Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Alhamdulillah Modul Praktik
Keperawatan Jiwa telah dapat diselesaikan. Modul ini merupakan salah satu komponen
pembelajaran yang memberikan uraian pelaksanaan praktik laboratorium untuk mencapai
keterampilan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa.
Modul ini mengandung informasi umum, tujuan, dan kompetensi yang harus dicapai,
proses latihan, dan metoda evaluasi. Melalui modul ini diharapkan mahasiswa dan dosen
dapat memahami perannya masing-masing sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Banyak pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul ini. Untuk itu penyusun
mengucapkan banyak terimakasih atas segala kontribusinya. Semoga modul ini dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Kami menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangatlah diharapkan demi penyusunan modul ini di masa yang
akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Praktik keperawatan jiwa merupakan salah satu rangkaian kegiatan pelaksanaan praktik
pada Program Studi Ilmu Keperawatan. Mata kuliah ini diberikan pada program reguler,
dengan beban studi 2 sks (dilaksanakan di laboratorium). Prasarat untuk mengambil mata
ajar praktik keperawatan jiwa ini adalah Ilmu Keperawatan Jiwa, Komunikasi dalam
Keperawatan, dan psikologi dalam keperawatan.
Fokus mata ajar ini menampilkan tentang pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan
jiwa dalam pencegahan primer, sekunder, dan tersier terhadap klien dengan masalah
biologi, psikologi, sosial, spiritual dan gangguan kesehatan jiwa termasuk intervensi krisis,
dengan penggunaan diri sendiri secara teurapeutik dan hubungan terapeutik sebagai alat
dalam penerapan terapi modalitas keperawatan.
Pengalaman belajar ini akan berguna dalam memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan jiwa dan integrasi keperawatan jiwa pada bidang keperawatan jiwa lain,
pengalaman belajar meliputi diskusi dan pembahasan kasus. Adapun metoda pembelajaran
yang digunakan adalah ceramah, studi kasus, role play, bed-side teaching, dengan praktik
di laboratorium.
A. Kompetensi Utama
Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu memahami konsep
keperawatan jiwa.
B. Unit Kompetensi
1. Menjelaskan tentang konsep keperawatan kesehatan jiwa.
2. Menguraikan pelayanan keperawatan komprehensif melalui tiga tingkat
pencegahan.
3. Menguraikan proses keperawatan kesehatan jiwa dalam pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa.
4.
C. Teori Praktikum
1. Pengertian Sehat-sakit dalam keperawatan jiwa
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan
sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang.
2. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang,
dengan memperhatikaan semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari
sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar,
mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta
dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan
merasa nyaman bersama dengan orang lain.
3. Ciri-ciri sehat jiwa.
a. Bersikap positif terhadap diri sendiri,
b. Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri,
c. Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya,
d. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang diambil
e. Mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai perasaan serta sikap orang
lain.
f. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
4. Masalah psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan
dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa
(atau gangguan kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa
yang berdampak pada lingkungan sosial.
5. Ciri-ciri masalah psikososial.
a. Cemas, khawatir berlebihan, takut
b. Mudah tersinggung
c. Sulit konsentrasi
d. Bersifat ragu-ragu/merasa rendah diri
e. Merasa kecewa
f. Pemarah dan agresif
g. Reaksi fisik seperti: jantung berdebar, otot tegang.
h. Sakit kepala.
6. Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
7. Ciri-ciri gangguan jiwa.
a. Marah tanpa sebab.
b. Mengurung diri.
c. Tidak mengenali orang.
d. Bicara kacau.
e. Bicara sendiri.
f. Tidak mampu merawat diri.
Kesehatan jiwa berada pada rentang sehat-sakit yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Rentang sehat – sakit jiwa (Videbeck, 2009)
mengendalikan emosi
D. Prosedur Praktikum
Pelayanan keperawatan komprehensif diberikan pada masyarakat dengan kondisi
masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat-sakit yang memerlukan pelayanan
keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup 3 tingkat pencegahan yaitu :
1. Pencegahan primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya
gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target
pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai
dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut.
Aktivitas pada pencegahan primer adalah:
a. Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program
sosialisasi, manajemen stress, persiapan menjadi orang tua
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Pendidikan kesehatan pada orang tua:
a) Pendidikan menjadi orang tua
b) Perkembangan anak sesuai dengan usia
c) Memantau dan menstimulasi perkembangan
d) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan.
2) Cara mengatasi stress:
a) Stress pekerjaan
b) Stress perkawinan
c) Stress sekolah
d) Stress paska bencana.
b. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, kehilangan
pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah/tempat tinggal, yang
semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Memberikan informasi cara mengatasi kehilangan
2) Menggerakkan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua
asuh bagi anak yatim piatu
3) Melatih keterampilan sesuai keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan
4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh
tempat tinggal.
c. Program pencegahan penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan obat sering digunakan sebagai koping untuk
mengatasi masalah.
Kegiatan yang dapat dilakukan:
1). Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stres.
2). Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa
menyakiti orang lain.
3). Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada
diri seseorang
d. Program pencegahan bunuh diri
Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian masalah oleh individu yang
mengalami keputusasaan. Oleh karena itu perlu dilakukan program:
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang tanda-tanda bunuh diri
2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.
2. Pencegahan sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini
masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera. Tujuan
pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu
anggota masyarakat yang berisiko/memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial
dan gangguan jiwa.
Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah:
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, penemuan langsung
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus pada
semua pasien yang berobat (format terlampir pada modul pencatatan dan
pelaporan).
2) Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan kecemasan, depresi maka
lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa.
3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di
tempat-tempat umum).
4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai
dengan standar pendelegasian program pengobatan (bekerjasama dengan
dokter) serta memonitor efek samping pemberian obat, gejala dan
kepatuhan pasien minum obat.
5) Bekerjasama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang
dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada
gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar
melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang
tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7) Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien di tempat yang
aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping dan melakukan
rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
8) Menempatkan pasien di tempat yang aman sebelum di rujuk dengan
menciptakan lingkungan yang tenang, dan stimulus yang minimal.
9) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk
membantu pemulihan pasien seperti terapi aktifitas kelompok, terapi
keluarga, terapi lingkungan.
10) Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga atau
kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang
membahas masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara
penyelesaiannya.
11) Hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan dalam 24 jam
melalui telepon berupa pelayanan konseling.
12) Melakukan tindak lanjut (follow-up) dan rujukan kasus
3. Pencegahan Tersier
Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta
pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah
mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan
yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
Aktivitas pada pencegahan tersier adalah:
a. Program dukungan sosial dengan mengerakkan sumber-sumber di masyarakat
seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga, teman dekat,
tokoh masyarakat), pelayanan terdekat yang terjangkau masyarakat
Beberapa kegitan yang dilakukan adalah:
1) Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap
penerimaan pasien gangguan jiwa.
2) Pentingnya pemanfataan pelayanan kesehatan dalam penanganan
pasienyang mengalami kekambuhan.
b. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga
mandiri. Fokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan
cara:
1) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat.
2) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan
masyarakat.
3) Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan
oleh pasien, keluarga dan masyarakat.
4) Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan
untuk dirinya.
c. Program sosialisasi
1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
2) Mengembangkan keterampilan hidup : ADL, mengelola rumah tangga,
mengembangkan hobi.
3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat
rekreasi.
4) Kegiatan sosial dan keagaman, contoh : arisan bersama, pengajian,
majelis taklim, kegiatan adat
d. Program mencegah stigma
Stigma merupakan anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap gangguan
jwa. Oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma untuk
menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa.
Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu :
1) Melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan
jiwa dan gangguan jiwa, serta sikap dan tindakan menghargai pasien
gangguan jiwa.
2) Pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh dalam
rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.
E. Penugasan
Latihan 1 :
Coba saudara identifikasi aktivitas yang termasuk dalam
pencegahan primer yang telah dilakukan di daerah saudara
Latihan 2 :
Coba saudara identifikasi aktivitas yang termasuk dalam pencegahan
sekunder yang telah dilakukan di daerah saudara
Latihan 3 :
Coba saudara identifikasi aktivitas yang termasuk dalam pencegahan
tersier yang telah dilakukan di daerah saudara
MODUL-2
MASALAH-MASALAH KESEHATAN JIWA
Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di masyarakat
membutuhkan penanganan praktisi kesehatan. Keperawatan meyakini sebagai salah satu
profesi kesehatan meyakini adanya kolaborasi dan kerja tim untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa tindakan
keperawatan membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi kesehatan lainnya; salah
satunya adalah dokter. Agar tidak terjadi kesalahan komunikasi dan persepsi dalam
melaksanakan peran kolaborasi maka perawat perlu memahami cara pandang profesi
kedokteran terhadap masalah kesehatan.
Modul ini akan menjelaskan dan memberikan kesempatan kepada saudara untuk
memahami konsep tentang gangguan jiwa dari sudut pandang medis. Masalah gangguan
jiwa yang akan dipelajari pada modul ini adalah psikotik, depresi, panik dan gangguan
penyesuaian.
A. Kompetensi Utama
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi dan
memahami masalah-masalah kesehatan jiwa.
B. Unit Kompetensi
1. Mendeteksi adanya gangguan psikotik, depresi, panik serta gangguan penyesuaian
pada individu yang diduga mengalami gangguan jiwa.
2. Mengenali diagnosis medik pasien dan memberikan pengobatan sesuai dengan
dosis dan standar prosedur.
3. Menggunakan penatalaksanaan medis untuk menunjang asuhan keperawatan yang
diberikan.
4. Mengidentifikasi kesesuaian dan kesinambungan antara tindakan keperawatan dan
tindakan medik.
5. Menetapkan kondisi pasien yang memerlukan rujukan kesehatan.
C. Teori Praktikum
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa?
Materi ini membahas tentang konsep gangguan jiwa dengan menggunakan
pendekatan medis. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai dasar dalam
pemberian asuhan keperawatan pasien yang mengalami gangguan jiwa.
Gangguan jiwa adalah adanya perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan gangguan
pada fungsi jiwa, sehingga menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial baik peran di keluarga maupun
masyarakat.
Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, spiritual.
Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seorang individu dapat terlihat
dari penampilan, komunikasi, proses berpikir, interaksi dan aktivitasnya sehari-hari.
2. Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh. Psikotik yang dibahas pada modul ini yaitu psikotik akut dan kronik.
a. Gangguan Psikotik Akut
1) Gambaran utama perilaku
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
a) Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
b) Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
c) Kebingungan atau disorientasi
d) Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan
2) Pedoman diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah
sebagai berikut :
a) Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak
ada bendanya)
b) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima
oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka
diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa
diamati/diawasi oleh orang lain)
c) Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
d) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
e) Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
3) Diagnosis banding
Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena
dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.
a) Epilepsi
b) Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol
c) Febris karena infeksi
d) Demensia dan delirium atau keduanya
e) Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan
gangguan psikotik kronik lain
f) Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau
proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu
episode maniak
g) Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang
mengalami depresi
4) Penatalaksanaan
Pertama, saudara harus dapat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang psikotik akut berikut hak dan kewajibannya
a) Informasi yang perlu untuk pasien dan keluarga
Untuk lebih memahami dan memperjelas isi dan metode pemberian informasi
yang akan disampaikan saudara dapat dibaca lebih lengkap pada modul VI B
tentang asuhan keperawatan pasien halusinasi, waham, isolasi sosial.
Beberapa informasi yang perlu disampaikan pada pasien dan keluarga antara
lain tentang :
(1) Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama
perjalanan penyakit sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu
episode akut saja
(2) Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat,
memerlukan hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang
aman. Jika pasien menolak pengobatan, mungkin diperlukan tindakan
dengan bantuan perawat kesehatan jiwa masyarakat dan perangkat desa
serta keamanan setempat
(3) Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya
Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum,
eliminasi dan kebersihan)
Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
b) Konseling pasien dan keluarga
(1). Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan
pengobatan psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung
jawab keluarga dalam pengobatan pasien
(2). Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak
dengan stresor
(3). Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala
membaik
c) Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik akut :
(1). Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau
Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping,
walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi
(2). Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali
sehari)
(3). Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah
gejala hilang.
Apabila saudara menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di
bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
a) Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan
suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson.
b) Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan
pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker.
c) Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan
obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)
5). Rujukan
Tindakan rujukan diperlukan bila terjadi kondisi-kondisi yang tidak dapat diatasi
melalui tindakan yang sudah dilakukan sebelumnya khususnya pada :
Kasus baru gangguan psikotik
Kasus dengan efek samping motorik yang berat atau timbulnya demam,
kekakuan, hipertensi, hentikan obat antipsikotik lalu rujuk
b. Gangguan Psikotik kronik
1) Gambaran perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan
perilaku utama yang secara umum ada.
a) Penarikan diri secara sosial
b) Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
c) Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau
aneh)
d) Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan
yang dilaporkan keluarga
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
a) Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
b) Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara
c) Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal sepert : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal
d) Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek
yang tak lazim di dalam tubuhnya
e) Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran
2) Diagnosa banding
Beberapa kondisi yang dapat menjadi diagnosis banding psikosis akut
diantaranya adalah :
a) Depresi jika ditemukan gejala depresi (suasana perasaan yang menurun atau
sedih, pesimisme, perasaan bersalah)
b) Gangguan bipolar jika ditemukan gejala mania (eksitasi, suasana perasaan
meningkat, penilaian diri yang berlebihan)
c) Intoksikasi kronik atau putus zat karena alkohol atau zat/bahan lain
(stimulansia, halusinogenik)
d) Efek penggunaan zat psikoaktif atau gangguan depresif dan gangguan
ansietas menyeluruh jika berlangsung setelah satu periode abstinensia
(misalnya, sekitar 4 minggu)
3) Penatalaksanaan
Berikut ini akan diuraikan tentang penatalaksanaan pada pasien psikotik kronik
secara medik.
a) Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga.
