KEPERAWATAN JIWA
Jayapura,
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
Halaman 1
Judul………………………………………………………………………………………………
……………
Kata Pengantar 2
……………………………………………………………………………………………………
…….
Daftar Isi 3
……………………………………………………………………………………………………
………………
Visi Misi 4
……………………………………………………………………………………………………
…………………
Tata Tertib Pembelajarn Laboratorium 5
………………………………………………………………………
Kartu Praktek 6
……………………………………………………………………………………………………
…………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 7
………………………………………………………………………………….................. 7
.... 8
B. Tujuan 8
…………………………………………………………………………………………… 9
………………
C. Kompetensi
……………………………………………………………………………………………
………
D. Strategi Bimbingan
…………………………………………………………………………………………
E. Evaluasi
……………………………………………………………………………………………
……………
BAB II KETRAMPILAN-KETRAMPILAN KEPERAWATAN DASAR
A. Terapi Aktivtas Kelompok 10
…………………………………………………………………………….
B. Manajemen Stres 35
………………………………………………………………………………………….
C. Restrain 40
……………………………………………………………………………………………
…………..
D. Psikofarmaka 47
……………………………………………………………………………………………
…..
E. Prosedur ECT 52
……………………………………………………………………………………………
….
Daftar Pustaka
Jayapura,
TTD
Laboratorium Keperawatan
1 2 3
10
11
12
13
14
15
Jayapura,
Penanggung Jawab Laboratorium
Departemen Keperawatan Jiwa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan ilmu yang berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dengan tujuan untuk mempertahankan homeostatis tubuh yang seimbang. Sejalan
dengan meningkatnya kesejahteraan dan pendidikan, dimana tuntutan masyarakat akan
peningkatan kesehatan yang berkualitas juga akan semakin meningkat. Tuntutan akan
kebutuhan pelayanan asuhan keperawatan dimasa yang akan datang merupakan tantangan
yang harus dipersiapkan secara benar dan ditangani dengan sungguh-sungguh oleh institusi
pendidikan kesehatan. (Hasan & Citra, 2007)
Dalam pendidikan kesehatan menyatakan bahwa pembelajaran klinik adalah ‘the heart
of the total curriculum plan’. Hal tersebut dimaksudkan adalah unsur yang paling utama
dalam pendidikan kesehatan adalah proses pembelajaran klinik dikelola di lahan praktek.
Tujuan pembelajaran klinik adalah mengintegrasikan teori dengan praktek. Pengalaman
belajar laboratoium harus dilaksanakan sebelum mahasiswa praktek di suatu lahan klinik.
Pembelajaran laboratorium akan memberi kesempatan pada mahasiswa untuk terampil dalam
menerapkan teori yang sudah didapatkan di kelas.
Laboratorium adalah suatu sarana atau gedung yang di rancang khusus untuk
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian untuk keperluan penelitian ilmiah dan
praktek pembelajaran. Pembelajaran laboratorium merupakan proses pembelajaran termahal
di antara proses pembelajaran yang lain.
Praktek laboratorium keperawatan merupakan media praktikum yang memberikan
gambaran tentang hospital image bagi mahasiswa keperawatan. Ujian skill laboratorium
harus dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat serta harus dilakukan secara lengkap tanpa
terlewati satu unsur pun dalam waktu uji yang singkat (± 10 menit tiap satu ketrampilan),
untuk mendapatkan nilai yang bagus. (Arief, Suwadi, & Sumarni, 2003)
Pembelajaran laboratorium ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengaplikasikan teori dan konsep Mata Ajar Keperawatan Medikal Bedah pada tatanan
klinik yang terintegrasi dan difokuskan untuk mendapatkan pengalaman belajar mahasiswa
dalam memberikan tindakan keperawatan.
B. Tujuan
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep pembelajaran praktika laboratorium pada
Kompetensi Keperawatan jiwa
C. Kompetensi
Kompetensi umum yang harus dicapai mahasiswa dalam melakukan
pembelajaran praktek laboratorium Kep. Jiwa adalah melakukan keterampilan-
keterampilan pada Mata Ajar Kep. Jiwa berdasarkan teori-teori yang telah di dapatkan
di kelas.
Adapun keterampilan pada Kompetensi Keperawatan Jiwa, yaitu :
- Keterampilan melakukan TAK
- Keterampilan melakukan Manajemen Stres
- Keterampilan melakukan Restrain
- Keterampilan melakukan Persiapan pasien sebelum dan sesudah tindakan ECT
D. Strategi Bimbingan
1. Bedside Teaching
Merupakan pembelajaran kontekstual dan interaktif yang mendekatkan
pembelajaran pada real clinical setting, yang peserta didiknya mengaplikasikan
kemampuan kognitif, psikomotor, dan efektif secara terintegrasi. Sementara itu
dosen bertindak sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran yang siap untuk
memberikan bimbingan dan umpan balik kepada mahasiswa. Di dalam proses
bedside teaching diperlukan kearifan fasilitator tentang kemungkinan timbulnya
hal-hal yang tidak diinginkan sebagai akibat dari interaksi antara mahasiswa dan
pasien.
2. Pre dan Post Conference
Conference merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh fasilitator/dosen
dalam memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap mahasiswa dalam
melakukan tindakan keperawatan terhadap klien.
