Anda di halaman 1dari 43

i

KARTU KENDALI PRAKTIKUM


SEMESTER GENAP
NAMA :
NIM :
PRAKTIKUM MATA KULIAH :
KELOMPOK :

No. Topik Praktikum Paraf Asisten


Responsif Praktikum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
11.
12.

Banjarmasin, / /2018
Dosen Pengasuh/Asisten, Praktikan,

…………………………. ...……………………...

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Tim penyusun dapat
menyelesaikan penuntun praktikum Anatomi Fisiologi Manusia ini sesuai
dengan rencana dan waktu yang ditentukan.

Dalam penyusunan penuntun praktikum Anatomi Fisiologi Manusia ini


Tim Penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik dari segi
moril maupun materil. Oleh sebab itu pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Koordinator dan seluruh rekan-rekan tenaga pengajar dan laboran di Program


Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Unlam yang telah banyak
memberikan masukan dan bantuan dalam pelaksanaan penyusunan penuntun
praktikum ini.
2. Semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam
pelaksanaan penelitian ini.
Kami menyadari bahwa penuntun ini masih belum sempurna, oleh sebab
itu kritik dan saran demi perbaikan di masa datang sangat kami harapkan. Semoga
penuntun praktikum ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan peningkatan
mutu sumber daya manusia Indonesia khususnya pada Bidang Anatomi Fisiologi
Manusia di Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Unlam
Banjarmasin.

Banjarmasin, Februari 2018

Tim Penyusun

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan harus datang di laboratorium sekurang-kurangya 5 (lima) menit


sebelum kegiatan praktikum dimulai. Jika terpaksa terlambat harus lapor
kepada dosen atau asisten (dengan toleransi keterlambatan maksimal 10
menit).
2. Praktikan harus berpakaian rapi, mengenakan jas praktikum (Synjas) berwarna
putih dan tidak boleh menggunakan sandal.
3. Praktikan dilarang merokok, makan/minum, membuang/meninggalkan
sampah dan diharap duduk/menempati meja dengan sopan dan tertib di dalam
ruang praktikum.
4. Sebelum kegiatan praktikum dimulai para praktikan harus memahami materi
praktikum yang akan dilakukan pada hari tersebut yaitu dengan melaksanakan
responsif praktikum yang akan ditest baik lisan maupun tulisan.
5. Bagi praktikan yang tidak dapat mengikuti kegiatan praktikum 3 (tiga) kali
berturut-turut tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dinyatakan
mengundurkan diri, kecuali dengan alasan yang dapat diterima.
6. Praktikan yang merusak atau memecahkan alat atau menumpahkan bahan
praktikum harus menggantinya/memperbaiki sesuai ketentuan Laboratorium
Biologi PMIPA FKIP Unlam.
7. Semua praktikan wajib mengikuti kegiatan praktikum 100%, bagi yang kurang
dari 100% diwajibkan melaksanakan praktikum susulan yang diketahui oleh
dosen pengasuh.
8. Hal-hal khusus yang belum tertulis dalam tata tertib praktikum ini akan
ditentukan kemudian.

iv
DAFTAR ISI

Halaman
Halamam Judul.................................................................................................... i
Kartu Kendali Praktikum .................................................................................... ii
Tata Tertib Praktikum ......................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
PRAKTIKUM I : Panjang Tulang Tubuh Manusia ...................................... 1
PRAKTIKUM II : Proses Penelanan pada Pencernaan Manusia ................... 10
PRAKTIKUM III : Ekskresi ............................................................................ 14
PRAKTIKUM IV : Indera Penglihatan............................................................ 19
PRAKTIKUM V : Berat Badan, Tinggi Badan dan Denyut Nadi ................. 25
PRAKTIKUM VI : Lokasi dan Sensori Reseptor Pengecap ........................... 32
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38

v
PRAKTIKUM I

Topik : Panjang Tulang Tubuh Manusia


Tujuan : Untuk mengetahui korelasi panjang antar bagian-bagian tulang
Hari / tanggal :
Tempat : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin

I. Alat dan Bahan


Alat :
1. Meteran
2. Alat pengukur tinggi badan
Bahan :
1. Seluruh mahasiswa peserta mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia

II. Cara Kerja


1. Mengukur tinggi tubuh seluruh mahasiswa.
2. Mengukur :
a. Lingkar kepala
b. Panjang lengan
c. Tinggi kerangka sumbu
d. Panjang kaki
e. Panjang tubuh
3. Mengelompokkan data dalam tabel dengan satuan cm.
4. Menghitung korelasi tinggi tubuh dengan panjang bagian-bagian tulang
dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari person.

1
III. Teori Dasar
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat
lainnya pada tubuh. Terdiri atsa hampir 50 %. Struktur tulang yang dapat
dilihat dengan mata telanjang adalah struktur kasar dan dengan
pertolongan mikroskop dapat diperiksa struktur lainnya.
Tulang terdiri dari atas dua jenis jaringan: jaringan kompak (padat)
dan jaringan seperti spona. Tulang berkempang dari tulang rawan
maupun dari membran yang tersusun dari serabut jaringan tulang ikat.
Tulang pipih berkembang menjadi tulang dari membran dan disebut
tulang membran. Sedangkan tulang pipa berkembang dari tulang rawan
disebut tulang kartolago.
Perkembangan dan pertumbuhan tulang sebagai berikut :
1. Pertumbuhan tulang dari membran
Membran jaringan ikat yang menjadi asal tulang pipih, misal tulang
tengkorak mendapat persediaan darah sangat melimoah. Klasifikasi
atau pembentukan tulang misal dari pusat-pusat tertentu berlangsung
dengan cara pelipatgandaan sel dalam membran sampai terbentuk
sebuah jalinan halus dari tulang. Dengan demikian terbentuk tulang
pipih yang terdiri atas dua lapisan jaringan tulang yang padat dan
keras berlapis periosteum yang terpisah satu dengan lainnya oleh
sebuah lapisan tulang interstiil yang sirip jaringan tulang kansellus
bentuk jala.
2. Pembentukan tulang dari tulang rawan
Sewaktu embrio berkembang semula tulang pipa mulanya berupa batang-
batang tulang rawan yang diselubungi oleh perikondrium (membran yang
menutupi tulang rawan). Sebuah pusat osifikasi pertama yang disebut
diafisis tampak ditengah jaringan yang akan menjadi tulang-tulang pipa
itu. Kalsium ditimbun dalam matrik dan sel-sel tulang berkembang.
Perikardium menjadi periosteum dan dari sisi tulang-tulang dapat tumbu,
baik sirkumferens (melingkar) maupun memanjang.

2
Dalam proses perkembangan selanjutnya kemudia timbul sebuah
pusat osifikasikedum disetiap ujung atau epifisis. Ujung tulang tetap
tertutup oleh tulang rawan hialin yang menjadi tulang rawan sendi.
Diantara batang (diafisis) dan setiap ujung (epifisis) tetap ada selapis
tulang rawan. Lapisan ini disebut tulang rawan epifiseal yang tetap ada
sampai tulang menjadi dewasa.

3
IV. Hasil Pengamatan
1. Tabel Umum

No Nama TT LK PL TKS PK No Nama TT LK PL TKS PK

4
Keterangan :
TT : Tinggi Tubuh
LK : Lingkar Kepala
PL : Panjang Lengan
TKS : Tinggi Kerangka Sumbu
PK : Panjang Kaki
X : LK
Y : PL

5
2. Tabel Perhitungan
No Nama X Y XY X2 Y2

6
No Nama X Y XY X2 Y2

Perhitungan :
Diket : n = 44
X = PL
Y = TKS
a. T Hitung
∑𝑥 .∑𝑦
1. JP = ∑xy – ( )
𝑛

∑𝑋
2. Jkx = ∑X2 – ( 𝑛 )2

∑𝑦
3. Jky = ∑y2 – ( 𝑛 )2

4. r xy = JP
√𝐽𝐾𝑥. 𝐽𝐾𝑦

5. T hitung
√(𝑛−2 )
T hitung = r xy 1−(𝑟 𝑥𝑦)2

7
Ha : diterima jika ada hubungan antara x dan y
Ho : diterima jika tidak ada hubungan antara x dan y
Ha : diterima jika t tabel < dari t hitung

V. Analisa Data

8
VI. Kesimpulan

9
PRAKTIKUM II

Topik : Proses menelan pada pencernaan manusia


Tujuan : Untuk mengetahui proses menelan pada pencernaan manusia
Hari / tanggal :
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Piring kecil
2. Sendok
3. Wadah air minum
4. Baki
5. Alat tulis
Bahan :
2. Biskuit gabin
3. Air minum
4. Pisang ambon

II. CARA KERJA


5. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
6. Memakan suatu bahan makanan (biskuit gabin) yang telah dihancurkan.
7. Menelan dengan bolus kering, bolus basah dan laring terangkat.
8. Untuk posisi terbalik dilakukan dengan menelan pisang.
9. Memperhatikan proses menelannya apakah mudah atau tidak.

10
III. TEORI DASAR
Makanan harus dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana
yang siap diserap dari saluran pencernaan kedalam sistem sirkulasi, untuk
didistribusikan kedalam sel. Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
( mulai dari mulut sampai keanus) adalah sistem organ dalam manusia yang
energi. Menyerap zat-zat gizi kedalam aliran serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh. (Pearce Evelin.C. 2009)
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk kedalam organ
pencernaan dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari
organ pencernaan melalui proses devekasi. Makanan masuk melalui rongga
oral (mulut).
Dalam proses pencernaan makanan ini, maka terdapat beberapa
langkah yaitu proses mestikasi (mengunyah), lalu terjadi proses
pemotongan, perobekan, penggilingan dan pencampuran makanan yang
dilakukan pleh gigi. (Pearce Evelin.C. 2009)
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang
memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi
dan berkesinambungan. Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus
makanan dari rongga mulut kedalam lambung. Secara klinis terjadinya
gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan
memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai kelambung.

11
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
No. Perlakuan Kemampuan menelan
Laki-laki Perempuan
1. Menelan dengan bolus
kering (gabin)
2. Menelan dengan bolus
basah (gabin)
3. Menelan dengan posisi
terbalik (pisang)
4. Menelan dengan laring
terangkat (pisang+gabin)

V. ANALISIS DATA

12
VI. KESIMPULAN

13
PRAKTIKUM III

Topik : Ekskresi
Tujuan : Untuk mengetahui sifat fisik dan sifat kimia (pH) urine
Hari / Tanggal :
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.

I. ALAT DAN BAHAN


Alat
Gelas ukur 250 ml
Gelas aqua
Sarung tangan
Kertas lakmus
Baki
Gelas kimia

Bahan
Segelas air kopi hitam tanpa gula (250ml).
Segelas air kopi hitam dengan gula 2 sdn
Segelas air mineral
Segelas air teh tanpa gula
Segelas air teh dengan gula 1 sendok teh

II. CARA KERJA


1. Praktikan makan dan minum normal sampai pukul 11.00 wita
2. Setelah pukul 11.00 wita. Praktikum puasa (tidak makan dan tidak minum)
3. Saat pukul 12.00 wita praktikan minum 1 gelas perlakuan dirumah
4. Setelah pukul 12.00 wita. Praktikan puasa lagi sampai saat praktikum dimulai
5. Masing-masing praktikan meminum air perlakuan
6. Menunggu hingga praktikan ingin buang air kecil (normal/terpaksa)
7. Menampung urine praktikan

14
8. Mengukur pH urine tersebut
9. Mencium bau urine tersebut

III. TEORI DASAR


Sistem ekskresi adalah sistem yang berperan dalam proses pembuangan
zat yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam
bentuk larutan. Urin atau air seni adalah cairan sisa yang di ekskresikan oleh
ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin
berasal dari zat pewarna empedu.
Urine berbau khas jika dibiarkan agak lama, berbau ammonia pada
kisaran 6,8-7,2 kandungan air, urea, asam urat ammonia, keratin, asam oksalat,
asam fosfat, asam sulfat, klorida. Volume urine normal kisaran 900-1200 ml.
manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa
hasil metabolism. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat
makanan, misalnya karbondioksida (CO2), air (H2O), ammonia ( NH3), urea dan
zat warna empedu.
Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan
harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit. Organ
atau alat-alat ekskresi pada manusia terdiri dari
a. Paru-paru
b. Hati
c. Kulit
d. Ginjal
Dari beberapa organel ekskresi, salah satu organ yang mengekskresikan
urin, yaitu berupa ginjal. Dalam dunia kedokteran biasanya menyebutnya ‘ren’
(renal/ kidney). Bentuknya seperti kacang merah berjumlah sepasang dan terletak
didaerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x6,3 cm. pada bagian kulit ginjal
terdapat jutaan neuron tersusun dari badan Malpighi dan saluran panjang (tubula)
yang bergelembung. Badan Malpighi tersusun oleh sampai bowman ( kapsula
bowman) yang didalamnya terdapat glomerolus.
Fungsi ginjal yaitu :

15
a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolism tubuh
b. Mengekskresikan zat yang jumlahnya berlebihan
c. Reabsorpsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh
bagian tubulus ginjal.
d. Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia
e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel
darah merah disumsum tulang.

IV. HASIL PENGAMATAN


Berdasarkan hasil praktikum maka didapat data seperti tabel berikut tabel
hasil pengamatan ekskresi urine
No Jenis Volume warna Bau Waktu antara pH ket
minu (ml) minum-
man cliorisis

1 Air
miner
al
2 Teh +
gula
3 Teh
tanpa
gula
4 Kopi
+ gula
5 Kopi
tanpa
gula

16
V. ANALISIS DATA

17
VI. KESIMPULAN

18
PRAKTIKUM IV

Topik : Indera penglihatan (Reaksi pupil, virus, diplopia, dan buta


warna dengan uji stiling-ishora dan stiling-ishora I
Tujuan : 1. Untuk mengetahui serta memahami (reaksi-reaksi yang
terjadi pada pupil mata.
2. Untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang
3. Untuk membuktikan terjadinya diplopia atau adanya titik
disprat yang memberikan kesan rangkap
4. Untuk mengetahui apakah seseorang menderita buta warna
atau tidak.
Hari / tanggal :
Tempat : Laboratorium Biologi FKIP Unlam Banjarmasin.

I. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Senter kecil
2. Peta sneller
3. Alat tulis
4. Buku uji stiling-ishara
Bahan :
1. Tabung kecil dari kertas
2. Pratikan anfisman kelas A

II. CARA KERJA


Dalam pratikum indera penglihatan dilakukan empat percobaan
yaitu :
Reaksi pupil :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menggamati keadaan pupil sebelum disorot cahaya lalu mencatat hasil
pengamatan.
3. Mengarahkan senter kearah mata dengan tabung kecil sejajar mata.

19
4. Mengamati keadaan pupil sesudah disoroti cahaya, lalu mencatat hasil
pengamatan.
Visus (ketajaman)
1. Berdiri dihadapan peta snellen yang telah disediakan, lalu mundur
beberapa langkah.
2. Menutup salah satu mata dengan satu tangan.
3. Mencoba membaca huruf pada snellen
4. Mengulangi langkah 2-3 untuk mata sebelahnya
Diplopia (benda rangkap)
1. Mengamati objek (misalnya pulpen)
2. Dengan jari, menekan mata kanan / kiri (kelopak mata) dengan mata
melihat kearah pulpen.
3. Membandingkan bayangan yang dilihat sebelum dan sesudah ditekan.
Buta warna dengan uji stilling ishara I
1. Menyiapkan kartu / buku
2. Melihat sejenak kartu satu persatu
3. Menebak angka yang dilihat atau alur
4. Mencatat jumlah jawaban benar pertotal kartu

III. TEORI DASAR


.Pupil adalah bagian mata yang berfungsi mengatur cahaya yang
masik bila cahaya redup. Otot-otot pada iris akan berkontraksi dan
menyebabkan lubang pupil melebar, jika cahaya kuat maka lubang pupil
akan menyempit. Refleks pada mata yaitu reaksi mata terhadap rangsang
dan terjadi di luar kesadaran. Sedangkan akomodasi adalah penyesuaian
diri dari mata sehingga bayangan yang masuk jatuh tepat di retina. Jika
cahaya disinari ke dalam mata, pupil akan mengecil, maka reaksi ini
disebut reflek cahaya pupil. Bila cahaya mengenai retina maka terjadi
impuls yang mula-mula berjalan ke nervus optikus dan kemudian nervus
pretektalis darisini impuls berjalan ke nucleus edinger westphal dan
akhirnya kembali melalui syaraf parasimpatis spingter, dalam keadaan

20
gelap, reflek ini terhambat sehingga mengakibatkan dilatasi pupil. Reaksi
pupil terhadap cahaya kemungkinan berasal dari jarak yang sama dengan
jarak rangsang cahaya yang ditangkap oleh sel kerucut dan batang, yang
menyebabkan sinyal visual ke korteks opspital jarak eferen pupilomotor,
di transmisikan melalui N.opticus dan melalui hemidekusatio di chiasma,
kemudian jarak pupilomotor mengikuti jarak visuosensorik melalui traktus
optikus dan keluar schalum mencapai korpos genekulatum lateral,
kemudian masuk batang otak melaui brachium dari colliculus superior.

IV. HASIL PENGAMATAN


Percobaan
1. Reaksi pupil
Reaksi pupil ket
Kanan kiri
No Nama subjek uji
Kena Tidak kena Tidak kena
Kena cahaya
cahaya cahaya cahaya
1
2
3
4

2. Visus ketajaman
No Nama subjek uji Hasil normal / tidak
1
2
3
4

21
3. Visus ketajaman
No Nama subjek uji Hasil berbayang / tidak
1
2
3
4

4. Buta warna dengan uji stilling-ishara dan stilling-ishara I


No Nama subjek uji Hasil
1
2
3
4

V. ANALISIS DATA

22
23
VI. KESIMPULAN

24
PRAKTIKUM V

Topik : Berat Badan, Tinggi Badan, dan Denyut Nadi


Tujuan : 1). Suhu Badan
- Mengetahui tempat pengukuran suhu badan
- Mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi suhu
badan
- Mengetahui cara mengukur suhu tubuh
2). Berat Badan dan Tinggi Badan
- Mengetahui cara mengukur berat badan dan tinggi
badan
- Mengukur berat badan dan tinggi badan
- Menghitung nilai Indeks Masa Tubuh (Body Mass
Index)
3). Denyut Nadi
- Mengetahui tempat pengukuran denyut nadi
- Mengetahui karakteristik denyut nadi
- Mengetahui cara mengukur denyut nadi
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi denyut
nadi
- Mengetahui pengukuran denyut nadi
Hari/ Tanggal :
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Timbangan berat badan
2. Alat pengukur tinggi badan skala centimeter
3. Termometer
4. Stopwatch
5. Alat tulis

25
Bahan :
1. Air es dan es batu
2. Tissue
3. Praktikan Kelas A

II. CARA KERJA


1) Suhu Tubuh
A. Pada Oral
1. Menyiapkan termometer.
2. Mengeringkan dan membersihkan termometer sebelum digunakan.
3. Menurunkan air raksa dalam termometer sampai suhu terendah.
Jika menggunakan termometer digital, hidupkan termometer
kemudian tunggu sampai muncul tulisan “L”.
4. Meletakkan termometer di bawah lidah, kemudian menutup mulut
dan membiarkan selama 5 menit.
5. Mengangkat termometer dan membaca hasil pengukuran.
6. Mengeringkan dan membersihkan termometer dengan tissu.
7. Menurunkan air raksa dalam termometer sampai suhu terendah.
Jika menggunakan termometer digital, hidupkan termometer
kemudian tunggu sampai muncul tulisan “L”.
8. Meminta praktikan untuk berkumur-kumur dengan air es selama 1
menit.
9. Mengulangi langkah kerja pada nomor 4-6.