Untuk lebih jelasnya saudara dapat membaca isi informasi dan metode
penyampaian yang tepat pada modul VI B tentang asuhan keperawatan pada
pasien halusinasi, waham, isolasi sosial, defisit perawatan diri. Beberapa
informasi yang dapat saudara sampaikan pada pasien dan keluarga antara
lain :
(1) Gejala penyakit jiwa (perilaku aneh dan agitasi)
(2) Antisipasi kekambuhan
(3) Penanganan psikosis akut
(4) Pengobatan yang akan mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan
(5) Perlunya dukungan keluarga terhadap pengobatan dan rehabililtasi
pasien
(6) Perlunya organisasi kemasyarakatan sebagai dukungan yang berarti bagi
pasien dan keluarga
b) Konseling pasien dan keluarga
Beberapa topik yang dapat menjadi fokus konseling adalah :
(1) Pengobatan dan dukungan keluarga terhadap pasien
(2) Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam
pekerjaan dan kegiatan sehari-hari
(3) Kurangi stress dan kontak dengan stres
c) Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik kronik :
(1) Antipsikotik yang mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg; 1 – 3 kali sehari
Chlorpromazine 100-200 mg ; 1 – 3 kali sehari
Dosis harus serendah mungkin; hanya untuk menghilangkan gejala,
walaupun beberapa pasien mungkin membutuhkan dosis yang lebih
tinggi
(2) Obat anti psikotik diberikan sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah
episode pertama penyakitnya dan lebih lama sesudah episode
berikutnya
(3) Obat antipsikotik mempunyai efek jangka panjang yang disuntikkan
jika pasien gagal untuk minum obat oral
(4) Berikan terapi untuk mengatasi efek samping yang mungkin timbul :
Kekakuan otot (distonis dan spasme akut), yang dapat diatasi
dengan obat anti parkinson atau benzodiazepine yang disuntikkan
Kegelisahan motorik yang berat (Akatisia) yang dapat diatasi
dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker
Obat anti Parkinson yang dapat mengatasi gejala parkinson (antara
lain trihexyphenidil 2 mg sampai 3 kali sehari, ekstrak belladonna
10-20 mg 3x sehari, diphenhydramine 50 mg 3 x sehari)
4) Rujukan
Beberapa kriteria perlunya rujukan kasus adalah :
a) Semua kasus baru dengan gangguan psikotik
b) Depresi atau mania dengan gejala psikotik.
c) Perlu kepastian diagnosis dan terapi yang paling sesuai pada kasus kronis
d) Keluarga merasakan terbebani dengan kondisi pasien dan memerlukan
konsultasi dengan pelayanan masyarakat yang sesuai
e) Pertimbangkan konsultasi untuk kasus dengan efek samping motorik yang
berat
3. Depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan suasana hati (alam perasaan)
yang menurun, proses pikir melambat dan perilaku lamban (trias depresi). Depresi
bukan merupakan kelemahan atau kemalasan tetapi ketidak berdayaan pasien untuk
mengatasi masalahnya. Depresi adalah penyakit yang lazim terjadi dan tersedia
terapi yang efektif untuk mengatasi depresi.
a. Keluhan utama
Beberapa perilaku yang menunjukkan depresi adalah :
1) Terdapat satu atau lebih gangguan fisik (kelelahan, rasa nyeri)
2) Penurunan konsentrasi dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang menjadi
kebiasaannya
3) Sensitif (cepat marah, cepat tersinggung)
4) Berdiam diri dan memperlihatkan ekspresi wajah datar atau sedih
5) Gerakan cenderung lamban dan tidak ber semangat melakukan aktivitas.
6) Khusus pada anak dan remaja, sering depresi ditunjukkan dalam bentuk
gejala gangguan tingkah laku, menarik diri atau perilaku “acting out”
(misalnya, sikap menentang, ngebut, perkelahian atau perilaku mencederai
diri)
7) Beberapa kondisi yang menunjang depresi seperti baru melahirkan, stroke,
parkinson atau multiple sclerosis
b. Pedoman diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis depresi perilaku yang perlu di perhatikan adalah :
1) Suasana hati sedih
2) Kehilangan minat atau kesenangan akan hal-hal yang menjadi ke
biasaannya
3) Konsentrasi berkurang
4) Agitasi atau perlambatan gerak atau pembicaraan
5) Gejala penyerta berikut seringkali ditampilkan/ditemukan :
Gangguan tidur.
Rasa bersalah atau hilang kepercayaan diri.
Kelelahan atau kehilangan tenaga atau penurunan libido.
Nafsu makan terganggu.
Pikiran atau usaha bunuh diri atau pikiran lebih baik mati.
Kecemasan atau kegelisahan.
3. Diagnosis banding
a) Gangguan depresi berat dengan ciri psikotik jika disertai halusinasi atau
waham.
b) Penggunaan zat dan atau alkohol yang berat
c) Efek samping beberapa pengobatan (beta-bloker, anti hipertensi lain,
kontrasepsi oral, kortikosteroid)
4. Penatalaksanaan
Berikut ini akan dibahas penatalaksanaan pada pasien depresi.
1) Pasien, keluarga dan masyarakat perlu diberikan informasi tentang depresi
Untuk mengetahui lebih jelas tentang fokus informasi dan metode
penyampaian yang tepat pelajari modul VI B tentang asuhan keperawatan
pada pasien halusinasi, waham, isolasi sosial.
2) Konseling pasien dan keluarga dengan fokus pada:
a) Risiko timbul ide dan usaha bunuh diri
b) Kegiatan jangka pendek yang menyenangkan pasien atau yang
membangkitkan kepercayaan diri
c) Bimbing pasien untuk memperbaiki pola pikir (mind set). Sehingga
tidak terpusat pada pikiran negatif atau rasa bersalah dan melawan
pesimisme dan kritik terhadap diri serta tidak bertindak sesuai perasaan
(misalnya, mengakhiri perkawinan, meninggalkan pekerjaan)
d) Bimbing cara mengenali dan mengatasi adanya tekanan-tekanan dalam
kehidupan, fokuskan pada langkah sederhana yang dapat dilakukan oleh
pasien untuk mengurangi atau mengatasi masalahnya. Hindari
keputusan yang besar atau perubahan pola hidup.
e) Jika ada gejala fisik, diskusikan hubungan antara gejala fisik yang
dialami dengan suasana hati (alam perasaan)
f) Sesudah ada perbaikan, rencanakan dengan pasien tindakan yang harus
diambil jika terjadi kekambuhan
3) Pengobatan
Untuk menerapkan prinsip pengobatan ini saudara perlu melihat pada
lampiran dan untuk memperdalam aplikasi pengobatan ini saudara perlu
mempelajari modul VI B tentang asuhan keperawatan pada pasien isolasi
sosial
a) Antidepresan jika suasana sedih atau kehilangan minat menonjol selama 2
minggu dan ditemukan 4 atau lebih gejala depresi.
Antidepresan (misalnya, imipramin) harus dimulai dengan 25-50 mg
setiap malam dan dinaikkan sampai 100-150 mg dalam 10 hari. Dosis
lebih rendah harus diberikan jika pasien lebih tua atau fisiknya sakit
Obat harus diminum setiap hari, kemungkinan perbaikan akan terjadi
dalam 2-3 minggu sesudah pengobatan dimulai dan efek samping
ringan mungkin timbul, tetapi biasanya menghilang dalam 7-10 hari.
Tekankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum berhenti
minum obat
Lanjutkan antidepresan sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah keadaan
membaik
b) Pengobatan diberikan langsung pada kunjungan pertama kasus depresi
berat sedangkan pada depresi sedang pengobatan diberikan pada
kunjungan berikut; jika konseling tidak menolong.
c) Gunakan obat yang sama jika pasien berespon baik terhadap suatu obat
tertentu dimasa lalu
d) Pada pasien lansia atau sakit secara fisik sakit, gunakan pengobatan
dengan efek samping antikolinergik dan kardiovaskuler yang lebih
sedikit/ringan.
e) Jika pasien cemas atau tidak bisa tidur, gunakan obat dengan efek sedatif
kuat dan berikan sampai mencapai dosis efektif.
4. Rujukan
Indikasi perlunya rujukan pada kasus depresi adalah jika pasien menunjukkan
gejala dibawah ini.
a) Mempunyai ide atau melakukan usaha bunuh diri atau membahayakan
orang lain
b) Gejala-gejala psikotik
c) Depresi yang bertahan walaupun sudah diberikan tindakan pengobatan
diatas
d) Perlu dilakukan tindakan medik :
Terapi Kejang Listrik (ECT); yang biasanya dilakukan pada kasus
depresi dengan risiko bunuh diri (biasanya dilakukan di RS/RSJ)
Memerlukan psikoterapi yang lebih intensif (misalnya, terapi kognitif,
terapi interpersonal)
Penatalaksanaan masalah depresi ini memerlukan pertimbangan konsultasi
psikiatrik dan untuk lebih melengkapi penatalaksanaannya lihat gangguan psikotik
akut.
4. Panik diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan pasien
merasakan ”rasa yang tak bisa dijelaskan”, seringkali disertai dengan keluhan fisik
atau aktivitas motorik tertentu. Panik adalah suatu gangguan yang lazim dan bisa
diobati. Ansietas seringkali menghasilkan sensasi fisik yang menakutkan seperti
nyeri dada, pusing atau napas pendek. Ansietas panik juga menyebabkan pikiran
yang menakutkan (takut mati, perasaan akan jadi gila atau hilang kontrol).
a. Keluhan utama
Masalah panik diketahui terjadi bila pasien datang dengan satu atau lebih gejala
fisik seperti nyeri dada, pusing, napas pendek.
b. Pedoman diagnostik
Untuk menetapkan diagnosis pasti dari gangguan ini beberapa perilaku yang
menunjukkan diagnosis panik adalah :
1) Serangan panik atau rasa yang tak bisa dijelaskan muncul secara
mendadak, berkembang dengan cepat dan dapat berlangsung hanya
beberapa menit.
2) Serangan itu muncul bersama dengan gejala fisik seperti palpitasi, nyeri
dada, rasa tercekik, rasa mual, pusing, perasaan bahwa keadaan menjadi
tidak realistik, atau rasa takut akan kehilangan kontrol diri atau menjadi
gila, serangan jantung, mati mendadak.
c. Diagnosis banding
Beberapa kondisi medis yang mempunyai gejala yang sama dengan serangan
panik adalah sebagai berikut :
1) Aritmia, iskemia otak, penyakit koroner, tirotoksikosis. Melalui
pengkajian riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik kondisi medis diatas
dapat diabaikan.
2) Gangguan pobia dan depresi.
d. Penatalaksanaan
1) Menginformasikan pada pasien dan keluarga tentang hal-hal sebagai berikut.
Untuk lebih memperjelas informasi yang harus diberikan saudara perlu
membaca modul IV mengenai intervensi krisis. Beberapa informasi dibawah
ini dapat membantu saudara dalam menghadapi pasien dan keluarga
a) Panik adalah suatu gangguan yang lazim dan bisa diobati
b) Ansietas seringkali menghasilkan sensasi fisik yang menakutkan seperti
nyeri dada, pusing atau napas pendek, semua itu akan berlalu bila ansietas
diatasi
c) Ansietas panik juga menyebabkan pikiran yang menakutkan (takut mati,
perasaan akan jadi gila atau hilang kendali diri). Hal ini dapat berlalu bila
ansietas diatasi
d) Fokus perhatian kepada gejala fisik akan menambah rasa takut karena
gangguan mental akibat ansietas dan kondisi fisik saling memperkuat.
e) Ansietas akan semakin kuat jika individu menarik diri atau menghindari
situasi dimana serangan panik pernah terjadi.
2) Konseling pasien dan keluarga
Banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan
pengobatan. Berdasarkan kondisi tersebut pasien perlu dibimbing untuk
melakukan latihan mengatasi panik. Berikut ini beberapa teknik untuk
mengatasi serangan panik
a). Diam ditempat sampai serangan panik berlalu
b). Konsentrasikan diri untuk mengatasi ansietas, bukan pada gejala fisik
c). Lakukan pernapasan yang perlahan dan rileks. Dianjurkan tidak bernapas
terlalu dalam atau terlalu cepat karena dapat menyebabkan munculnya
beberapa gejala fisik panik. Pernapasan yang terkendali akan mengurangi
gejala fisik.
d). Sadari bahwa ini adalah suatu serangan panik, dan pikirankan bahwa
sensasi yang menakutkan akan segera berlalu.
3) Pengobatan
Program pengobatan yang harus diberikan pada pasien untuk mengatasi
serangan paniknya adalah sebagai berikut :
a) Antidepresan (misalnya, impramin 25 mg dan ditingkatkan sampai 100-
150 mg), diberikan malam hari dalam 2 minggu jika pasien sering dalam
keadaan depresi berat
b) Pengobatan anti ansietas jangka pendek (Lorazepam 0,5-1,0 mg sampai 3
kali sehari atau alprazolam 0,25-1,0 mg sampai 3 kali sehari) jika pasien
mengalami serangan yang jarang dan terbatas. Penggunaan yang terus
menerus bisa menimbulkan ketergantungan dan gejala panik akan timbul
kembali bila dihentikan
c) Hindari pemeriksaan penunjang atau pengobatan yang tak perlu.
Untuk menerapkan pemberian obat-obatan ini saudara dapat membaca pada
lampiran modul ini dan mempelajari modul IV mengenai intervensi krisis
4) Rujukan
Beberapa kondisi pasien panik yang membutuhkan rujukan adalah sesuai
dengan kondisi di bawah ini.
a) Konsultasi spesialistik jika serangan berat berlanjut setelah pengobatan
diatas
b) Rujuk untuk psikoterapi kognitif dan perilaku, bagi pasien yang tidak
membaik
c) Hindari konsultasi medis yang tidak perlu karena panik sering
menyebabkan gejala fisik.
5. Gangguan penyesuaian adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah
mengalami trauma.
a. Keluhan utama
1) Pasien merasa tidak berdaya, kewalahan atau tidak mampu menyesuaikan
diri
2) Mungkin disertai gejala fisik yang berkaitan dengan stress seperti tidak bisa
tidur, sakit kepala, nyeri perut, nyeri dada, palpitasi
b. Pedoman diagnostik
Untusk mendiagnosis pasti gangguan penyesuaian ini perlu dianalisis kondisi-
kondisi dibawah ini.
1) Reaksi akut terhadap peristiwa yang traumatik atau penuh stres yang baru
terjadi
2) Stres berat akibat suatu peristiwa traumatik yang baru terjadi atau kontak
dengan peristiwa traumatik yang pernah terjadi di masa lalu
3) Secara umum gejala utamanya bersifat somatik
4) Gejala lain mungkin dapat menyertai :
Suasana hati/perasaan menurun atau sedih
Ansietas/Kecemasan
Merasa tak mampu menyesuaikan diri
5) Reaksi akut biasanya berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa
minggu
c. Diagnosis banding
Beberapa kondisi yang menjadi perbandingan diagnosis gangguan penyesuaian
adalah :
1) Gangguan disosiatif (konversi) jika ada gejala disosiatif (gangguan yang tiba-
tiba muncul dari gejala somatik yang tak lazim).
2) Gejala akut mungkin bertahan atau berkembang. Jika gejala yang bermakna
bertahan lebih dari 1 bulan, pertimbangkan diagnosis lain
3) Gangguan depresif jika muncul gejala depresi
4) Gangguan ansietas menyeluruh jika muncul gejala ansietas
5) Keluhan somatik tak terjelaskan jika gejala somatik yang berkaitan dengan
stress berlangsung lama
6) Gangguan akibat kehilangan jika muncul gejala yang berkaitan dengan
kehilangan seseorang yang dikasihi/dicintai
7) Gangguan penggunaan alkohol dan gangguan penggunaan obat/zat psikoaktif
jika penggunaan alkohol atau obat/zat psikoaktif mencapai taraf berat
d. Penatalaksanaan
1) Berikan informasi pada pasien dan keluarga.
