Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KERJA PRAKTEK

ANALISA KINERJA PEMUTUS TENAGA


150 KV BAY CAPASITOR PADA GARDU INDUK
PEMECUTAN KELOD

JOSUA FEBRIAN TOGATOROP

2005541081

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
LAPORAN KERJA PRAKTEK

ANALISA KINERJA PEMUTUS TENAGA


150 KV BAY CAPASITOR PADA GARDU INDUK
PEMECUTAN KELOD

JOSUA FEBRIAN TOGATOROP

2005541081

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK INI TELAH DISETUJUI PADA


TANGGAL XX XXXX XXXX

JUDUL : ANALISA KINERJA PEMUTUS TENAGA 150 KV BAY


CAPASITOR PADA GARDU INDUK PEMECUTAN
KELOD
NAMA : JOSUA FEBRIAN TOGATOROP
NIM : 2005541081
BIDANG STUDI : ENERGI DAN SISTEM TENAGA LISTRIK

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. I Wayan Sukerayasa, MT


NIP. 196411031991031001

Mengetahui,
Kepala Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Dr. Gede Sukadarmika, ST., M.Sc.


NIP.196705051995121003
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LAPANGAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK INI TELAH DISETUJUI PADA


TANGGAL XX XXXX XXXX

JUDUL : ANALISA KINERJA PEMUTUS TENAGA 150 KV BAY


CAPASITOR PADA GARDU INDUK PEMECUTAN
KELOD

NAMA : JOSUA FEBRIAN TOGATOROP

NIM : 2005541081

BIDANG STUDI : ENERGI DAN SISTEM TENAGA LISTRIK

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan
LEMBAR PENGESAHAN REVISI

JUDUL : ANALISA KINERJA PEMUTUS TENAGA PADA SISI


150 KV DI GARDU INDUK PADANGSAMBIAN
NAMA : JOSUA FEBRIAN TOGATOROP
NIM : 2005541081
BIDANG STUDI : ENERGI DAN SISTEM TENAGA LISTIRK
TANGGAL :

Menyetujui

Dosen Penguji 1 Dosen Penguji 2


Seminar Kerja Seminar Kerja
Praktek Praktek

(……………………………………..) (……………………………………..)
NIP. NIP.

Dosen Pembimbing
Kerja Praktek

Ir. I Wayan Sukerayasa, MT


NIP. 196411031991031001
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas berkat dan anugerahNya laporan kerja praktek yang berjudul
“Analisa Kinerja Pemutus Tenaga 150 KV Bay Capasitor Pada Gardu
Induk Pemecutan Kelod” dapat diselesaikan

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini tentunya penulis banyak


menemui hambatan dan rintangan dalam penyusunan, namun berkat rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
Penyusunan laporan kerja praktek ini tidak akan berhasil apabila tanpa
adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini,
terutama kepada :

1. Ibu Prof. Ir. Linawati, M.Erg., Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Udayana.
2. Bapak Dr. Gede Sukadarmika, ST.,M.Sc. selaku Koordinator
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana.
3. Bapak Ir. I Wayan Sukerayasa, MT. selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis didalam
penyelesaian laporan kerja praktek.
4. Bapak I Dewa Gede Wisnu Agung Bayuna sebagai Supervisor Gardu
Induk Padangsambian yang telah meluangkan waktu dan tenaga
untuk mengarahkan dan membimbing selama kerja praktek.
5. Bapak Rizza Eka Putra Ramadhan selaku Assistant Supervisor
Gardu Induk Padangsambian telah meluangkan waktu untuk
membagi ilmu dan pengalaman kerja yang dimiliki.
6. Bapak Seluruh karyawan dan teknisi Gardu Induk Padangsambian
serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan
ini.
7. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa yang
tidak ternilai harganya.
8. Diah Triayu Rachmawati yang selalu menemani penulis dalam
penyusunan laporan Kerja Praktek
9. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu – persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek
masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan waktu,
pengalama dan pengetahuan, serta Laporan kerja Praktek ini masih
jauh dari kata sempurna, baik dari segi isi, teknis, bahasa maupun
tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan dimasa yang
datang.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi


pembaca.

Bukit, XX November 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PT. PLN (Persero)


Perjalanan berdirinya PT. PLN (Persero) berawal di akhir abad 19, dimana
bidang pabrik gula dan pabrik ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan
saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan
pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluaan sendiri. Antara
tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelola perusahaan-perusahaan Belanda
tersebut oleh Jepang. Setelah Belanda menyerah kepada pasukan tantara Jepang di
awal Perang Dunia II. Pada Agustus 1945 di akhir Perang Dunia II proses
perlaihan kekuasaan kembali terjadi, dimana saat Jepang menyerah kepada
Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui
delagasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pemimpin
KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan
perusahaan- perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27
Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga
listrik sebesar 157,5 MW (PT. PLN (Persero), 2023).

Pada tanggal 1 januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-
PLN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di
bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada
saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelola gas diresmikan. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 18, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai
Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha
Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi
kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan
kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik,
maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan
listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang (PT. PLN (Persero), 2023).

1.1.1 Visi, Misi, Moto, Maksud dan Tujuan Perseroan

Adapun visi, misi, moto serta maksud dan tujuan perseroan dari PT. PLN
(Persero) :
1. Visi
a. Menjadi Perusahaan Listrik Terkemuka se-Asia Tenggara
dan #1 Pilihan pelanggan untuk Solusi Energi.
2. Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota Perusahaan
dan pemengang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan


kualitas kehidupan Masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong


kegiatan ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.


