Anda di halaman 1dari 4

SAATNYA

ORANGTUA BICARA
TENTANG
PENDIDIKAN SEKS
 UNTUK ANAK-ANAKNYA
Oleh: Christiana Diah Astiwi Leimena

      Seks edukasi atau pendidikan seks untuk anak- anak dan


remaja saat ini menjadi hal yang penting untuk dapat
dilaksanakan dimulai dari keluarga. Pendidikan dan informasi
yang benar mengenai seks merupakan dasar bagi anak-anak
dan remaja untuk dapat berperilaku dan bertindak benar dalam
mengambil keputusan terkait perilaku seksual dalam hidupnya.
Pendidikan seks yang benar dan menarik untuk disampaikan
menjadi tugas rumah yang panjang bagi orang tua, maka dari
itu orang tua harus memiliki kemampuan untuk dapat
meyampaikan pendidikan seks yang baik dan tidak
menimbulkan pemahaman yang bias.
       Selama ini, pendidikan seks untuk anak usia dini dianggap
tabu di kalangan masyarakat. Mereka beranggapan bahwa
pendidikan seks belum pantas diberikan pada anak kecil.
Padahal dengan pendidikan seks yang diberikan sejak dini
sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika dia
memasuki masa remaja. Apalagi anak-anak sekarang kritis,
dari segi pertanyaan dan tingkah laku. Itu semua karena pada
masa ini, anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang besar.
Anak-anak yang sekali, dua kali, dan berkali-kali melihat
tayangan, maka anak- anak akan merekamnya dan
membentuknya menjadi suatu pandangan/nilai seksualitas yang
dianutnya hingga dia dewasa. Jalan satu-satunya menyikapi
fenomena ini adalah kita sebagai orang tua, terutama ibu yang
pada kenyataannya lebih dekat dengan anak-anaknya harus
berperan membentengi anak-anak kita dengan nilai-nilai
seksualitas yang benar yang dilandasi dengan agama.
          Banyak anak yang mengalami kekerasan seksual
menunjukkan tanda-tanda pelecehan fisik, emosional, seksual,
atau verbal. Efek ini dapat menyebabkan stres dan kesulitan
jangka panjang bagi anak sampai usia dewasa, dan seringkali
menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua, guru, dan pengasuh
lainnya (NSVRC, 2011). Orangtua menjadi salah satu sumber
informasi utama bagi anak. Beberapa cara dan usia anak untuk
mendapatkan informasi terkait pendidikan seksual :
Berdasarkan jurnal Ashcraft, M Amei and Murray J
Pamela.2017

1. Usia 7- 10 tahun
Edukasi yang diberikan berkaitan dengan nama- nama bagian
genital, bagian penting pada tubuh. Seperti payudara dan
bagian- bagian dari anggota tubuh lainnya, serta fungsinya
secara dasar.Orang tua siap dengan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan seputar “kapan aku menstruasi?” “kapan
payudaraku tumbuh?” “kapan ibu mengalami
menstruasi?” :Mengapa ayah tidak menstruasi?”

2. Usia 11- 12 tahun (awal remaja)


Kata atau nama dari organ seksual, walau mereka mungkin
belum memahami makna yang tepat, namun mereka
diinformasika bagian- bagian yang tidak boleh sembarang di
lihat dan disentuh orang lain.Orang tua juga siap untuk
menerima pertanyaan terkait kehamilan, ketertarikan pada
lawan jenis.

3. Usia 13-14 tahun


Pada usia ini informasi yang bias disampaikan berkaitan
dengan dasar pemahaman perilaku seksual. Hal yang boleh
dilakukan dan tidak, pemahaman seputar ciuman dengan lawan
jenis dan pemilihan media- media informasi yang diterima
berkaitan tentang seksualitas.
Orang tua harus siap untuk menjawab pertanyaan seputar hari
pertama menstruasi untuk anak perempuan dan mimpi basah
pada anak laki- laki, selain itu, pemahaman tentang perilaku
seksual yan menyimpang.

4. Usia 15-16 tahun


Pada usia ini anak- anak diberikan informasi berkaitan dengan
perilaku matrubasi, bahaya dan risikonya. Perasaan jatuh cinta
dan hasrat yang timbul pada remaja. Hal ini harus di imbangi
dengan informasi bagaimana mengatasinya juga terkait
keterdlibatan anak remaja dalam kegiatan- kegiatan yang
membantu remaja untuk dapat mengalihkan energy  yang
dimiliki agar tersalurkan dengan baik.

5. Usia 17-18 tahun


Pada usia ini remaja sulit membedakan rasa cinta dan nafsu
seksual yang dimiliki. Orang tua dapat menjelaskan perasaan-
perasaan berkaitan dengan rasa cinta dan juga nafsu.
Bagaimana mengelola nafsu. Kemudian pertanyaan-
pertanyaan yang sering muncul adalah ketika mereka
berpacaran atau terlibat dalam hubungan romantis, hal apa
yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan.

       Memberikan informasi bagi anak dan remaja memerlukan


kalimat dan waktu yang tepat agar anak dan remaja tidak salah
dalam memahami makna dan arti dari informasi yang
diperoleh. Orang tua harus bijak menentukan topik
pembicaraan. Materi atau topik bisa diangkat dari judul- judul
berita di Koran, televisi maupun media sosial. Topik-topik
berkaitan dengan perkosaan, pelecehan seksual dan berita
lainnya yang dapat diangkat untuk menjadi pembahasan dalam
menyampaikan informasi. Kesempatan- kesempatan yang bisa
dipakai untuk menyampaikan edukasi dapat juga pada saat,
anggota keluarga atau, teman dan orang- orang dilingkungan
mungkin mengalami hamil di usia dini, adanya kasus- kasus
yang sesuai dan dapat di jadikan bahan pembahasan.
      Menurut Freud dalam teori Psikoanalisis (Santrock, 2012)
tahapan perkembangan psikoseksual yang dilalui anak terbagi
menjadi lima fase. Fase pertama (1,5 tahun) adalah masa oral
ditandai dengan kepuasan yang diperoleh anak melalui daerah
oral atau mulut. Pada tahap ini, anak memperoleh informasi
seksual melalui aktivitas mulutnya. Pada fase kedua( 1,5- 3
tahun) tahap anal, dimana kesenangan dipusatkan didaerah
anus. Fase ke tiga (3-6 tahun), yaitu tahap falik, kesenangan
anak dipusatkan di daerah genital, kemudia fase laten (6-
pubertas) dimana anak menekankan hasrat sesksual kemudian
mengembangkan ketrampilan sosial dan intelektual, dan
tahapan fase terakhir adalah tahap genital yaitu saat kebngkitan
seksua, sumber kepuasan seksual adlah awaornag diluar
keluarga (masa pubertas dan seterusnya). tahapan-tahapan
yang di alami dalam masa perkembangan (dalam teori
psikoanalitis) tersebut seharusnya dapat membantu orang tua
agar lebih peduli akan pendidikan seks sejak dini. Anak-anak
perlu diberikan pendidikan seks sedini mungkin dengan materi
dan cara penyampaian pendidikan seks yang berbeda dengan
orang dewasa, sehingga pendidik seks yang paling baik adalah
orang tua anak sendiri.
           Kesadaran orang tua menjadi penting dan orang tua
dijadikan guru pertama bagi anak- anaknya. Hendaknya dunia
pendidikan Indonesia juga sudah peduli akan pendidikan seks
sejak dini agar dapat mengurangi dampak-dampak negatif dari
perilaku seks yang tidak seharusnya, seperti kehamilan diluar
nikah, aborsi, pelecehan seksual,  putus seolah bahkan sampai
pada kematian bagi anak dan remaja kita. Dimulai dari
keluarga dan dimulai sejak dini dengan informasi dan
pendidikan yang sesuai usia. Pendidikan seks bukan lagi suatu
hal yang tabu apabila dapat disampaikan dengan bahasa yang
benar dan waktu yang tepat, serta informasi yang sesuai
dengan usia perkembangan anak dan remaja.
  

Anda mungkin juga menyukai