Pre Conference merupakan tahapan sebelum melakukan conference yang akan
dilakukan oleh fasilitator/dosen dimana akan dijelaskan apa yang akan dilakukan
oleh setiap mahasiswa sebelum melakukan tindakan keperawatan.
Post Conference merupakan fase dimana hasil pembahasan dibuat evaluasi juga
kesempatan mahasiswa untuk bertanya dan menyelesaikan masalah saat berdiskusi.
3. Simulasi
Merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran simulasi cenderung objeknya bukan
benda atau kegiatan yang sebenarnya.
4. Belajar Mandiri
Strategi belajar mandiri merujuk pada metode-metode pembelajaran yang
mempercepat pengembangan inisiatif individu mahasiswa, percaya diri, dan
perbaikan diri, dimana fokus belajar mandiri mahasiswa di bawah bimbingan atau
supervisi fasilitator/dosen. Selain itu strategi belajar mandiri menuntut mahasiswa
untuk bertanggungjawab dalam merencanakan dan menentukan kecepatan
belajarnya.
5. OSCA (Objetive Struktured Clinical Assement)
Merupakan alat uji yang digunakan untuk mengevaluasi kompetensi profesional
tenaga kesehatan yang mencakup evaluasi pengetahuan, keterampilan komunikasi,
keterampilan pemeriksaan fisik, keterampilan dalam menginterpretasikan dan
menganalisa hasil pemeriksaan diagnostik, keterampilan dalam membuat diagnosis,
stasi secara umum dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
▪ Stasi prosedur (Skill)
▪ Stasi pengetahuan (knowledge)
E. Evaluasi
1. Pre Test
Merupakan suatu bentuk pertanyaan yang dilontarkan fasilitator/dosen kepada
mahasiswa sebelum memulai suatu perkuliahan atau pembelajaran laboratorium.
Pertanyaan biasanya dilakukan fasilitator/dosen di awal pembukaan perkuliahan
atau pembelajaran laboratorium. Pertanyaan tersebut dimaksud untuk mengetahui
apakah ada diantara mahasiswa yang sudah mengetahui mengenai materi yang akan
diajarkan.
2. Post Test
Merupakan suatu bentuk pertanyaan yang diberikan setelah materi pembelajaran
disampaikan, dapat juga dikatakan evaluasi akhir, apakah mahasiswa sudah
mengerti dan memahami mengenai materi yang diberikan oleh fasilitator/dosen.
Hasil dari post test ini akan di bandingkan dengan hasil pre test yang telah
dilakukan sehingga akan diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari
pembelajarn yang telah dilakukan.
3. Ujian
Merupakan suatu bentuk penilaian kemampuan dan pengetahuan mahasiswa
tentang materi/pembelajaran praktikum yang telah diberikan atau diajarkan oleh
fasilitator.
BAB II
KETERAMPILAN-KETERAMPILAN KEPERAWATAN JIWA
1. Pengertian
Adalah upaya untuk memfasilitasi sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
2. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan kelompok secara bertahap.
3. Tujuan khusus
1) Klien mampu menyebutkan jati diri.
2) Klien mampu menyebutkan jati diri anggota kelompok.
3) Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
4) Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.
5) Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
6) Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok.
7) Klien mampu menyampaikan tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
4. Aktifitas dan indikasi
Aktifitas TAKS dilakukan 7 tahap yang melatih kemampuan sosialisasi klien dengan gangguan
hubungan sosial.
1) Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
2) Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon terhadap stimulus.
5. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
KETERANGAN :
1. L : Leader
2. Co L : Co Leader
3. Pn : Pasien
4. Fn : Fasilitator
5. Obn : Observer
6. n : 1,2,3,4……..dst
L
7. Metode Fn Fn
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan Tanya jawab.
Pn Fn Pn
3) Bermain peran atau simulasi.
9. Tahap kerja
c. Menjelaskan aturan permainan
d. Role play tentang kondisi psikologis dan kondisi-kondisi yang sering dijumpai di panti.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta TAK untuk menanggapi permasalahan dalam role play
dengan cara :
✓ Menghidupkan tape recorder dan mematikannya tiba-tiba.
✓ Anggota kelompok terakhir yang memegang bola diminta untuk memberikan tanggapan
f. Memberikan reinforcement positif terhadap peserta yang memberikan tanggapan dengan
memberikan 1 bintang penghargaan
g. Kegiatan ini diulang sampai tiga kali ( menyesuaikan dengan waktu )
h. Menyimpulkan tanggapan dari peserta TAK
10. Tahap Terminasi
✓ Evaluasi
• Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
• Memberikan reinforcement positif terhadap tanggapan klien yang positif
✓ Tindak lanjut
Diharapkan kepada penghuni panti (oma) untuk saling menyapa, mengobrol dan saling
membantu
11. Evaluasi
Format Evaluasi klien dan hasil TAK
SESI 1 TAKS
KEMAMPUAN MEMPERKENALKAN DIRI
1. Tujuan
Klien mampu menyebutkan jati diri, nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
3. Alat
1) Tape recorder.
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Buku catatan dan pulpen.
4. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan Tanya jawab.
3) Bermain peran/ simulasi.
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu isolasi sosial: menarik diri.
(2) Membuat kontrak dengan klien.
2) Orientasi
(1) Salam terapiutik.
(1) Evaluasi/ validasi: menanyakan perasaan klien saat i
(2) Kontrak
(3) Menjelaskan tujuan kegiatan.
(4) Menjelaskan aturan main yaitu:
1. Setiap orang mnyebutkan jati diri.
2. Setiap ada peserta yang meninggalkan kelompok harus minta ijin
3. pada pemimpin TAKS.
4. Lama kegiatan 20 menit.
5. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3) Tahap kerja
(1) Menjelaskan kegiatan yaitu tape recorder akan dihidupkan dan bola diedarkan berlawanan
dengan arah jarum jam/ arah kiri dan pada saat tape recoder dimatikan maka anggota
kelompok yang memegang bola menyebutkan jati dirinya.
(2) Menghidupkan kaset dan mengedarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.
(3) Pada saat tape dimatikan anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk
menyebutkan salam, nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi, dimulai oleh terapis
sebagai contoh.
(4) Menulis nama panggilan dalam kertas.
(5) Mengulangi no 2, 3, dan 4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
(6) Memberi pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.
2. Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan tiap anggota kelompok untuk melatih memperkenalkan diri kepada
orang lain dikehidupan sehari-hari.
(3) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
6. Evaluasi dan dokumentasi
No Aspek yang Dinilai Nama Klien (Inisial)
SESI 2 TAKS
KEMAMPUAN BERKENALAN
1. Tujuan
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:
1) Mamperkenalkan diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
2) Menanyakan jati diri anggota kelompok lain yaitu: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan
hobi.
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan bersih.
3. Alat
1) Tape recorder.
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Buku catatan dan pulpen.
4. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan Tanya jawab.
3) Bermain peran/ simulasi.
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 1 TAKS.Menyiapkan alat dan
tempat pertemuan.
2) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
(1) Memberi salam terapiutik
1. Salam dari terapis.
2. Peserta dan terapis memakai papan nama.
(2) Eavaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri pada orang lain.
3) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.
(2) Menjelaskan aturan main:
1. Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada
terapis.
2. Lama kegiatan 20 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4) Tahap kerja
(1) Menghidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis kearah kiri.
(2) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk
berkenalan dengan anggota kelompok yang ada disebelah kanannya dengan cara:
1. Memberi salam.
2. Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
3. Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
4. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
(3) Mengulangi 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
(4) Menghidupkan kembali kaset dan edarkan bola. Pada saat tape dimatikan, minta pada
anggota kelompok yang memegang bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang
memegang bola untuk memperkenalkan angggota kelompok yang disebelah kanannya
kepada kelompok yaitu: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi. Dimulai oleh
terapis sebagai contoh.
(5) Ulangi no 4 sampai semua anggota mendapat giliran.
(6) Memberi pujian tiap keberhasilan kelompok dengan memberi tepuk tangan.
5) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota latihan berkenalan.
(3) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Keterangan:
Ya = Nilai 1 Tidak = Nilai 0
SESI 3 TAKS
KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP
1. Tujuan
1) Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
2) Mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok.
3) Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
3. Alat
1) Tape recorder.
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Buku catatan dan pulpen.
4. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan tanya jawab.
3) Bermain peran/ simulasi.
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2 TAKS.
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
(1) Salam terapiutik.
1. Salam dari terapis.
2. Peserta dan terapis memakai papan nama
(2) Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain.
3) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab tentang kehidupan
pribadi.
(2) Menjelaskan aturan main yaitu;
1. Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
terapis.
2. Lama kegiatan 20 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4) Tahap kerja
(1) Menghidupkan tape recorder dan edarkan bola tenis kearah kiri.
(2) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang mendapat bola mendapat giliran untuk
bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang disebelah kanan dengan cara:
1. Memberi salam.
2. Menanyakan kehidupan pribadi, orang terdekat/ dipercayai/ disenangi.
3. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
(3) Mengulangi 1 dan 2 samapi semua anggota kelompok mendapat giliran.
(4) Memberi pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
5) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi dengan
orang lain pada kehidupan sehari-hari.
(3) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan topik
pembicaraan tertentu.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
SESI 4 TAKS
KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP TOPIK TERTENTU
1. Tujuan
1) Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok.
2) Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.
3) Memilih topik yang ingin dibicarakan. Memberi pendapat tentang topik yang pilih.
2. Setting
1) Klien dan terapis dudu bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
3. Alat
1) Tape recorder
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Buku catatan dan pulpen
5) Flipchart/ whiteboard dan spidol.
4. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan tanya jawab.
3) Bermain peran/ simulasi.
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 3 TAKS.
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
(1) Salam terapiutik
1. Memberi salam terapiutik.
2. Peserta dan terapis memakai papan nama.
(2) Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah telah melatih bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat
tentang topik percakapan.
(2) Menjelaskan aturan main.
(3) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus minta ijin pada terapis.
(4) Lama kegiatan 30 menit.
(5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4) Tahap kerja
(1) Menghidupkan kaset dan edarka bola tenis kearah kiri.
(2) Pada saat kaset dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan, dimulai oleh terapis sebagai
contoh, misal: cara bicara yang baik, atau cara mencari teman.
(3) Menulis pada flipchart topik yang disampaikan secara berurutan.
(4) Mengulangi no 1, 2, dan 3 sampai semua anggota kelompok menyampaikan topik yang
akan dibicarakan.
(5) Menghidupkan lagi kaset dan edarkan bola, pada sat dimatikan anggota yang memegang
bola memilih topik yang disukai untuk dibicarakan.
(6) Mengulangi no 5 sampai semua anggota kelompok memilih topik.
(7) Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.
(8) Menghidupkan lagi kaset dan edarkan bola, pada saat dimatikan anggota yang memegang
bola menyampaikan pendapat tentang topik yang dipilih.
(9) Mengulangi no 7 sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
(10) Memberi pujian untuk tiap keberhasilan dengan memberi tepuk tangan.
5) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan setiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang topik tertentu dengan
orang lain pada kehidupan sehari-hari.
(3) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu menyampaikan dan membicarakan masalah
pribadi.
2. Menyepakati waktu dan tempat
Keterangan:
Ya = Nilai 1
Tidak = Nilai 0
SESI 5 TAKS
KEMAMPUAN BEKERJA SAMA
1. Tujuan
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok:
1) Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain.
2) Menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan.
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
3. Alat
1) Tape recorder
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Buku catatan dan pulpen.
5) Kartu kwartet.
4. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan Tanya jawab.
3) Bermain peran/ simulasi.
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 4 TAKS.
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
(1) Salam terapiutik
1. Salam dari terapis.
2. Klien dan terapis memakai papan nama.
(2) Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah telah melatih bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan
orang lain.
3) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan bertanya dan meminta kartu yang diperlukan
serta menjawab dan memberi kartu pada anggota kelompok.
(2) Menjelaskan aturan main berikut:
1. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada terapis.
2. Lama kegiatan 30 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4) Tahap kerja
(1) Terapi membagikan 4 buah kartu kwartet untuk tiap kelompok sisanya ditaruh diatas
meja.
(2) Terapis meminta tiap anggota kelompok meyusun kartu sesuai nomor seri (satu seri
mempunyai 4 kartu).
(3) Menghidupkan kaset dan edarkan bola tenis kearah kiri.
(4) Pada saat tape dimatikan anggota kelompok yang memegang bola menilai permainan:
1. Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap) pada anggota sebelah
kanan.
2. Jika kartu dipegang serinya lengkap, maka diumumkan pada kelompok dengan
membaca judul dan sub judul.
3. Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap maka diperkenankan mengambil satu
kartu dari tumpukan kartu diatas meja.
4. Memberi kartu yang dipegang pada yangmeminta ia berhak mengambil satu kartu dari
tumpukan kartu diatas meja.
5. Setiap menerima kartu diminta mengucapkan terima kasih.
(5) Mengulangi no (3) dan (4) jika 2 atau 3 terjadi.
(6) Memberi pujian tiap keberhasilan dengan tepuk tangan.
5) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Rencana tindak lanjut
1. Menganjurkan setiap anggota kelompok latihan bertanya, meminta, menjawab, dan
memberi pada kehidupan sehari-hari (kerja sama) baik di RS maupun dirumah.
2. Malakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk memberi dukungan pada klien
dalam menjalankan kegiatan hidup sehari-hari.
(3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati rencana evaluasi kemampuan secara periodi
6. Evaluasi dan dokumentasi
No Aspek yang Dinilai Nama Klien (Inisial)
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3 Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah
Keterangan:
Ya = nilai 1 Tidak = nilai 0
f. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien.
No Aspek yang Dinilai Nama Klien (Inisial)
c) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
(2) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
(b) Lama kegiatan 45 menit.
(c) Setiap klien mengikuti keiatan dari awal sampai akhir.
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mengontrol dan
mencegah halusinasi.
b) Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak bercakap-
cakap.
c) Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan bisa
dilakukan.
d) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul “Suster ada suara
ditelinga, saya mau ngobrl saja denga suster” atau “Suster saya mau ngobrol tentang
kapan saya boleh pulang”.
e) Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang disebelahnya.
f) Berikan puian atas keberhasilan klien.
g) Ulangi e dan f sampai semua klien mendapat giliran.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
(2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
(3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik,
melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.
c) Kontrak yang akan datang
(1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, belajar cara
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
(2) Terapis menyepakati waktu dan tempat.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
halusinasi sesi 4, kemampuan yang diharapkan adalah mencegah halusinasi dengan bercakap-
cakap.
g. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 4. Klien belum
mampu secara lancar bercakap-cakap dengan orang lain, anjurkan klien bercakap-cakap dengan
perawat danklien lain di ruang rawat.
c) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
(2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
(b) Lama kegiatan 45 menit.
(c) Setiap klien mengikut kegiatan dari awal sampai selesai.
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh karena obat
memberi perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
b) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh.
c) Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu memakannya.
Buat daftar di whiteboard.
d) Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat, benar
orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e) Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
f) Berikan pujian pada klien yang benar.
g) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
h) Mendiskusikan perasaan klien setelah minum obat (catat di whiteboard).
i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh.
j) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian halusinasi/kambuh.
k) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak
patuh minum obat.
l) Memberi pujian tiap kali klien benar
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
(2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang telah dipelajari
(3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik,
melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
c) Kontrak yang akan datang
(1) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontro halusinasi.
(2) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapka yaitu menyebutkan lima benar cara
minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
g. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 5 TAK stimulasi persepsi halusinasi. Klien
mampu menyebutkan 5 benar cara minum obat, manfaat minum obat, dan akibat
tidak patuh minum obat (kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang
benar (Keliat, BA.,Akemat, 2005).
No Aspek yang Dinilai Nama Klien (Inisial)
(……………………………)
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai : ---------------------------------------- x 100 %
Jumlah seluruh tindakan
MANAJEMEN STRESS
PENGERTIAN
- Respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, atau
suatu fenomena yunifersal yang terjadi dalam kehidupan sehari hari dan tidak dapat
dihindari.
- Respon adaptif, dipengaruh oleh karakteristik individu dan atau proses psikologis
yaitu akibat dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan
fisik dan atau psikologis terhadap seseorang.
SUMBER STRESOR
Stresor, faktor yang menimbulkan stres dapat berasal dari sumber internal(dari diri sendiri)
maupun eksternal(yaitu keluarga, masyaratkat, dan lingkungan)
1. Internal : stres individual dapat timbul dari tuntutan pekerjaan atau bebanyang terlalu berat,
ketidak puasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masapubertas, kehamilan dan
sebagainya.
2. Eksternal : stres yang dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan,
JENIS STRES
Stres dapat dibedakan kedalam beberapa jenis :
1. Stres Fisik
Stres yang disebabkan oleh Keadaan fisik seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Suara bising,sinar matahari yang selalu menyengat dan lain- lain.
2. Stres Kimiawi.
Stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimiawi yang terdapat pada obat –
obatan, sat beracun asam dan basa. Faktor hormon dan gas dan lain lain.
3. Stres Mikrobiologis
Stres yang disebabkan oleh kuman seperti : virus, bakteri, atau parasit
4. Stres Fisiologis
Stres yang disebabkan gangguan fungsi organ tubuh sepeti: gangguan struktur tubuh,
fungsi jaringan, organ dan lain –lain.
5. Stres Proses Tumbuh kembang
Stres yang disebabkan oleh proses tumbuh kembang seperti: masapuber, pertambahan
usia.
6. Stres Psikologis atau emosional
Stres yang disebabkan oleh gangguan psikologis atau ketidakmampuan kondisi
psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya : hubungan interpersonal, sosial budaya,
atau keagamaan.
1. Sifat stresor
Stresor dapat berubah secara tiba – tiba atau berangsur angsur dan dapat mempengaruhi
respon seseorang dalam menghadapi stres tergangtung mekanisme yang dimiliki.
2. Durasi stresor
Lamanya stresor yang yang dialami seseorang dapat mempengaruhi respon tubuh dan
dapat mempengaruhi fungsi tubuh.
3. Jumlah Stresor
Semakin banyak stresor yang dialami seseorang semakin besar dampaknya bagi sistim
tubuh.
4. Pengelaman masa lalu
Pengalaman masa lalu seseorang menghadapi stres dapat menjadi bekal dalam
menghadapi stres berikutnya karena individu memiliki kemampuan beradaptasi
5. Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian diyakini juga mempengaruhi respon terhadap stresor menurut fredman
dan rosenman 1974, terdapat dua tipe kepribadian yaitu :
a. Tipe A :
Memiliki ciri : Ambisius,agresif, kurang sabar,mudah tegang, mudah tersinggung,
mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, berbicara dengan cepat,
bekerja tidak kenal waktu, tidak mudah dipengaruhi, sulit untuk santai.
Keterangan: rentang terkena stres lebih cepat.
b. TipeB:
Memiliki ciri: Lebih santai, Penyabar, tenang, tidak mudah marah, tidak mudah
tersinggung, jarang kekurangan waktu untuk untuk mlakukan hal – hal yang
disukai, fleksibel, mudah bergaul dan lain-lain.
6. Tahap Perkembangan
TAHAP STRES
Menurut dadang hawari,2001: Stres dapat dibagi Kedalam enam tahap:
1. Tahap Pertama
Tahap ini adalah tahap stres yang paling ringan dan biasanya ditandai dengan munculnya
semangat yang berlebihan, Penglihatan lebih tajam dari biasanya dan merasa mampu
menyelesaiakan pekerjaan lebih dari biasanya( namun tanpa disadari cadangan energi
dihabiskan dan timbul rasa gugup yang berlebihan)
2. Tahap Kedua
Dampak stres yang mulanya menyenangkan, mulai menghilang dan timbul keluhan –
keluhan habisnya cadangan energi, seperti merasa letih sewaktu bangun pagi dalam
kondisi normal, mudah lelah setelah makan siang/ menjelang sore, sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar – debar, Otot punggung dan tengkuk
terasa tegang, tidak bisa santai.
3. Tahap Ketiga
Jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan baik maka keluhan akan semakin
nyata seperti gangguan lambung dan usus(gastritis, diare) ketegangan otot semakin terasa,
perasan tidak tenang, gangguan pola tidur ( sulit untuk tidur, terbangun tengah malam
dan sukar tidur kembali, tubuh terasa lemah seperti tidak berdaya.
4. Tahap Keempat
Pada tahap ini, sering kali dinyatakan tidak sakit oleh dokter karena tidak ditemukan
kelainan – kelaian fisik pada organ tubuhnya, namun pada kondisi berkelanjutan akan
muncul gejala seperti ketidak mampuan melakukan aktifitas rutin karena perasaan
bosan,hilang semangat, gangguan pola tidur, konsentrasi menurun.
5. Tahap Kelima
Tahap ini ditandai kelelahan fisik yang sangat, tidak mampu menyelesaiakan pekerjaan
ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat, serta semakin
meningkatnya rasa takut dan cemas.
6. Tahap Keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak, biasanya ditandai dengan timbul rasa panik dan takut
mati yang menyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan untuk benapas, tubuh
gemetar dan berkeringat dan adanya kemungkina terjadi kolaps atau pingsan.