3. Moto
a. Listrik untuk kehidupan yang lebih baik.
Maksud dan tujuan perseroan Untuk menyelenggarakan usaha penyediaan
tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai
serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang
ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan
prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
1.1.2 Profil Perusahaan PT. PLN (Persero) Unit Induk Transmisi Jawa
Timur dan Bali UPT Bali
Secara Administrasi, pengoperasian transmisi Bali dimulai pada bulan April
1987 dengan surat keputusan direksi PLN dimana untuk dua bulan pertama
transmisi Bali dikoordinir oleh I Wayan Sagri,BE dari PLN KJT Bali dan Ir.Djoko
Astowo, kepala PLN Sektor Malang dengan 24 personil petugas operator GI dan
Regu Pemeliharaan. Setelah dipandang cukup memadai dari segi SDM, dua bulan
kemudian dengan surat keputusan direksi PLN Pusat Nomor 016/Dir/1987 tanggal
5 Juni 1987, dan surat keputusan pimpinan PLN Pembangkit dan Penyalur Jawa
bagian Timur dan Bali Nomor 016/Dir/1987 tanggal 8 Juni 1981, Pengusulan
unit-unit Transmmisi dan Gardu Induk (Tragi) diserahkan PLN ke Sektor Malang
kepada PLN KJT dan Sektor Bali.
Peraturan pemerintah Nomor 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni secara
keseluruhan PLN yang Badan Usaha Milik Negara menjadi Persero yaitu PT.
PLN (Persero). PLN PJT menjadi PT.PLN (Persero) Pembangkit dan Penyaluran
Jawa Bagian Timur dan Bali. Tragi Bali masih di bawah PT.PLN (Persero) KJT
dan Sektor Bali. Kemudian dibentuk dua anak perusahaan PLN yakni PJB 1 dan
PJB 2. PT.PLN (Persero) Sektor Bali menjadi unit pembangkit Bali di bawah
Pembangkit Jawa-Bali berkedudukan di Pesanggaran. Tragi Bali diserahkan
kembali PT.PLN (Persero) Sektor Malang tanggal 1 Desember 1995 yang
merupakan gabungan pusat pengaturan Beban Jawa Bali disingkat dengan PT
PLN. (Persero) P3B, berkedudukan di jalan Krulut Limo Jakarta.
Pemisahaan antara Tragi Bali dengan UP Bali diikuti dengan perpindahan
pegawai sebanyak 81 orang dari 291 pegawai pada PLN Sektor Bali saat itu.
Perkembangan PLN selanjutnya terjadi perubahan status Tragi Bali menjadi
Sektor Denpasar mulai tanggal 16 April 1998 dengan Surat keputusan Pimpinan
PT.PLN (Persero) P3B berkedudukan di jalan Abianbase, Kapal, Kecamatan
Mengwi, Kabupaten Badung.
PT PLN (Persero) P3B Sektor Denpasar berubah nama menjadi PT-PLN
(Persero) UBS P3B SRB (PT PLN (Persero) Unit Bisnis Strategi Penyaluran dan
Pengaturan Beban Jawa-Bali Sub Region Bali). Pada bulan Oktober tahun 2002
kembali berubah nama menjadi PT.PLN (Persero) P3B JB-RJTB Sub Region
Bali). Pada bulan april 2012 PT PLN (Persero) P3B JB-RJTB Sub Region Bali
kembali berubah nama menjadi PT PLN (Persero) Transmisi Jawa Timur dan Bali
APP Bali. Pada bulan Oktober 2018 berubah nama menjadi PT PLN (Persero)
Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali UPT Bali.

1.1.3 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Induk Transmisi Jawa


Timur dan Bali UPT Bali
Dalam sistem penyaluran tenaga listrik, transmisi menjadi salah satu
bagian terpenting karena merupakan penghubung antara tempat dimana sumber
energi dibangkitkan hingga lebih dekat ke konsumen. Seiring dengan makin
meningkatnya jumlah konsumen dan beraneka ragam jenis kebutuhannya, maka
peran transmisi juga semakin kompleks. Sehingga dalam pelaksanakan kerja yang
dilakukan terdapat bagian-bagian dan orang-orang yang bertanggung jawab atas
bagiannya masing-masing yang diatur dalam struktur organisasi.
Pedoman kerja berupa tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab dari
masing-masing bagian terdapat dalam struktur organisasi. Untuk mengetahui
struktur organisasi PT PLN (Persero) UITJBTB UPT Bali lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 1.1 dan 1.2
Gambar 1. 1 Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) UITJBTB UPT Bali
(Sumber: Raka, 2020)

Gambar 1. 2 Struktur Organisasi Manager ULTG Bali Selatan


PT.PLN (Persero) UITJBTB UPT Bali
(Sumber: Raka, 2020)

Dari struktur organisasi (gambar 1.1 dan 1.2) tentang organisasi PT PLN
(Persero) UITJBTB UPT Bali dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Manager UPT
Bertanggung jawab atas rencana kerja dan anggaran (RICA) Unit
Pelaksana Transmisi, melaksanakan pengelolaan aset sistem transmisi,
pengendalian investasi sistem transmisi dan logistik, melaksanakan
pemeliharaan instalasi penyaluran tenaga listrik di wilayah kerjanya
yang meliputi fungsi pemeliharaan proteksi, meter dan SCADATEL,
dan Keselamatan ketenagalistrikan (Suarta, 2014).
2. Manager Bidang ULTG Bali Selatan
Mengelola fungsi pengelolaan dan pemeliharaan aset yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi hasil pemeliharaan
instalasi penyaluran, seta pengelolaan K3 di wilayah bagian bali selatan
Meliputi GI Padang Sambian, Pemecutan Kelod, Sanur, Pesanggaran,
Bandara, Nusa Dua Pecatu, Gianyar dan Amlapura. agar diperoleh
ketersediaan instalasi penyaluran yang kontinyu, handal dan aman
(Raka , 2020).
3. Manager Bidang PDKB
Mensupervisi pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan
instalasi penyaluran tenaga listrik dalam keadaan bertenaga agar
diperoleh keandalan dan kontinuitas operasi sistem yang optimal.
Manager Bidang PDKB membawahi supervisor PDKB Jaringan, dan
supervisor PDKB Gardu Induk (Raka, 2020).
4. Manager Bidang Administrasi dan Umum
Mengelola administrasi Umum yang meliputi fungsi SDM, Sekretariat
dan Dokumentasi, anggaran, Keuangan dan akuntansi, Corporate Social
Responsibility, logistik dan fasilitas umum serta mengendalikan
keamanan dan ketertiban lingkungan dan Aset untuk mendukung
pencapaian kinerja. Asisten Manager Administrasi dan umum
membawahi supervisor administrasi dan SDM, supervisor anggaran dan
akuntansi, dan supervisor logistik dan umum (Raka, 2014).
5. Manager Bidang ULTG Bali Utara
Mengelola fungsi pengelolaan dan pemeliharaan aset yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi hasil pemeliharaan
instalasi penyaluran, seta pengelolaan K3 di wilayah bali bagian utara
Meliputi GI Gilimanuk, Negara, Antosari, Kapal, Payangan, Baturiti,
Pemaron, Tanah lot.
6. Manager Perencanaan Dan Evaluasi
7. Manager Kontruksi
8. Bidang Usaha Perusahaan dan Akivitas di Bidang Usaha
Perusahaan Listrik Negara (PLN) bergerak dalam bidang usaha
kelistrikan. Terutama dalam bidang usaha jual beli listrik dan
pelayanan teknik. Adapun aktivitas yang dilakukan secara rutin di PT
PLN (Persero) UITJBTB UPT adalah sebagai berikut: (Raka, 2020)
a. Aktivitas Pelayanan Pelanggan
1) Melaksanakan proses administrasi dengan sebaik-baiknya.
2) Menyelesaikan keluhan-keluhan pelanggan
3) Mengusahakan kepuasan pelanggan
4) Membuat daftar keluhan pelanggan untuk memperbaiki sistem
pelayanan dan kepuasan pelanggan.
5) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya sebagai
pertanggung jawaban tugas
b. Aktivitas Pelayanan di Luar Kantor
1) Melakukan perbaikan teknis jika listrik mengalami kerusakan
2) Mengikuti pelaksanaan alat ukur dan pembatas dan penyegelan.
3) Melakukan pemeriksaan secara rutin di masing-masing unit gardu
induk.
4) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya dan pertanggung
jawaban tugasnya.
1.2 Gambaran Khusus Topik Kerja Praktek
Dalam ilrnu kelistrikan (elektro) circuit breaker mempunyai peranan vital
dalam proses pengaman atau proteksi pada suatu sistem kelistrikan. Circuit
Breaker/Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat yang paling penting dari semua alat
penghilang/peredam dari gangguan tenaga. PMT mempunyai 2 kemampuan untuk
menghilangkan arus hubung singkat yang sangat besar yang melebihi nilai
nominal dari arus beban yang melewati konduktor maupun isolator. Pada saat
pengoperasian suatu sistem tenaga listrik sering terjadi gamgguan, mulai dari
gangguan Trafo, gangguan LA, gangguan Transmisi, dimana penyebab gangguan
tersebut bisa mengakibatkan PMT trip.

Penelitian ini dilakukan di Gardu induk Pemecutan kelod pada PMT bay
kapasitor yang terjadi rekondisi gas sf6 pada PMT. Gardu Pemecutan kelod
Menggunakan PMT Gas SF6 (150KV). Oleh karena alasan tersebut maka pada
kesempatan kali ini penulis mengangkat judul mengenai analisa kinerja pemutus
tenaga 150 KV bay kapasitor pada gardu induk pemecutan kelod.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan Kerja Praktek yang telah
dilaksanakan yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui hasil kinerja PMT sesuai standar operasi setelah rekondisi
gas sf6.
2. Mempelajari secara langsung mengenai sistem sistem pengaman
instalasi peralatan tegangan tinggi terutama khususnya PMT/ Pemutus
Tenaga yang digunakan pada Gardu Induk 150 KV Pemecutan Kelod
1.4 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Mengetahui prosedur dan proses dalam melakukan pemeliharaan
dan penanggulangan gangguan pada gardu induk meliputi pemutus
tenaga r pada wilayah kerja PT. PLN (PERSERO) ULTG Bali
Selatan.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan rasa nyaman dan kinerja listrik yang baik kepada
masyarakat khususnya pelanggan listrik agar tidak terjadi
pemadaman.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan kerja praktek ini membahas tentang kegiatan analisa
kinerja PMT setelah pemeliharaan atau rekondisi gas SF6 dengan melakukan
pengujian sesua standar operasi yang berlaku pada gardu induk. Adapun
ruang lingkup dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Sifat kegiatan
Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja praktek yang merupakan
suatu kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa semester
VII unutk memenuhi kurikulum S1 Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
2. Waktu Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan dalam periode kerja praktek
yang dilaksanakan selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 4
September 2023 sampai dengan 4 Oktober 2023 yang bertempat di
PT. PLN (PERSERO) ULTG Bali Selatan.
3. Bidang Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan kerja praktek yang telah dilaksanakan,
penulis lebih mengkonsentrasikan pada pembelajaran dan
pengenalan tentang kegiatan mengenai sistem sistem pengaman
instalasi peralatan tegangan tinggi terutama khususnya PMT/
Pemutus Tenaga bay kapasitor yang digunakan pada Gardu Induk
150 KV Pemecutan Kelod.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tenaga Listrik