B. Pada Axilla
1. Mengeringkan dan membersihkan termometer sebelum digunakan.
2. Menurunkan air raksa dalam termometer sampai suhu terendah.
Jika menggunakan termometer digital, hidupkan termometer
kemudian tunggu sampai muncul tulisan “L”.

26
3. Meminta praktikan untuk duduk tenang dan tegak, kemudian
meletakkan termometer di axilla dengan posisi tangan disilangkan
ke depan tubuh.
4. Mendiamkan selama 5 menit, kemudian membaca hasil
pengukuran dengan mata sejajar. Untuk termometer digital, tunggu
sampai termometer berbunyi.
5. Meminta praktikan untuk berolahraga kecil selama 10 menit.
6. Mengulangi langkah kerja pada nomor 1-4.
7. Mencatat hasil pengukuran pada tabel pengamatan.

2) Berat Badan dan Tinggi Badan


A. Mengukur Berat Badan
1. Menyiapkan alat penimbang dan melakukan kalibrasi.
2. Menanggalkan semua benda yang mungkin menambah berat badan
praktikan.
3. Praktikan berdiri sesuai dengan posisi tubuh normal di atas
timbangan, mengukur dan mencatat hasil pengukuran.
B. Mengukur Tinggi Badan
1. Menyiapkan alat pengukur tinggi badan dan melalukan kalibrasi.
2. Tanpa menggunakan alas kaki, praktikan berdiri tegak dengan
pandangan lurus ke depan, serta tangan di samping.
3. Mengukur jejak antara telapak kaki bagian atas kepala dan
mengusahakan garis jarak sejajar dengan poros tubuh.
4. Mencatat hasil pengukuran.
5. Mengukur berat badan ideal dengan rumus :
Berat badan ideal = TB – 110 (10 %)
6. Menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus :
𝐵𝐵
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐵 𝑋 𝑇𝐵
Ket : BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan

27
3) Denyut Nadi
1. Meminta praktikan duduk dengan tenang.
2. Memegang pergelangan tangan praktikan untuk menentukan letak arteri
radialis dengan tepat.
3. Menggunakan dua atau tiga jari tangan selain jempol dan kelingking
untuk menekan dengan lembut hingga denyut nadi terasa.
4. Menghitung banyaknya denyut nadi selama 1 menit dan mencatatnya
dalam tabel pengamatan.
5. Meminta praktikan untuk berolahraga kecil selama 10 menit.
6. Melakukan pengukuran yang sama seperti langkah kerja nomor 2-4.

III. TEORI DASAR


Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin
(endoterm) dan hewan berdarah panas (ektoterm). Ektoterm adalah hewan
yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan).
Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu
lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah kelompok invertebrata, ikan,
amphibia dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas
tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Endoterm umumnya dijumpai pada
kelompok burung (Aves) dan Mamalia. (Suripto, 2011).
Suhu tubuh yang biasa dikatakan normal berkisar pada 37o C. Namun
sebenarnya tidak ada suhu yang normal, karena suhu bervariasi dari organ ke
oran. Dari sudut pandang termoregulatorik, suhu tubuh dapat diangap sebagai
suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar
(outer shell). Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organ-organ
abdomen dan toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka, umumnya relative
konstan sekitar 37,8o C (100o F). (Ganong, 2001)
Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun
keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang
berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks
masa tubuh di atas normal. Cara yang paling sering digunakan untuk

28
menentukan obesitas adalah mengukur berat badan relative (berat badan
subyek dibagi berat nadam standar untuk tinggi tertentu) dan Indeks Massa
Tubuh (IMT/BMI) berat badan dibagi kuadrat tinggi badan. (Ganong, 2001)
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah di pompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba disuatu tempat
dimana arteri melintasi sebuah tulang yang terlak dekat permukaan. Seperti
misalnya arteri radialis disebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis
diatas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang
teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta,
melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih
cepat daripada darah itu sendiri.
Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat
dipalpasi (diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi
denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak jantung.
Normalnya denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-100 kali
permenit. (Pearce, 2006).

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Tabel Hasil Pengamatan
Suhu badan Suhu badan
Denyut nadi
axilla (oC) oral (oC) BB TB
Kelompok
Sebe- Sesu- Sebe- Sesu- (kg) (cm) Sebe- Sesu-
lum dah lum dah lum dah

29
B. Perhitungan
1) Kelompok VII (Perempuan)
BB Ideal = TB – 110
=

IMT = BB / TB / TB
=

2) Kelompok VIII (Laki-laki)


BB Ideal = TB – 110
=

IMT = BB / TB / TB
=

V. ANALISIS DATA
1. Suhu Badan

2. Berat Badan dan Tinggi Badan

3. Denyut Nadi

30
VI. KESIMPULAN

31
PRAKTIKUM VI

Topik : Lokasi dan Sensori Reseptor Pengecap


Tujuan : Untuk mengetahui lokasi reseptor pengecap pada manusia dan
mengetahui variasi waktu sensasi
Hari/ Tanggal :
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

V. ALAT DAN BAHAN


Alat :
6. Alat tulis
7. Kertas
8. Stopwatch
9. Baki

Bahan :
4. Asam Jawa
5. Parasetamol (yang sudah dihaluskan)
6. Gula
7. Garam
8. Air mineral

VI. CARA KERJA


1. Membersihkan rongga mulut dengan berkumur air tawar.
2. Meletakkan bahan bubuk parasetamol pada ujung lidah, sampai depan kiri,
samping depan kanan, tengah depan, samping tengah kiri, samping tengah
kanan, tengah, samping belakang kiri, samping belakang kanan dan tengah
belakang.
3. Mencatat rasa. Menentukan daerah yang paling tajam rasanya terhadap
bahan.

32
4. Untuk mencari atau menghitung waktu sensasi, membersihkan mulut
dengan berkumur-kumur air tawar.
5. Menentukan waktu sensasi dengan bantuan stopwatch dengan cara
mengeringkan permukaan lidah dengan kertas tissue dan mempertahankan
lidah di luar mulut.
6. Meletakkan sedikit bubuk parasetamol pada lokasi yang sudah diketahui,
sambil menghidupkan stopwatch dan segera mematikan apabila sudah
terasa. Mencatat waktu sensasi kemudian berkumur dengan air tawar lagi
tetapi lidah tidak dikeringkan.
7. Mengerjakan langkah 2 sampai 6, tetapi kristalnya diganti dengan asam
jawa, garam dan gula.
8. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel hasil pengamatan.

VII.TEORI DASAR
Sistem pengecap atau sistem gustatory terdapat di lidah. Pada lidah,
terdapat reseptor perasa yang dapat membedakan rasa yang disebut taste
buds. Reseptor pada lidah akan digantikan oleh reseptor yang baru setiap 10
hari sekali. Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas
lidah, dan permukaanya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut
papilla. Pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan.
Di dalam papilla terdapat banyak putting pengecap (taste buds).
Setiap putting pengecap terdiri atas dua jenis sel seperti berikut :
1. Sel-sel pengecap
Sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang menonjol
keluar dari pengecap.
2. Sel-sel penunjang
Sel-sel penunjang berfungsi untuk menyokong sel-sel pengecap.
Sistem gustatory atau organon gustus adalah indera pengecap yang
terdapat pada lidah dan memiliki 4 modalitet, yaitu :
1. Manis, pada puncka lidah, dapat diselidiki dengan meletakkan gula pada
lidah.

33
2. Asin, pada puncak dan tepi lidah, dapat diselidiki dengan meletakkan
garam di lidah.
3. Asam, pada tepi lidah, dapat dibuktikan dengan meletakkan asam sitrun di
lidah.
4. Pahit, pada pangkal lidah, dapat dibuktikan dengan meletakkan kina di
lidah.
Beberapa ahli menambahkan modalitet yang kelima, yaitu rasa alkali.
Diluar kelima macam rasa tersebut, ada kombinasi antara keempat atau
kelima macam rasa itu yang akan menimbulkan rasa yang berbeda-beda.
Berbagai macam rasa tersebut masih dikombinasikan dengan tipe-tipe
rangsangan yang lain, seperti rangsang panas, dingin, lembut dan nyeri.
(Soewolo, 2005).

VIII. HASIL PENGAMATAN


Uji Rasa
Bahan Lokasi lidah OP 1 OP 2 OP 3 OP 4
+/- t +/- t +/- t +/- t
Ujung
Samping depan kiri
Samping depan kanan
Tengah depan
Samping tengah kiri
Gula
Samping tengah kanan
Tengah
Samping belakang kiri
Samping belakang kanan
Tengah belakang
Ujung
Samping depan kiri
Garam
Samping depan kanan
Tengah depan

34
Samping tengah kiri
Samping tengah kanan
Tengah
Samping belakang kiri
Samping belakang kanan
Tengah belakang
Ujung
Samping depan kiri
Samping depan kanan
Tengah depan
Asam Samping tengah kiri
Jawa Samping tengah kanan
Tengah
Samping belakang kiri
Samping belakang kanan
Tengah belakang
Ujung
Samping depan kiri
Samping depan kanan
Tengah depan
Samping tengah kiri
Puyer
Samping tengah kanan
Tengah
Samping belakang kiri
Samping belakang kanan
Tengah belakang

Keterangan :
(+) = ada sensasi rasa
(-) = tidak ada sensasi rasa
t = waktu muncul sensasi rasa

35
OP 1 = Orang I
OP 2 = Orang II
OP 3 = Orang III
OP 4 = Orang IV
Ada sensasi rasa = beberapa waktu muncul sensasi rasa
Tidak ada sensasi rasa = tunggu beberapa menit

VII.ANALISIS DATA

36
VIII. KESIMPULAN

37
DAFTAR PUSTAKA
Bastian. 2010. Proses pembuatan urea. http:// bastianes sence. Blogspot.com
(diakses pada tanggal 26 Maret 2015)

Honandar, Branda S. 2010. Hubungan Tinggi Badan dan Panjang Lengan


pada Etnis Sangihe Dewasa di Madidir Ure. Universitas Sam
Ratulangi: Manado

Ganong, William F., 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta, EGC.

______________, 1995. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC diakses


melalui http://www.akademia.edu/11217810/laporan-praktikum-
anfisman-reseptor-pengecap.html

Jalmo, Tri, 2007. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Bandar Lampung, Unila.
diakses melalui http://www.akademia.edu/11217810/laporan-
praktikum-anfisman-reseptor-pengecap.html (diakses pada tanggal 3
Juni 2015)

Simatupang, RM. 2010. Korealasi Panjang Radius dengan Tinggi Badan


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2010. Skripsi.
Universitas Sam Ratulangi: Manado

Soewolo, 2005. Fisiologi Manusia. Malang, FMIPA UNM diakses melalui


http://www.akademia.edu/11217810/laporan-praktikum-anfisman-
reseptor-pengecap.html (diakses pada tanggal 3 Juni 2015)

Syarifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Manusia untuk Mahasiswa Perawat.


Penerbit Buku kedokteran. Jakarta.

Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta,


Gramedia Pustaka Utama

Poluta, RS. 2010. Hubungan Tinggi Badan dan Panjang Lengan pada Etnis
Sangihe Dewasa di Madidir Ure. Universitas Sam Ratulangi:
Manado

Suripto, 2011. Fisiologi Hewan. Bandung, ITB.

38

Anda mungkin juga menyukai