Informasi yang dapat diberikan pada pasien dan keluarga tentang gangguan
penyesuaian ini dapat saudara ketahui lebih banyak di modul VI B tentang
asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial. Beberapa informasi yang
perlu saudara ketahui adalah :
a) Efek stress terhadap kondisi fisik dan mental
b) Gejala-gejala yang berkaitan dengan stress Istirahat jangka pendek dan
pembebasan dari stres bisa membantu pasien
c) Motivasi untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan dalam
beberapa minggu
2) Konseling pasien dan keluarga
Dalam melakukan konseling pada pasien gangguan penyesuaian focus
konseling adalah pada :
a) Bantu pasien untuk mengenali hikmah dari stres yang dialami
b) Bimbing pasien mengidentifikasi cara positif untuk menghadapi stres
c) Bimbing pasien untuk mengidentifikasi langkah yang bisa dilakukan
untuk memodifikasi keadaan yang menimbulkan stres. Jika situasi tidak
bisa diubah, diskusikan strategi pemecahan masalah.
d) Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber koping atau sistem
pendukung pasien : keluarga, sahabat dan masyarakat
3) Pengobatan
Kebanyakan reaksi stres akut akan teratasi tanpa penggunaan pengobatan.
Tetapi bila membutuhkan terapi maka saudara perlu memperhatikan hal-hal
yang tertulis dibawah ini. Untuk lebih memperluas pengetahuan anda dan
mempelajari penerapan pemberian terapi ini dalam keperawatan saudara
perlu mempelajari lampiran modul ini dan modul VI B tentang asuhan
keperawatan pada pasien isolasi sosial
a) Jika terjadi gejala ansietas berat, gunakan obat anti ansietas selama satu
sampai tiga hari misalnya lorazepam 0,5-1,0 mg 1 – 3 kali sehari.
b) Jika pasien mengalami insomnia berat, gunakan obat hipnotik 1 – 3 hari
misalnya estazolam 1 mg setiap malam.
4) Rujukan
Jika gejala berlangsung kurang dari 1 bulan, pertimbangkan untuk merujuk
ke pelayanan kesehatan yang lebih ahli (spesialistik).
D. Prosedur Praktikum
Setiap pasien mendapat terapi obat dari dokter maka pada saat pemakaian obat perlu
dijelaskan informasi tentang obat. Hal ini diperlukan untuk mengurangi ketidakpatuhan
obat yang merupakan salah satu penyebab kekambuhan pasien.
Isi pendidikan kesehatan meliputi:
1. Jenis atau macam obat
Pasien dan keluarga dijelaskan jenis obat yang dipakai yaitu nama obat disertai guna
dan manfaatnya. Termasuk jelaskan warna obat yang biasa ditemukan
2. Dosis
Jelaskan dosis obat,dapat dikaitkan dengan warna dan besar kecilnya obat disertai
ukuran seperti 1 mg, 10 mg, dst.
3. Waktu pemakaian obat
Pemakaian obat sering disebut 1 kali per hari, 2 kali per hari, atau 3 kali per hari.
Sering pula ditambahkan dengan minum obat setelah makan. Sehingga pemahaman
pasien dan keluarga dapat bebrbeda-beda. Oleh karena itu, informasi perawat harus
jelas, misalnya makan obat 3 kali per hari setelah makan pada jam 7 pagi, 13 siang, dan
19 malam.
4. Akibat berhenti obat
5. Perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarga tentang akibat memberhentikan obat tanpa
konsultasi yaitu terjadi kekambuhan karena pada tubuh pasien tidak cukup zat yang
dapat mengontrol perilaku, pikiran, atau perasaan.
Dosis obat atau memberhentikan obat hanya boleh dilakukan dengan konsultasi dengan
dokter. Jika dosis dikurangi atau diberhentikan sendiri, maka kemungkinan kambuh
akan tinggi.
6. Nama pasien
Perlu pula dijelaskan pada pasien dan keluarga agar dapat mengecek nama pada botol
obat atau kantong obat sesuai dengan nama pasien.
Penjelasan tentang obat yang perlu disampaikan pada pasien dan keluarga adalah jenis obat
(nama obat) disertai efek dan side efek, dosis obat, waktu minum obat, akibat berhenti
minum obat, dan ketepatan nama pasien.
Setelah beberapa hari minum obat perlu dievaluasi apakah pasien dan keluarga merasakan
perbedaan antara sebelum minum obat dan setelah minum obat.
E. Penugasan
Latihan 1
Tujuan:
Memberikan pengalaman mengidentifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada individu di
masyarakat.
Prosedur:
1. Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok.
2. Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada Ny Titi sesuai klasifikasi medis dalam
modul ini.
3. Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
Kasus:
Ny Titi, 32 th tinggal di Menes Pandeglang bersama suami dan 2 orang anaknya. Sudah 1
minggu ini Ny Titi memperlihatkan perilaku yang membingungkan. Kadang-kadang bicara
atau tertawa-tawa sendiri di sudut rumah. Bila diingatkan suaminya ia marah. Menurut
suaminya sejak rumah dan orangtuanya menjadi korban tsunami dan jenazahnya tidak
ditemukan Ny Titi mulai sering melamun dan menangis. Selama itu perilaku Ny Titi belum
banyak berubah. Tetapi di minggu terakhir ini ia tidak mengurusi anak, suami bahkan
dirinya sendiri. Sering tidur larut malam.
Latihan 2
Tujuan :
Memberikan pengalaman mengidentifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada individu di
masyarakat
Prosedur:
1. Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok.
2. Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada Tn Hamid sesuai klasifikasi medis dalam
modul ini.
3. Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
Kasus:
Tn Hamid, 38 th tinggal di Ciomas Serang bersama 1 orang anaknya. Menurut dokter di
poskeslit Tn Hamid adalah langganan berobatnya karena hampir tiap minggu Tn Hamid
mengeluhkan rasa nyeri pada perut dan dadanya serta keluhan sesak dan dada berdebar. Tn
Hamid kehilangan istri, 1 orang anak dan adik kandungnya dalam tragedi tanah longsor.
Sehari-hari Tn Hamid hanya duduk di warung kopi atau tiduran di rumahnya. Saat diminta
bantuannya untuk membangun Aula Tn Hmaid mengatakan tidak enak badan. Saat diajak
bercakap-cakap jawaban yang diberikan terdengar pelan dan ogah-ogahan dalam
menjawab.
MODUL-03
KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN
KEPERAWATAN JIWA
Modul ini menjelaskan prinsip dan teknik komunikasi pada saat perawat melakukan
interaksi dengan individu, keluarga, kelompok, masyarakat, dan tim kesehatan lain. Setiap
interaksi terdiri dari tahap pra interaksi, perkenalan/ orientasi, kerja dan terminasi. Tiap
tahap akan diuraikan secara praktis tentang cara berkomunikasi yang perlu saudara lakukan
dan saudara dapat melatih diri dalam hubungan interaksi sehari-hari dan selanjutnya
saudara praktekkan pada saat berinteraksi dengan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
A. Kompetensi Utama
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan komunikasi
dalam pelayanan keperawatan jiwa.
B. Unit Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melakukan komunikasi secara terapeutik selama memberikan asuhan keperawatan
kepada individu.
2. Melakukan komunikasi secara terapeutik selama memberikan asuhan keperawatan
kepada keluarga.
3. Melakukan komunikasi secara terapeutik selama memberikan asuhan keperawatan
kepada kelompok.
4. Melakukan komunikasi secara terapeutik kepada masyarakat.
5. Melakukan komunikasi pada anggota tim kesehatan yang lain.
C. Teori Praktikum
Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia dan meliputi
pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antara dua orang atau lebih.
Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi dan
mempengaruhi orang lain.
Interaksi perawat dan pasien akan menghasilkan informasi untuk perawat tentang
keadaan pasien dan pada waktu yang bersamaan perawat dapat memberikan informasi
tentang cara-cara menyelesaikan masalah dengan strategi tertentu sehingga pasien
terpengaruh dan mau melakukannya untuk penyelesaian masalah pasien. Jika pasien
menerima dan melakukan informasi yang diberikan oleh perawat maka perilaku pasien
berubah ke arah adaptif yang merupakan hasil utama tindakan keperawatan.
D. Prosedur Praktikum
Penerapan komunikasi terapeutik pada individu:
1. Tahap pra interaksi
Sebelum bertemu dengan pasien saudara perlu mengevaluasi diri tentang
kemampuan yang saudara miliki. Jika saudara merasa tidak siap maka saudara
perlu membaca kembali, diskusi dengan teman sekelompok atau dengan tutor. Jika
saudara telah siap, maka saudara membuat rencana interaksi. Ada beberapa hal
yang perlu dilakukan pada tahap ini yaitu : evaluasi diri, penetapan perkembangan
interaksi dan rencana interaksi.
a) Evaluasi diri
Beberapa pertanyaan yang dapat membantu saudara mengevaluasi diri:
- Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
- Apa yang saya ketahui tentang latar belakang sosial budaya pasien?
- Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan pasien?
- Bagaimana respons saya selanjutnya jika pasien diam, menolak, marah, atau
inkoheren?
- Bagaimana pengalaman interaksi saya dengan pasien?
- Apakah ada kegagalan saya berinteraksi dengan pasien?
- Jika ada, lakukan koreksi dengan cara membaca cara-cara berhubungan
dengan pasien, konsultasi dengan tutor, diskusi dengan teman sekelompok.
- Bagaimana tingkat kecemasan saya?
- Jika cemas ringan, laksanakan interaksi.
- Jika cemas sedang sampai berat, konsultasi dengan tutor dan tunda kontak
dengan pasien sampai saudara dapat mengatasi kecemasan.
b) Penetapan perkembangan interaksi dengan pasien.
Beberapa pertanyaan berikut dapat digunakan untuk menetapkan tahap
perkembangan interaksi dengan pasien.
- Apakah saat ini pertemuan/kontak pertama?
- Apakah pertemuan lanjutan?
- Apa tujuan pertemuan ini? Pengkajian / observasi / pemantauan / tindakan
keperawatan / terminasi?
- Apa tindakan yang akan saya lakukan?
- Bagaimana cara melakukannya?
Setelah saudara tetapkan status interaksi yang akan dilaksanakan, maka saudara
perlu membuat rencana interaksi.
c) Rencana interaksi
- Siapkan rencana percakapan yang akan saudara lakukan pada saat
berinteraksi dengan pasien.
- Tehnik komunikasi apa yang akan saudara ucapkan, kaitkan dengan tujuan
saudara melakukan interaksi dengan pasien. Hal ini berhubungan dengan
tahapan interaksi yang akan dilakukan.
- Tehnik observasi apa yang perlu saudara lakukan selama berhubungan
dengan pasien.
- Apa langkah-langkah tindakan keperawatan yang akan saudara lakukan
sesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
2. Tahap Perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang saudara lakukan saat pertama kali bertemu
atau kontak dengan pasien. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah :
a) Memberi salam
- Assalamu’alaikum/selamat pagi/siang/sore/malam atau sesuai dengan latar
belakang sosial budaya spiritual pasien, disertai dengan mengulurkan tangan
untuk jabatan tangan. Pasien gangguan jiwa mungkin tidak menjawab salam
dan uluran tangan saudara.
- Memperkenalkan diri perawat
- Nama saya Budiono, saya senang dipanggil Budi
- Menanyakan nama pasien
- Nama bapak/Bpk/Ibu/saudara siapa? Apa panggilan kesenangannya?
(Misalkan pasien senang dipanggil Tuti).
b) Mengevaluasi kondisi pasien.
- Bagaimana perasaan Tuti saat ini? Atau, apa keluhan Tuti?
c) Menyepakati kontrak/pertemuan.
Kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan topik tindakan yang akan
dilakukan serta kesediaan pasien untuk bercakap-cakap, tempat bercakap-cakap,
lama percakapan.
d) Topik/tindakan/kegiatan yang akan dilakukan
Untuk menanyakan kesediaan pasien:
- Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang ... (sesuaikan dengan keluhan
atau perasaan pasien saat ini. Jika pasien tampak ragu perawat dapat
menambahkan):
- Saya akan membantu ... (nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang ...
hadapi.
- Kita akan bersama-sama menyelesaikan masalah yang ... hadapi.
Pada umumnya fokus percakapan awal adalah pengkajian keluhan utama.
Kemudian hal-hal yang berkaitan dengan keluhan utama.
e) Tempat
- Di mana kita duduk?
- Bagaimana kalau kita duduk di sana?(sebutkan)
- Ayo kita duduk di sana! (sebutkan)
f) Waktu
- Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau 10 menit?
Kemudian lanjutkan pada tahap kerja yaitu pengkajian lanjut (focus) pada
keluhan utama disertai tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang
dialami pasien.
3. Tahap Orientasi
Tahap orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan
tahap orientasi adalah mengevaluasi kondisi pasien, memvalidasi rencana yang
telah Perawat buat sesuai dengan keadaan pasien saat ini dan mengevaluasi hasil
tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama
pasien.
a) Memberi salam
- Assalamu’alaikum/selamat pagi/siang/sore/malam Tuti.
b) Memvalidasi dan mengevaluasi keadaan pasien
- Bagaimana perasaan Tuti hari ini?atau Coba Tuti ceritakan perasaannya
hari ini!
- Adakah hal yang terjadi selama kita tidak bertemu? Coba ceritakan.
- Apakah Tuti sudah coba cara-cara yang telah kita bicarakan kemarin
(sebutkan cara yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya).
c) Menyepakati kontrak/pertemuan
Setiap berinteraksi dengan pasien kaitkan dengan kontrak pada pertemuan
sebelumnya.
d) Topik/tindakan/kegiatan
- Sesuai dengan janji kita yang lalu kita akan bertemu hari ini jam
…..(sebutkan sesuai perjanjian). atau
- Tuti masih ingat apa yang akan kita bicarakan/lakukan sekarang? atau
- Bagaimana kalau sekarang kita latihan ... (sebutkan sesuai rencana).
Contoh:
“Baiklah sekarang kita akan bicara tentang cara berkenalan dengan orang
lain/cara mengungkapkan rasa marah/ cara melakukan kebersihan diri”
(dan lain-lain sesuai dengan masalah pasien).
e) Tempat
- Mau duduk di mana? Bagaimana kalau di sana?
f) Waktu
- Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?
4. Tahap kerja
Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat pasien yang terkait erat dengan
pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.
Contoh komunikasi untuk tindakan melatih mengontrol halusinasi:
- Ada beberapa cara untuk mencegah suara-suara agar tidak mengganggu
Tuti. Salah satu adalah menghardik atau tidak memperdulikan suara-suara
itu, caranya katakan: “pergi, jangan ganggu saya, saya tidak mau dengar”.
- Coba Tuti lakukan. (Jika pasien dapat melakukan berikan pujian). “Bagus,
Tuti sudah dapat melakukannya. Coba ulangi lagi!”
- “Bagus sekali!”
5. Tahap terminasi
Tahap terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan pasien.
Terminasi dibagi dua yaitu: terminasi sementara dan terminasi akhir.
a) Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan pasien. Saat
terminasi sementara perawat akan bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang
telah ditentukan, misalnya: satu atau dua hari berikutnya. Pada terminasi
perawat melakukan evaluasi terhadap hasil tindakan yang telah dilakukan pada
tahap kerja berupa evaluasi subyektif dan obyektif, memberikan anjuran pada
pasien (tindak lanjut) terhadap tindakan yang telah dilakukan dan membuat
perjanjian (kontrak) untuk pertemuan berikutnya.
