DISUSUN OLEH:
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga diktat ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Diktat ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan
tentang Epilepsi Pada Anak . Penulis sadar dalam penyusunan Diktat ini masih
banyak terdapat kekurangan oleh sebab itu penyusun mengharapkan saran yang
membangun agar dapat menjadi acuan dalam penyusunan diktat yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ............................................................................................. 2
B. Etiologi ............................................................................................. 2
C. Klasifikasi ......................................................................................... 2
D. Patofisiologi ...................................................................................... 3
E. Pathways ........................................................................................... 3
F. Komplikasi ........................................................................................ 4
G. Pemeriksaan penunjang ..................................................................... 5
H. Prognosis .......................................................................................... 5
I. Penatalaksanaan ................................................................................ 6
Konsep keperawatan ............................................................................... 7
A. Pengkajian ................................................................................... 8
B. Diagnosa keperawatan ................................................................. 12
C. Intervensi keperawatan ................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2.Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menegetahui Asuhan Keperawatan pada kasus Epilepsi
1.3.Manfaat Penulisan
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
2.2. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik)
Sering terjadi pada:
1.Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3.Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5.Tumor Otak
6. Kelainan pembuluh darah
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak
jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan
otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal
dengan defisit neurologik yang jelas. Sementara itu, dipandang dari
kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik
6
dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai
berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12
bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit
neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang
adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali
itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan
mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk
terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya
bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan
ulang dalam waktu 6 bulan pertama.
(Tarwoto,2007)
7
2.4. Patofisiologi
Dispnea O2 Menurun
Parsial Umum
klonik Tonik-klonik
8
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-
juta neuron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
(Hidayat,2009)
2. 5 Manifestasi klinik
9
a. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan factor
pencetusnya, pemberian obat harus dipertimbangkan.
b. Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan; ini berarti pasien
mengalami lebih dari dua kali sawan yang sama.
c. Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan.
d. Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini
toksisitas akan berkurang, mempermudah pemantauan, dan
menghindari interaksi obat.
e. Dosis obat disesuaikan secara individual.
f. Evaluasi hasilnya, bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya:
- Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak
terdeteksi, adanya penyakit degenerates susunan saraf pusat.
- Pemberian obat antiepilepsi yang tepat.
- Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur.
- Faktor emosional sebagai pencetus.
- Termasuk intractable epilepsi.
g. Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2 – 3
tahun. Pengobatan dihentikan secara berangsur dengan menurunkan
dosisnya.
h. Jenis obat yang sering digunakan, yaitu:
- Phenobarbital (luminal).
Paling seringdipergunakan, murahharganya, toksisitasrendah.
- Primidone (mysolin)
Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan
phenyletylmalonamid.
10
- Diazepam.
Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung
(status konvulsi.).Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan
karena penyerapannya lambat. Sebaiknyadiberikani.v.atau intra
rektal.
- Nitrazepam (inogadon).
Terutamadipakaiuntukspasmeinfantildanbangkitanmioklonus.
- Ethosuximide (zarontine).
Merupakanobatpilihanpertamauntukepilepsi petit mal
- Na-valproat (dopakene)
obat pilihan kedua pada petit mal
Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
- Acetazolamide (diamox).
Kadang-
kadangdipakaisebagaiobattambahandalampengobatanepilepsi.Zat
ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak
menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam
keadaan hiperpolarisasi.
- ACTH
Seringkalimemberikanperbaikan yang
dramatispadaspasmeinfantil.
(Hidayat,2009)
2)Pengobatan Psikososial.
Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal
sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani
pengobatannya sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan
bermasyarkat secara normal.
11
b) Menit ke-6 hingga ke-9
Jika hipoglikemia/gula darah tidak diperiksa, berikan 50 ml glukosa 50%
bolas intravena (pada anak: 2 ml/kgBB/glukosa 25%) disertai 100 mg tiamin
intravena.
