Anda di halaman 1dari 96

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
Gedung DI Lantai 1, Kampus Bukit Jimbaran
Telepon: (0361) 703315
http://www.ee.unud.ac.id

LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA DAYA

KELOMPOK :-
PERCOBAAN :PENYEARAH SATU PHASA TIDAK
TERKONTROL DENGAN DIODA
TGL. PERCOBAAN :6 DESEMBER 2021
PLP/ ASISTEN :I WAYAN LASTERA, ST

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021/2022
BAB I
PENYEARAH SATU PHASA TIDAK TERKONTROL DENGAN DIODA

1.1. Tujuan:
a. Mengetahui prinsip kerja dan parameter dari penyearah setegah gelombang tanpa beban
b. Mengetahui prinsip kerja dan parameter dari penyearah gelombang penuh tanpa beban
c. Mengetahui prinsip kerja dan parameter dari penyearah setegah gelombang berbeban (R, L,
C)
d. Mengetahui prinsip kerja dan parameter dari penyearah gelombang penuh berbeban (R, L,
C ).

1.2. Bahan dan Peralatan:


a. Dioda 4 buah
b. Avometer 2 buah
c. Pengaman 1 A 1 buah
d. Sumber satu phasa 1 unit
e. Voltage and current adapter 1 unit
f. Resistor shunt 1 ohm 2 buah
g. Resistor shunt stand 1 buah
h. Beban resistif,induktif,capasitif 1 unit
i. Osiloskop 1 unit
j. Kabel jumper secukupnya.
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Dioda

Dioda adalah gabungan bahan semikonduktor tipe N yang merupakan bahan dengan
kelebihan elektron dan tipe P adalah kekurangan satu elektron sehingga membentuk Hole. Hole dalam
hal ini berfungsi sebagai pembawa muatan. Apabila kutub P pada dioda (biasa disebut anode)
dihubungkan dengan kutub positif sumber maka akan terjadi pengaliran arus listrik dimana elektron
bebas pada sisi N (katode) akan berpindah mengisi hole sehingga terjadi pengaliran arus. Sebaliknya
apabila sisi P dihubungkan dengan negatif baterai / sumber, maka elektron akan berpindah ke arah
terminal positif sumber. Didalam dioda tidak akan terjadi perpindahan elektron. Dalam rangkaian
elektronika daya, dioda difungsikan sebagai sakelar. Pada saat sebagai sakelar dioda akan konduksi
(ON) jika potensial pada anoda lebih positif daripada potensial pada katoda, dan dioda akan memblok
(OFF) jika potensi pada anoda lebih negative daripada potenisal pada katoda.

Gambar 1. a). simbol dioda, b). karakteristik dioda dan c). karaktersistik ideal dioda jika dioperasikan
sebagai sakelar

Jika diode dalam kondisi ideal, ketika dioda dalam kondisi ON memiliki karakteristik
tegangan pada dioda sama dengan nol dan arus yang mengalir pada diode sama dengan arus bebannya.
Sebaliknya, dioda dalam kondisi OFF memiliki karakteristik tegangan pada dioda sama dengan
tegangan sumbernya dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi dioda ON dan OFF ini
dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian daya pada dioda.

2.1.1. Bias Maju Dioda

Gambar 2. Kondisi Bias Maju Dioda

Ketika dioda disambungkan sebagaimana pada gambar diatas, dimana kaki anodanya
disambungkan ke kutub positif dan katodanya disambungkan ke kutub negatif baterai, kita mengatakan
bahwa dioda diberikan bias maju. Sebuah dioda hanya akan menghantarkan arus listrik apabila diberi
bias maju. Semikonduktor tipe p bergerak ke kanan sedang semikonduktor tipe n bergerak ke kiri (saling
merapat) membuat saluran deplesi makin kecil. Jika tegangan sumber nilainya lebih besar dari tegangan
barrier, akan ada arus yang mengalir. Pada dioda, tegangan barriernya 0,7 volt.
2.1.2. Bias Mundur Dioda

Gambar 3. Kondisi Bias Mundur Dioda

Ketika sebuah dioda disambungkan dengan polaritas yang terbalik, dimana kaki katodanya
disambungkan ke kutub positif dan kaki anodanya disambungkan ke kutub negatif, kita mengatakan
bahwa dioda diberikan bias mundur. Sebuah dioda tidak akan menghantarkan arus listrik apabila diberi
bias mundur. Semikonduktor tipe n bergerak ke kiri sedang semikonduktor tipe p bergerak ke kanan
(saling menjauhi) membuat saluran deplesi makin melebar

2.2. Penyearah Daya


Penyearah daya merupakan rangkaian elektronika daya yang berfungsi untuk mengubah tegangan
sumber masukan arus bolak-balik dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk
tegangan searah yang tetap. Jenis sumber tegangan masukan untuk mencatu rangkaian penyearah daya
dapat digunakan tegangan bolak- balik satu fasa dan tiga fasa. Penyearah satu fasa merupakan rangkaian
penyearah daya dengan sumber masukan tegangan bolak-balik satu fasa, sedangkan penyearah tiga fasa
rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan tegangan bolak-balik tiga fasa. Rangkaian
penyearahan dapat dilakukan dalam bentuk penyearah setengah gelombang (halfwave) dan penyearah
gelombang-penuh (fullwave). Pembebanan pada rangkaian penyearah daya umumnya dipasang beban
resistif atau beban resistif-induktif. Efek dari pembebanan ini akan mempengaruhi kualitas tegangan
luaran yang dihasilkan dari rangkaian penyearah.
2.3. Penyearah Setengah Gelombang Satu Fasa
Rangkaian penyearah yang paling sederhana adalah penyearah setengah gelombang, terdiri
dari sebuah dioda yang dipasang pada sisi sekunder sebuah trafo dan diserikan dengan sebuah beban R
(resistif) atau beban RL (resistif induktif).
2.3.1 Beban Resistif (R)
Proses penyearahan dapat dijelaskan melalui gambar 4.(a) dan 2.(b), yang dimana pada
setengah siklus pertama dengan polaritas positif, diode pada rangkaian penyearah akan ON karena
polaritas tegangan pada anoda lebih positif dibandingkan pada katoda.

Gambar 4. Penyearah Setengah Gelombang Satu fasa Beban R


Gambar 4.(a) merupakan rangkaian penyearah setengah gelombang dengan beban Resistif,
dan gambar 4.(b) merupakan hasil gelombang telah disearahkan. Pada proses ini menghasilkan tegangan
luaran (VL) sebesar tegangan setengah perioda pertama (Vm). Selanjutnya, pada setengah siklus kedua
dengan polaritas negatif, dioda pada rangkaian penyearah akan OFF karena polaritas tegangan pada
anoda lebih negatif dibandingkan pada katoda. Pada proses ini menghasilkan tegangan luaran sama
dengan nol. Proses ON dan OFF dioda ini berlangsung secara cepat berdasarkan frekuensi tegangan
sumber masukan.
Di sini, dioda berfungsi sebagai sakelar sekaligus melakukan pengubahan (converting) dari
sumber bolak-balik menjadi tegangan searah. Ditinjau dari tegangan luaran (VL) yang dihasilkan,
terdapat dua jenis komponen tegangan, yaitu : (1) tegangan searah rerata (Vdc) dan tegangan searah
efektif (root mean square-rms), VL. Nilai tegangan luaran masing-masing adalah :
Tegangan masukan (input), VS. 𝑉 = 𝑉 sin 𝜔𝑡 = 𝑉 sin 𝜔𝑡
Tegangan luaran (output) rerata, Vdc dan arus luaran rerata, Idc :
.
𝑉 = = 0.318𝑉 𝐼 =
Tegangan luaran (output) efektif, VL dan Arus luaran efektif, IL:
.
𝑉 = = 0.5𝑉 𝐼 =
Dengan demikian, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran efektif (PL) adalah:
𝑃 = 𝑉 .𝐼 𝑃 = 𝑉 .𝐼

Jika arus efektif sumber masukan (IS) sama dengan arus efektif luaran (IL), maka faktor
daya penyearahan yang diakibatkan proses penyearah ini sebesar :
𝑉 .𝐼
𝑐𝑜𝑠 𝜑 =
𝑉 .𝐼

2.3.2. Beban Resistif Induktif (RL)


Gambar 5. (a) merupakan rangkaian penyearah setengah-gelombang satu-fasa dengan beban
resistif-induktif (RL), sedangkan 5 (b) dan (c) menunjukkan bentuk gelombang hasil penyearahan.
Proses penyearahan dapat dijelaskan melalui Gambar 5 (a), (b) dan (c), pada setengah siklus pertama
dengan polaritas positif, dioda pada rangkaian penyearah akan ON karena polaritas tegangan pada anoda
lebih positif dibandingkan pada katoda. Tetapi, karena pengaruh tegangan yang tersimpan pada induktor
(L) maka dioda terus ON sampai waktu tertentu (). Akibatnya, waktu konduksi dioda menjadi lebih
lama ( + ). Selanjutnya, pada setengah siklus kedua dengan polaritas negatif yang dimulai dari ,
dioda pada rangkaian penyearah akan OFF karena polaritas tegangan pada anoda lebih negatif
dibandingkan pada katoda. Pada proses ini menghasilkan tegangan luaran sama dengan nol.
Gambar 5. Penyearah Setengah Gelombang Satu Fasa dengan Beban RL Seri

Nilai komponen tegangan luaran (Vdc) dan arus searah (dc) ditentukan sebagai berikut :
𝑉 𝑉
𝑉 = [1 − cos(𝜋 + 𝜃 )] = (1 − cos 𝛽)
2𝜋 2𝜋
dimana : 𝜃 = (𝛽 − 𝜋), dan 𝜃 ≈ 𝑡𝑎𝑛

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa sudut konduksi diode () melebihi  sampai titik
pemadaman (  ). Tegangan luaran, Vo, dapat mencapai maksimum jika  = 0. Keadaan ini dapat
dilakukan dengan cara menambah diode komutasi (freewheeling diode) yang dipasang paralel dengan
beban RL, sehingga nilai tegangan luaran seperti penyearah setengah-gelombang satu fasa beban R.

2.3.3. Penyearah Gelombang-Penuh Satu-Fasa


Ada 2 (dua) jenis rangkaian penyearah gelombang penuh satufasa, yaitu: penyearah titik tengah
(center tap - CT) dan penyearah jembatan. Gambar 6 merupakan rangkaian penyearah CT dan Gambar
7 rangkaian penyearah jembatan.
Gambar 4 merupakan rangkaian penyearah gelombang-penuh satu fasa CT dengan beban R. Pada
sisi sekunder trafo, polaritas positif terjadi pada setengah perioda pertama dan kedua, sehingga dioda D 1
akan ON saat setengah perioda pertama sedangkan dioda D2 akan OFF. Sebaliknya, pada setengah
periioda kedua dioda D2 akan ON sedangkan dioda D1 akan OFF. Tegangan luaran searah dihasilkan
ketika dioda D1 dan D2 ON yang memiliki nilai tegangan searah rerata (Vdc) dan tegangan efektif (VL).
Tetapi, ketika dioda D1 dan D2 OFF, nilai tegangan pada dioda D1 dan D2 sebesar – 2 Vm.
Gambar 6 merupakan rangkaian penyearah gelombangpenuh satu fasa jembatan dengan beban R.
Jumlah dioda dalam rangkaian penyearah ini sebanyak empat buah, yaitu: D1, D2, D3, dan D4. Pada
setengah siklus pertama dengan polaritas positif, dioda D1 dan D2 pada rangkaian penyearah akan ON
sedangkan dioda D3 dan D4 dalam kondisi OFF.
Selanjutnya, pada setengah siklus kedua dengan polaritas negatif, dioda D3 dan D4 pada rangkaian
penyearah akan ON sedangkan D1 dan D2 dalam kondisi OFF. Tegangan luaran searah dihasilkan ketika
dioda D1 dan D2, serta D3 dan D4 dalam kondisi ON yang memiliki nilai tegangan searah rerata dan
efektif. Tetapi, ketika dioda D1 dan D2, serta D3 dan D4 dalam kondisi OFF, nilai tegangan pada dioda
D1 dan D2 sebesar –Vm. Jadi, perbedaan mencolok dari kedua jenis penyearah ini adalah nilai tegangan
pada diode (Vd ) saat kondisi “OFF”, yaitu : sebesar -2Vm untuk penyearah CT dan sebesar - Vm untuk
penyearah jembatan.