Contoh komunikasi:
1) Evaluasi hasil
- Evaluasi subyektif:
Bagaimana perasaan Tuti setelah latihan ini?
- Evaluasi obyektif:
Coba Tuti sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan tadi!
Tuti tadi telah bagus melakukannya.
2) Tindak lanjut
- Bagaimana kalau mulai saat ini Tuti coba lakukan cara tadi untuk
mencegah suara-suara.
- Tuti mau coba latih ? Pada jam berapa? Kita buatkan jadualnya?
(Buat jadual harian pasien untuk latihan dan melakukannya pada saat
suara-suara datang).
3) Kontrak yang akan datang
- Waktu: Kapan kita bertemu lagi?
Bagaimana kalau dua hari lagi?
- Topik: Apa saja yang akan kita bicarakan nanti?
Bagaimana kalau kita bicara tentang cara lain untuk mencegah
suara-suara?
- Tempat: Kita akan bertemu di sini lagi. Sampai jumpa.
Assalamu’alaikum.
b) Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika pasien dan keluarganya telah mampu
menyelesaikan masalahnya.
Contoh komunikasi:
1) Evaluasi hasil
- Evaluasi subyektif:
Bagaimana perasaan Tuti setelah kita bercakap-cakap beberapa kali.
- Evaluasi obyektif:
Coba sebutkan apa saja yang telah Tuti dapatkan selama saya
berkunjung ke rumah Tuti ?
Saya melihat Tuti sudah dapat melakukan ………(sebutkan sesuai hasil
observasi pada tiap diagnosa keperawatan).
2) Tindak lanjut
- Apa rencana kegiatan Tuti selanjutnya?
- Apa yang perlu Tuti lakukan kalau suara-suara itu datang lagi?
- Jadi jadwal yang telah kita buat, laksanakan terus ya !
3) Eksplorasi perasaan
- Saya akan datang sebulan sekali, tdak tiap minggu lagi . Bagaimana
perasaan Tuti ? Sudah siap kan ?
4) Hal yang sama dengan 1, 2, 3 dilakukan pada keluarga.
E. Penugasan
Latihan 1: Contoh komunikasi pada individu (fase orientasi, kerja, dan
terminasi)
Tahap orientasi: “Assalamu’alaikum” (sambil mengulurkan tangan ke arah
pasien).“Bagaimana perasaan Tuti hari ini? Apakah tadi malam masih mendengar suara-
suara?” (Kemudian saudara dapat melanjutkan pembicaraan dengan membuat kontrak
kepada pasien). ”Baiklah, karena Tuti masih mendengar suara-suara tersebut, sesuai
dengan janji kita dua hari yang lalu (ucapkan kalimat ini kepada pasien), kita akan
membicarakan tentang cara untuk menghilangkan atau mengurangi suara-suara yang Tuti
dengar. Kita akan bercakap-cakap sekitar setengah jam. Bagaimana, Tut?” (Sepakati
tempat untuk berbicara dengan pasien) ”Di mana kita duduk?”
Tahap terminasi: “Bagaimana perasaan Tuti setelah kita belajar cara untuk mengurang
suara-suara? Coba Tuti sebutkan kembali apa saja cara yang bisa dilakukan untuk
membantu Tuti. Nah, mulai saat ini jika suara-suara itu muncul lagi, Tuti dapat mencoba
beberapa cara tersebut. Baiklah Tut, tiga hari lagi saya akan datang, kita akan membahas
tentang kegiatan yang dapat Tuti lakukan di rumah agar waktu Tuti dapat terisi. Kira-kira
jam berapa Tut? Saya permisi dulu.. Assalamu’alaikum”
Tahap kerja: Penjelasan tentang halusinasi (jelaskan dengan alat bantu/media: lembar
balik/leaflet). “Minggu lalu kita sudah membahas masalah yang Bpk/Ibu hadapi dalam
merawat Tuti yaitu bicara-bicara sendiri (halusinasi). Saya akan jelaskan tentang suara-
suara itu yang disebut halusinasi, apa saja gejala yang muncul, waktu dan situasi yang
membuat halusinasinya muncul, dan apa akibatnya jika halusinasi itu tidak ditangani
(lihat modul halusinasi). Nah, jika Tuti terlihat bicara atau ngomong sendiri, maka ada
beberapa cara yang Bpk/Ibu dapat lakukan untuk membantu Tuti, cara yang pertama
adalah dengan mengingatkan Tuti untuk mengusir suara itu (saudara ucapkan sambil
peragakan caranya di depan keluarga serta minta keluarga untuk memperagakan kembali
cara tersebut); cara yang kedua Bpk/Ibu dapat mengajak Tuti bercakap-cakap; cara yang
ketiga ajak Tuti untuk melakukan kegiatan, misalnya menjahit dan menyulam, Tuti kan
hobi menjahit dan menyulam; cara yang keempat Bpk/Ibu dapat membantu Tuti untuk
secara teratur minum obat yang telah diberikan oleh dokter. Ada pertanyaan Bpk/Ibu?
Ada yang kurang jelas?”(Secara lengkap lihat modul halusinasi).
Tahap terminasi: “Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita belajar cara untuk
membantu Tuti? Coba Bpk/Ibu sebutkan kembali apa saja cara yang bisa dilakukan untuk
membantu Tuti. Nah, mulai saat ini jika muncul halusinasi pada Tuti, Bpk/Ibu dapat
mencoba beberapa cara tersebut,dan minggu depan kita akan praktekkan langsung ke
Tuti. Kira-kira jam berapa Bpk/Ibu? Saya permisi dulu.. Assalamu’alaikum”
c. Penerapan cara merawat pasien
Pada tahap ini pertemuan dilaksanakan dengan melibatkan keluarga tentang
cara merawat pasien dirumah. Metode yang paling banyak digunakan adalah
demonstrasi dan redemonstrasi.
Tahap kerja: Nah, coba Bpk/Ibu lihat prilaku Tuti saat ini. Tuti terlihat asyik bicara dan
ngomong sendiri kan? Sekarang kita praktekkan cara kemaren yaitu mengajak Tuti untuk
bicara ( Perawat mengajak Bpk/Ibu mendekati Tuti, lalu perawat menegur Tuti dan
mengajak bicara serta melibatkan keluarga dalam pembicaraan). Tuti, suster lihat Tuti lagi
asyik ngobrol ? ngobrol dengan siapa ? Bagaimana kalau kita ngobrol sama-sama dengan
bapak ibu agar suara-suara itu tidak mengganggu Tuti lagi. (selanjutnya perawat, Tuti dan
keluarga ngobrol bersama-sama). Bagaimana Tuti, suara-suaranya hilang ?Tuti bisa
ceritakan ke Bpk/Ibu apa saja cara yang telah Tuti pelajari untuk mengontrol suara-
suara?Nah, nanti kalau suster tidak ada Bpk/Ibu yang akan membantu Tuti”
Tahap terminasi: “Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita praktekkan cara membantu
Tuti untuk mengontrol halusinasi ? Tadi saya lihat Bpk/Ibu sudah dapat mengajak Tuti
ngobrol sehingga Tuti tidak terganggu dengan halusinasinya. Nah, mulai saat ini jika
muncul halusinasi pada Tuti, Bpk/Ibu dapat mencoba cara tersebut dan dua hari lagi kita
praktekkan cara-cara lain. Saya permisi dulu.. Assalamu’alaikum”
Tahap kerja: “Nah, coba Bpk/Ibu ceritakan apakah cara-cara yang telah kita latih masih
terus dilakukan? Adakah hambatan didalam melakukannya ? Bagaimana hasilnya “ (jika
keluarga tidak mempunyai masalah berikan pujian, jika ada masalah bantu keluarga untuk
menyelesaikannya). “Adakah perilaku-perilaku Tuti yang ingin Bpk/Ibu diskusikan ?” (
jika tidak ada berikan pujian, jika ada bantu keluarga mengatasinya). “Apakah obatnya
masih ada ? Teratur kan meminumnya?”
Tahap Orientasi :
“Assalamu’alaikum. Selamat siang saudara-saudara sekalian.
Bagaimana perasaaan saudara-saudara pada hari ini ? Seperti janji kita minggu lalu, hari
ini kita bertemu untuk membahas tentang pengalaman saudara menggunakan cara
mengontrol suara-suara. Kita akan bercakap-cakap selama 45 menit disini”.
Tahap Kerja :
“Baiklah saudara sekalian, sekarang masing-masing orang diminta untuk menceritakan
pengalaman menggunakan cara-cara mengontrol halusinasi yang telah dipelajari. Siapa
yang mau menyampaikan kegiatannya ?”(Kalau tidak ada pasien yang mau
menyampaikan, dibuat bergiliran). Apa cara yang telah Tuti gunakan ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus..!” (semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk
menyampaikan pendapatnya). Ya bagus sekali, semua sudah mencoba untuk
menyampaikan pendapatnya. Jadi kegiatan-kegiatan tadi bisa saudara-saudara lakukan
jika suara-suara itu muncul”
Tahap Terminasi :
“Bagaimana perasaan saudara-saudara setelah kita diskusi ?” Apa pendapat saudara-
saudara terhadap hasil diskusi kita hari ini ?”
“Empat cara mengontrol halusinasi dapat saudara gunakan terus agar suara-suara itu
tidak mengganggu lagi. Kita bertemu lagi di balai desa ini minggu depan di hari dan jam
yang sama untuk membicarakan aktivitas sehari-hari yang dapat saudara lakukan
dirumah. Assalamu’alaikum. Selamat siang”.
Komunikasi massa merupakan interaksi dengan kelompok besar, yaitu lebih dari 12
orang. Tujuan komunikasi massa adalah untuk memberikan pendidikan kesehatan
pada sekelompok besar orang tentang topik kesehatan dengan tujuan untuk
mempengaruhi masyarakat tersebut dan mereka dapat mengadopsi perilaku sehat
tersebut. Umumnya topik yang diambil terkait dengan pencegahan dan peningkatan
kesehatan jiwa.
Berikut ini adalah beberapa langkah untuk melakukan komunikasi massa:
a. Pilihlah topik yang menarik untuk disampaikan pada pendengar yang
bersangkutan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Susunlah garis besar hal-hal yang akan disampaikan ( mulai dari kata
pengantar, isi, dan kesimpulan).
c. Gunakan suara yang jelas dan gunakan tape recorder jika memang dibutuhkan
atau jika memungkinkan gunakan video recorder untuk umpan balik.
d. Jangan terlalu mencemaskan tentang sikap tubuh, namun berkonsentrasilah
pada isi pesan yang ingin disampaikan.
e. Gunakan atau buatlah catatan dalam 1 lembar kertas sebagai panduan sehingga
tidak menyita waktu untuk melihat catatan dan punya kesempatan untuk
menatap/melihat para pendengar (peserta).
f. Jangan menggunakan kata/bahasa yang vulgar kecuali ada alasan yang jelas dan
sadar dengan konsekuensi negatif yang mungkin terjadi.
g. Gunakan pakaian yang pantas yang dapat mendukung penampilan si pemberi
pesan namun jangan sampai mencolok sehingga membuat perhatian beralih.
Tahap Kerja :
“Baiklah Bpk/Ibu, sekarang saya persilakan untuk menyampaikan prilaku anak-anak yang
muncul selama ini di tempat penampungan”(peserta diberi kesempatan untuk
menyampaikan).
“Baiklah, semua sudah menyampaikan apa yang dirasakan dan dialami. Sekarang Bpk/Ibu
dapat menyampaikan pengalaman cara-cara untuk mengatasinya. (Semua peserta diberi
kesempatan untuk menyampaikan). Baiklah Bpk/Ibu kita telah bicara tentang perilaku
anak-anak kita dan cara-cara yang dilakukan untuk mengatasinya”
Tahap Terminasi :
“Bagaimana kalau minggu depan kita akan bicara tentang cara-cara yang terbaik dalam
merawat anak kita dengan perilaku-perilaku tertentu agar anak-anak kita dapat
berkembang dengan baik. Bagaimana pendapat Bpk/Ibu tentang diskusi kita hari ini “ (
Minggu depan lakukan metode ceramah).
2. Program komunitas
Program ini dapat dilakukan melalui pendekatan individu atau kelompok dengan
perencanaan yang sistematis.
3. Demonstrasi
Saudara dapat menggunakan metode demonstrasi dalam komunikasi massa agar
pembelajaran menjadi lebih efektif. Metode ini membantu peserta mengerti sesuatu
secara visual karena peserta dapat melihat dan mencoba secara langsung apa yang
saudara bicarakan.
4. Ceramah
Metode ini digunakan saat saudara menyampaikan presentasi secara verbal( tatap
muka). Jika saudara menjadi penceramah maka saudara harus mempunyai pengalaman
dengan materi yang diberikan. Saudara harus merasa nyaman dan punya kemampuan
dalam berbicara, memberikan penekanan pada point penting dengan cara-cara yang
kreatif dan menarik. Saudara dapat mengkombinasikan dengan media untuk
meningkatkan kemampuan pembelajaran. Kemampuan dan gaya saudara
berkomunikasi akan mempengaruhi partisipasi peserta. Jangan lupa untuk membatasi
umpan balik dari peserta karena waktu yang terbatas.
5. Role Play
Saudara dapat menggunakan metode role play (bermain peran) karena metode ini
efektif dalam mempengaruhi sikap dan opini masyarakat. Metode ini menungkinkan
saudara untuk mengembangkan kemampuan peserta dalam menyelesaikan masalah dan
berfikir secara kritis. Upayakan supaya saudara dapat meningkatkan partisipasi peserta
karena kadang-kadang beberapa anggota kemungkinan tidak mau terlibat dalam
aktivitas. Penggunaan metode ini biasanya dikombinasikan dengan metode lain
misalnya ceramah, diskusi.
Media yang digunakan pada komunikasi massa:
1. Media Cetak
a. Booklet : menyampaikan pesan kesehatan berbentuk buku, baik tulisan/gambar.
b. Leaflet : penyampaian pesan melalui lembaran yang dilipat
c. Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dilipat
d. Flip chart (lembar balik)
e. Rubrik (tulisan pada surat kabar/majalah)
f. Poster : ditempel ditembok/tempat umum
g. Foto yang mengungkap informasi kesehatan
2. Media Elektronik
a. Televisi : sandiwara, sinetron, diskusi, ceramah, quiz, cerdas cermat.
b. Radio : tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio spot.
3. Media Papan (Bill board)
Papan pengumuman dapat digunakan untuk menempelkan informasi-informasi
kesehatan jiwa yang dapat dibaca oleh semua orang.
5. Penerapan komunikasi terapeutik pada tim kesehatan
Dalam melaksanakan tugas saudara memerlukan kemampuan untuk menyampaikan
kondisi pasien kepada anggota tim kesehatan yang lain, misalnya dokter, perawat di
komunitas (CHN), pekerja sosial. Kerjasama dengan tim kesehatan lain dilakukan jika
pasien perlu dirujuk.