Jika status masih berlanjut setelah fenitoin 20 mg/kg maka berikan fenitoin
tambahan 5 mg/kg sampai maksimum 30 mg/kg. Jika status menetap, berikan
20 mg/kg fenobarbital intravena dengan kecepatan 60 mg/menit. Bila apne,
berikan bantuan ventilasi (intubasi). Jika status menetap, anestasia umum
dengan pentobarbiatal, midazolam atau propofal.
a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin
tahu (pasien yang mempunyai aura/penanda ancaman kejang memerlukan
waktu untuk mengamankan, mencari tempat yang aman dan pribadi
b. Pasien dilantai jika memungkinkan lindungi kepala dengan bantalan untuk
mencegah cidera dari membentur permukaan yang keras.
c. Lepaskan pakaian yang ketat
d. Singkirkan semua perabot yang dapat menciderai pasien selama kejang.
e. Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat
tidur.
f. Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan
diantara gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.
g. Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme
untuk memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah
dapat terjadi karena tindakan ini.
h. Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena
kontraksi otot kuat dan restrenin dapat menimbulkan cidera
12
i. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala
fleksi kedepan yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan
pengeluaran salifa dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu
untuk membersihkan secret
j. Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah
aspirasi, yakinkan bahwa jalan nafas paten. Biasanya terdapat periode
ekonfusi setelah kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi
selama atau secara tiba-tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun harus
diorientasikan terhadap lingkungan
2. 7 Pemeriksaan Diagnostik
1.Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada
aktivitas kejang.
2.Glukosa : Hipoglikemia dapat menjadi presipitasi(pencetus kejang.
3.Ureum/Kreatinin : Meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya aktivitas
kejang.
4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat.
5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi.
6. Punksi lumbal : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari css, tanda-tanda
infeksi,perdarahan(hemoragik,subarakhnoid,subdural)sebagai penebab kejang
tersebut.
7. Foto ronsen kepala :Untuk mengidentiikasi adanya SOL,fraktur.
8. Elektroensefalogram: Melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi
dengan baik,mengukur aktivitas otak.Gelombang otak untuk menentukan
karakteristik dari gelombang pada masing –masing tipe dari aktivitas kejang
tersebut.
9. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang
secara tepat.
10. Scan CT : mengidentifikasi letak lesi serebral, hematoma, edema
serebral,trauma, abses,tumor,dan dapat dilakukan dengan/tanpa kontras.
11.Positron emission tomography : Mendemontrasikan perubahan
metabolik.Misalnya penurunan metabolisme pada sisi lesi.
12. MRI : Melokalisasi lesi-lesi lokal.
13.Magnetoensefalogram :Memetakan impuls/potensial listrik otak pada pola
pembebasan yang abnormal.
14. Wada : Menentukan hemisfer dominan (dilakukan sebagai evaluasi awal
dari praoperasi lobektomi temporal).
(Rencana Asuhan Keperawatan :262)
13
2.8.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN EPILEPSI
1. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tangal pengkajian, No
register, tanggal rawat dan penanggung jawab dan perawat mengumbpulkan
informasi informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan tentang
faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat.
Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji:
a. ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang
b. pasien mempunyai program rekreasi atau Kontak sosial
c. pengalaman kerja
d. Mekanisme koping yang digunakan
e. Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
1. Selama serangan :
a. ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
b. ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
c. pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
d.disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-
klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
e. pasien menggigit lidah.
f.mulut berbuih.
g.ada inkontinen urin.
h.bibir atau muka berubah warna.
i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu
sisi atau keduanya.
k.ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur,
keadaan emosional.
l.penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan
gangguan kesadaran, kejang-kejang.
m. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak.
n. Apakah makan obat-obat tertentu.
o.ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
2. Sesudah serangan
a. pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara
b. ada perubahan dalam gerakan.
c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan
sesudah serangan.
d.terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung.
14
e.Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
5. Riwayat kesehatan
a.Riwayat keluarga dengan kejang.
b.Riwayat kejang demam.
c.Tumor intrakranial.
d.Trauma kepala terbuka, stroke.
6. Riwayat kejang
a. Berapa sering terjadi kejang
b. Gambaran kejang seperti apa
c. sebelum kejang ada tanda-tanda awal
d. yang dilakuakn pasien setelah kejang
8.Pemeriksaan fisik
a.Tingkat kesadaran
b.Abnormal posisi mata
c.Perubahan pupil
d.Garakan motorik
e.Tingkah laku setelah kejang
f.Apnea
g.Cyanosis
h.Saliva banyak
15
9. Psikososial
a. Usia
b.Jenis kelamin
c.Pekerjaan
d.Peran dalam keluarga
e.Strategi koping yang digunakan
f.Gaya hidup dan dukungan yang ada
10. Pengetahuan pasien dan keluarga
a.Kondisi penyakit dan pengobatan
b. Kondisi kronik
c.Kemampuan membaca dan belajar.
(Utopias,2008)
INTERVENSI RASIONAL
16
datar menyumbat jalan nafas
3. Tanggalkan pakaian klien pada 3. Untuk memudahkan usaha klien
daerah leher atau dada dan dalam bernafas dan ekspansi
abdomen dada
INTERVENSI RASIONAL
17
1. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan
kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI RASIONAL
3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien
18
Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan
dan berbagai rangsangan yang telah diberikan, mulai
merubah perilaku, mentaati peraturan obat yang
diresepkan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan
pengobatan persepsi & keadaan penyakit yang
ada
2.3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan
dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan
perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,
1989;162 )
2.3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah
tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.B
Dengan Diagnosa MedisEpilepsi
3.1. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
No. MR : 235615
Nama : An.B
Alamat : Seputih Raman
Tempat / tanggal Lahir : Metro, 24 November 2013
Usia : 5 bulan
Nama Ayah / Ibu : Tn.B/Ny.S
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidikan Ibu : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang
Demam.
20
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a) Prenatal
Ibu klien mengatakan ketika mengandung An.B rajin memeriksakan
kondisi kehamilannya satu bulan sekali di bidan praktek dan
puskesmas yang berada disekitar rumahnya. Dan ibu klien juga
mengatakan selama masa kehamilan klien pernah mengalami
hipertensi namun klien tidak memiliki riwayat jatuh ataupun riwayat
kecelakaan.
b) Intranatal
Ibu klien mengatakan proses persalinan saat melahirkan An.B
dilakukan persalinan secara Secsio Cesaria. Namun saat persalinan
berlangsung tidak di temukan masalah apa-apa, tidak ada
perdarahan, dan tidak ada komlikasi yang lainnya.
c) Postnatal
Ibu klien mengatakan setelah melahirkan An.B tidak terjadi masalah
yang menghawatirkan. Ibu klien hanya dirawat selama 3 hari
perawatan di rumah sakit dan setelah itu diperbolehkan pulang
karena tidak ada masalah apapun.
21
3. RIWAYAT KELUARGA
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
: Keturunan
: Pernikahan
: Klien
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama
kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu
An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang
seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya
kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun tidak
sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat berhari-hari seperti An.B saat ini.
4. RIWAYAT SOSIAL
Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang merawat,
mengasuh dan tinggal bersama-sama dengan An.B beserta kakak laki-lakinya.
22
Hubungan An.B didalam keluarga nya sangat baik, kehadiran An.B di tengah-
tengah keluarga nya sangat diterima dengan baik. Banyak diantara keluarga-
keluarganya yang lain senang bermain dan secara bergantian ingin
menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif, tidak rewel dan jarang
menangis sehingga banyak yang senang bermain dengannya. Dan lingkungan
disekitar An.B cukup aman karena An.B selalu diawasi oleh
keluarganyakarena saat ini An.B berada ditahapan Tumbuh kembang belajar
untuk telengkup dan merangkak.
5. KEBUTUHAN DASAR
a. Pola Makan
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu
klien belum memberikan makanan pendamping apapun.saat ini An.B
secaraeklusif hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama
mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B
mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.
b. Pola Tidur
An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan
jika sebelum tidur siang ataupun malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B
dirasa cukup baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun saat
klien tertidur. Dalam sehari klien tidur selama ±9– 10 jam.
c. Mandi
An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat.
Setiap ibu klien memandikan, klien selalu diberikan sabun, shampo.
d. Aktivitas Bermain
Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup
aktif dan kooperatif. An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat
bermainnya hanya saja An.B suka memasukkan benda mainannya kedalam
mulutnya dan kini An.B sedang pada masa tahapan Tumbuh kembang
belajar telengkup.
e. Eliminasi
Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam
sehari. Konsistensi urine berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira
± 100cc/hari.
Untuk BAB ibu klien dalam sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi cair
warna kuning kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga
mengatakan tidak ada masalah dan gangguan saat BAB.
6. KEADAAN KESEHATANSAATINI
a. Diagnosamedisawaltanggal21april214“KejangDemam”
b. Diagnosa medis akhir tanggal 23 april 214 “Epilepsi”
c. Status nutrisi
23
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu
klien belum memberikan makanan pendamping apapun.saat ini An.B
secaraeklusif hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama
mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B
mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.
d. Status cairan
Klien terpasang IVFD D5 ¼ NS 8tts/menit (dengan faktor tetes mikro)
e. Obat-obatan
1) Ampicilin 3x150 mg
(pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00)
2) Stesolid sup 0.5 mg
3) Diazepam injeksi 0.5 mg
4) PCT siruf 3x1 sendok
(pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00)
f. Hasil Laboratorium tanggal 20 april 2014
No Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan
g. Pemeriksaan EEG
Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 23 April
2014 menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG abnormal yang
menyatakan An.B menderita Epilepsi.
7. PEMERIKSAAN FISIK
No Pemeriksaan Hasil
a. Tanda-tanda vital
Nadi 120x/menit
RR 42x/menit
Suhu 37.7 OC
Berat Badan 8.5 kg
Panjang Badan 58 cm
b. Kepala-leher
Kepala Bentuk kepala bulat, tidak adaedema, tidak ada
24
nyeri tekan, kaput (-)
Ubun-ubun Ubun-ubun lunak, ubun-ubun besar (+), ubun-
ubun kecil (-)
Mata Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, reaksi
pupil terhadap cahaya (+)
Hidung Tidak ada polip ataupun benda asing,
keadaannya cukup bersih, secret tidak ada
Mulut Mukosa tampak pucat, keadaan cukup bersih,
tonsil warna pink, gusi warna pink, gigi klien
belum tumbuh, reflek menghisap (+)
Tenggorokan Reflek menelan (+), tidak ada infeksi, tidak ada
nyeri, dan tidak ada edema.
Vena jugularis Tidak ada pembesaran vena jugularis
Kelenjar Limfe Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c. Thorax/paru-paru RR= 42x/menit, Retraksi dinding dada (-),
penggunaan otot-otot pernaasan (-), tidak ada
edema, tidak ada nyeri tekan, suara paru
vesikuler reguler, ronchi (+), whezing (-)
d. Jantung Perifer :
CRT <2detik (+), sianosis bibir (+)
Jantung :
Tidak ada edema, tidak ada nyeri dada, tidak ada
nyeri tekan, suara jantung S1 & S2 reguler,
HR=120x/menit
e. Abdomen Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, bentuk
abdomen normal, suara bising usus 5x/menit
f. Genitalia& anus Penis menonjol (+), keadaan genitalia cukup
bersih, tidak ada edema, Anus (+), tidak ada
hemoroid
g. ekstermitas Kekuatan otot (+), pergerakan cukup aktif, tidak
ada edema, kesadaaran composmentis PCS = 15
,tonus otot 5 5
5 5
25
8. PEMERIKSAAN NEOROLOGIS
a. Pengkajian status mental
26
a. Kemandirian dan bergaul
Klien saat ini masih dalam tahap tumbang bayi berusia 5 bulan
dansaatinikemampuankemandiriankliensudahmampumeraihbenda yang
adadisekitarnyadanbenda yang diberikanpadanya.
b. Motorik halus
kliensudahmampumeraihbenda yang adadisekitarnyadanbenda yang
diberikanpadanya.
c. Kognitif dan bahasa
Klien mampu mendengar suaraorang-orang yang memanggil namanya,
dan langsung menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Namun, untuk
kemampuan bahasa klien masih belum bisa berbicara, hanya mampu
mengeluarkan kata-kata yang belum jelas dan hanya mampu menangis.
