Anda di halaman 1dari 114

MODUL PRAKTIKUM

ILMU BIOMEDIK DASAR

Penyusun

Andi Fajriansi, S.Kep.,Ns.,M.Kep


Ernawati, S.Kep.,NS.,M.Kes
Indah Restika BN, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Nurkhalid, S.Kep.,Ns., MSN

PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN STIKES NANI
HASANUDDIN MAKASSARTAHUN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
modul praktikum “Ilmu Biomedik Dasar” dapat terselesaikan.
Modul ini berisi penjelasan mengenai setiap prosedur
praktikum dan dilengkapi dengan daftar tilik untuk digunakan oleh
mahasiswa. Penyusun telah berusaha agar modul ini dapat
memenuhi tuntutan pembelajaran di laboratorium dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya oleh mahasiswa yang
berada di lingkup STIKES Nani Hasanuddin Makassar sehingga
menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa
keperawatan khususnya program studi S1 Keperawatan.
Penyusunan modul ini masih jauh dari kesan sempurna, oleh
sebab itu penyusun membuka diri untuk menerima berbagai saran
dan kritikan yang membangun dari para pembaca.

Hormat kami,

Tim Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Waktu kunjungan laboratorium dibuka setiap hari kerja: Senin


s/d Jumat Pagi (Jam 08:00-12:00 dan 13:00-16:00) sedangkan
Sabtu jam 09:00-12:00 dan 13:00-14:00.
2. Peserta praktikum sudah harus siap di Laboratorium minimal
15 menit sebelum praktikum dimulai.
3. Mahasiswa diwajibkan mengenakan pakaian yang rapih
(wanita : memakai kemeja, rok panjang dan laki-laki : memakai
kemeja, celana kain), jas praktikum, papan nama dan logo.
4. Sepatu disimpan di tempat yang telah disediakan sebelum
masukruang laboratorium.
5. Setiap mahasiswa wajib melaksanakan seluruh proses
praktikum sesuai yang dijadwalkan oleh dosen. Mahasiswa
yang berhalangan hadir dengan alasan tepat (surat
keterangan dokter harus disampaikan paling lambat 1 hari
sesudahnya), dan tetap harus melakukan praktikum tersebut
pada kesempatan yang lain.
6. Persiapan alat/bahan laboratorium minimal sehari sebelum
praktikum dilaksanakan.
7. Menjaga sopan santun selama praktikum berlangsung dan
dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam
laboratorium.
8. Mahasiswa tidak diperkenankan keluar masuk laboratorium
tanpa izin dosen pembimbing pada saat praktikum
berlangsung.
9. Mahasiswa tidak dibenarkan membicarakan hal-hal yang tidak
berhubungan dengan praktikum yang dilaksanakan selama
berada di dalam laboratorium demi efisiensi waktu.
10. Alat/bahan laboratorium yang rusak/hilang, harus diganti oleh
praktikan/kelompok yang bersangkutan.
11. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kebersihan
dan keutuhan alat-alat yang digunakan. Pada akhir praktikum
alat-alat diserahkan kembali dalam keadan bersih dan utuh.
12. Setelah kegiatan praktikum semua kran air dan tabung
oksigen yang sudah digunakan harus dalam keadaan tertutup.
13. Menjaga kebersihan ruangan serta mengatur kembali dengan
rapih alat-alat yang telah digunakan termasuk papan tulis,
meja, kursi, dan tempat tidur.
14. Aliran listrik pada alat-alat yang tidak digunakan lagi termasuk
lampu dan AC harus di non aktifkan sebelum meninggalkan
ruang laboratorium.
15. Alat/bahan yang dipinjam diluar kebutuhan proses belajar
mengajar (termasuk PKL dan KKN) dikembalikan paling
lambat 1 hari setelah waktu peminjaman, jika melebihi dari
batas waktu yang ditentukan akan dikenakan denda yang
ditentukan oleh Ka.Laboratorium masing- masing berdasarkan
standar denda yang ditetapkan oleh STIKES Nani
Hasanuddin Makassar.
16. Mahasiswa yang ingin memanfaatkan laboratorium untuk
tujuan penelitian dapat memperoleh bimbingan langsung oleh
petugas laboratorium. Pemberitahuan paling lambat sehari
sebelum penelitian dilakukan.
17. Setiap kegiatan mahasiswa akan dinilai oleh dosen pembimbing.

TTD
Kepala Laboratorium

Dr. Suhartatik,
S.Kep.,Ns.,M.Kes
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ............................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... v

Praktikum Pertemuan Ke-1 Praktikum Anatomi Sistem Persarafan

Praktikum Pertemuan Ke-2 Praktikum Anatomi Sistem Endokrin


Praktikum Pertemuan Ke-3 Praktikum Anatomi Sistem
Reproduksi

Praktikum Pertemuan Ke-4 Praktikum Anatomi Sistem


Perkemihan
Praktikum Pertemuan Ke-5 Praktikum Anatomi Sistem Integumen

Praktikum Pertemuan Ke-6 Praktikum Anatomi Sistem


Muskuloskeletal
Praktikum Pertemuan Ke-7 Praktikum Anatomi Sistem Respirasi

Praktikum Pertemuan Ke-8 Praktikum Anatomi Sistem


Kardiovaskuler

Praktikum Pertemuan Ke-9 Praktikum Anatomi Sistem


Pencernaan
Praktikum Pertemuan Ke-10 Praktikum Anatomi Sistem Imun

Praktikum Pertemuan Ke-11 Praktikum Penimbangan Berat Badan

Praktikum Pertemuan Ke-12 Praktikum Pengukuran Lingkar Lengan


Atas (LiLA)
Praktikum Pertemuan Ke-13 Praktikum Pengukuran Tinggi Badan

Praktikum Pertemuan Ke-14 Praktikum Pemeriksaan Lengkung


Refleks
Ilmu Biomedik Dasar

Praktikum Ke-1

Anatomi & Fisiologi Sistem saraf

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi
secara global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan
utama yang harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang
dimana salah satu kompetensi yang harus dicapai adalah
kemampuan menjelaskan letak posisi anatomi dan fungsi dari
komponen dalam sistem saraf. Hal ini telah termasuk dalam
kompetensi yang harus dicapai dalam menyelesaikan Mata
Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam menjelaskan letak
posisi anatomi dan fungsi dari komponen dalam sistem saraf
yang telah diintegrasikan dengan kompetensi prodi dalam
kurikulum KKNI.
3. Teori Singkat
Sistem saraf adalah pusat kontrol tubuh, pengaturan dan jaringan
komunikasi. Dia mengarahkan fungsi organ dan sistem tubuh.
Pusat dari semua aktivitas mental, meliputi pemikiran,
pembelajaran, dan memori. Sistem saraf bersama-sama dengan
sistem endokrin dalam mengatur dan mempertahankan
homeostasis (lingkungan internal tubuh kita) dengan mengontrol
kelenjar endokrin utama (hipofisis) melalui hipotalamus otak.
Melalui reseptornya, sistem saraf membuat kita berhubungan
dengan lingkungan kita, baik eksternal dan internal. Sistem saraf
terbagi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Berbagai aktivitas sistem saraf dapat dikelompokkan bersama dalam
tiga kategori umum.

 Fungsi sensorik : Sistem saraf menggunakan jutaan reseptor


sensorik nya untuk memantau perubahan yang terjadi baik di
dalam dan luar tubuh. Informasi yang dikumpulkan disebut
input sensorik
 Fungsi Integritas : Sistem saraf memproses dan menafsirkan
input sensorik kemudian memutuskan apa yang harus
dilakukan pada setiap saat. Proses ini disebut integrasi.
 Fungsi motorik : Sistem saraf mengaktifkan organ efektor,
(otot dan kelenjar) untuk menimbulkan respon. Proses ini
disebut output motorik.
Bagian Otak dan Fungsinya

Otak memiliki 3 bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum), otak


kecil (cerebellum), dan batang otak (brainstem). Berikut ini
penjelasannya:
Otak besar (cerebrum)
Cerebrum merupakan bagian terbesar dari otak. Cerebrum
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Belahan
otak kanan berfungsi untuk mengontrol pergerakan di sisi kiri tubuh
dan belahan otak kiri mengontrol gerakan di sisi kanan tubuh.

Permukaan luar cerebrum disebut cerebral cortex. Bagian ini


merupakan area otak di mana sel saraf membuat koneksi yang
disebut sinaps. Sinaps merupakan sistem saraf yang
mengendalikan aktivitas otak. Sementara bagian dalam cerebrum
mengandung sel-sel saraf berselubung (mielin) yang berperan
dalam menyampaikan informasi antara otak dan saraf tulang
belakang. Otak besar dibagi lagi menjadi 4 bagian, yaitu:

 Lobus frontal (bagian depan) yang mengendalikan gerakan,


ucapan, perilaku, memori, emosi, dan kepribadian. Bagian
otak ini juga berperan dalam fungsi intelektual, seperti proses
berpikir, penalaran, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, dan perencanaan.
 Lobus parietal (atas) yang mengendalikan sensasi, seperti
sentuhan, tekanan, nyeri, dan suhu. Lobus ini juga
mengendalikan orientasi spasial atau pemahaman tentang
ukuran, bentuk, dan arah.
 Lobus temporal (samping) yang mengendalikan indra
pendengaran, ingatan, dan emosi. Lobus temporal kiri juga
berperan dalam fungsi bicara.
 Lobus oksipital (belakang) yang mengendalikan fungsi
penglihatan.
Otak kecil (cerebellum)

Otak kecil terletak di bawah otak besar pada bagian belakang otak,
tepatnya di bawah lobus oksipital. Sama seperti otak besar, otak kecil
juga memiliki 2 belahan. Otak kecil bertanggung jawab dalam
mengendalikan gerakan, menjaga keseimbangan, serta mengatur posisi
dan koordinasi gerakan tubuh. Bagian otak ini juga berperan dalam
mengendalikan gerakan halus, seperti menulis dan melukis.
Batang otak (brainstem)
Batang otak adalah seikat jaringan saraf di dasar otak. Fungsinya
sebagai stasiun pemancar yang menghubungkan otak besar ke saraf
tulang belakang, serta mengirim dan menerima pesan antara berbagai
bagian tubuh dan otak. Batang otak terdiri dari 3 struktur utama, yakni
otak tengah, pons, dan medulla oblongata. Otak tengah adalah pusat
pengatur gerakan otot mata, sedangkan pons terlibat dalam koordinasi
gerakan mata dan otot wajah, pendengaran, dan keseimbangan.

Bagian Penting Otak Lainnya

Selain ketiga struktur utama di atas, terdapat bagian-bagian otak lainnya


yang tidak kalahpenting, yaitu:

1. Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal berwarna bening dan jernih yang


mengelilingi dan melindungi otak serta saraf tulang belakang. Selain
untuk melindungi otak dan saraf tulang belakang, cairan ini juga
berfungsi untuk membawa nutrisi melalui darah ke otak, serta
menghilangkan produk limbah atau sisa metabolisme dari otak.

Cairan serebrospinal dihasilkan di bagian ventrikel otak.


Banyaknya jumlah cairan ini dikendalikan oleh jaringan otak.

2. Meninges

adalah lapisan atau membran tipis yang berfungsi menutupi dan


melindungi otak dan saraf tulang belakang. Ada 3 lapisan meninges,
yaitu dura mater (lapisan luar paling tebal), lapisan arachnoid
(membran tengah dan tipis), dan pia mater (lapisan dalam).

3. Corpus Callosum
Corpus Callosum adalah seikat serabut saraf yang terdapat di
antara belahan otak kiri dan kanan. Serabut saraf ini menghubungkan
dan memungkinkan komunikasi antara kedua belahan otak tersebut.

4. Talamus

Bagian ini merupakan struktur dari otak tengah yang memiliki 2


lobus (bagian). Talamus bertindak sebagai pemancar untuk hampir
semua informasi yang datang dan berjalan di antara otak dan seluruh
sistem saraf di tubuh.

5. Hipotalamus

adalah struktur kecil yang berada di tengah otak, tepatnya di


bawah talamus. Fungsinya untuk mengendalikan suhu tubuh, sistem
reproduksi, tekanan darah, emosi, nafsu makan, pola tidur, dan
produksi hormon.

6. Kelenjar pituitari (kelenjar hipofisis)

Kelenjar hipofisis atau pituitari adalah organ kecil seukuran


kacang polong yang terletak di dasar otak. Kelenjar hipofisis
menghasilkan hormon yang berfungsi untuk mengatur dan
merangsang kelenjar lain di tubuh untuk bekerja. Contoh kelenjar yang
diatur oeh hipofisis ini adalah kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal.
Hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis prolaktin, oksitosin,
LH, FSH, TSH, antidiuretik, adrekortikotropin, dan hormon
pertumbuhan.

4. Pelaksanaan Praktikum
a. Persiapan alat
1) Phantom otak manusia
2) Phantom kerangka tulang belakang
b. Prosedur kerja
1) Penjelasan anatomi dan fisiologi otak manusia
2) Penjelasan anatomi dan fisiologi kerangka tulang belakang
3) Mahasiswa menunjukan letak posisi anatomis otak dan
kerangka tulang belakang
4) Mahasiswa menjelaskan fungsi anatomis otak dan kerangka
tulang belakang
5. Latihan
a. Penilaian Persiapan alat
-
b. Penilaian prosedur kerja
Pelaksanaan
No. Nama Kegiatan
Ya Tidak
1 Menunjukan dan menyebutkan posisi anatomis
otak

2 Menunjukan dan menyebutkan posisi anatomis


kerangka tulang belakang

3 Menjelaskan fungsi komponen anatomi otak

4 Menjelaskan fungsi komponen anatomi kerangka


tulang belakang

SCORE

6. Tugas
-
7. Daftar pustaka

Gerard Tortora, 2014, Principles of Anatomy and Physiology,.

Sanders Tina, Scanlon Valerie, 2006, Essentials of Anatomy


andPhysiology.

Saladin, 2003, Anatomy and Physiology The Unity of Form and Function.

Rizzo C Donald, 2015, Fundamentals of Anatomy and Physiology.


Marieb Elaine Nicpon, 2013, Human Anatomy and Physiology

Sherwood, 2014: Human, Physiology - From Cells to Systems Seeley's,


2014, Anatomy & Physiology, Ed. Ke-10.

Gunstream Stanley, 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study.


Carson, The Anatomy and Physiology Learning System (4E).

Rodney Rhoades, David R Bell, 2013, Medical physiology


principles for clinicalmedicine. Sue

Longenbaker, 2010,Understanding Human Anatomy and Physiology Ed.


Ke-7.
Ilmu Biomedik Dasar

Praktikum Ke-2

Anatomi & Fisiologi Sistem Endokrin

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara
global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama yang
harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu
kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan menjelaskan
letak posisi anatomi dan fungsi dari komponen dalam sistem saraf. Hal
ini telah termasuk dalam kompetensi yang harus dicapai dalam
menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam menjelaskan letak posisi
anatomi dan fungsi dari komponen dalam sistem endokrin yang telah
diintegrasikan dengan kompetensi prodi dalam kurikulum KKNI.
3. Teori Singkat

Sistem endokrin terdiri dari sel, jaringan, dan organ, secara kolektif
disebut kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin ditemukan pada sebagian
besar organ tubuh yang mensekresikan hormon (pesan kimia) ke
dalam cairan interstisial. Hormon kemudian masuk ke dalam darah untuk
dibawa ke jaringan dan organ lainnya dimana mereka melakukan aksinya
denganmengubah fungsi seluler.

1. HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS


Secara bersama, hipotalamus dan kelenjar hipofisis berfungsi
untuk mengatur hampir setiap sistem tubuh. Hipotalamus adalah
bagian dari otak dengan beberapa fungsi tambahan terhadap
perannya sebagai kelenjar endokrin. Hipotalamus dianggap sebagai
kelenjar endokrin karena dia mensekresikan beberapa hormon,
sebagian besar mempengaruhi kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis
memiliki struktur seperti kacang yang terhubung ke hipotalamus oleh
tangkai kecil dari jaingan yang disebut infundibulum. Kelenjar hipofisis
terbagi ke dalam dua bagian yang berbeda secara struktur dan fungsi
yaitu lobus anterior (adenohipofisis) yang berasal dari jaringan epitel
kelenjar dan lobus posterior (neurohipofisis) yang berasal dari jaringan
saraf, dimana setiap lobus mensekresikan hormon. Hubungan yang
berbeda antara hipotalamus dan dua lobus kelenjar hipofisis adalah
sangat penting bagi fungsi kedua organ endokrin tersebut.
Daftar Hormon Hipotalamus, Struktur dan Efek Yang Ditimbulkan.

Hormon
Hipotalamus
Hormon Struktur Target Efek
Growth Peptida Sel hipofisis anterior yang Peningkatan sekresi
hormone– mensekresikan hormon hormon pertumbuhan
releasing pertumbuhan
hormone
(GHRH)
Growth Peptida kecil Sel hipofisis anterior yang Penurunan sekresi
hormone– mensekresikan hormon hormon pertumbuhan
inhibiting pertumbuhan
hormone
(GHIH),
atau
somatosta
tin
Thyrotropin- Peptida kecil Sel hipofisis anterior yang Peningkatan sekresi
releasing hormone mensekresikan TSH hormon TSH
(TRH)

Corticotropin- Peptida Sel hipofisis anterior yang Peningkatan sekresi


releasing hormone mensekresikan hormon hormon
(CRH) adrenokortikotropik adrenokortikotropik
Gonadotropin- Peptida kecil Sel hipofisis anterior yang Peningkatan sekresi
releasing mensekresikan luteinizing hormon luteinizing
hormone hormone dan follicle- hormone dan follicle-
(GnRH) stimulating stimulating
Hormon Hormon

Prolactin- Belum Sel hipofisis anterior yang Peningkatan sekresi


releasing diketahui mensekresikan prolaktin prolaktin
hormone (PRH)
Prolactin- Dopami Sel hipofisis anterior yang Penurunan sekresi
inhibiting n(derivat mensekresikan prolaktin prolaktin
hormone (PIH) asam
amino
)
Daftar Hormon Hipofise, Struktur dan Efek Yang Ditimbulkan.

Hormon Kelenjar
Hipofisis

Hormon Struktur Organ Efe Efek pada 


target k hipo dan
hipersekresi
Hipofisis Posterior

Hormon antidiuretik Peptida kecil Ginjal Meningkatkan 


(ADH) penyerapan Diabetes
kembali air insipidus
Sindrom sekresi
SIADH
Oksitosin Peptida kecil Uterus, Meningkatkan Belum diketahui
kelenjar kontraksi

Hormon Kelenjar
Hipofisis
Organ Efek pada 
Hormon Struktur target Efek hipo dan
hipersekresi
payudara uterus,
meningkatkan
pengeluaran ASI
dari kelenjar
payudara,
fungsinya pada
laki-laki tidak
jelas

Hipofisis Anterior
(Adenohipofisis)
Hormon Protein Sebagaian Meningkatkan 
pertumbuhan (GH) besar pertumbuhan Kekerdilan
atau somatotropin jaringan jaringan, hipofisis
meningkatkan padaanak-
ambilan asam anak
amino dan
sintesis protein, Gigantisme
meningkatkan padaanak-anak;
pemecahan lipid akromegali
dan pelepasan pada orang
asam lemak dari dewasa
sel,
meningkatkan
sintesis glikogen
dan kadar gula
darah,
meningkatkan
produksi
somatomedin

Thyroid stimulating Glikoprotein Kelenjar Meningkatkan Kretinisme


hormone (TSH) tiroid sekresi hormon padaanak-
ataudikenal juga tiroid anak;
sebagaitirotropin myxedema
pada orang
dewasa
Hipertiroidisme;
efek mirip
denganpenyakit
Graves, di
mana antibodi
meniru

Hormon Kelenjar
Hipofisis
Hormon Struktur Organ Efek Efek pada 
target hipo dan
hipersekresi
TSH
Hormon Peptida Koreteks Meningkatkan  Jarang
adrenokortikotropik adrenal sekresi
[Adrenocorticothropi hormon Penyaking
chormone (ACTH)] glukortikoid Cushing

Lipotropin Peptida Jaringan Meningkatkan


adiposa
pemecahan
lipid
-endorfin Peptida Otak, tapi Analgetik di
tidak semua otak,
jaringan menghambat
target sekresi
diketahui hormon yang
dilepaskan
oleh
gonadotropin

Melanocyte Peptida Melanosit di Meningkatkan


stimulating kulit produksi
hormone(MSH) melanin di
melanosit untuk
membuat
warna kulit
menjadi lebih
gelap

Follicle- Glikoprotein Folikel Pematangan 


stimulating ovarium folikel dan Kegagalan
hormone pada wanita sekresi seksual
(FSH) di; tubulus estrogen di pematang
seminiferus ovarium; an
pada laki- produksi sel
laki sperma di Tidak ada efek
testis yang penting

Luteinizing hormone Glikoprotein Ovarium Ovulasi dan Seperti FSH


(LH) pada produksi
wanita, progesteron di
testis pada ovarium,
laki-laki sintesis
testosteron dan
dukungan
untuk produksi
sel sperma di
Hormon Kelenjar
Hipofisis
Organ Efek pada
Hormon Struktur target Efek  hipo dan
hipersekres
i
testeis.
Prolaktin Protein Ovarium dan Produksi ASI  Produksi
kelenjarpayu pada wanita ASI
dara pada menyusui; kurang
wanita meningkatkan pada
respon folikel wanita
terhadap LH menyusui
dan FSH Produksi
ASI yang
tidak
pantas
(galaktorea)
;
penghentia
n
menstruasi
pada
wanita;
impotensi
pada laki-
laki

2. KELENJAR TIROID DAN PARATIROID


Daftar Hormon Tiroid dan Paratiroid, Struktur dan Efek Yang Ditimbulkan

Hormon Kontro Aksi Gangguan


l
Tiroksin (T4) TSH dari lobus Meningkatkan laju Hiposekresi pada
dan anterior kelenjar metabolisme; bayi dan anak-
triiodotironin hipofisis merangsang aktivitassaraf anak
(T3) menyebabkan
kretinisme; pada
Kalsitonin
2+
Kadar Ca darah Mengurangi kadar Ca
2+ orang dewasa
[calcitonin(CT)] darah dengan menyebabkan
meningkatkan deposit miksedema.
2+
Ca di tulang, Hipersekresi
menghambatpelepasan menyebabkan
2+
Ca dari tulang, penyakit Graves.
meningkatkan Defisiensi iodin
2+
ekskresi Ca oleh menyebabkan
simplegoiter
ginjal

2+ 2+
Hormon Kadar Ca darah Meningkatkan kadarCa Hiposekresi
paratiroid darah dengan menyebabkan
[parathyroid meningkatkan pelepasan tetani,yang dapat
2+
hormone (PTH)] Ca dari tulang, dan berujung pada
2+
reabsorpsi Ca olehginjal kematian.
Hipersekresi
meyebabkan
lelah,yang dapat
fraktur
secara spontan

3. KELENJAR PANKREAS
 Insulin : berfungsi memfasilitasi dan mempromosikan transport
glukosa melalui membran plasma sel dalam jaringan
tertentu/targetnya seperti otot dan adiposa. Tidak adanya
insulin maka glukosa tidak dapat menembus sel.
 Glukagon : Secara umum fungsi glukagon adalah merombak
glikogen menjadiglukosa, mensintesis glukosa dari asam lemak
dan asam amino (glukoneogenesis ) serta pembebasan
glukosa ke darah oleh sel-sel hati.
 Somastostatin diproduksi oleh sel delta, yang merupakan
hormon yang penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein (keseimbanganpencernaan)

4. KELENJAR ADRENAL

Mineralokortikoid
Aldosteron adalah mineralokortikoid utama. Dia mengatur
homeostasis dari dua ion mineral utama yaitu ion natrium (Na+) dan
kalium (K+), dan juga membantu mengatur tekanan dan volume darah.
Aldosteron juga meningkatkan ekskresi H+ di urin, ini akan melepaskan
asam dari tubuh yang dapat membantu mencegah asidosis (pH darah
dibawah 7,35). Sekresi aldosteron dikontrol oleh jalur renin-angiotensin-
aldosteron (RAA).

Glukortikoid

Glukortikoid membantu metabolisme dan resistensi terhadap stres,


meliputi kortisol yang juga biasa disebut hidrokortison, kortikosteron,
kortikosteron dan kortison. Dari ketiga hormon yang disekresikan oleh
zona fasikulata, kortisol adalah yang paling banyak, menyumbang sekitar
95% aktivitas glukokortikoid.
Glukortikoid memiliki efek berikut:
 Pemecahan protein.
 Pembentukan glukosa.
 Lipolisis, yaitu pemecahan trigliserida dan
pelepasan asam lemak darijaringan adiposake
dalam darah.
 Resistensi terhadap stres.
 Efek antiinflamasi.

5. KELENJAR REPRODUKSI
Hormon yang diproduksi oleh testis dan ovarium dan aksi
utamanya

Hormon Organ
Reproduksi
Hormon Struktur Jaringan Target Respo
n
Testis
Testostero Steroid Sebagian besar sel Membantu
n spermatogenesis,
perkembangan genital,
memelihara fungsi organ
reproduksi, karakteristik
sekssekunder, dan
perilaku
seksual
Inhibin Polipeptida Kelenjar hipofisis Menghambat sekresi FSH
anterior

Ovarium
Estrogen Steroid Sebagian besar sel Membantu
perkembangandan
fungsi uterus dan
kelenjar payudara
untuk laktasi,
memelihara
kehamilan
pematangan genital,
karakteristik seks
sekunder, dan siklus
menstruasi
Progesteron Steroid Sebagian besar sel
Inhibin Polipeptida Kelenjar hipofisis Menghambat sekresi
anterior FSH
dari hipofisis anterior
Ralaxin Polipeptida Sel jaringan ikat Meningkatkan
fleksibilitasjaringan
ikat di area pelvis,
khususnya simfisis
pubis selama
kehami
lan, membantu
mendilatasi serviks
uterus selama
persalinan dan
melahirkan

4. Pelaksanaan Praktikum
Persiapan alat

1) Phantom sistem endokrin


Prosedur kerja

1) Penjelasan anatomi dan fisiologi sistem sistem endokrin


2) Mahasiswa menunjukan letak posisi anatomis otak
dan fungsi sistemendokrin
Latihan
Penilaian Persiapan alat
-
Penilaian prosedur kerja
No. Nama Pelaksanaan
Kegiatan
Ya Tidak

1 Menunjukan dan menyebutkan posisi anatomis


sistem endokrin

2 Menjelaskan fungsi komponen anatomi sistem


endokrin

SCORE

5. Tugas
-
6. Daftar pustaka

Gerard Tortora, 2014, Principles of Anatomy and Physiology,.

Sanders Tina, Scanlon Valerie, 2006, Essentials of Anatomy and


Physiology.

Saladin, 2003, Anatomy and Physiology The Unity of Form and Function.

Rizzo C Donald, 2015, Fundamentals of Anatomy and Physiology.


Marieb Elaine Nicpon, 2013, Human Anatomy and Physiology

Sherwood, 2014: Human, Physiology From Cells to Systems

Seeley's, 2014, Anatomy & Physiology, Ed. Ke-10.

Gunstream Stanley, 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study.


Carson, The Anatomy and Physiology Learning System (4E).

Rodney Rhoades, David R Bell, 2013, Medical physiology principles for


clinicalmedicine. Sue

Longenbaker, 2010,Understanding Human Anatomy and Physiology Ed.


Ke-7.
Ilmu Biomedik Dasar

Praktikum Ke-3

Anatomi & Fisiologi Sistem Reproduksi

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi
secara global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama
yang harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu
kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan menjelaskan letak
posisi anatomi dan fungsi dari komponen dalam sistem reproduksi. Hal
ini telah termasuk dalam kompetensi yang harus dicapai dalam
menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam menjelaskan letak
posisi anatomi dan fungsi dari komponen dalam sistem endokrin yang
telah diintegrasikan dengan kompetensi prodi dalam kurikulum KKNI.
3. Teori Singkat
a. Sistem reproduksi wanita
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian
yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam
rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak
di perineum.
1) Alat reproduksi wanta bagian luar
 Mons veneris / Mons pubis Disebut juga gunung venus
merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis
terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah
dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.
Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea
(minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
 Bibir besar (Labia mayora) : Merupakan kelanjutan dari
mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-
8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu
membentuk perineum.
 Bibir kecil (labia minora) : Merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia
mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah
klitoris dan menyatu dengan fourchette
 Klitoris : Merupakan bagian penting alat reproduksi luar
yang bersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior
vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah
dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog
dengan penis laki-laki.
 Vestibulum : Merupakan alat reproduksi bagian luar yang
berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di antara
labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina.
 Perinium : Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit
antara introitus vagina dan anus. Perinium membentuk
dasar badan perinium.
 Kelenjar Bartholin : Kelenjar penting di daerah vulva dan
vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada saat
hubungan seks pengeluaranlendir meningkat.
 Himen (Selaput dara) : Merupakan jaringan yang menutupi
lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini
berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di
keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
 Fourchette : Merupakan lipatan jaringan transversal yang
pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia
mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di bawah
orifisium vagina. Suatu cekungan kecil danfosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen.

2) Alat reproduksi wanta bagian dalam

 Vagina : Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat


melipat dan mampu meregang secara luas karena tonjolan
serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior vagina
hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11
cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung
kemih. Vagina merupakan saluran muskulo-membraneus
yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan
muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani oleh karena itudapat dikendalikan.
 Uterus : Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu
bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba
fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang
mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks
uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan
dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian
bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk
mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus
sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum,
miometrium / lapisan otot, dan endometrium.

 Tuba Fallopi : Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang


terentang antara kornu uterine hingga suatu tempat dekat
ovarium dan merupakan jalan ovummencapai rongga uterus.
 Ovarium :Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan
sekresi hormon – hormon steroid.

b. Sistem reproduksi pria

SISTEM REPRODUKSI PRIA

1) Alat reproduksi eksterna

 Penis : Penis terletak menggantung di depan skrotum.


Penis merupakan alat yang mempunyai jaringan erektil
yang satu sama lain dilapisi jaringan fibrosa yang terdiri dari
rongga-rongga seperti karet busa. Dua rongga yang terletak
di bagian atas berupa jaringan spons korpus karvenosa.
Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa
jaringan spons korpus spongiosum. Korpus spongiusum
membungkus uretra.
 Skrotum : Skrotum merupakan kantong yang didalamnya
berisi testis. Diantara skrotum kanan dan kiri dibatasi oleh
sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos).
Skrotum berupa kantung yang terdiri atas kulit tanpa lemak.
2) Alat reproduksi interna

Alat reproduksi pria bagian internal juga disebut sebagai organ


aksesori.

 Testis
Organ reproduksi pria berbentuk oval dengan ukuran sebesar biji
zaitun ini terletak di dalam skrotum. Pada umumnya, setiap pria
masing-masing memiliki dua testis. Fungsi testis adalah
menghasilkan testosteron, yang merupakan hormon seks pada
pria. Selain itu, organ ini juga berfungsi untuk memproduksi
sperma.
 Epididimis
Epididimis merupakan saluran panjang, yang terletak di belakang
testis. Organ ini berfungsi untuk membawa dan menyimpan sel
sperma yang telah diproduksi di testis. Selain itu, epididimis
juga merupakan organ reproduksi pria yang berfungsi dalam
mematangkan sperma, yang dibentuk oleh testis. Setelah
matang, sperma baru dapat melakukan tugasnya dalam
membuahi seltelur.
 Vas deferens
Fungsi vas deferens adalah mengantar sperma keluar tubuh saat
ejakulasi. Organ ini merupakan saluran panjang dan tebal,
mulai dari epididimis hingga ke rongga panggul. Dari
epididimis, sperma disalurkan melalui vas deferens, untuk
kemudian menuju saluran kemih alias uretra. Organ ini terletak
dibelakang kandung kemih.

 Vesikula seminalis
Vesikula seminalis merupakan organ berbentuk kantung yang
menempel pada vas deferens, di dekat bagian dasar kandung
kemih. Organ ini berguna dalam memproduksi cairan, sebagai
pemberi energi sperma untuk bergerak.

 Saluran ejakulasi
Saluran ini terbentuk dari gabungan vas deferens dan vesikula
seminalis. Sesuai dengan namanya, saluran ejakulasi menjadi
"jalan" bagi air mani untukkeluar saat pria berejakulasi.

 Saluran kemih
Organ ini disebut juga sebagai uretra, dan berfungsi untuk
membawa urine darikandung kemih ke luar tubuh.

 Kelenjar prostat
Kelenjar prostat terletak pada bagian bawah kandung kemih, di
depan rektum atau anus. Prostat berfungsi memproduksi cairan
yang membantu pergerakan sperma saat terjadi ejakulasi dan
membantu menjaga sperma tetap sehat.

 Kelenjar bulbourethral
Kelenjar bulbourethral atau disebut juga kelenjar cowper
berfungsi untuk memproduksi cairan yang melumasi saluran
kemih. Selain itu, bagian dari sistem reproduksi pria ini juga
membantu menetralisir tingkat keasaman disaluran kemih, yang
terbentuk akibat sisa urine.
4. Pelaksanaan Praktikum
Persiapan alat
1) Phantom sistem reproduksi wanita
2) Phantom sistem reproduksi Pria
Prosedur kerja
1) Penjelasan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita
2) Penjelasan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria
3) Mahasiswa menunjukan letak posisi anatomis otak
dan fungsi sistemreproduksi wanita
4) Mahasiswa menjelaskan fungsi anatomis otak dan
fungsi sistem reproduksipria
Latihan
Penilaian Persiapan alat
-
Penilaian prosedur kerja

Pelaksanaan
No. Nama Kegiatan
Ya Tidak
1 Menunjukan dan menyebutkan posisi anatomis
sistem reproduksi wanita

2 Menunjukan dan menyebutkan posisi anatomis


sistem reproduksi pria

3 Menjelaskan fungsi komponen anatomi sistem


reproduksi wanita

4 Menjelaskan fungsi komponen anatomi sistem


reproduksi pria

SCORE

5. Tugas
-
6. Daftar pustaka

Gerard Tortora, 2014, Principles of Anatomy and Physiology,.

Sanders Tina, Scanlon Valerie, 2006, Essentials of Anatomy and

Physiology.
Saladin, 2003, Anatomy and Physiology The Unity of Form and

Function.

Rizzo C Donald, 2015, Fundamentals of Anatomy and Physiology.

Marieb Elaine Nicpon, 2013, Human Anatomy and Physiology

Sherwood, 2014: Human, Physiology - From Cells to Systems

Seeley's, 2014, Anatomy & Physiology, Ed. Ke-10.

Gunstream Stanley, 2015, Anatomy and Physiology with Integrated

Study.Carson, The Anatomy and Physiology Learning System (4E).

Rodney Rhoades, David R Bell, 2013, Medical physiology


principles for clinicalmedicine. Sue

Longenbaker, 2010,Understanding Human Anatomy and Physiology


Ed. Ke-7.
Ilmu Biomedik Dasar

Praktikum Ke-4

Anatomi & Fisiologi Sistem Perkemihan

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara
global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama yang
harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu
kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan menjelaskan letak
posisi anatomi dan fungsi dari komponen dalam sistem perkemihan.
Hal ini telah termasuk dalam kompetensi yang harus dicapai dalam
menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam menjelaskan letak posisi
anatomi dan fungsi dari komponen dalam sistem endokrin yang telah
diintegrasikan dengan kompetensi prodi dalam kurikulum KKNI.
3. Teori Singkat
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem di mana proses filtrasi
atau penyaringan darah terjadi sehingga daerah bebas dari zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh, dan dapat menyerap zat-zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal
yang memproduksi urin; dua ureter yang membawa urin ke dalam
sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara, dan
uretrayang mengalirkan urin keluar tubuh memlalui orifisium uretra
eksterna.
Organ sistem perkemihan dan fungsinya

1. Ginjal

Ginjal merupakan organ utama sistem perkemihan. Pada umumnya,


setiap manusia memiliki 2 ginjal yang terletak di kanan dan kiri. Ginjal
secara mikroskopis berbentuk seperti kacang polong, dengan panjang
hanya sekitar 7-12 cm dan tebal 1,5-2,5 cm. Berat ginjal normal sekitar
120-170 gram. Ginjal berfungsi menyaring dan membuang limbah,
seperti racun, garam berlebih, dan urea, yaitu limbah mengandung
nitrogen hasil dari metabolisme protein.

2. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
untuk mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam vesika urinaria.
Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20 cm.
3. Vesika urinaria

Kandung kemih atau vesika urinaria bekerja sebagai penampung


urine, organ ini berbentuk seperti pir (kendi). Vesika urine berfungsi
untuk menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme miksi(berkemih). Dalam menampung
urine, vesika urinaria mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya
untuk orang dewasa kurang lebih 300- 450 ml.

4. Uretra
Uretra merupakan saluran yang mengalirkan urine ke luar dari vesika
urinaria melalui proses miksi. Secara otomatis uretra dibagi menjadi 2
bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria saluran ini
juga berfungsi untuk menyalurkan air mani. Uretra dilengkapi dengan
sfingter uretra interna yang terletak pada vesika urinaria dan uretra,
serta sfingter uretra eksterna terletak pada perbatasan uretra anterior
dan posterior.
4. Pelaksanaan Praktikum
Persiapan alat
1) Phantom sistem urinari
Prosedur kerja
2) Penjelasan anatomi dan fisiologi sistem sistem urinari
3) Mahasiswa menunjukan letak posisi anatomis otak dan
fungsi sistem urinari

5. Latihan
Penilaian Persiapan alat
-
Penilaian prosedur kerja
Pelaksanaan
No. Nama Kegiatan
Ya Tidak

1 Menunjukan dan menyebutkan posisi anatomissistem


urinari

2 Menjelaskan fungsi komponen anatomi sistemurinari

Skor

6. Tugas
-
7. Daftar pustaka

Gerard Tortora, 2014, Principles of Anatomy and Physiology,.

Sanders Tina, Scanlon Valerie, 2006, Essentials of Anatomy and

Physiology.

Saladin, 2003, Anatomy and Physiology The Unity of Form and

Function.

Rizzo C Donald, 2015, Fundamentals of anatomy and Physiology.


Marieb Elaine Nicpon, 2013, Human Anatomy and Physiology

Sherwood, 2014: Human, Physiology - From Cells to Systems

Seeley's, 2014, Anatomy & Physiology, Ed. Ke-10.

Gunstream Stanley, 2015, Anatomy and Physiology with Integrated

Study.Carson, The Anatomy and Physiology Learning System (4E).

Rodney Rhoades, David R Bell, 2013, Medical physiology


principles for clinicalmedicine. Sue

Longenbaker, 2010,Understanding Human Anatomy and Physiology


Ed. Ke-7.
Ilmu Biomedik Dasar

Praktikum Ke-5

Anatomi & Fisiologi Sistem Integumen

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi
secara global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama
yang harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu
kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan menjelaskan letak
posisi anatomi dan fungsi dari komponen dalam sistem integumen. Hal
ini telah termasuk dalam kompetensi yang harus dicapai dalam
menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam menjelaskan letak
posisi anatomi dan fungsi dari komponen dalam sistem integumen
yang telah diintegrasikan dengan kompetensi prodi dalam kurikulum
KKNI.
3. Teori Singkat
Kulit adalah „selimut‟ yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam
gangguan dan rangsangan luar. Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2
meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau 4 kg jika
tanpa lemak (Tranggono, 2007). Kulit terbagi atas dua lapisan utama,
yaitu epidermis (kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar dan Dermis
(korium, kutis, kulit jangat). Sedangkan subkutis atau jaringan lemak
terletak dibawah dermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada
berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter,
misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis
berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan
perut.
1. Epidermis

Epidermis adalah satu-satunya lapisan kulit yang bisa dilihat dan


disentuh. Lapisan ini terdiri dari lima jenis sel, yaitu stratum korneum,
stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum
basal
 Stratum korneum: lapisan epidermis terluar, terbentuk dari
keratin dan berfungsi sebagai pelindung lapisan kulit yang lebih
dalam.
 Stratum lusidum: terletak di bawah stratum korneum, berupa
lapisan tipis yang hanya terlihat di telapak kaki dan telapak
tangan. Lapisan ini berperan dalam tingkat fleksibilitas kulit dan
mengandung protein yang berfungsi untuk regenerasi sel kulit.
 Stratum granulosum: terletak di tengah, bekerja dengan
menghasilkan lemak dan molekul lainnya yang dapat
melindungi kulit.
 Stratum spinosum: lapisan epidermis tertebal, berfungsi untuk
memproduksikeratin yang juga melapisi kulit kepala dan kuku.
 Stratum basale: lapisan epidermis terdalam. Lapisan ini
mengandung sel bernama melanosit yang menghasilkan warna
kulit atau pigmen yang dikenal
sebagai melanin. Sel inilah yang membuat kulit menjadi cokelat
sertamelindungi kulit dari sinar radiasi matahari.
2. Dermis

Dermis adalah lapisan kedua yang terletak di bawah epidermis


dengan struktur lapisan kulit dermis lebih tebal. Lapisan ini
membentuk fondasi yang kuat untuk mendukung lapisan epidermis.
Lapisan ini memiliki kelenjar keringat dan pembuluh darah yang
membantu dalam mengatur dan mempertahankan suhu tubuh,
kelenjar minyak dan keringat, serta ujung saraf yang dapat
mengirimkan sensasi berupa sentuhan, rasa nyeri, gatal, dan suhu
ke otak.

3. Hipodermis

Hipodermis adalah lapisan kulit terdalam yang juga kerap


disebut sebagai lapisan subkutan atau subkutis. Hipodermis terdiri
dari jaringan kolagen dan sel lemak, bertugas untuk melindungi tubuh
dari suhu panas dan dingin. Lapisan ini juga berguna untuk
melindungi tubuh dari cedera dengan bertindak sebagai bantalan
yang melapisi tulang.

4. Pelaksanaan Praktikum
Persiapan alat
1) Phantom sistem integumen
Prosedur kerja
1) Penjelasan anatomi dan fisiologi sistem sistem integumen
2) Mahasiswa menunjukan letak posisi anatomis otak dan
fungsi sistemintegumen
5. Latihan
Penilaian Persiapan alat
-
Penilaian prosedur kerja
Pelaksanaan
No. Nama Kegiatan
Ya Tidak

1 Menunjukan dan menyebutkan posisi anatomissistem


integumen

2 Menjelaskan fungsi komponen anatomi sistem


integumen

SCORE

6. Tugas
-
7. Daftar pustaka

Gerard Tortora, 2014, Principles of Anatomy and Physiology,.

Sanders Tina, Scanlon Valerie, 2006, Essentials of Anatomy and

Physiology.

Saladin, 2003, Anatomy and Physiology The Unity of Form and

Function.

Rizzo C Donald, 2015, Fundamentals of Anatomy and Physiology.

Marieb Elaine Nicpon, 2013, Human Anatomy and Physiology

Sherwood, 2014: Human, Physiology - From Cells to Systems

Seeley's, 2014, Anatomy & Physiology, Ed. Ke-10.

Gunstream Stanley, 2015, Anatomy and Physiology with Integrated

Study.Carson, The Anatomy and Physiology Learning System (4E).

Rodney Rhoades, David R Bell, 2013, Medical physiology


principles for clinicalmedicine. Sue

Longenbaker, 2010,Understanding Human Anatomy and Physiology


Ed. Ke-7.
Ilmu Biomedik Dasar

Praktikum Ke-6

Anatomi & Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara
global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama yang
harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu
kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan menjelaskan letak
posisi anatomi dan fisiologi dalam sistem muskuloskeletal. Hal ini telah
termasuk dalam kompetensi yang harus dicapai dalam menyelesaikan
Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam menjelaskan letak posisi
anatomi dan fisiologi dalam sistem muskuloskeletal yang telah
diintegrasikan dengan kompetensiprodi dalam kurikulum KKNI.
3. Teori Singkat
Penyakit - penyakit muskuloskeletal perlu dicermati dalam
penegakan diagnosis, karena umumnya gejala – gejala yang
diperlihatkan hampir sama. Ketelitian dalam mengumpulkan gejala –
gejala dan pemeriksaan pendukung sangat diperlukan. Untuk dignosis
penyakit – penyakit dalam bidang Reumatologi, umumnya digunakan
kriteria dari American College of Rheumatology (ACR). Bila gejala dan
pemeriksaan sudah memenuhi, maka dignosis dan terapi sudah dapat
dilakukan.
1. Struktur dan Klasifikasi Jaringan Tulang
Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas
tulang-tulang. Tubuh kita memiliki 206 tulang yang membentuk
rangka. Bagian terpenting adalah tulang belakang.
a. Struktur Tulang
Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars
spongiosa (jaringan berongga) dan pars kompakta (bagian yang
berupa jaringan padat). Permukaan luar tulang dilapisi selubung
fibrosa (periosteum); lapis tipis jarigan ikat (endosteum) melapisi
rongga sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.
Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang

rawan yang merupakan pusat osifikasi. Periosteum merupakan

selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas

(sel pembentuk jaringan tulang jaringan ikat dan pembuluh darah.

Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka

(skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi,

pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

b. Klasifikasi Tulang
Berdasarkan bahan pembentuknya :
1) Tulang Rawan
2) Tulang Keras
BerdasarkanPenyusunnya:

1) Tulang Kompak
2) Tulang Spongiosa

Berdasarkan Bentuknya:

1) Tulang Panjang
2) Tulang Pendek
3) Tulang Pipih
4) Tulang tidak beraturan
2. Struktur dan Klasifikasi Jaringan Otot
Otot adalah sebuah jaringan konektif yang tugas utamanya
adalah berkontraksi yang berfungsi untuk menggerakan bagian-
bagian. Otot kerangka biasanya dikaitkan pada dua tempat tertentu,
tempat yang terkuat disebut origo (asal) dan yang lebih dapat
bergerak disebut insersio. Origo dianggap sebagai tempat dari mana
otot timbul, dan insersio adalah tempat kearah mana otot berjalan.
3. Struktur dan Klasifikasi Persendian
Persambungan, sendi atau artikulasio adalah istilah yang
digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa
tulang dari kerangka. Terdapat tiga jenis utama : sendi yang
fibrus, sendi tulang rawan, dan sendi synovial. Sendi dapat
diklasifikasikan menurut kemungkinan geraknya: tak bergerak,
sedikit bergerak, dan bergerak luas.
a. Sendi fibrus atau sinartrosis adalah sendi yang tak dapat
bergerak atau merekat ikat, maka tiada mungkin gerakan
antara tulang-tulangnya.
b. Sendi tulang rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan

gerakan sedikit dan permukaan persendiannya dipisahkan

oleh bahan-antara dan hanya dan mungkin sedikit gerakan

misalnya simfisis pubis.

c. Sendi sinovial atau diartroses adalah persendian yang


bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya.

PEMERIKSAAN TONUS DAN KEKUATAN OTOT

Segala aktifitas susunan saraf pusat yang dilihat, didengar dan


direkam dan yang diperiksa adalah berwujud gerak otot. Otot-otot
skeletal dan neuron- neuron yang menyusun susunan neuromuskular
voluntar adalah sistem yang mengatur dan menjalankan gerakan yang
dikendalikan oleh perintah.
Tonus adalah resistensi muskular yang dirasakan oleh pemeriksa
pada saat ektremitas yang rileks digerakkan secara pasief melewati
rentang geraknya. Untuk melakukan pemeriksaan tonus seseorang
diminta untuk membiarkan ektremitasnya rileks atau menggantung.
Ektremitas tersebut kemudian ditopang, dan setiap ektremitas dipegang
digerakkan melewati rentang gerak normalnya.
Tonus normal menyebabkan resistensi ringan, yang merata
terhadap gerakan di seluruh rentang. Jika sebuah otot mengalami
peningkatan tonus, atau hipertonisitas, gerakan pasif tiba-tiba terhadap
sendi dihadapi dengan resistensi yang cukup kuat. Gerakan yang
kontinyu kemudian membuat otot tersebut rileks. Otot yang hanya
memiliki sedikit tonus (hipotonisitas) terasa lembek. Ektremitas yang
tergantung bebas dipengaruhi oleh gravitasi.
Untuk melakukan pemeriksaan kekuatan otot klien harus berada
pada posisi stabil. Klien melakukan manuver yang menunjukkan
kekuatan sekelompok otot mayor. Bandingkan pada pasangan otot yang
simetris. Lengan pada sisi dominan normalnya lebih kuat daripada
lengan pada sisi nondominan. Setiap kelompk otot harus dilakukan
pemeriksaan. Pemeriksa meminta terperiksa lebih dahulu untuk
merilekskan otot yang akan diperiksa dan kemudian menahannya pada
saat pemeriksa memberikan tekanan yang berlawanan terhadap fleksi
tersebut. Selama pemeriksaan ini pemeriksa tidak boleh membiarkan
terperiksa menggerakkan sendi. Perawat secara bertahap
meningkatkan tekanan pada kelompok otot yang diperiksa.
Hasil pemeriksaan kekuatan otot dapat dilihat dari penilaian berikut ini.
Tingkat fungsi otot skala
Nilai % Normal
Tidak ada bukti kontraktilitas 0 0
Sedikit konraktilitas, tidak ada gerakan 1 10
Rentang gerak penuh, gravitasi tidak ada 2 25
Rentang gerak penuh dengan gravitasi 3 50
Rentang gerak penuh melawan gravitasi, beberapa tahanan 4 75
Rentang gerak penuh melawan gravitasi dan tahanan 5 100
penuh

Berikut merupakan manuver yang dapat diberikan untuk mengkaji


kekuatan otot:
Kelompok otot Manuver
Leher Letakkan tangan dengan mantap pada rahang atasklien.
(sternokleidomastoideus) Minta klien memiringkan kepala melawan
tahanan tersebut.
Bahu (trapezius) Letakkan tangan di atas garis tengah bahu klien, beri
tekanan. Minta klien mengangkat bahunya melawan
tekanan tersebut.
Siku
Biseps Tarik ke bawah lengan atas pada saat klien berusaha
memfleksikan lengannya tersebut.
Triseps Pada saat klien memfleksikan lengan, beri tekanan
pada lengan atas. Minta klien untuk mengencangkan
lengan.
Panggul
Kuadriseps Pada saat klien duduk, beri tekanan ke bawah pada
paha. Minta klien untuk mengangkat tungkai dari
meja.
Gastroknemius Klien duduk, menahan garas tungkai yang fleksi.Minta
klien untuk mengencangkan tungkai melawan
tekanan tersebut.

Berikut merupakan prosedur pemeriksaan motorik, tonus dan kekuatan


otot.

LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN MOTORIK


A. UKURAN OTOT
1 Mintalah klien berbaring dengan santai Lakukanlah observasi pada semua otot
2 Periksalah perubahan bentuk otot (eutrofi, hipertrofi, hipotrofi)
3 Carilah ada atau tidaknya tremor, khores, atetose, distonia, balismus,
spasme, tik,
fasikulasi dan miokloni otot
B. TONUS OTOT
1 Mintalah klien berbaring dengan santai.
2 Alihkanlah perhatian klien dengan mengajaknya berbicara.
3 Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan lengan bawah klien di sendi
siku secarapasif, lakukan berulang kali secara perlahan dan kemudian secara
cepat
4 Nilai tahanan yang dirasakan sewaktu menekukkan dan meluruskan tangan
5 Lakukanlah pemeriksaan juga pada sendi lutut, pada anggota gerak kanan dan
kiri,
Cara pemeriksaan lain:
Lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan
kaki.
C.KEKUATAN OTOT
1. Meminta klien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri disamping kanan tempat
tidur klien. Suruhlah klien mengangkat kedua lengan ke atas sampai melewati
kepala. Nilailah kekuatan lengan dengan membandingkan kiri dan kanan.
Kelemahan dapat dilihat bila lengan yang satu lebih berat atau lebih lambat
bergerak dibandingkan lengan yang lainnya.
2 Berikan tahanan ringan berat pada lengan klien dan nilailah bes
sampai kekuatan yang ar
dimilki oleh klien.
3 Hal yang sama dilakukan pada kedua tungkai.
4 Interpretasi : Kekuatan otot dinilai dalam derajat :
5 : Kekuatan normal Seluruh gerakan dapat dilakukan
berulang-ulang tanpaterlihat adanya
kelelahan
4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar dan dapat melawan
tahanringan dan sedang dari pemeriksa
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
2 : Di dapatka geraka tetap geraka ini tidak melawan gaya
(gravitasi n n i n mampu berat
)
1 : Kontraksi minimal dapat terasa atau teraba pada otot yang
bersangkutan
tanpamengakibatkan
gerakan
0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Paralisis total.
5 Lakukan cuci tangan rutin

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Persiapan Alat
Tempat tidur periksa Lembar catatan
Alat tulis

Persiapan Lingkungan
a. Persiapakan lingkungan/setting tempat untuk interaksi seperti di
ruang tindakanpemeriksaan

Prosedur pemeriksaan tonus dan kekuatan otot


LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN MOTORIK Ya Tidak
A. UKURAN OTOT
1 Mintalah klien berbaring dengan santai Lakukanlah observasi pada
semua
2 Periksalah perubahan bentuk otot (eutrofi, hipertrofi, hipotrofi)
3 Carilah ada atau tidaknya tremor, khores, atetose, distonia,
balismus,
spasme, tik, fasikulasi dan miokloni otot
B. TONUS OTOT
1 Mintalah klien berbaring dengan santai.
2 Alihkanlah perhatian klien dengan mengajaknya berbicara.
3 Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan lengan bawah klien
di sendi siku secara pasif, lakukan berulang kali secara perlahan
dan kemudian secara cepat
4 Nilai tahanan yang dirasakan sewaktu menekukkan dan
meluruskan
5 Lakukanlah pemeriksaan juga pada sendi lutut, pada anggota gerak
kanan
Cara pemeriksaan lain:
Lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku, lutut,
pergelangan tangan dan kaki.
C.KEKUATAN OTOT
1. Meminta klien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri disamping
kanan tempat tidur klien. Suruhlah klien mengangkat kedua lengan
ke atas sampai melewati kepala. Nilailahkekuatan lengan
dengan membandingkan kiri dan kanan. Kelemahan dapat dilihat
bila lengan yang satu lebih berat atau lebih lambat bergerak
dibandingkan lengan yang lainnya.

2 Berikan tahanan ringan sampai berat pada lengan klien dan


nilailahbesar kekuatan yang dimilki oleh klien.
3 Hal yang sama dilakukan pada kedua tungkai.
4 Interpretasi : Kekuatan otot dinilai dalam derajat :
5 : Kekuatan normal Seluruh gerakan dapat dilakukan
berulang-ulang tanpa terlihat adanya
kelelahan
4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar dan dapat
melawan tahan ringan dan sedang dari pemeriksa
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
2 : Di dapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak mampu melawan
gaya berat (gravitasi)
1 : Kontraksi minimal dapat terasa atau teraba pada otot
yan
gbersangkutan tanpa mengakibatkan gerakan
0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Paralisis total.
5 Lakukan cuci tangan rutin

DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. (2016). Ilmu Biomedik Dasar. Salemba Medika: Jakarta.

Waugh, A., and Grant, A., (2011). Ross and Wilson Anatomy and
Physiology inHealth and Illness 10th ed. Elsevier. Singapor
Ilmu Biomedik Dasar

Praktikum Ke-7

Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara
global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama yang
harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu
kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan menjelaskan letak
posisi anatomi dan fisiologi dalam sistem respirasi. Hal ini telah
termasuk dalam kompetensi yang harus dicapai dalam menyelesaikan
Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam menjelaskan letak posisi
anatomi dan fisiologi dalam sistem respirasi yang telah diintegrasikan
dengan kompetensiprodi dalam kurikulum KKNI.

3. Teori Singkat

Sistem pernapasan atau juga dikenal sebagai sistem


respirasi. Fungsi utama sistem respirasi yatu sebagai tempat terjadinya
pertukaran gas dari atmosfer dengan sirkulasi darah dan memindahkan
udara dari dan ke permukaan paru. Sistem respirasi terdiri dari: Paru-
paru, Saluran pernapasan bagian atas, yamg memungkinkan masuknya
udara atmosfer ke dalam sistem pernapasan, ini melibatkan hidung (dan
mulut), laring (dan faring), dan trakea (tenggorokan). Saluran
pernapasan bagian bawah yang memungkinkan lewatnya udara
atmosfer ke paru-paru itu sendiri, melibatkan bronkus dan bronkiolus
utama. Saluran udara pernapasan akhir yang memungkinkan
pertukaran gas terjadi, melibatkan bronkiolus pernafasan, kantung
alveolar dan alveoli.
1. Struktur dari sistem pernapasan
Saluran yang dilewati oleh udara masuk ke dalam paru adalah
hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkeolus. Saluran nafas
atas adalah hidung, faring dan laring.
Berikut ini merupakan komponen sistem pernapasan dan fungsinya:
Tabel: Komponen sistem pernapsan dan fusngisnya
Komponen Fungsi
Hidung Lubang hidung memungkinkan udara untuk masuk dan keluar rongga
hidung;
filter rongga hidung, menghangatkan, dan melembabkan udara yang
dihirup
Faring Membawa udara antara rongga hidung dan laring; filter,
menghangatkan, dan
melembabkan udara yang dihirup; berfungsi sebagai jalan terusan
untuk makanan dari mulut ke kerongkongan; menyetarakan tekanan
udara
dengan telinga tengah melalui tabung pendengaran
Laring Membawa udara antara faring dan trakea; mengandung pita suara
untuk menghasilkan suara dalam vokalisasi; mencegah obyek masuk
trakea
Trakea Membawa udara antara laring dan bronkus; filter, menghangatkan,
dan
melembabkan udara yang dihirup
Bronkus Membawa udara antara trakea dan bronkiolus; filter,
menghangatkan, dan
melembabkan udara yang dihirup
Bronkiolus Mengatur laju aliran udara melalui bronkokonstriksi dan bronkodilatasi
Alveoli Memungkinkan pertukaran gas antara udara di alveoli dan darah
dalam
kapiler sekitarnya

Berikut ini merupakan gambar anatomi sistem pernapasan dan struktur


paru.

Gambar: Anatomi Sistem Pernapasan

Gambar: Paru-paru
2. Proses Pernapasan
a. Pertukaran Gas
Fungsi utama dari sistem pernapasan adalah mengambil
oksigen dan megeluarkan karbon dioksida. Pertukaran gas ini
disebut respirasi dan terjadi antara atmosfer, darah, dan sel
dalam fase yang berbeda.

1) Ventilasi pulmonari. Kata pulmo merujuk ke paru-paru dan


ventilasi pulmonari adalah istilah lain untuk pernapasan.
Udara dihirup atau ditarik ke dalam paru-paru dan kemudian
dikelurkan dari paru-paru
2) Respirasi eksternal (respirasi pulmonari). Pertukaran gas
yang terjadi antara paru-paru dan darah. Pada respirasi
eksternal darah mengambil oksigen dan melepaskan karbon
dioksida
3) Respirasi internal (respirasi jaringan). Pertukaran gas yang
terjadi antara darah dan sel jaringan. Pada respirasi internal
darah melepaskan oksigen dan mengikat karbon dioksida.
b. Mekanisme Pernapasan
Selama inspirasi, otot-otot interkostal eksternal ditemukan
antara kontraksi rusuk, mengerakkan tulang rusuk ke atas dan
keluar. Otot diafragma juga berkontraksi dan membentuk kubah
yang datar. Ini meningkatkan ruang di paru-paru dan
menyebabkan udara secara otomatis ditarik ke dalam paru-paru.
Selama ekspirasi, otot-otot interkostal eksternal berelaksasi dan
tulang rusuk kembali ke posisi istirahat mereka. Diafragma
berelaksasi, kembali ke bentuk kubah aslinya. Ini menyebabkan
ruang di paru-paru menjadi lebih kecil, memaksa udara keluar
dari mereka.

Gambar: Mekanisme Pernapasan


PRAKTIKUM MENGUKUR FREKUENSI PERNAPASAN

Kelangsungan hidup manusia bergantung pada kemampuan


oksigen (O2) untuk mencapai sel-sel tubuh dan karbondioksida (CO2)
dikeluarkan dari sel. Pernapasan adalam mekanisme tubuh
menggunakan pertukaran udara antara atmosfir dengan darah serta
darah dengan sel. Frekuensi pernapasan adalah cepat lambatnya
bernapas atau banyaknya oksigen yang dihirup (inspirasi) dan
kemudian dihembuskan (ekspirasi) dalam bernapas dalam keadaan
apapun. Secara normal, orang dewasa bernafas 16-20 kali/ menit.
Menghitung pernafasan adalah mengukur pernafasan pasien. Saat
menghitung pernafasan, maka kajilah laju pernafasan klien dengan
menghitung jumlah nafas selama 60 detik atau satu menit penuh.
Cepat lambatnya proses pernapasan tersebut dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Pada umumnya, laki-laki lebih banyak membutuhkan energi. Oleh
karena itu, laki- laki memerlukan oksigen lebih banyak dari pada
wanita.
2. Aktivitas
Tak jauh dari posisi tubuh, aktivitas yang dilakukan seseorang pun
dapat mempengaruhi banyaknya otot yang bekerja, sehingga akan
sangat mempengaruhi frekuensi pernapasan seseorang.
Berikut ini merupakan Intruksi kerja penghitungan status pernapasan.
Instruksi Kerja Menghitung Pernafasan
No Aspek Yang Dinilai Ya Tidak
Persiapan Alat:
Stop watch/jam tangan, lembar catatan dan alat tulis
A. Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verifikasi order yang ada untuk
pemeriksaan
3. Siapkan alat-alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam pada klien
2. Memperkenalkan diiri
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
atau
keluarga
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Memberikan kesempatan pada klien untuk
bertanya
sebelum melakukan kegiatan
3. Meletakkan lengan klien pada posisi rileks
menyilang
abdomen atau dada bagian bawahnya, atau
tempatkan tangan pemeriksa langsung pada
abdomen atas klien
4. Menghitung pernafasan. Jika pernafasan
teratur dihitung selama 30 detik dan
dikalikan 2. Bila pernafasan tidak tertatur
dihitung selama 1 menit.
Amati irama dan kedalaman pernafasan
5. Mencuci tangan
D. Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berpamitan
E. Penampilan
1. Ketenangan selama melakukan tindakan
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama
tindakan
3. Keamanan dan ketelitian dalam melakukan
tindakan

DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. (2016). Ilmu Biomedik Dasar. Salemba Medika: Jakarta.

Waugh, A., and Grant, A., (2011). Ross and Wilson Anatomy and
Physiology inHealth and Illness 10th ed. Elsevier. Singapore
Ilmu Biomedik Dasar

Praktikum Ke-8

Anatomi & Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara global
diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama yang harus
dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu kompetensi
yang harus dicapai adalah kemampuan menjelaskan letak posisi anatomi
dan fisiologi dalam sistem kardiovaskuler. Hal ini telah termasuk dalam
kompetensi yang harus dicapai dalam menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu
Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam menjelaskan letak posisi
anatomi dan fisiologi dalam sistem kardiovaskuler yang telah
diintegrasikan dengan kompetensiprodi dalam kurikulum KKNI.

3. Teori Singkat

Sistem kardiovaskuler merupakan bagian dari tubuh yang sangat


penting karena merupakan pengatur. Sistem kardiovaskuler terdiri dari
jantung yang merupakan pompa, dengan jaringan pembuluh darah yang
luas, yang bertugas sebagai pengangkut untuk darah. Bersama keduanya
menyediakan nutrisi (oksigen dan zat gizi) bagi seluruh tubuh dan
membuang zat sisa. Arteri membawa darah dari jantung, Vena membawa
darah ke jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di
antarnya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan buangan.
1. Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah
Jantung terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga,
sedikit ke sebelah kiri sternum. Sisi basal (bagian atas) terletak ± 9
cm ke kiri garis tengah pada ruang kosta ke 2 (C-2), sedangkan apek
terletak pada Interkosta ke- 5 (IC-5) midclavikula sinistra. Pada basal
jantung terdapat aorta, batang arteri pulmonalis, vena kava superior dan
inferior, serta vena pulmonalis.
Jantung terikat pada tempatnya. Penyokong utama adalah paru-
paru yang menekan jantung dari samping, sedangkan diafragma
menyokong dari bawah. Pembuluh darah besar yang keluar dan masuk
jantung juga memfiksasi jantung sehingga jantung tidak mudah
berpindah.

Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu: Atrium kanan, Atrium kiri,


Ventrikel kanan, Ventrikel kiri. Setiap ruang dipisahkan oleh katub:
Katub atrioventrikuler, yaitu katub antara atrium dan ventrikel yaitu
Katub Atrioventrikuler kanan (katup trikuspid); memiliki tiga pintu (tiga
lembar daun katub). Katub atrioventrikuler kiri (katub mitral) memiliki
dua pintu (dua lembar daun katub). Katup pulmonal yaitu pemisah
antara ventrikel kanan dengan paru-paru. Katub aorta yiatu pemisah
antara ventrikel kiri dengan aorta. Katub antara atrium dan ventrikel
menutup secara pasif sesuai dengan perubahan tekanan. Saat sistol
(kontraksi ventrikel), tekanan di ventrikel naik melebihi atrium dan katub
menutup, mencegah aliran balik ke jantung.
Dalam tubuh manusia, terdapat tiga jenis pembuluh darah yaitu:
arteri, vena dan kapiler. Arteri mengalirkan darah yang kaya oksigen ke
seluruh tubuh, kecuali ke arteri pulmonalis. Vena adalah pembuluh
darah yang mengalirkan darah yang kaya CO2 dari tubuh ke jantung.
Dan Arteriol (arteri berukuran paling kecil) terkecil bercabang menjadi
sejumlah pembuluh panjang yang disebut kapiler.
Pembuluh darah yang tersambung dengan jantung diantaranya vena
kava superior dan inferior menuangkan darahnya ke atrium kanan.
Lubang dari vena kava inferior dijaga oleh katup semilunar eustakhius.
Arteri pulmonalis membawa darah keluar dari vertikel kanan. Empat
pulmonaris membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri. Aorta
membawa darah keluar dari ventrikel kiri.
2. Sistem Peredaran Darah
Secara umum fungsi jantung yang utama adalah memompa darah
ke seluruh tubuh dan menampungnya kembali setelah dibersihkan
organ paru- paru. Darah yang kembali ke jantung dari vena kava
superior dan inferior kemudian masuk ke dalam atrium kanan. Dari
atrium kanan, darah mengalir melewati katub seminlunaris (tricuspid)
ke ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan, darah kemudian mengalir ke
arteri pulmonalis melewati katup pulmonaris. Arteri pulmonaris
bercabang ke paru-paru kanan dan kiri. Di paru-pau, arteri-arteri
pulmonaris bercabang berkali-kali menjadi arteriol dan kemudian
kapiler. Setiap kapiler memberik perfusi (pertukaran gas) melalui
sebuah alveolus. Semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi
venula, dan venula menjadi vena. vena kemudian menyatu untuk
membentuk vena pulmonaris yang besar. Darah dari vena pulmonalis
kembali ke atrium kiri. Darah di atrium kiri mengalir ke dalam ventrikel
kiri melalui katup mitralis. Dari ventrikel kiri, darah keluar menuju aorta
melewati katup aorta. Darah dari aorta kemudian didistribusikan ke
seluruh sirkulasi sitemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler, yang
kemudian menyatu kembali untuk membentuk vena-vena. Vena-vena
dari bagian tubuh bawah mengembalikan darah ke vena kava inferior.
Sedangkan vena-vena pada bagian atas tubuh mengembalikan aliran
darah ke vena kava superior yang kemudian keduanya akan
dikembalikan ke dalam jantung.

PRAKTIKUM MENGUKUR DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah salah satu bentuk


pemeriksaan tanda vital pasien. Dalam pemeriksaan kardiovaskular yang
dilakukan pada praktikum ini, yang diamati adalah denyut nadi dan tekanan
darah seseorang.
1. Pemeriksaan Denyut Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di
berbagai tempat pada tubuh. Nadi sebagai salah satu indikator status
sirkulasi. Aspek yang dievaluasi dalam palpasi adalah frekuensi, irama,
ciri denyutan, isi nadi, dan keadaan pembuluh darah. Frekuensi
denyutan nadi setiap orang berbeda-bed Kecepatan denyut nadi yang
normal bagi orang dewasa adalah antara 60-100 kali/ menit. Kecepatan
denyut nadi melebihi 100 kali/ menit takikardi dan bila kurang dari 60
kali / menit disebut bradikardi.
Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan dengan cara palpasi.
Pada metode ini, denyut nadi diraba dengan menggunakan jari tangan.
Palpasi dapat dilakukan di area arteri temporalis, karotis, apikal, brakial,
radial, ulnar, femoralis, popliteal, tibia posterior, dan pedis dorsalis.

Berikut merupakan tabel lokasi arteri tempat nadi dapat diraba.


Tempat Letak Kriteria pengkajian
Temporal Di atas tulang tengkorak, di Digunakan untuk mengkaji nadi anak-anak
atas
dan lateral terhadap mata
Karotis Sepanjang tepi medial Digunakan pada saat syok psikologis
otot atau
stemokleidomastoid di leher henti jantung saat bagain lain tidak dapat
diraba
Apikal Rongga interkosta Digunakan untuk mengauskultasi nadi
keempatsampai apikal
kelima pada
garis
midklavikular kiri
Brachial Alur diantara ototo bisep Digunakan untuk mengkaji status sirkulasi
dan ke
trisep pada fosa antekubital lengan bawah
Radial Disisi ibu jari dan jari telunjuk
Biasa digunakan untuk mengkaji karakter
pada pergelangan tangan nadi
perifer dan status sirkulasi ke tangan
Ulnar Bagian ulnar dari pergelangan Digunakan untuk mengkaji status sirkulasi
tangan ke
tangan. Pada bagian ini juga untuk
mengkaji tes allen.
Femoralis Di bawah ligamen inguinal Digunakan untuk mengkaji status pada
ditengah antara simfisis pubis saatsyok psikologis atau henti jantung
dan spina iliaka anterior saat nadi
superior lain tidak dapat diraba dan digunakan
untuk mengkaji status sirkulasi ke tungkai.
Popliteal Dibelakang tumit pada fossa Digunakan untuk mengkaji status sirkulasi
popliteal ke
tungkai bagian bawah.

Tibia Bagian dalam pergelangan kaki Digunakan untuk mengkaji status sirkulasi
posterior di ke
bawah maleolus medial Kaki
Pedis Sepanjang bagian atas kaki Digunakan untuk mengkaji status
dorsa di sirkulasi kekaki
l antara tendon ekstensi dar jari
kaki pertama dan besar

Adapun tempat pengukuran nadi sebagai berikut:

Gambar 1 Tempat pengukuran nadi

Berikut ini merupakan Intruksi kerja pengukuran denyut nadi radialis.

Instruksi Kerja Penghitungan Denyut Nadi Radial


No Aspek Yang Dinilai Ya Tidak
A. Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan
2. Siapkan alat-alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam pada klien
2. Memperkenalkan diri
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
C. Tahap Kerja
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
sebelum
melakukan kegiatan
2. Mencuci tangan
3. Mengatur posisi klien: terlentang atau duduk
4. Menempatkan dua atau tiga jari tangan pemeriksa di
atas lekukan radial searah ibu jari, sisi dalam
pergelangan tangan
klien
5. Berikan tekanan ringan di atas radius
6. Hitung frekuensi denyut nadi, amati irama dan kekuatan
denyutan.
7. Bila nadi tidak teratur hitung selama 1 menit, namun jika
teratur hitung selama 30 detik dan dikalikan dua
8. Mencuci tangan
D. Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
E. Penampilan
1. Ketenangan selama melakukan tindakan
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
3. Ketelitian dan keamanan dalam melakukan tindakan

2. Pemeriksaan Tekanan Darah


Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh
darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan darah
dalam sistem arteri tubuh adalah indikator yang baik bagi status
kardiovaskuler seseorang.
Tekanan darah sistolik (atas) adalah puncak yang tercapai ketika
jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri.
Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama pada
saat pengukur darah. Tekanan darah diastolik (bawah) diambil ketika
tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah
kembali. Tekanan darah diastolik dicatat apabila terdengar bunyi
terakhir pada alat pengukur darah. Nilai tekanan darah dikatakan
abormal jika nilai sistolik ≥ 160 mmHg, diastolik >90 mmHg.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.
Bayi dan anak-anak memiliki tekanan darah yang lebih rendah
dibanding dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan
lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari pun
berbeda, paling tinggi diwaktu pagi hari dan paling rendah pada saat
tidur malam hari.
Ada dua cara untuk mengukur tekanan darah, yaitu secara langsung
dan tidak langsung.
a. Metode langsung
Jarum berongga dan kateter disusupkan ke dalam pembuluh
darah. Kateter kemudian akan menyalurkan tekanan darah ke
transduser tekanan dan dilakukan pembacaan langsung tekanan
darah. Metode ini termasuk invasif dan tidak dilakukan pada
pemeriksaan biasa.
b. Metode tidak langsung
1) Palpasi
Metode ini hanya digunakan untuk mengukur tekanan sistolik.
Manset sphygomanometer dikenakan pada lengan, lalu dipompa
perlahan sampai dengan denyut nadi arteri radialis tidak teraba
lagi. Kemudian, tekanan diturunkan dan skala
sphygmomanometer diperhatikan, denyutan pertama yang terasa
kembali menunjukkan tekanan sistolik.
a. Mengukur Tekanan Darah Secara Palpasi
1) Probandus tetap berbaring terlentang tenang di tempat tidur
2) Meletakkan lengan yang hendak diukur tekanan
darahnya (lengan kanan) disisi tubuh dengan kedudukan
volar
3) Memasang manset pada lengan atas kanan,
sekitas 3 cm diatas fossa cubiti (jangan terlalu ketat
maupun terlalu longgar)
4) Meraba serta merasakan denyut arteri radialis dextra
5) Memompakan udara ke dalam manset
(menggunakan pompa udara) sampai denyut arteria
radialis dextra tak teraba
6) Memompakan terus udara ke dalam manset sampai
tinggi Hg pada manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi
dari titik dimana denyut arteria radialis dextra tak teraba
7) Mengeluarkan udara dalam manset secara pelan
dan berkesinambungan (dengan memutar sekrup pada
pompa udara berlawanan arah jarum jam). Mencatat
tinggi Hg pada manometer dimana arteri radialis
pertama kali teraba kembali. Nilai ini menunjukkan
besarnya tekanan sistolik secara palpasi
8) Mencatat data sesuai format.
2) Auskultasi
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur tekanan sistolik
dan diastolik. Alat yag digunakan sphygmomanometer dan
stetoskop. Seperti metode palpasi, manset dipompa sampai
denyut nadi tidak terdengar lagi. Tekanan diturunkan, bunyi
denyutan pertama kali adalah tekanan sistol dan setelahnya
bunyi denyutan akan semakin melemah. Denyutan terakhir yang
terdengar menunjukkan tekanan diastol.
b. Mengukur Tekanan Darah Secara Auskultasi
1) Probandus tetap berbaring terlentang tenang dengan
manset tetap terpasang disisi tubuh dengan kedudukan
volar
2) Menentukan letak arteria brachialis dextra secara
palpasi pada fossa cubiti dan letakkan stethoscope di
atas arteri tersebut.
3) Memompakan udara ke dalam manset, maka akan
terdengar suara bising arteri brachialis dextra melalui
stethoscope
4) Memompa udara terus ke manset, pada suatu saat
suara bising arteria brachialis dextra akan hilang
5) Memompa terus udara ke dalam manset sampai tinggi
Hg pada manometer berkisar 20 mmHg diatas titik
diaman suara bising arteri brachialis tadi hilang
6) Mengeluarkan udara dalam manset secara perlahan dan
berkesinambungan, maka saudara akan emndengar lagi
suara bising tersebut, dan terlihat tinggi Hg pada
manometer, didapatkan tekanan darah sistolik. Dan
setelah diturunkan algi suara bising tersebut kembali
menghilang, didapatkan tekanan darah diastolik.
7) Mencatat data sesuai format.

DAFTAR PUSTAKA

Mashudi S. 2012. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Dasar (aplikasi peta
konsep pembelajaran). Salemba Medika. Jakarta

Syaifuddin. 2012. Latihan Soal dan Jawab Fisiologi Tubuh Manusia


Latihan PraktikKBK untuk mahasiswa keperawatan Edisi 2. Salemba
Medika: Jakarta

Syaifuddin. (2016). Ilmu Biomedik Dasar. Salemba Medika: Jakarta.

Waugh, A., and Grant, A., (2011). Ross and Wilson Anatomy and Physiology
in Healthand Illness 10th ed. Elsevier. Singapor
Ilmu Biomedik Dasar

Praktikum Ke-9

Anatomi & Fisiologi Sistem Pencernaan

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara
global diperlukanpatokan dalam penentuan kemampuan utama yang harus
dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu kompetensi
yang harus dicapai adalah kemampuan menjelaskan letak posisi anatomi
dan fisiologi dalam sistem pencernaan. Hal ini telah termasuk dalam
kompetensi yang harus dicapai dalam menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu
Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam menjelaskan letak posisi
anatomi dan fisiologi dalam sistem pencernaan yang telah diintegrasikan
dengan kompetensiprodi dalam kurikulum KKNI.
3. Teori Singkat
1. Struktur Sistem Pencernaan Manusia
Tubuh organisme harus mendapatkan gizi untuk memenuhi
kebutuhan energi. Sistem pencernaan merupakan sistem yang
memproses mengubah makanan dan menyerap sari makanan yang
berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sistem
pencernaan juga akan memecah molekul makanan yang kompleks
menjadi molekul yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga
mudah dicerna oleh tubuh.
Terdapat 6 organ utama dalam sistem pencernaan yaitu mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Berikut
adalah 6 organ pencernaan manusia beserta bagian-bagiannya.
a. Mulut
Mulut adalah pintu masuk makanan. Terdiri atas: Langit-langit,
Gigi, Gusi, Tulang langit-langit, Pembuluh darah dan saraf
langit-langit, Amandel, Lidah, Anak lidah. Fungsi mulut yaitu
menghancurkan makanan, mencerna makanan, mengecap rasa
makanan, dan membantu menelan makanan. Di dalam mulut
terjadi pencernaan mekanis (dengan gigi dan lidah) dan
pencernaan kimiawi (dengan ludah yang mengandung enzim
ptialin).

b. Kerongkongan
Kerongkongan adalah penghubung antara mulut dan lambung.
Kerongkongan disebut juga esofagus, berbentuk tabung dan
terdapat otot yang berfungsi untuk membawa makanan dari
mulut ke lambung dengan menggunakan gerak peristaltik.
c. Lambung
Di dalam lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan
menggunakan enzim pepsin, enzim renin, enzim lipase, dan
asam lambung (HCl). Lambung terdiri dari tiga bagian utama
yaitu kardiak, fundus, dan pilorus. Di ujung bagian atas
lambung yang berbatasan dengan kerongkongan terdapat
sfingter yang berfungsi untuk menjaga makanan agar tidak
keluar dari lambung dan dimuntahkan kembali. Sedangkan di
bagian bawah yang berbatasan dengan usus dua belas jari
disebut sfingter pilorus.
d. Usus Halus
Usus halus adalah tempat penyerapan sari-sari makanan. Disini
juga terjadi proses pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim
tripsin, enzim disakarase, enzim erepsin, dan enzim lipase.
Sari-sari makanan diserap melalui jonjot-jonjot usus yang
disebut vili. Seluruh sari makanan kecuali asam lemak dan
gliserol diangkut melalui vena porta menuju ke hati.
Sedangkan asam lemak dan gliserol diangkut melalui pem
buluh limfa. Di usus halus juga terdapat duodendum (usus dua
belas jari), jejunum, dan ileum.
e. Usus Besar
Memiliki fungsi memilah kembali hasil pencernaan. Disini terjadi
penyerapan air dengan jumlah yang terbesar daripada organ lain
dan terjadi proses pembusukan sisa-sisa makanan dengan
bantuan bakteri. Usus besar terdiri dari: Usus buntu, Kolon
asedens (kolon naik), Kolon transversum (kolon datar), Kolon
desendens (kolon turun),
f. Rektum. Tempat menyimpan feses sebelum dikeluarkan melalui
anus.
g. Anus: Fungsi utama anus adalah sebagai alat pembuangan
feses melalui proses defekasi (buang air besar). Di anus
terdapat otot sphinkter, rektum, dan vena. Fungsi otot sphinkter
adalah untuk membuka atau menutup anus. Sedangkan fungsi
rektum adalah untuk menyimpan feses sementara waktu.
2. Proses Pencernaan Makanan
Proses pencernaan pada manusia terbagi atas 5 macam yaitu :
a. Ingesti yiatu, proses memasukkan makanan dan minuman ke
dalam saluran pencernaan awal yaitu mulut.
b. Pencernaan mekanik, yaitu proses mengubah makanan
menjadi kecil dan lembut. Pencernaan mekanik dilakukan oleh
gigi.
c. Pencernaan Kimiawi, yaitu proses mengubah molekul zat
makanan yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana
sehingga mudah dicerna. Pencernaan kimiawi dilakukan oleh
enzim, asam, „bile‟, dan air.
d. Penyerapan (absorbsi), yaitu Produk hasil pemecahan
makanan dibawa ke aliran darah untuk digunakan oleh tubuh.
e. Penyingkiran (Eliminasi), Yaitu penyingkiran/pembuangan
material yang tidak dicerna dari „tract‟ pencernaan melalui
defekasi sebagai feses.
Praktikum Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan

Persiapan alat

1) Phantom sistem endokrin


Prosedur kerja

2) Penjelasan anatomi dan fisiologi sistem sistem endokrin


3) Mahasiswa menunjukan letak posisi anatomis otak dan
fungsi sistemendokrin

Pelaksanaan

No. Kegiatan Ya Tidak

1 Menunjukan dan menyebutkan posisi anatomis sistem


pencernaan

2 Menjelaskan fungsi komponen anatomi sistem


pencernaan

SCORE

DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. (2016). Ilmu Biomedik Dasar. Salemba Medika: Jakarta.

Waugh, A., and Grant, A., (2011). Ross and Wilson Anatomy and
Physiology inHealth and Illness 10th ed. Elsevier. Singapor
ILMU BIOMEDIK DASAR

Materi Praktikum ke-11

Penimbangan Berat Badan

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara
global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama yang
harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu
kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan melakukan
penimbangan berat badan. Hal ini telah termasuk dalam kompetensi yang
harus dicapai dalam menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam melakukan penimbangan
berat badan yang telah diintegrasikan dengan kompetensi prodi dalam
kurikulum KKNI.

3. Teori Singkat

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos

artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran

tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali. Sedangkan sudut

pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan

antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip

dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik. Untuk mengkaji status gizi

secara akurat, beberapa pengukuran secara spesifik diperlukan dan


pengukuran ini mencakup pengukuran berat badan.

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan

yang mendadak. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat

labil. Dalam keadaan normal, di mana keadaan kesehatan dan

keseimbangan anatara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat

badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam

keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat

badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan

normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi

yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna

mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan yang

tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks

riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan

yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang.

1. Pengukuran berat badan


a. Pengertian
 Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting,

dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan pada semua

kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/

penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang,

otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai

sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan


gizi, pengukuran objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan

timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan

banyak waktu.

 Menimbang berat badan adalah mengikuti perkembangan kesehatan

dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu

hamil. Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan

menggunakan kartu menuju sehat (KMS) balita. Kartu menuju sehat

berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan.

 Arisman (2004) mengemukakan beberapa pertimbangan mengapa

berat badan paling sering digunakan sebagai indikator penialian

status gizi,diantaranya :

- Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam

waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan

dan kesehatan.

- Memberikan gambaran status gizi sekarang

- Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara

umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru

yang memerlukan penjelasan secara meluas.

- Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh

keterampilan pengukur.

b. Manfaat menimbang berat badan

 Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi

makanan atau gangguan kesehatan


 Menimbang dapat dilakukan oleh keluarga dimana saja

 Keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota

keluarganya

 Keluarga mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau


dengan bantuan petugas
c. Akibat bila tidak memantau berat badan dan pertumbuhan anggota

keluarga

 Tidak mengetahui perkembangan dan pertumbuhan bayi dan

anak balita secara normal

 Tidak mengetahui adanya gejala penyakit pada bayi, anak balita

dan ibu hamil, misalnya kekurangan zat gizi, kegemukan,

gangguan pertumbuhan janin dan gangguan kesehatan.

d. Memantau berat badan dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

 Anak dapat ditimbang di rumah atau di posyandu atau di tempat

lain sekurangnya 2 bulan sekali.

 Berat badan anak dimasukkan ke dalam KMS

 Bila grafik berat badan pada KMS Naik (sesuai garis

pertumbuhannya), berarti anak sehat, bila tidak naik berarti ada

penurunan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan dan

perlu ditindaklanjuti oleh keluarga atau meminta bantuan

petugas kesehatan.

e. Pengukuran berat badan pada pasien normal


Pada prinsipnya, ada dua macam timbangan yaitu beam (lever)

balance scales dan spring scales. Contoh beam balance adalah

dacin, dan contoh spring scale adalah timbangan pegas

(contohnya, timbangan kamar mandi). Karena pegas mudah melar,

timbangan jenis spring scale tidak dianjurkan untuk (terutama)

digunakan berulang kali, apalagi pada lingkungan yang bersuhu

panas. Penimbangan dianjurkan dilakukan pada pagi hari setelah

bangun tidur, sebelum makan dan setelah buang air, dan ditimbang

oleh petugas yang sama pula. Selain itu, jika keadaan

memungkinkan, maka subjek ditimbang bertelanjang atau

berpakaian seminimal mungkin. Setelah itu, hasil penimbangan

harus dikurangi dengan berat pakaian termasuk aksesoris yang

digunakan saat penimbangan.

1) Pengukuran berat badan menggunakan baby scale

2) Pengukuran berat badan menggunakan alat ukur SECA

3) Pengukuran berat badan dengan Timbangan berat badan digital

merek AND

4) Pengukuran berat badan dengan menggunakan Dacin

5) Menimbang dengan menggunakan timbangan detekto dan


timbangan injak pegas
A. Pelaksanaan Praktikum
1. Pengukuran berat badan menggunakan baby scale

Alat ini digunakan untuk pengukuran berat badan bayi dan anak

berusia di bawah dua tahun (Belum Bisa Berdiri). Penimbangan pada

bayi yang belum bisa berdiri yaitu dengan menggunakan alat timbang

Baby scale. Berikut ini merupakan langkah-langkah menimbang

dengan baby scale.

a. Letakkkan timbangan di tempat yang datar

b. Pastikan skala ukur tepat diangka nol

c. Lepaskan baju pada bayi yang akan ditimbang.

d. Letakkan bayi di atas timbangan (ditengah timbangan) dengan posisi

badan telentang.

e. Baca dan catat hasil penimbangan

2. Pengukuran berat badan menggunakan alat ukur SECA


Alat ini digunakan baik untuk mengukur berat badan orang dewasa,

anak yang sudah bisa berdiri maupun bayi, hanya cara pengukurannya

saja yang berbeda. Berikut langkah –langkah pengukuran berat badan

menggunakan alat ukur SECA:

a. Penyiapan alat ukur :

 Letakkan alat timbang di bagian yang rata/ datar dan keras

 Jika berada di atas rumput yang tebal atau karpet tebal atau

permadani, maka pasang kaki tambahan pada alat timbangan untuk

bisa mengatasi daya pegas dari alas yang tebal

 Pastikan alat timbang menunjukkan angka “00.00” sebelum

melakukan penimbangan dengan menekan alat timbang tersebut.

Jika alat timbang tidak menunjukkan angka “00.00” lakukan hal

sebagai berikut :

1) Periksa apakah ada baterai pada alat timbang tersebut

2) Periksa apakah posisi positif dan negatif baterai sudah sesuai

3) Ganti baterai baru (pewawancara harus membawa baterai

cadangan selama kegiatan pengukuran dilakukan)


b. Persiapan sebelum melakukan pengukuran :

 Jelaskan kepada ibu/pengasuh tujuan dari pengukuran berat badan

dan berikan kesempatan untuk bertanya

 Pastikan bahwa anak tidak menggunakan pakaian tebal, pampers,

popok, selimut, dll, agar mendapatkan berat badan anak seakurat

mungkin

c. Cara pengukuran berat badan :

 Anak bisa berdiri

1) Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah

anak tersebut untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.

2) Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak,

mata/kepala lurus ke arah depan, kaki tidak menekuk.

Pewawancara dapat membantu anak tersebut berdiri dengan baik

di atas timbangan dan untuk mengurangi gerakan anak yang

tidak perlu yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan.

3) Setelah anak berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang

akan menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah anak

tersebut untuk turun dulu dari timbangan dan pewawancara harus

segera mencatat hasil penimbangan tersebut

 Bayi/Anak belum bisa berdiri

1) Jika anak belum bisa berdiri, maka minta ibu/pengasuh untuk

menggendong tanpa selendang. Ketika alat timbang sudah


menunjukkan angka 00.00 mintalah ibu dengan menggendong

sang anak untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.

2) Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus ke depan, kaki tidak

menekuk dan kepala tidak menunduk ke bawah. Sebisa mungkin

bayi/anak dalam keadaan tenang ketika ditimbang.

3) Setelah ibu berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang

akan menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah ibu

tersebut untuk turun dulu dari timbangan dan pewawancara harus

segera mencatat hasil penimbangan tersebut

4) Ulangi proses pengukuran, kali ini hanya ibu saja tanpa

menggendong anak

Catatan mengenai timbangan:

a. Karena timbangan digital cukup rentan terhadap guncangan dan

beban berat, usahakan agar timbangan dibawa ke kabin pesawat dan

tidak ditaruh di bawah barang-barang yang berat untuk mencegah

kerusakan.

b. Alat timbang, baik ketika sedang maupun tidak digunakan jangan

terkena sinar matahari langsung karena akan mempengaruhi tampilan

digital alat timbang.


c. Tim lapang dapat melakukan kalibrasi sederhana untuk mengecek

kondisi alat timbang yaitu dengan menimbang benda yang diketahui

beratnya, misal : sekaleng disinfektan, dumbel dll.

3. Pengukuran berat badan dengan Timbangan berat badan digital merek

AND

Sasaran : Semua anggota rumah tangga

Alat :Timbangan berat badan digital merek AND dengan

kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 gram; menggunakan

baterai alkaline 3A sebanyak 2 buah. Timbangan berat

badan digital sangat sederhana penggunaannya,

namun diperlukan pelatihan petugas agar mengerti dan

dapat menggunakannya secara sempurna. Pedoman

penggunaan timbangan berat badan ini harus dipelajari

dengan benar untuk hasil yang optimal


Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menggunakan timbangan

digital merek AND :

a. Persiapan alat :

 Ambil timbangan dari kotak karton dan keluarkan dari bungkus

plastiknya

 Pasang baterai pada bagian bawah alat timbang (perhatikan posisi

baterai)

 Pasang 4 (empat) kaki timbangan pada bagian bawah alat timbang

(kaki timbangan harus dipasang dan tidak boleh hilang)

 Letakan alat timbang pada lantai yang datar

 Responden yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki dan

jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci.

b. Prosedur penimbangan responden dewasa atau anak yang sudah bisa

berdiri

 Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol sebelah kanan

(warna BIRU). Mula-mula akan muncul angka 8,88, dan tunggu

sampai muncul angka 0,00. Bila muncul bulatan (O) pada ujung kiri

kaca display, berarti timbangan siap digunakan. Aktifkan dengan

menekan tombol biru (sebelah kanan), muncul angka 888,88 (Belum

siap digunakan), muncul angka 0,00 dengan bulatan di kiri atas

(Telah siap digunakan) tombol biru


 Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di

tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca

 Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap

tenang (jangan bergerak-gerak) dan kepala tidak menunduk

(memandang lurus kedepan)

 Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu

sampai angka tidak berubah (statis)

 Catat angka yang terakhir (ditandai dengan munculnya tanda

bulatan O diujung kiri atas kaca display). Angka hasil penimbangan

dibulatkan menjadi satu digit misal 0,51 - 0,54 dibulatkan menjadi

0,5 dan 0,55 - 0,59 dibulatkan menjadi 0,6

 Minta Responden turun dari alat timbang

 Alat timbang akan OFF secara otomatis

 Untuk menimbang responden berikutnya, ulangi prosedur di atas.

Demikian pula untuk responden berikutnya.

c. Prosedur penimbangan anak umur < 2 tahun atau anak yang belum

bisa berdiri:

 Mintalah kepada ibu untuk membuka topi/ tutup kepala, jaket,

sepatu, kaos kaki atau asesoris yang digunakan anak maupun ibu

 Siapkan buku catatan untuk mencatat hasil penimbangan ibu dan

penimbangan ibu dan anak sebelum dipindahkan ke formulir

 Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol sebelah kanan

(warna BIRU). Mula-mula akan muncul angka 8,88, dan tunggu


sampai muncul angka 0,00. Bila muncul bulatan (O) pada ujung kiri

kaca display, berarti timbangan siap digunakan.

 Timbang ibu dari anak yang akan ditimbang dengan meminta ibu

naik ke alat timbang

 Perhatikan posisi kaki ibu tepat di tengah alat timbang, sikap tenang

(jangan bergerak-gerak) dan kepala tidak menunduk (pandangan

lurus kedepan)

 Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu

sampai angka tidak berubah (statis)

 Catat angka yang terakhir (ditandai dengan munculnya tanda

bulatan O diujung kiri atas kaca display. Hasil penimbangan : 52,70

kg dibulatkan 52,7 kg

 Minta responden turun dari alat timbang dan tunggu sampai alat

timbang OFF secara otomatis

 Aktifkan kembali alat timbang dengan cara menekan tombol sebelah

kanan (warna BIRU), dan tunggu sampai muncul angka 0,00.

 Timbang ibu dan anak (digendong) bersama-sama

 Catat angka yang terakhir

 Berat badan anak adalah selisih antara (berat badan ibu dan anak)

dengan berat badan ibu. Pembulatan berat badan anak dilakukan

setelah pengurangan (berat badan ibu dan anak) dengan berat

badan ibu.
Catatan:

a. Setelah selesai menimbang, simpan kembali alat timbang kedalam

kantong plastik dan kardusnya

b. Timbangan disimpan dalam tas perlengkapan lapangan, dan JAGA

jangan sampai jatuh atau terbentur

c. Batu baterai harus diganti setiap pindah blok sensus

d. Kaki timbangan jangan sampai hilang

Keuntungan penggunaan timbangan berat badan digital merek AND:

a. Dapat mengukur berat badan dengan mudah, cepat dan akurat, sebab

ketelitian timbangan ini 50 gram

b. Mengurangi risiko penularan infeksi kulit dan cedera pada balita

c. Mengurangi rasa takut pada anak-anak yang tidak senang dengan

timbangan gantung.

Keterbatasan:

a. Kurang dapat digunakan pada tempat dengan pencahayaan kurang

b. Penyimpanan harus dengan benar dengan menggunakan karton

fiksasi untuk menjaga agar tidak terguncang. Oleh sebab itu harus

disimpan dan diperlakukan dengan hati-hati

c. Memerlukan tempat dengan permukaan lantai harus datar dan rata.

4. Pengukuran berat badan dengan menggunakan Dacin


Dacin merupakan alat yang dapat memenuhi persyaratan dan

kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan

anak dan balita. Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan

antara lain:

a. Dacin sudah dikenal umum smapai di pelososk pedesaan

b. Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat

c. Ketelitian dan ketepatan cukup baik

Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25

kg. Bila digunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat juga, tetapi hasilnya

agak kasar, karena angka ketelitiannya 0.25 kg.

Jenis timbangan lain yang digunakan adalah “Detecto” yang terdapat

di puskesmas. Timbangan kamar mandi (Bath room scale) tidak dapat

dipakai menimbang anak balita, karena menggunakan “per”, sehingga

hasilnya dapat berubah-ubah menurut kepekaan “per”nya.

Alat lain yang diperlukan adalah kantong celana timbang atau kain

sarung, kotak atau keranjang yang tidak membahayakan anak terjatuh

pada waktu ditimbang. Diperlukan pula tali atau sejenisnya yang cukup
kuat untuk menggantungkan dacin. Cara menimbang/ mengukur berat

badan menggunakan dacin yaitu: periksalah dacin dengan seksama,

apakah masih dalam kondisi baik atau tidak. Dacin yang baik adalah

apabila bandul geser berada pada posisi skala 0.0 kg, jarum penunjuk

berada pada posisi setimbang. Setelah alat timbang lainnya (celana atau

sarung timbang) dipasang pada dacin, lakukan peneraan yaitu dengan

cara menambah beban pada ujung tungkai dacin, misalnya plastik berisi

pasir.

Dalam “Buku Kader” (1995), diberikan petunjuk bagaimana

menimbang balita dengan menggunakan dacin. Langkah-langkah

tersebut dikenal dengan 9 langkah penimbangan, yaitu:

1. Langkah 1

Gantungkan dacin pada :

a. Dahan pohon

b. Palang rumah, atau

c. Penyangga kaki tiga

2. Langkah 2

Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin

ke bawah kuat-kuat.

3. Langkah 3

Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang

dacin dikaitkan dengan tali pengaman.


4. Langkah 4

Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang

kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka 0 (nol).

5. Langkah 5

Seimbangkan dacin yang sudah diberi celana timbang, sarung

timbang atau kotak timbangan dengan cara memasukkan pasir ke

dalam kantong plastik.

6. Langkah 6

Anak ditimbang, dan seimbangkan dacin.

7. Langkah 7

Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka di ujung bandul

geser.

8. Langkah 8

Catat hasil timbangan dengan secarik kertas.

9. Langkah 9

Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali

pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan.

a. Menimbang bayi menggunakan dacin

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang bayi adalah:

 Pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu, baju/pakaian yang cukup

tebal harus di tanggalkan

 Kantong celana bayi tidak dapat digunakan


 Bayi ditidurkan dalam kain sarung

 Geserlah anak timbang sampai mencapai keadaan setimbang,

kedua ujung jarum terdapat pada satu titik

 Lihatlah angka pada skala batang dacin yang menunjukka berat

bayi. Catat berat badan dengan teliti sampai satu angka desimal.

Misalnya 7.5 kg

b. Menimbang anak dengan menggunakan dacin

Dengan cara yang sama tetapi dapat digunakan kantong celana

timbang, kain sarung atau keranjang. Harus selalu diingat bahwa

sebelum anak ditimbang, jarum menunjukkan skala 0 (nol) setelah

ditambahkan kain sarung atau keranjang. Kesulitan dalam menimbang:

 Anak terlalu aktif, sehingga sulit melihat skala

 Anak biasanya menangis

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan

anak:

 Pemeriksaan alat timbang

Sebelum digunakan, dacin yang baik adalah apabila bandul geser

berada pada posisi skala 0.0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi

seimbang. Disamping itu keadaan bandul gesert tidak longgar

terhadap tangkai dacin, oleh karena itu perlu pula dilakukan

peneraan terhadap timbangan yang sudah dipakai agak lama. Untuk

penelitian, peneraan alat timbang ini sangat penting untuk


mendapatkan data dengan validitas yang tinggi.

 Anak balita yang ditimbang

Pengalaman di lapangan cukup banyak anak balita yang takut

ditimbang, oleh karena itu dilakukan terlebih dahulu penimbangan

pada balita yang tidak merasa takut. Apabila anak yang ditimbang

pertama takut dan menangis, maka akan mempengaruhi anak

yanga kan ditimbang berikutnya. Kadang-kadang anak yang belum

ditimbang sudah menangis terlebih dahulu, karena melihat

pengalaman sebelumnya. Balita yang alam ditimbang sebaiknya

memakai pakaian yang seminim dan seringan mungkin. Sepatu,

baju, topi sebainya dilepaskan. Apabila hal ini tidak memungkinkan,

maka hasil penimbangan harus dikoreksi dengan berat kain balita

yang ikut tertimbang. Bila keadaan ini memaksa dimana anak balita

mau ditimbang tanpa ibunya atau orang tua yang menyertainya,

maka timbangan dapat dilakukan dengan timbangan injak.

 Keamanan

Faktor keamanan penimbangan sangat perlu diperhatikan. Tidak

jarang petugas di lapangan kurang memperhatikan keamanan itu.

Misalnya tidak melakukan langkah penimbangan dengan aturan

yang semestinya, maka kemungkinan dacin dan anak yang

ditimbang bisa jatuh karena dacin tidak tergantung kuat. Oleh

karena itu, segala sesuatu menyangkut keamanan harus

diperhatikan termasuk lantai dimana dilakukan penimbangan. Lantai


tidak boleh terlalu licin, berkerikil atau bertangga. Hal itu dapat

mempengaruhi keamanan baik yang ditimbang maupun petugas.

 Pengetahuan dasar petugas

Untuk memperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan

untuk mengetahui berat badan anak secara umum pada umur-umur

tertentu. Hal ini sangat penting diketahui untuk memperkirakan

posisi bandul geser yang mendekati skala berat pada dacin sesuai

dengan umur anak yang ditimbang. Cara ini dapat menghemat

waktu, jika penimbangan dilakukan dengan memindah-mindahkan

bandul geser secara tidak menentu.

5. Menimbang dengan menggunakan timbangan detekto dan timbangan

injak pegas

Timbangan ini untuk anak usia di atas 5 tahun atau dewasa,

timbangan yang baik adalah detekto atau beam balance. Berbeda

dengan balita, anak di atas 5 tahun dan dewasa sebelum ditimbang

hendaknya mengosongkan alat kemih, penimbangan dilakukan sebelum


makan atau 2 jam setelah makan. Prinsip alat detekto ialah pemberat

timbangan dapat digeser-geser sampai detekto seimbang. Ada pemberat

pengatur satuan, puluhan, dan ratusan. Timbangan ini umumnya

dilengkapi dengan ukuran tinggi badan yang build in (jadi satu). Namun

detekto tidak praktis bila digunakan di lapangan karena terlalu berat. Alat

yang lain yaitu timbangan digital injak atau timbangan pegas yang biasa

digunakan.

Untuk menimbang dengan timbangan pegas :

a. Letakkan timbangan pada permukaan yang datar

b. Pastikan jarum menunjukkan angka nol

c. Pastikan anda menggunakan pakaian seminimal mungkin

d. Naiklah ke atas timbangan. Jangan melakukan banyak gerakan dan

berdirilah dengan tegak. Telapak kaki harus berada tepat di tengah-

tengah pijakan alat timbang badan, Berdirilah dengan tenang dan

lengan di samping badan. Jangan membuat gerakan-gerakan yang

akan mengacaukan timbangan.


e. Baca hasil pengukuran dari timbangan. Bacalah dengan sudut pandang
tegak lurus.
ILMU BIOMEDIK DASAR
MATERI PRAKTIKUM KE-12
Pengukuran LIngkar Lengan Atas (LILA)

1. Kompetensi Program Studi

Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara

global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama yang

harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu

kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan melakukan

pengukuran lingkar lengan atas (LiLA). Hal ini telah termasuk dalam

kompetensi yang harus dicapai dalam menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu

Biomedik Dasar.

2. Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan dalam mengukur lingkar lengan

atas (LiLA) yang telah diintegrasikan dengan kompetensi prodi dalam

kurikulum KKNI.

3. Teori Singkat
a. Pengertian


 LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energy

protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA tidak

dapat digunakan untuk memantau perobahan status gizi dalam

jangka pendek.

 Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat status gizi

dengan cara mengukur lingkar lengan atas.Lila ( lingkar lengan

atas )Pengukuran Lila pada kelompok wanita usia subur adalah

suatu cara untuk mendeteksi dini yang mudah dan dapat

dilaksanakan oleh masyarakat awam untuk mengetahui adanya

kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK) wanita usia

subur (WUS). Penilaian dan pemantapan keadaan kehamilan ibu

dilaksanakan melalui KMS (Kartu Menuju Sehat ) ibu hamil yang

dirasakan pada beberapa faktor, antara lain BB, TB dan usia

kehamilan.

 Pengukuran Lingkar lengan atas dimaksudkan untuk

mengetahui prevalensi wanita usia subur (WUS) umur 15–45

tahun dan ibu hamil yang menderita Kurang Energi Kronis

(KEK).

b. Tujuan Umum dan Khusus LILA

Tujuan Umum :

 Menurunkan WUS risiko KEK dalam rangka mewujudkan

kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak.


Tujuan Khusus :

 Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,

untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR).

 Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih

berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

 Mengembangkan gagasan-gagasan baru di kalangan masyarakat

dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

 Meningkatkan peran petugas lintas sektor dalam upaya perbaikan

gizi WUS yang menderita KEK.

 Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS

yang menderita KEK.

c. Pengukuran LILA dilakukan terutama kepada WUS (15-45 tahun):

 Remaja

 Ibu hamil

 Ibu menyusui

 Pasangan usia subur


Pelaksanaan Praktikum

Alat :

 Pita LiLA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran


kain.
Persiapan :

1) Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek
2) Jika lengan pasien > 33cm, gunakan meteran kain

3) Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada pasien bahwa

petugas akan menyingsingkan baju lengan kiri pasien sampai pangkal

bahu. Bila pasien keberatan, minta izin pengukuran dilakukan di dalam

ruangan yang tertutup.

4) Pasien diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang

apapun serta otot lengan tidak tegang

5) Baju pada lengan kiri (lengan yang kurang dominan) disingsingkan ke


atas sampai pangkal bahu terlihat atau lengan bagian atas tidak
tertutup.
Pengukuran:
1) Tentukan posisi pangkal bahu.

2) Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak

tangan ke arah perut.

3) Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan

menggunakan pita LiLA atau meteran (Lihat Gambar), dan beri tanda

dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan sopan minta izin kepada

pasien). Bila menggunakan pita LiLA perhatikan titik nolnya.

4) Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan pasien

sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku).

5) Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA.

6) Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.

7) Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah

angka yang lebih besar).

Keterangan:

 Jika lengan kiri lumpuh, yang diukur adalah lengan kanan (beri keterangan

pada kolom catatan pengumpul data).

 Simpan pita LiLA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat.

 Simpan pita LiLA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat atau sobek.

Interpretasi :

 Nilai normal adalah 23,5 cmLiLA WUS dengan resiko KEK di

iIndonesia < 23,5


ILMU BIOMEDIK DASAR
MATERI PRAKTIKUM KE-13
PENGUKURAN TINGGI BADAN

1. Kompetensi Program Studi

Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara

global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama yang

harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu

kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan mengukur tinggi

badan. Hal ini telah termasuk dalam kompetensi yang harus dicapai

dalam menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.

2. Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan dalam mengukur tinggi badan

yang telah diintegrasikan dengan kompetensi prodi dalam kurikulum

KKNI.

3. Teori Singkat

a. Pengertian
 Pengukuran merupakan suatu proses pengumpulan data atau informasi

yang dilakukan secara objektif. Hasil pengukuran dinyatakan dalam

bentuk angka yang dapat diolah secara statistik. Tinggi badan ini diukur

dengan menggunakan alat ukur microtoise dengan ketepatan 1 cm.

 Tinggi badan (TB) merupakan komponen yang fundamental sebagai

indikator status gizi, dengan menghubungkan berat badan terhadap

tinggi badan. Sehingga pengukuran tinggi badan seseorang secara

akurat sangatlah penting untuk menentukan nilai Indeks Massa Tubuh

(IMT), selain itu tinggi badan dapat digunakan sebagai pengukur Basal

Metabolism Rate (BMR) (N. Yabanci et al., 2009)

 Pengukuran merupakan suatu proses pengumpulan data atau informasi

yang dilakukan secara objektif. Hasil pengukuran dinyatakan dalam

bentuk angka yang dapat diolah secara statistik. Tinggi badan ini diukur

dengan menggunakan alat ukur microtoise dengan ketepatan 1 cm.

Pengukuran tinggi badan hanya dibutuhkan peralatan yang berupa

lantai yang permukaannya datar untuk tempat berdiri, apabila

menggunakan dinding sebagai media bantu maka permukaan dinding

tersebut tidak bergelombang dan vertikal sehingga dapat berdiri tegak

dengan tumit, pantat, panggul dan punggung menempel pada dinding.

Pengukuran tersebut dilakukan tanpa mengenakan alas kaki, berdiri

tegak dengan punggung menempel ke dinding, dagu ditekuk sedikit


kebawah, kemudian microtoise ditempakan atau ditekan di atas kepala

secara mendatar (Albertus et al., 2015).Menurut CDC (1988), cara

pengukuran tinggi badan yang sering terlewatkan adalah, menarik

napas panjang dan menahannya untuk beberapa saat ketika

pengukuran berlangsung, kemudian rambut ataupun ornamen yang

berada di kelapa haruslah disingkirkan, selain itu tumpuan berat badan

haruslah seimbang berada di kedua kaki, posisi menghadap lurus

kedepan, bahu rileks, tangan di samping, kaki lurus, tumit

 Menurut CDC (1988), cara pengukuran tinggi badan yang sering

terlewatkan adalah, menarik napas panjang dan menahannya untuk

beberapa saat ketika pengukuran berlangsung, kemudian rambut

ataupun ornamen yang berada di kelapa haruslah disingkirkan, selain

itu tumpuan berat badan haruslah seimbang berada di kedua kaki,

posisi menghadap lurus kedepan, bahu rileks, tangan di samping, kaki

lurus, tumit berdempetan, dengan kepala scapula bokong tumit

menempel pada bidang vertical.

1. Pelaksanaan Praktikum

Persiapan (Cara memasang microtoise) :

1) Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoise di

dinding agar tegak lurus.

2) Letakan alat pengukur di lantai yang DATAR tidak jauh dari bandul

tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan

atau tonjolan (rata).


3) Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang

berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca

menunjukkan angka 0 (NOL). Kemudian dipaku atau direkat dengan

lakban pada bagian atas microtoise.

4) Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi perekat pada

posisi sekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.

 Prosedur pengukuran Tinggi Badan :

1) Minta pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup

kepala) dan asesori lain yang bisa mempengaruhi hasil pengukuran.

2) Pastikan alat geser berada di posisi atas.

3) Pasien diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.

4) Posisi kepala dan bahu bagian belakang (punggung), pantat, betis

dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise dipasang.

5) Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung

bebas.
6) Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala pasien.

Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala pasien. Dalam

keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada

dinding.

7) Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih

besar (ke bawah) Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala)

pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.

8) Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus

berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.

9) Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka

dibelakang koma (0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9 cm.

Keterangan :

1. Pengukuran dilakukan dengan memastikan 5 titik tubuh menyentuh lantai


atau dinding pemeriksaan, yaitu;
 Belakang kepala, dipastikan dengan mengatur bagian liang telinga
tegak lurus mata yang melihat ke depan
 Punggung
 Pantat
 Betis, dipastikan dengan penekanan di daerah lutut
 Tumit
2. Pada anak/orang gemuk boleh 3 spot saja, dan pada bayi dan anak yang
sedikit rewel atau banyak gerak dibutuhkan kerjasama penuh dari orang
tuanya. Sebelum pengukuran dan pembacaan hasil anak dibantu dengan
menekan lembut perutnya sedangkan orang dewasa dengan menarik
nafas dalam.
3. Pengukuran juga dilakukan sebanyak 3 kali (idealnya) dan selisih tak lebih
dari 0,1 cm.
4. Keterbatasan microtoise adalah memerlukan tempat dengan permukaan
lantai dan dinding yang rata, serta tegak lurus tanpa tonjolan atau
lengkungan di dinding.
5. Bila tidak ditemukan dinding yang rata dan tegak lurus setinggi 2 meter,
cari tiang rumah atau papan yang dapat digunakan untuk menempelkan
microtoise.

Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di

atas bangku agar hasil pembacaannya benar

Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma

(0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9


ILMU BIOMEDIK DASAR
MATERI PRAKTIKUM KE 14
LENGKUNG REFLEKS

1. Kompetensi Program Studi


Untuk menjamin kualitas lulusan agar dapat berkompetisi secara
global diperlukan patokan dalam penentuan kemampuan utama yang
harus dikuasai oleh sarjana keperawatan yang dimana salah satu
kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan menjelaskan gerak
lengkung refleks. Hal ini telah termasuk dalam kompetensi yang harus
dicapai dalam menyelesaikan Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
2. Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan dalam menjelaskan gerak
lengkung refleks yang telah diintegrasikan dengan kompetensi prodi
dalam kurikulum KKNI.
3. Teori Singkat
Gerak pada manusia umumnya terjadi secara sadar. Namun, ada

pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitugerak reflex. Imlus pada

gerrak sadar melalui perjalannan yang pannyang hingga menjadi

gerak. Jalur itu di mulai dari penerimaan oleh receptor, ke saraf

sensori, di bawa ke otak untuk selanjutnya di olah oleh otak, kemudian

hasil olahan otak berupa tanggapan, di bawa oleh saraf motoric

sebagai printah yang harus dilaksanakan oleh efektor.

Gerak refleks maupun juga tindakan refleks merupaka suatu

gerakan spontan dari setiap organ ataupun bagian tubuh yang telah

menerima stimulus. Hal akan initerjadi tanpa kita kesadaran apapun dan
langsung. Refleks akan melindungi tubuhdari mara bahaya. Jadi

bagaimana refleks yang akan terjadi setelah Anda akanmenyentuh

kompor? Di tangan Anda pada ujung saraf yang akan

mengambilstimulus atau akan membawanya ke tulang belakang atau

otak. Akhir saraf (dalamhal ini akan terbakar tangan Anda) disebut

neuron sensorik (juga seing disaebutsebagai neuron aferen) karena

banyak dibutuhkan stimulus – panas ke tangan – kekolom tulang yang

belakang dan otak untuk interpretasi. Otak lalu kemudianmenafsirkan

stimulus dan juga mengirim pesan kembali ke otot-otot di tangan

olehneuron motorik (juga serig disebut neuron eferen). Proses ini

disebut denganlengkung refleks Gerak reflex berjalan sangat cepat ke

Lengkung refleks merupakan jalur yang dilalui proses reflex/ gerak

refleks. tubuh terhadap suatu ransangan yang melibatkan sistem saraf

disebut reflex. reflex sering disebut Lengkung Refleks (Reflex Arc).

1. Jenis Gerak Refleks

Jenis gerak refleks akibat adanya otot rangkayang bergerak


a. Fleksor

b. Ekstensor

c. Alat gerak
d. Statokinetik.

Grade Deskripsi

0 Arefleksi

+1/+ Hiporefleksia

+2/++ Normal

+3/+++ Hiperefleksia

+4/++++ Hiperefleksia dengan klonus

2. Pengertian homeostatis dan sistem pengendalian tubuh


Homeostatis adalah pemeliharaan (melalui mekanisme

fisiologis tubuh) kondisi yang relatif stabil dalam tubuh misalnya

kondisi seperti suhu tubuh, tekanan darah, pH, konsentrasi bahan

kimia seperti hormon tertentu dalam darah. Meskipun perubahan yang

terjadi baik di dalam dan di luar tubuh misalnya karena makanan,

olahraga, kehamilan, dan variasi kondisi eksternal.

3. Pengertian dan komponen lengkung reflex

Mekanisme homeostatis mengurangi perubahan lingkungan

internal Lebih dari seabad yang lalu, ahli fisiologi Perancis Claude

Bernard mengetengahkan perbedaan antara lingkungan eksternal

yang mengelilingi seekor hewan dan lingkungan internal di mana sel -

sel hewan tersebut sesungguhnya hidup. Lingkungan internal

vetebrata disebut cairan interstisial (interstitial fluid). Cairan yang


mengisi ruangan antara sel-sel kita tersebut mempertukarkan nutrien

dan buangan dengan darah yang terdapat dalam pembuluh

mikroskopis yang disebut kapiler. Bernard juga mengamati bahwa

banyak hewan cenderung mempertahankan kondisi yang relatif

konstan dalam lingkungan internalnya, meskipun lingkungan

eksternalnya berubah. Gambar 5.3 : Lingkungan internal dan

eksternal (sumber gambar : http://Google.com) Hidra yang mendiami

kolam tidak berdaya untuk mempengaruhi suhucairan yang

menggenangi sel-selnya, tetapi tubuh manusia dapat

mempertahankan “kolam internalnya” pada suhu yang kurang lebih

konstan sekitar 37°C. Tubuh kita juga dapat mengontrol pH darah kita

dan pH cairan interstisial sehingga tetap berada dalam kisaran

perubahan sepersepuluhsatuan dari pH 7,4 dan mengatur jumlah gula

dalam darah kita sehingga tidak berfluktuasi dari konsentrasi 0,1%

dalam jangka waktu yang lama


Setiap sistem kontrol homeostatis memiliki tiga komponen fungsional,

yaitu :

a. Reseptor

Mendeteksi perubahan beberapa variabel lingkungan internal hewan,

seperti perubahan suhu tubuh. Biasanya ini dilakukan melalui sinyal

listrik atau kimia dalam tubuh. Contoh : cuaca yang dingin terpapar

pada kulit kita. Saraf pada kulit kita akan mengirimkan sinyal ke otak

sebagai pusat kontrol (Tortora dan B. Derrickson, 2016).

b. Pusat Kontrol

Memproses informasi yang diterima dari reseptor dan mengarahkan

suatu respon yang tepat melalui efektor. Contoh : sinyal dari sistem

saraf dibaca oleh otak bahwa terjadi penurunan suhu diluar tubuh yang

jika didiamkan saja akan mengakibatkan suhunormal tubuh turun dan

menimbulkan kondisi yang berbahaya bagi tubuh sehingga otak

memberikan komando dengan mengirimkan perintah keluaran ke

efektor (Tortora dan B. Derrickson, 2016).

4. Mekanisme umpan balik positif dan negatif

Dalam menyelenggarakan homeostatis ini tubuh harus

senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan nilai berbagai

parameter, lalu mengkoordinasikan respons yang sesuai sehingga

perubahan yang terjadi dapat diredam. Untuk itu sel- sel tubuh harus

mampu berkomunikasi satu dengan lainnya. Komunikasi antar sel ini


merupakan media yang menopang pengendalian fungsi sel atau

organ tubuh. Pengendalian yang paling sederhana terjadi secara

lokal (intrinsik), yaitu yang dilakukan dengan komunikasi anatar sel

yang berdekatan. Pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) lebih

kompleks dan dimungkinkan melalui refleks yang dapat melibat

sistem saraf (lengkung refleks) maupun sistem endokrin (pengaturan

umpan balik

Tubuh kita melakukansistem pengaturandengansistem

umpanbalik. Sistem umpan balik adalah suatu siklus yang memantau

tubuh kita, mengevaluasi, mangubah, memantau kembali,

mengevaluasi kembali, demikian seterusnya sampai tercapai kondisi

homeostatis

Mekanisme Homeostatis Perubahan kondisi lingkungan internal

dapat timbul karena 2 hal, yaitu adanya perubahan aktifitas sel tubuh

dan perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung terus-


menerus. Untuk menyelenggarakan seluruh aktifitas sel dalam

tubuhnya, hewan selalu memerlukanpasokan berbagai bahan dari

lingkungan luar secara konstan, misalnya oksigen, nutrient dan garam.

Sementara itu, aktivitas sel juga menghasilkan bermacam – macam

hasil sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai zat sisa, yang di

alirkanke lingkungan internal yaitu cairan ekstraseluler (CES). Apabila

aktifitas sel berubah pengambilan zat dari lingkungan internal dan

pengeluarran berbagai zat dari dalam sel ke lingkungan internal juga

berubah. Perubahan aktifitas sel semacam itu akan mengubah

keadaan lingkungan internal. Perubahan lingkungan internal yang

ditimbulkan oleh sebab manapun ( penyebab pertama atau kedua)

harus selalu dikendalikan agar kondisi homeostasis selalu terjaga.

Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan

berlangsung melalui system umpan balik. Akan tetapi, kita tidak boleh

lupa bahwa ada 2 macam system umpan balik, yaitu umpan balik

positif dan negative. Sistem umpan balik yang berfungsi dalam

pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah system

umpan balik negative. Pengaturan umpan balik negatif (negative

feedback) merupakan pengaturan penting dalam homeostatis. Dalam

pengaturan umpan balik negatif ini sistem pengendali senantiasa

membandingkan parameter yang dikendalikan (misalnya suhu tubuh,

atau tekanan darah) dengan nilai setpoint (misalnya kisaran nilai

normalnya). Perubahan-perubahan parameter yang dikendalikan akan


mencetuskan respons yang melawan perubahan sehingga

mengembalikan parameter tersebut pada nilai setpoint. Selain itu, ada

juga pengaturan umpan balik yang positif (positive feedback).

pengaturan ini tidak bersifat homeostatis karena akan memperbesar

respons, sampai ada faktor luar yang menghentikan lingkaran setan ini

c. Efektor
Menerima keluaran dari pusat kontrol yang kemudian
mewujudkannya dalam bentuk suatu respons tubuh. Contoh :
komando dari otak di terima oleh efektor, misalnya sistem gerak. Otak
memberikan komando kepada sistem gerak untuk bergerak untuk
menghangatkan tubuh, yaitu dengan cara menggigil sehingga
menghasilkan panas tubuh (Tortora dan B. Derrickson, 2016)

Perlakuan Respon

Reflex achilleas
Kaki langsung bergerak setelah di pukul
Menepuk tendon achileas

Reflex kornea
Mata langsung mengedip
Mendekatkan kapas ke kornea
Reflex fotopupil
Diameter awal pupil subjek 3mm
Pupil normal

Setelah mata terbuka, pupil perlahan-


Pupil seblah menghadap cahaya
terang lahan sedikit melebar menjadi 3.5mm

Reflex akomodasi pupil


Diameter pupil menyempit lalu
Pupil pada cahaya cukup terang (6
cm) perlahankembali normal
Diameter pupil lebih melebar sedikit
Pupil pada jarak mendekat (20 cm)

Reflex konsergensi
Tepat ditengah
Posisi bola mata pada objek
Dua-duanya bergerak sedikit
jauh Posisi bola mata pada
kearahmedial
objek dekat

Reflex Detik ke 16 lidah kering dan tiak


menelan biasmenelan saliva lagi
Saliva Lebih dari 20 detik orang coba masih
normal bias menelan saliva
Diberi air
B. Penatalaksanaan Praktikum

1. Materi, Alat Dan Bahan

No Kriteria Keterampilan Keterangan


1 Pra- 1. Perhatikan kelengkapan syarat
praktikum mengikuti praktikum (baju Lab, IDcar,
card control, buku penduan Labdll)
2. Perhatikan tata tertib pelaksanaan
praktikum
3. Evslusi prmshsmsn Materi praktikum
yang akan dilaksanakan
4. Ajukan key word atau pass word
syarat mengikuti praktikum.

2 Kelengkapan 1. Hummer perkusi


alat dan bahan 2. Lampu senter
3. Kapas
4. Jarum
5. Bangku dan
6. Bed
3 Cara kerja 1. Penentuan lokasi pengetukan yaitu
tendon periosterium dan kulit
2. Amggota gerak yang akan diketuk
harus dalam keadaan santai
3. Dibandingkan dengan sisi lain alam
posisi yang simetris

4 Kegiatan 1. Menjelaskan materi pemeriksaan


Praktikum kesehatan
Menguji 2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
Refleks kesehatan
3. Dudukkan ornnga coba pada
bangku.dengan posisi kedua kaki teruntai
ke bawah
4. Intruksikan orang coba untuk rileks
5. Memukul ligament patella orang coba
denggan pemukul dari karet
6. Mengamati respon orang coba Mengulangi
perlakuan I saat orang coba sedang
mengerjaka n penjumlahan sederet tiga
digit angka (otak aktif)
7. Memperhatikan respon kaki lebih kuat atau
lebih lemah daripada respon perlakuan I
8. Mengulangi uji reflex tersebut pada saat
melakukan aktifitas otot lain, misalnya
menarik kedua tangan yang jari-jarinya
bertautan satu sama lain
9. Mengamati respon kaki yang terjadi pada
orang coba
5 Evaluasi 1. Evaluasi kegiatan praktikum yang
telah berlangsung
2. Mencatat pelaksanaan kegiatan
(hari/tanggal/jam di buku catatan atau
buku laporan kegiatan)
3. Mengambil daftar hadir dari peserta
(dikondisikan)
4. Mengumpulkan dokumentasi dan
laporan.

2. Tugas
 Buatlah laporan pelaksanaan praktikum Ilmu Biomedik Dasar sesuai

dengan format penulisan laporan yang telah ditentukan

 Persiapkan materi, alat serta bahan praktikum selanjutnya


DAFTAR PUSTAKA

1. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with


Fluid and ElectrolyteDisturbances. Dalam Morgan & Mikhail‟s Clinical
Anesthesiology 5th ed. New York: Mc- Graw Hill. 2013
2. Agro FE, Fries D, Vennari M. Body Fluid Management From Physiology
to Therapy. VerlagItalia: Springer.
3. Waterhouse BR, Famery AD. The Organization and
Composition of Body Fluids.Anaesthesia & Intensive Care
Medicine. 2012
4. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
Dalam Buku Ajar IlmuAnestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks;
2010.
5 Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam
Handbookfor Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Inc.

5. Miller RD. 2015. Miller‟s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders.
6. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and
Electrolytes. DalamHandbook of Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
2015
7. Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai