Anda di halaman 1dari 52

MANUAL CSL

SISTEM GASTROENTERO-HEPATOLOGI

Disusun oleh :
Tim Sistem GEH

Manual CSL ini untuk dipergunakan oleh


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta 2023

1
TIM SISTEM GEH

Koordinator Sistem: dr Ihsanil Husna, Sp.PD


Sekretaris Sistem : dr Adinta Anandani, SpMK

2
KATA PENGANTAR

Buku Manual CSL ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa Program Studi Kedokteran

dalam cara berpikir ilmiah, sistematis, dan juga dalam keterampilan medis.

Di dalamnya terdapat manual CSL meliputi keterampilan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemasangan selang nasogastrik, rectal touch (colok dubur), dan teknik pengambilan dan

pengiriman usap dubur.

Pada buku manual CSL untuk tahun ajaran 2023/2024 mengikuti buku manual CSL tahun

ajaran 2018/2019 terdapat sedikit perubahan dengan berdasar pada textbook dan sumber lain.

Semoga dengan adanya perubahan ini dapat membantu proses belajar dan mengajar sistem GEH.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tim Sistem GEH UMJ

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………..………………………………… 3
Daftar 4
Isi……………………………………………………………………….
Tata tertib CSL…………………………………………………… 5
Manual CSL
 Keterampilan anamnesis ........................................................ 8
 Pemeriksaan fisik ................................................................... 15
 Pemasangan Selang Nasogastrik ......................................... 37
 Rectal Touch (colok dubur) ...... ............................................. 40
 Teknik Pengambilan dan Pengiriman Usap Dubur ................. 43

4
TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN SKILL LAB
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Mahasiswa yang melakukan praktek di Laboratorium Fakultas Kedokteran UMJ harus


mematuhi tata-tertib laboratorium, seperti di bawah ini:

A. Sebelum pelatihan/praktikum, mahasiswa diharuskan,


A. Membaca Penuntun Belajar Keterampilan Klinik Sistim atau Penuntun praktikum yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan,
B. Menyediakan alat atau barang sesuai dengan petunjuk pada buku Penuntun yang
bersangkutan

A. Pada saat pelatihan, setiap mahasiswa:


1. Datang tepat waktu.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum/CSL
3. Diharuskan membuktikan jati dirinya selama latihan berlangsung (tidak boleh memakai
cadar=tutup muka).
4. Diharuskan berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan
layaknya seorang dokter. Selama kegiatan pembelajaran, semua semua mahasiswa tidak
diperkenankan memakai celana jins, baju kaos (T shirt), dan sandal. Mahasiswa pria yang
berambut panjang sampai menyentuh kerah baju, tidak diperkenankan mengikuti semua
kegiatan pembelajaran di Fak. Kedokteran UMJ.
5. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
6. Diharuskan mengenakan jas laboratorium yang bersih pada setiap kegiatan di
Laboratorium Fak. Kedokteran UMJ Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus
dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium.
7. Diharuskan memakai papan nama dengan tulisan besar dan jelas yang disertai dengan
No. Pokok Mahasiswa. Nama bisa dengan nama pendek atau nama panggilan.
8. Tidak diperkenankan meletakkan di atas meja kerja, tas, buku dan lain-lain barang yang
tidak dibutuhkan dalam kegiatan latihan yang dilakukan,

5
9. Diharuskan menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan laboratorium, utamanya meja
kerja. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah yang telah disediakan. Sampah yang telah tercemar
(sampah medis), misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat
sampah medis yang mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi,
10. Diharuskan berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan/praktikum, termasuk
mengikuti kuis,
11. Diharuskan memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia
12. Diharuskan bekerja dengan hati-hati, karena semua kerusakan yang terjadi karena ulah
mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan. Misalnya model
yang rusak harus diganti melalui Fak. Kedokteran UMJ, yang dibiayai oleh mahasiswa
yang merusak. Dana pengganti sama dengan harga pembelian barang pengganti.
13. Tidak diperkenankan merokok di dalam ruangan belajar di lingkungan Fak. Kedokteran
UMJ.

6
PENUNTUN PEMBELAJARAN

KETERAMPILAN KLINIK
SISTEM GEH

Diberikan pada Mahasiswa Semester V


Fakultas Kedokteran UMJ

7
MANUAL CSL

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK


۞

RECTAL TOUCH (COLOK DUBUR)


۞

TEKNIK PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN

USAP DUBUR

8
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu dilakukan komunikasi


antara dokter (pemeriksa) dan pasien yang disebut sebagai anamnesis. Kegiatan ini sangat
penting sebagai langkah awal yang dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis
penyakit pasien. Keluhan yang diajukan seorang pasien yang diambil dengan teliti akan banyak
membantu menentukan diagnosis dari suatu penyakit. Banyak macam keluhan yang diajukan
oleh seorang penderita sistem saluran cerna. Walaupun demikian tidak selalu keluhan-keluhan
mengenai perut yang berhubungan dengan kelainan pada saluran cerna, sehingga diperlukan
suatu kesabaran dalam mengambil anamnesis dari seorang pasien.
Pada sistem Gastro Entero Hepatologi (GEH), pemeriksaan fisik secara umum terutama
pemeriksaan fisik abdomen yaitu inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi. Pemeriksaan fisik
abdomen bertujuan untuk mengetahui gambaran normal abdomen dan organ-organ intra
abdomen. Pemeriksaan fisik abdomen juga bertujuan mengidentifikasi gambaran abnormal
abdomen, misalnya bunyi usus meningkat, ileus, bruit pada arteri renalis atau aorta, pembesaran
hepar dan lien, masa intra abdomen, atau adanya asites, dan lain lain.
Keterampilan diagnostik lain yang diperlukan pada sistem GEH meliputi pemeriksaan
rektum (colok dubur) dan pemasangan pipa nasogastrik (Nasogastric tube / NGT). Diharapkan
dengan menguasai pemeriksaan fisik abdomen dengan baik, mahasiswa mampu menegakkan
diagnosis dengan benar.
Indikasi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi dilakukan untuk :
1. Mendapatkan data klinis (gejala dan tanda) dari pasien dengan keluhan pada sistem GEH
2. Menegakkan diagnosis kerja berdasarkan data klinis yang didapatkan
3. Merencanakan tindak lanjut pada pasien tersebut, meliputi rencana diagnostik dan
tatalaksana selanjutnya
4. Mengevaluasi dari tatalaksana yang diberikan
5. Digunakan sebagai standar pelayanan paripurna terhadap pasien

9
6. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
7. Mengetahui perkembangan serta kemajuan tatalaksana pada pasien
Capaian Pembelajaran
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan
fisik gastroenterohepatologi secara berurutan dan mampu mengetahui keadaan normal dan
abnormal, dan mampu menganalisis data yang didapat sebagai dasar untuk menegakkan
diagnosis.