Latihan VIII: Contoh komunikasi perawat CMHN merujuk kepada perawat di unit
psikiatri RSU :
“Assalamualaikum.. saya……. Dari puskesmas……., pagi ini ingin merujuk pasien yang
bernama…… Kondisi pasien saat ini masih mengalami halusinasi dengan prilaku
kekerasan. Telah dilakukan konsultasi dengan dokter puskesmas dan tim kesehatan jiwa
masyarakat dan pasien telah mendapat terapi pengobatan oral yaitu CPZ 3x100mg, THP
3 x 2 mg dan HP 3 x 5 mg, Namun keadaan pasien saat ini masih belum ada perbaikan
sehingga kami perlu merujuk pasien ini ke unit psikiatri RSU untuk mendapatkan
perawatan intensif. Pasien telah kami latih untuk mengenal halusinasinya tetapi belum ada
perkembangan.
Ini berkas pasien beserta resumenya. Nanti jika ada sesuatu yang perlu kami
tindaklanjuti kami siap untuk membantu. Jika keadaan pasien telah memungkinkan pulang
segera beritahu kami agar kami dapat melanjutkan perawatannya dirumah. Terima kasih.
Assalamualaikum wr.wb.” (sambil berjabat tangan).
E. Latihan kasus
Bpk. E, 41 tahun, duda (istri dan anak pasien yang berumur 3 tahun meninggal 3 bulan
yang lalu), saat ini pasien tidak bekerja. Pasien mengatakan sering mendengar suara istri
dan anaknya. Pasien tampak sering menyendiri dan tersenyum serta berbicara sendiri.
Tugas:
1. Kontrak awal pada tahap perkenalan
Tujuan: Belajar melakukan kontrak
Prosedur: - Masing-masing peserta mengambil pasangan (satu berperan sebagai pasien
dan yang lain sebagai perawat).
- Masing-masing pasangan melakukan kontrak (berganti peran)
- Beberapa pasang latihan di depan kelas
- Peserta lain dan pembimbing memberi:
* Reinforcement pada aspek yang telah dipenuhi
* Masukan untuk meningkatkan aspek yang belum dipenuhi
2.Melakukan tindakan pada tahap kerja
Tujuan: Belajar melakukan komunikasi pada tahap kerja
Prosedur: - Masing-masing peserta mengambil pasangan (satu berperan sebagai pasien
dan yang lain sebagai perawat).
- Masing-masing pasangan melakukan tindakan (berganti peran)
- Beberapa pasang latihan di depan kelas
- Peserta lain dan pembimbing memberi:
* Reinforcement pada aspek yang telah dipenuhi
* Masukan untuk meningkatkan aspek yang belum dipenuhi
3.Melakukan terminasi pada tahap terminasi
Tujuan: Belajar melakukan komunikasi (mengakhiri percakapan) pada tahap terminasi
Prosedur: - Masing-masing peserta mengambil pasangan (satu berperan sebagai pasien
dan yang lain sebagai perawat).
- Masing-masing pasangan mengakhiri percakapan (berganti peran)
- Beberapa pasang latihan di depan kelas
- Peserta lain dan pembimbing memberi:
* Reinforcement pada aspek yang telah dipenuhi
* Masukan untuk meningkatkan aspek yang belum dipenuhi
4. Melakukan komunikasi lengkap dari tahap orientasi, kerja dan terminasi.
Tujuan : Belajar melakukan komunikasi untuk satu kali pertemuan.
Prosedur : - Masing-masing pasangan mempraktekkan tahap orientasi, kerja dan
terminasi sekaligus.
- Masing-masing pasangan mengakhiri percakapan (berganti peran)
- Beberapa pasang latihan di depan kelas
- Peserta lain dan pembimbing memberi:
* Reinforcement pada aspek yang telah dipenuhi
* Masukan untuk meningkatkan aspek yang belum dipenuhi
MODUL-04
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEWASA DENGAN HARGA DIRI
RENDAH
Peristiwa yang sangat traumatik, dimana saudara-saudara kita harus berpisah dengan
orang-orang yang dicintai, harus kehilangan harta benda bahkan nyawa, kehilangan
pekerjaan dan berbagai bentuk kehilangan yang lain. Kejadian ini menyebabkan situasi
yang penuh stress bagi individu, keluarga dan komunitas. Dampak kehilangan-kehilangan
yang sekejap tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya,
yang berakibat dapat mengganggu harga diri seseorang.
A. Kompetensi Utama
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan
keperawatan pasien dewasa dengan harga diri rendah.
B. Unit Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengkaji data yang terkait masalah harga diri rendah
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah harga
diri rendah
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri
rendah
C. Teori Praktikum
1. Pengkajian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
- Mengkritik diri sendiri
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yang pesimis
- Penurunan produktifitas
- Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data diatas, saudara dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan
harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapih, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan
fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa
keperawatan harga diri rendah.
3. Tindakan Keperawatan
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah
adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
a. Tindakan keperawatan pada pasien:
Tujuan :
- Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
- Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
- Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
- Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
- Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
Tindakan keperawatan :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek
positif yang masih dimiliki pasien, saudara dapat :
- Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan
aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
- Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah
dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
Tujuan :
- Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
- Keluarga memfasilitasi aktifitas pasien yang sesuai kemampuan
- Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan
yang dilakukan, dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
- Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
Tindakan keperawatan:
- Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
- Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
- Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan yang
sudah dilatihkan pasien dengan perawat
- Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku pasien
4. Evaluasi
a) Kemampuan yang diharapkan dari pasien:
- Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan
- Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
- Pasien dapat membuat jadual kegiatan harian
- Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadual kegiatan harian
b) Kemampuan yang diharapkan dari keluarga:
- Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
- Menyediakan fasilitas untuk pasien dapat melakukan kegiatan
- Mendorong pasien melakukan kegiatan
- Memuji pasien saat pasien dapat melakukan kegiatan
- Membantu melatih pasien
- Membantu menyusun jadual kegiatan pasien
- Memantau perkembangan pasien
5. Dokumentasi
D. Prosedur Praktikum
1. Baca dan pahami isi modul.
2. Lakukan latihan sesuai yang tercantum di dalam modul secara berurutan.
3. Ulang beberapa kali latihan tersebut sampai menemukan alur yang runtut dari
tahapan komunikasi terapeutik setiap tindakan.
4. Lakukan latihan secara berpasangan dengan teman atau latih kemampuan
komunikasi di depan cermin.
E. Penugasan
Latihan 1: Mengkaji pasien dengan harga diri rendah
Untuk mendapatkan data yang mendukung adanya masalah atau gangguan konsep diri :
harga diri rendah, perawat perlu membina hubungan saling percaya dengan pasien serta
melakukan pengkajian. Berikut contoh percakapannya.
Latihan 2 : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih
Orientasi :
“Assalamuallaikum, perkenalkan nama saya suster Rika, dari Puskesmas Darul
Imarah, bagaimana kalau kita berkenalan ? Nama Bapak/Ibu siapa?senangnya
dipanggil apa?
“ Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini ? Adakah yang bapak/ibu pikirkan ?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan atau masalah yang Bapa/Ibu
hadapi ?Mau berapa lama, bagaimana kalau30 menit ?”
“Mau duduk dimana ? Bagaimana kalau diruang tamu ?”
Kerja :
”Bagaimana perasaan Bpk/ibu setelah mengalami gempa dan tsunami?. Apa harapan
bpk/ibu setelah kejadian tersebut?. Bagaimana rencana Bpk/ibu untuk mencapai
keinginan atau harapan tersebut ?. Adakah harapan atau keinginan Bpk/ibu yang
belum tercapai ? Sejauh ini apa yang Bpk/ibu rasakan jika harapan atau keinginan
tersebut tidak tercapai ?
”Bagaimana pandangan orang lain dalam menilai Bpk/ibu ?. Bagaimana perasaan
Bpk/ibu dengan kekurangan/kelemahan yang Bpk/ibu rasakan ?”
Terminasi :
”Baiklah kita sudah bercakap-cakap panjang lebar, bagaimana perasaan Bpk/ibu
setelah bercakap-cakap ? Bagaimana kalau minggu depan kita bicara tentang
kemampuan yang masih Bapak/ibu miliki.
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap ? Jadi ada 4 (empat)
kegiatan yang dapat Bapak/ibu lakukan. Coba Bapak/ibu pikirkan kegiatan yang akan
dipilih untuk dilatih. Bagaimana kalau dua hari lagi kita memilih kegiatan yang paling
disuka, dan melatihnya. Mau jam berapa ?”
Kerja :
“Mari kita lihat daftar kegiatan yang sudah kita buat dua hari yang lalu”.
”Coba Bapak/ibu pilih yang mana yang masih bisa dikerjakan di rumah. Yang nomor satu,
merapihkan tempat tidur, bagaimana Bapak/ibu ? Wah, tentu bisa dilakukan ya. Bagus
sekali. Yang nomor dua main tenis, Wah saat ini belum bisa dilakukan. Baik, nomor tiga
mencuci piring, bisa ya. (dst sampai ke 7 nya didiskusikan, misalnya ada 5 kegiatan dipilih
dan dapat dikerjakan di rumah)”.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah memilih kegiatan yang dapat dikerjakan di
rumah ? Bagus sekali ! ada 5 kegiatan yang bisa dilakukan Bapak/ibu. Coba, dipikirkan
kegiatan yang mana yang akan dilatih terlebih dahulu. Dua hari lagi, saya akan datang
untuk melatih Bapak/ibu. Mau jam berapa ? Bagaimana kalau jam 10 lagi. Sampai jumpa
”.
Latihan 4 : Melatih kegiatan yang sudah dipilih pasien sesuai kemampuannya dan
menyusun rencana kegiatan
Orientasi :
“Assalammuallaikum, bagaimana perasaan Bapak/ibu pagi ini ? Wah, tampak cerah !,
Sudah siap untuk latihan melakukan kegiatan yang telah ditetapkam dua hari yang lalu ?
Mau pilih yang mana dulu ? Baik, mari kita latihan merapihkan tempat tidur. Dimana
kamarnya ?
Kerja :
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah/kaki. Bagus !”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah latihan ? Bagus sekali, Bapak/ibu dapat
mengikuti langkah-langkahnya. Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian
bapak/ibu. Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-
pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00. Kalau sudah dikerjakan beri tanda
ya. Nah, dua hari lagi saya datang, kita latihan kegiatan yag kedua. Mau jam berapa ?
Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”
Kerja :
“ Anak Bapak/ibu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan mandi.
Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Saya telah katakana bahwa Bapak/ibu akan
mengingatkannya untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya
meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.
Terminasi :
”Bagaimana Bapak/bu ? Ada yang ingin ditanyakan ?. Baik, jangan lupa ya Bapak/ibu.
Dua hari lagi saya datang lagi untuk melatih kegiatan yang lain. Nanti kita lakukan
bersama-sama. Sampai jumpa “.
Latihan 6 : Dokumentasikan hasil pengkajian saudara pada pasien dengan masalah Harga
diri rendah menggunakan format yang sudah disediakan
Berikut ini adalah lingkup pengkajian pasien harga diri rendah:
a. Keluhan utama :……………………………………..
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan…………………..
c. Konsep diri
- Gambaran diri
- Ideal diri
- Harga diri
- Identitas
- Peran
Jelaskan :...........................................................................
Masalah keperawatan :......................................................
d. Alam perasaan
[ ] Sedih [ ] Putus asa
[ ] Ketakutan [ ] Gembira berlebihan
Jelaskan :………………………………….
Masalah keperawatan :…………………….
e. Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif
[ ] Mudah tersinggung [ ] Kontak mata kurang
[ ] Defensif [ ] Curiga
Jelaskan :…………………………………….
Masalah keperawatan :………………………
f. Penampilan :
Jelaskan :…………………………………..
Masalah keperawatan :…………………….
MODUL-05
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEWASA DENGAN ISOLASI SOSIAL
Respons perilaku masyarakat akibat tsunami dan gempa sangat bervariasi sesuai dengan
kondisi masing-masing. Salah satu respons perilaku yang muncul adalah isolasi sosial yang
merupakan salah satu gejala negatif pasien dengan psikotik atau skizofrenia.
Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat menangani pasien dewasa dengan masalah
keperawatan isolasi sosial. Saudara dapat mempelajari isi modul ini, mengerjakan latihan
sesuai dengan panduan yang diberikan, sehingga Saudara siap menangani pasien gangguan
jiwa dengan gejala isolasi sosial yang ada di wilayah binaan Saudara. Selamat mempelajari
modul ini.
A. Kompetensi Utama.
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan
keperawatan pasien dewasa dengan isolasi sosial.
B. Unit Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Saudara mampu:
1. Melakukan pengkajian pada pasien isolasi sosial
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien isolasi sosial
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan isolasi sosial
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien isolasi sosial
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien isolasi sosial
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan isolasi sosial
C. Materi Praktikum
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial Saudara dapat menggunakan wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
- Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
- Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
- Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
- Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
- Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
- Pasien merasa tidak berguna
- Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Saudara tanyakan pada waktu wawancara untuk
mendapatkan data subyektif:
Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau
tetangga)?
Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang
sekitarnya?
Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan observasi, adalah:
Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
Kontak mata kurang
Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial.
Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien.
a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan
1) Membina Hubungan Saling Percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya, adalah :
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-
kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering, karena
tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu Saudara
sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu
penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan. Pendekatan yang
konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan Saudara
program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan sebagai berikut:
Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan di hadapan Saudara
Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota
keluarga
Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan: setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi social di
rumah.
b. Tindakan: Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial
Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien
mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan
pasien sepanjang hari.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi:
1) Menjelaskan tentang:
- Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
- Penyebab isolasi sosial.
- Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya.
- Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat.
- Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
2) Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien
3) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara berkomunikasi
dengan pasien
Evaluasi
1. Evaluasi Kemampuan Pasien
- Pasien menjelaskan kebiasaan interaksi.
- Pasien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain.
- Pasien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
- Pasien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
- Pasien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain.
- Pasien bergaul/berinteraksi dengan perawat, keluarga, tetangga.
- Pasien menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang tua.
- Pasien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
- Pasien menggunakan obat dengan patuh.
D. Prosedur Praktikum
1. Baca dan pahami isi modul.
2. Lakukan latihan sesuai yang tercantum di dalam modul secara berurutan.
3. Ulang beberapa kali latihan tersebut sampai menemukan alur yang runtut dari
tahapan komunikasi terapeutik setiap tindakan.
4. Lakukan latihan secara berpasangan dengan teman atau latih kemampuan
komunikasi di depan cermin.
E. Penugasan
Orientasi:
“Assalammualaiukum Bpk/Ibu ……! Saya ... perawat dari Puskesmas ... Nama Bpk/Ibu
siapa? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu......hari ini?”
“Baiklah, sekarang kita mau diskusikan tentang bagaimana hubungan Bpk/Ibu dengan
orang di sekitar sini. Berapa lama kita mau berdiskusi? Mau di mana?”
Kerja:
“Dengan siapa Bpk/Ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat?”
“Apa yang membuat Bpk/Ibu tidak dekat dengan orang lain?”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bpk/Ibu lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana
dengan teman-teman yang lain?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain?”
“Apa yang menghambat Bpk/Ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang
lain?”
Terminasi:
“Baiklah, bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Jadi apa saja tadi yang membuat Bpk/Ibu tidak senang bercakap-cakap dengan orang
lain?” (Perawat merangkum beberapa alasan pasien tidak mau berinteraksi dengan orang
lain melalui percakapan yang telah dilakukan)
“Coba dalam dua hari ini Bpk/Ibu mengingat lagi hal-hal apa yang membuat tidak ingin
bercakap-cakap dengan orang lain ”
“Dua hari lagi saya akan kemari, jam ……, kita akan bercakap-cakap tentang keuntungan
bercakap-cakap dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul.”
“Wassalammualaikum Bpk/Ibu!”
Latihan 2: Dokumentasi data pasien yang terkait isolasi sosial. Berikut ini adalah contoh:
Ny D, 35 th, sudah 3 tahun mengalami gangguan jiwa. Setiap hari pasien hanya diam di
dalam kamar, tidak pernah keluar. Pasien mengatakan malu jika keluar rumah, rasanya
semua orang mentertawakan dirinya, sehingga sejak 3 tahun terakhir tidak pernah ikut
kegiatan sosial di lingkungannya
Latihan 3: Membina Hubungan Saling Percaya (merupakan bagian orientasi dari tiap
percakapan).
“Assalammualaikum Pak/Bu!”
“Saya Pak ……….., Saya senang dipanggil Pak …………, Saya perawat Puskesmas ………
yang akan merawat Bpk/Ibu.”
“Siapa nama Bpk/Ibu?”
“Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan Bpk/Ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluhan
Bpk/Ibu? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau
berapa lama, Pak/Bu? Bagaimana kalau setengah jam?”
Orientasi :
“Assalammualaikum Bpk/Ibu! ”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Masih ada hal-hal yang membuat Bpk/Ibu tidak
ingin bercakap-cakap dengan orang lain ? ‘’
“Seperti janji seminggu yang lalu, hari ini kita akan diskusi tentang apa yang
menyebabkan Bpk/Ibu kurang suka bergaul, keuntungan bergaul dan kerugian bila tidak
bergaul dengan orang lain. Mau berapa lama Bpk/Ibu? Di sini saja ya Bpk/Ibu?”
Kerja :
”Menurut Bpk/Ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah
kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Pak/Bu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah Bpk/Ibu belajar bergaul dengan orang lain ?
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita tahu untungnya bergaul dan ruginya tidak
bergaul?”
”Iya, ada 3 keuntungannya (sebutkan!) dan ada 4 kerugian tidak bergaul”
”Coba nanti diingat-ingat lagi apa untungnya bergaul dan ruginya tidak bergaul. ”
”Nah, dua hari lagi saya akan datang, dan kita akan bicarakan cara bergaul dengan
orang lain.”
”Assalammualaikum..., sampai jumpa.
Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu! Bagaimana perasaan hari ini? Masih ada untungnya
bergaul dengan orang lain yang belum kita bicarakan? Bagaimana kerugiannya? Masih
ada? Bagus sekali.”
“Hari ini kita akan belajar tentang bagaimana memulai berhubungan dengan orang lain.
Kita akan belajar berapa lama? Mau di mana Bpk/Ibu?”
Kerja:
“Begini lho Pak/Bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita sukai. Contoh: Nama Saya Pak Ahmad, senang dipanggil
Mamad.” “Selanjutnya Bpk/Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama Bapak/Ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
“Ayo Pak/Bu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Bpk/Ibu. Coba berkenalan
dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Bpk/Ibu berkenalan dengan orang tersebut Bpk/Ibu bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan Bpk/Ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang
hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan berkenalan ini?”
”Coba Bpk/Ibu peragakan lagi cara berkenalan dengan orang lain!”
”Dalam seminggu ini, coba Bpk/Ibu bercakap-cakap dengan teman di sekitar ini yang
selama ini belum dikenal! Mau bercakap-cakap dengan berapa orang? Mari kita buat
jadwalnya!”
“Minggu depan saya kemari lagi. Kita akan berbincang-bincang tentang pengalaman
Bpk/Ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan
topik tertentu. Waktunya seperti sekarang ini. Tempatnya di sini saja ya!”
Latihan 6: Pendidikan Kesehatan Keluarga
Orientasi:
“Selamat pagi Bpk/Ibu! Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Bagaimana keadaan anak
Bpk/Ibu sekarang?”
“Hari ini kita berdiskusi tentang masalah tidak mau bergaul dengan orang lain yang
dialami oleh anak Bpk/Ibu dan cara mengatasinya. Kita diskusi di sini saja ya? Berapa
lama Bpk/Ibu punya waktu? Bagaimana kalau satu jam?”
Kerja:
“Masalah yang dialami oleh anak Bpk/Ibu disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu
gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.”
“Apabila masalah ini tidak diatasi maka pasien bisa mengalami halusinasi, yaitu
mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan pasien yang demikian keluarga harus sabar. Pertama
keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan pasien yang caranya adalah
bersikap peduli dengan pasien dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu
memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan
bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi
pasien.”
”Seperti ini cara memberikan pujian : Bagus ... Bagus. Kamu sudah mampu bergaul
dengan teman-teman di sekitar rumah ini!”
Coba Bpk/Ibu peragakan ! Selanjutnya jangan biarkan pasien sendiri. Buat rencana atau
jadwal bercakap-cakap dengan pasien. Misalnya sholat bersama, makan bersama,
rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.”
“Bpk/Ibu juga harus menjaga supaya pasien terus minum obat sesuai program. Jangan
menghentikan obat tanpa konsultasi dengan petugas kesehatan (perawat atau dokter
puskesmas).”
“Apabila pasien tidak membaik dan sama sekali tidak bisa mengurus dirinya sendiri,
Bpk/Ibu bisa membawanya ke RSJ untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Sampai di
sini ada yang mau ditanyakan?”
Terminasi:
“Baiklah karena waktunya habis. Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-
cakap?”
“Coba Bpk/Ibu ulangi lagi cara menangani pasien yang tidak mau bergaul!”
“Selanjutnya silakan Bpk/Ibu coba cara yang tadi kita bahas !”
“Minggu depan kita akan diskusi tentang pengalaman Bpk/Ibu mempraktekkan latihan kita
hari ini dan hal-hal lain yang perlu dilakukan. Saya akan datang jam 10.00 WIB ke mari.
Latihan 7: Pendokumentasian
Nama Pasien:………………………………….
Nama Puskesmas: …………………………….
No RM:…………………………………
Tanggal: ……………………………………
Data:
Dx keperawatan:
Tindakan Keperawatan:
Evaluasi:
S:
O:
A:
P:
Tanda Tangan
Nama Perawat
Nama Pasien:Tn B
Nama Puskesmas: Puskesmas Kuta Baro
No RM:
Tanggal: 4 Agustus 2005
Data : Laki-laki, 27 tahun, belum kawin, sakit sejak 2 tahun terakhir. Sudah pernah
dirawat di RSJ setahun lalu. Setahun terakhir berobat jalan tetapi tidak rutin.
Kondisi saat ini: menyendiri di kamar, tak mau berinteraksi dengan orang lain.
Pasien mengatakan malas berhubungan dengan orang lain karena merasa malu.
Tindakan Keperawatan:
Berkenalan dengan pasien
Membuat kontrak asuhan dengan pasien dan keluarga
Mendiskusikan penyebab isolasi sosial
Mendiskusikan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan
Evaluasi:
S: Pasien mengatakan senang ada kunjungan perawat. Penyebab isolasi social karena malu.
Keuntungan banyak teman bias saling tolong menolong.
O: Tampak malu. Kontak mata kurang. Bicara tersendat dan pelan
A: Pasien bias percaya dengan perawat. Mampu mengidentifikasi penyebab isolasi social
dan keuntungan berhubungan.
P: Anjurkan pasien untuk lebih aktif berinteraksi. Lanjutkan interaksi untuk latihan
berinteraksi dengan orang lain
Tanda Tangan
Nama Perawat
MODUL-06
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEWASA DENGAN HALUSINASI
Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dewasa dengan masalah keperawatan perubahan sensori persepsi: halusinasi.
Saudara dapat mempelajari isi modul ini, mengerjakan latihan-latihan sesuai panduan
sehingga Saudara mampu menangani pasien halusinasi yang ada di daerah binaan
Saudara. Selamat mempelajari modul ini!
A. Kompetensi Utama
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan
keperawatan pasien dewasa dengan halusinasi.
B. Unit Kompetensi
7. Melakukan pengkajian pada pasien halusinasi
8. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien halusinasi
9. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien halusinasi
10. Melaksanakan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan halusinasi
11. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien halusinasi
12. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan halusinasi
C. Teori Praktikum
Berikut ini jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif dapat
Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif dapat
Saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat
mengetahui isi halusinasi pasien.
Pemberian Psikofarmakoterapi
Jika pasien mendapatkan obat maka pengetahuan tentang cara pemberian obat, efek terapi,
efek samping, cara pemberian obat yang benar, dan tindakan keperawatan kepada pasien
perlu dimiliki oleh perawat.
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/skizofrenia biasanya diatasi dengan
menggunakan obat-obatan anti psikotik antara lain:
- Golongan butirofenon: Haloperidol, Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi akut
biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg, im. Pemberian injeksi biasanya
cukup 3 x 24 jam. Setelahnya pasien biasanya diberikan obat per oral 3x 1,5 mg atau
3 x 5 mg.
- Golongan fenotiazine: Chlorpromazine/Largactile/Promactile. Biasanya diberikan
per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3 x 100 mg. Apabila kondisi sudah stabil
dosis dapat dikurangi 1 x 100mg pada malam hari saja.
Obat-obatan anti psikotik seringkali menimbulkan efek samping mengantuk, tremor, mata
melihat ke atas, kaku-kaku otot, otot bahu tertarik sebelah, hipersalivasi, pergerakan otot
tak terkendali. Untuk mengatasi ini biasanya dokter memberikan obat anti parkinsonisme
yaitu Trihexyphenidile 3 x 2 mg.
Yang perlu sangat diperhatikan, apabila terjadi gejala-gejala yang dialami oleh pasien tidak
berkurang maka perlu diteliti apakah obat betul-betul diminum atau tidak. Untuk itu
keluarga juga perlu dijelaskan tentang pentingnya memonitor penggunaan obat oleh
pasien. Jika ada gejala-gejala yang tidak biasa minta kepada keluarga untuk menghubungi
Puskesmas terdekat.
D. Prosedur Praktikum
1. Baca dan pahami isi modul.
2. Lakukan latihan sesuai yang tercantum di dalam modul secara berurutan.
3. Ulang beberapa kali latihan tersebut sampai menemukan alur yang runtut dari
tahapan komunikasi terapeutik setiap tindakan.
4. Lakukan latihan secara berpasangan dengan teman atau latih kemampuan
komunikasi di depan cermin.
E. Penugasan
“Assalammualaikum Bpk/Ibu! Saya perawat yang akan merawat Bpk/Ibu. Nama Saya …..,
senang dipanggil …... seminggu sekali saya akan ke mari. Nama Bpk/Ibu siapa? Senang
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”. “Apa keluhan Bpk/Ibu saat ini ?”
“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara-suara yang selama ini
mengganggu Bpk/Ibu. Mau duduk dimana ?, Bagaimana kalau diruang tamu ? Mari
Bpk/Ibu. ”
“Apakah Bpk/Ibu mendengar atau melihat sesuatu? Apakah pengalaman ini terus menerus
terjadi atau sewaktu-waktu saja? Kapan Bpk/Ibu mengalami hal itu? Berapa kali sehari
Bpk/Ibu mengalami hal itu?” Pada keadaan apa terdengar suara itu ? Apakah pada waktu
sendiri ?”
“ Bagus, Bpk/Ibu mau menceritakan semua ini.”
Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu! Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Apakah Bpk/Ibu
masih mendengar suara-suara seperti yang lalu kita diskusikan? Sesuai janji Saya
sebelumnya, hari ini kita akan belajar salah satu cara untuk mengendalikan suara-suara
yang muncul yaitu dengan menghardik. Kita akan berlatih selama setengah jam di sini.
Setuju Bpk/Ibu?”
Kerja:
“Begini Bpk/Ibu. Untuk mengendalikan diri, walaupun suara-suara tetap muncul, Bpk/Ibu
bisa lakukan dengan cara menghardik suara-suara tersebut. Caranya sebagai berikut:
saat suara-suara itu muncul, langsung Bpk/Ibu bilang, pergi saya tidak mau dengar, …
Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba Bpk/Ibu peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus
Bpk/Ibu sudah bisa.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah peragaan latihan tadi? Kalau muncul suara-suara
itu silakan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya ? Masukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien. Kita ketemu lagi
minggu depan, Saya akan ke sini untuk latihan cara kedua untuk mencegah suara-suara.
Selamat pagi Bpk/Ibu!”
Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu. Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ? Bagus ! Sesuai janji
hari ini kita akan latihan cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Kita akan latihan selama 30 menit di sini. Siap Bpk/Ibu?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau Bpk/Ibu mulai mendengar suara-suara, langsung
saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan Ibu. Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau
ada orang dirumah misalnya anak Bpk/Ibu katakan: Nak, ayo ngobrol dengan Bpk/Ibu.
Bpk/Ibu sedang dengar suara-suara. Begitu Bpk/Ibu. Coba Ibu lakukan seperti saya tadi
lakukan. Ya, begitu. Bagus!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
Bpk/Ibu pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau
Bpk/Ibu mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan Bpk/Ibu. Minggu depan Saya akan ke mari untuk latihan cara yang ketiga yaitu
menjadwal kegiatan kita. Selamat pagi Bpk/Ibu!”
Orientasi: “Selamat pagi Bpk/Ibu. Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ?
Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga
untuk mencegah halusinasi yaitu membuat jadwal kegiatan Bpk/Ibu dari bangun pagi
sampai tidur malam. Ini blangko yang bisa Bpk/Ibu pakai. Kita akan mengerjakannya
selama 1 jam. Di sini ya Bpk/Ibu.
Kerja: “Apa saja yang biasa Bpk/Ibu lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali
Bpk/Ibu bisa lakukan. Kegiatan ini dapat Bpk/Ibu lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada
kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian Bpk/Ibu. Coba lakukan sesuai jadwal ya! Minggu depan saya akan datang lagi
untuk membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00 pagi? Sampai jumpa. Wassalammualaikum.
Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu. Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari
ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang Bpk/Ibu minum. Kita akan diskusi
selama 30 menit. Di sini saja ya Bpk/Ibu?”
Kerja:
“Bpk/Ibu adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Bpk/Ibu dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang Bpk/Ibu minum ?
(Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 07.00,
13.00 dan 19.30 gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu
(HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab
kalau putus obat, Bpk/Ibu akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan
semula. Kalau obat habis Bpk/Ibu bisa kontrol ke Puskesmas untuk mendapatkan obat
lagi. Untuk itu 2 hari sebelum obat habis diharapkan Bpk/Ibu sudah kontrol. Bpk/Ibu juga
harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, pastikan bahwa
itu obat yang benar-benar punya Bpk/Ibu. Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang
benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepatjamnya. Bpk/Ibu juga harus perhatikan
berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban
benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan Bpk/Ibu. Jangan
lupa pada waktunya minta obat pada keluarga. Minggu depan kita ketemu lagi untuk
melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa. Wassalammualaikum.
Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu!”“Saya ….., perawat yang merawat anak Bpk/Ibu.”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Apa pendapat Bpk/Ibu tentang anak
Bpk/Ibu?”“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bpk/Ibu alami
dan bantuan apa yang Bpk/Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Berapa lama?”
Kerja:
“Selama ini apa yang dilakukan oleh anak Bpk/Ibu?”
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bpk/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar
atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.”Tanda-tandanya bicara dan
tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab.
“Jadi kalau anak Bpk/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak
ada.” “Kalau anak Bpk/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya
bayangan itu tidak ada.”
“Kalau dalam kondisi seperti itu, Bpk/Ibu jangan menyetujui atau menyanggah apa yang
diceritakan oleh anak Bpk/Ibu!” “Dengarkan saja! Katakan bahwa Bpk/Ibu tidak
mendengar suara atau melihat bayangan itu!”
“Ya, bagus seperti itu!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita berdiskusi?”
“Coba Bpk/Ibu ulangi lagi apa masalah yang dihadapi oleh anak Bpk/Ibu!”
“Bpk/Ibu, kalau anaknya mendengar suara-suara atau melihat bayangan-banyangan,
cobalah untuk menerapkan cara tidak menyokong atau menyanggah halusinasinya!”
“Minggu depan Saya akan kemari lagi untuk berdiskusi tentang cara merawat anak
Bpk/Ibu yang mengalami halusinasi.” Selamat pagi Bpk/Ibu.
Orientasi:
“Assalammualaikum Bpk/Ibu!”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”Apakah anaknya masih terlihat bicara sendiri?
“Sesuai janji kita minggu yang lalu, hari ini kita akan berdiskusi bagaimana cara
menangani anak Bpk/Ibu yang mengalami halusinasi. Mau berapa lama? Di mana
enaknya kita berdiskusi?” Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja:
“Kalau anak Bpk/Ibu mengalami halusinasi apa yang dilakukan? Bagaimana pengaruh
terhadap perilaku anak Bpk/Ibu? Apakah halusinasinya berkurang?”
“Ada beberapa cara untuk membantu anak Bpk/Ibu bisa mengatasi halusinasi. Cara-cara
tersebut meliputi:
Jangan membantah pernyataan anak Bpk/Ibu atau menyokongnya. Katakan saja Bpk/Ibu
percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi
Bpk/Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya.
Saya sudah melatih anak Bpk/Ibu untuk menerapkan 4 cara untuk mengatasi halusinasi
yaitu menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain dan melakukan kegiatan yang
terjadwaldan makan obat secara teratur (jelaskan). Tolong Bpk/Ibu bisa memantau
pelaksanaan ketiga cara tersebut. Berikan pujian dan dorongan untuk melaksanakannya!
Jangan biarkan anak Bpk/Ibu melamun, karena kalau melamun halusinasi akan muncul
lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersamabersama Bantu anak Bpk/Ibu minum obat secara
teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi.Bila ada tanda-tanda halusinasi
mulai muncul, ajaklah anak Bpk/Ibu bercakap-cakap dan suruh dia menghardik suara
tersebut!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Bpk/Ibu sebutkan lagi empat cara membantu anak Bpk/Ibu mengatasi
halusinasinya!”
“Dalam seminggu ini cobalah pantau anak Bpk/Ibu menerapkan cara-cara tadi!”
“Minggu depan Saya akan kemari untuk melatih Bpk/Ibu berkomunikasi dengan anak
Bpk/Ibu. Saya akan datang sekitar jam 10.00 pagi.
Latihan 12: Pendidikan Kesehatan Keluarga Pasien Halusinasi
Orientasi:
“Assalammualaikum”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu pagi ini?” Apakah anak Bpk/Ibu sudah menerapkan 3
cara mengontrol halusinasi? Bagaimana minum obatnya? Apakah halusinasinya masih
sering muncul?
“Pagi ini kita berdiskusi tentang fasilitas kesehatan yang bisa Bpk/Ibu gunakan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi oleh anak Bpk/Ibu. Mau di mana kita diskusi? Berapa
lama? Bagaimana kalau setengah jam di ruang tamu ini?”
Kerja:
“Selama ini ke mana Bpk/Ibu biasanya membawa anak Bpk/Ibu berobat? Ada beberapa
fasilitas kesehatan yang bisa Bpk/Ibu gunakan. Kalau berobat jalan Bpk/ibu bisa
membawa ke Puskesmas terdekat yang ada dekat sini. Jika perilaku anak Bpk/Ibu tidak
terkendali, misalnya mengamuk, menolak minum obat, maka segera telepon saya agar
dibawa ke rumah sakit jiwa (jika tidak ada ke rumah sakit umum) agar mendapat
penanganan yang terbaik. Bagaimana Bpk/Ibu? Ada yang mau ditanyakan? Bagus!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah mendapat penjelasan dari saya tadi?”
“Coba Bpk/Ibu sebutkan lagi fasilitas kesehatan yang bisa Bpk/Ibu pergunakan untuk
mengatasi jika ada masalah pada anak Bpk/Ibu!” Tetap jangan lupa membantu anak
BPk/Ibu melakukan kegiatan sesuai jadwal.
“Saya akan kembali minggu depan untuk mendiskusikan masalah lain yang dihadapi oleh
anak Bpk/Ibu
Format-format dokumentasi:
1. Pedoman format pengkajian gangguan persepsi sensori: halusinasi
Persepsi :
Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Jelaskan:
Isi halusinasi : …………………………………………………………….
Waktu terjadinya: ………………………………………………………….
Frekuensi halusinasi: ………………………………………………………
Respons pasien: …………………………………………………………….
Nama Pasien:………………………………….
Nama Puskesmas: …………………………….
No RM:…………………………………
Tanggal: ……………………………………
Data:
Dx keperawatan:
Tindakan Keperawatan:
Evaluasi:
S:
O:
A:
P:
Tanda Tangan
Nama Perawat
CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT
Nama Pasien: Tn M
Nama Puskesmas: Puskesmas Kuta Baro
No RM:
Tanggal: 4 Agustus 2005
Data:
Pasien umur 20 th, sering tertawa dan bicara sendiri. Pasien mengatakan sering
mendengar suara-suara lucu yang terdengar tiap maghrib, 1x per hari. Pasien
merasa geli sendiri jika suara itu muncul.
Tindakan Keperawatan:
Berkenalan dengan pasien
Membuat kesepatakan kontrak asuhan dengan pasien
Mendiskusikan isi, waktu, frekuensi, dan perasaan pasien saat halusinasi
muncul
Evaluasi:
S: Pasien mengatakan senang dikunjungi oleh perawat. Suara-suara timbul saat
maghrib, 1x/hari, pasien menjadi geli
O: Pasien tampak malu. Kontak mata kurang. Bicara lirih. Koheren.
A: Pasien sudah mengenali halusinasi
P: Anjurkan pasien untuk bicara dengan keluarga jika halusinasinya muncul
Ajarkan pasien untuk mengontrol halusinasi pada kunjungan berikutnya
Tanda Tangan
Nama Perawat
MODUL-07
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA DENGAN WAHAM
Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi pada paska bencana, baik itu kehilangan
harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini merupakan stresor
yag menyebabkan stres pada mereka yang mengalaminya. Bila stress ini berkepanjangan
dapat memicu masalah gangguan jiwa dan salah satu tandanya adalah waham.
A. Kompetensi Utama
Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dewasa dengan waham.
B. Unit Kompetensi
Mengkaji data yang terkait masalah waham
Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan waham
Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan waham
Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan waham
Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah waham
Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan waham
C. Teori Praktikum
Pengkajian
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Tanda dan Gejala waham adalah :
Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap perilaku
berikut ini:
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya
punya tambang emas”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari”
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai panduan
untuk mengkaji pasien dengan waham:
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya
atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal,
menolak, atau menerima keyakinan pasien.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan:
Gangguan proses pikir: waham
Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a.Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
3) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
b.Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah:
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
3) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
4) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
5) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
6) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
7) Diskusikan dengan pasien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang
lalu dan saat ini
8) Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
9) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
10) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
11) Berbicara dalam konteks realitas
12) Bila pasien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya berikan pujian yang
sesuai
13) Jelaskan pada pasien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat, jenis,
dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
14) Diskusikan akibat yang terjadi bila pasien berhenti minum obat tanpa konsultasi
2. Tindakan keperawatan yang ditujukan untuk keluarga
a) Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhikebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal
b) Tindakan :
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
2) Diskusikan dengan keluarga tentang :
Cara merawat pasien waham dirumah
Follow up dan keteraturan pengobatan
Lingkungan yang tepat untuk pasien.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
4) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi
segera.
Evaluasi
a) Pasien mampu:
Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
Berkomunikasi sesuai kenyataan
Menggunakan obat dengan benar dan patuh
b) Keluarga mampu:
Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan
Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan pasien
c) Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh
Dokumentasi
1. Berikut adalah pedoman pengkajian dari diagnosa keperawatan waham.
2. Format pengkajian
D. Prosedur Praktikum
1. Baca dan pahami isi modul.
2. Lakukan latihan sesuai yang tercantum di dalam modul secara berurutan.
3. Ulang beberapa kali latihan tersebut sampai menemukan alur yang runtut dari
tahapan komunikasi terapeutik setiap tindakan.
4. Lakukan latihan secara berpasangan dengan teman atau latih kemampuan
komunikasi di depan cermin.
E. Penugasan
ORIENTASI:
“Assalamualaikum dik, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat dari puskesmas Darul
Imarah, saya yang akan merawat adik hari ini. Nama adik siapa, senangnya dipanggil
apa?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau saya datang kembali ke rumah B dua hari yang akan datang?”
“Jam berapa sebaiknya saya datang kembali?”
“Dimana enaknya kita bercakap-cakap nanti?”
“Bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang hobinya B?”
“Nah selama dua hari tidak bertemu ini coba B ingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran
B”. “Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi B ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, B setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?”(jika pasien
telah dapat obat).
ORIENTASI
“Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang
lagi”
“Apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran B?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi B tersebut?”
“Berapa lama B mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
KERJA
“Apa saja hobby B?”
“Wah.., rupanya B pandai menari seudati ya, tidak semua orang bisa menari seperti itu
lho B”
“Bisa B ceritakan kepada saya kapan pertama kali B belajar menari seudati, siapa yang
dulu mengajarkannya kepada B, dimana?”
“Bisa B peragakan kepada saya bagaimana menari seudati itu?”
“Wah..bagus sekali tarian seudati B”
“Bagaimana kalau sekarang B teruskan kemampuan menari seudati tersebut…….”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan B ini ya, berapa kali sehari/seminggu B mau
menari seudati?”
“Apa yang B harapkan dari kemampuan menari seudati ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan B selain menari seudati?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan B?”
“Setelah ini coba B lakukan latihan menari seudati sesuai dengan jadual yang telah kita
buat ya?”
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, sesuai dengan janji saya dua
hari yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana pak, bu apakah sekarang B sudah minum obat
secara teratur?. Bagaimana dengan kegiatan yang lain? Sudah dikerjakan?”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana
kalau sekarang kita membicarakan tentang bagaimana
cara merawat B di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara?”
KERJA
“Pak, bu, dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-ngaku
sebagai seorang nabi, bapak dan ibutidak perlu kuatir. Yang harus bapak dan ibu
perhatikan adalah setiap kali anak bapak dan ibu berkata seperti itu bapak dan ibu dapat
menanggapinya dengan:
‘Bapak/Ibu mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu
untuk mempercayainya karena setahu bapak/ibu semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa
kita lanjutkan pembicaraan kita tentang kemampuan- kemampuan yang pernah B miliki?’
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B,
misalnya: “Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki
oleh anak) “Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan
pujian)
“Lalu bapak dan ibu juga harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang
baik ya”.
“Hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi
tenang, tidurnya juga tenang”
“Obat ini harus diminum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena akan dapat menyebabkan B kambuh kembali
(Libatkan keluarga saat memberikan penjelsan tentang obat kepada klien)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B
di rumah?”“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi dan
tolong bantu B untuk minum obat sesuai yang saya ajarkan tadi”
Latihan 4: Pendokumentasian
1. Dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien waham menggunakan
format yang tersedia
Proses pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial
[ ] Flight of ideas [ ] Blocking
[ ] Kehilangan assosiasi [ ] Pengulangan bicara
Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia
[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait
[ ] Hipokondria [ ] Pikiran magis
Waham
[ ] Agama [ ] Somatic [ ] Kebesaran [ ] Curiga
2. Dokumentasi disesuaikan dengan kartu rekam medik pasien di puskesmas (lihat modul
pencatatan dan pelaporan)
MODUL-08
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA DENGAN
PERILAKU KEKERASAN
Salah satu kondisi yang bisa digambarkan misalnya paska bencana menimbulkan berbagai
macam masalah kehilangan, baik itu kehilangan harta benda maupun keluarga atau orang
yang bermakna. Salah satu respons dari kehilangan ini adalah kemarahan yang bila tidak
diintervensi dengan tepat dapat berlanjut menjadi perilaku kekerasan.
A. Kompetensi Utama
Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dewasa dengan perilaku kekerasan.
B. Unit Kompetensi
7. Mengkaji data perilaku kekerasan
8. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
9. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
10. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
11. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah perilaku
kekerasan
12. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan perilaku kekerasan
C. Teori Praktikum
Pengkajian
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data ini dapat ditetapkan diagnosa keperawatan:
Perilaku kekerasan
Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelakan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik napas dalam
b) Obat
c) Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a. Latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal
b. Susun jadual latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal
8) Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal:menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
c. Susun jadual latihan mengungkapkan marah secara verbal
9) Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa
10) Latihan mengontrol perilaku kekerasan denan patuh minum obat.
a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minum obat.
b. Susun jadual minum obat secara teratur
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
b. Tindakan
1) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
2) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a). Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
b). Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapt melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c). Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain
Evaluasi
1. Pada Pasien:
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukan
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara
teratur sesuai jadual:
1) secara fisik
2) secara sosial/verbal
3) secara spiritual
4) dengan terapi psikofarmaka
2. Pada Keluarga:
a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan
b. Keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan
a. menghargai pasien
c. Keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol
perilaku kekerasan
d. Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan
pada perawat
Dokumentasi
Berikut adalah contoh format pengkajian dari diagnosa keperawatan perilaku kekerasan.
D. Prosedur Praktikum
1. Baca dan pahami isi modul.
2. Lakukan latihan sesuai yang tercantum di dalam modul secara berurutan.
3. Ulang beberapa kali latihan tersebut sampai menemukan alur yang runtut dari
tahapan komunikasi terapeutik setiap tindakan.
4. Lakukan latihan secara berpasangan dengan teman atau latih kemampuan
komunikasi di depan cermin.
E. Penugasan
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus,
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab marah
bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang kerumah dan istri belum
menyediakan makanan, apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa
kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah.
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........
(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa
yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas””Baik, saya akan datang 2 hari
lagi, kita bahas cara marah yang baik agar tidak terjadi lagi hal yang tidak diinginkan.
Mau jam berapa ketemunya? Baik, jam 9 lagi ya. Sampai jumpa lagi dua hari mendatang.