Upaya mengelola stres dengan baik bertujuan mencegah dan mengatsai agar stres tidak
sampai ketahap yang paling berat.
Beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengatur diit dan nutrisi
Pengaturan diit dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi / mengatasi
stres, ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan
jadwal yang teratur. Menu juga sebaiknya bervariasi.
2. Istirahat dan tidur
merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang cukup
akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh, juga dapat memperbaiki sel –
sel yang rusak.
3. Olah raga teratur
olah raga yang teratur adalah salah satu cara meningkatkan daya tahan tubuh dan
kekebalan fisik maupun mental. Olah raga yang dilakukan tidak harus sulit misalnya
jalan pagi atau lari pagi dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus
sampai berjam – jam. Setelah selesai berolah raga diamkan tubuh yang berkeringat
sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegaran.
4. Berhenti merokok
Adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status
kesehatan serta menjaga ketahanan dan kebebasan tubuh.
5. Menghindari minuman keras
Merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres, dengan
menghindari minuman keras, individu dapat terhindar dari banyak penyakit yang
disebabkan oleh pengaruh minuman keras.
6. Mengontrol berat badan
Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus ) merupakan faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya stres. Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan
menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Mengatur waktu
Merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Pekerjaan
yang dapat menimbulkan kelehan fisik dapat dihindari dengan cara menggunakan waku
secara efektif dan efisien misalnya tidak membiarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan
hal yang bermanfaat
8. Terapi somatikterapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang
dialami sehingga diharapkan tidak mengganggu sistem tubuh yang lain. Contohnya jika
seorang mengalami diare akibat stres maka terapinya adalah dengan mengobati diare.
9. Psikoterapi
Terapi ini menggunakan tehnik psiko yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang,
meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reduktif. Psikoterapi suportif memberikan
motivasi dan dukungan agar pasien memiliki rasa percaya diri. Sedangkan psiko
reduktif dilakukan dengan pendidikan secara berulang
10. Terapi spikoreligius
Terapi ini menggunakan pendekatan agamadalam mengatasi permasalahan psikologi
terapi ini diperlukan karena dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan
seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial,maupun spiritual.
5 Dimensi Respon
Berhadapan
Mempertahankan kontak mata
Membungkuk kearah klien
Mempertahankan sikap terbuka
Definisi
Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas
individu yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik
dan psikologis individu.
Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan
intervensi verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan
bagian dari restraint fisik yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan
tersendiri untuk membatasi ruang gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan dan
kenyamanan klien.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein
seringkali dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan
orang tua atau staf terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan
seperti alat infus. Perawat perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status
mental, ancaman potensial pada diri sendiri atau orang lain dan keamannnya.
Jenis-jenis Restrain
Pengendalian fisik (physical restraint) dengan menggunakan alat
pengendalian fisik dengan menggunakan alat merupakan bentuk pengendalian
dengan menggunakan bantuan alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala
pasien maupu nmenahan gerakan rahang dan mulut pasien.
Alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien
2. Restraint Jaket
Restraint jaket digunakan pada pasien dengan tali diikat dibelakang tempat tidur
sehingga pasien tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke bagian
bawah tempat tidur, menjaga pasien tetap di dalam tempat tidur. Restrain jaket
berguna sebagai alat mempertahankan pasien pada posisi horizontal yang
diinginkan.
3. Papoose board
Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak
pasien saat melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah
pasien ditidurkan dalam posisi terlentang di atas papan datar dan bagian atas
tubuh, tengah tubuh dan kaki pasien diikat dengan menggunakan tali kain yang
besar. Pengendalian dengan menggunakan papoose board dapat diaplikasikan
dengan cepat untuk mencegah pasien berontak dan menolak perawatan. Tujuan
utama dari penggunaan alat ini adalah untuk menjaga supaya pasien pasien
tidak terluka saat mendapatkan perawatan.
6. Restraint siku
Adalah tindakan mencegah pasien menekuk siku atau meraih kepala atau wajah.
Kadang-kadang penting dilakukan pada pasien setelah bedah bibir atau agar
pasien tidak menggaruk pada kulit yang terganggu. Bentuk restraint siku paling
banyak digunakan, terdiri dari seutas kain muslin yang cukup panjang untuk
mengikat tepat dari bawah aksila sampai ke pergelangan tangan dengan
sejumlah kantong vertikal tempat dimasukkannya depresor lidah. Restraint di
lingkarkan di seputar lengan dan direkatkan dengan plester atau pin.
7. Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher
sampai pergelangan kaki pasien pasien untuk menstabilkan tubuh pasien serta
menahan gerakan tubuh pasien. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi ukuran
sesuai dengan kebutuhan. Alat bantu untuk menahan gerakan mulut dan rahang
pasien
CHEKLIS RESTRAIN
Nama Mahasiswa :
NIM :
NILAI
NO VARIABEL YANG DINILAI
0 1 2
I PERSIAPAN ALAT
Pilihlah restrain yang cocok
Bantalan pelindung kulit / tulang
II TAHAP PREINTERAKSI
a. Lakukan verfikasi order sebelum tindakan
b. Cuci tangan
c. Kaji keadaan pasien untuk menentukan jenis restrain sesuai
keperluan
d. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan restrain
DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh Jayapura,
2015
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator
(……………………………)
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai : ---------------------------------------- x 100 %
Jumlah seluruh tindakan
PSIKOFARMAKA
I. Pengertian Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan
mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat Neuroleptik (bekerja
pada sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi :
1. Teori biologis (somatik). Mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro Convulsi
Therapi (ECT).
2. Psikoterapeutik
3. Terapi Modalitas
II. Klasifikasi
Menurut Rusdi Maslim, yang termasuk obat-obatan psikofarmaka adalah golongan :
a. Anti Psikotik
· Anti psikotik termasuk golongan Mayor Transquilizer atau Psikotropik :
Neuroleptika
· Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor Dopamin dalam otak (di ganglia)
pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
· Efek farmakologi : sebagai penenang, menurunkan aktifitas motorik,
mengurangi insomnia, sangat efektif mengatasi Delusi, Halusinasi, Ilusi dan
gangguan proses berpikir
· Indikasi pemberian anti psikototik : pada semua jenis psikosa, kadang untuk
gangguan maniak dan paranoid.
· Efek samping pada anti psikotik : efek samping pada sistem syaraf
b. Anti Depresi
· Hipotesis : Sindroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu atau
beberapa aminergic neurotransmitter seperti Noradrenalin, Serotonin, Dopamin
pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada sistem Limbik.
· Mekanisme kerja obat :
✓ Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmitter
✓ Menghambat reuptake aminergik neurotransmitter
✓ Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase)
sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada
neuron SSP
· Efek farmakologi : mengurangi gejala depresi dan sebagai penenang.
· Jenis obat yang digunakan adalah :
o Trisiklik
o MAO Inhibitor
o Aminitriptylin
· Efek samping : yaitu efek samping Kolonergik (efek samping terhadap sistem
syaraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi.
c. Anti Mania (Lithium Carbonate)
· Mekanisme kerja : menghambat pelepasan Serotonin dan mengurangi
sensitivitas dari reseptor Dopamin.
· Hipotesa : pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine
· Efek farmakologi : mengurangi agresivitas, tidak menimbulkan efek
sedative, mengoreksi/mengontrol pola tidur, irritable. Pada mania dengan
kondisi berat pemberian anti mania dikombinasikan dengan obat anti psikotik
· Efek samping : efek neurologik ringan seperti kelelahan, letargis, tremor di
tangan, terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi diare dan mual.
· Efek toksik : pada ginjal (poliuri, edema), peningkatan jumlah litium,
sehingga menambah keadaan edema. Sedangkan pada SSP (tremor, kurang
koordinasi, nistagmus dan disorientasi
d. Anti Cemas
· Termasuk Minor Transquilizer. Jenis obat antara lain Diazepam
e. Anti Insomnia : Phenobarbital
f. Anti Obsesif-Kompulsif : Clomipramine
g. Anti Panik, yang paling sering digunakan oleh klien jiwa : Imipramine
Setelah seorang perawat melaksanakan terapi psikofarmaka maka tugas terakhir yang
penting harus dilakukan adalah evaluasi. Dikatakan reaksi obat efektif jika :
o Emosional stabil
o Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
o Halusinasi, Agresi, Delusi, menarik diri menurun
o Prilaku mudah diarahkan
o Proses berpikir kea rah logika
o Efek samping Obat
o Tanda-tanda Vital
Nama Mahasiswa :
NIM :
NILAI
NO VARIABEL YANG DINILAI
0 1 2
PERSIAPAN ALAT
Pilihlah restrain yang cocok
Bantalan pelindung kulit / tulang
TAHAP PREINTERAKSI
1. Lakukan verfikasi order sebelum tindakan
2. Cuci tangan
TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam, panggil klien, dan sapa keluarga
2. Memperkenalkan nama perawat kepada keluarga
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga
TAHAP KERJA
1. Melihat order permberian obat di lembaran obat (status)
2. Kaji setiap obat yang akan diberikan. Termasuk tujuan, cara
kerja obat, dosis, efek samping obat dan cara pemberian
3. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
4. Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
5. Lakukan minimal prinsip lima benar
6. Laksanakan program pemberian obat
7. Gunakan pendekatan tertentu
8. Pastikan bahwa obat telah terminum
9. Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat,
sebagai aspek legal
10. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan melalui
program rujukan
11. Menyesuaikan dengan terapi non famakoterapi
12. Turut serta dalam penelitian tentang obat psikofarmaka
TAHAP TERMINASI
i. Evaluasi respon pasien
ii. Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam
DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh Jayapura,
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator
(……………………………)
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai : ---------------------------------------- x 100 %
Jumlah seluruh tindaka
ECT
(Electro Confulsive Terapy )
1. Definisi
Electro Confulsive Terapy ( ECT () adalah tindakan dengan menggunakan aliran listrik
dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Sujono, 2009).
Sedangkan menurut Tomb (2004) Electro Convulsive Therapy adalah sah meskipun
keburukan ECT tidak dapat dibenarkan. Walaupun mekanisme terapi lain atau pada
keadaan yang tidak diobati: 0,01 – 0,03% dari pasien yang diterapi, terbanyak akibat
serangan jantung.
Terapi elektrokonvulsif menginduksi kejang grand mal secara buatan dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada satu atau kedua pelipis
(Stuart, 2007). Menurut Townsend (1998) Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan
suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada otak melalui
elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup untuk menimbulkan
kejang gran mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik tercapai.
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan
kejang pada penderita baik tonik maupun klonik yaitu bentuk terapi pada pasien
dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis
pasien untuk membangkitkan kejang grandmall (Riyadi, 2009).
Terapi Kejang Listrik adalah suatu terapi dalam ilmu psikiatri yang dilakukan dengan
cara mengalirkan listrik melalui suatu elekktroda yang ditempelkan di kepala penerita
sehingga menimbulkan serangan kejang umum (Mursalin, 2009).
Terapi elektro konvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana
arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis.
Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek
yang terapeutik tercapai (Taufik, 2010).
Terapi kejang listrik merupakan alat elektrokonvulsi yang mengeluarkan listrik
sinusoid dan ada yang meniadakan satu fase dari aliran sinusoid itu sehingga pasien
menerima aliran listrik (Maramis, 2004).
2. Efek Samping ECT
Kematian, angka kematian yang disebabkan ECT adalah bervariasi antara 1- 1.000 dan
1-10.000 pasien. Resiko ini sama dengan resiko karena pemberian anastesi umum.
Kematian biasanya karena komplikasi kardiovaskuler.
Efek sistemik, pada pasien dengan gangguan jantung, dapat terjadi arritmia jantung
sementara. Arritmia ini terjadi karena bradikardia post ictal yang sementara dan
dapat dicegah dengan peningkatan dosis premedikasi anti kolinerjik. Arritmia dapat
juga terjadi karena hiperaktifitas simpathetik sewaktu kejang atau saat pasien sadar
kembali. Dilaporkan pula adanya reaksi toksis dan allergi terhadap obat yang
digunakan untuk prosedur ECT premedikasi, tetapi frekwensinya sangat jarang.
Pemberian ECT bilateral dapat terjadi amnesia dan acute confusion. Fungsi memori
akan membaik kembali 1-6 bulan setelah ECT, tetapi ada pasien yang melaporkan
tetap mengalami gangguan memori (Tomb, 2004). 2.3.5 Peran Perawat dalam
Pelaksanaan ECT
3. Indikasi
Adapun indikasi dari penggunaan ECT adalah sebagai berikut:
a. Depresi berat , termasuk depresi involutif (pd usia lanjut)
b. Gangguan bipolar
c. Schizophrenia , terutama :
▪ Tipe katatonik
▪ Tipe schizoafektif
▪ Akut
4. Kontraindikasi
Adapun kontraindikasi dari ECT yang mutlak adalah:
a. SOL (Space Occupying Lesion)
b. Infark Myocard
Sedangkan kontraindikasi dari ECT yang relative adalah:
a. Penyakit jantung: dekompensasio kordis, angina pektoris, A-V Block, aneurisma
aorta, dll
b. Kelainan tulang (skoliosis, kiphosis, dll)
c. Kehamilan / keguguran
d. Hipertensi berat
e. Hiperpireksia
f. Diatesa Haemoragic
g. Epilepsi
h. Ansietas
Nama Mahasiswa :
NIM :
NILAI
NO VARIABEL YANG DINILAI
0 1 2
I PERSIAPAN ALAT
a. Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)
b. Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kain
c. Kain kasa
d. Cairan NaCl secukupnya
e. Spuit disposibel
f. Obat SA injeksi 1 ampul
g. Tensimeter
h. Stetoskop
i. Slim suiger
j. Set konvulsator
TAHAP PREINTERAKSI
a. Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu
prosedur tindakan yang akan dilakukan.
b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk
mengidentifikasi adanya kelainan yang merupakan
kontraindikasi ECT
c. Siapkan surat persetujuan
II d. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
e. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit
rambut yang mungkin dipakai klien
f. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan
defekasi
g. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM
1-2 jam sebelum ECT
h. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik,
sedatif-hipnotik, dan antikonvulsan harus dihentikan
sehari sebelumnya. Litium biasanya dihentikan beberapa
hari sebelumnya karena berisiko organik.
i. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg
setengah jam sebelum ECT. Pemberian antikolinergik ini
mengembalikan aritmia vagal dan menurunkan sekresi
gastrointestinal.
TAHAP ORIENTASI
a. Memberi salam, panggil klien sapa keluarga
b. Memperkenalkan nama perawat kepada keluarga
c. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga
TAHAP KERJA
a. Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat
dengan permukaan rata dan cukup keras. Posisikan
hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian
dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut,
kecuali bagian kepala.
b. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik
barbiturat ini dipakai untuk menghasilkan koma ringan.
c. Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80
mg IV) untuk menghindari kemungkinan kejang umum.
III
d. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan
alkohol untuk tempat elektrode menempel.
e. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi
dengan kasa yang dibasahi caira Nacl.
f. Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang
IV
spatel/karet yang dibungkus kain dimasukkan dan klien
diminta menggigit
g. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka
lebar saat kejang dengan dilapisi kain
h. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama
kejang dengan mengikuti gerak kejang
i. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia
tekan tombol sampai timer berhenti dan dilepas
j. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan
mengikuti gerakan kejang (menahan tidak boleh dengan
kuat).
k. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan
rangsangan menekan diafragma
l. Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger
m. Kepala dimiringkan
n. Observasi sampai klien sadar
TAHAP TERMINASI
a. Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien
stabil
b. Jaga keamanan
c. Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi
klien sesuai kebutuhan, biasanya timbul kebingungan
pasca kejang 15-30 menit.
DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.
VI
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh Jayapura,
(……………………………)
Jumlah tindakan yang dilakukan
Nilai : ---------------------------------------- x 100 %
Jumlah seluruh tindakan
7