Sistem Tenaga Listrik secara umum merupakan suatu sistem yang terdiri dari
lima sub sistem utama yaitu pembangkit listrik, sistem transmisi, gardu induk,
sistem distribusi dan beban. Sumber listrik dari sistem tenaga listrik berasal dari
pembangkit listrik dan disalurkan melalui sistem transmisi. Sebelum masuk ke
sistem transmisi energi listrik yang telah dibangkitkan tegangannya akan dinaikan
menggunakan transformator penaik tegangan (Step-Up Transformator) untuk
kemudian disalurkan melalui sistem transmisi menuju gardu induk. Tegangan ini
dinaikan dengan maksud untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir pada
saluran transmisi. Setelah daya listrik yang disalurkan melalui sistem transmisi
sampai pada gardu induk, maka selanjutnya tegangan transmisi diturunkan
melalui transformator penurun tegangan (Step-Down Transformator) di gardu
induk tersebut. Tegangan akan diturunkan menjadi tegangan menengah sebesar
20kV untuk dapat disalurkan ke gardu distribusi. Kemudian dari gardu distribusi
tegangan kembali diturunkan menjadi tegangan rendah sebesar 220V/380V
sehingga selanjutnya dapat disalurkan melalui saluran distribusi menuju pusat-
pusat beban (Wibowo, 2018).

Gambar 2.1 Komponen Sistem Tenaga Listrik


(Sumber : (Wibowo, 2018))
2.2 Sistem Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi tenaga listrik adalah proses penghantaran tenaga listrik secara
besar-besaran dari pembangkit listrik menuju ke gardu listrik. Jalur yang
terinterkoneksi untuk memfasilitasi penghantaran ini dikenal sebagai jaringan
transmisi listrik. Transmisi berbeda dengan proses penghantaran listrik dari gardu
ke pengguna, yang biasanya disebut sebagai distribusi tenaga listrik. Kombinasi
dari jaringan transmisi dan distribusi listrik dikenal sebagai "jaringan listrik”
((FEMP). May 2002)
Sebagian besar jalur transmisi menghantarkan listrik berarus bolak-balik tiga
fasa tegangan tinggi, walaupun arus bolak-balik satu fasa terkadang juga
digunakan dalam elektrifikasi perkeretaapian. Teknologi arus searah bertegangan
tinggi juga digunakan untuk menghantarkan listrik dalam jarak yang sangat jauh
(biasanya ratusan mil) karena lebih efisien daripada arus bolak-balik. Teknologi
ini juga digunakan pada kabel listrik bawah laut (biasanya dengan jarak lebih dari
30 mil (50 km).

2.5.1 Karakteristik Mekanik Jaringan Transmisi


1. Underground dan Overhead
Jaringan overhead lebih banyak digunakan, karena dengan
menggunakan udara sebagai isolasi kabel, kabel lebih murah serta biaya
instalasi lebih sederhana dan mudah. Dibanyak negara berkembang
kabel tanpa isolasi lebih banyak tersedia daripada kabel underground
(bawah tanah). Kabel tanpa isolasi lebih beresiko terhadap petir dan
pohon yang tumbang. Daerah sepanjang jalur kabel harus bebas dari
tumbuhan dan harus diperiksa secara periodik. Tiang listrik mungkin
memiliki usia yang terbatas dan harus diganti mungkin sekitar 15 tahun
sekali. Selain itu jaringan overhead kurang efisien daripada
underground untuk ukuran konduktor yang ditentukan, hal ini karena
jarak yang lebar antara konduktor meningkatkan kerugian induktif.
Kabel underground harus disolasi dengan baik dan terlindungi dari
pergerakan tanah, penggalian tanah, dan bangunan baru. Sekali
dipasang, harus bekerja tanpa perawatan sampai material isolasi rusak,
biasanya lebih lama dari 50 tahun. Perhitungan untuk jaringan overhead
dan underground pada dasarnya sama. Tetapi implikasi biaya dan
perawatan harus benar-benar diperhatikan. Berdasarkan pengalaman
dan beberapa aspek teknis serta ekonomis, untuk di Indonesia lebih baik
dipakai jaringan overhead (udara). Jaringan transmisi udara pada
dasarnya mempunyai komponen utama penghantar, tiang dan isolator.
Pertimbangan yang pertama dalam merancang bangun jaringan adalah
listriknya. Penghantar yang dipakai harus sesuai, sehingga jika jaringan
dipakai untuk menyalurkan tenaga listrik tidak timbul panas yang
berlebihan atau rugi tegangan yang besar. Isolasinya juga harus sesuai
dengan sistem tegangan yang digunakan, semakin besar sistem
tegangan yang dipakai menuntut pula isolasi yang lebih besar. Rancang
bangun mekanik juga harus dipertimbangkan, sebagai contoh
penghantar dan tiang jaringan yang dipakai harus cukup kuat untuk
menahan beban mekanik.(repositori.kemdikbud.go.id)
2.3 Gardu Induk
Gardu Induk (GI) adalah merupakan bagian dari sistem ketenagalistrikan
yang berperan untuk menyalurkan daya listrik, baik mentransformasikan ke
tegangan yang lebih rendah ataupun ke tegangan yang lebih tinggi, juga
menyalurkan daya pada tegangan yang tetap.

Gambar 2.2 Gardu Induk


(sumber: Dokumentasi Pribadi)
2.3.1 Jenis-jenis gardu induk
Gardu induk dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, baik dari sisi sistem
isolasi, dari sisi tegangan, maupun dari sisi pemasangan busbar.
Berdasarkan sistem isolasinya, gardu induk dibedakan menjadi 2 jenis, antara
lain:
1. Sistem Isolasi Gas SF6
Pada jenis gardu induk ini, sistem isolasinya adalah gas SF6 (Sulfur
Hexaflouride). GI jenis ini sering juga disebut GIS (Gas Insulated
Switchgear), dimana bagian yang bertegangan ditempatkan didalam
suatu selubung besi yang diisi gas SF6 sebagai isolasinya. Pemasangan
GI jenis ini sangat cocok untuk lahan yang minim, karena pada
penerapannya GI jenis ini tidak memerlukan lahan yang begitu luas.
2. Sistem Isolasi Udara
Pada gardu induk jenis ini, sistem isolasinya adalah udara, dimana
peralatan listrik yang terpasang di GI diisolasi oleh udara antar fasa
ataupun antar peralatannya. Pada GI jenis ini diperlukan lahan yang
cukup luas, karena tahanan tembus udara yang tidak begitu baik.

2.4 Pemeliharaan Gardu Induk


Gangguan pada gardu induk erat sekali hubungannya dengan
pemeliharaannya. Oleh karena itu, kebijaksanaan pemeliharaan sangat diperlukan
guna menjamin operasi yang stabil. Banyaknya gangguan yang terjadi dapat
dikarenakan pemeliharaan yang kurang baik serta peralatan yang rusak. Jadi jelas
bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan guna mencegah
terjadinya gangguan. Untuk dapat mengambil kesimpulan yang lebih tepat jumlah
peralatan yang terganggu, lamanya peralatan itu bertugas, kondisinya, waktu
terjadi gangguan dan sebagainya, perlu dipelajari lebih mendalam. Pemeliharaan
bertujuan meningkatkan hasil kerja (performance) peralatan, mandeteksi
kerusakan secepat mungkin dan mencegah gangguan semakin meluas.
Menurut (PT. PLN (Persero), 2014) Tugas pemeliharaan terperinci
dibedakan sebagai berikut :
a. Patroli harian, inspeksi dan perbaikan; Selama operasi, peralatan
diperiksa oleh indra manusia dan instrumen-instrumen pengukur.
Pembersihan dan perbaikan kecil dapat juga dilakukan selama operasi.
Hal-hal yang dianggap penting akan dicatat untuk menyusun laporan
harian.
b. Inspeksi tetap (regular) dan perbaikan; Selain peralatan yang dapat
diperiksa setiap hari, ada sekelompok peralatan lain yang harus
diperiksa secara teratur. Pengerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan indra, perkakas serta alat pengukur dan penguji
pekerjaan inspeksi tersebut, dan bila perlu maka akan dilakukan
perbaikan.
c. Inspeksi khusus dan perbaikan; Inspeksi khusus dan perbaikan
dilaksanakan bila kelihatan adanya ketidaknormalan pada inspeksi
biasa, bila peralatan terlalu sering digunakan dan bila ada gangguan
yang serius pada peralatan yang sama jenisnya.
Flow chart kegiatan pemeliharaan Gardu Induk dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 2. 4 Flow Chart Kegiatan Pemeliharaan Gardu Induk


2.5 Pemutus Tenaga
Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan
saklar/switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus
beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode
waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam kondisi abnormal/gangguan
seperti kondisi hubung singkat (short circuit).
Sedangkan definisi PMT berdasarkan IEEE C37.100:1992 (Standard
definitions for power switchgear) adalah merupakan peralatan saklar/ switching
mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam
kondisi normal sesuai dengan ratingnya serta mampu menutup, mengalirkan
(dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi
abnormal/gangguan sesuai dengan ratingnya. Fungsi utamanya adalah sebagai alat
pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta
mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada
jaringan atau peralatann lain (IEV (International Electrotechnical Vocabulary)
441-14-20)

2.5.1 Klasifikasi PMT


Klasifikasi Pemutus Tenaga dapat dibagi atas beberapa jenis, antara lain
berdasarkan tegangan rating/nominal, jumlah mekanik penggerak, media isolasi,
dan proses pemadaman busur api jenis gas SF6.
2.5.2 Berdasarkan Besar/Kelas Tegangan
PMT dapat dibedakan menjadi (SPLN 1.1995):
1. PMT tegangan rendah (Low Voltage)
Dengan range tegangan 0.1 s/d 1 kV
2. PMT tegangan menengah (Medium Voltage)
Dengan range tegangan 1 s/d 35 kV
3. PMT tegangan tinggi (High Voltage)
Dengan range tegangan 35 s/d 245 kV
4. PMT tegangan extra tinggi (Extra High Voltage)
Dengan range tegangan lebih besar dari 245 kVAC

Gambar 2.5 Macam-macam PMT


(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

2.5.3 Berdasarkan Jumlah Mekanik Penggerak / Tripping Coil


PMT dapat dibedakan menjadi :
1. PMT S ingle Pole
PMT type ini mempunyai mekanik penggerak pada masing-masing
pole, umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay penghantar agar PMT
bisa reclose satu fasa.

Gambar 2.6 PMT Single Pole


(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

2. PMT Three Pole


PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak untuk tiga fasa,
guna menghubungkan fasa satu dengan fasa lainnya di lengkapi dengan
kopel mekanik, umumnya PMT jenis ini di pasang pada bay trafo dan
bay kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi.

Gambar 2.7 PMT Three Pole


(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

2.5.4 Berdasarkan Media Isolasi


Jenis PMT dapat dibedakan menjadi:
1. PMT Gas SF6
2. PMT Minyak
3. PMT Udara Hembus (Air Blast)
4. PMT Hampa Udara ( Vacuum)
2.5.2 Berdasarkan Proses Pemadaman Busur Api Listrik Diruang Pemutus
PMT SF6 dapat dibagi dalam 2(dua) jenis, yaitu :
1. PMT Jenis Tunggal (single pressure type)
PMT terisi gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2, selama terjadi
proses pemisahan kontak – kontak, gas SF6 ditekan (fenomena thermal
overpressure) ke dalam suatu tabung/cylinder yang menempel pada
kontak bergerak selanjutnya saat terjadi pemutusan, gas SF6 ditekan
melalui nozzle yang menimbulkan tenaga hembus/tiupan dan tiupan ini
yang memadamkan busur api.
Gambar 2.8 PMT SF6 Saat Proses Pemutusan Arus Listrik
(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)
2. PMT Jenis Tekanan Ganda (double pressure type)
PMT terisi gas SF6 dengan sistem tekanan tinggi kira-kira 12 Kg / cm2
dan sistem tekanan rendah kira-kira 2 Kg / cm2, pada waktu pemutusan
busur api gas SF6 dari sistem tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke
sistem tekanan rendah. Gas pada sistem tekanan rendah kemudian
dipompakan kembali ke sistem tekanan tinggi, saat ini PMT SF6 tipe ini
sudah tidak diproduksi lagi
2.6 Komponen dan Fungsi
Sistem Pemutus (PMT) terdiri dari beberapa sub-sistem yang memiliki
beberapa komponen. Pembagian komponen dan fungsi dilakukan berdasarkan
Failure Modes Effects Analysis (FMEA), sebagai berikut:
2.6.1 Primary
Merupakan bagian PMT yang bersifat konduktif dan berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik dengan nilai losses yang rendah dan Mampu
menghubungkan / memutuskan arus beban saat kondisi normal/tidak normal.
1. Interrupter, Merupakan bagian terjadinya proses membuka atau
menutup kontak PMT. Didalamnya terdapat beberapa jenis kontak
yang berkenaan langsung dalam proses penutupan atau pemutusan
arus, yaitu, Kontak bergerak/moving contact, Kontak tetap/fixed
contact dan Kontak arcing/arcing contact
Gambar 2.9 Interrupter
(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)
2. Terminal Utama
Bagian dari PMT yang merupakan titik sambungan/koneksi antara
PMT dengan konduktor luar dan berfungsi untuk mengalirkan arus
dari atau ke konduktor luar.

Gambar 2.10 Terminal Utama


(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

2.6.2 Dielectric
Berfungsi sebagai Isolasi peralatan dan memadamkan busur api dengan
sempurna pada saat moving contact bekerja.
1. Electrical Insulation (Isolator)
Pada Pemutus (PMT) terdiri dari 2 (dua) bagian isolasi yang berupa
isolator, yaitu Isolator Ruang Pemutus (Interrupting Chamber)
merupakan isolator yang berada pada ruang pemutus (interupting
chamberi) dan Isolator Penyangga (Isolator Support) merupakan
isolator yang berada pada penyangga/support.
2. Media Pemadam Busur Api
Berfungsi sebagai media pemadam busur api yang timbul pada saat
PMT bekerja membuka atau menutup. Berdasarkan media pemadam
busur api, PMT dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
a. Pemadam busur api dengan gas Sulfur Hexa Fluorida (SF6)
Menggunakan gas SF6 sebagai media pemadam busur api yang
timbul pada waktu memutus arus listrik. Sebagai isolasi, gas SF6
mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan udara dan kekuatan dielektrik ini bertambah seiring dengan
pertambahan tekanan. Umumnya PMT jenis ini merupakan tipe
tekanan tunggal (single pressure type), dimana selama operasi
membuka atau menutup PMT, gas SF6 ditekan kedalam suatu
tabung/silinder yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu
pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang
mematikan busur api

Gambar 2.11 PMT Satu Katup dengan Gas SF6


(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

b. Pemadam Busur Api dengan Minyak/Oil


Menggunakan minyak isolasi sebagai media pemadam busur api
yang timbul pada saat PMT bekerja membuka atau menutup. Jenis
PMT dengan minyak ini dapat dibedakan menjadi PMT
menggunakan banyak minyak (bulk oil) dan PMT menggunakan
sedikit minyak (small oil) PMT jenis ini digunakan mulai dari
tegangan menengah 6 kV sampai tegangan ekstra tinggi 425 kV
dengan arus nominal 400 A sampai 1250 A dengan arus pemutusan
simetris 12 kA sampai 50 kA.

Gambar 2.12 PMT Bulk Oil


(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

c. Pemadaman Busur Api dengan Udara Hembus/Air Blast


PMT ini menggunakan udara sebagai media pemadam busur api
dengan menghembuskan udara ke ruang pemutus. PMT ini disebut
juga sebagai PMT Udara Hembus (Air Blast).

Gambar 2.13 PMT Udara Hembus/Air Blast


(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

d. Pemadaman Busur Api dengan Hampa udara/Vaccum

Ruang hampa udara mempunyai kekuatan dielektrik (dielektrik


strength) yang tinggi dan sebagai media pemadam busur api yang
baik. Saat ini, PMT jenis vacuum umumnya digunakan untuk
tegangan menengah (24kV). Jarak (gap) antara kedua katoda
adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm setiap kenaikan
tegangan 3 kV. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi,
digunakan PMT jenis ini dengan dihubungkan secara seri. Ruang
kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain
porcelain, kaca
atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak
dapat dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena
kemampuan tegangan dielektrik yang tinggi maka bentuk fisik
PMT jenis ini relatif kecil.

Gambar 2.14 Ruang kontak utama (breaking chamber) pada PMT


vacuum
(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

2.6.3 Driving Mechanism


Berfungsi menyimpan energi untuk dapat menggerakkan kontak gerak
(moving contact) PMTdalam waktu tertentu sesuai dengan spesifikasinya.
Terdapat beberapa jenis sistem penggerak pada PMT, yaitu
1. Penggerak pegas (Spring Drive)
Mekanis penggerak PMT dengan menggunakan pegas (spring) terdiri
dari 2 macam, yaitu Pegas pilin (helical spring) PMT jenis ini
menggunakan pegas pilin sebagai sumber tenaga penggerak yang di
tarik atau di regangkan oleh motor melalui rantai dan Pegas gulung
(scroll spring) PMT ini menggunakan pegas gulung untuk sumber
tenaga penggerak yang di putar oleh motor melalui roda gigi.
Gambar 2.15 Sistem Pegas Pilin (Helical)
(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

Gambar 2.16 Sistem Pegas Gulung (Scroll)


(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

2. Penggerak Hidrolik
Penggerak mekanik PMT hidrolik adalah rangkaian gabungan dari
beberapa komponen mekanik, elektrik dan hidrolik oil yang dirangkai
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk
membuka dan menutup PMT. Skematik diagram sistem hidrolik dan
elektrik berikut, merupakan skematik sederhana untuk memudahkan
pemahaman cara kerja sistem hidrolik dan keterkaitannya dengan
sistem elektrik.
Gambar 2.17 Skematik Diagram Sistem Hidrolik
(sumber : Siemens 3AP)
Pada kondisi PMT membuka/keluar, sistem hidrolik tekanan tinggi
tetap pada posisi seperti pada piping diagram, di mana minyak hidrolik
tekanan rendah warna biru) bertekanan sama dengan tekanan Atmosfir
dan (warna merah) bertekanan tinggi hingga 360 bar.
3. Penggerak Pneumatic
Penggerak mekanik PMT pneumatic adalah rangkaian gabungan dari
beberapa komponen mekanik, elektrik dan udara bertekanan yang
dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak
untuk membuka dan menutup PMT.
4. SF6 Gas Dynamic
PMT jenis ini media memanfaatkan tekanan gas SF6 yang berfungsi
ganda selain sebagai pemadam tekanan gas juga dimanfaatkan sebagai
media penggerak. Setiap PMT terdiri dari 3 identik pole, dimana
masing – masing merupakan unit yang terdiri dari Interrupter, isolator
tumpu, dan power aktuator yang digerakkan oleh gas SF6 masing –
masing pole dalam cycle tertutup. Energi untuk menggerakkan kontak
utama terjadi karena adanya perbedaan tekanan gas SF6 volume yang
antara terbentuk dalam interrupter dan isolastor tumpu dan volume
dalam enclosure mekanik penggerak.
2.6.4 Secondary
Sub sistem secondary berfungsi mengirim sinyal kontrol/trigger untuk
mengaktifkan subsistem mekanik pada waktu yang tepat, bagian subsistem
secondary terdiri dari :
1. Lemari Mekanik/Kontrol
Berfungsi untuk melindungi peralatan tegangan rendah dan
sebagai tempat secondary equipment.
2. Lemari Mekanik/Kontrol
Berfungsi untuk melindungi peralatan tegangan rendah dan
sebagai tempat secondary equipment.
3. Terminal Dan Wiring Control
Sebagai terminal wiring kontrol PMT serta memberikan trigger
pada mekanik penggerak untuk operasi PMT.

Gambar 2.18 Lemari Mekanik/Kontrol


(sumber : Buku Pedoman Pemeliharaan)

2.7 Failure Modes Effects Analysis (FME)


Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) adalah prosedur analisa dari
model kegagalan (failure modes) yang dapat terjadi dalam sebuah sistem
untuk diklasifikasikan berdasarkan hubungan sebab-akibat dan penentuan
efek dari kegagalan tersebut terhadap sistem. Tabel FMEA untuk Sistem PMT
terlampir
1. FMEA untuk Sistem PMT
a. Sistem dan Fungsi
Sistem Fungsi
Circuit Breaker (CB) atau merupakan peralatan saklar / switching
Pemutus Tenaga (PMT) mekanis, yang mampu menutup,
mengalirkan dan memutus arus beban
dalam kondisi normal serta mampu
menutup, mengalirkan (dalam periode
waktu tertentu) dan memutus arus
beban dalam kondisi abnormal /
gangguan seperti kondisi hubung
singkat (short circuit
Tabel 2.1 Sistem dan Fungsi
b. Sub Sistem dan Fungsi
No Sub Sistem Fungsi
1 Primary menyalurkan energi listrik dengan nilai losses
yang rendah dan Mampu menghubungkan /
memutuskan arus beban saat kondisi
normal/tidak normal.
2 Dielectric sebagai Isolasi peralatan dan memadamkan
busur api dengan sempurna pada saat moving
contact bekerja
3 Driving Mechanism menyimpan energi untuk dapat menggerakkan
kontak gerak (moving contact) PMTdalam
waktu tertentu sesuai dengan spesifikasinya
4 Secondary mengirim sinyal kontrol / trigger untuk
mengaktifkan subsistem mekanik pada waktu
yang tepat
Tabel 2.2 Sub Sistem dan Fungsi
BAB III
LAPORAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK
3.1 Kegiatan Kerja Praktek
Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 4 September 2023
sampai dengan 4 Oktober 2023 yang bertempat ini PT. PLN (PERSERO) ULTG
Bali Selatan terhitung kurang lebih selama satu bulan, yang beralamat Jl. Imam
Bonjol No.350, Pemecutan Klod, Kec. Denpasar Bar., Kota Denpasar, Bali 80119
Lingkungan Pesanggaran, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan,
Kota Denpasar, Provinsi Bali. Bersesuaian dengan ruang lingkup kegiatan yang
dilakukan, rincian kegiatan kerja praktek berdasarkan acuan waktu mingguan,
sebagai berikut:
3.1.1 Minggu Pertama Kerja Praktek
Pada minggu pertama penulis melakukan pengenalan diri kepada staff PT.
PLN (PERSERO) ULTG Bali Pengenalan semua jajaran kepungurusan,
pengenalan lingkungan sekitar Perusahaan pengenalan bagian-bagian pada gardu
induk serta mendapat penjelasan mengenai K3 (Keamanan, Keselamatan, dan
Kesehatan Kerja). Penulis juga dihadapkan dengan Supervisor Gardu induk
padangsambian untuk mendapatkan pengarahan serta tata tertib yang harus
dilakukan pada saat melakukan pekerjaan dilapangan. Pada minggu pertama kerja
praktek, pekerjaan yang telah dilaksanakan yaitu sebagai berikut;
- 4 September 2023
Pemberian materi Safety Induction dan pembagian Tugas di Gardu
Induk Padang Sambiang
- 5 September 2023
Pengenalan Tempat dan bagian-bagian alat pada Gardu induk Padang
Sambiang.
- 6 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1 yang dilakukan
berdasarkan panca indra (visual, pendengaran, penciuman) tiap
peralatan pada Gardu Induk dan monitoring beban dan suhu trafo
1,2&3, level minyak CT, parameter motor dan gas SF6 pada PMT dan
tegangan , arus beban dan daya T/L Pesanggaran dan Pemecutan Kelod,
Pengukuran tegangan relay mekanik trafo 1, 2 dan 3(mingguan),
Pengukuran arus bocor trafo 1,2 & 3(mingguan), Pengukuran
thhermofisi (pengukuran suhu klem, jumper peralatan, body, kontak
(DS)(mingguan), Pengukuran Thermofisi rangkaian terminal CT
peralatan (mingguan) Pengukuran tahanan pentanahan SUTT 150 KV
- 7 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1 dan Inspeksi
CBM level 2 Pengukuran tegangan batteray 110 VDC

Gambar 3.1 Dokumentasi Kegiatan Minggu Pertama


(sumber : Dokumentasi Pribadi)
3.1.2 Minggu Kedua Kerja Praktek
Pada Minggu kedua penulis mengikuti bebrapa kegiatan monitoring yang
telah diberikan oleh supervisior gardu induk padang sambian. Adapun
kegiatan pada minggu kedua yaitu sebagai berikut;
- 11 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1, Pengukuran arus
bocor trafo 1,2 & 3, Pengukuran tegangan kontak, wiring, relay bantu
dan terminal relay mekanik trafo kondisi online/bertegangan dan
Sosialisasi Masyarakat terhadap bahaya pada jaringan SUTT
- 12 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1, Pengukuran
thhermofisi (pengukuran suhu klem, jumper peralatan , body , kontak
(DS) dan Pemiliharaan Jaringan (melepas layangan pada kabel SUTT)
- 13 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1 dan Pengukuran
thhermofisi (pengukuran suhu klem, jumper peralatan , body , kontak
(DS)(lanjutan pengukuran)
- 14 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1

Gambar 3.2 Dokumentasi Kegiatan Minggu Kedua


(sumber : Dokumentasi Pribadi)
3.1.3 Minggu Ketiga Kerja Praktek
Pada Minggu kedua penulis mengikuti beberapa kegiatan monitoring dan
pemeliharaan yang telah diberikan oleh supervisior gardu induk padang
sambian. Adapun kegiatan pada minggu ketiga yaitu sebagai berikut;
- 18 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1
- 19 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1 dan Pengukuran
tegangan batteray 110 VDC
- 20 September 2023
Rekondisi Gas SF6 pada pemutus tenaga 150KV bay capasitor di gardu
induk pemecutan kelod
- 21 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1, Pengukuran
tegangan kontak, wiring, relay bantu dan terminal relay mekanik trafo
kondisi online dan Pengukuran arus bocor trafo 1,2 & 3
- 22 September 2023
Mengikuti inspeksi peralatan proteksi sistem beban digardu induk
padangsambian oleh unit UP2B
Gambar 3.3 Dokumentasi Kegiatan Minggu Ketiga
(sumber : Dokumentasi Pribadi)
3.1.4 Minggu Keempat Kerja Praktek
Pada Minggu keempat penulis mengikuti beberapa kegiatan monitoring
yang telah diberikan oleh supervisior gardu induk padang sambian dan
Penulis mulai fokus melengkapi data yang berkaitan dengan laporan kerja
praktek serta berdiskusi dengan pembimbing lapangan. Adapun kegiatan
pada minggu keempat yaitu sebagai berikut;
- 25 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1
- 27 September 2023
CBM (condition base maintenance) inspeksi level 1 dan Pengukuran
thermofisi klem jumperan SUTT 150 KV
- 29 September 2023
Pembersihan Area Gardu Induk Padangsambian diarea switch yard
- 2 Oktober 2023
- 3 Oktober 2023
- 4 Oktober 2023

Gambar 3.4 Dokumentasi Kegiatan Minggu Keempat


(sumber : Dokumentasi Pribadi)

BAB IV
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai