Disusun Oleh:
WAFRATUL QALBIYAH
NIM: (1920108)
KEPANJEN MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃
biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan pernah
kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. (Ridha,2017). Kejang
demamyang sering disebut step, merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang
bayiataupun anak mengalami demam tanpa infeksi sestem saraf pusat yang dapat
timbulbila seorang anak mengalami demam tinggi (Sudarmoko, 2013).
Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38℃)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama pada anak umur 3 bulan- 5tahun.
B. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinis
Sebagian besar kejang demam merupakan kejang umum. Bentuk kejang umum
yang sering dijumpai adalah mata mendelik atau terkadang berkedip-kedip, kedua
tangan dan kaki kaku, terkadang diikuti kelojotan, dan saat kejang anak tidak sadar
tidak memberi respons apabila dipanggil atau diperintah. Setelah kejang anak sadar
kembali. Umumnya kejang demam akan berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 5
menit dan tidak berulang lebih dari satu kali dalam 24 jam (Soebadi, 2015).
E. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh
ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar
sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
F. Pathway
Rangsang mekanik
Infeksi bakteri, dan biokimia
virus dan parasit
Perubahan
Reaksi Inflamasi
konsentrasi ion di
ruang eksraseluler
Proses demam
Keseimbangan
potensial
Metabolisme membrane ATPASE
meningkat
Kejang
Hipertermi
Inkordinasi <15 menit >15 menit
kontraksi
otot mulut dan lidah
prognosis
Defisit
pengetahuan
G. Komplikasi
Komplikasi kejang demam menurut Waskito (2013) adalah:
a. Kerusakan neurotransmitter
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan pada
neuron.
b. Epilepsy
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari
sehingga terjadi serangan epilepsy yang spontan.
c. Kelainan anatomi di otak
Serangan kejang yang berlangsung dalam yang dapat menyebabkan
kelainan otak yang lebih banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan sampai
5 tahun.
d. Kecacatan atau kelainan neurologis
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang
demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi
dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium
rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama
pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali
gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi
yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari
18 bulan.
3. Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na (Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi
kejang)
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang.
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih
terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk
transiluminasi kepala.
7. USG Kepala
Dengan cara merefleksikan gelombang suara untuk menangkap gambaran otak dan
sebuah ruang yang berisi cairan (ventricles) dimana cairan cerebrospinal (CSF)
mengalir.
I. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan.
1. Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan
pertama kali adalah ABC (Airway, Breathing, Circulation)
2. Setelah ABC aman. Baringkan pasien ditempat yang rata untuk
mencegah terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah Danger.
3. Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah
dibungkus kasa
4. Singkarkan benda-benda yang ada di sekitar pasien yang bisa
menyebabkan bahaya.
5. Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
6. Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
7. Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat
8. Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit
akan dilepaskan.
b. Penatalaksanaan medis
1. Bila pasien datang dalam keadaan kejang obat utama adalah
diazepam untuk membrantas kejang secepat mungkin yang
diberi secara IV (intravena), IM (Intra muskular), dan rektal.
Dosis sesuai BB: <10 kg; 0,5-0,75 mg/kg BB dengan minimal
dalam spuit 7,5 mg, BB > 20 kg ; 0,5 mg/kg BB. Dosis rata-
rata dipakai 0,3 mg/kg BB/kali dengan maksimal 5 mg pada
anak berumur kurang dari 5 tahun,dan 10 mg pada anak yang
lebih besar. Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan
dosis yang sama setelah 20 menit.
2. Untuk mencegah edema otak , berikan kortikosteroid dengan
dosis 20-30 mg/kg BB/ hari dan dibagi dalam 3 dosis atau
sebaiknya glukortikoid misalnya deksametazon 0,5-1 ampul
setiap 6 jam
- Hyperplasia ginginal
konvulsif
e. Kenyamanan
f. Keamanan
3. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon secara
akuntalitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi (Aziz, 2007).
Diagnosa keperawatan pada penyakit kejang demam adalah :
a. Hipertermi
b. Termogulasi tidak efektif
c. Defisit pengetahuan
d. Perfusi jaringan celebral tidak efektif
e. Resiko Cidera
4. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Hipertermi (D.0130) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: Menejemen
Definisi: Suhu tubuh meningkat di atas keperawatan 3x24 jam diharapkan Hipertermia (I.15506)
rentang normal tubuh. termogulasi membaik. Dengan kriteria hasil: Definisi : Mengidentifikasi
dan mengelola peningkatan
Penyebab: SLKI: Termogulasi (L.14134) suhu tubuh akibat disfungsi
1. Dehidrasi No Indikator 1 2 3 4 5 termogulasi.
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, 1A Menggigil 1 2 3 4 5
Observasi
kanker) 2A Kulit merah 1 2 3 4 5 1. Identifikasi penyebab
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan hipertermia (mis.
suhu lingkungan 3A Kejang 1 2 3 4 5 Dehidrasi, terpapar,
5. Peningkatan laju metabolisme 4A Pucat 1 2 3 4 5 lingkungan panas,
6. Respon trauma penggunaan
7. Aktivitas berlebihan 5B Suhu tubuh 1 2 3 4 5 incubator)
8. Penggunaan incubator 2. Monitor suhu tubuh
Keterangan: 3. Monitor kadar
A: elektrolit
1 : Menurun 4. Monitor komplikasi
Gejala Tanda Mayor 2 : Cukup menurun akibat hipertermia
Subjektif: 3 : Sedang
4 : Cukup meningkat Terapeutik
(Tidak tersedia) 5 : Meningkat
1. Sediakan lingkungan
Objektif: yang dingin
1. Suhu tubuh di atas nilai normal 2. Berikan cairan oral
B:
3. Lakukan pendinginan
1 : Memburuk
eksternal (mis.selimut
2 :Cukup memburuk
hipotermia, atau
Gejala Tanda Minor 3 : Sedang kompres dingin pada
Subjektif: 4 : Cukup membaik dahi, leher, dada,
5 : Membaik abdomen, aksila)
(Tidak tersedia) 4. Hindari pemberian
Objektif: antipiretik atau
aspirin.
1. Kulit merah 5. Berikan oksigen, jika
2. Kejang perlu.
3. Takikardi
4. Takipnea Edukasi
1. Anjurlan tirah baring
5. Kulit terasa hangat Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan eletrolit
intravena, jika perlu
Termogulasi Tidak Efektif (D.0149) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: Regulasi
Definisi: Kegagalan mempertahankan keperawatan 3x24 jam diharapkan Temperatur (I.14578)
suhu tubuh dalam rentang normal termogulasi membaik. Dengan kriteria hasil: Definisi: Mempertahankan
suhu tubuh dalam rentang
Penyebab: SLKI: Termogulasi (L.14134) normal.
1. Stimulasi pusat termogulasi No Indikator 1 2 3 4 5
hipotalamus Observasi
2. Fluktuasi suhu lingkungan 1A Menggigil 1 2 3 4 5 1. Monitor suhu bayi
3. Proses penyakit (Mis. Infeksi) sampai stabil (36,5oC-
2A Kulit merah 1 2 3 4 5
4. Proses penuaan 37,5oC
5. Dehidrasi 3A Kejang 1 2 3 4 5 2. Monitor suhu tubuh
6. Ketidaksesuaian pakaian untuk anak tiap dua jam, jika
suhu lingkungan 4A Pucat 1 2 3 4 5
perlu
7. Peningkatan kebutuhan oksigen 5B Suhu tubuh 1 2 3 4 5 3. Monitor TD, frekuensi
8. Perubahan laju metabolisme
pernapasan, dan nadi
9. Suhu lingkungan ekstrem Keterangan:
4. Monitorwarna dan suhu
10. Ketidakadekuatan suplai lemak A:
kulit
subkutan 1 : Menurun
5. Monitor dan catat tanda
11. Berat badan ekstrem 2 : Cukup menurun
12. Efek agen farmakologis (mis. gejala hipotermia atau
3 : Sedang
Sedasi) hipertermia
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat Terapeutik
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antikonvulsan, jika
perlu.
Defisit Pengetahuan (D.0111) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: Edukasi Kesehatan
Definisi: Ketiadaan atau kurangnya keperawatan 1x24 jam diharapkan tingkat (I.12383)
informasi kognitif yang berkaitan pengetahuan meningkat. Dengan kriteria Definisi: Mengidentifikasi
dengan topik tertentu. hasil: pengelolaan faktor risiko
penyakit dn perilaku hidup
Penyebab: SLKI: Tingkat Pengetahuan (L.12111) bersih serta sehat.
1. Keterbatasan kognitif No Indikator 1 2 3 4 5
2. Gangguan fungsi kognitif Observasi
3. Kekeliruan mengikuti anjuran 1A Kemampuan 1 2 3 4 5 1. Identifikasi kesiapan
menjelaskan
4. Kurang terpapar informasi dan kemampuan
5. Kurang minat dalam belajar pengetahuan
menerima informasi
tentang suatu
6. Kurang mampu mengingat 2. Identifikasi faktor-
7. Ketidaktahuan menemukan topik
faktor yang dapat
sumber informasi. 2A Kemampuan 1 2 3 4 5 meningkatkan dan
menggambarkan menurunkan motivasi
pengalaman perilaku hidup bersih
sebelumnya
Gejala Tanda Mayor dan sehat.
yang sesuai
Subjektif: dengan topik Terapeutik
1. Menanyakan masalah yang 3A Perilaku sesuai 1 2 3 4 5
1. Sediakan materi
dengan
dihadapi dan media
pengetahuan
Pendidikan
Objektif: 4A Pertanyaan 1 2 3 4 5
Kesehatan
tentang masalah
1. Menunjukkan perilaku tidak 2. Ajarkan perilaku
yang dihadapi
sesuai anjuran hidup bersih dan
2. Menunjukkan presepsi yang 5B Presepsi keliru 1 2 3 4 5 sehat
kliru terhadap masalah terhadap 3. Berikan
masalah
kesempatan untuk
6C Perilaku 1 2 3 4 5 bertanya.
Gejala Tanda Minor Keterangan: Edukasi
Subjektif: A:
1 : Menurun 1. Jelaskan factor
risiko yang dapat
(Tidak tersedia) 2 : Cukup menurun mempengaruhi
3 : Sedang Kesehatan
Objektif:
4 : Cukup meningkat 2. Ajarkan perilaku
1. Menjalani pemeriksaan yang
5 : Meningkat hidup bersih dan
tidak tepat
sehat
2. Menunjukkan perilaku
B: 3. Ajarkan strategi
berlebihan (mis. Apatis,
1 : Meningkat yang dapat
bermusuhan, agitasi, histeria)
2 : Cukup meningkat digunakan untuk
3 : Sedang meningkatkan
4 : Cukup menurun perilaku hidup
5 : Menurun bersih dan sehat.
C:
1 : Memburuk
2 :Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup
membaik 5 :
Membaik
Resiko Cidera (D.0136) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: Pencegahan
Definisi: Beresiko mengalami bahaya keperawatan 1x24 jam diharapkan tingkat Kejang (I.14542)
atau kerusakan fisik yang pengetahuan meningkat. Dengan kriteria Definisi: Mengidentifikasi
menyebabkan seseorang tidak lagi hasil: dan menurunkan resiko
sepenuhnya sehat atau dalam kondisi terjadinya kontraksi otot
baik. SLKI: Tingkat Pengetahuan (L.12111) dan gerakan yang tidak
terkendali.
Faktor Resiko:
External Observasi
1. Terpapar pathogen 1. Monitor status
2. Terpapar zat kimia toksik neurologis
3. Terpapar agen nosocomial 2. Monitor TTV
4. Ketidakamanan transportasi
Internal Terapeutik
1. Ketidaknormalan profil darah 1. Baringkan pasien
2. Perubahan orientasi afektif agar tidak terjatuh
3. Perubahan sensasi 2. Rendahkan
4. Disfungsi autoimun ketinggian tempat
5. Disfungsi biokimia tidur
6. Hipoksia jaringan 3. Pasang side-rail
7. Kegagalan mekanisme tempat tidur
pertahanan tubuh 4. Berikan alas
8. Malnutrisi empuk dibawah
9. Perubahan fungsi psikomotor kepala, jika perlu
10. Perubahan fungsi kognitif 5. Jauhkan benda-
benda berbahaya
No Indikator 1 2 3 4 5
1A Kemampuan 1 2 3 4 5
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu
Topik
2A Kemampuan 1 2 3 4 5
menggambarkan
pengalaman
sebelumnya
yang sesuai
dengan topik
3A Perilaku sesuai 1 2 3 4 5
dengan
pengetahuan
4A Pertanyaan 1 2 3 4 5
tentang masalah
yang dihadapi
5B Presepsi keliru 1 2 3 4 5
terhadap
masalah
6C Perilaku 1 2 3 4 5 terutama benda
tajam
6. Sediakan suction
di samping tempat
tidur
Edukasi
1. Anjurkan segera
melapor jika
merasakan aura
2. Ajarkan keluarga
pertolongan
pertama pada
kejang
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antikonvulsan, jika
perlu
Keterangan:
A:
1 : Menurun
2 : Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
B:
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
C:
1 : Memburuk
2 :Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup
membaik 5 :
Membaik
5. Implementasi
Menurut Arifin (2015) Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Menurut Kozier (2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat
melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan
terminilogi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi.
6. Evaluasi
Menurut Arifin (2015) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmoko, dr., Arief, D. (2013). Pegangan Wajib Kesehatan Balita. Yogyakarta: Gelar.
Sugiyono. (2015). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. PPNI : Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta.
Wahyuni, Sendy. 2020. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam di Ruang
Melati RSUD dr. R Koesma Tuban. Diploma Thesis. Poltekkes Surabaya
Wijayahadi, Noor et al. 2016. Faktor Risiko Bangkitam Kejang Demam pada Anak. Sari
Pediatri. Volume 03. No 12.
Mengetahui,
Disusun Oleh:
WAFRATUL QALBYAH
NIM: (1920108)
KEPANJEN MALANG
2021
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S No Reg : 1205**
TTL : 20 Maret 2019 Tanggal MRS : 19 April 2021
Usia : 2 Th Tanggal Pengkajian :19April 2021
2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS :
Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien mengalami demam sejak tanggal 17 April
2021 dengan suhu 38,2oC, demam naik turun. Sudah di periksakan ke bidan, demam
turun saat diminumkan obat. Pada tanggal 19/4/21 pasien mengalami kejang 1 kali
sekitar jam 08.30, kejang seluruh tubuh, dan kejang terjadi kurang lebih selama 5
menit, tubuh kaku, dan mata melirik ke atas. Setelah kejadian itu, pasien langsung
dibawa ke IGD RSU Mitra Delima untuk mendapatkan penanganan pertama.
b. Saat Pengkajian :
Orang tua pasien mengatakan An. S sudah tidak mengalami kejang, tetapi demamnya
masih naik turun. Dan sekarang anak masih demam, suhunya yaitu 38,6oC.
Sebelumnya pasien pernah dibawa ke bidan dengan keluhan demam, tetapi tidak ada
perubahan. Di bidan diberi obat Paracetamol sirup.
d. Riwayat alergi :
Ibu klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan atau
suatu apapun.
e. Riwayat kecelakaan :
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami jatuh saat belajar berjalan,
pernah 2x jatuh dari kasur, dan tidak pernah mengalami kecelakaan saat berkendara.
f. Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengatakan imunisai yang diberikan pada An. S lengkap
g. Pola Asuh : ibu klien mengatakan An. S di asuh oleh dirinya sendiri karena ibu
merupakan ibu rumah tangga.
h. Riwayat tumbuh kembang :
1) Motorik kasar : Ibu pasien mengatakan An.S dirumah sudah bisa menendang
bola kedepan, berjalan dengan baik,berjalan mundur, lari, naik tangga, menendang
bola ke depan, berdiri 1 kaki 1 detik, berdiri 1 kaki 2 detik,melompat dengan 1 kaki,
berdiri 1 kaki 3 detik.
2) Motorik halus : An.S telah bisa menyusun mainan seperti kubus 2-4 menara,
mengambil manik-manik, mencoret-coret, menggoyangkan jari, mencontoh O dan +
3) Sosialisasi : An.S sudah bisa minum dengan cangkir, menirukan
kegiatan, main bola, menyatakan keinginan, menyebut nama teman, mengambil
makanan
4) Bahasa : An.S sudah bisa menyebutkan 1-3 kata, menunjuk 2 gambar,
mengerti 2 kata sifat, menyebut 1 warna, menghitung 1 kubus
i. Genogram :
X
Ibu pasien An.S anak kedua dari 2
saudara. Ayahnya sdh meninggal
dan ibunya masih hidup dan
menikah dan tinggal Bersama
suami dan 1 orang anak yaitu An.S.
di dalam keluarga An.S tidak ada
yang memiliki Riwayat penyakit,
baik menular, menurun, ataupun
menahun.
Keterangan Genogram
: Perempuan
: Laki-laki
X : Meninggal
: Pernikahan
: Pasien
: Tinggal 1 Rumah
5. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
g. Pemeriksaan Ekstremitas :
Ekstremitas atas : terpasang infus di tangan sebelah kiri
Ekstremitas bawah: normal
5 5
5 5
Kekuatan otot:
Keterangan kekuatan otot:
1 : Paralis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
2 : Teraba dan terlihat getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan sama sekali
2: Dapat menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi
3 : Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat (gravitasi)
4 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan minimal
5 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan maksimal
(kekuatan normal)
Kontraktur : (-) Pergerakan : normal
Deformitas : (-) Pembengkakan: (-)
Edema: - -
- -
h. Pemeriksaan Genetalia :
tidak ada kelainan dan tidak terpasang kateter
i. Pemeriksaan Integumen :
Kulit teraba panas, warna kulit sawo matang, lesi (-), tekstur halus, turgor <3detik
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium An.S (Dx Medis : KDS) Tanggl:
19 April 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
HEMATOLOGI
Hematologi lengkao
Hemoglobin 12,6 g/dL 11.4-15,7
Hematokrit 38,5 % 38-42
Leokosit 17,600 Sel/uL 4.700-11.300
Eritrosit 5,7 10^6/uL 3.5-5.5
Trombosit 282.000 /uL 150000-450000
Index eritrosit
Hitung jenis
Granulosit 76 % 43-76
Limfosit 20,8 % 15.0-45.0
Monosit 4,5 % 4.0-12.0
KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu 86 mg/dL <200
IMUNOSEROLOGI
- Anti SARS-CoV 2 Non reaktif ug/mL Non reaktif
<43
<10 Reaktif >43
9. TERAPI
Inf C1:4: 1400cc/24 jam = 14 tpm makro
inj. Diazepam 2 x 3 mg (iv) K/P Kejang
Inj. Cefotaxime 3 x 400 mg (iv) dalam Ns 100cc hbs dalam 1 jam
Inj. Norages 3 X 150 mg (iv) (k/p suhu 38,5° C)
10. KESIMPULAN
Anak sudah tidak mengalami kejang, tetapi masih demam. Beresiko kejang berulang.
( Wafratul Qalbiyah )
ANALISA DATA
Nama : An.S No Reg : 1205**
Usia : 2 Tahun
No Data Pendukung SDKI Etiologi
1. DS : Termogulasi Infeksi bakteri,
Orang tua pasien mengatakan Tidak Efektif virus, dan parasite
bahwa pasien mengalami (D.0149)
demam sejak tanggal 17 April Reaksi inflamasi
o
2021 dengan suhu 38,2 C,
demam naik turun disertai Proses demam
kejang 1 kali seluruh tubuh
sebelum MRS, tiap kejang 5 Keseimbangan
menit. Saat pengkajian ibu potensial membrane
An.S mengatakan anaknya ATP-ASE
masih demam.
