Anda di halaman 1dari 40

EPILEPSI

DISUSUN OLEH:

NAMA : RENDI SETYA PRATAMA


NIM : 142012017035

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Puji Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga diktat ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Diktat ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan
tentang Epilepsi Pada Anak . Penulis sadar dalam penyusunan Diktat ini masih
banyak terdapat kekurangan oleh sebab itu penyusun mengharapkan saran yang
membangun agar dapat menjadi acuan dalam penyusunan diktat yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Billahi Taufiq Walhidayah, Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Pringsewu, Oktober 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ............................................................................................. 2
B. Etiologi ............................................................................................. 2
C. Klasifikasi ......................................................................................... 2
D. Patofisiologi ...................................................................................... 3
E. Pathways ........................................................................................... 3
F. Komplikasi ........................................................................................ 4
G. Pemeriksaan penunjang ..................................................................... 5
H. Prognosis .......................................................................................... 5
I. Penatalaksanaan ................................................................................ 6
Konsep keperawatan ............................................................................... 7
A. Pengkajian ................................................................................... 8
B. Diagnosa keperawatan ................................................................. 12
C. Intervensi keperawatan ................................................................ 12

BAB III KESIMPULAN


A. Kesimpulan ................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus
bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya
jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Epilepsi merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai
pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas
disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2002; 229).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-
laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME.
Sumijati, 2000;72-73)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan
kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama
adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 2001 : 858) .
Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang
sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif
dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-
spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada Epilepsi adalah :
Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma,
mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif,
memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis
dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 2000; 262).

4
1.2.Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menegetahui Asuhan Keperawatan pada kasus Epilepsi

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif
dan data obyektif pada pasien dengan Epilepsi.
b. Mampu menganalisa data yang diperoleh
c. Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada pasien dengan
Epilepsi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang ditentukan.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan

1.3.Manfaat Penulisan

a. Hasil analisis ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan


pengetahuan khususnya untuk pasien Epilepsi dan keluarganya
sehingga diharapkan agar keluarga dapat lebih meningkatkan
kewaspadaan terhadap tanda dan gejala yang terjadi.
b. Hasil analisis ini diharapkan sebagai bahan masukan, acuan dan
pertimbangan bagi profesi keperawatan untuk lebih meningkatkan
edukasi dalam menangani pasien Epilepsi pada saat memberikan
pengobatan.

1.4. Sumber Data

1.4.1. Data primer

Didapatkan melalui wawancara dan observasi terhadap pasien dan


keluarga

1.4.2. Data sekunder


Data sekunder didapatkan melalui : Catatan medik dan catatan
perawatan, Hasil-hasil perawatan yang menunjang, Catatan tenaga
kesehatan lain yang terkait.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian

Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang


akibatlepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel.
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang
datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi .
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan
ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik
neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan
laboratorik.
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan
bayi yang baru lahir (Utopias,2008).

2.2. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik)
Sering terjadi pada:
1.Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3.Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5.Tumor Otak
6. Kelainan pembuluh darah

Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama,


ialah epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi
simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan
otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis
epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut
terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan
prognosis yang baik dan yang buruk..

Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak
jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan
otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal
dengan defisit neurologik yang jelas. Sementara itu, dipandang dari
kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik

6
dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai
berikut:

Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12
bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit
neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang
adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali
itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan
mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk
terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya
bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan
ulang dalam waktu 6 bulan pertama.

(Tarwoto,2007)

2.3. Klasifikasi Epilepsi


1. Epilepsi Grand Mal
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang
berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam
serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal
berlangsung selama 3 atau 4 menit.
2. Epilepsi Petit Mal
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau
penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu
serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan
(twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.
3. Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi
setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada
serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik
setempat atau adanya kelainan fungsional.
(Tarwoto,2007)

7
2.4. Patofisiologi

Durasi pendek Durasi pendek


< 15 menit < 15 menit

Hiperkapni Hipoksemia Denyut jantung meningkat

Kerusakan Neuron otak


Demam Meningkat

Takikardi Gangguan saraf otonom


Dx : tidak efektif
termoregulasi
peningkatan suhu Dx : jalan nafas tidak efektif

Dispnea O2 Menurun

Gangguan keseimbangan membran sel neuron Kebutuhan O2 Meningkat

Disfusi Na+& K+ Berlebilahan Kesadaran menurun

Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke Dx : gangguan perfusi jaringan


seluruh sel maupun membran sel disekitarnya
dengan bantuan neorotransiter
Dx : Resiko Cidera
Kejang

Parsial Umum

Sederhana Komplek Mioklonik tonik Atonik

klonik Tonik-klonik

8
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-
juta neuron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.

Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan


norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA
(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik
sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik
saraf di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik
akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan
demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami
muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat
kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian
tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat
merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan
menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian
akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.

(Hidayat,2009)

2. 5 Manifestasi klinik

1. Klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan


penginderaan.
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-
bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala
dan sebagainya)
(Hidayat,2009)
2. 6 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggu
kapasitas dan intelek pasien. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan
medikamentosa dan pengobatan psikososial.
1) Pengobatan medikamentosa

Pada epilepsi yang simtomatis di mana sawan yang timbul adalah


manifestasi penyebabnya seperti tumor otak, radang otak, gangguan
metabolic, mka di samping pemberian obat anti-epilepsi diperlukan pula
terapi kausal. Beberapa prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan:

9
a. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan factor
pencetusnya, pemberian obat harus dipertimbangkan.
b. Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan; ini berarti pasien
mengalami lebih dari dua kali sawan yang sama.
c. Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan.
d. Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini
toksisitas akan berkurang, mempermudah pemantauan, dan
menghindari interaksi obat.
e. Dosis obat disesuaikan secara individual.
f. Evaluasi hasilnya, bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya:
- Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak
terdeteksi, adanya penyakit degenerates susunan saraf pusat.
- Pemberian obat antiepilepsi yang tepat.
- Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur.
- Faktor emosional sebagai pencetus.
- Termasuk intractable epilepsi.
g. Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2 – 3
tahun. Pengobatan dihentikan secara berangsur dengan menurunkan
dosisnya.
h. Jenis obat yang sering digunakan, yaitu:
- Phenobarbital (luminal).
Paling seringdipergunakan, murahharganya, toksisitasrendah.
- Primidone (mysolin)
Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan
phenyletylmalonamid.

- Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).


Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai
ialah PH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus
temporalis, takberhasiatterhadap petit mal, efek samping yang
dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan
darah.
- Carbamazine (tegretol).
Mempunyaikhasiatpsikotropikyangmungkindisebabkanpengontrol
anbangkitanepilepsiitusendiriataumungkinjugacarbamazinemema
ngmempunyaiefekpsikotropik.Sifat ini menguntungkan penderita
epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan
tingkahlaku.Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus,
vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan
gangguanfungsi hati.

10
- Diazepam.
Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung
(status konvulsi.).Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan
karena penyerapannya lambat. Sebaiknyadiberikani.v.atau intra
rektal.
- Nitrazepam (inogadon).
Terutamadipakaiuntukspasmeinfantildanbangkitanmioklonus.
- Ethosuximide (zarontine).
Merupakanobatpilihanpertamauntukepilepsi petit mal
- Na-valproat (dopakene)
obat pilihan kedua pada petit mal
Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
- Acetazolamide (diamox).
Kadang-
kadangdipakaisebagaiobattambahandalampengobatanepilepsi.Zat
ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak
menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam
keadaan hiperpolarisasi.
- ACTH
Seringkalimemberikanperbaikan yang
dramatispadaspasmeinfantil.
(Hidayat,2009)

2)Pengobatan Psikososial.
Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal
sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani
pengobatannya sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan
bermasyarkat secara normal.

3) Penatalaksanaan status epileptikus

a) Lima menit pertama

- Pastikan diagnosis dengan observasi aktivitas serangan atau satu serangan


berikutnya.
- Beri oksigen lewat kanul nasal atau masker, atur posisi kepala dan jalan
nafas, intubasi bila perlu bantuan bentilasi.
- Tanda-tanda vital dan EKG, koreksi bila ada kelaianan.
- Pasang jalur intravena dengan NaC10,9%, periksa gula darah, kimia darah,
hematology dan kadar OAE (bila ada fasilitas dan biaya).

11
b) Menit ke-6 hingga ke-9
Jika hipoglikemia/gula darah tidak diperiksa, berikan 50 ml glukosa 50%
bolas intravena (pada anak: 2 ml/kgBB/glukosa 25%) disertai 100 mg tiamin
intravena.

c)Menit ke-10 hingga ke-20

Pada dewasa: berikan 0,2 mg/kgBB diazepam dengan kecepatan 5 mg/menit


sampai maksimum 20 mg. Jika serangan masih ada setelah 5 menit, dapat
diulangi lagi. Diazepam harus diikuti dengan dosis rumat fenitoin.

d)Menit ke 20 hingga ke-60

Berikan fenitoin 20 mg/kgBB dengan kecepatan <50 mg/menit pada dewasa


dan 1 mg/kbBB/menit pada anak; monitor EKG dan tekanan darah selama
pemberian.

e)Menit setelah 60 menit

Jika status masih berlanjut setelah fenitoin 20 mg/kg maka berikan fenitoin
tambahan 5 mg/kg sampai maksimum 30 mg/kg. Jika status menetap, berikan
20 mg/kg fenobarbital intravena dengan kecepatan 60 mg/menit. Bila apne,
berikan bantuan ventilasi (intubasi). Jika status menetap, anestasia umum
dengan pentobarbiatal, midazolam atau propofal.

4)Perawatan pasien yang mengalami kejang :

a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin
tahu (pasien yang mempunyai aura/penanda ancaman kejang memerlukan
waktu untuk mengamankan, mencari tempat yang aman dan pribadi
b. Pasien dilantai jika memungkinkan lindungi kepala dengan bantalan untuk
mencegah cidera dari membentur permukaan yang keras.
c. Lepaskan pakaian yang ketat
d. Singkirkan semua perabot yang dapat menciderai pasien selama kejang.
e. Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat
tidur.
f. Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan
diantara gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.
g. Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme
untuk memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah
dapat terjadi karena tindakan ini.
h. Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena
kontraksi otot kuat dan restrenin dapat menimbulkan cidera

12
i. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala
fleksi kedepan yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan
pengeluaran salifa dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu
untuk membersihkan secret
j. Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah
aspirasi, yakinkan bahwa jalan nafas paten. Biasanya terdapat periode
ekonfusi setelah kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi
selama atau secara tiba-tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun harus
diorientasikan terhadap lingkungan

2. 7 Pemeriksaan Diagnostik
1.Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada
aktivitas kejang.
2.Glukosa : Hipoglikemia dapat menjadi presipitasi(pencetus kejang.
3.Ureum/Kreatinin : Meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya aktivitas
kejang.
4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat.
5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi.
6. Punksi lumbal : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari css, tanda-tanda
infeksi,perdarahan(hemoragik,subarakhnoid,subdural)sebagai penebab kejang
tersebut.
7. Foto ronsen kepala :Untuk mengidentiikasi adanya SOL,fraktur.
8. Elektroensefalogram: Melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi
dengan baik,mengukur aktivitas otak.Gelombang otak untuk menentukan
karakteristik dari gelombang pada masing –masing tipe dari aktivitas kejang
tersebut.
9. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang
secara tepat.
10. Scan CT : mengidentifikasi letak lesi serebral, hematoma, edema
serebral,trauma, abses,tumor,dan dapat dilakukan dengan/tanpa kontras.
11.Positron emission tomography : Mendemontrasikan perubahan
metabolik.Misalnya penurunan metabolisme pada sisi lesi.
12. MRI : Melokalisasi lesi-lesi lokal.
13.Magnetoensefalogram :Memetakan impuls/potensial listrik otak pada pola
pembebasan yang abnormal.
14. Wada : Menentukan hemisfer dominan (dilakukan sebagai evaluasi awal
dari praoperasi lobektomi temporal).
(Rencana Asuhan Keperawatan :262)

13
2.8.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN EPILEPSI

1. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tangal pengkajian, No
register, tanggal rawat dan penanggung jawab dan perawat mengumbpulkan
informasi informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan tentang
faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat.
Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji:
a. ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang
b. pasien mempunyai program rekreasi atau Kontak sosial
c. pengalaman kerja
d. Mekanisme koping yang digunakan
e. Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.

1. Selama serangan :
a. ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
b. ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
c. pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
d.disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-
klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
e. pasien menggigit lidah.
f.mulut berbuih.
g.ada inkontinen urin.
h.bibir atau muka berubah warna.
i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu
sisi atau keduanya.
k.ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur,
keadaan emosional.
l.penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan
gangguan kesadaran, kejang-kejang.
m. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak.
n. Apakah makan obat-obat tertentu.
o.ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.

2. Sesudah serangan
a. pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara
b. ada perubahan dalam gerakan.
c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan
sesudah serangan.
d.terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung.

14
e.Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.

3. Riwayat sebelum serangan


a. ada gangguan tingkah laku, emosi.
b. disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
c. ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik
maupun visual.
4. Riwayat Penyakit
a.Sejak kapan serangan terjadi.
b.Padausiaberapaseranganpertama.
c.Frekuensi serangan.

5. Riwayat kesehatan
a.Riwayat keluarga dengan kejang.
b.Riwayat kejang demam.
c.Tumor intrakranial.
d.Trauma kepala terbuka, stroke.

6. Riwayat kejang
a. Berapa sering terjadi kejang
b. Gambaran kejang seperti apa
c. sebelum kejang ada tanda-tanda awal
d. yang dilakuakn pasien setelah kejang

7. Riwayat penggunaan obat


a. Nama obat yang dipakai
b. Dosis obat
c.Berapa kali penggunaan obat

8.Pemeriksaan fisik
a.Tingkat kesadaran
b.Abnormal posisi mata
c.Perubahan pupil
d.Garakan motorik
e.Tingkah laku setelah kejang
f.Apnea
g.Cyanosis
h.Saliva banyak

15
9. Psikososial
a. Usia
b.Jenis kelamin
c.Pekerjaan
d.Peran dalam keluarga
e.Strategi koping yang digunakan
f.Gaya hidup dan dukungan yang ada
10. Pengetahuan pasien dan keluarga
a.Kondisi penyakit dan pengobatan
b. Kondisi kronik
c.Kemampuan membaca dan belajar.
(Utopias,2008)

2. Diagnosa Keperawatan secara teoritis


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di
endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik,
proses infeksi
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif
selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang
terkontrol ( gangguan keseimbangan )
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.

(Rencana Asuhan Keperawatan :262-268)

3. Rencana asuhan Keperawatan Teoritis

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di


endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif tidak terjadi dan teratasi.
Kriteria hasil : nafas normal ( 25 – 30 x/menit ), tidak tejadi aspirasi,
tidak ada dispnea, tidak ada penumpukan sekret.

INTERVENSI RASIONAL

1. Anjurkan klien untuk 1. Menurunkan resiko aspirasi atau


mengosongkan mulut dari masuknya sesuatu benda asing
benda/zat tertentu kedalam tirah baring

2. Letakkan klien dalam posisi 2. Meningkatkan aliran (drainase),


miring dan pada permukaan sekret, mencegah lidah jatuh dan

16
datar menyumbat jalan nafas
3. Tanggalkan pakaian klien pada 3. Untuk memudahkan usaha klien
daerah leher atau dada dan dalam bernafas dan ekspansi
abdomen dada

4. Melakukan penghisapan sesuai 4. Mengeluarkan mukus yang


indikasi berlebihan menurunkan resiko
aspirasi atau afeksia

5. Berikan oksigen sesuai 5. Membantu pemenuhi kebutuhan


program terai oksigen adar tetap adekuat.

2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan


metabolik, proses infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi


tidak efektif teratasi.

Kriterua hasil – C , Nadi


dan RR normal, tidak ada perubahan warna kulit

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji faktor-faktor terjadinya 1. Mengetahui penyebab terjadinya


peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh karena
penambahan pakaian / selimut dapat
menghambat penurunan suhu.

2. Observasi tanda – tanda vital 2. Pemantauan tanda vital yang teratur


dapat menentukan perkembangan
keperawatan selanjutnya.
3. Ajarkan keluarga cara
memberikan kompres dibagian 3. Proses konduksi / perpindahan
kepala / ketiak panas dengan suatu bahan perantara.

4. Anjurkan untuk menggunakan 4. Proses hilangnya panas akan


pakaian tipis yang terbuat dari terhalangi oleh pakaian tebal dan
kain katun tidak dapat menyerap keringat.

5. Berikan ekstra cairan dengan


menganjurkan klien banyak 5. Kebutuhan cairan meningkat karena
minum penguapan tubuh yang meningkat.

17
1. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan
kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )

Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko


terhadap cidera teratasi dan tidak terjadi.

Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.

INERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi faktor lingkungan 1. Dengan menjauhkan barang-barang


yang memungkinkan resiko disekitarnya dapat membahayakan
terjadinya cidera saat terjadinya kejang

2. Pasang penghalang ditempat 2. Penjagaan untuk keamanan, untuk


tidur mencegah terjadinya cidera pada
klien

3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien

4. Siapkan kain lunak untuk 4. Lidah berpotensi tergigit saat


mencegah terjadinya tergigitnya kejang karena saat kejang biasanya
lidah saat kejang lidah menjulur kedepan

5. Berikan obat anti kejang 5. Mengurangi aktivitas kejang yang


berkepanjangan yang dapat
mengurangi suplai oksigen

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan


dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.

Tujuan : Setelah dilakukan askep 1x24 Jam masalah kurang


pengetahuan mengenai kondisi dan aturan
pengobatan teratasi.

18
Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan
dan berbagai rangsangan yang telah diberikan, mulai
merubah perilaku, mentaati peraturan obat yang
diresepkan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan
pengobatan persepsi & keadaan penyakit yang
ada

2. Berikan informasi yang 2. Pengetahuan yang diberikan


adekuat tentang prognosis mampu menurunkan resiko dari
penyakit dan tentang interaksi efek bahay satu penyakit & cara
obat yang potensial menanganinya

3. Tekankan perlunya untuk 3. Kebutuhan terpeutik dapat


melakukan evaluasi yang berubah sehingga mempersiapkan
teratur/melakukan pemeriksaan kemungkinan yang akan terjadi
laboratorium sesuai indikasi

4. Diskusikan manfaat kesalahan 4. Aktivitas yang sedang & teratur


umum yang baik, seperti diet dapat membantu
yang adekuat, & istirahat yang menurunkan/mengendalikan
cukup faktor presdiposisi

2.3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan
dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan
perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,
1989;162 )

2.3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah
tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.B
Dengan Diagnosa MedisEpilepsi

Ruang Praktek : Ruang Anak / II.1


Tanggal Pengkajian : 21 April 2014

3.1. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
No. MR : 235615
Nama : An.B
Alamat : Seputih Raman
Tempat / tanggal Lahir : Metro, 24 November 2013
Usia : 5 bulan
Nama Ayah / Ibu : Tn.B/Ny.S
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidikan Ibu : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang
Demam.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah Kejang Demam. Ibu klien
mengatakan saat terjadi kejang tubuh An.B seluruhnya bergetar, kaki
menendang-nendangdan mulut terkatup dengan keras. Ibu klien mengatakan
ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B berlangsung selama kira-kira
± 3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari. Ibu klien juga
mengatakan sebelumnya An.B tidak ada riwayat kejang, namun sebelum
dibawa kerumah sakit klien sudah 2 kali mengalami kejang di rumahnya di
pagi hari dan di sore hari.Kejang yang dialami An.B selalu disertai dengan
demam tinggi dan terdengar ada suara batuk yang di sertai dengan adanya
penumpukan sekret.

20
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a) Prenatal
Ibu klien mengatakan ketika mengandung An.B rajin memeriksakan
kondisi kehamilannya satu bulan sekali di bidan praktek dan
puskesmas yang berada disekitar rumahnya. Dan ibu klien juga
mengatakan selama masa kehamilan klien pernah mengalami
hipertensi namun klien tidak memiliki riwayat jatuh ataupun riwayat
kecelakaan.
b) Intranatal
Ibu klien mengatakan proses persalinan saat melahirkan An.B
dilakukan persalinan secara Secsio Cesaria. Namun saat persalinan
berlangsung tidak di temukan masalah apa-apa, tidak ada
perdarahan, dan tidak ada komlikasi yang lainnya.
c) Postnatal
Ibu klien mengatakan setelah melahirkan An.B tidak terjadi masalah
yang menghawatirkan. Ibu klien hanya dirawat selama 3 hari
perawatan di rumah sakit dan setelah itu diperbolehkan pulang
karena tidak ada masalah apapun.

2. Riwayat Masa Lalu


Ibu klien mengatakan An.B sebelumnya tidak memiliki riwayat
penyakit apapun. Ibu klien juga mengatakan An.B tidak pernah
sebelumnya dirawat di rumah sakit, sehingga An.B tidak mengonsumsi
obat-obatan. Ibu An.B juga mengatakan An.B tidak memiliki riwayat
melakukan tindakan operasi apapun, tidak ada riwayat alergi, tidak ada
riwayat kecelakaan dan tidak ada riwayat jatuh ataupun kecelakaan.
Dan ibu klien juga mengatakan sampai dengan usia An.B 5 bulan saat
ini imunisasi sudah dilakukan, hanya tinggal beberapa imunisasi saja
yang belum dilakukan karena klien belum mencapai usia tersebut.

21
3. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal 1 rumah

: Keturunan

: Pernikahan

: Klien

An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama
kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu
An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang
seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya
kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun tidak
sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat berhari-hari seperti An.B saat ini.

4. RIWAYAT SOSIAL
Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang merawat,
mengasuh dan tinggal bersama-sama dengan An.B beserta kakak laki-lakinya.

22
Hubungan An.B didalam keluarga nya sangat baik, kehadiran An.B di tengah-
tengah keluarga nya sangat diterima dengan baik. Banyak diantara keluarga-
keluarganya yang lain senang bermain dan secara bergantian ingin
menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif, tidak rewel dan jarang
menangis sehingga banyak yang senang bermain dengannya. Dan lingkungan
disekitar An.B cukup aman karena An.B selalu diawasi oleh
keluarganyakarena saat ini An.B berada ditahapan Tumbuh kembang belajar
untuk telengkup dan merangkak.

5. KEBUTUHAN DASAR
a. Pola Makan
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu
klien belum memberikan makanan pendamping apapun.saat ini An.B
secaraeklusif hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama
mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B
mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.
b. Pola Tidur
An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan
jika sebelum tidur siang ataupun malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B
dirasa cukup baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun saat
klien tertidur. Dalam sehari klien tidur selama ±9– 10 jam.
c. Mandi
An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat.
Setiap ibu klien memandikan, klien selalu diberikan sabun, shampo.
d. Aktivitas Bermain
Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup
aktif dan kooperatif. An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat
bermainnya hanya saja An.B suka memasukkan benda mainannya kedalam
mulutnya dan kini An.B sedang pada masa tahapan Tumbuh kembang
belajar telengkup.
e. Eliminasi
Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam
sehari. Konsistensi urine berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira
± 100cc/hari.
Untuk BAB ibu klien dalam sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi cair
warna kuning kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga
mengatakan tidak ada masalah dan gangguan saat BAB.

6. KEADAAN KESEHATANSAATINI
a. Diagnosamedisawaltanggal21april214“KejangDemam”
b. Diagnosa medis akhir tanggal 23 april 214 “Epilepsi”
c. Status nutrisi

23
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu
klien belum memberikan makanan pendamping apapun.saat ini An.B
secaraeklusif hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama
mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B
mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.
d. Status cairan
Klien terpasang IVFD D5 ¼ NS 8tts/menit (dengan faktor tetes mikro)
e. Obat-obatan
1) Ampicilin 3x150 mg
(pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00)
2) Stesolid sup 0.5 mg
3) Diazepam injeksi 0.5 mg
4) PCT siruf 3x1 sendok
(pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00)
f. Hasil Laboratorium tanggal 20 april 2014
No Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan

1 WBC 9.3 103/ul 5-10


2 RBC 5.22 106/ul 3,08-5,05
3 HGB 11.6 g/dl 11-16
4 HCT 36.6 % 37-48
5 MCV 70 fL 80-92
6 MCH 22.3 fL 27-31
7 MCHC 31.8 g/dl pg 32-36
8 PLT 664 103/mm3 103/ul 150-450

g. Pemeriksaan EEG
Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 23 April
2014 menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG abnormal yang
menyatakan An.B menderita Epilepsi.

7. PEMERIKSAAN FISIK
No Pemeriksaan Hasil
a. Tanda-tanda vital
Nadi 120x/menit
RR 42x/menit
Suhu 37.7 OC
Berat Badan 8.5 kg
Panjang Badan 58 cm
b. Kepala-leher
Kepala Bentuk kepala bulat, tidak adaedema, tidak ada

24
nyeri tekan, kaput (-)
Ubun-ubun Ubun-ubun lunak, ubun-ubun besar (+), ubun-
ubun kecil (-)
Mata Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, reaksi
pupil terhadap cahaya (+)
Hidung Tidak ada polip ataupun benda asing,
keadaannya cukup bersih, secret tidak ada
Mulut Mukosa tampak pucat, keadaan cukup bersih,
tonsil warna pink, gusi warna pink, gigi klien
belum tumbuh, reflek menghisap (+)
Tenggorokan Reflek menelan (+), tidak ada infeksi, tidak ada
nyeri, dan tidak ada edema.
Vena jugularis Tidak ada pembesaran vena jugularis
Kelenjar Limfe Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c. Thorax/paru-paru RR= 42x/menit, Retraksi dinding dada (-),
penggunaan otot-otot pernaasan (-), tidak ada
edema, tidak ada nyeri tekan, suara paru
vesikuler reguler, ronchi (+), whezing (-)
d. Jantung Perifer :
CRT <2detik (+), sianosis bibir (+)
Jantung :
Tidak ada edema, tidak ada nyeri dada, tidak ada
nyeri tekan, suara jantung S1 & S2 reguler,
HR=120x/menit
e. Abdomen Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, bentuk
abdomen normal, suara bising usus 5x/menit
f. Genitalia& anus Penis menonjol (+), keadaan genitalia cukup
bersih, tidak ada edema, Anus (+), tidak ada
hemoroid
g. ekstermitas Kekuatan otot (+), pergerakan cukup aktif, tidak
ada edema, kesadaaran composmentis PCS = 15
,tonus otot 5 5
5 5

25
8. PEMERIKSAAN NEOROLOGIS
a. Pengkajian status mental

26
a. Kemandirian dan bergaul
Klien saat ini masih dalam tahap tumbang bayi berusia 5 bulan
dansaatinikemampuankemandiriankliensudahmampumeraihbenda yang
adadisekitarnyadanbenda yang diberikanpadanya.
b. Motorik halus
kliensudahmampumeraihbenda yang adadisekitarnyadanbenda yang
diberikanpadanya.
c. Kognitif dan bahasa
Klien mampu mendengar suaraorang-orang yang memanggil namanya,
dan langsung menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Namun, untuk
kemampuan bahasa klien masih belum bisa berbicara, hanya mampu
mengeluarkan kata-kata yang belum jelas dan hanya mampu menangis.
d. Motorik kasar
Klien mampu menggerakkan tubuhnya, klien mampu telengkup dengan
sendirinya tampa bantuan orang lain,danmampumenegakkankepalanya
b. Pengkajian fungsi motorik

Pengkajian Hasil yang ditemukan

a. Amati bayi atau anak terhadap : Ukuran keala sedang dengan


abnormalitas yang nyata yang ukuran lingkar kepala 35cm,
mempengaruhi fungsi motorik. bentuk kepala bulat, dan tidak ada
Khususnya amati bentuk kepala hematoma ada area tulang
dan ukuran kepala dan periksa belakang kepala.
tulang belakang.

b. Uji kekuatan otot dan : Klien mampu menggenggam jari


kesimetrisan dengan meletakkan tangan si pemeriksa saat
jari tangan di atas telaak tangan diletakkan diatas telapak tangan si
anak agar dapat ia genggam dan anak, dan saat telapak kaki si
dorong telapak kaki anak anak didorong ada perlawanan
dengan tangan si pemeriksa. yang cukup baik dari si anak.

c. Gerakan semua sendi dengan : Klien memiliki rentang gerakan


rentang gerakan. Perhatikan yang fleksibel, mampu mengikuti
flaksiditas atau spasitisitas. atau diarahkan sesuai dengan
gerakan yang dilakukan.

27
c. Pengkajian fungsi sensorik

Saraf Kranial Pengkajian Fungsi Hasil Yang


Ditemukan
N. IOlfaktorius Mengidentifikasi dengan benar bau Belum dapat dikaji
yang berbeda
N. IIOptikus Memeriksa ketajaman penglihatan Ketajaman penglihatan
anak, persepsi terhada cahaya. An.B cukup baik, klien
mampu berespon
terhadap cahaya.
N. III Okumolotorius Memeriksa ukuran dan reaksi pupil, Respon pupil terhadap
dan periksa kelopak mata terhadap cahaya (+), ukuran
posisi pupil 2mm, posisi
kelopak mata simetris
dan sejajar dengan garis
telinga
N. IVTroklearis Melihat pergerakan mata anak ke Pergerakan bola mata
arah bawah, ke atas, ke samping akttif (+)
N. VTrigeminus Tentukan apakah anak dapat Anak mudah menoleh
merasakan sentuhan halus di atas bila area dekat pipi
pipi dekat mulut disentuh
N. VIAbdusen Kaji kemampuan anak
menggerakan mata secara lateral Belum dapat di kaji
N. VIIFasialis Menguji indra pengecaan anak Belum dapat di kaji
N. VIIIAkustikus Uji pendengaran anak, dengan Klien langsung
memanggil anak dari arah samping menoleh ke arah
telingan nya sumber suara
N. IXGlasofaringeus Kemempuan mengidentifikasi rasa Belum dapat di kaji
larutan pada lidah
N. XVagus Kemampuan terhadap reflek Reflek menelan (+) saat
menelan spatel dimasukkan
kedalam mulut si anak
N. XIAksesorius Memeriksa kemampuan anak Belum dapat di kaji
memutarkan kepala dan gerakan
mengangkat bahu
N. XIIHipoglosus Meminta anak untuk mengeluarkan Belum dapat di kaji
lidah dan kemampuan
mengucapkan huruf “R”

28
3.2. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 DS: Bersihan jalan nafas Sumbatan lidah di
- Ibu An.B Mengatakan tidak efektif endotrakea
anaknya saat ini sedang
batuk-batuk peningkatan sekret
- Ibu An.B mengatakan saliva
takut yang klien rasakan
setelah dirumah sakit & kerusakan
setelah mengalami kejang neoromuskuler
berulang
- Ibu An.B Mengatakan
batuk yang dialami
anaknya disertai dengan
adanya penumpukan
sekret.
DO:
- An.B terlihat sekali
mengeluarkan suara batuk
- An. B terpasang O₂ 1
Liter/menit nasal kanul
- An. B Telah dilakukan
penghisapan sekret
dengan menggunakan
suction
- Ronchi (+)
- Retraksi dinding dada (-)
- Sianosis (-)
- RR = 38x/menit

2 DS:
- Ibu klien mengatakan Termogulasi tidak Peningkatan
demam An.B semalam efektif metabolic
saat sebelum dibawa ke
Rumah Sakit. proses infeksi
- Ibu Klien mengatakan
An.B mengalami demam peningkatan suhu
setelah 2x mengalami
Kejang
- Ibu Klien mengakatan
kondisi demam yang saat

29
ini dialami oleh An.B
membuat klien menjadi
gelisah

DO :
- Klien tampak lemas &
lemah
- Suhu An.B (21/04/2014)
C
C
- Klien An.B tampak
Gelisah
- Klien tampak banyak
mengeluarkan keringat
- Mukosa bibir pucat

3 DS:
- Ibu An.B mengatakan Resiko Terhadap Perubahan
An.B sebelumnya tidak cidera kesadaran
pernah mengalami kejang
- Ibu An.B kejang yang di kerusakan kognitif
alami An.B sebelum selama kejang
dibawa Ke Rumah Sakit
sudah 2x terjadi yaitu pagi kerusakan
& siang. mekanisme
- Ibu An.B mengatakan saat perlindungan diri
kejang tubuh anaknya
bergetar & kakinya aktivitas kejang
menendang-nendang yang tidak terkontrol
- Ibu An.B mengatakan
kejang yang terjadi
berlangsung kira-kira ± 5
menit

DO:
- Klien tampak terlihat
gelisah
- Klien terlihat saat demam
tubuhnya bergetar
- Kejang berlangsung ± 5
menit
- Saat kejang terlihat

30
ibunya memasukkan kain
kedalam mulutnya

4 DS:
- Ibu klien mengatakan Kurang pengetahuan Kurang pemajaran
tidak tahu apa yg terjadi mengenai kondisi
pada An.B dan aturan kesalahan
- Ibu klien mengatakan pengobatan interpretasi
setiap An.B kejang, ibu informasi
klien selalu panik
- Ibu klien mengatakan jika kurang mengingat.
An.B kejang tidak tahu
apa yang harus dilakukan

DO:
- Ibu klien tampak terlihat
bingung & sangat panik
saat An.B kejang
- Ibu klien tampak terlihat
cemas & takut jika An.B
kembali kejang

3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di


endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
b. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
c. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif
selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang
yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.

31
3.4. RENCANA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di


endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif tidak terjadi dan teratasi.
Kriteria hasil : nafas normal ( 25 – 30 x/menit ), tidak tejadi aspirasi,
tidak ada dispnea, tidak ada penumpukan sekret.

INTERVENSI RASIONAL

1. Anjurkan klien untuk 1. Menurunkan resiko aspirasi atau


mengosongkan mulut dari masuknya sesuatu benda asing
benda/zat tertentu kedalam tirah baring

2. Letakkan klien dalam posisi 2. Meningkatkan aliran (drainase),


miring dan pada permukaan sekret, mencegah lidah jatuh dan
datar menyumbat jalan nafas

3. Tanggalkan pakaian klien pada 3. Untuk memudahkan usaha klien


daerah leher atau dada dan dalam bernafas dan ekspansi
abdomen dada

4. Melakukan penghisapan sesuai 4. Mengeluarkan mukus yang


indikasi berlebihan menurunkan resiko
aspirasi atau afeksia

5. Membantu pemenuhi kebutuhan


5. Berikan oksigen sesuai oksigen adar tetap adekuat.
program terai

2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhuberhubungan dengan


peningkatan metabolik, proses infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi


tidak efektif teratasi.

Kriterua hasil – C , Nadi


dan RR normal, tidak ada perubahan warna kulit

32
INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji faktor-faktor terjadinya 1. Mengetahui penyebab terjadinya


peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh karena
penambahan pakaian / selimut
dapat menghambat penurunan
suhu.
2. Observasi tanda – tanda vital 2. Pemantauan tanda vital yang
teratur dapat menentukan
perkembangan keperawatan
selanjutnya.

3. Ajarkan keluarga cara 3. Proses konduksi / perpindahan


memberikan kompres dibagian panas dengan suatu bahan
kepala / ketiak perantara.

4. Anjurkan untuk menggunakan


pakaian tipis yang terbuat dari 4. Proses hilangnya panas akan
kain katun terhalangi oleh pakaian tebal dan
tidak dapat menyerap keringat.
5. Berikan ekstra cairan dengan
menganjurkan klien banyak
minum 5. Kebutuhan cairan meningkat
karena penguapan tubuh yang
meningkat.

3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan


kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )

Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko


terhadap cidera teratasi dan tidak terjadi.

Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.

INERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi faktor lingkungan 1. Dengan menjauhkan barang-


yang memungkinkan resiko barang disekitarnya dapat
terjadinya cidera membahayakan saat terjadinya
kejang

33
2. Pasang penghalang ditempat 2. Penjagaan untuk keamanan,
tidur untuk mencegah terjadinya cidera
pada klien

3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien

4. Siapkan kain lunak untuk 4. Lidah berpotensi tergigit saat


mencegah terjadinya kejang karena saat kejang
tergigitnya lidah saat kejang biasanya lidah menjulur kedepan

5. Berikan obat anti kejang 5. Mengurangi aktivitas kejang


yang berkepanjangan yang dapat
mengurangi suplai oksigen

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan


dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.

Tujuan : Setelah dilakukan askep 1x24 Jam masalah kurang


pengetahuan mengenai kondisi dan aturan
pengobatan teratasi.

Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan


dan berbagai rangsangan yang telah diberikan, mulai
merubah perilaku, mentaati peraturan obat yang
diresepkan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan persepsi
pengobatan & keadaan penyakit yang ada

2. Berikan informasi yang adekuat 2. Pengetahuan yang diberikan


tentang prognosis penyakit dan mampu menurunkan resiko dari
tentang interaksi obat yang efek bahay satu penyakit & cara
potensial menanganinya

3. Tekankan perlunya untuk 3. Kebutuhan terpeutik dapat berubah


melakukan evaluasi yang sehingga mempersiapkan

34
teratur/melakukan pemeriksaan kemungkinan yang akan terjadi
laboratorium sesuai indikasi

4. Diskusikan manfaat kesalahan 4. Aktivitas yang sedang & teratur


umum yang baik, seperti diet dapat membantu
yang adekuat, & istirahat yang menurunkan/mengendalikan faktor
cukup presdiposisi

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An. B


Ruangan : Anak
No. MR : 235615

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di


endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.

Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& jam
Senin,
21/04/2014

08. 30 WIB 1. Menganjurkan Subjektif :


klien untuk - Ibu An. B mengatakan
mengosongkan bahwa anaknya kini
mulut dari dalam keadaan batuk
benda/zat tertentu - Ibu An. B mengatakan
09.00 WIB 2. Meletakkan klien sudah 2 hari anaknya
dalam posisi mengalami batuk
miring dan pada - Ibu An. B mengatakan
permukaan datar batuk yang dialami
09.15 WIB 3. Menanggalkan anaknya disertai dengan
pakaian pada secret/dahak
daerah leher dan
dada, serta Objektif :
abdomen - Tampak tidak ada benda
10.30 WIB 4. Melakukan asing/zat tertentu di
penghisapan mulut An.B
sesuain indikasi - Klien terlihat dalam
5. Memberikan posisi miring kiri diatas
oksigen sesuai permukaan datar tempat

35
program terapi tidur
O2 1 liter/menit - Ibu klien tampak
nasal kanul melepaskan pakaian luar
An. B dan hanya
memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul

Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi
sebagian

Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 2,4
&5

36
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An.B didapatkan kesimpulan


sebagai berikut:

1. Pengkajian
Pengkajian terpenting dari Epilepsi adalah melakukan anamnese
selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab
kejang terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan
penyebab Epilepsi maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
Dan setelah dilakukan pemeriksaan penunjang EEG maka didaatkan
hasil yang menunjukkan hasil EEG abnormal dan menyatakan An.B
mengalami Epelepsi

2. Analisa dan Sintesa Data


Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis
hanya menemukan 4 diagnosa keperawatan, yaitu :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan
neromuskuler.
b. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan
peningkatan metabolik, proses infeksi
c. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran,
keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme
perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan
keseimbangan )
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi,
kurang mengingat.

3. Diagnosa / Masalah Keperawatan


Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam
adalah potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan
hiperthermi, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas , Resiko terhadap
cidera, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan
dengan keterbatasan informasi.

37
4. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah
tindakan yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan
pustaka sesuai kebutuhan klien saat itu.

5. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata tidak menemui kesulitan
karena sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang
memadai.

6. Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri
atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien.
Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan
pasien yang dapat berubah-ubah.

4.2. Saran
4.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Meningkatkan pengetahuan keluarga dengan cara membuat tool-tool
evaluasi perkembangan pasien di rumah, yang harus diisi oleh keluarga.
Membekali keluarga pasien yang terdekat untuk dapat memahami,
mengenali, dan bertindak secara efektif mengenai permasalahan-permasalah
yang dialami pasien.

4.2.2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Institusi pendidikan dan pelayanan harus lebih aktif dalam meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan pada pasien Epilepsi dengan selalu mengikuti
perkembangan evidence based.

4.2.3. Bagi Institusi Rumah Sakit


Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan pemberian informasi dan
konseling terkait penyakit Epilepsi dan pengobatannya pada keluarga pasien
agar keluarga dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani program
pengobatan secara baik.

4.2.4. Bagi Masyarakat


Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit Epilepsi sehingga
apabila terdapat keluarga yang mengalami Epilepsi, keluarga dapat
memotivasi anggota keluarganya yang sedang menjalani program
pengobatan.

38
4.2. Penutup

Demikianlah kami menyusun makalah ini dan kami sangat bersyukur


kepada ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya jua kami dapat
menyelesaikan karya makalah ini, dan tidak lupa pula kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini terutama kepada
bapak/ibu selaku dosen pembimbing. kami sangat menyadari dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini, mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi sapa saja yang membacanya terutama bagi kami sendiri.

Amin.

39
DAFTAR PUSTAKA

Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculaius.
Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nurarif,A.H & Kusuma,H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc.Yogyakarta : Media Action.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.(2002). BukuAjar Keperawatan Medical Bedah.


volume II. Jakarta : ECG

40

Anda mungkin juga menyukai