Latihan 2: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang
lagi”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan
fisik”
“Dimana kita bicara? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,
mata melotot, bapak dapat melakukan: tarik napas dalam dan pukul kasur dan bantal”.
“Mari kita coba latihan tarik napas dalam: Berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan/tipu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus, tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sedah bisa melakukannya”.
“Mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak
kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus
sekali bapak melakukannya”.
“Sekarang kita buat jadualnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul
kasur dan bantal serta tarik napas dalam ini?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi”
“Mari kita masukkam kedua cara tadi kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Tarik
napas dalam mau jam berapa? Pukul kasur bantal mau jam berapa?. Baik, jadi tarik
napas dalam jam ........... dan jam ........... Pukul kasur bantal jam .............. dan jam ...........
Lalu kalau ada keinginan marah, gunakan kedua cara tadi ya pak”.
“Dua hari lagi saya akan kembalidan kita latih cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang
lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
KERJA
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak:
Pertama meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, tolong ambilkan saya air minum itu’. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak”.
Kedua menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’.
Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
Ketiga mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik?, bisa
kita buat jadualnya?. Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya
meminta obat, uang, dll”.
“Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi bapak ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, pak setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju?”
KERJA
“Coba bapak ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan. Bagus”
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadula kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak
sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Dua hari lagi saya akan datanglagi, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan obat yang sudah bapak dapat dari puskesmas. Mau jam berapa pak?
Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”
“Dua hari lagi saya akan mengunjungi bapak lagi ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, pak setuju?”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaanobat yang benar untuk mengontrol rasa
marah bapak, setuju pak?”
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang
lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta sholat dn baca doanya?, apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek list kegiatannya”. “Bagaimana kalau sekarang
kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa
marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?” “Berapa
lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
“Sekarang saya akan jelaskan tentang pentingnya minum obat“.
KERJA
“Bapak sudah dapat obat dari dokter puskesmas?”
“Pak, bapak perlu minum obat ini secara teratur agar pikirannya jadi tenang, tidurnya
juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ, yang putih ini
namanya THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP semuanya ini harus bapak
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah
minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa
mengisap-isap es batu”.“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat
dan jangan beraktivitas dulu”.“Sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak
obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar?”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara minum obat yang benar”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.
“Baik, seminggu lagisaya kembali untuk melihat sejauhmana bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
KERJA
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar
akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
“Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia direndahkan”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu
artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya
dengan membanting-banting perabot rumah tangga”
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan
lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak seperti gelas, pisau.
Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak.”
“Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas setelah sebelumnya
diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta bantuan orang lain saat
mengikat bapak ya bu, lakukan dengan tidak menyakiti bapak dan dijelaskan alasan
mengikat yaitu agar bapak tidak mencedari diri sendiri, orang lain dan lingkungan”
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan
cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat
teratur”.
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya bu”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”
Latihan 7: Pendokumentasian
Dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien waham dengan
menggunakan format yang tersedia
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
1. Aniaya fisik [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
2. Aniaya seksual [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
3. Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
4. Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
5. Tindakan kriminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien
6. Aktivitas motorik
[ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
Modul ini akan membahas cara-cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri (tidak
peduli terhadap perawatan diri) agar pasien dan keluarga mempunyai kemampuan merawat
pasien di rumah.
A. Kompetensi Utama
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan
keperawatan pasien dewasa dengan kurang perawatan diri.
B. Unit Kompetensi
Mampu melakukan pengkajian pada pasien kurang perawatan diri.
Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pasien kurang perawatan diri.
Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri.
Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk keluarga pasien kurang perawatan diri.
Mampu melakukan evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat kurang
perawatan diri.
Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.
C. Teori Praktikum
Pengkajian
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar
(BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri.
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka
tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:
Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, kuku panjang dan kotor.
Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur,
pada pasien wanita tidak berdandan.
Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan :
Kurang Perawatan Diri : - Kebersihan diri
- Berdandan
- Makan
- BAB/BAK
Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan untuk
keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan perawatan
diri.
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat
melakukan tanapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-
laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
Berpakaian
Menyisir rambut
Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
Berpakaian
Menyisir rambut
Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai
berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan
berikut:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang
perawatan diri.
b. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri
yang baik maka Saudara harus melakukan tindakan kepada keluarga agar
keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan
pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Serangkaian intervensi ini dapat
Saudara lakukan:
Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadual yang
telah disepakati).
Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien
dalam merawat diri.
Evaluasi
Di bawah ini tanda-tanda bahwa asuhan keperawatan yang saudara berikan kepada
pasien kurang perawatan diri berhasil :
Pasien dapat menyebutkan :
a) Penyebab tidak merawat diri
b) Manfaat menjaga perawatan diri
c) Tanda-tanda bersih dan rapi
d) Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.
Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:
a) Kebersihan diri
b) Berdandan
c) Makan
d) Bab/BAK
Keluarga memberikan dukungan dalam melakukan perawatan diri
Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri.
Keluarga ikut serta mendampingi pasien dalam perawatan diri.
Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Panduan pengkajian pada pasien yang mengalami masalah kurang perawatan diri.
VI. Status Mental
1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan …………………………………………………………………………..
Masalah Keperawatan:…………………………………………………………….
VII. Kebutuhan Sehari-hari
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
3. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan …..………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:…………………………………………………………….
D. Prosedur Praktikum
1. Baca dan pahami isi modul.
2. Lakukan latihan sesuai yang tercantum di dalam modul secara berurutan.
3. Ulang beberapa kali latihan tersebut sampai menemukan alur yang runtut dari
tahapan komunikasi terapeutik setiap tindakan.
4. Lakukan latihan secara berpasangan dengan teman atau latih kemampuan
komunikasi di depan cermin.
E. Penugasan
Orientasi :
“Selamat pagi Tina, bagaimana perasaannya hari ini ? Bagaimana kalau saat ini kita
mendiskusikan tentang kegiatan Tina sehari-hari 15 menit disini, bagaimana Tin?”
Kerja :
o Pengkajian Kebersihan diri
“Berapa kali Tina mandi dalam sehari? Apakah Tina sudah mandi hari ini? Menurut
Tina apa kegunaannya mandi ?Apa alasan Tina sehingga tidak bisa merawat diri ?
Menurut Tina apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-
tanda orang yang merawat diri dengan baik seperti apa? Kalau kita tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Tina yang bisa muncul ?”
Pengkajian Berdandan untuk pasien wanita
“Apa yang Tina lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja Tina
menyisir rambut ? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan
berdandan ?”
Pengkajian Berdandan untuk pasien laki-laki
“Berapa kali Tono cukuran dalam seminggu? Kapan Tono cukuran terakhir? Apa
gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”
Pengkajian Makan.“Berapa kali makan sehari? Apa saja persiapan makan? Di mana
tempat kita makan? Bagaimana cara makan yang baik? Apa yang dilakukan sebelum
makan ? Apa pula yang dilakukan setelah makan?”
Pengkajian kemampuan BAB/BAK
“Di mana biasanya Tina berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan
diri tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi ? Setengah jam
lagi kita akan mendiskusikan tentang cara-cara merawat diri sekaligus Tina
mempraktekkannya. Bagaimana Tina? Setuju?”(Perawat menyiapkan alat kebersihan
diri yang akan digunakan)
Latihan 2. Percakapan saat melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan
diri
Orientasi :
“Selamat pagi Tina? Apakah masih ingat apa tanda-tandanya bersih ? Selama setengah jam
ini kita akan membicarakan bagaimana cara mandi, gosok gigi, keramas, berpakaian dan
gunting kuku yang benar. Selanjutnya ... akan mencoba cara-cara yang telah kita
diskusikan ini. Siap ... ?
Kerja :
“Menurut Tina kalau mandi itu kita harus bagaimana ? sebelum mandi apa yang perlu kita
persiapkan ? Benar sekali..Tina perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi,
shampo dan sabun serta sisir. Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan
membimbing Tina melakukannya. Sekarang Tina siram seluruh tubuh Tina termasuk
rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala Tina sampai berbusa lalu bilas sampai
bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata
lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat
mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Tina. mulai dari depan sampai
belakang.. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh
Tina. sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Tina bagus sekali melakukannya.
Selanjutnya Tina pasang baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Tina setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba Tina sebutkan
lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah Tina. lakukan tadi ?”
”Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan, jam berapa saja? Nah, dikerjakan ya Tina! Dua
hari lagi kita ketemu lagi untuk latihan berdandan. Oke?”
Orientasi
“Selamat pagi Pak Tono?
“Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Bagaimana mandinya?”
“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang
tamu ? lebih kurang setengah jam”.
Kerja
“Apa yang bapak lakukan setelah selesai mandi ?”
“Apakah bapak menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”
“Bagaimana cara bapak memakai baju ? Berapa kali ganti baju dalam sehari ?”
“Apakah bapak suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?”
“Untuk menyisir rambut sebaiknya tiap selesai mandi bapak bersisir. Pakailah sisir” yang
bersih dan tidak tajam. Coba bapak praktekkan… ya, bagus!”
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !”
(catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut)
“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang sehat
2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”.
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..
“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya!
Masukkan ke jadwal ya?”
“Minggu depan kita latihan makan yang baik. Kita akan makan bersama. Saya akan
datang jam 12 siang”.
Latihan 4. Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
Orientasi
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan Tina hari ini ?Bagaimana mandinya?”
“Sesuai janji kita hari ini kita akan latihan berdandan supaya ibu tampak rapi dan cantik.
Di mana alat-alat dandannya?”
Kerja
“Bagaimana cara Ibu berdandan ? Apakah menyisir rambut ? Bagaimana cara ibu
menyisir ? Bagus sekali!”
“Apa kebiasaan ibu dalam berdandan/berpakaian ?”
“Apakah ibu biasa memakai bedak ?”
“Nah sekarang kita praktek ya mulai dengan ganti pakaian. Ya bagus. Sekarang menyisir
rambut.. ya.. Bagus sekali.., lanjutkan dengan merias muka. Ya bagus. Ibu tampak cantik..”
“Saya jelaskan bahwa ganti baju sebaiknya 2x/hari kemudian menyisir rambut setelah
mandi. Berbedak dilakukan setelah mandi.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah belajar berdandan. “
“Untuk berdandan caranya bagaimana ?”
“Hari-hari berikutnya saya berharap Ibu berdandan dengan baik. Mari masukkan dalam
jadwalnya ya!”
“Minggu depan kita bertemu lagi untuk belajar cara makan yang baik.”
Orientasi
“Selamat pagi Tina? Bagaimana perasaannya hari ini ?”
“Apakah berdandan sudah dilakukan tiap hari ?”
“Hari ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan selama satu
jam… langsung di ruang makan ya..!”
Kerja
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan ? Dimana Tina makan ?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan !
“Bagus ! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu.
Silakan Tina yang pimpin !. Bagus..
“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-
pelan. Ya, mari kita makan”..
“Setelah makan kita bereskan piring, gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan
cuci tangan. Ya bagus”!
Terminasi
“Bagaimana perasaan Tina setelah kita makan bersama-sama”.
“Setelah makan apa yang sebaiknya kita lakukan ?”
“Hari-hari berikutnya saya berharap Ibu Asih melakukan cara tadi dengan baik. Dua hari
lagi saya datang lagi untuk melihat hasil kegiatan Tina. Sampai jumpa!”
Kerja
“Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing yang baik
itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran
pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya.....”
“Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono cebok?”
“Sudah bagus ya Tono Yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan
anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang
masih tersisa di tubuh Tono”.
“Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai
tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing
seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada
pada kotoran/ air kencing”
“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali pakaian
sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup
rapi”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Tono .setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang
baik?”
“Setelah kita cebok apa yang sebaiknya kita lakukan ?”
“Untuk selanjutnya saya berharap Tono melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi
”.
Orientasi:
“Selamat pagi Pak Joko.!”
“Saya Dewi, perawat yang merawat anak Bapak, Andi”
“Bagaimana perasaan Pak Joko hari ini? Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak,
Andi?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami Andi dan bantuan apa
yang Bapak bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Berapa lama?”
Kerja:
“Selama ini apa yang dilakukan oleh Andi dalam merawat diri?”
“Perilaku yang ditunjukkan oleh Andi itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat
pasien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri.
Kalau Andi kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak lakukan?
Pak Joko perlu juga memperhatikan alat-alat kebersihan diri yang dibutuhkan oleh Andi
seperti handuk, baju ganti, sikat gigi, shampoo ataupun alat kebersihan lainnya. Bapak
juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah Andi
sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya.”
”Andi sudah punya jadwal untuk mandi dan bercukur. Tolong Bapak ingatkan dan beri
pujian kalau Andi lakukan dengan benar!”
Terminasi:
Bagaimana perasaan Pak Joko setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Pak Joko sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu anak
Bapak, Andi dalam merawat diri”
“dalam seminggu ini cobalah bapak mendampingi dan membantu Andi saat membersihkan
diri.”
“Minggu depan saya akan datang sekitar jam 10.00 pagi, untuk mendiskusikan hasil yang
sudah dicapai Andi.”
Contoh pendokumentasian lengkap asuhan keperawatan pasien yang mengalami masalah
kurang perawatan diri di puskesmas.
CATATAN KEPERAWATAN
1. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri (mandi, sikat gigi dan berdandan).
2. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri (alat-alat untuk mandi, sikat gigi
dan berdandan).
3. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri mulai dari keramas, sikat gigi,
mandi dan berdandan.
4. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
Evaluasi :
S : Pasien mengatakan kalau mandi badan jadi segar.
Pasien mengatakan kalau mandi perlu sabun, odol, sikat gigi dan shampo.
Pasien mengatakan bahwa ia merasa segar setelah mandi, badan jadi wangi.
O : Pasien tampak segar.
Pasien mandi dengan bimbingan perawat.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Menganjurkan pasien untuk mencoba berdandan, keramas, sikat gigi dan mandi
secara teratur.
Melanjutkan tindakan untuk melatih pasien makan dengan benar dan BAB/BAK
di tempat yang benar.
Barker, P. (2003). Psychiatric and mental health nursing: The craft of caring. London:
Oxford University Press Inc.
Capernito, L.J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC
Fontaine, K.L. (2009). Mental health nursing. New Jersey: Pearson Education Inc.
Keliat, B.A. (2003). Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa. Jakarta:
EGC.
Mohr, W.K. (2006). Psychiatric mental health nursing (6th.ed), Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.
NANDA. (2012). Nursing diagnoses: Definitions & clacification 2011-2012. Philadelphia
USA: NANDA International.
Oxford, J. (1992). Community psychology: Theory & practice. New York: John
Willey&Sons Inc.
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing (7th.
ed). St. Louis: Mosby.
Townsend, C.M. (2005). Essentials of psychiatric mental health nursing (3th.ed).
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Varcarolis. E.M. (2000). Psychiatric nursing clinical guide: assessment tools and
diagnosis. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. alih bahasa, Renata Komalasari,
Alfrina Hany; editor bahasa Indonesia, Pamilih Eko Karyuni. Jakarta: EGC.