuroleptik
maligna. Demam yang terpenting karena sengatan matahari dan demam
maligna dimana temperature dapat meningkat di atas 40,5°C, dan keluhan
permulaan dapat berupa pusing, mual, dan muntah.

Perubahan kondisi dari sehat menjadi sakit menyebabkan reaksi


peningkatan suhu tubuh yang disebut demam (Behrman & Jenson, 2007)
dalam (Astuti et al,2017). Demam terjadi karena ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh (Potter & Perry 2011)
dalam (Fajariyah et al,2016). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
demam memicu peningkatan leukosit dan fungsi interferon yang membantu
leukosit melawan mikroorganisme (Sherwood, 2015) dalam (Astutiet al,
2017). Demam umumnya tidak berbahaya, namun jika dibiarkan demam
yang tinggi dapat menyebabakan dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan
saraf dan kejang demam (Soedibyo, 2016) dalam (Astuti et al, 2017).

Sampai saat ini ada dua jenis tindakan yang digunakan untuk
menurunkan demam pada anak, yaitu menggunakan terapi non farmakologi
dan terapi farmakologi (Sumarno, 2010) dalam ( Purnomo et al, 2019).
Tindakan farmakologis yaitu tindakan pemberian obat sebagai penurun
demam atau yang sering disebut dengan antipiretik. Berbeda dengan
makanan ataupun suplemen, penggunaan obat memerlukan kehati-hatian
yang lebih besar. Obat sering dianggap cara yang lebih praktis dan efektif,
akan tetapi ketepatan dalam penggunaan obat menjadi syarat wajib karena
kesalahan penggunaannya dapat mengakibatkan berbagai efek yang justru
dapat membahayakan ( Widodo, 2010 ) dalam ( Fajariyah et al,2016 ). Obat
penurun demam atau antipiretik hanya dianjurkan digunakan jika dengan
cara terapi non farmakologi demam tidak dapat diatasi (Fajariyah et
al,2016).

25
Penangan demam secara non farmakologi dapat dilakukan secara
mandiri oleh keluarga melalui pemberian kompres hangat ( Nurarif, 2015 )
dalam ( Siagianet al,2020 ). Namun tidak semua demam bisa ditangani
dengan melakukan kompres hangat. Kompres hangat dapat dilakukan untuk
demam intermiten, demam intermitan bisa turun menjadi normal dalam satu
hari dan dapat terjadi pada hari pertama. Kompres hangat tidak cocok untuk
diterapkan pada anak demam yang disertai dehidrasi parah, kehilangan
kesadaran atau riwayat kejang demam. Penerapan kompres hangat yang
berlebihan akan mengakibatkan kemerahan dan perlu untuk dilakukan
secara berulang ulang karena air hangat akan menguap selama 2-3 menit.
Selain itu media yang digunakan berupa cairan yaitu air hangat yang akan
menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan. Oleh karena itu diperlukan alternative lain dalam
menurunkan demam berupa kompres menggunakan Aloe vera.

4.2 Lidah Buaya


Pemberian terapi Aloe Vera dipilih dikarenakan Aloe Vera
mengandung 95% kadar air sehingga dapat menghindari terjadinya reaksi
alergi pada kulit ( Jantika & Saptoningsih, 2009) dalam (Barus & Enda,
2020). Kandungan air yang banyak memberikan efek dingin pada saat
bersentuhan dengan kulit. Kandungan air yang melimpah ini yang
dimanfaatkan untuk menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan
panas dari tubuh dan mentransfer panas tersebut ke molekul-molekul air
kemudian menurunkan suhu. Pemberian kompres ini juga akan
menyebabkan vasodilatasi pada tubuh. Vasodilatasi inilah yang
menyebabkan pelepasan panas dari dalam tubuh melalui kulit sehingga
suhu tubuh akan turun (Fatkularini, 2014) dalam (Purnomo et al., 2019).
Kompres dengan menggunakan Aloe Vera akan lebih efektif dalam
mempercepat pengeluaran panas dari tubuh karena terdapat kandungan
senyawa Saponin. Aloe Vera juga memiliki kandungan Lignin yang dapat
menembus kedalam kulit, serta dapat mencegah hilangnya cairan tubuh
dari permukaan kulit (Astutiet al., 2017). Kandungan Lignin di dalam gel
mampu melindungi kulit dari dehidrasi dan menjaga kelembabannya.

26
Aloe Vera mengandung Saponin yang berfungsi di dalam tubuh manusia
sebagai agen hipokolesterolomik, imunostimulator, dan antikasinogenik.
Kandungan antikoarsinigenik dan Saponin dapat memiliki efek
antioksidan dan sitotoksik pada sel kanker. Selain itu saponin dan lignin
akan memberikan efek relaksan sehingga mengirimkan sinyal ke
hipotalamus posterior. Fungsi dari hipotalamus posterior adalah untuk
mengurangi produksi panas. Sedangkan pada kompres hangat akan
membuat hipotalamus anterior memberikan sinyal untul proses
vasodilatasi. Kedua intervensi sama sama memberikan sinyal hipotalamus
untuk proses vasodilatasi tetapi penurunan suhu tubuh melalui hipotalamus
posterior memberikan hasil yang lebih maksimal dibandingkan
hipotalamus anterior (Surjushe, et al 2008) dalam (Astuti et al, 2017).
Mekanisme pengeluaran panas tubuh dengan menggunakan kompres
Aloe vera terjadi secara konduksi. Pada saat dilakukan kompres Aloe vera,
panas tubuh akan ditransimisikan ke luar tubuh melalui pembuluh darah
menuju Aloe vera sehingga terjadi penurunan suhu tubuh bagian yang
dikompres hingga ke seluruh tubuh. (Siagian et al,2020). Selain dapat
digunakan pada anak demam yang disertai dehidrasi, cairan lidah buaya
memiliki keasaman (pH) yang netral mirip dengan pH kulit manusia. Hal
ini dapat menghindari terjadinya alergi kulit bagi pemakaianya
(Furnawanthi, 2008) dalam (Fajariyah et al, 2016).

27
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Suhu tubuh didefinisikan sebagai salah satu tanda vital yang


menggambarkan status kesehatan seseorang. Energi panas dihasilkan di dalam
tubuh kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah,
namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata. Sistem termoregulator tubuh
harus dapat mencapai dua gradien suhu yang sesuai, yaitu: a) antara suhu inti
dengan suhu permukaan, b) antara suhu permukaan dengan suhu lingkungan.
Dari keduanya, gradien suhu inti dengan suhu permukaan adalah yang
terpenting untuk kelangsungan fungsi tubuh yang optimal. Demam adalah
temperatur tubuh di atas normal (>37,1°C), dapat disebabkan oleh kelainan di
dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu tubuh. Demam terjadi karena ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Pada pasien anak dengan demam,
intervensi kompres Aloe vera terbukti efektif dalam menurunkan suhu tubuh.
Hal ini karena terjadi proses konduksi dari tubuh menuju Aloe vera sehingga
terjadi penurunan suhu tubuh.

5.2 Saran
1. Bagi profesi kesehatan
Bagi profesi kesehatan menerapkan aplikasi pemberian kompres lidah
buaya sebagai pertolongan pertama untuk menangani kasus demam.
2. Saran untuk masyarakat

28
Masyarakat dapat menerapkan pengobatan tradisional menggunakan
kompres lidah buaya karena memiliki efek samping yang tidak berbahaya.
3. Saran untuk keluarga
Menerapkan kompres lidah buaya untuk manangani demam karena mudah
untuk lakukan serta meningkatkan pengetahuan penanganan demam.
4. Saran untuk penulis
Lebih mendalami permasalahan yang terjadi dan menambah referensi
terkait dengan pembahasan untuk menurunkan demam selain
menggunakan kompres aloevera.

29
Daftar Pustaka

Anggun Julia Syafitri. (2021).Studi Pustaka: Penerapan Kompres Aloe Vera Untuk
Menurunkan Suhu Tubuh Pada Anak dengan Demam().POLITEKNIK KEMENKES
SEMARANG:Podi Profesi Ners

Zulfarina alvi. (2019). Studi Pustaka : Inovasi Pemberian Kompres Aloevera Untuk

Menurunkan Suhu Pada Anak Hipertermi Di Wilayah Kota Magelang. Universitas


muhammadiyah magelang. Prodi D3 Keperawatan

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/3/3.%20BAB%201.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7482/3/BAB%20II%20Tinjuan
%20Pustaka.pdf
http://repository.ump.ac.id/10169/3/Khulfi%20Mawadah%20Warohmah%20Wati
%20BAB%20II.pdf

30

Anda mungkin juga menyukai