A DENGAN EPILEPSI
DIDESA NATAM KEC. BADAR
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
MUTIA MISLIKA
200202040
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Tujuan Penulis............................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum.......................................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................
1.3 Manfaat Penulis..........................................................................................
3.1 Pengkajian...................................................................................................
3.1.1 Identitas...............................................................................................
3.1.2 Riwayat Kesehatan..............................................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
4.1 Kesimpulan............................................................................................
4.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus
bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya
jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam. Epilepsi
merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak.
Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam
terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran
pencernaan. (Ngastiyah, 2002; 229).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-
laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME.
Sumijati, 2000;72-73). Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan
mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian
hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah,
2001 : 858) . Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan
bangkitan kejang yang sering.
Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam
mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan
kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-
spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada Epilepsi adalah :
Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma,
mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif,
memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis
dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 2000; 262).
2.1. Pengertian
2.2. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik)
Sering terjadi pada:
1.Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3.Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5.Tumor Otak
6. Kelainan pembuluh darah
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak
jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan
otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal
dengan defisit neurologik yang jelas. Sementara itu, dipandang dari
kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik
dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai
berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12
bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit
neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang
adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali
itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan
mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk
terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya
bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan
ulang dalam waktu 6 bulan pertama(Tarwoto,2007).
Dispnea O2 Menurun
Parsial Umum
Tonik-klonik
klonik
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian
berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan
dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang
lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan
nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter
eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid)
bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps.
Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saraf di otak
yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan
menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan
demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat
mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian
akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar
kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai
hilangnya kesadaran.
Jika status masih berlanjut setelah fenitoin 20 mg/kg maka berikan fenitoin
tambahan 5 mg/kg sampai maksimum 30 mg/kg. Jika status menetap, berikan
20 mg/kg fenobarbital intravena dengan kecepatan 60 mg/menit. Bila apne,
berikan bantuan ventilasi (intubasi). Jika status menetap, anestasia umum
dengan pentobarbiatal, midazolam atau propofal.
a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin
tahu (pasien yang mempunyai aura/penanda ancaman kejang memerlukan
waktu untuk mengamankan, mencari tempat yang aman dan pribadi
b.Pasien dilantai jika memungkinkan lindungi kepala dengan bantalan untuk
mencegah cidera dari membentur permukaan yang keras.
c. Lepaskan pakaian yang ketat
d.Singkirkan semua perabot yang dapat menciderai pasien selama kejang.
e. Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat
tidur.
f. Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan
diantara gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.
g.Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme
untuk memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah
dapat terjadi karena tindakan ini.
h.Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena
kontraksi otot kuat dan restrenin dapat menimbulkan cidera
i. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala
fleksi kedepan yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan
pengeluaran salifa dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu
untuk membersihkan secret
j. Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah
aspirasi, yakinkan bahwa jalan nafas paten. Biasanya terdapat periode
ekonfusi setelah kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi
selama atau secara tiba-tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun harus
diorientasikan terhadap lingkungan
2. 7 Pemeriksaan Diagnostik
1.Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada
aktivitas kejang.
2.Glukosa : Hipoglikemia dapat menjadi presipitasi(pencetus kejang.
3.Ureum/Kreatinin : Meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya aktivitas
kejang.
4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat.
5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi.
6. Punksi lumbal : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari css, tanda-tanda
infeksi,perdarahan(hemoragik,subarakhnoid,subdural)sebagai penebab kejang
tersebut.
7. Foto ronsen kepala :Untuk mengidentiikasi adanya SOL,fraktur.
8. Elektroensefalogram: Melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi
dengan baik,mengukur aktivitas otak.Gelombang otak untuk menentukan
karakteristik dari gelombang pada masing –masing tipe dari aktivitas kejang
tersebut.
9. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang
secara tepat.
10. Scan CT : mengidentifikasi letak lesi serebral, hematoma, edema
serebral,trauma, abses,tumor,dan dapat dilakukan dengan/tanpa kontras.
11.Positron emission tomography : Mendemontrasikan perubahan
metabolik.Misalnya penurunan metabolisme pada sisi lesi.
12. MRI : Melokalisasi lesi-lesi lokal.
13.Magnetoensefalogram :Memetakan impuls/potensial listrik otak pada pola
pembebasan yang abnormal.
14. Wada : Menentukan hemisfer dominan (dilakukan sebagai evaluasi awal
dari praoperasi lobektomi temporal).
(Rencana Asuhan Keperawatan :262)
1. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tangal pengkajian, No
register, tanggal rawat dan penanggung jawab dan perawat mengumbpulkan
informasi informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan tentang
faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat.
Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji:
a. ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang
b. pasien mempunyai program rekreasi atau Kontak sosial
c. pengalaman kerja
d. Mekanisme koping yang digunakan
e. Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
1. Selama serangan :
a. ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
b. ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
c. pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
d.disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-
klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
e. pasien menggigit lidah.
f.mulut berbuih.
g.ada inkontinen urin.
h.bibir atau muka berubah warna.
i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu
sisi atau keduanya.
k.ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur,
keadaan emosional.
l.penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan
gangguan kesadaran, kejang-kejang.
m. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak.
n. Apakah makan obat-obat tertentu.
o.ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
2. Sesudah serangan
a. pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara
b. ada perubahan dalam gerakan.
c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan
sesudah serangan.
d.terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung.
e.Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
5. Riwayat kesehatan
a.Riwayat keluarga dengan kejang.
b.Riwayat kejang demam.
c.Tumor intrakranial.
d.Trauma kepala terbuka, stroke.
6. Riwayat kejang
a. Berapa sering terjadi kejang
b. Gambaran kejang seperti apa
c. sebelum kejang ada tanda-tanda awal
d. yang dilakuakn pasien setelah kejang
7. Riwayat penggunaan obat
a. Nama obat yang dipakai
b. Dosis obat
c.Berapa kali penggunaan obat
8.Pemeriksaan fisik
a.Tingkat kesadaran
b.Abnormal posisi mata
c.Perubahan pupil
d.Garakan motorik
e.Tingkah laku setelah kejang
f.Apnea
g.Cyanosis
h.Saliva banyak
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan mengenai prognosis Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan
pengobatan persepsi & keadaan penyakit yang
ada
2.8.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan
kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
2.8.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan
apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum.
Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI,
1989;162).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
Nama : An.A
Alamat : Perumnas Badar
Tempat / tanggal Lahir : Batam, 24 November 2015
Usia : 5 tahun
Nama Ayah / Ibu : Tn.B/Ny.S
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidikan Ibu : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
a. Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang
Demam.
Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah Kejang Demam. Ibu klien
ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B berlangsung selama kira-kira
± 3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari. Ibu klien juga
pagi hari dan di sore hari.Kejang yang dialami An.B selalu disertai dengan
demam tinggi dan terdengar ada suara batuk yang di sertai dengan adanya
penumpukan sekret.
a) Prenatal
Ibu klien mengatakan ketika mengandung An.B rajin memeriksakan
kecelakaan.
b) Intranatal
c) Postnatal
melakukan tindakan operasi apapun, tidak ada riwayat alergi, tidak ada
Dan ibu klien juga mengatakan sampai dengan usia An.B 5 bulan saat
ini imunisasi sudah dilakukan, hanya tinggal beberapa imunisasi saja
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
: Keturunan
: Pernikahan
: Klien
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama
kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu
An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang
seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya
kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun tidak
sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat berhari-hari seperti An.B saat ini.
Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang merawat,
Hubungan An.B didalam keluarga nya sangat baik, kehadiran An.B di tengah-
tengah keluarga nya sangat diterima dengan baik. Banyak diantara keluarga-
menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif, tidak rewel dan jarang
a. Pola Makan
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu
b. Pola Tidur
An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan
jika sebelum tidur siang ataupun malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B
dirasa cukup baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun saat
c. Mandi
An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat.
d. Aktivitas Bermain
Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup
aktif dan kooperatif. An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat
mulutnya dan kini An.B sedang pada masa tahapan Tumbuh kembang
belajar telengkup.
e. Eliminasi
Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam
sehari. Konsistensi urine berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira
± 100cc/hari.
Untuk BAB ibu klien dalam sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi cair
warna kuning kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga
a. Diagnosamedisawaltanggal21april214“KejangDemam”
c. Status nutrisi
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu
d. Status cairan
e. Obat-obatan
1) Ampicilin 3x150 mg
g. Pemeriksaan EEG
Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 23 April
2014 menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG abnormal yang
No Pemeriksaan Hasil
a. Tanda-tanda vital
Nadi 120x/menit
RR 42x/menit
Suhu 37.7 OC
Berat Badan 10 kg
Panjang Badan 90 cm
b. Kepala-leher
whezing (-)
d. Jantung Perifer :
Jantung :
S2 reguler, HR=120x/menit
e. Abdomen Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan,
usus 5x/menit
f. Genitalia& anus Penis menonjol (+), keadaan genitalia
Klien saat ini masih dalam tahap tumbang bayi berusia 5 bulan dan saat ini
b. Motorik halus
klien sudah mampu meraih benda yang ada disekitarnya dan benda yang
diberikan padanya.
d. Motorik kasar
DO :
- Klien tampak lemas &
lemah
- Suhu An.B (21/04/2014)
Pagi : 37,7 ̊C
Siang : 38,5 ̊C
- Klien An.B tampak
Gelisah
- Klien tampak banyak
mengeluarkan keringat
- Mukosa bibir pucat
3
DS:
- Ibu An.B mengatakan
An.B sebelumnya tidak
Resiko Terhadap Perubahan
pernah mengalami kejang
cidera kesadaran
- Ibu An.B kejang yang di
alami An.B sebelum
kerusakan kognitif
dibawa Ke Rumah Sakit
sudah 2x terjadi yaitu pagi selama kejang
& siang.
- Ibu An.B mengatakan saat kerusakan
kejang tubuh anaknya mekanisme
bergetar & kakinya perlindungan diri
menendang-nendang
- Ibu An.B mengatakan aktivitas kejang
kejang yang terjadi yang tidak terkontrol
berlangsung kira-kira ± 5
menit
DO:
- Klien tampak terlihat
gelisah
- Klien terlihat saat demam
tubuhnya bergetar
- Kejang berlangsung ± 5
menit
- Saat kejang terlihat
ibunya memasukkan kain
kedalam mulutnya
4 DS:
- Ibu klien mengatakan
tidak tahu apa yg terjadi
pada An.B Kurang pengetahuan Kurang pemajaran
mengenai kondisi
- Ibu klien mengatakan
dan aturan kesalahan
setiap An.B kejang, ibu
pengobatan interpretasi
klien selalu panik
- Ibu klien mengatakan jika informasi
An.B kejang tidak tahu
apa yang harus dilakukan kurang mengingat.
DO:
- Ibu klien tampak terlihat
bingung & sangat panik
saat An.B kejang
- Ibu klien tampak terlihat
cemas & takut jika An.B
kembali kejang
Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan
RR normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji faktor-faktor terjadinya 1. Mengetahui penyebab terjadinya
peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh karena
penambahan pakaian / selimut
dapat menghambat penurunan
suhu.
2. Observasi tanda – tanda vital 2. Pemantauan tanda vital yang
teratur dapat menentukan
perkembangan keperawatan
selanjutnya.
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI RASIONAL
1. Identifikasi faktor lingkungan 1. Dengan menjauhkan barang-
yang memungkinkan resiko barang disekitarnya dapat
terjadinya cidera membahayakan saat terjadinya
kejang
3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien
cukup presdiposisi
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& jam
Sabtu,
06/03/2021
Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 2,4
&5
Analisis :
- Masalah
ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi :
2,3 & 5
08. 30 WIB
1. Menganjurkan Subjektif :
klien untuk - Ibu An. B mengatakan
mengosongkan bahwa anaknya kini
mulut dari dalam keadaan batuk
benda/zat - Ibu An. B mengatakan
tertentu sudah 2 hari anaknya
09.00 WIB
2. Meletakkan mengalami batuk
klien dalam - Ibu An. B mengatakan
posisi miring batuk yang dialami
dan pada anaknya disertai dengan
permukaan secret/dahak
datar
09.10 WIB
3. Menanggalkan Objektif :
pakaian pada - Tampak tidak ada benda
daerah leher asing/zat tertentu di
dan dada, serta mulut An.B
abdomen - Klien terlihat dalam
09.45 WIB 4. Melakukan posisi miring kiri diatas
penghisapan permukaan datar tempat
sesuain indikasi tidur
Masih 5. Memberikan - Ibu klien tampak
terpasang oksigenn sesuai melepaskan pakaian luar
program terapi An. B dan hanya
O2 1 liter/menit memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul
Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 2,4
&5
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di
endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
07/03/2021
1. Meletakkan klien
10. 15 WIB Subjektif :
dalam posisi - Ibu An. B
miring dan pada mengatakanbatuk yang
dialami An. B sudah mulai
permukaan datar berkurang
2. Melakukan - Ibu An. B mengatakan
sudah tidak mendengar
11.30 WIB penghisapan suara dahak/secret ketika
sesuain indikasi An. B batuk
3. Memberikan Objektif :
Masih oksigenn sesuai - Klien di posisikan miring
terpasang kiri dan di permukaan datar
program terapi O2 diatas tempat tidur
1 liter/menit - Klien telah dilakukan
penghisapan dengan
menggunakan suction
untuk yang terakhir, karena
secret/dahak sudah
berkurang & tidak
terdengar lagi
- Klien An. B masih
terpasang Oksigen 1
liter/menit nasal kanul
Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi.
Planing :
- Intervensi dihentikan.
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
No Hari/Tangga
. l Implementasi Evaluasi Paraf
DX & Jam
2. Minggu,
07/03/2021
Objektif :
- Observasi vital sign : Pagi,
Suhu : 37,5OC
Nadi : 100x/m RR : 34x/m
Siang ; S : 37,4OC N :
110x/m
RR : 30x/menit
- Ibu klien tampak sedang
memberikan kompres hangat
di bagian kepala klien
- Ibu klien tampak sedang
memberikan ASI saat klien
menangis kehausan
- PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
- Masalah ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 1 & 2
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
07/03/2021
09.00 WIB
1. Memberikan Subjektif :
penghalang di - Ibu An. B mengatakan
09.20 WIB tempat tidur klien selalu menjaga &
2. Menyiapkan kain mengawasi An. B di tempat
lunak untuk tidur
mencegah terjadinya - Ibu klien mengatakan selalu
tergigitnya udah saat menyiapkan kain lunak
10.00 WIB kejang disamping tempat tidur An.
3. Memberikan obat B
anti kejang :
- Stesolid.Sup : Objektif :
0,5 mg - Tampak terlihat keluarga
- Diazepam IV : An. B memberikan
0,5 mg penjagaan disamping
tempat tidur klien
- Ibu klien tampak dengan
sigap selalu memasukkan
kain lunak ke dalam mulut
An. B saat terjadi kejang
- Klien selalu mendapatkan
stesolid & Diazepam setiap
kali kejangmya kembali
berulang.
Analisis :
- Masalah Resiko terhadap
cidera sebagian sudah
teratasi.
Planing :
- Lanjutkan Intervensi 2 & 3.
Objektif :
- Hasil observasi vital sign :
Siang,
Suhu : 39,8OC
Nadi : 118x/m RR : 46x/m
Sore ; S : 39,4OC N :
134x/m
RR : 44x/menit Malam ; S :
36,3OC N : 100x/m RR :
40x/m
- Ibu klien dan keluarga klien
tampak telah memberikan
kompres hangat di bagian
kepala dan ketiak An. B
- PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
- Masalah ketidakefektifan
termoregulasi belum teratasi
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 1 & 2
Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
03/01/2021
19.00 WIB
1. Menyiapkan kain lunak Subjektif :
19.30 WIB untuk mencegah - Ibu An. B mengatakan
terjadinya tergigitnya masih sering merasa panic
udah saat kejang & gelisah setiap kali
2. Memberikan obat anti anaknya kembali kejang
kejang : - Ibu klien mengatakan
- Stesolid.Sup : 0,5 bagaimana caranya agar
mg An. B tidak kembali
mengalami kejang
Objektif :
- Ibu klien tampak terlihat
sedang menyelipkan kain
lunak saat An. B kembali
kejang
- Klien telah diberikan obat
anti kejang stesolid
Analisis :
- Masalah Resiko terhadap
cidera teratasi.
Planing :
- Lanjutkan Intervensi ulang
jika klien masih
menngalami kejang
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
03/01/2021
Analisis :
- Masalah Kurang
pengetahuan mengenai
kondisi dan aturan
pengobatan teratasi.
Planing :
- Intervensi di hentikan.
- Memberikan leaflet sebagai
informasi lanjutan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengkajian
kejang terjadi.
mengalami Epelepsi
Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis
neromuskuler.
keseimbangan )
kurang mengingat.
4. Perencanaan
5. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata tidak menemui kesulitan
karena sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang
memadai.
6. Evaluasi
4.2. Saran
pengobatan.
4.2. Penutup
kepada ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya jua kami dapat
menyelesaikan karya makalah ini, dan tidak lupa pula kepada pihak-pihak
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
bermanfaat bagi sapa saja yang membacanya terutama bagi kami sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculaius.
Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.