Sasaran Pembelajaran
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Melakukan komunikasi / anamnesis dengan pasien secara lengkap
2. Mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik
3. Melakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi secara cermat dan
sesuai dengan prosedur.
4. Mengetahui dan mengidentifikasi gambaran normal dan abnormal abdomen dan organ
organ intra abdomen.
Media dan alat bantu pembelajaran :
- Daftar panduan belajar anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi
- Stetoskop, handscoen (sarung tangan), pipa nasogastrik
- Jelly, lap, sabun dan wastafel (air mengalir) untuk simulasi mencuci tangan
- Status penderita, pena
- Audio-visual

Metode pembelajaran :
1. Melihat video pemeriksaan fisik abdomen
2. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
3. Ceramah
4. Diskusi
5. Partisipasi aktif dalam skill lab. (simulasi)
6. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

10
Deskripsi kegiatan
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Bermain peran tanya & 30 menit 1. mengatur posisi duduk mahasiswa dua
jawab orang instruktur, 1 sebagai dokter & 1
sebagai pasien memberikan contoh
bagaimana cara melakukan anamnesa
lengkap. Mahasiswa menyimak /
mengamati.
2. memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan
instrukstur memberikan penjelasan
tentang aspek-aspek yang penting.
3. kegiatan dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik pada manikin atau
probandus.
4. mahasiswa dapat memperhatikan dan
menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek 100 menit 1. mahasiswa dibagi menjadi pasangan –
bermain perandengan pasangan, seorang mentor diperlukan
untuk mengamati 2 pasang mahasiswa.
umpan balik
2. setiap pasangan berpraktek, 1 orang
sebagai dokter (pemeriksa) dan 1 orang
sebagai pasien secara serentak.
3. mentor memberikan tema khusus atau
keluhan utama kepada pasien dan
selanjutnya “dokter” melakukan
anamnesis “pasien” dan membuat
kesimpulan awal berdasarkan data
yang didapatkan.
4. mentor berkeliling diantara mahasiswa
dan melakukan supervisi menggunakan
daftar tilik.

11
5. setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali

4. Curah pendapat / diskusi 15 menit 1. curah pendapat / diskusi : apa yang


dirasakan mudah atau sulit ?
menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa yang berperan sebagai
pasien. Apa yang dilakukan oleh dokter
agar pasien merasa nyaman?
Bagaimana kesimpulan hasil
anamnesis?
2. instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan terakhir dan
memperjelas hal-hal yang masih belum
dimengerti
Total waktu 150 menit

12
PENUNTUN BELAJAR SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI

A. ANAMNESIS
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. Mengucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan
jabat tangan
2. Mempersilakan duduk berseberangan / berhadapan
3. Informed consent
4. Menanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan
5. Menanyakan keluhan utama (onset, durasi, dsb)
dan menggali riwayat penyakit saat ini.
Menanyakan riwayat penyakit sekarang:
 Keluhan tambahan (onset, durasi dsb)
 Keluhan yang berkaitan / relevan (onset, durasi, dsb)

6. Menanyakan adakah nyeri ulu hati atau dada seperti terbakar

7. Menanyakan adakah perut kembung atau terasa penuh/tidak


nyaman
8. Menanyakan adakah mual atau muntah, menanyakan adakah
muntah darah.
9. Menanyakan adakah nyeri perut.
 Di mana asal nyeri
 Apakah menjalar
 Apakah nyeri terasa seperti ditusuk, terbakar, dipelintir
 Tanyakan skala nyeri dengan menggunakan Visual
Analogue Scale 1-10
 Kapan nyeri dirasakan.

13
10. Menanyakan adakah sulit menelan, atau saat menelan makanan
terasa sulit turun.
Menanyakan adakah nyeri telan.
Menanyakan apakah nyeri atau sulit telan dirasakan saat makan
makanan padat saja atau juga dirasakan saat menelan air.
11. Menanyakan pola buang air besar
 Apakah terasa sulit buang air besar
 Frekuensi buang air besar
 Adakah perubahan konsistensi feses (lebih cair atau lebih
keras)
 Menanyakan apakah pasien masih bisa flatus
12. Menanyakan adakah darah pada feses, menanyakan warna feses dan
bentuk feses (apakah ada buang air besar kecil seperti tahi kambing
yang membawa ke kecurigaan keganasan)
13. Menanyakan pola buang air kecil
 Frekuensi buang air kecil
 Apakah buang air kecil pancarannya terputus
 Adakah nyeri saat buang air kecil
 Warna urine
14. Adakah gejala nyeri pada perut bagian bawah , Pada perempuan
waktu haid nyeri/tidak.
15. Menggali riwayat penyakit dahulu yang berkaitan / relevan
 Menanyakan apakah sudah vaksinasi hepatitis
 Menanyakan riwayat operasi pada perut sebelumnya
 Menanyakan apakah pernah mengalami penyakit kuning
16. Menggali riwayat penyakit keluarga, adakah kanker saluran cerna
pada keluarga
17. Menggali riwayat pengobatan: apakah mengkonsumsi obat steroid,
ascardia, clopidogrel
18. Menggali riwayat psokososial (kebiasaan), Apakah makan sayur
dan buah dengan teratur, apakah ada gangguan tidur, apakah ada
kecemasan, apakah ada riwayat minum jamu, apakah ada riwayat
minum alkohol, apakah ada riwayat merokok
19. Catat hasil anamnesis dan membuat diagnosis sementara / awal

14
B. PEMERIKSAAN FISIK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Abdomen dapat dibagi dalam 4 kuadran atau 9 regio, lihat gambar 1. Pada pemeriksaan fisik
abdomen, lakukan inspeksi, auskultasi lebih dahulu, kemudian perkusi dan palpasi.

Gambar 1. Pembagian Kuadran dan Regio Abdomen. RUQ: Right Upper quadrant, LUQ: Left Upper Quadrant,
RLQ: Right Lower Quadrat, LLQ: Left Upper Quadrant

1. Inspeksi
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya
yang cukup.
2. Pemeriksa berada di sisi kanan pasien
3. Melihat apakah dinding perut terlihat simetris dalam posisi
terlentang untuk menilai adanya massa/tumor, abses, atau
pelebaran lumen usus setempat.
4. Menilai umbilikus : kontur, lokasi, inflamasi, penonjolan
5. Menilai apakah gerakan peristaltik ada atau tidak (normalnya
tidak terlihat)
6. Menilai bentuk abdomen: rata, cekung/scaphoid atau membuncit
(pada obesitas, ileus paralitik, obstruksi usus, asites, kista
ovarium, graviditas), adakah penonjolan pada area tertentu
7. Menilai kelainan kulit : sikatriks, bekas operasi, adanya hernia
insisialis, striae alba, pulsasi arteri abdominalis, pulsasi pada
epigastrium
8. Melihat pelebaran vena : kaput medusae, pelebaran vena kava
inferior

15
9. Catat hasil inspeksi

2. Auskultasi
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. Penderita diminta rileks
2. Letakkan diafragma stetoskop pada abdomen, dengarkan bising Bising usus abnormal
usus (peristaltik), catat frekuensi dan karakternya. Bising dapat ditemukan
normal terdiri dari “klik dan gemuruh” dengan frekuensi sekitar pada kasus diare,
5 – 34 X / menit. Karena bising usus disebarkan secara merata, ileus obstruktif
bising usus dapat didengarkan di kuadran kanan bawah, (bising usus
biasanya sudah cukup. Bising usus abnormal misalnya meningkat, terdengar
borborygmi (suara gemuruh yang lebih panjang) suara
metallic sound yaitu
bunyi logam
didentingkan, ileus
paralitik (bising usus
menghilang atau
menurun)

Gambar 2. Bunyi pada abdomen

16
3. Mendengarkan bruit di regio epigastrium dan kuadran atas yaitu
regio epigastrium, hipokondrium kanan dan hipokondrium kiri
(jika pasien hipertensi).

Menilai bruit di titik aorta abdominalis, arteri renal, arteri iliaka,


dan arteri femoral
4 Jika mencurigai tumor hepar, infeksi hepar, atau infark spleen,
dengarkan di atas hepar atau spleen friction rub.
5. Catat hasil auskultasi

3. Perkusi
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. 1. Menilai jumlah dan distribusi gas dalam abdomen, dan
mengidentifikasi kemungkinan masa solid atau cairan, serta
mengidentifikasi adanya nyeri ketok.
2. Digunakan untuk memperkirakan ukuran hepar atau spleen
(didiskusikan tersendiri).
3. Lakukan perkusi ringan pada keempat kuadran untuk
menilai distribusi tympany (gas) dan dullness / pekak/
redup (masa atau cairan / feses).
4. Jika menemukan area pekak yang mengindikasikan masa,
penemuan ini akan memandu pada saat palpasi.

4. Palpasi
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. Memberi tahu pasien bahwa dokter akan meraba dan menekan
dinding perut.
2. Meminta pasien melakukan fleksi panggul dan lutut, kaki
membentuk sudut 45-60 0
3. Melakukan palpasi superfisial.

17
Tangan dan lengan dalam posisi horisontal, dengan jari-jari
merapat dan rata, letakkan di atas abdomen. Penekanan
dilakukan menggunakan ruas terakhir dan ruas tengah jari-
jari(bukan dengan ujung jari). Palpasi dengan ringan,
lembut dengan

gerakan menekan. Berikan rasa nyaman dan rileks pada pasien,


lakukan palpasi ringan pada keempat kuadran abdomen
4. Mengidentifikasi adanya nyeri dan lokasi nyeri, tahanan otot, Spasme otot
dan pembesaran organ atau massa yang mungkin teraba yang involunter
Identifikasi adakah nyeri di titik McBurney(titik pada dinding biasa ditemukan
perut kuadran kanan bawah yang terletak pada 1/3 lateral dari pada inflamasi
garis yang menghubungkan Spina Illiaca Anterior Superior peritoneal
dengan umbilikus) (spasme otot
Adakah Murphy’s sign (nyeri pada batas lateral muskulus rectus tetap positif
abdominis dengan pinggir costae) meskipun
Adakah obturator sign. Pasien fleksi tungkai atas, lutut dengan manuver
menekuk, lalu rotasi internal tungkai pada panggul. Positif bila rileks.
ada nyeri. Murphy`s sign :
kolesistitis
Obturator sign :
apendisitis
Nyeri di titik
McBurney :
apendisitis
5. Lakukan manuver rileks, seperti pasien diminta bernafas lewat
mulut dengan rahang terbuka (jika ada tahanan otot)
6. Palpasi dalam. Gunakan dengan permukaan palmar jari jari,
rasakan pada keempat kuadran.

18
7. Jika ada massa, catat lokasi, ukuran, permukaan, konsistensi,
nyeri tekan, pulsasi, dan mobilitas seiring dengan nafas.
8. Kaitkan penemuan pada palpasi dengan perkusinya
9. Pengkajian inflamasi peritoneum. Nyeri perut
• Sebelum palpasi, minta pasien untuk batuk dan menentukan dan nyeri tekan
lokasi yang sakit saat batuk, kemudian palpasi dengan terutama ketika
lembut dengan satu jari pada lokasi yang sakit. dihubungkan
dengan spame

• Perkusi ringan pada lokasi yang sama, akan menimbulkan otot, dicurigai
nyeri. Manuver ini diperlukan untuk menentukan area inflamasi
inflamasi peritoneum. peritoneum.
• Jika tidak timbul nyeri, cari adanya “rebound tenderness”.
Tekan secara mantap dan pelan dengan jari tangan
kemudian lepas secara tiba tiba. Lihat dan dengarkan respon
nyeri. Jika nyeri lebih terasa pada saat dilepas artinya
rebound tenderness positif.

5. PEMERIKSAAN HEPAR

19
Perkusi. Penurunan
Pengukuran panjang vertikal pekak (dullness) hepar di linea mid pekak pekak
klavikularis kanan. hepar
 Tentukan batas atas hepar. Lakukan perkusi ringan dari area menunjukkan
resonan paru ke caudal ke arah hepar, dan tentutan batas atas ukuran hepar
pekak hepar di linea mid klavikularis kanan. kecil.
 Tentukan batas bawah hepar. Lakukan perkusi ringan dari area Efusi pleura
timpani ke proksimal ke arah hepar, dan tentukan batas bawah kanan atau
pekak hepar di linea mid klavikularis kanan. konsolidasi
 Ukur dalam sentimeter jarak antara 2 titik panjang vertikal pekak paru jika
hepar berdekatan
dengan hepar
(pekak),
peningkatan
ukuran pekak
hepar palsu.
Gas kolon
menyebabkan

Gambar 3. Perkusi untuk menentukan batas atas dan bawah pekak suara timpani
hepar. kuadran
kanan atas,
penurunan
ukuran pekak
hepar palsu.

20
Palpasi dicurigai
 Mengingatkan pasien untuk tetap santai, tempatkan tangan kiri kelainan hepar
pemeriksa di belakang pasien, sejajar dengan dan menopang kosta jika
11 dan 12 kanan. Tangan kiri menekan ke arah depan, maka hepar ditemukan
akan lebih mudah teraba oleh tangan kanan gambaran sbb:
 Palpasi menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan dengan Hepar
posisi ibu jari terlipat di bawah palmar manus. Firmness atau
 Arah jari membentuk sudut 450 dengan garis median. keras, tepi
 Mulai dari regio iliaka kanan menuju ke tepi lengkung iga kanan. tumpul dan
 Minta pasien menarik nafas panjang, lalu pada saat ekspirasi kontour yang
maksimal jari ditekan ke bawah. Kemudian pada awal inspirasi ireguler
jari bergerak ke kranial dalam arah parabolik. Pada saat inspirasi Kandung
tersebut, rasakan tepi hepar saat jari-jari tangan menyentuh tepi Empedu yang
hepar, ringankan tekanan sehingga hepar mengenai permukaan jari distended
jari dan rasakan permukaan anteriornya. membentuk
 (pada langkah ini, mahasiswa memberi aba-aba pada pasien untuk suatu masa
inspirasi dan ekspirasi) oval terletak
 Kaitkan hasil perkusi dan palpasi hepar, Catat kesimpulan dibawah tepi
pemeriksaan hepar. hepar dan
 Deskripsi pemeriksaan hati: berapa lebar jari tangan di bawah menempel
lengkung iga kanan, bagaimana tepi hati(tajam atau tumpul),
konsistensi(kenyal atau keras), permukaan (rata atau berbenjol)
Jika teraba semua, tepi hepar normal adalah lembut, tajam dan

reguler. Permukaannya halus. Hepar normal mungkin sedikit nyeri


tekan.
 Pada saat inspirasi, hepar dapat teraba 3 cm dibawah tepi kosta
kanan di linea mid klavikularis.

21
Gambar 4. Palpasi hepar

22
6. PEMERIKSAAN SPLEEN
1. Ketika spleen membesar, meluas ke depan bawah dan ke
1
medial, sering menutupi timpani dari gaster dan kolon
menjadi organ solid yang pekak
2. Teraba pada tepi bawah kosta kiri. Perkusi tidak dapat
mengkonfirmasi pembesaran spleen tetapi dapat
meningkatkan kecurigaan pembesaran

Gambar 5. Spleen

3
 Perkusi dinding dada anterior kiri bawah pada area
Traube( area di batas antara area sonor paru di sebelah
superior dengan batas costae). Perkusi dengan arah ke linea
axilaris anteior. Jika terdengar suara timpani, artinya tidak
ada splenomegali.
 Perkusi di spasium intercostalis di sebelah kiri linea
axillaris anterior. Area ini biasanya timpani. Minta pasien
tarik nafas panjang lalu perkusi lagi. Bila terdengar suara
timpani, maka artinya tidak ada splenomegali.
 Catat adanya nyeri tekan, kontur spleen, dan ukur panjang
limpa dari tepi bawah kosta sampai dengan ujung limpa.
 Mengukur panjang vertikal pekak spleen.
 Tangan kiri berada di bawah kosta kiri, menopang dan
menekan kosta kiri terbawah ke anterior dan tangan kanan

23
berada di tepi bawah kosta kiri menekan ke proksimal ke
arah limpa.
 Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus
di garis tengah abdomen, menuju ke lengung iga kiri.
 Mengidentifikasi adanya nyeri tekan, kontur spleen, dan
ukur panjang limpa dari tepi bawah kosta sampai dengan
ujung limpa.
 Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis
Schuffner yaitu garis yang dimulai dari titik di lengkung iga
kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai di spina
iliaka anterior superior kanan. Garis tersebut dibagi menjadi
8 bagian yang sama.
 Catat hasil pemeriksaan limpa.
 Deskripsi : ukuran limpa, Schuffner berapa? (S1- SVIII),
konsistensi limpa kenyal atau keras

Gambar 6. Palpasi Limpa

24
7. Ballotement Ginjal
1. Salah satu tangan pemeriksa diletakkan di bagian
baawah sudut ginjal, satu tangan yang lain
ditempatkan di atas perut di kuadran anterior kanan
atau kiri ginjal.
2. Tangan pemeriksa yang berada di bagian bawah
digerakkan ke atas untuk menggoncangkan ginjal,
sementara tangan yang berada di bagian atas perut
menunggu dan merasakan pergerakan ginjal ke atas
dan melayang kembali ke bawah,
Ballotement positif bila ginjal teraba oleh
tanganyang berada di atas perut ketika ginjal
digoyangkan.

Palpasi ginjal

25
PEMERIKSAAN KHUSUS ASITES

No. LANGKAH KLINIK Kasus


1. Shifting dullness :
- Melakukan perkusi dari daerah mid-abdomen ke arah
lateral kanan
- Menentukan batas bunyi timpani dan redup
- Meminta pasien berbaring pada posisi menghadap
lateral kiri
- Tunggu beberapa saat lalu melakukan perkusi untuk
menentukan kembali batas bunyi timpani dan redup
- Shifting dullness positif bila titik yang tadi redup
menjadi timpani oleh karena cairan asites mengalir ke
abdomen kiri.
2. Fluid Wave (undulasi test) :
- tangan pemeriksa atau tangan pasien sendiri diletakkan
di bagian tengah abdomen secara vertikal
- Menekan tangan tersebut pada dinding abdomen
- Mengetuk salah satu pinggang, sementara tangan yang
satu mempalpasi sisi yang lain
Merasakan ada tidaknya gelombang cairan

26
Referensi :
1. Djojoningrat D, Rani HAZ, Daldiyono H, Syam AF. Pemeriksaan fisik abdomen. Dalam Setiati S,
Nafrialdi, Alwi I, Syam AF, Simadibrata M. Editor. Anamnesis dan pemeriksaan fisik komprehensif. Interna
Publishing. 2015: Jakarta
2. Bickley LS. Bates’ Guide to physical examination and history taking 9th ed. Lippincott Williams and
Wilkins. 2007 : Philadelphia

27
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN KOMUNIKASI/ANAMNESIS

No LANGKAH KLINIK SKOR


0 1 2
1. Mengucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan jabat tangan
2. Mempersilakan duduk berseberangan / berhadapan
3. Informed consent
4. Menanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan
5. Menanyakan keluhan utama (onset, durasi, dsb)
dan menggali riwayat penyakit saat ini.
Menanyakan riwayat penyakit sekarang:
 Keluhan tambahan (onset, durasi dsb)
 Keluhan yang berkaitan / relevan (onset, durasi, dsb)
6. Menanyakan adakah nyeri ulu hati atau dada seperti terbakar
7. Menanyakan adakah perut kembung atau terasa penuh/tidak nyaman
8. Menanyakan adakah mual atau muntah, menanyakan adakah muntah
darah.
9. Menanyakan adakah nyeri perut.
 Di mana asal nyeri
 Apakah menjalar
 Apakah nyeri terasa seperti ditusuk, terbakar, dipelintir
 Tanyakan skala nyeri dengan menggunakan Visual
Analogue Scale 1-10
 Kapan nyeri dirasakan.
10. Menanyakan adakah sulit menelan, atau saat menelan makanan
terasa sulit turun.
Menanyakan adakah nyeri telan.
Menanyakan apakah nyeri atau sulit telan dirasakan saat makan
makanan padat saja atau juga dirasakan saat menelan air.
11. Menanyakan pola buang air besar
 Apakah terasa sulit buang air besar
 Frekuensi buang air besar
 Adakah perubahan konsistensi feses (lebih cair atau lebih
keras)
 Menanyakan apakah pasien masih bisa flatus
12. Menanyakan adakah darah pada feses, menanyakan warna feses dan
bentuk feses (apakah ada buang air besar kecil seperti tahi kambing
yang membawa ke kecurigaan keganasan)
13. Menanyakan pola buang air kecil
 Frekuensi buang air kecil
 Apakah buang air kecil pancarannya terputus
 Adakah nyeri saat buang air kecil
 Warna urine
14. Adakah gejala nyeri pada perut bagian bawah, Pada perempuan

28
waktu haid nyeri/tidak.
15. Menggali riwayat penyakit dahulu yang berkaitan / relevan
 Menanyakan apakah sudah vaksinasi hepatitis
 Menanyakan riwayat operasi pada perut sebelumnya
 Menanyakan apakah pernah mengalami penyakit kuning
16. Menggali riwayat penyakit keluarga, adakah kanker saluran cerna
pada keluarga
17. Menggali riwayat pengobatan: apakah mengkonsumsi obat steroid,
ascardia, clopidogrel
18. Menggali riwayat psokososial (kebiasaan), Apakah makan sayur dan
buah dengan teratur, apakah ada gangguan tidur, apakah ada
kecemasan, apakah ada riwayat minum jamu, apakah ada riwayat
minum alkohol, apakah ada riwayat merokok
19. Catat hasil anamnesis dan membuat diagnosis sementara / awal

29
JUMLAH: .......................

Keterangan: 0: Tidak dilakukan


1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

30
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM GEH

Keterangan:
0: tidak dilakukan; 1: dilakukan tetapi tidak benar; 2: dilakukan dengan benar
No LANGKAH KLINIK SKOR
0 1 2
A. Informed consent: memberitahu pasien bahwa pemeriksaan
abdomen akan dilakukan, menjamin kerahasiaan dan meminta
persetujuan pasien
B. Pemeriksaan fisik umum
C. INSPEKSI ABDOMEN
0 1 2
1. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya yang
cukup.
2. Pemeriksa berada di sisi kanan pasien
3. Melihat apakah dinding perut terlihat simetris dalam posisi
terlentang untuk menilai adanya massa/tumor, abses, atau pelebaran
lumen usus setempat.
4. Menilai umbilikus : kontur, lokasi, inflamasi, penonjolan
5. Menilai apakah gerakan peristaltik ada atau tidak (normalnya tidak
terlihat)
6. Menilai bentuk abdomen: rata, cekung/scaphoid atau membuncit
(pada obesitas, ileus paralitik, obstruksi usus, asites, kista ovarium,
graviditas), adakah penonjolan pada area tertentu
7. Menilai kelainan kulit : sikatriks, bekas operasi, adanya hernia
insisialis, striae alba, pulsasi arteri abdominalis, pulsasi pada
epigastrium
8. Melihat pelebaran vena : kaput medusae, pelebaran vena kava
inferior
9. Catat hasil inspeksi
D. AUSKULTASI ABDOMEN
0 1 2
10 Penderita diminta rileks
11 Meletakkan diafragma stetoskop pada abdomen (terutama kuadran
kanan bawah)
12 Mendengarkan dan mengidentifikasi frekuensi dan karakter bising
usus normal atau abnormal(borborigmi/ hiperperistalsis. Bising usus
normal 5-34 kali/menit,
13 Mendengarkan bruit di regio epigastrium dan kuadran atas yaitu
regio epigastrium, hipokondrium kanan dan hipokondrium kiri (jika
pasien hipertensi)
14 Menilai bruit di titik aorta abdominalis, arteri renal, arteri iliaka, dan
arteri femoral.
15 Mendengarkan dan mengidentifikasi friction rub (jika curiga tumor
hepar atau infark spleen).
16 Mencatat hasil auskultasi
E. PERKUSI ABDOMEN
31
0 1 2
17. Melakukan perkusi pada ke empat kuadran abdomen
18. Menilai distribusi timpany (gas)
19. Mengidentifikasi ada / tidak area pekak / redup (pembesaran organ,
massa atau asites) .
Kemudian identifikasi ada tidaknya nyeri ketok.
20. Catat hasil penemuan perkusi
F. PALPASI ABDOMEN
0 1 2
21. Memberi tahu pasien bahwa dokter akan meraba dan menekan
dinding perut.
22. Meminta pasien melakukan fleksi panggul dan lutut, kaki
membentuk sudut 45-60 0
23. Melakukan palpasi superfisial.
Tangan dan lengan dalam posisi horisontal, dengan jari-jari merapat
dan rata, letakkan di atas abdomen. Penekanan dilakukan
menggunakan ruas terakhir dan ruas tengah jari-jari(bukan dengan
ujung jari). Palpasi dengan ringan, lembut dengan gerakan
menekan. Berikan rasa nyaman dan rileks pada pasien, lakukan
palpasi ringan pada keempat kuadran abdomen
24. Mengidentifikasi adanya nyeri dan lokasi nyeri, tahanan otot, dan
pembesaran organ atau massa yang mungkin teraba.

Identifikasi adakah nyeri di titik McBurney(titik pada dinding perut


kuadran kanan bawah yang terletak pada 1/3 lateral dari garis yang
menghubungkan Spina Illiaca Anterior Superior dengan umbilikus)
Adakah Murphy’s sign (nyeri pada batas lateral muskulus rectus
abdominis dengan pinggir costae)
Adakah obturator sign. Pasien fleksi tungkai atas, lutut menekuk, lalu
rotasi internal tungkai pada panggul. Positif bila ada nyeri.
25. Lakukan manuver rileks, seperti pasien diminta bernafas lewat mulut
dengan rahang terbuka (jika ada tahanan otot)
26. Palpasi dalam. Gunakan dengan permukaan palmar jari jari, rasakan
pada keempat kuadran.
27. Jika ada massa, catat lokasi, ukuran, permukaan, konsistensi, nyeri
tekan, pulsasi, dan mobilitas seiring dengan nafas.
28. Kaitkan penemuan pada palpasi dengan perkusinya
G. PENILAIAN INFLAMASI PERITONEUM DAN PEMERIKSAAN KHUSUS
LAIN
0 1 2
29. Sebelum palpasi, minta pasien untuk batuk dan menentukan lokasi
yang sakit saat batuk
30. Palpasi lokasi nyeri yang ditunjuk dengan menggunakan satu jari
31. Perkusi ringan pada lokasi yang sama, akan menimbulkan nyeri

32. Jika tetap tidak nyeri identifikasi adanya “rebound tenderness”.

32
(Menekan secara mantap dan pelan dengan jari tangan dan lepas
secara tiba tiba, lihat dan dengarkan respon nyerinya)
33. Catat hasilnya

JUMLAH: .......................

Keterangan: 0: Tidak dilakukan


1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

33
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN HEPAR

No LANGKAH KLINIK SKOR


Perkusi 0 1 2
Mengukur panjang vertikal pekak hepar
1. Melakukan perkusi ringan dari area resonan paru ke caudal ke arah
hepar, tentukan batas atas pekak hepar di linea mid klavikularis
2. Melakukan perkusi ringan dari area timpani ke proksimal ke arah
hepar, tentukan batas bawah pekak hepar di linea mid klavikularis
3. Ukur dalam sentimeter jarak antara 2 titik panjang vertikal pekak
hepar.
4 Catat hasil perkusi hepar
Ukuran normal hepar: 6-12 cm jika diukur pada linea
midclavicularis 4-8 cm pada linea midsternalis.
Palpasi
5 Mengingatkan pasien untuk tetap santai, tempatkan tangan kiri
pemeriksa di belakang pasien, sejajar dengan dan menopang kosta
11 dan 12 kanan. Tangan kiri menekan ke arah depan, maka hepar
akan
lebih mudah teraba oleh tangan kanan
6 Palpasi menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan dengan
posisi ibu jari terlipat di bawah palmar manus.
Arah jari membentuk sudut 450 dengan garis median.
Mulai dari regio iliaka kanan menuju ke tepi lengkung iga kanan.
7 Minta pasien menarik nafas panjang, lalu pada saat ekspirasi
maksimal jari ditekan ke bawah. Kemudian pada awal inspirasi jari
bergerak ke kranial dalam arah parabolik. Pada saat inspirasi
tersebut, rasakan tepi hepar saat jari-jari tangan menyentuh tepi
hepar, ringankan tekanan sehingga hepar mengenai permukaan jari
jari dan rasakan permukaan anteriornya.
(pada langkah ini, mahasiswa memberi aba-aba pada pasien untuk
inspirasi dan ekspirasi)
8 Kaitkan hasil perkusi dan palpasi hepar, Catat kesimpulan
pemeriksaan hepar.
Deskripsi pemeriksaan hati: berapa lebar jari tangan di bawah
lengkung iga kanan, bagaimana tepi hati(tajam atau tumpul),
konsistensi(kenyal atau keras), permukaan (rata atau berbenjol)

34
JUMLAH: .......................

Keterangan: 0: Tidak dilakukan


1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

35
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN LIMPA DAN GINJAL

No LANGKAH KLINIK SKOR


.
Perkusi Limpa 0 1 2
1. Perkusi dinding dada anterior kiri bawah pada area Traube( area di
batas antara area sonor paru di sebelah superior dengan batas
costae). Perkusi dengan arah ke linea axilaris anteior. Jika
terdengar suara
timpani, artinya tidak ada splenomegali.
2. Perkusi di spasium intercostalis di sebelah kiri linea axillaris
anterior. Area ini biasanya timpani. Minta pasien tarik nafas
panjang lalu perkusi lagi. Bila terdengar suara timpani, maka
artinya tidak ada
splenomegali.
Palpasi Limpa
3. Mengukur panjang vertikal pekak spleen.
Tangan kiri berada di bawah kosta kiri, menopang dan menekan
kosta kiri terbawah ke anterior dan tangan kanan berada di tepi bawah
kosta kiri menekan ke proksimal ke arah limpa.
4. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis
tengah abdomen, menuju ke lengung iga kiri.

5. Mengidentifikasi adanya nyeri tekan, kontur spleen, dan ukur


panjang limpa dari tepi bawah kosta sampai dengan ujung limpa.
Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner
yaitu garis yang dimulai dari titik di lengkung iga kiri menuju ke
umbilikus dan diteruskan sampai di spina iliaka anterior superior
kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama.
6. Catat hasil pemeriksaan limpa.
Deskripsi : ukuran limpa, Schuffner berapa? (S1- SVIII), konsistensi
limpa kenyal atau keras
Ballotement Ginjal
7. Salah satu tangan pemeriksa diletakkan di bagian baawah sudut
ginjal, satu tangan yang lain ditempatkan di atas perut di kuadran
anterior kanan atau kiri ginjal.
8. Tangan pemeriksa yang berada di bagian bawah digerakkan ke atas
untuk menggoncangkan ginjal, sementara tangan yang berada di
bagian atas perut menunggu dan merasakan pergerakan ginjal ke
atas dan melayang kembali ke bawah,
Ballotement positif bila ginjal teraba oleh tangan yang berada di
atas perut ketika ginjal digoyangkan.

36
JUMLAH: .......................

Keterangan: 0: Tidak dilakukan


1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

37
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN ASITES

No LANGKAH KLINIK SKOR


.
Shifting dullness 0 1 2
1 Melakukan perkusi dari daerah mid-abdomen ke arah lateral kanan
2 Menentukan batas bunyi timpani dan redup
3 Meminta pasien berbaring pada posisi menghadap lateral kiri
4 Tunggu beberapa saat lalu melakukan perkusi untuk menentukan
kembali batas bunyi timpani dan redup
Shifting dullness positif bila titik yang tadi redup menjadi timpani
oleh karena cairan asites mengalir ke abdomen kiri.
Fluid Wave (UNDULASI TEST)- pada asistes yang banyak 0 1 2
5 Meletakkan tangan pemeriksa atau tangan pasien di bagian tengah
abdomen secara vertikal
6 Menekan tangan tersebut pada dinding abdomen
7 Mengetuk salah satu pinggang, sementara tangan yang satu
mempalpasi sisi yang lain
8 Merasakan ada tidaknya gelombang cairan
9 Catat kesimpulan pemeriksaan

JUMLAH: .......................

Keterangan: 0: Tidak dilakukan


1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

38
PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK (NGT)

Indikasi
1. Pasien tidak dapat menelan oleh karena berbagai sebab
2. Perdarahan saluran cerna bagian atas :
1. Untuk mengetahui sumber perdarahan
2. Untuk mengetahui volume perdarahan.
3. Untuk evaluasi.
3. Pasien ileus obstruktif / ileus paralitik dan pankreatitis akut untuk dekompresi /
menyalurkan cairan lambung keluar.
4. Pasien tidak dapat makan
5. Mengambil spesimen di lambung

Kontraindikasi
 Pasien tidak kooperatif
 Trauma facial berat

Komplikasi
- Aspirasi
- Cedera jaringan
- Muntah

Bahan dan Alat


 Selang nasogastrik (Nasogastric tube)
 Jeli silokain atau K-Y jelly
 Stetoscope
 Spuit 10 cc

39
Prosedur Tindakan
1. Pasien dalam posisi telentang atau miring ke kiri atau ke kanan dengan kepala sedikit di
tekuk ke depan.
2. Dilakukan pengukuran / perkiraan batas lambung. Dari hidung ke telinga, lalu dari
telinga ke processus xiphoideus.
3. Selang dimasukkan melalui hidung, setelah ujungnya diolesi jeli.
4. Setelah mencapai lambung (biasanya pada tanda 3 strip hitam yaitu kira-kira 50 cm dari
lambung) dimasukkan udara melalui selang. Hal ini menimbulkan suara yang bisa
didengar dengan meletakkan steteskop kira-kira di atas lambung (perut kiri atas/sedikit
agak ke epigastrium) jika terdapat banyak cairan lambung, cairan lambung keluar dari
selang.

Penyulit
Erosi pada esophagus atau lambung

Referensi:
1. Thomsen, et al. N Engl J Med 2006;354:et al
2. www.ncbi.nlm.gov/pmc/article/PMc3560144

40
DAFTAR TILIK
PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK

No. LANGKAH KLINIK SKOR


0 1 2
1. Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan
2. Membaringkan pasien dalam posisi fowler atau semi fowler dengan
leher / kepala sedikit di tekuk ke depan.(ante elevasi =sniffing).
3. Memeriksa rongga hidung pasien.
4. Persiapan pemeriksa (cuci tangan asepsis, pasang sarung tangan dan
berdiri di kanan pasien).
5. Melakukan pengukuran/perkiraan batas lambung mulai dari hidung
ke telinga,lalu dari telinga ke processus xiphoideus dengan teknik
tanpa sentuh dan tandai dengan plester. Pasang klem di bagian
distal
NGT.
6. Olesi ujung selang NGT dengan xylocain jelly, lalu masukkan selang
melalui hidung disertai perintah untuk menelan saat selang NGT
mulai masuk lubang hidung.
7. Posisi kepala pasien dimiringkan saat selang NGT masuk lobang
hidung sampai dagu pasien mencapai bahu. Posisi kepala miring
sesuai dengan posisi masuknya selang NGT ke lobang hidung (bila
masuk lobang hidung kanan maka kepala miring ke kanan).
8. Periksa orofaring dengan menggunakan spatel untuk memastikan
NGT sudah masuk (tidak bergulung /coilling).
9. Memeriksa patensi dengan cara:
a. memasukkan ujung NGT ke dalam wadah yang berisi cairan,
jika muncul gelembung udara berarti masuk trakea
b. memasukkan udara melalui selang dengan menggunakan spuit
5- 20 cc dan mengecek dengan meletakkan steteskop kira-kira
di atas lambung (perut kiri atas/sedikit agak ke epigastrium).
c. Menarik sedikit NGT untuk melihat isi cairan lambung
10. Fiksasi selang NGT (di hidung dan di pipi) dan catat tanggal
pemasangan untuk kontrol durasi pemasangan NGT
(tergantung tujuan: bila untuk memasukkan makanan ujung selang
ditutup, bila untuk bilas lambung dibiarkan di luar dan ditampung)
Keterangan: 0: Tidak dilakukan Jumlah
1: Dilakukan tetapi tidak benar
2 : Dilakukan dengan benar

41
Rectal Touche (Colok Dubur)

PERLENGKAPAN
 Sarung tangan
 K-Y Jelly

POSISI PENDERITA
Berbaring terlentang dalam keadaan rileks

POSISI PEMERIKSA
Berdiri disebelah kanan penderita

CARA PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi anus dibawah penerangan yang baik
2. Keadaan tonus anal diobservasi pada saat istirahat dan kontraksi volunter
3. Penderita diminta untuk “mengejan” seperti pada saat defekasi, untuk memperlihatkan
desensus perineal, prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang menonjol seperti prolaps
rekti dan tumor
4. Jari telunjuk tangan kanan yang memakai sarung tangan dan dilubrikasi dengan
K_Y jelly, disentuhkan perlahan ke anus.
5. Tekanan yang lembut diberikan sampai sfingter terbuka dan jari dimasuk lurus ke anus.
6. Evaluasi keadaan ampula rekti
7. Isi rektal dan mukosa yang bisa dicapai oleh jari, dipalpasi.
8. Prostat dan serviks diperhatikan, bersama-sama dengan beberapa lesi diluar rektum.

42
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR

No. LANGKAH KLINIK SKOR


0 1 2
1. Memberikan Informed Consent (tujuan, Prosedur, kerahasiaan,
keamanan, hak pasien , kesediaan untuk diperiksa)
2. Persiapan penderita (pasien diminta melepas celana, berbaring
ditempat tidur, posisi litotomi) dan persiapan alat
3. Persiapan pemeriksa (cuci tangan, memakai sarung tangan,
berdiri dikanan pasien)
Pemeriksaan Colok Dubur
4. Inspeksi anus dibawah penerangan yang baik
5. Meminta penderita untuk ”mengejan” seperti pada saat defekasi,
untuk memperlihatkan desensus perineal, prolapsus hemoroid
atau lesi-lesi yang menonjol seperti prolaps rekti dan tumor.
6. Jari telunjuk tangan kanan yang memakai sarung tangan
dilubrikasi dengan K_Y jelly, disentuhkan perlahan ke anus.
7. Meminta penderita bernafas biasa sambil pemeriksa memberi
tekanan yang lembut sampai sfingter terbuka dan jari
dimasukan ke anus.
Cara memasukkan jari yaitu letakkan bagian palmar ujung jari
telunjuk kanan pada tepi anus dan secara perlahan tekan agak
memutar sehingga jari tangan masuk ke dalam lumen anus
Evaluasi keadaan ampula rekti
8. Rasakan ampula recti, kolaps atau tidak . Pada ampula recti
kolaps dicurigai adanya ileus paralitik.
9. Minta pasien mengkontraksikan otot sphingter ani. Nilai
tonusnya, baik atau tidak.
10. Masukkan jari lebih dalam lalu nilai adakah :
 Massa
 Nyeri
 Mukosa yang teraba iregular, hemoroid

43
Deskripsikan lokasi kelainan yang ditemukan dengan
membandingkan terhadap angka sebuah jam, yaitu titik yang
paling ventral terhadap pasien adalah tepat angka 12, yang
paling dorsal adalah angka 6. Angka 3 dan 9 masing-masing
untuk titik
yang paling lateral di kiri dan kanan pasien.
11. Prostat dan Serviks diperhatikan, bersama-sama dengan
beberapa lesi luar rektum. Bila ada kelainan dideskripsikan
12. Keluarkan jari telunjuk sambil dilengkungkan ujungnya untuk
mengamati kemungkinan massa/ benda yang terbawa.
13. Mengevaluasi hasil colok dubur (aroma feses, kemungkinan
adanya massa, darah, lendir, parasit yang terbawa)
14. Membersihkan anus pasien dengan kasa yang dicelup NaCl
fisiologis.
15. Setelah pemeriksaan colok dubur selesai (lepas sarung tangan,
buang ketempat sampah medis,cuci tangan)
16. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien
17. Mengungkapkan kemungkinan diagnosa dan merencanakan
pemeriksaan lanjutan serta penatalaksanaan
18. Mampu mencatat hasil pemeriksaan colok dubur/ interpretasi
pemeriksaan dengan benar.

JUMLAH: .......................
Keterangan: 0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar

44
TEKNIK PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN USAP DUBUR

Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengambilan dan
transportasi usap dubur secara baik, benar dan efisien.

Sasaran Pembelajaran
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan persiapan penderita dengan benar
2. Melakukan persiapan alat/bahan dengan benar
3. Memberikan penjelasan pada penderita atau keluarganya tentang apa yang akan
dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa tujuan dan manfaatnya
tindakanyang akan dilakukan, dan apa risiko yang mungkin terjadi.
4. Memberikan penjelasan kepada penderita atau keluarganya tentang kerahasiaan tindakan
dan hak-hak penderita, misalnya tentang hak penderita untuk menolak tindakan yang
akan dilakukan.
5. Melakukan cuci tangan
6. Memasang sarung tangan non steril dengan benar, dan melepaskannya setelah
pengambilan sampel selesai.
7. Menempatkan pasien posisi yang tepat
8. Melakukan pengambilan usapan dubur dengan benar
9. Melakukan pengiriman spesimen dengan benar dan tepat

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


- larutan antiseptik ( cuci tangan) - Tabung berisi 3-5 ml NaCl fisiologis
- Handuk kecil atau tissue - Medium transport (Carry Blair Medium)
- Sarung tangan non steril - Tempat sampah medis
- lidi kapas steril - Tempat sampah non-medis

45
INDIKASI PENGAMBILAN USAP DUBUR
1. Pasien dengan gejala muntah berak atau diare.
2. Pada pelacakan carrier penyakit yang ditularkan melalui saluran cerna.

ACUAN
Usap dubur umumnya diambil pada penderita muntah berak karena konsentrasi bakteri
penyebab lebih banyak ditemukan pada dubur dibanding pada tinja yang encer.
Medium transport yang digunakan bisa yang semi solid misalnya carry & Blair, bila
harus dikirim ke tempat yang jauh, tapi bisa juga memakai medium cair misalnya pepton alkalis
untuk transportasi jarak pendek, misalnya dari ruangan ke laboratorium di rumah sakit yang
sama.
Pepton alkalis selain sebagai medium transport juga bisa sebagai enrichment medium
untuk genus Vibrio. Medium Carry & Blair selain untuk Vibrio juga bisa dipakai untuk
transportasi bakteri patogen usus yang lain, misalnya Salmonella, Shigella dan Escherichia coli
pathogen.

Gambar Pengambilan usap dubur

46
DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi


1. Pengantar 2 menit Pengantar
2. Bermain Peran Tanya 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa
& Jawab 2. Dua orang dosen memberikan contoh
bagaimana cara melakukan mengam-
bil, dan mengirim usap dubur.
Mahasiswa menyimak / mengamati
peragaan dengan menggunakan
Penuntun Belajar.
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan dosen
memberikan penjelasan tentang
aspek-aspek yang penting
3. Praktek bermain peran 100 menit 1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-
dengan Umpan Balik pasangan. Diperlukan minimal 1
orang instruktur untuk mengamati
setiap langkah yang dilakukan oleh
setiap pasangan mahasiswa.
2. Setiap pasangan berpraktek melaku-
kan langkah-langkah pengambilan
usap dubur secara serentak
3. Instruktur berkeliling diantara maha-
siswa dan melakukan supervisi
menggunakan ceklis
4. Instruktur memberikan pertanyaan
dan umpan balik kepada setiap
pasangan

47
4. Curah 15 menit 1. Curah Pendapat/Diskusi : Apa yang
Pendapat/ dirasakan mudah? Apa yang sulit?
Diskusi Menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa yang pada saat mengam-
bil sampel. Apa yang dapat dilakukan
oleh dokter agar pasien merasa lebih
nyaman?
2. Instruktur membuat kesimpulan
dengan menjawab pertanyaan terakhir
dan memperjelas hal-hal yang masih
belum dimengerti
Total waktu 150 menit

48
PENUNTUN PEMBELAJARAN
PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN USAP DUBUR

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. NO.
Perlu perbaikan: langkah-langkah
LANGKAHtidak dilakukan dengan benar dan atauKASUS
/ KEGIATAN tidak
sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
MEMBERIKAN INFORMED CONSENT 1 2 3
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
1. Sapalah
urutannya, klien efisisen
tetapi tidak atau keluarganya dengan ramah dan
3. Mahir:perkenalkan
Langkah-langkah dilakukan
diri anda, dengan benar,
serta tanyakan sesuai dengan urutan
keadaannya.
daan efisien.
2. Berikan informasi umum pada klien atau keluarganya
4. TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
keadaan.tentang pengambilan usapan dubur, dan tujuan dan manfaat
untuk
keadaan klien.
3. Berikan jaminan pada klien atau keluarganya tentang
keamanan yang dilakukan
4. Berikan jaminan pada klien atau keluarganya tentang
kerahasiaan yang diperlukan klien
5. Jelaskan pada klien tentang hak-hak klien atau keluarganya,
misalnya tentang hak untuk menolak tindakan pengambilan
usapan dubur.
6. Mintalah kesediaan lisan klien untuk pemeriksaan colok
dubur

MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN YANG AKAN DIPAKAI 1 2 3


7. Letakkan semua alat dan bahan yang diperlukan di tempatnya
yang mudah dicapai.
8. Siapkan medium transport yang akan digunakan. Tulislah
pada label tabung medium transpor:
- Data penderita
- Tanggal pengambilan usap dubur

49
9. Tulislah identitas penderita dengan spidol permanen pada
bagian belakang kaca benda tersebut: nama atau nomor
register penderita.
MENYIAPKAN DIRI UNTUK PENGAMBILAN USAP DUBUR 1 2 3
10. Lakukanlah cuci tangan.
11. Pakailah sarung tangan non steril.
12. Berdirilah disebelah kanan penderita.
MENYIAPKAN PENDERITA 1 2 3
13. Penderita diminta mencuci bersih alat genitalnya, anus dan
daerah perineum dicuci dengan bersih
14. Penderita diminta membuka celananya dan naik ke tempat
tidur.
15. Penderita penderita diminta berbaring dengan
posisiLithotomi atau bila tidak memungkinkann penderita
disuruh tidur miring menghadap ke kanan dengan lutut
kanan
ditekuk.
MENGAMBIL USAP DUBUR 1 2 3
16. Penderita diminta untuk menarik napas
17. Basahi lidi kapas steril dengan NaCl Fisiologis dan masukkan
kedalam rectum sekitar ± 1 inchi /2,5 cm, diputar sambil
menekan dinding rectum
18. Tarik lidi kapas keluar dengan diputar searah.

19. Masukkan lidi kapas ke dalam medium transport hingga


seluruh bagian kapas terbenam dalam medium dan dipatahkan
lidi tersebut sambil membakar diatas lampu bunzen
20. Tutup botol medium transport dengan rapat dan disegel
SETELAH PENGAMBILAN USAP DUBUR SELESAI

50
21. Lepaskanlah kedua sarung tangan dan buanglah ke dalam
tempat sampah medis
22. Cucilah kedua tangan.
PENGIRIMAN USAP DUBUR
24. Tulislah surat pengantar pemeriksaan laboratorium yang
lengkap berisi:
a. Tanggal pengiriman
b. Tanggal dan jam pengambilan usap dubur
c. Data penderita (nama, umur, jenis kelamin, alamat,
nomor rekam medik)
d. Identitas pengirim
e. Jenis specimen: usap dubur
f. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
g. Transport media/pengawet yang digunakan
h. Keterangan klinis.
i. Antibiotik yang diberikan( nama dan berapa lama)
25. Masukkanlah botol/tabung medium transport ke dalam tabung
lain atau wadah.keranjang tempat pengiriman.
26. Kirimlah botol medium transpor bersama surat pengantarnya
ke laboratorium pada suhu kamar.

51
DAFTAR TILIK
TEKNIK PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN DAN PENGIRIMAN
USAP DUBUR
Petunjuk : Berilah tanda (√) pada kotak yang sesuai.
Nilai :
 0 bila tidak dilakukan
 1 bila dilakukan tapi belum memuaskan
 2 bila memuaskan
NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI
KOMMUNIKASI DENGAN PASIEN & KELUARGANYA 0 1 2
1. Cara menyapa pasien dan keluarganya.
2. Cara memberikan informed consent..
MENYIAPKAN DIRI DAN PENDERITA UNTUK PENGAM- 0 1 2
BILAN USAP DUBUR
3. Cara mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
4. Cara memakai sarung tangan non steril
5. Cara berdiri disamping penderita
6. Cara memposisikan penderita untuk pengambilan usap dubur
MENGAMBIL USAP DUBUR 0 1 2
7. Memasukkan lidi kapas kedalam rektum
8. Menarik lidi kapas keluar .
9. Masukkan lidi kapas ke dalam medium transport
SETELAH PENGAMBILAN USAP DUBUR SELESAI 0 1 2

10. Cara membuka sarung tangan


PENGIRIMAN USAP DUBUR 0 1 2
11. Cara membuat surat rujukan .
12 Cara transportasi specimen dalam medium transport

Komentar / Ringkasan : Tandatangan Koordinator/Instruktur


…………… Rekomendasi : Tanggal : …………….
Nama Mahasiswa: ............................. NIM :

52

Anda mungkin juga menyukai