d. Motorik kasar
Klien mampu menggerakkan tubuhnya, klien mampu telengkup dengan
sendirinya tampa bantuan orang lain,danmampumenegakkankepalanya
b. Pengkajian fungsi motorik
27
c. Pengkajian fungsi sensorik
28
3.2. ANALISA DATA
2 DS:
- Ibu klien mengatakan Termogulasi tidak Peningkatan
demam An.B semalam efektif metabolic
saat sebelum dibawa ke
Rumah Sakit. proses infeksi
- Ibu Klien mengatakan
An.B mengalami demam peningkatan suhu
setelah 2x mengalami
Kejang
- Ibu Klien mengakatan
kondisi demam yang saat
29
ini dialami oleh An.B
membuat klien menjadi
gelisah
DO :
- Klien tampak lemas &
lemah
- Suhu An.B (21/04/2014)
C
C
- Klien An.B tampak
Gelisah
- Klien tampak banyak
mengeluarkan keringat
- Mukosa bibir pucat
3 DS:
- Ibu An.B mengatakan Resiko Terhadap Perubahan
An.B sebelumnya tidak cidera kesadaran
pernah mengalami kejang
- Ibu An.B kejang yang di kerusakan kognitif
alami An.B sebelum selama kejang
dibawa Ke Rumah Sakit
sudah 2x terjadi yaitu pagi kerusakan
& siang. mekanisme
- Ibu An.B mengatakan saat perlindungan diri
kejang tubuh anaknya
bergetar & kakinya aktivitas kejang
menendang-nendang yang tidak terkontrol
- Ibu An.B mengatakan
kejang yang terjadi
berlangsung kira-kira ± 5
menit
DO:
- Klien tampak terlihat
gelisah
- Klien terlihat saat demam
tubuhnya bergetar
- Kejang berlangsung ± 5
menit
- Saat kejang terlihat
30
ibunya memasukkan kain
kedalam mulutnya
4 DS:
- Ibu klien mengatakan Kurang pengetahuan Kurang pemajaran
tidak tahu apa yg terjadi mengenai kondisi
pada An.B dan aturan kesalahan
- Ibu klien mengatakan pengobatan interpretasi
setiap An.B kejang, ibu informasi
klien selalu panik
- Ibu klien mengatakan jika kurang mengingat.
An.B kejang tidak tahu
apa yang harus dilakukan
DO:
- Ibu klien tampak terlihat
bingung & sangat panik
saat An.B kejang
- Ibu klien tampak terlihat
cemas & takut jika An.B
kembali kejang
31
3.4. RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
32
INTERVENSI RASIONAL
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI RASIONAL
33
2. Pasang penghalang ditempat 2. Penjagaan untuk keamanan,
tidur untuk mencegah terjadinya cidera
pada klien
3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan persepsi
pengobatan & keadaan penyakit yang ada
34
teratur/melakukan pemeriksaan kemungkinan yang akan terjadi
laboratorium sesuai indikasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& jam
Senin,
21/04/2014
35
program terapi tidur
O2 1 liter/menit - Ibu klien tampak
nasal kanul melepaskan pakaian luar
An. B dan hanya
memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul
Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 2,4
&5
36
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian terpenting dari Epilepsi adalah melakukan anamnese
selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab
kejang terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan
penyebab Epilepsi maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
Dan setelah dilakukan pemeriksaan penunjang EEG maka didaatkan
hasil yang menunjukkan hasil EEG abnormal dan menyatakan An.B
mengalami Epelepsi
37
4. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah
tindakan yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan
pustaka sesuai kebutuhan klien saat itu.
5. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata tidak menemui kesulitan
karena sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang
memadai.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri
atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien.
Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan
pasien yang dapat berubah-ubah.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Meningkatkan pengetahuan keluarga dengan cara membuat tool-tool
evaluasi perkembangan pasien di rumah, yang harus diisi oleh keluarga.
Membekali keluarga pasien yang terdekat untuk dapat memahami,
mengenali, dan bertindak secara efektif mengenai permasalahan-permasalah
yang dialami pasien.
38
4.2. Penutup
Amin.
39
DAFTAR PUSTAKA
Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculaius.
Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.
40