Suhu tubuh
meningkat
Hipertermi
Termogulasi tidak
efektif
2. DS: Ibu pasien mengatakan Defisit Defisit Pengetahuan
sangat khawatir jika pengetahuan b.d
sewaktu-waktu anaknya kurang terpapar
akan kejang lagi karena anak informasi d.d
masih demam dan suhunya menanyakan
naik-turun masalah yang
dihadapi (D.0111)
DO:
An.S terlihat menangis dan
lemas saat dikaji
Kejang (-)
Demam (+)
S : 38,6 oC
-Akral teraba panas
Observasi
informasi d.d No Indikator 1 2 3 4 5
menanyakan
1A Kemampuan 1 2 3 4 5
amsalah yang menjelaskan
pengetahuan
dihadapi tentang suatu -Identifikasi kesiapan
topik dan kemampuan
(D.0111)
2A Kemampuan 1 2 3 4 5 menerima informasi
menggambarkan -Identifikasi faktor-
pengalaman faktor yang dapat
sebelumnya meningkatkan dan
yang sesuai menurunkan motivasi
dengan topik perilaku hidup bersih
3A Pertanyaan 1 2 3 4 5 dan sehat.
tentang masalah
Terapeutik
yang dihadapi
-Sediakan materi dan
5B Presepsi keliru 1 2 3 4 5 media Pendidikan
terhadap Kesehatan
masalah -Ajarkan perilaku
6C Perilaku 1 2 3 4 5 hidup bersih dan sehat
-Berikan kesempatan
untuk bertanya.
Edukasi
-Jelaskan factor risiko
yang dapat
mempengaruhi
Kesehatan
-Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat.
Keterangan:
A:
1 : Menurun
2 : Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
B:
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
C:
1 : Memburuk
2 :Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal : 19 April 2021
No SDKI Implementasi Evaluasi
1 Termogulasi Observasi: Evaluasi:
Tidak Efektif 1. Monitor suhu tubuh anak S: Ibu pasien mengatakan
b.d Proses tiap dua jam pasien demam.
Penyakit 2. Monitor tanda-tanda vital O:
(Infeksi, 3. Monitor dan catat tanda dan - TTV: S : 38.60C
hipertermi) d.d gejala hipotermia atau N: 104x/mnt
Suhu Tubuh hipertermia RR: 24x/mnt
Flutuatif, dan Terapeutik - SPO2 98% room air
Kejang 1. Tingkatkan asupan cairan - Kesadaran
dan nutrisi yang adekuat. composmentis
Kolaborasi - GCS 456
- Akral teraba panas
1. Kolaborasi dengan
A:
pemberian antipiretik (Inj.
- Masalah teratasi
Norages 150 mg)
sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
2 Defisit SIKI: Edukasi Kesehatan Evaluasi
(I.12383)
pengetahuan b.d S: Ibu pasien mengatakan
Definisi: Mengidentifikasi
kurang terpapar pengelolaan faktor risiko sudah sedikit tidak khawatir
penyakit dn perilaku hidup
informasi d.d setelah mengetahui faktor
bersih serta sehat.
menanyakan risiko terjadinya kejang
Observasi
amsalah yang demam.
-Identifikasi kesiapan dan
dihadapi kemampuan menerima O: Ibu An.S tampak tenang,
informasi
(D.0111) lega dan tidak terlalu
-Identifikasi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan dan khawatir
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan
sehat. A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Terapeutik
-Sediakan materi dan media
Pendidikan Kesehatan
-Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
-Berikan kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi
-Jelaskan factor risiko yang
dapat mempengaruhi
Kesehatan
-Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal: 20 April 2021
No SDKI Implementasi Evaluasi
1 Termogulasi Observasi: Evaluasi:
Tidak Efektif 1. Monitor suhu tubuh anak S: Ibu pasien mengatakan
b.d Proses tiap dua jam demam masih naik turun,
Penyakit 2. Monitor tanda-tanda vital demam turun jika sudah di
(Infeksi, 3. Monitor dan catat tanda dan beri obat.
hipertermi) d.d gejala hipotermia atau O:
Suhu Tubuh hipertermia - TTV: S : 37.70C
Flutuatif, dan Terapeutik N: 102x/mnt
Kejang 1. Tingkatkan asupan cairan RR: 22x/ menit
dan nutrisi yang adekuat. - SPO2: 98% room air
Kolaborasi - Kesadaran
2. Kolaborasi dengan composmentis
pemberian antipiretik - GCS 456
- Akral teraba hangat
A:
- Masalah teratasi
sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
Mengetahui,