Gambar 6. Rangkaian Penyearah Gelombang penuh Satu Fasa dengan CT

Gambar 7. Rangkaian dan Penyearah Gelombang-penuh Satu Fasa Jembatan

Dengan bentuk gelombang hasil penyeeahan seperti ditunjukkan pada gambar 6 dan 7 dapat
ditentukan nilai tegangan luaran rerata (Idc) yang mengalir sebagai berikut:
𝑉 = = 0,637𝑉 𝐼 =
Selanjutnya, nilai tegangan luaran efektif (VL) dan arus efektif (IL) yang mengalir adalah:
𝑉 = = 0,707𝑉 𝐼 =

Jadi, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran efektif (PL) adalah :
𝑃 = 𝑉 .𝐼 𝑃 = 𝑉 .𝐼

Faktor daya penyearahan (cos φ) rangkaian ditentukan dengan persamaan:


𝑃 𝑃
𝑐𝑜𝑠 𝜑 = =
𝑆 𝑉 .𝐼

Jika rangkain pada gambar 6 dan 7 dihubungkan dengan beban resistif-induksi (RL), maka nilai
tegangan luaran (VL) ditentukan berdasarkan deret Fourier yang terdiri dari komponen tegangan searah
(dc) dan tegangan harmonic genap, yaitu:
𝑑𝑖
𝑉 = 𝑅𝑖 + 𝐿
𝑑𝑡
𝑉 (𝑡) = 𝑉 , + (𝑎 cos 𝑛𝜔𝑡 + 𝑏 sin 𝑛𝜔𝑡)
, ,..
Dimana: 𝑉 , =

𝑎 =0
𝑏 =𝑉 = ∑ , .. ( )( )
; n adalah harmonic genap ke-n

2.4 Sifat Beban Listrik


Beban listrik adalah suatu alat atau benda yang dapat bekerja atau berfungsi apabila
dialiri arus listrik yang berpotensial (dapat bekerja dengan memanfaatkan energi listrik).
2.4.1 Beban Listrik Resistif
Beban resistif adalah beban listrik pada rangkaian listrik AC, yang diakibatkan oleh
peralatan listrik dengan sifat resistif murni, sehingga beban tersebut tidak mengakibatkan pergeseran
fasa arus maupun tegangan listrik jaringan. Beban resistif dihasilkan oleh alat-alat listrik yang bersifat
murni tahanan (resistor) seperti pada elemen pemanas dan lampu pijar. Beban resistif ini memiliki sifat
yang “pasif”, dimana ia tidak mampu memproduksi energi listrik, dan justru menjadi konsumen energi
listrik. Resistor bersifat menghalangi aliran elektron yang melewatinya (dengan jalan menurunkan
tegangan listrik yang mengalir), sehingga mengakibatkan terkonversinya energi listrik menjadi panas.
Dengan sifat demikian, resistor tidak akan merubah sifat-sifat listrik AC yang mengalirinya. Gelombang
arus dan tegangan listrik yang melewati resistor akan selalu bersamaan membentuk bukit dan lembah.
Dengan kata lain, beban resistif tidak akan menggeser posisi gelombang arus maupun tegangan listrik
AC.

Gambar 8. Gelombang Sinusoidal Resistif Listrik AC

Nampak pada grafik di atas, karena gelombang tegangan dan arus listrik berada pada fase
yang sama maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban resistif murni akan
selalu ditopang oleh 100% daya nyata.

2.4.2. Beban Listrik Induktif


Beban induktif diciptakan oleh lilitan kawat (kumparan) yang terdapat di berbagai alat-alat
listrik seperti motor, trafo, dan relay. Kumparan dibutuhkan oleh alat-alat listrik tersebut untuk
menciptakan medan magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet pada kumparan
inilah yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus listrik AC. Kumparan memiliki sifat untuk
menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik. Seperti yang diketahui bersama bahwa listrik AC
memiliki nilai arus yang naik turun membentuk gelombang sinusoidal. Perubahan arus listrik yang naik
turun inilah yang dihalangi oleh komponen kumparan di dalam sebuah rangkaian listrik AC.
Terhalangnya perubahan arus listrik ini mengakibatkan arus listrik menjadi tertinggal beberapa derajat
oleh tegangan listrik pada grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik AC. Atas dasar inilah beban
induktif dikenal dengan istilah beban lagging (arus tertinggal tegangan).
Gambar 9. Gelombang Sinusoidal Induktif Murni

Nampak pada gelombang sinusoidal listrik AC di atas, bahwa jika sebuah sumber listrik
AC diberi beban induktif murni, maka gelombang arus listrik akan tertinggal sejauh 90° oleh gelombang
tegangan.

2.4.3. Beban Listrik Kapasitif


Beban kapasitif merupakan kebalikan dari beban induktif. Jika beban induktif menghalangi
terjadinya perubahan nilai arus listrik AC, maka beban kapasitif bersifat menghalangi terjadinya
perubahan nilai tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan bahwa kapasitor bersifat seakan-akan
menyimpan tegangan listrik sesaat. Mendapatkan supply tegangan AC naik dan turun, maka kapasitor
akan menyimpan dan melepaskan tegangan listrik sesuai dengan perubahan tegangan masuknya.
Fenomena inilah yang mengakibatkan gelombang arus AC akan mendahului (leading) tegangannya
sejauh 90°.

Gambar 10. Gelombang Sinusoidal Kapasitif Murni

Gambar di atas adalah gelombang sinusoidal tegangan dan arus listrik AC pada beban
kapasitor murni. Nampak jika kita plot daya listrik yang dibutuhkan untuk menanggung beban kapasitor
juga berbentuk sinusoidal. Daya listrik bernilai positif (daya diserap kapasitor) pada setengah pertama
gelombang sinusoidal daya, serta negatif (daya dikeluarkan kapasitor) pada setengah gelombang kedua.
BAB III
CARA KERJA

3.1. Penyearah 1 phasa tak terkontrol (penyearah setengah gelombang tanpa beban).

A2
A1
Osilosko
p
L1
L2
L3 V1 V2
N
PE

Gambar 11. Penyearah setengah gelombang tanpa beban

 Sebelum praktikum dimulai siapkan perlengkapan yang diperlukan.


 Ikutilah pretes sesuai yang di persyaratkan.
 Susunlah rangkaian pengujian penyearah setengah gelombang tanpa beban seperti gambar 7.
 Periksa dan pahami prinsip kerja rangkaian yang telah disusun.
 Peragakan/tunjukkan kepada asisten rangkaian yg telah di buat, pastikan rangkaian yang dibuat
sudah benar, mintalah persetujuan kepada asisten sebelum rangkaian pengujian dioperasikan.
 Jika rangkaian sudah dinyatakan benar, rangkaian siap dioperasikan.
 Hidupkan saklar daya dengan menekan tuas ON-OFF sklar daya ke posisi 1(ON).
 Amati kerja rangkaian, catat parameter tegangan input di V1, tegangan output di V2, arus input
di A1, arus output di A2, pada tabel 1.
 Tampilkan bentuk gelombang tegangan input di V1, tegangan output di V2, arus input di A1, arus
output di A2, dengan osiloskop kemudian di salin ke kertas milimeter blok.
 Jika parameter pengujian selesai di amati/ dicatat diskusikanlah dengan sesama anggota
kelompok.
 Jika ada yang belum dipahami, diskusikan dengan asisten praktikum/dosen pembimbing.
 Jika pengujian telah selesai matikan sumberdaya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0 (OFF).
 Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya.
 Kumpulkan laporan hasil pengujian ke petugas lab, sebagai laporan sementara.
 Setelah mengumpulkan laporan sementara, hasil pengujian, dianalisis dengan bimbingan dosen
pembimbing kemudian hasil akhirnya dikumpulkan dalam bentuk laporan akhir praktikum ke
petugas lab.
 Kegiatan Praktikum pada sesi ini sudah selesai, tinggal menunggu nilai akhir kegiatan praktikum.
 Nilai akhir praktikum dikeluarkan pada akhir semester.

Tabel 1:

Tegangan input Tegangan output Arus Input (A1) Arus Output Beban
(V1) Volt (V2) Volt Amper (A2) amper
3.2. Penyearah 1 phasa tak terkontrol (penyearah setengah gelombang berbeban).

A1 A2 Beban
Osilosko
L1 p
L2 V1 V2
L3
N
PE

Gambar 12. Penyearah setengah gelombang berbeban

 Sebelum praktikum dimulai siapkan perlengkapan yang diperlukan.


 Ikutilah pretes sesuai yang di persyaratkan.
 Susunlah rangkaian pengujian penyearah setengah gelombang berbeban seperti gambar 8.
 Mulailah dengan beban R (Resistor) 300 ohm.
 Periksa dan pahami prinsip kerja rangkaian yang telah disusun.
 Peragakan/tunjukkan kepada asisten rangkaian yg telah di buat, pastikan rangkaian yang dibuat
sudah benar, mintalah persetujuan kepada asisten sebelum rangkaian pengujian dioperasikan.
 Jika rangkaian sudah dinyatakan benar, rangkaian siap dioperasikan.
 Hidupkan saklar daya dengan menekan tuas ON-OFF sklar daya ke posisi 1(ON).
 Amati kerja rangkaian, catat parameter tegangan input di V1, tegangan output di V2, arus input
di A1, arus output di A2, pada tabel 2.
 Tampilkan bentuk gelombang tegangan input di V1, tegangan output di V2, arus input di A1, arus
output di A2, dengan osiloskop kemudian di salin ke kertas milimeter blok.
 Ulangi seperti langkah poin • (4) – poin •(10) dengan beban RL diseri.
 Ulangi seperti langkah poin 0 (4) – poin 0 (10) dengan beban RC diparalel.
 Jika parameter pengujian selesai di amati/ dicatat diskusikanlah dengan sesama anggota
kelompok.
 Jika ada yang belum dipahami, diskusikan dengan asisten praktikum/dosen pembimbing.
 Jika pengujian telah selesai matikan sumber daya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0 (OFF).
 Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya.
 Kumpulkan laporan hasil pengujian ke petugas lab, sebagai laporan sementara.
 Setelah mengumpulkan laporan sementara, hasil pengujian, dianalisis dengan bimbingan dosen
pembimbing kemudian hasil akhirnya dikumpulkan dalam bentuk laporan akhir praktikum ke
petugas lab.
 Kegiatan Praktikum pada sesi ini sudah selesai, tinggal menunggu nilai akhir kegiatan
praktikum.
 Nilai akhir praktikum dikeluarkan pada akhir semester.
Tabel 2:

Tegangan input Tegangan output Arus Input (A1) Arus Output Beban
(V1) Volt (V2) Volt Amper (A2) amper

R=
RL seri

RC paralel

3.3. Penyearah 1 phasa tak terkontrol (penyearah gelombang penuh tanpa beban).

A1 A2
Osilosko
L1 p
L2 V1 V2
L3
N
PE

Gambar 13. Penyearah gelombang penuh tanpa beban

 Sebelum praktikum dimulai siapkan perlengkapan yang diperlukan.


 Ikutilah pretes sesuai yang di persyaratkan.
 Susunlah rangkaian pengujian penyearah gelombang penuh tanpa beban seperti gambar 9.
 Periksa dan pahami prinsip kerja rangkaian yang telah disusun.
 Peragakan/tunjukkan kepada asisten rangkaian yg telah di buat, pastikan rangkaian yang dibuat
sudah benar, mintalah persetujuan kepada asisten sebelum rangkaian pengujian dioperasikan.
 Jika rangkaian sudah dinyatakan benar, rangkaian siap dioperasikan.
 Hidupkan saklar daya dengan menekan tuas ON-OFF sklar daya ke posisi 1(ON).
 Amati kerja rangkaian, catat parameter tegangan input di V1, tegangan output di V2, arus input
di A1, arus output di A2, pada tabel 3.
 Tampilkan bentuk gelombang tegangan input di V1, tegangan output di V2, arus input di A1, arus
output di A2, dengan osiloskop kemudian di salin ke kertas milimeter blok.
 Jika parameter pengujian selesai di amati/ dicatat diskusikanlah dengan sesama anggota
kelompok.
 Jika ada yang belum dipahami, diskusikan dengan asisten praktikum/dosen pembimbing.
 Jika pengujian telah selesai matikan sumberdaya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0 (OFF).
 Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya.
 Kumpulkan laporan hasil pengujian ke petugas lab, sebagai laporan sementara.
 Setelah mengumpulkan laporan sementara, hasil pengujian, dianalisis dengan bimbingan dosen
pembimbing kemudian hasil akhirnya dikumpulkan dalam bentuk laporan akhir praktikum ke
petugas lab.
 Kegiatan Praktikum pada sesi ini sudah selesai, tinggal menunggu nilai akhir kegiatan
praktikum.
 Nilai akhir praktikum dikeluarkan pada akhir semester
Tabel 3:

Tegangan input Tegangan output Arus Input (A1) Arus Output Beban
(V1) Volt (V2) Volt Amper (A2) amper

3.4. Penyearah 1 phasa tak terkontrol (penyearah gelombang penuh berbeban).


A1 A2 Beba
n Osilosk
L1 op
L2 V1 V2
L3
N
PE

Gambar 14. Penyearah gelombang penuh berbeban

 Sebelum praktikum dimulai siapkan perlengkapan yang diperlukan.


 Ikutilah pretes sesuai yang di persyaratkan.
 Susunlah rangkaian pengujian penyearah gelombang penuh berbeban seperti gambar 10.
 Mulailah dengan beban R (Resistor) 100 ohm.
 Periksa dan pahami prinsip kerja rangkaian yang telah disusun.
 Peragakan/tunjukkan kepada asisten rangkaian yg telah di buat, pastikan rangkaian yang dibuat
sudah benar, mintalah persetujuan kepada asisten sebelum rangkaian pengujian
dioperasikan.
 Jika rangkaian sudah dinyatakan benar, rangkaian siap dioperasikan.
 Hidupkan saklar daya dengan menekan tuas ON-OFF sklar daya ke posisi 1(ON).
 Amati kerja rangkaian, catat parameter tegangan input di V1, tegangan output di V2, arus input
di A1, arus output di A2, pada tabel 4.
 Tampilkan bentuk gelombang tegangan input di V1, tegangan output di V2, arus input di A1, arus
output di A2, dengan osiloskop kemudian di salin ke kertas milimeter blok.
 Ulangi seperti langkah poin 0 (4) – poin 0 (10) dengan beban RL diseri.
 Ulangi seperti langkah poin 0 (4) – poin 0 (10) dengan beban RC diparalel.
 Jika parameter pengujian selesai di amati/ dicatat diskusikanlah dengan sesama anggota
kelompok.
 Jika ada yang belum dipahami, diskusikan dengan asisten praktikum/dosen pembimbing.
 Jika pengujian telah selesai matikan sumber daya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0 (OFF).
 Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya.
 Kumpulkan laporan hasil pengujian ke petugas lab, sebagai laporan sementara.
 Setelah mengumpulkan laporan sementara, hasil pengujian, dianalisis dengan bimbingan dosen
pembimbing kemudian hasil akhirnya dikumpulkan dalam bentuk laporan akhir praktikum
ke petugas lab.
 Kegiatan Praktikum pada sesi ini sudah selesai, tinggal menunggu nilai akhir kegiatan
praktikum.
 Nilai akhir praktikum dikeluarkan pada akhir semester.
Tabel 4:

Tegangan input Tegangan output Arus Input (A1) Arus Output Beban
(V1) Volt (V2) Volt Amper (A2) amper

R=

RL seri
RC paralel
LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyearah Setengah Gelombang 1 Phasa Tak Terkontrol Tak Berbeban

Gambar 7.1 (kiri) gelombang tegangan masukan dan (kanan) gelombang arus masukan

Gambar 7.2 (kiri) Gelombang tegangan keluaran dan (kanan) Gelombang arus keluaran

Gambar 7.3 (kiri) hasil pengukuran tegangan masukan dan (kanan) hasil pengukuran arus masukan

Gambar 7.4 (kiri) hasil pengukuran tegangan keluarab dan (kanan) hasil pengukuran arus keluaran

Penyearah Setengah Gelombang 1 Phasa Tak Terkontrol Berbeban 300R


Gambar 7.5 (kiri) Gelombang tegangan masukan dan (kanan) gelombang arus masukan

Gambar 7.6 (kiri) gelombang tegangan keluaran dan (kanan) gelombang arus keluaran

Gambar 7.7 (kiri) hasil pengukuran tegangan masukan dan (kanan) hasil pengukuran arus masukan

Gambar 7.8 (kiri) hasil pengukuran tegangan keluaran dan (kanan) hasil pengukuran arus keluaran
Penyearah Setengah Gelombang 1 Phasa Tak Terkontrol Tak Berbeban 300R dan
100mH hubung seri

Gambar 7.9 (kiri) gelombang tegangan masukan dan (kanan) gelombang arus masukan

Gambar 7.10 (kiri) gelombang tegangan keluaran dan (kanan) gelombang arus kelaran

Gambar 7.11 (kiri) hasil pengukuran tegangan masukan dan (kanan) hasil pengukuran arus masukan
Gambar 7.12 (kiri) hasil pengukuran tegangan keluaran dan (kanan) hasil pengukuran arus keluaran

Penyearah Setengah Gelombang 1 Phasa Tak Terkontrol Berbeban 300R dan


28µF hubung parallel

Gambar 13 (kiri) gelombang tegangan masukan dan (kanan) gelombang arus masukan

Gambar 7.14 (kiri) gelombang tegangan keluaran dan (kanan) gelombang arus keluaran

Gambar 7.15 (kiri) hasil pengukuran tegangan masukan dan (kanan) hasil pengukuran arus masukan
Gambar 7.16 (kiri) hasil pengukuran tegangan keluaran dan (kanan) hasil pengukuran arus keluaran

Penyearah Gelombang Penuh 1 Phasa Tak Terkontrol Tak Berbeban

Gambar 7.17 (kiri) gelombang tegangan masukan dan (kanan) gelombang arus masukan

Gambar 7.18 (kiri) gelombang tegangan keluaran dan (kanan) gelombang arus keluaran
Gambar 7.19 (kiri) hasil pengukuran tegangan masukan dan (kanan) hasil pengukuran arus masukan

Gambar 7.20 (kiri) hasil pengukuran tegangan keluaran dan (kanan) hasil pengukuran arus keluaran
Penyearah Gelombang Penuh 1 Phasa Tak Terkontrol Berbeban 300R

Gambar 7.21 (kiri) gelombang tegangan masukan dan (kanan) gelombang arus masukan

Gambar 7.22 (kiri) gelombang tegangan keluaran dan (kanan) gelombang arus keluaran

Gambar 7.23 (kiri) hasil pengukuran tegangan masukan dan (kanan) hasil pengukuran arus masukan

Gambar 7.24 (kiri) hasil pengukuran tegangan keluaran dan (kanan) hasil pengukuran arus keluaran
Penyearah Gelombang Penuh 1 Phasa Tak Terkontrol Berbeban 300R dan
100mH hubung seri

Gambar 7.25 (kiri) gelombang tegangan masukan dan (kanan) gelombang arus masukan

Gambar 7.26 (kiri) gelombang tegangan keluaran dan (kanan) gelombang arus keluaran

Gambar 7.27 (kiri) hasil pengukuran tegangan masukan dan (kanan) hasil pengukuran arus masukan
Gambar 7.28 (kiri) hasil pengukuran tegangan keluaran dan (kanan) hasil pengukuran arus keluaran

Penyearah Gelombang Penuh 1 Phasa Tak Terkontrol Berbeban 300R dan 28µF
hubung parallel

Gambar 7.29 (kiri) gelombang tegangan masukan dan (kanan) gelombang arus masukan

Gambar 7.30 (kiri) gelombang tegangan keluaran dan (kanan) gelombang arus keluaran
Gambar 7.31 (kiri hasil pengukuran tegangan masukan dan ( kanan) hasil pengukuran arus masukan

Gambar 7.32 (kiri) hasil pengukuran tegangan keluaran dan (kanan) hasil pengukuran arus keluaran
TUGAS PENDAHULUAN

Soal
1. Jelaskan prinsip kerja penyearah setengah gelombang !
2. Jelaskan prinsip kerja penyearah setengah gelombang dengan beban RC paralel!
3. Jelaskan prinsip kerja penyearah gelombang penuh!
4. Jelaskan prinsip kerja penyearah gelombang penuh dengan beban RL seri!
5. Jelaskan prinsip kerja penyearah gelombang penuh dengan beban RC paralel !.
Jawaban:
1. Prinsip kerja pada penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada saat sinyal input
berupa siklus positif maka dioda mendapat bias maju, sehingga arus mengalir ke beban,
dan sebaliknya bila sinyal input berupa sinyal negatif maka dioda medapat bias mundur
sehingga arus tidak dapat mengalir. Pada setengah siklus kedua diada akan menjadi
dioda yang dengan busa mundur yang memiliki sifat menghambat dan tidak
menghantar artinya seperti saklar terbuka sehingga tidak ada arus yang mengalir pada
beban. Untuk membuat suatu rangkaian penyearah setengah gelombang dibutuhkan
komponen berupa resistor, kapasitor, dioda, transformator.
2. Pada penyearah setengah gelombang dengan menggunakan beban RC terhubung
paralel. Tujuan adanya kapasitor atau filter pada rangkaian ialah untuk mendapatkan
tegangan keluaran searah yang rata dan rangkaian rectifier. Prinsip kerja pada
penyearah setengah gelombang dengan beban kapasitor ialah pada saat siklus pertama
dengan polaritas positif menuju anoda. Maka dioda dalam kondisi forward bias yang
menjadikan arus mengalir menuju ke beban. Beban yang dituju adalah beban kapasitif,
beban kapasitif tersebut akan terisi dengan cepat seharga dengan tegangan puncak
masukan. Pada komponen kapasitor akan mereduksi ripple sesuai kapasitansinya.
Semakin besar nilai kapasitansi, amka semakin baik pereduksinya terhadap tegangan
ripple. Semakin besar maka semakin lama pelepasan energi yang akan membuat
gelombnag sinyal keluaran menjadi datar.
3. Penyearah gelombang penuh adalah penyearah dengan menggunakan komponen
semikonduktor sebanyak empat buah dengan konfigurasi hubung dioda jembatan.
Prinsip kerja pada penyearah gelombang penuh ialah pada dioda D1 D2 D3 D4. Pada
saat siklus pertama yang dengan polaritas positif, dioda D1 dan D3 akan dalam kondisi
ON sedangkan dioda D2 dan D4 dalam kondisi OFF. Pada siklus tersebut dioda D1 dan
D3 dalam kondisi forward bias sehingga arus mengalir. Pada siklus kedua dengan
polaritas negatif, dioda D2 dan D4 akan kondisi ON sedangkan D1 dan D3 dalam
kondisi OFF. Dioda D2 dan D4 kondisi forward bias yang menjadi arus negatif
mengalir sehingga disearahkan menjadi gelombang positif. Ada 2 (dua) jenis rangkaian
penyearah gelombang penuh satufasa, yaitu: penyearah titik tengah (center tap - CT)
dan penyearah jembatan
4. Pada setengah siklus pertama dengan polaritas positif, dioda pada rangkaian penyearah
akan ON karena polaritas tegangan pada anoda lebih positif dibandingkan pada katoda.
Tetapi, karena pengaruh tegangan yang tersimpan pada induktor (L) maka dioda terus
ON sampai waktu tertentu . Akibatnya, waktu konduksi dioda menjadi lebih lama.
Selanjutnya, pada setengah siklus kedua dengan polaritas negatif, dioda pada rangkaian
penyearah akan OFF karena polaritas tegangan pada anoda lebih negatif
dibandingkan pada katoda. Pada proses ini menghasilkan tegangan luaran sama dengan
nol.
5. Prinsip kerja pada penyearah gelombang penuh ialah pada dioda D1 D2 D3 D4. Pada
saat siklus pertama yang dengan polaritas positif, dioda D1 dan D3 akan dalam kondisi
ON sedangkan dioda D2 dan D4 dalam kondisi OFF. Pada siklus tersebut dioda D1 dan
D3 dalam kondisi forward bias sehingga arus mengalir. Pada siklus kedua dengan
polaritas negatif, dioda D2 dan D4 akan kondisi ON sedangkan D1 dan D3 dalam
kondisi OFF. Dioda D2 dan D4 kondisi forward bias yang menjadi arus negatif
mengalir sehingga disearahkan menjadi gelombang positif. Kemudian hasil sinyal yang
telah disearahkan tersebut akan menuju beban. Beban yang digunakan adalah beban
kapasitif. Guna beban tersebut sebagai filter. Pada komponen kapasitor akan mereduksi
ripple sesuai kapasitansinya. Semakin besar nilai kapasitansi, amka semakin baik
pereduksinya terhadap tegangan ripple. Semakin besar maka semakin lama pelepasan
energi yang akan membuat gelombnag sinyal keluaran menjadi datar
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2017.”Bias Maju dan Bias Mundur Dioda Semikonduktor”.


https://panduanyu.blogspot.com/2017/09/bias-maju-mundur-dioda-semikonduktor-saluran-
deplesi-hole-elektron-tegangan-arus-kutub-barrier.html. Diakses pada tanggal 21 Desember
2021
Kaang.2011.”Dioda, Forward Bias, Reverse Bias”.
https://www.elektronikabersama.web.id/2011/05/dioda-forward-bias-dan-reverse-bias.html.
Diakses pada tanggal 21 Desember 2021
Anonym.2021.” Dioda: Pengertian, Fungsi, Prinsip Kerja, Contoh Dan Jenis Dioda”.
https://www.gurupendidikan.co.id/dioda/. Diakses pada tanggal 21 Desember 2021
Anonym.2013.” Pengertian Penyearah Daya”. http://www.info-
elektro.com/2013/12/pengertian-penyearah-daya-pada.html. Diakses pada tanggal 21 Desember
2021
Anonym.2013.” Penyearah 1 Fasa Beban Resistif Induktif ( RL)”. http://www.info-
elektro.com/2013/12/penyearah-1-fasa-beban-resistif.html. Diakses pada tanggal 21 Desember
2021

Anonym.2020.” Pengertian Beban Resistif, Induktif, dan Kapasitif Pada Jaringan Listrik AC ”.
https://artikel-teknologi.com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-kapasitif-pada-jaringan-
listrik-ac/ . Diakses pada tanggal 21 Desember 2021
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
Gedung DI Lantai 1, Kampus Bukit Jimbaran
Telepon: (0361) 703315
http://www.ee.unud.ac.id

LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA DAYA

KELOMPOK :-
PERCOBAAN : PENYEARAH SATU PHASA, 1 PULSA YANG
TERKONTROL DENGAN MENGGUNAKAN
THYRISTOR
TGL. PERCOBAAN :6 DESEMBER 2021
PLP/ ASISTEN :I WAYAN LASTERA, ST

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021/2022
BAB I
PENYEARAH SATU PHASA, 1 PULSA YANG TERKONTROL DENGAN MENGGUNAKAN
THYRISTOR

1.2. Tujuan:
a. Mengetahui prinsip kerja dari penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol dengan menggunakan
thyristor.
b. Mengetahui prinsip kerja dan parameter dari penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol dengan
menggunakan thyristor, dengan berbagai sudut penyalaan.
c. Mengetahui prinsip kerja dan parameter dari penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol dengan
menggunakan thyristor, dengan berbagai sudut penyalaan , dengan berbagai beban (R,L,
RLseri , RL Paralel)

1.3. Bahan dan Peralatan:


a. Thyristor 1 buah
b. Diode 1 buah
c. Avometer 4 buah
d. Watt meter 2 buah
e. Power factor meter 1 buah
f. Pengaman 2 A 1 buah
g. Sumber satu phasa 1 unit
h. Voltage and current adapter 1 unit
i. Power Supply Unit +15, 0, - 15 V 1 unit
j. Unit Pengatur 1 unit
k. Setp o in t Po ten s io mete r 1 un it
l. Resistor shunt 1 ohm 2 buah
m. Resistor shunt stand 1 buah
n. Beban resistif,induktif,capasitif 1 unit
o. Osiloskop 1 unit
p. Kabel jumper secukupnya.
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Thyristor
Thyristor adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai saklar (switch) atau
pengendali yang terbuat dari bahan semikonduktor. Thyristor yang secara ekslusif bertindak sebagai
saklar ini pada umumnya memiliki dua hingga empat kaki terminal. Meskipun terbuat dari
semikonduktor, Thyristor tidak digunakan sebagai Penguat sinyal seperti Transistor. Istilah “Thyristor”
berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah “Pintu”.Pada prinsipnya, Thyristor yang berterminal tiga
akan menggunakan arus/tegangan rendah yang diberikan pada salah satu kaki terminalnya untuk
mengendalikan aliran arus/tegangan tinggi yang melewati dua terminal lainnya. Sedangkan untuk
Thyristor yang berterminal dua yang tidak memiliki terminal kendali (GATE), fungsi saklarnya akan
diaktifkan apabila tegangan pada kedua terminalnya mencapai level tertentu. Level tegangan yang
dimaksud tersebut biasanya disebut dengan Breakdown Voltage atau Breakover Voltage. Pada saat
dibawah tegangan breakdownnya, kedua kaki terminal tidak akan mengaliri arus listrik atau berada di
posisi OFF.

Gambar 1. Simbol Thyristor

Dalam aplikasinya, Thyristor banyak digunakan di perangkat atau rangkaian-rangkaian


elektronika seperti Pengendali Daya, Timer, Osilator, peredam cahaya, pengendali kecepatan motor
listrik dan lain sebagainya.

2.2. Dioda
Dioda adalah gabungan bahan semikonduktor tipe N yang merupakan bahan dengan
kelebihan elektron dan tipe P adalah kekurangan satu elektron sehingga membentuk Hole. Hole dalam
hal ini berfungsi sebagai pembawa muatan. Apabila kutub P pada dioda (biasa disebut anode)
dihubungkan dengan kutub positif sumber maka akan terjadi pengaliran arus listrik dimana elektron
bebas pada sisi N (katode) akan berpindah mengisi hole sehingga terjadi pengaliran arus. Sebaliknya
apabila sisi P dihubungkan dengan negatif baterai / sumber, maka elektron akan berpindah ke arah
terminal positif sumber. Didalam dioda tidak akan terjadi perpindahan elektron. Dalam rangkaian
elektronika daya, dioda difungsikan sebagai sakelar. Pada saat sebagai sakelar dioda akan konduksi
(ON) jika potensial pada anoda lebih positif daripada potensial pada katoda, dan dioda akan memblok
(OFF) jika potensi pada anoda lebih negative daripada potenisal pada katoda.

Gambar 2. a). simbol dioda, b). karakteristik dioda dan c). karaktersistik ideal dioda jika dioperasikan sebagai
sakelar
Jika diode dalam kondisi ideal, ketika dioda dalam kondisi ON memiliki karakteristik
tegangan pada dioda sama dengan nol dan arus yang mengalir pada diode sama dengan arus bebannya.
Sebaliknya, dioda dalam kondisi OFF memiliki karakteristik tegangan pada dioda sama dengan
tegangan sumbernya dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi dioda ON dan OFF ini
dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian daya pada dioda.

2.2.1. Bias Maju Dioda

Gambar 3. Kondisi Bias Maju Dioda

Ketika dioda disambungkan sebagaimana pada gambar diatas, dimana kaki anodanya
disambungkan ke kutub positif dan katodanya disambungkan ke kutub negatif baterai, kita mengatakan
bahwa dioda diberikan bias maju. Sebuah dioda hanya akan menghantarkan arus listrik apabila diberi
bias maju. Semikonduktor tipe p bergerak ke kanan sedang semikonduktor tipe n bergerak ke kiri (saling
merapat) membuat saluran deplesi makin kecil. Jika tegangan sumber nilainya lebih besar dari tegangan
barrier, akan ada arus yang mengalir. Pada dioda, tegangan barriernya 0,7 volt.
2.2.2. Bias Mundur Dioda

Gambar 4. Kondisi Bias Mundur Dioda

Ketika sebuah dioda disambungkan dengan polaritas yang terbalik, dimana kaki katodanya
disambungkan ke kutub positif dan kaki anodanya disambungkan ke kutub negatif, kita mengatakan
bahwa dioda diberikan bias mundur. Sebuah dioda tidak akan menghantarkan arus listrik apabila diberi
bias mundur. Semikonduktor tipe n bergerak ke kiri sedang semikonduktor tipe p bergerak ke kanan
(saling menjauhi) membuat saluran deplesi makin melebar

2.2.3. Dioda Freewheeling


Dioda freewheeling adalah bentuk yang disederhanakan di mana sumber tegangan
dihubungkan ke induktor dengan sakelar. Ketika transistor ON, itu akan menjadi bias terbalik
dan tidak akan ada di rangkaian. Ketika transistor OFF, dioda freewheeling akan maju bias.
Dioda freewheeling akan membuat induktor untuk menarik arus dari dirinya sendiri dalam
bentuk lingkaran sampai seluruh energi dihamburkan dalam kabel dan dioda.
Gambar 5. Rangkaian Dioda Freewheeling

Dioda freewheeling membuat induktor untuk menarik arus dari dirinya sendiri
dalam satu lingkaran sampai energi dihamburkan dalam dioda dan kabel. Ketika arus mengalir
ke motor induksi AC tiba-tiba terganggu, maka induktor mencoba untuk mempertahankan
peningkatan tegangan dan arus dengan membalik polaritas. Dengan tidak adanya "dioda
freewheeling" tegangan bisa sangat tinggi dan dapat merusak perangkat switching IGBT,
Thyristor, dll. Dengan ini, arus balik dibiarkan mengalir melalui dioda dan menghilang.
2.3. Penyearah Daya
Penyearah daya merupakan rangkaian elektronika daya yang berfungsi untuk mengubah tegangan
sumber masukan arus bolak-balik dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk
tegangan searah yang tetap. Jenis sumber tegangan masukan untuk mencatu rangkaian penyearah daya
dapat digunakan tegangan bolak- balik satu fasa dan tiga fasa. Penyearah satu fasa merupakan rangkaian
penyearah daya dengan sumber masukan tegangan bolak-balik satu fasa, sedangkan penyearah tiga fasa
rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan tegangan bolak-balik tiga fasa. Rangkaian
penyearahan dapat dilakukan dalam bentuk penyearah setengah gelombang (halfwave) dan penyearah
gelombang-penuh (fullwave). Pembebanan pada rangkaian penyearah daya umumnya dipasang beban
resistif atau beban resistif-induktif. Efek dari pembebanan ini akan mempengaruhi kualitas tegangan
luaran yang dihasilkan dari rangkaian penyearah.

2.4. Penyearah Setengah Gelombang Satu Fasa


Rangkaian penyearah yang paling sederhana adalah penyearah setengah gelombang, terdiri
dari sebuah dioda yang dipasang pada sisi sekunder sebuah trafo dan diserikan dengan sebuah beban R
(resistif) atau beban RL (resistif induktif).

2.4.1 Beban Resistif (R)


Proses penyearahan dapat dijelaskan melalui gambar 6.(a) dan 6.(b), yang dimana pada
setengah siklus pertama dengan polaritas positif, diode pada rangkaian penyearah akan ON karena
polaritas tegangan pada anoda lebih positif dibandingkan pada katoda.

Gambar 6. Penyearah Setengah Gelombang Satu fasa Beban R


Gambar 6.(a) merupakan rangkaian penyearah setengah gelombang dengan beban Resistif,
dan gambar 6.(b) merupakan hasil gelombang telah disearahkan. Pada proses ini menghasilkan tegangan
luaran (VL) sebesar tegangan setengah perioda pertama (Vm). Selanjutnya, pada setengah siklus kedua
dengan polaritas negatif, dioda pada rangkaian penyearah akan OFF karena polaritas tegangan pada
anoda lebih negatif dibandingkan pada katoda. Pada proses ini menghasilkan tegangan luaran sama
dengan nol. Proses ON dan OFF dioda ini berlangsung secara cepat berdasarkan frekuensi tegangan
sumber masukan.
Di sini, dioda berfungsi sebagai sakelar sekaligus melakukan pengubahan (converting) dari
sumber bolak-balik menjadi tegangan searah. Ditinjau dari tegangan luaran (VL) yang dihasilkan,
terdapat dua jenis komponen tegangan, yaitu : (1) tegangan searah rerata (Vdc) dan tegangan searah
efektif (root mean square-rms), VL. Nilai tegangan luaran masing-masing adalah :
Tegangan masukan (input), VS. 𝑉 = 𝑉 sin 𝜔𝑡 = 𝑉 sin 𝜔𝑡
Tegangan luaran (output) rerata, Vdc dan arus luaran rerata, Idc :
.
𝑉 = = 0.318𝑉 𝐼 =
Tegangan luaran (output) efektif, VL dan Arus luaran efektif, IL:
.
𝑉 = = 0.5𝑉 𝐼 =
Dengan demikian, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran efektif (PL) adalah:
𝑃 = 𝑉 .𝐼 𝑃 = 𝑉 .𝐼

Jika arus efektif sumber masukan (IS) sama dengan arus efektif luaran (IL), maka faktor
daya penyearahan yang diakibatkan proses penyearah ini sebesar :
𝑉 .𝐼
𝑐𝑜𝑠 𝜑 =
𝑉 .𝐼

2.4.2. Beban Resistif Induktif (RL)


Gambar 7. (a) merupakan rangkaian penyearah setengah-gelombang satu-fasa dengan
beban resistif-induktif (RL), sedangkan 7 (b) dan (c) menunjukkan bentuk gelombang hasil
penyearahan. Proses penyearahan dapat dijelaskan melalui Gambar 7 (a), (b) dan (c), pada setengah
siklus pertama dengan polaritas positif, dioda pada rangkaian penyearah akan ON karena polaritas
tegangan pada anoda lebih positif dibandingkan pada katoda. Tetapi, karena pengaruh tegangan
yang tersimpan pada induktor (L) maka dioda terus ON sampai waktu tertentu (). Akibatnya,
waktu konduksi dioda menjadi lebih lama ( + ). Selanjutnya, pada setengah siklus kedua
dengan polaritas negatif yang dimulai dari , dioda pada rangkaian penyearah akan OFF karena
polaritas tegangan pada anoda lebih negatif dibandingkan pada katoda. Pada proses ini
menghasilkan tegangan luaran sama dengan nol.
Gambar 7. Penyearah Setengah Gelombang Satu Fasa dengan Beban RL Seri

Nilai komponen tegangan luaran (Vdc) dan arus searah (dc) ditentukan sebagai berikut :
𝑉 𝑉
𝑉 = [1 − cos(𝜋 + 𝜃)] = (1 − cos 𝛽)
2𝜋 2𝜋
dimana : 𝜃 = (𝛽 − 𝜋), dan 𝜃 ≈ 𝑡𝑎𝑛

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa sudut konduksi diode () melebihi  sampai titik
pemadaman (  ). Tegangan luaran, Vo, dapat mencapai maksimum jika  = 0. Keadaan ini dapat
dilakukan dengan cara menambah diode komutasi (freewheeling diode) yang dipasang paralel dengan
beban RL, sehingga nilai tegangan luaran seperti penyearah setengah-gelombang satu fasa beban R.

2.4.3. Penyearah Gelombang-Penuh Satu-Fasa


Ada 2 (dua) jenis rangkaian penyearah gelombang penuh satufasa, yaitu: penyearah titik
tengah (center tap - CT) dan penyearah jembatan. Gambar 8 merupakan rangkaian penyearah CT dan
Gambar 9 rangkaian penyearah jembatan.
Gambar 8 merupakan rangkaian penyearah gelombang-penuh satu fasa CT dengan beban R. Pada
sisi sekunder trafo, polaritas positif terjadi pada setengah perioda pertama dan kedua, sehingga dioda D1
akan ON saat setengah perioda pertama sedangkan dioda D2 akan OFF. Sebaliknya, pada setengah
periioda kedua dioda D2 akan ON sedangkan dioda D1 akan OFF. Tegangan luaran searah dihasilkan
ketika dioda D1 dan D2 ON yang memiliki nilai tegangan searah rerata (Vdc) dan tegangan efektif (VL).
Tetapi, ketika dioda D1 dan D2 OFF, nilai tegangan pada dioda D1 dan D2 sebesar – 2 Vm.
Gambar 9 merupakan rangkaian penyearah gelombang penuh satu fasa jembatan dengan beban R.
Jumlah dioda dalam rangkaian penyearah ini sebanyak empat buah, yaitu: D1, D2, D3, dan D4. Pada
setengah siklus pertama dengan polaritas positif, dioda D1 dan D2 pada rangkaian penyearah akan ON
sedangkan dioda D3 dan D4 dalam kondisi OFF.
Selanjutnya, pada setengah siklus kedua dengan polaritas negatif, dioda D3 dan D4 pada rangkaian
penyearah akan ON sedangkan D1 dan D2 dalam kondisi OFF. Tegangan luaran searah dihasilkan ketika
dioda D1 dan D2, serta D3 dan D4 dalam kondisi ON yang memiliki nilai tegangan searah rerata dan
efektif. Tetapi, ketika dioda D1 dan D2, serta D3 dan D4 dalam kondisi OFF, nilai tegangan pada dioda
D1 dan D2 sebesar –Vm. Jadi, perbedaan mencolok dari kedua jenis penyearah ini adalah nilai tegangan
pada diode (Vd ) saat kondisi “OFF”, yaitu : sebesar -2Vm untuk penyearah CT dan sebesar - Vm untuk
penyearah jembatan.

Gambar 8. Rangkaian Penyearah Gelombang penuh Satu Fasa dengan CT

Gambar 9. Rangkaian dan Penyearah Gelombang-penuh Satu Fasa Jembatan

Dengan bentuk gelombang hasil penyeeahan seperti ditunjukkan pada gambar 9 dapat ditentukan
nilai tegangan luaran rerata (Idc) yang mengalir sebagai berikut:
𝑉 = = 0,637𝑉 𝐼 =
Selanjutnya, nilai tegangan luaran efektif (VL) dan arus efektif (IL) yang mengalir adalah:
𝑉 = = 0,707𝑉 𝐼 =

Jadi, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran efektif (PL) adalah :
𝑃 = 𝑉 .𝐼 𝑃 = 𝑉 .𝐼

Faktor daya penyearahan (cos φ) rangkaian ditentukan dengan persamaan:


𝑃 𝑃
𝑐𝑜𝑠 𝜑 = =
𝑆 𝑉 .𝐼

Jika rangkain pada gambar 8 dan 9 dihubungkan dengan beban resistif-induksi (RL), maka nilai
tegangan luaran (VL) ditentukan berdasarkan deret Fourier yang terdiri dari komponen tegangan searah
(dc) dan tegangan harmonic genap, yaitu:
𝑑𝑖
𝑉 = 𝑅𝑖 + 𝐿
𝑑𝑡
𝑉 (𝑡) = 𝑉 , + (𝑎 cos 𝑛𝜔𝑡 + 𝑏 sin 𝑛𝜔𝑡)
, ,..
Dimana: 𝑉 , =

𝑎 =0
𝑏 =𝑉 = ∑ , .. ( )( )
; n adalah harmonic genap ke-n

2.5 Sifat Beban Listrik


Beban listrik adalah suatu alat atau benda yang dapat bekerja atau berfungsi apabila
dialiri arus listrik yang berpotensial (dapat bekerja dengan memanfaatkan energi listrik).

2.5.1 Beban Listrik Resistif


Beban resistif adalah beban listrik pada rangkaian listrik AC, yang diakibatkan oleh
peralatan listrik dengan sifat resistif murni, sehingga beban tersebut tidak mengakibatkan pergeseran
fasa arus maupun tegangan listrik jaringan. Beban resistif dihasilkan oleh alat-alat listrik yang bersifat
murni tahanan (resistor) seperti pada elemen pemanas dan lampu pijar. Beban resistif ini memiliki sifat
yang “pasif”, dimana ia tidak mampu memproduksi energi listrik, dan justru menjadi konsumen energi
listrik. Resistor bersifat menghalangi aliran elektron yang melewatinya (dengan jalan menurunkan
tegangan listrik yang mengalir), sehingga mengakibatkan terkonversinya energi listrik menjadi panas.
Dengan sifat demikian, resistor tidak akan merubah sifat-sifat listrik AC yang mengalirinya. Gelombang
arus dan tegangan listrik yang melewati resistor akan selalu bersamaan membentuk bukit dan lembah.
Dengan kata lain, beban resistif tidak akan menggeser posisi gelombang arus maupun tegangan listrik
AC.

Gambar 10. Gelombang Sinusoidal Resistif Listrik AC

Nampak pada grafik di atas, karena gelombang tegangan dan arus listrik berada pada fase
yang sama maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban resistif murni akan
selalu ditopang oleh 100% daya nyata.

2.5.2. Beban Listrik Induktif


Beban induktif diciptakan oleh lilitan kawat (kumparan) yang terdapat di berbagai alat-alat
listrik seperti motor, trafo, dan relay. Kumparan dibutuhkan oleh alat-alat listrik tersebut untuk
menciptakan medan magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet pada kumparan
inilah yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus listrik AC. Kumparan memiliki sifat untuk
menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik. Seperti yang diketahui bersama bahwa listrik AC
memiliki nilai arus yang naik turun membentuk gelombang sinusoidal. Perubahan arus listrik yang naik
turun inilah yang dihalangi oleh komponen kumparan di dalam sebuah rangkaian listrik AC.
Terhalangnya perubahan arus listrik ini mengakibatkan arus listrik menjadi tertinggal beberapa derajat
oleh tegangan listrik pada grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik AC. Atas dasar inilah beban
induktif dikenal dengan istilah beban lagging (arus tertinggal tegangan).
Gambar 11. Gelombang Sinusoidal Induktif Murni

Nampak pada gelombang sinusoidal listrik AC di atas, bahwa jika sebuah sumber listrik
AC diberi beban induktif murni, maka gelombang arus listrik akan tertinggal sejauh 90° oleh gelombang
tegangan.

2.5.3. Beban Listrik Kapasitif


Beban kapasitif merupakan kebalikan dari beban induktif. Jika beban induktif menghalangi
terjadinya perubahan nilai arus listrik AC, maka beban kapasitif bersifat menghalangi terjadinya
perubahan nilai tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan bahwa kapasitor bersifat seakan-akan
menyimpan tegangan listrik sesaat. Mendapatkan supply tegangan AC naik dan turun, maka kapasitor
akan menyimpan dan melepaskan tegangan listrik sesuai dengan perubahan tegangan masuknya.
Fenomena inilah yang mengakibatkan gelombang arus AC akan mendahului (leading) tegangannya
sejauh 90°.

Gambar 12. Gelombang Sinusoidal Kapasitif Murni

Gambar di atas adalah gelombang sinusoidal tegangan dan arus listrik AC pada beban
kapasitor murni. Nampak jika kita plot daya listrik yang dibutuhkan untuk menanggung beban kapasitor
juga berbentuk sinusoidal. Daya listrik bernilai positif (daya diserap kapasitor) pada setengah pertama
gelombang sinusoidal daya, serta negatif (daya dikeluarkan kapasitor) pada setengah gelombang kedua.
BAB III
CARA KERJA

3.1 Rangkaian dasar penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol dengan menggunakan thyristor.

Gambar 13 Penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol dengan menggunakan thyristor.

 Sebelum praktikum dimulai siapkan perlengkapan yang diperlukan.


 Ikutilah pretes sesuai yang di persyaratkan.
 Susunlah rangkaian pengujian penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol dengan menggunakan
thyristor seperti gambar 1.
 Mulailah dengan beban R (Resistor) 300 ohm.
 Periksa dan pahami prinsip kerja rangkaian yang telah disusun.
 Peragakan/tunjukkan kepada asisten rangkaian yg telah di buat, pastikan rangkaian yang dibuat
sudah benar, mintalah persetujuan kepada asisten sebelum rangkaian pengujian dioperasikan.
 Jika rangkaian sudah dinyatakan benar, rangkaian siap dioperasikan.
 Hidupkan saklar daya dengan menekan tuas ON-OFF sklar daya ke posisi 1(ON).
 Amati kerja rangkaian, set sudut penyalaan (α) mulai dari 00- max.
 Amati parameter tegangan input di Us, arus input Is , daya input Ps ,tegangan output Ud(α), arus
output Id(α), daya output Pd(α) pada alat ukur yg terpasang.
 Tampilkan bentuk gelombang tegangan input Us, tegangan output Ud(α), arus output
Id(α),tegangan anoda katoda UAK, arus anoda katoda IAK dengan menggunakan osiloskop.
 Jika parameter pengujian selesai di amati diskusikanlah dengan sesama anggota kelompok.
 Jika ada yang belum dipahami, diskusikan dengan asisten praktikum/dosen pembimbing.
 Jika pengujian telah selesai matikan sumberdaya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0 (OFF).

3.2. Rangkaian dasar penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol (sudut penyalaan dari nol,
kelipatan 30 derajat sampai sudut maximum) dengan beban R (resistor) ,menggunakan thyristor
.
Gambar 14 Penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol dengan menggunakan thyristor.

 Susunlah rangkaian pengujian penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol dengan menggunakan


thyristor seperti gambar 2.
 Dioda freeweling dipasang (dengan freeweling).
 Mulailah dengan beban R (Resistor) 300 ohm.
 Periksa dan pahami prinsip kerja rangkaian yang telah disusun.
 Peragakan/tunjukkan kepada asisten rangkaian yg telah di buat, pastikan rangkaian yang dibuat
sudah benar, mintalah persetujuan kepada asisten sebelum rangkaian pengujian dioperasikan.
 Jika rangkaian sudah dinyatakan benar, rangkaian siap dioperasikan.
 Hidupkan saklar daya dengan menekan tuas ON-OFF sklar daya ke posisi 1(ON).
 Hidupkan supply daya untuk rangkaian triger/set point, supply untuk semua alat ukur.
 Amati kerja rangkaian, set sudut penyalaan (α) mulai dari 00 , 300,dst,kelipatan 30 ,sampai nilai
maximum.
 Amati parameter tegangan input di Us, arus input Is , daya input Ps ,Faktor daya (cosπ ), tegangan
output Ud(α), arus output Id(α), daya output Pd(α) pada alat ukur yg terpasang.
 Catat parameter pengujian pada tabel 1, untuk masing-masing sudut penyalaan sampai sudut
penyalaan maximum.
 Tampilkan bentuk gelombang tegangan input di Us, tegangan output Ud(α), arus output
Id(α),tegangan anoda katoda UAK, arus anoda katoda IAK dengan menggunakan osiloskop.
 Tampilan bentuk gelombang yang direkam adalah cukup pada sudut penyalaan 600 dan 1200.
 Titik pengukuran dengan osiloskop :
o Grond ke titik A,
o untuk mengukur Id(α),probe + osiloskop ke titik B,
o untuk mengukur Ud(α),probe + osiloskop ke titik C,
o untuk mengukur IAK,probe + osiloskop ke titik E,
o untuk mengukur U AK ,probe + osiloskop ke titik D
 Bentuk gelombang di salin ke kertas milimeter blok.
 Jika parameter pengujian selesai di amati diskusikanlah dengan sesama anggota kelompok.
 Jika ada yang belum dipahami, diskusikan dengan asisten praktikum/dosen pembimbing.
 Jika pengujian telah selesai matikan sumberdaya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0 (OFF).
 Ulangilah langkah pengujian diatas dengan menghilangkan/ memutus dioda freeweling,
 Amati parameternya dan tampilan gelombangnya,
 Carilah bentuk gelombang yang terbaik dan catat pada sudut penyalaan berapa.

Tabel 1:
(α) Beban Us Is Ps Ud(α) Id(α) Pd(α)
NO Cos π
...0 R (Volt) (Amper) (Watt) Volt Amper Watt
1 0
2 30
3 60
4 90
5 120
6 150
7 180

3.3. Rangkaian dasar penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol (sudut penyalaan dari nol,
kelipatan 30 derajat sampai sudut maximum), dengan berbagai beban (RL seri)dengan
menggunakan thyristor .

Gambar 15 Penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol dengan menggunakan thyristor.

 Susunlah rangkaian pengujian penyearahan 1 phasa,1 pulsa terkontrol dengan menggunakan


thyristor seperti gambar 3.
 Dioda freeweling dipasang (dengan freeweling).
 Mulailah dengan beban R (Resistor) 300 ohm,L (induktansi)100 meli henri yg dirangkai seri.
 Periksa dan pahami prinsip kerja rangkaian yang telah disusun.
 Peragakan/tunjukkan kepada asisten rangkaian yg telah di buat, pastikan rangkaian yang dibuat
sudah benar, mintalah persetujuan kepada asisten sebelum rangkaian pengujian dioperasikan.
 Jika rangkaian sudah dinyatakan benar, rangkaian siap dioperasikan.
 Hidupkan saklar daya dengan menekan tuas ON-OFF sklar daya ke posisi 1(ON).
 Hidupkan supply daya untuk rangkaian triger/set point, supply untuk semua alat ukur.
 Amati kerja rangkaian, set sudut penyalaan (α) mulai dari 00 , 300,dst,kelipatan 30 ,sampai nilai
maximum.
 Amati parameter tegangan input di Us, arus input Is , daya input Ps ,Faktor daya (cosπ ), tegangan
output Ud(α), arus output Id(α), daya output Pd(α) pada alat ukur yg terpasang.
 Catat parameter pengujian pada tabel 2, untuk masing-masing sudut penyalaan sampai sudut
penyalaan maximum.
 Tampilkan bentuk gelombang tegangan input di Us, tegangan output Ud(α), arus output
Id(α),tegangan anoda katoda UAK, arus anoda katoda IAK dengan menggunakan osiloskop.
 Tampilan bentuk gelombang yang direkam adalah cukup pada sudut penyalaan 600 dan 1200.
 Titik pengukuran dengan osiloskop :
o Grond ke titik A,
o untuk mengukur Id(α),probe + osiloskop ke titik B,
o untuk mengukur Ud(α),probe + osiloskop ke titik C,
o untuk mengukur IAK,probe + osiloskop ke titik E,
o untuk mengukur U AK ,probe + osiloskop ke titik D
 Bentuk gelombang di salin ke kertas milimeter blok.
 Jika parameter pengujian selesai di amati diskusikanlah dengan sesama anggota kelompok.
 Jika ada yang belum dipahami, diskusikan dengan asisten praktikum/dosen pembimbing.
 Jika pengujian telah selesai matikan sumberdaya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0 (OFF).
 Ulangilah langkah pengujian diatas dengan menghilangkan/ memutus dioda freeweling,
 Amati parameternya dan tampilan gelombangnya,
 Carilah bentuk gelombang yang terbaik dan catat pada sudut penyalaan berapa.

Tabel 2:
Beban
(α) Us Is Ps Ud(α) Id(α) Pd(α)
NO RL Cos π
...0 (Volt) (Amper) (Watt) Volt Amper Watt
seri
1 0
2 30
3 60
4 90
5 120
6 150
7 180

 Jika semua pengujian telah selesai matikan sumberdaya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0
(OFF).
 Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya.
 Kumpulkan laporan hasil pengujian ke petugas lab, sebagai laporan sementara.
 Setelah mengumpulkan laporan sementara, hasil pengujian, dianalisis dengan bimbingan dosen
pembimbing kemudian hasil akhirnya dikumpulkan dalam bentuk laporan akhir praktikum ke
petugas lab.
 Kegiatan Praktikum pada sesi ini sudah selesai, tinggal menunggu nilai akhir kegiatan
praktikum.
 Nilai akhir praktikum dikeluarkan pada akhir semester.
LAMPIRAN

Gambar 7.1

Gambar 7.2
Gambar 7.3

Gambar 7.4

Gambar 7.5
Gambar 7.6

Gambar 7.7

Gambar 7.8
Gambar 7.9

Gambar 7.10

Gambar 7.11
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2021.” Dioda: Pengertian, Fungsi, Prinsip Kerja, Contoh Dan Jenis Dioda”.
https://www.gurupendidikan.co.id/dioda/. Diakses pada tanggal 21 Desember 2021
Anonym.2020.” Pengertian Beban Resistif, Induktif, dan Kapasitif Pada Jaringan Listrik AC ”.
https://artikel-teknologi.com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-kapasitif-pada-jaringan-
listrik-ac/ . Diakses pada tanggal 21 Desember 2021

Abdul.2019.” Dioda Freewheeling atau Dioda Flyback – Prinsip Kerja dan Fungsinya”.
https://abdulelektro.blogspot.com/2019/11/dioda-freewheeling-atau-dioda-flyback.html .
Diakses pada tanggal 21 Desember 2021
Dickson.2020.” Pengertian Thyristor dan jenis-jenisnya”.
https://teknikelektronika.com/pengertian-thyristor-jenis-thyristor/ . Diakses pada tanggal 21
Desember 2021
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
Gedung DI Lantai 1, Kampus Bukit Jimbaran
Telepon: (0361) 703315
http://www.ee.unud.ac.id

LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA DAYA

KELOMPOK :-
PERCOBAAN : AC KONTROLLER 1-FASA DENGAN
MENGGUNAKAN TRIAC
TGL. PERCOBAAN :6 DESEMBER 2021
PLP/ ASISTEN :I WAYAN LASTERA, ST

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021/2022
BAB I
AC KONTROLLER 1-FASA DENGAN MENGGUNAKAN TRIAC
1.1 Tujuan:
a. Mengetahui prinsip kerja dari AC controller 1 fasa dengan menggunakan triac.
b. Mengetahui prinsip kerja dan parameter dari AC controller 1 fasa dengan menggunakan triac,
dengan berbagai sudut penyalaan , dengan berbagai beban (R,L, RLseri , RL Paralel)

1.2 Bahan dan Peralatan:


a. Triac 1 buah
b. Diode 1 buah
c. Avometer 4 buah
d. Watt meter 2 buah
e. Power factor meter 1 buah
f. Pengaman 2 A 1 buah
g. Sumber satu phasa 1 unit
h. Voltage and current adapter 1 unit
i. Power Supply Unit +15, 0, - 15 V 1 unit
j. Unit Pengatur 1 unit
k. S e tp o in t Po ten si om e te r 1 un it
l. Resistor shunt 1 ohm 1 buah
m. Resistor shunt stand 1 buah
n. Beban resistif,induktif,capasitif 1 unit
o. Osiloskop 1 unit
p. Kabel jumper secukupnya.
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Thyristor
Thyristor adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai saklar (switch) atau
pengendali yang terbuat dari bahan semikonduktor. Thyristor yang secara ekslusif bertindak sebagai
saklar ini pada umumnya memiliki dua hingga empat kaki terminal. Meskipun terbuat dari
semikonduktor, Thyristor tidak digunakan sebagai Penguat sinyal seperti Transistor. Istilah “Thyristor”
berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah “Pintu”.Pada prinsipnya, Thyristor yang berterminal tiga
akan menggunakan arus/tegangan rendah yang diberikan pada salah satu kaki terminalnya untuk
mengendalikan aliran arus/tegangan tinggi yang melewati dua terminal lainnya. Sedangkan untuk
Thyristor yang berterminal dua yang tidak memiliki terminal kendali (GATE), fungsi saklarnya akan
diaktifkan apabila tegangan pada kedua terminalnya mencapai level tertentu. Level tegangan yang
dimaksud tersebut biasanya disebut dengan Breakdown Voltage atau Breakover Voltage. Pada saat
dibawah tegangan breakdownnya, kedua kaki terminal tidak akan mengaliri arus listrik atau berada di
posisi OFF.

Gambar 1. Simbol Thyristor

Dalam aplikasinya, Thyristor banyak digunakan di perangkat atau rangkaian-rangkaian


elektronika seperti Pengendali Daya, Timer, Osilator, peredam cahaya, pengendali kecepatan motor
listrik dan lain sebagainya.

2.1.1. TRIAC
TRIAC adalah perangkat semikonduktor berterminal tiga yang berfungsi sebagai
pengendali arus listrik. Nama TRIAC ini merupakan singkatan dari Triode for Alternating
Current (Trioda untuk arus bolak balik). Sama seperti SCR, TRIAC juga tergolong sebagai
Thyristor yang berfungsi sebagai pengendali atau Switching. Namun, berbeda dengan SCR
yang hanya dapat dilewati arus listrik dari satu arah (unidirectional), TRIAC memiliki
kemampuan yang dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah (bidirectional) ketika dipicu.
Terminal Gate TRIAC hanya memerlukan arus yang relatif rendah untuk dapat mengendalikan
aliran arus listrik AC yang tinggi dari dua arah terminalnya. TRIAC sering juga disebut dengan
Bidirectional Triode Thyristor.Pada dasarnya, sebuah TRIAC sama dengan dua buah SCR yang
disusun dan disambungkan secara antiparalel (paralel yang berlawanan arah) dengan Terminal
Gerbang atau Gate-nya dihubungkan bersama menjadi satu. Jika dilihat dari strukturnya,
TRIAC merupakan komponen elektronika yang terdiri dari 4 lapis semikonduktor dan 3
Terminal, Ketiga Terminal tersebut diantaranya adalah MT1, MT2 dan Gate. MT adalah
singkatan dari Main Terminal.
(a) (b) (c)
Gambar 2. (a) Bentuk TRIAC , (b) Konstruksi Fisik TRIAC, (c) Simbol TRIAC

2.2. Dioda
Dioda adalah gabungan bahan semikonduktor tipe N yang merupakan bahan dengan
kelebihan elektron dan tipe P adalah kekurangan satu elektron sehingga membentuk Hole. Hole dalam
hal ini berfungsi sebagai pembawa muatan. Apabila kutub P pada dioda (biasa disebut anode)
dihubungkan dengan kutub positif sumber maka akan terjadi pengaliran arus listrik dimana elektron
bebas pada sisi N (katode) akan berpindah mengisi hole sehingga terjadi pengaliran arus. Sebaliknya
apabila sisi P dihubungkan dengan negatif baterai / sumber, maka elektron akan berpindah ke arah
terminal positif sumber. Didalam dioda tidak akan terjadi perpindahan elektron. Dalam rangkaian
elektronika daya, dioda difungsikan sebagai sakelar. Pada saat sebagai sakelar dioda akan konduksi
(ON) jika potensial pada anoda lebih positif daripada potensial pada katoda, dan dioda akan memblok
(OFF) jika potensi pada anoda lebih negative daripada potenisal pada katoda.

Gambar 3. a). simbol dioda, b). karakteristik dioda dan c). karaktersistik ideal dioda jika dioperasikan sebagai
sakelar

Jika diode dalam kondisi ideal, ketika dioda dalam kondisi ON memiliki karakteristik
tegangan pada dioda sama dengan nol dan arus yang mengalir pada diode sama dengan arus bebannya.
Sebaliknya, dioda dalam kondisi OFF memiliki karakteristik tegangan pada dioda sama dengan
tegangan sumbernya dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi dioda ON dan OFF ini
dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian daya pada dioda.

2.2.1. Bias Maju Dioda

Gambar 4. Kondisi Bias Maju Dioda

Ketika dioda disambungkan sebagaimana pada gambar diatas, dimana kaki anodanya
disambungkan ke kutub positif dan katodanya disambungkan ke kutub negatif baterai, kita mengatakan
bahwa dioda diberikan bias maju. Sebuah dioda hanya akan menghantarkan arus listrik apabila diberi
bias maju. Semikonduktor tipe p bergerak ke kanan sedang semikonduktor tipe n bergerak ke kiri (saling
merapat) membuat saluran deplesi makin kecil. Jika tegangan sumber nilainya lebih besar dari tegangan
barrier, akan ada arus yang mengalir. Pada dioda, tegangan barriernya 0,7 volt.

2.2.2. Bias Mundur Dioda

Gambar 5. Kondisi Bias Mundur Dioda

Ketika sebuah dioda disambungkan dengan polaritas yang terbalik, dimana kaki katodanya
disambungkan ke kutub positif dan kaki anodanya disambungkan ke kutub negatif, kita mengatakan
bahwa dioda diberikan bias mundur. Sebuah dioda tidak akan menghantarkan arus listrik apabila diberi
bias mundur. Semikonduktor tipe n bergerak ke kiri sedang semikonduktor tipe p bergerak ke kanan
(saling menjauhi) membuat saluran deplesi makin melebar

2.3. Penyearah Daya


Penyearah daya merupakan rangkaian elektronika daya yang berfungsi untuk mengubah tegangan
sumber masukan arus bolak-balik dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk
tegangan searah yang tetap. Jenis sumber tegangan masukan untuk mencatu rangkaian penyearah daya
dapat digunakan tegangan bolak- balik satu fasa dan tiga fasa. Penyearah satu fasa merupakan rangkaian
penyearah daya dengan sumber masukan tegangan bolak-balik satu fasa, sedangkan penyearah tiga fasa
rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan tegangan bolak-balik tiga fasa. Rangkaian
penyearahan dapat dilakukan dalam bentuk penyearah setengah gelombang (halfwave) dan penyearah
gelombang-penuh (fullwave). Pembebanan pada rangkaian penyearah daya umumnya dipasang beban
resistif atau beban resistif-induktif. Efek dari pembebanan ini akan mempengaruhi kualitas tegangan
luaran yang dihasilkan dari rangkaian penyearah.

2.4. Penyearah Setengah Gelombang Satu Fasa


Rangkaian penyearah yang paling sederhana adalah penyearah setengah gelombang, terdiri
dari sebuah dioda yang dipasang pada sisi sekunder sebuah trafo dan diserikan dengan sebuah beban R
(resistif) atau beban RL (resistif induktif).

2.4.1 Beban Resistif (R)


Proses penyearahan dapat dijelaskan melalui gambar 5.(a) dan 2.(b), yang dimana pada
setengah siklus pertama dengan polaritas positif, diode pada rangkaian penyearah akan ON karena
polaritas tegangan pada anoda lebih positif dibandingkan pada katoda.
Gambar 6. Penyearah Setengah Gelombang Satu fasa Beban R

Gambar 6.(a) merupakan rangkaian penyearah setengah gelombang dengan beban Resistif,
dan gambar 6.(b) merupakan hasil gelombang telah disearahkan. Pada proses ini menghasilkan tegangan
luaran (VL) sebesar tegangan setengah perioda pertama (Vm). Selanjutnya, pada setengah siklus kedua
dengan polaritas negatif, dioda pada rangkaian penyearah akan OFF karena polaritas tegangan pada
anoda lebih negatif dibandingkan pada katoda. Pada proses ini menghasilkan tegangan luaran sama
dengan nol. Proses ON dan OFF dioda ini berlangsung secara cepat berdasarkan frekuensi tegangan
sumber masukan.
Di sini, dioda berfungsi sebagai sakelar sekaligus melakukan pengubahan (converting) dari
sumber bolak-balik menjadi tegangan searah. Ditinjau dari tegangan luaran (VL) yang dihasilkan,
terdapat dua jenis komponen tegangan, yaitu : (1) tegangan searah rerata (Vdc) dan tegangan searah
efektif (root mean square-rms), VL. Nilai tegangan luaran masing-masing adalah :
Tegangan masukan (input), VS. 𝑉 = 𝑉 sin 𝜔𝑡 = 𝑉 sin 𝜔𝑡
Tegangan luaran (output) rerata, Vdc dan arus luaran rerata, Idc :
.
𝑉 = = 0.318𝑉 𝐼 =
Tegangan luaran (output) efektif, VL dan Arus luaran efektif, IL:
.
𝑉 = = 0.5𝑉 𝐼 =
Dengan demikian, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran efektif (PL) adalah:
𝑃 = 𝑉 .𝐼 𝑃 = 𝑉 .𝐼

Jika arus efektif sumber masukan (IS) sama dengan arus efektif luaran (IL), maka faktor
daya penyearahan yang diakibatkan proses penyearah ini sebesar :
𝑉 .𝐼
𝑐𝑜𝑠 𝜑 =
𝑉 .𝐼

2.4.2. Beban Resistif Induktif (RL)


Gambar 7. (a) merupakan rangkaian penyearah setengah-gelombang satu-fasa dengan
beban resistif-induktif (RL), sedangkan 7 (b) dan (c) menunjukkan bentuk gelombang hasil
penyearahan. Proses penyearahan dapat dijelaskan melalui Gambar 7 (a), (b) dan (c), pada setengah
siklus pertama dengan polaritas positif, dioda pada rangkaian penyearah akan ON karena polaritas
tegangan pada anoda lebih positif dibandingkan pada katoda. Tetapi, karena pengaruh tegangan
yang tersimpan pada induktor (L) maka dioda terus ON sampai waktu tertentu (). Akibatnya,
waktu konduksi dioda menjadi lebih lama ( + ). Selanjutnya, pada setengah siklus kedua
dengan polaritas negatif yang dimulai dari , dioda pada rangkaian penyearah akan OFF karena
polaritas tegangan pada anoda lebih negatif dibandingkan pada katoda. Pada proses ini
menghasilkan tegangan luaran sama dengan nol.
Gambar 7. Penyearah Setengah Gelombang Satu Fasa dengan Beban RL Seri

Nilai komponen tegangan luaran (Vdc) dan arus searah (dc) ditentukan sebagai berikut :
𝑉 𝑉
𝑉 = [1 − cos(𝜋 + 𝜃)] = (1 − cos 𝛽)
2𝜋 2𝜋
dimana : 𝜃 = (𝛽 − 𝜋), dan 𝜃 ≈ 𝑡𝑎𝑛

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa sudut konduksi diode () melebihi  sampai titik
pemadaman (  ). Tegangan luaran, Vo, dapat mencapai maksimum jika  = 0. Keadaan ini dapat
dilakukan dengan cara menambah diode komutasi (freewheeling diode) yang dipasang paralel dengan
beban RL, sehingga nilai tegangan luaran seperti penyearah setengah-gelombang satu fasa beban R.

2.4.3. Penyearah Gelombang-Penuh Satu-Fasa


Ada 2 (dua) jenis rangkaian penyearah gelombang penuh satufasa, yaitu: penyearah titik
tengah (center tap - CT) dan penyearah jembatan. Gambar 8 merupakan rangkaian penyearah CT dan
Gambar 9 rangkaian penyearah jembatan.
Gambar 8 merupakan rangkaian penyearah gelombang-penuh satu fasa CT dengan beban R. Pada
sisi sekunder trafo, polaritas positif terjadi pada setengah perioda pertama dan kedua, sehingga dioda D1
akan ON saat setengah perioda pertama sedangkan dioda D2 akan OFF. Sebaliknya, pada setengah
periioda kedua dioda D2 akan ON sedangkan dioda D1 akan OFF. Tegangan luaran searah dihasilkan
ketika dioda D1 dan D2 ON yang memiliki nilai tegangan searah rerata (Vdc) dan tegangan efektif (VL).
Tetapi, ketika dioda D1 dan D2 OFF, nilai tegangan pada dioda D1 dan D2 sebesar – 2 Vm.
Gambar 8 merupakan rangkaian penyearah gelombangpenuh satu fasa jembatan dengan beban R.
Jumlah dioda dalam rangkaian penyearah ini sebanyak empat buah, yaitu: D1, D2, D3, dan D4. Pada
setengah siklus pertama dengan polaritas positif, dioda D1 dan D2 pada rangkaian penyearah akan ON
sedangkan dioda D3 dan D4 dalam kondisi OFF.
Selanjutnya, pada setengah siklus kedua dengan polaritas negatif, dioda D3 dan D4 pada rangkaian
penyearah akan ON sedangkan D1 dan D2 dalam kondisi OFF. Tegangan luaran searah dihasilkan ketika
dioda D1 dan D2, serta D3 dan D4 dalam kondisi ON yang memiliki nilai tegangan searah rerata dan
efektif. Tetapi, ketika dioda D1 dan D2, serta D3 dan D4 dalam kondisi OFF, nilai tegangan pada dioda
D1 dan D2 sebesar –Vm. Jadi, perbedaan mencolok dari kedua jenis penyearah ini adalah nilai tegangan
pada diode (Vd ) saat kondisi “OFF”, yaitu : sebesar -2Vm untuk penyearah CT dan sebesar - Vm untuk
penyearah jembatan.

Gambar 8. Rangkaian Penyearah Gelombang penuh Satu Fasa dengan CT

Gambar 9. Rangkaian dan Penyearah Gelombang-penuh Satu Fasa Jembatan

Dengan bentuk gelombang hasil penyeeahan seperti ditunjukkan pada gambar 8 dan 9 dapat
ditentukan nilai tegangan luaran rerata (Idc) yang mengalir sebagai berikut:
𝑉 = = 0,637𝑉 𝐼 =
Selanjutnya, nilai tegangan luaran efektif (VL) dan arus efektif (IL) yang mengalir adalah:
𝑉 = = 0,707𝑉 𝐼 =

Jadi, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran efektif (PL) adalah :
𝑃 = 𝑉 .𝐼 𝑃 = 𝑉 .𝐼

Faktor daya penyearahan (cos φ) rangkaian ditentukan dengan persamaan:


𝑃 𝑃
𝑐𝑜𝑠 𝜑 = =
𝑆 𝑉 .𝐼

Jika rangkain pada gambar 8 dan 9 dihubungkan dengan beban resistif-induksi (RL), maka nilai
tegangan luaran (VL) ditentukan berdasarkan deret Fourier yang terdiri dari komponen tegangan searah
(dc) dan tegangan harmonic genap, yaitu:
𝑑𝑖
𝑉 = 𝑅𝑖 + 𝐿
𝑑𝑡
𝑉 (𝑡) = 𝑉 , + (𝑎 cos 𝑛𝜔𝑡 + 𝑏 sin 𝑛𝜔𝑡)
, ,..
Dimana: 𝑉 , =

𝑎 =0
𝑏 =𝑉 = ∑ , .. ( )( )
; n adalah harmonic genap ke-n

2.5 Sifat Beban Listrik


Beban listrik adalah suatu alat atau benda yang dapat bekerja atau berfungsi apabila
dialiri arus listrik yang berpotensial (dapat bekerja dengan memanfaatkan energi listrik).

2.5.1 Beban Listrik Resistif


Beban resistif adalah beban listrik pada rangkaian listrik AC, yang diakibatkan oleh
peralatan listrik dengan sifat resistif murni, sehingga beban tersebut tidak mengakibatkan pergeseran
fasa arus maupun tegangan listrik jaringan. Beban resistif dihasilkan oleh alat-alat listrik yang bersifat
murni tahanan (resistor) seperti pada elemen pemanas dan lampu pijar. Beban resistif ini memiliki sifat
yang “pasif”, dimana ia tidak mampu memproduksi energi listrik, dan justru menjadi konsumen energi
listrik. Resistor bersifat menghalangi aliran elektron yang melewatinya (dengan jalan menurunkan
tegangan listrik yang mengalir), sehingga mengakibatkan terkonversinya energi listrik menjadi panas.
Dengan sifat demikian, resistor tidak akan merubah sifat-sifat listrik AC yang mengalirinya. Gelombang
arus dan tegangan listrik yang melewati resistor akan selalu bersamaan membentuk bukit dan lembah.
Dengan kata lain, beban resistif tidak akan menggeser posisi gelombang arus maupun tegangan listrik
AC.

Gambar 10. Gelombang Sinusoidal Resistif Listrik AC

Nampak pada grafik di atas, karena gelombang tegangan dan arus listrik berada pada fase
yang sama maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban resistif murni akan
selalu ditopang oleh 100% daya nyata.

2.5.2. Beban Listrik Induktif


Beban induktif diciptakan oleh lilitan kawat (kumparan) yang terdapat di berbagai alat-alat
listrik seperti motor, trafo, dan relay. Kumparan dibutuhkan oleh alat-alat listrik tersebut untuk
menciptakan medan magnet sebagai komponen kerjanya. Pembangkitan medan magnet pada kumparan
inilah yang menjadi beban induktif pada rangkaian arus listrik AC. Kumparan memiliki sifat untuk
menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik. Seperti yang diketahui bersama bahwa listrik AC
memiliki nilai arus yang naik turun membentuk gelombang sinusoidal. Perubahan arus listrik yang naik
turun inilah yang dihalangi oleh komponen kumparan di dalam sebuah rangkaian listrik AC.
Terhalangnya perubahan arus listrik ini mengakibatkan arus listrik menjadi tertinggal beberapa derajat
oleh tegangan listrik pada grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik AC. Atas dasar inilah beban
induktif dikenal dengan istilah beban lagging (arus tertinggal tegangan).
Gambar 11. Gelombang Sinusoidal Induktif Murni

Nampak pada gelombang sinusoidal listrik AC di atas, bahwa jika sebuah sumber listrik
AC diberi beban induktif murni, maka gelombang arus listrik akan tertinggal sejauh 90° oleh gelombang
tegangan.

2.5.3. Beban Listrik Kapasitif


Beban kapasitif merupakan kebalikan dari beban induktif. Jika beban induktif menghalangi
terjadinya perubahan nilai arus listrik AC, maka beban kapasitif bersifat menghalangi terjadinya
perubahan nilai tegangan listrik. Sifat ini menunjukkan bahwa kapasitor bersifat seakan-akan
menyimpan tegangan listrik sesaat. Mendapatkan supply tegangan AC naik dan turun, maka kapasitor
akan menyimpan dan melepaskan tegangan listrik sesuai dengan perubahan tegangan masuknya.
Fenomena inilah yang mengakibatkan gelombang arus AC akan mendahului (leading) tegangannya
sejauh 90°.

Gambar 12. Gelombang Sinusoidal Kapasitif Murni

Gambar di atas adalah gelombang sinusoidal tegangan dan arus listrik AC pada beban
kapasitor murni. Nampak jika kita plot daya listrik yang dibutuhkan untuk menanggung beban kapasitor
juga berbentuk sinusoidal. Daya listrik bernilai positif (daya diserap kapasitor) pada setengah pertama
gelombang sinusoidal daya, serta negatif (daya dikeluarkan kapasitor) pada setengah gelombang kedua.
BAB III
CARA KERJA

3.1 Rangkaian dasar AC controller 1 fasa dengan menggunakan triac.

Gambar 13 Rangkaian dasar AC controller 1 fasa dengan menggunakan triac.

 Sebelum praktikum dimulai siapkan perlengkapan yang diperlukan.


 Ikutilah pretes sesuai yang di persyaratkan.
 Susunlah rangkaian pengujian Rangkaian dasar AC controller 1 fasa dengan menggunakan
triac, seperti gambar 1.
 Mulailah dengan beban R (Resistor) 300 ohm.
 Periksa dan pahami prinsip kerja rangkaian yang telah disusun.
 Peragakan/tunjukkan kepada asisten rangkaian yg telah di buat, pastikan rangkaian yang dibuat
sudah benar, mintalah persetujuan kepada asisten sebelum rangkaian pengujian dioperasikan.
 Jika rangkaian sudah dinyatakan benar, rangkaian siap dioperasikan.
 Hidupkan saklar daya dengan menekan tuas ON-OFF sklar daya ke posisi 1(ON).
 Amati kerja rangkaian, set sudut penyalaan (α) mulai dari 00- max.
 Amati parameter tegangan input di Us, arus input Is , daya input Ps ,tegangan output Ud(α), arus
output Id(α), daya output Pd(α) pada alat ukur yg terpasang.
 Tampilkan bentuk gelombang tegangan input Us, tegangan output U(α), arus output I(α),tegangan
anoda katoda UAK, arus anoda katoda IAK dengan menggunakan osiloskop.
 Jika parameter pengujian selesai di amati diskusikanlah dengan sesama anggota kelompok.
 Jika ada yang belum dipahami, diskusikan dengan asisten praktikum/dosen pembimbing.
 Jika pengujian telah selesai matikan sumberdaya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0 (OFF).

3.2. Pengujian AC controller 1 fasa dengan menggunakan triac dengan mempareasikan sudut
penyalaan/trigger, dengan berbagai beban (R,RL seri)

 Susunlah rangkaian pengujian AC controller 1 fasa dengan menggunakan triac seperti gambar
1.
 Mulailah dengan beban R (Resistor) 300 ohm.
 Periksa dan pahami prinsip kerja rangkaian yang telah disusun.
 Peragakan/tunjukkan kepada asisten rangkaian yg telah di buat, pastikan rangkaian yang dibuat
sudah benar, mintalah persetujuan kepada asisten sebelum rangkaian pengujian dioperasikan.
 Jika rangkaian sudah dinyatakan benar, rangkaian siap dioperasikan.
 Hidupkan saklar daya dengan menekan tuas ON-OFF sklar daya ke posisi 1(ON).
 Hidupkan supply daya untuk rangkaian triger/set point, supply untuk semua alat ukur.
 Amati kerja rangkaian, set sudut penyalaan (α) mulai dari 00 , 300,dst,kelipatan 30 ,sampai nilai
maximum.
 Amati parameter tegangan input Us, arus input Is , daya input Ps ,Faktor daya (cosπ ), tegangan
output U(α), arus output I(α), daya output P(α) pada alat ukur yg terpasang.
 Catat parameter pengujian pada tabel 1, untuk masing-masing sudut penyalaan sampai sudut
penyalaan maximum.
 Tampilkan bentuk gelombang tegangan input di Us, tegangan output U(α), arus output
I(α),tegangan anoda katoda UAK dengan menggunakan osiloskop.
 Tampilan bentuk gelombang yang direkam adalah cukup pada sudut penyalaan 600 dan 1200.
 Titik pengukuran dengan osiloskop :
o Grond ke titik A,
o untuk mengukur I(α),probe + osiloskop ke titik B,
o untuk mengukur U(α),probe + osiloskop ke titik C,
o untuk mengukur U AK ,probe + osiloskop ke titik D
 Bentuk gelombang di salin ke kertas milimeter blok.
 Jika parameter pengujian selesai di amati diskusikanlah dengan sesama anggota kelompok.
 Jika ada yang belum dipahami, diskusikan dengan asisten praktikum/dosen pembimbing.
 Jika pengujian telah selesai matikan sumberdaya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0 (OFF).
 Ulangilah langkah pengujian diatas, untuk beban RL seri, catat hasilnya pada tabel yg tersedia.

Tabel 1:
(α) Beban Us Is Ps U(α) I(α) P(α)
NO Cos π
...0 R (Volt) (Amper) (Watt) Volt Amper Watt
1 0
2 30
3 60
4 90
5 120
6 150
7 180

Tabel 2 :
Beban
(α) Us Is Ps Ud(α) Id(α) Pd(α)
NO RL Cos π
...0 (Volt) (Amper) (Watt) Volt Amper Watt
seri
1 0
2 30
3 60
4 90
5 120
6 150
7 180

 Jika semua pengujian telah selesai matikan sumberdaya listrik dengan menekan tuas ke posisi 0
(OFF).
 Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya.
 Kumpulkan laporan hasil pengujian ke petugas lab, sebagai laporan sementara.
 Setelah mengumpulkan laporan sementara, hasil pengujian, dianalisis dengan bimbingan dosen
pembimbing kemudian hasil akhirnya dikumpulkan dalam bentuk laporan akhir praktikum ke
petugas lab.
 Kegiatan Praktikum pada sesi ini sudah selesai, tinggal menunggu nilai akhir kegiatan
praktikum.
 Nilai akhir praktikum dikeluarkan pada akhir semester.
Gambar 4 90'

Gambar 5 120'

Gambar 6 150'
Lampiran 2.

Gambar 7 o'

Gambar 8 30'

Gambar 9 60'
Gambar 10 90'

Gambar 11 120'

Gambar 12 150'
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2021.” Dioda: Pengertian, Fungsi, Prinsip Kerja, Contoh Dan Jenis Dioda”.
https://www.gurupendidikan.co.id/dioda/. Diakses pada tanggal 21 Desember 2021
Anonym.2020.” Pengertian Beban Resistif, Induktif, dan Kapasitif Pada Jaringan Listrik AC ”.
https://artikel-teknologi.com/pengertian-beban-resistif-induktif-dan-kapasitif-pada-jaringan-
listrik-ac/ . Diakses pada tanggal 21 Desember 2021

Dickson.2020.” Pengertian TRIAC dan aplikasinya”.


https://teknikelektronika.com/pengertian-triac-dan-aplikasi-triac-thyristor/. Diakses pada
tanggal 21 Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai