PERCOBAAN 1
C. Dasar Teori
phi = 1), sehingga tidak ada perbedaan sudut fasa antara kurva tegangan
dengan arus.
Ketika arus input adalah negatif, maka dioda akan dibias mundur, sehingga
arus tidak dapat mengalir pada beban karena dioda memblok aliran arus. Pada
gambar kurva kanan bawah, tampak bahwa tidak ada arus yang mengalir pada
beban. Sehingga kurva berbentuk garis lurus nol.
a. Beban R
Mengingat dioda ideal, tegangan melintasi dioda maju-bias adalah noldan
arusnya positif. Untuk setengah siklus negatif dari sumber, dioda dibalikkan
menjadi biasnol saat ini. Tegangan melintasi dioda bias-balik adalah sumbernya
tegangan, yang memiliki nilai negatif. Bentuk gelombang tegangan di sumber,
beban, dan dioda. Perhatikan bahwa unit pada sumbu horizontal dalam hal sudut
(t). Representasi ini berguna karena nilainya tidak tergantung pada frekuensi.
Komponen dc Vo dari tegangan output adalah nilai rata-rata setengah gelombang
sinusoid diperbaiki.
Daya rata-rata yang diserap oleh resistor pada Gambar. 3-1a dapat dihitung dari
P=I2rms.R = V2rms/R. Ketika tegangan dan arus setengah gelombang sinus
diperbaiki gelombang,
b. Beban RL
Beban induktif biasanya mengandung induktansi dan juga tahanan.
Ketika tegangan sumber melewati nol, menjadi positif dalam rangkaian, dioda
akan bersifat bias maju. Persamaan hukum tegangan Kirchhoff yang
menggambarkan arus dalam rangkaian untuk dioda ideal bias maju adalah:
Daya rata-rata yang diserap oleh beban adalah I2. Rrms, karena daya rata-rata
diserap oleh induktor adalah nol. Nilai rms dari arus ditentukan dari fungsi
Persamaan berikut :
I average adalah:
Gambar 1.1.3 Penyearah tidak terkontrol satu fasa gelombang penuh dengan CT
Gambar di atas merupakan penyearah dengan tap tengah (2 dioda). Dari gambar
tersebut dapat diketahui bahwa rangkaian ini memiliki 2 proses kerja utama, yaitu:
Ketika kaki trafo paling atas bernilai positif, maka dioda 1 (D1) akan bias
maju. Di sisi lain, kaki trafo paling bawah bernilai negative, maka dioda 2
(D2) akan bias mundur. Hal ini terjadi dikarenakan kedua dioda tersebut
dialiri arus listrik AC berupa gelombang sinus secara bergantian. Ketika D1
dialiri arus listrik dengan gelombang sinus positif,
maka D2 akan dialiri arus listrik dengan gelombang
b. Penyearah jembatan (Bridge/4 dioda)
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa rangkaian tersebut memiliki dua siklus
kerja utama, yaitu:
Ketika tegangan input kaki trafo atas bernilai positif, maka dioda 1 (D1) dan
dioda 4 (D4) akan bias maju. Di sisi lain, tegangan input kaki trafo bawah
bernilai negatif, dioda (D2) dan dioda (D3) akan bias mundur. Karena arus
mengalir pada dioda yang bias maju, maka arus mengalir dari kaki trafo atas
ke D1 lalu ke beban dan kemudian ke D4 dan kembali ke trafo melalui kaki
bawah.
D. Prosedur Percobaan
D.1 penyearah tidak terkontrol setengah gelombang
1. Membuka software MatLab
2. Membuka Simulink
3. Membuat rangkaian seperti gambar berikut untuk penyearah 1 fase setengah
gelombang :
E. Data Hasil
Tabel 1.1.1 Tegangan keluaran pada saat tegangan referensi tetap (120 V), R
berubah
1,34 2,11
40 53,49 84,28
1,07 1,69
120 50 53,48 84,28
0,89 1,40
60 53,48 84,28
F. Analisa Data
3. Analisa Perhitungan
Diketahui :
Vref = 120 V
R = 40 Ω
Vdc ukur = 53.49 V
Vrms ukur= 84.28 V
Idc ukur = 1.34 A
Irms ukur = 2.11 A
Ditanya:
Vdc
Idc
Vrms
Irms
%Error Vdc, Idc, Vrms, Irms
Penyelesaian :
Tabel 1.1.2 Hasil perhitungan Tegangan Keluaran pada saat tegangan referensi tetap (120 V), R berubah
Input Tegangan Keluaran Rectifier Arus Keluaran Rectifier
Vref R(ohm) Average Average % RMS RMS % Average Average % RMS RMS %
error ukur hitung error error ukur hitung error
(V) ukur hitung ukur hitung
(V) (V) (V) (V)
(V) (V) (V) (V)
40 53,48 54,01 0,96 84,28 84,85 0,96 1,34 1,35 0,74 2,11 2,12 0,47
50 53,48 54,01 0,96 84,28 84,85 0,96 1,07 1,08 0,92 1,69 1,70 0,58
120
60 53,48 54,01 0,96 84,28 84,85 0,96 0,89 0,90 1,11 1,40 1,41 0,70
Dari tabel 1.2 di atas, dapat dianalisa bahwa Vdc hitung yang didapatkan bernilai konstan. Semakin besar nilai beban R, nilai Vdc
hitung yang dihasilkan akan selalu sama karena Vref yang digunakan tetap sesuai dengan persamaan yang digunakan yaitu V DC = . Nilai
% error yang didapatka sangat kecil. Didapat dari perhitungan menggunakan persamaan % error VDC = x100%.
Nilai Vrms hitung yang didapatkankan konstan . Semakin besar nilai beban R, nilai Vrms hitung akan selalu sama, karena Vref
yang digunakan tetap dengan persamaan yang digunakan yaitu Vrms = . Nilai % error juga akan tetap dan nilainya sangat kecil. Didapat
Semakin besar nilai beban R, maka nilai Idc ukur dan Idc hitung yang dihasilkan akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan
karena R berbanding terbalik terhadap Idc hitung. Sesuai dengan persamaan I DC = . Nilai % error yang didapatkan sangat kecil. Didapat
Semakin besar nilai beban R, nilai Irms ukur dan Irms hitung yang dihasilkan akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena
R berbanding terbalik terhadap Irms. Sesuai dengan persamaan Irms= . Nilai % error yang didapatkan sangat kecil. Didapat dari
5. Analisa Grafik
Dari grafik 1.7 dapat diketahui bahwa semakin bertambahnya nilai tahanan (R) nilai
Vdc yang dihasilkan semakin menurun sangat sedikit sehingga dapat dikatakan tidak
berubah atau konstan. Dikarenakan nilai tahanan (R) tidak mempengaruhi besarnya nilai
Vdc yang dihasilkan dan yang mempengaruhi besarnya Vdc adalah Vref yang tetap.
Dari grafik 1.8 dapat diketahui bahwa semakin bertambahnya nilai tahanan (R) nilai
Vrms yang dihasilkan tidak berubah atau konstan. Dikarenakan nilai tahanan (R) tidak
mempengaruhi besarnya nilai Vrms yang dihasilkan dan yang mempengaruhi besarnya
Vrms adalah Vref yang tetap. Persamaan yang digunakan adalah
Dari grafik 1.1.9 dapat diketahui bahwa semakin bertambahnya nilai tahanan (R)
nilai Idc yang dihasilkan semakin kecil. Ini dikarenakan nilai tahanan (R) mempengaruhi
nilai dari Idc yang dihasilkan. Sesuai dengan persamaan
Dari grafik 1.1.10 dapat diketahui bahwa semakin bertambahnya nilai tahanan (R)
nilai Irms yang dihasilkan semakin kecil. Ini dikarenakan nilai tahanan (R) dapat
mempengaruhi nilai dari Irms yang dihasilkan. Sesuai dengan persamaan
Tabel 1.1.3 Tegangan keluaran pada saat tegangan referensi tetap (120 V), Untuk Beban
R berubah
Arus Keluaran
Tegangan
Input
Keluaran Rectifier Rectifier
R Avera RMS
Vref Average RMS Hasil Osiloskop
ge
(oh (A)
(V) (V) (V)
m) (A)
4,96 15,78
40 165,02 165
1. Analisa Rangkaian
Pada gambar 1.1.11 terdapat sumber AC yang terhubung dengan volt meter pertama yang
berguna sebagai mengukur tegangan pada sumber AC dan terhubung ke scope pertama untuk
menampilkan gelombang, kemudian tehubung ke display sebagai penampil dalam bentuk digital.
Pada rangkaian di atas juga terdapat 4 buah diode dan setiap diode akan terhubung ke scope
kedua untuk menampilkan gelombang dan setiap diode juga terhubung antara satu sama lain dan
terhubung dengan sumber AC. Kemudian, diode tersebut juga terhubung dengan i Load lalu
terhubung dengan FILTER C dan beban RL yang terhubung secara paralel. Kemudian dari beban
RL terhubung dengan Volt meter kedua terhubung dengan scope pertama untuk menampilkan
gelombang, dan juga volt meter kedua terhubung dengan RMS untuk menghitung Vrms nya dan
terhubung dengan Mean untuk menghitung Vo.
Pada gambar 1.1.12 dapat dilihat untuk gelombang pertama merupakan gelombang hasil
pengukuran arus yang dihasilkan melalui 4 diode, pada saat diberikan polaritas positif maka
dapat mengalirkan arus dan ketika diberikan polaritas negatif maka bernilai 0 tidak mengalirkan
arus.
Kemudian, pada gelombang kedua merupakan tegangan dari ke empat diode setelah melalui
filter C dan beban RL. Sehingga hasil dari gelombang tersebut tetap naik dikarenakan tetap
diberikan polaritas positif sehingga mengeluarkan tegangan yang meningkat sedikit demi sedikit.
Kemudian, pada gelombang ke tiga merupakan tegangan dari sumber AC yang hasil
gelombangnya stabil.
3. Analisa Perhitungan
Diketahui :
Vref = 120 V
R = 40 Ω
Vdc ukur = 165,02 V
Vrms ukur = 165 V
Idc ukur = 4,96 A
Irms ukur = 15,78 A
Ditanya:
Vdc
Idc
Vrms
Irms
%Error Vdc, Idc, Vrms, Irms
Penyelesaian :
Vref R(ohm) Average Average % RMS RMS % Average Average % RMS RMS %
error ukur hitung error error ukur hitung error Dari
(V) ukur hitung ukur hitung
tabel 1.1.4
(V) (V) (V) (V)
dapat (V) (V) (V) (V)
120 50 166,00 53,66 166 115 44,34 3,32 2,16 53,70 11,71 2,3 40
60 166,50 54,12 166,5 102 63,23 2,50 1,80 38,88 9,45 1,7 45
dianalisa bahwa Vdc hitung yang didapatkan bernilai konstan. Semakin besar nilai beban R, nilai Vdc hitung yang dihasilkan akan selalu
sama karena Vref yang digunakan tetap sesuai dengan persamaan yang digunakan yaitu V dc = . Nilai % error yang didapatkan sangat
Karena semakin besar nilai beban R, maka nilai Irms hitung yang dihasilkan semakin kecil sesuai dengan persamaan I rms = . sehingga
menyebabkan Nilai Vrms hitung yang didapatkankan juga semakin kecil sesuai dengan persamaan . Nilai % error juga akan
tetap dan nilainya sangat kecil. Didapat dari perhitungan menggunakan persamaan % error Vrms = x100%.
Semakin besar nilai beban R, maka nilai Idc ukur dan Idc hitung yang dihasilkan akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan
karena R berbanding terbalik terhadap Idc hitung. Sesuai dengan persamaan I dc = . Nilai % error yang didapatkan sangat kecil. Didapat
R berbanding terbalik terhadap Irms. Sesuai dengan persamaan Irms= . Nilai % error yang didapatkan sangat kecil. Didapat dari
Pada gambar 1.1.13 dapat dilihat semakin bertambahnya nilai tahanan (R) maka nilai dari
Vdc nya juga bertambah. Sehingga dapat dibilang nilai tahanan berbanding lurus dengan nilai
Vdc. Sesuai dengan ketentuan semakin besar nilai tahanan maka nilai tegangan semakin besar.
Pada gambar 1.1.14 dapat dilihat semakin bertambahnya nilai tahanan (R) maka nilai dari
Vrms nya juga bertambah. Sehingga dapat dibilang nilai tahanan berbanding lurus dengan nilai
Vrms. Sesuai dengan ketentuan semakin besar nilai tahanan maka nilai tegangan semakin besar.
Dari gambr 1.1.15 dapat dilihat semakin besar nilai tahanan (R) maka semakin besar pula
nilai Idc nya, yang artinya niai tahanan berbanding lurus dengan nilai Idc. Dikarenakan semakin
besar tahanan maka nilai arus yang diberikan akan semakin besar puka.
Dari gambr 1.1.16 di atas dapat dilihat semakin besar nilai tahanan (R) maka semakin
besar pula nilai Irms nya, yang artinya niai tahanan (R) berbanding lurus dengan nilai Irms.
Dikarenakan semakin besar tahanan (R) maka nilai arus yang diberikan akan semakin besar
puka.
Tabel 1.1.5 Tegangan keluaran pada saat tegangan referensi tetap (120 V), C berubah
Untuk Beban R = 40 Ω, L= 4 mH
Pada gambar 1.1.17 dapat dilihat untuk gelombang pertama merupakan gelombang hasil
pengukuran arus yang dihasilkan melalui 4 dioda, pada saat diberikan polaritas positif maka
dapat mengalirkan arus dan ketika diberikan polaritas negatif maka bernilai 0 tidak mengalirkan
arus. Kemudian, pada gelombang kedua merupakan tegangan dari ke empat diode setelah
melalui filter C dan beban RL.
Sehingga hasil dari gelombang tersebut tetap naik dikarenakan tetap diberikan polaritas
positif sehingga mengeluarkan tegangan yang meningkat sedikit demi sedikit. Kemudian, pada
gelombang ke tiga merupakan tegangan dari sumber AC yang hasil gelombangnya stabil.
Diketahui :
Vref = 120 V
R = 40 Ω
C= 2 mH
Vdc ukur = 159,76 V
Vrms ukur = 159,8 V
Idc ukur = 4,81A
Irms ukur = 11,88 A
Ditanya:
Vdc
Idc
Perhitungan rippe
%Error Vdc, Idc
Penyelesaian :
Perhitungan rippe
Dari tabel 1.1.6 dapat dianalisa bahwa Vref yang digunakan konstan dan nilai Vdc hitung yang
didapatkan bernilai konstan. Semakin besar nilai beban C, karena Vref yang digunakan tetap
sesuai dengan persamaan yang digunakan yaitu . Nilai % error yang didapatkan
x100%.
Karena semakin besar nilai beban C, maka nilai Idc hitung yang dihasilkan konstan
sesuai dengan persamaan
. sehingga menyebabkan Nilai % error yang didapatkan sangat kecil. Didapat dari
Pada gambar 1.1.18 dapat dilihat semakin bertambahnya nilai tahanan (R) maka nilai dari
Vdc nya juga bertambah. Sehingga dapat dibilang nilai tahanan berbanding lurus dengan nilai
Vdc. Sesuai dengan ketentuan semakin besar nilai tahanan maka nilai tegangan semakin besar.
Pada gambar 1.1.19 dapat dilihat semakin bertambahnya nilai tahanan (R) maka nilai dari
Vrms nya juga bertambah. Sehingga dapat dibilang nilai tahanan berbanding lurus dengan nilai
Vrms. Sesuai dengan ketentuan semakin besar nilai tahanan maka nilai tegangan semakin besar.
Dari gambr 1.1.20 dapat dilihat semakin besar nilai tahanan (R) maka semakin besar pula
nilai Idc nya, yang artinya niai tahanan berbanding lurus dengan nilai Idc. Dikarenakan semakin
besar tahanan maka nilai arus yang diberikan akan semakin besar puka.
Dari gambar 1.1.21 dapat dilihat semakin besar nilai tahanan (R) maka semakin besar
pula nilai Irms nya, yang artinya niai tahanan (R) berbanding lurus dengan nilai Irms.
Dikarenakan semakin besar tahanan (R) maka nilai arus yang diberikan akan semakin besar
puka.
G. Kesimpulan
1. Nilai tegangan keluaran pada penyearah terkontrol setengah gelombang saat α semakin
meningkat dengan beban R konstan adalah semakin menurun. Sedangkan dengan beban
R dan L tegangan keluaran yang dihasilkan juga semakin menurun.
2. Semakin besar sudut penyalaan yang digunakan pada thyristor maka tegangan keluaran
yang dihasilkan semakin kecil.
3. Gelombang tegangan keluaran pada penyearah terkontrol satu fasa setengah gelombang,
hanya dapat menyearahkan siklus positif saja dengan sudut penyalaan yang diatur.
A. Tujuan pecobaan
1. Untuk membandingkan gelombang tegangan keluaran pada penyearah tidak terkontrol
tiga fasa gelombang penuh ketika beban R dan L di variasikan.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi beban R dan L terhadap nilai tegangan keluaran
Penyearah tiga fasa tidak terkendali gelombang penuh menggunakan tiga buah dioda
sebagai saklar dayanya. Skema penyearah tiga fasa tidak terkendali gelombang penuh
diperlihatkan pada Gambar.
Tabel 1.1.7 Tegangan keluaran pada saat tegangan referensi tetap (120 V), Untuk Beban R
berubah dan L berubah
30 279,08 279,33
80 3,49 3,49
F. Analisa Data
Dari gambar 1.1.23 merupakan rangkaian dari penyearah tidak terkontrol tiga fasa, yang
dimana terdapat sumber tiga fasa yaitu A,B, dan C, yang setiap sumber di hubgkan bintang agar
menghasilkan netral. Dan setiap sumber tiga fasa ini terhubung dengan volt meter yang akan
mengukur tegangan dari setiap sumber dan terhubung dengan mux untuk mengubah banyak
imputan menjadi satu output yang akan terhubung ke scope untuk menampilkan gelombang yang
dihasilkan. Pada rangkaian di atas juga terdapat enam buah diode yang berfungsi sebagai
penyearah yang setiap diode terhubung satu sama lain dan terhubung dengan sumber, yang mana
diode ini terhubung dengan Ampere meter yang akan mengukur arusnya dan setelah dari ampere
meter akan terhubung dengan RMS dan Mean yang akan mengukur Arusnya dan hasilnya akan
di tampilkan. Dioda-dioda tersebut juga terhubung dengan beban (R) dan akan terhubung
dengan Volt meter yang akan ikut terhubung dengan mux dari volt meter pada sumber tiga fasa.
Setelah itu, dari volt meter akan terhubung dengan RMS dan Mean yang akanmengukur
tegangan yang dihasilkan dan akan ditampilkan.
Pada gambar 1.1.24 dapat di lihat pada gelombang pertama merupakan gambar
gelombang arus yang mana mengalami peningkatan yang dihasilkan dari ke enam diode yang
terhubung dengan sumber AC tiga fasa.
Kemudian, pada gambar gelombang kedua terdapat 4 buah bentuk gelombang yang
berbeda. Ge;ombang pertana dari volt meter pengukur tegangan yang berasal dari diode yang
sudah terhubung dengan beban, sehingga tegangan yang dihasilkan tetap naik. Kemudian terdpat
3 gelombang warna merah, biru, dan ungu merupakan tegangan yang berasal dari sumber AC
tiga fasa tersebut.
3. Analisa Perhitungan
Untuk Data 1
Vm = 120 V
R = 40 Ω
L= 10 mH
Ditanya: VDC, IDC, Vrms, Irms, %Error
Penyelesaian:
Z= =
=40
VDC = = = 280,69 V
IDC = = = = 7,01 A
Irms= = = 7,02 A
= x100% =0,57%
= x100%=0,42%
= x100% =0.56%
= x100%=0,56%
120 40 10 279,08 280,69 0,57 279,33 280,93 0.56 6,98 7,01 0,42 6,98 7,02 0,56
60 20 279,08 280,69 0,57 279,33 280,93 0.56 4,65 4,67 0,42 4,65 4,68 0,64
80 30 279,08 280,69 0,57 279,33 280,93 0.56 3,49 3,50 0,28 3,49 3,51 0,56
Dari tabel 1.2 di atas, dapat dianalisa bahwa Vdc yang didapatkan adalah tetap. Semakin besar nilai beban R dan L, nilai Vdc
hitung yang dihasilkan selalu sama hal ini dikarenakan Vref yang digunakan tetap sesuai dengan persamaan yang digunakan yaitu
VDC = . Nilai %Error yang didapatkan juga tetap dan sangat kecil. Didapat dari perhitungan menggunakan persamaan %Error VDC =
x100%
Untuk nilai beban R dan L terhadap nilai Idc ukur dan Idc hitung yang dihasilkan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena
beban RL berbanding terbalik terhadap Idc hitung yang sesuai dengan persamaan IDC = . Nilai %Error yang didapatkan sangat kecil dan
semakin menurun. Didapat dari perhitungan menggunakan persamaan %Error IDC = x100%.
Nilai Vrms ukur yang didapatkan adalah tetap. semakin besar nilai beban R dan L, nilai Vrms hitung yang didapat adalah tetap,
hal ini dikarenakan nilai dari Vref yang digunakan tetap sesuai dengan persamaan yang digunakan yaitu Vrms = Vm . Nilai %Error
juga akan tetap. Didapat dari perhitungan menggunakan persamaan % Error Vrms = x100%.
karena berbanding terbalik terhadap Irms. Sesuai dengan persamaan Irms= Nilai %Error yang didapatkan kecil. Didapat
Dari gambar 1.1.25 menunjukkan bahwa semakin besar nilai beban R, nilai Vdc yang
dihasilkan selalu sama atau konstan. Hal ini di karenakan Vref yang digunakan tetap sesuai
dengan persamaan yang digunakan yaitu
Dari 1.1.26 menunjukkan bahwa semakin besar nilai beban R dan L, nilai Vrms
hitung yang didapatkan tetap, hal tersebut dikarenakan Vref yang digunakan tetap sesuai
dengan persamaan yang digunakan yaitu
Dari gambar 1.1.27 menunjukkan bahwa semakin besar nilai beban R, nilai Idc
yang dihasilkan semakin kecil. Hal tersebut dikarena Z berbanding terbalik terhadap Idc
hitung yang Sesuai dengan persamaan .
Dari gambar 1.1.28 menunjukkan bahwa semakin besar nilai beban R, nilai Irms yang
dihasilkan semakin kecil. Hal tersebut dikarenakan Z berbanding terbalik terhadap Irms yang
Sesuai dengan persamaan.
G. Kesimpulan
1. Gelombang tegangan keluaran pada penyearah tidak terkontrol tiga fasa gelombang penuh
ketika beban R dan L divariasikan adalah konstan.
2. Tegangan keluaran yang dihasilkan pada saat beban R dan L divariasikan semakin
meningkat adalah konstan karena tegangan referensi (Vref) yang digunakan tetap
Bentuk gelombang tegangan output rangkaian penyearah terkendali satu fasa setengah
gelombang hampir sama dengan output rangkaian penyearah daya setengah gelombang. Yang
membedakan adalah adanya mekanisme pengaturan penyulutan melalui terminal Gate pada SCR
yang akan menyebabkan bentuk gelombang output seperti pada gambar diatas. Bentuk
gelombang tegangan yang agak terpotong mempunyai pengaruh pada besarnya nilai tegangan
output.
Jika SCR T1 dan T2 dipicu sebesar α, maka nilai tegangan searah rerata (Vdc) dan nilai
tegangan searah efektif (root mean square-rms), VL dapat ditentukan sebagai berikut :
Tabel 1.2.1 Tegangan keluaran pada saat tegangan referensi tetap (10 V),
0,2501 0,5565
900 2,2 5,00
Pada gambar 1.2.3 merupakan rangkaian terkontrol satu fasa yang dimana terdapat sudut
yang dapat dikontrol dan diatur sesuai mungkin. Kemudian terdapat sumber tegangan 1 fasa
yang terhubung dengan thrirystor sebagai dan diode terhubung dengan Ampere meter yang akan
terhubung dengan RMS dan Mean yang hasil dari perhitungannya akan ditampilkan pada layar
display. Selain itu thyristor juga terhubung dengan beban R dan L yang akan terhubung dengan
Volt meter yang akan terhubung dengan RMS dan Mean yang hasil perhitungannya akan di
tampilkan di display.
Dari gambar 1.2.4 dapat dilihat terdapat 3 buah gelombang. Dimana pada gelombang
pertama yaitu glombang arus keluaran, glombang kedua yaitu glombang tegangan keluaran dan
glombang ketiga yaitu glombang tegangan dioda. Pada gelombang tegangan dan arus keluaran
yang dihasilkan oleh sebuah thyristor sebagai penyearah terkontrol adalah setengah gelombang
satu fasa. Adapun sebuah Thyristor tersebut dapat dikontrol sudut penyalaannya dengan sumber
tegangan AC. Pada siklus positif thyristor akan mendapa tarus pada kaki gate. Sedangkan saat
siklus negatif, thyristor akan kembali ke menghasilkan gelombang lurus di angka no atau mati,
karena kaki gate tidak dialiri arus. Pada gelombang diode dihasilkan karena di filter dari
thyristor yang lewat hanya tegangan yang sudah diatur sebelumnya. Dengan prinsip kerja dari
thyristor yaitu, saat siklus positif, kaki anoda akan mendapat tegangan positif menyebabkan
thyristor menjadi bias majus ehingga dapat mengalirkan arus, pada saat siklus negative dan
begitu juga sebaliknya.
Bentuk gelombang ketiga pada gambar gelombang diatas memiliki nilai negatif karena
tidak memakai diode sehingga bentuk gelombang tidak disearahkan.
2. Analisa Perhitungan
Data 1
Diketahui: Vref = 10 Vrms
Vm = 10 V
R=9Ω
Ditanya: VDC
IDC
Vrms
Irms
%Error VDC, IDC, Vrms, Irms
Penyelesaian:
VDC = = = 4,2 V
IDC = = = 0.46 A
Vrms = 1/2
1/2
= = 6,969 V
Irms= = = 0,77 A
= x100% = 0%
= x100% = 4,34 %
= x100% =0,14%
= x100%=0,51 %
30 4,2 4,2 0 6,97 6,969 0,14 0,446 0,46 4,34 0,7742 0,77 0,51
60 3,3 3,3 0 6,34 2,655 0,13 0,375 0,36 4,16 0,7046 0,29 0,41
10
90 2,2 2,2 0 5,00 1,612 0,12 0,250 0,24 4,15 0,5565 0,17 0,23
Dari tabel 1.2.2 hasil perhitungan , dapat dianalisa bahwa Vdc ukur yang didapatkan semakin kecil. Semakin besar nilai α, nilai Vdc
hitung yang dihasilkan akan semakin kecil karena α yang digunakan semakin besar akan menyebabkan nilai semakin kecil sesuai
dengan persamaan VDC = . Nilai %Error yang didapatkan konstan. Didapat dari perhitungan menggunakan persamaan
%Error VDC = x100%. Semakin besar nilai α,maka nilai Idc ukur dan Idc hitung yang dihasilkan akan semakin kecil.
Hal tersebut disebabkan karena nilai Vdc semakin kecil, karena Vdc berbanding lurus terhadap Idc. Sesuai dengan persamaan I DC = .
Nilai %Error yang didapatkan semakin kecil. Didapat dari perhitungan menggunakan persamaan
Dari gambar 1.2.5 dapat dianalisa bahwa semakin besar nilai α, nilai Vdc yang
dihasilkan akan semakin kecil karena α yang digunakan semakin besar akan
Dari gambar 1.2.7 dapat dianalisa, Semakin besar nilai α, nilai Idc yang dihasilkan
akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena nilai Vdc semakin kecil, dimana
hal ini sesuai dengan persamaan
Dari gambar 1.2.8 dapat dianalisa, Semakin besar nilai α, nilai Irms yang
dihasilkan akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena nilai Vrms semakin
kecil, dimana hal ini sesuai dengan persamaan
Tabel 1.2.3 Tegangan keluaran pada saat Nilai berubahVreftetap 10 V Untuk Beban R =
9 Ω dan L = 4 mH
0,46 0,76
300 4,178 6,97
0,37 0,66
10 600 3,36 6,34
0,24 0,52
900 2,22 5,00
Dari gambar 1.2.9 dapat dilihat tegangan dan arus keluaran yang dihasilkan oleh penyearah
terkontrol setengah gelombang satu fasa beban RL. Adapun gelombang tegangan keluaran dapat
dilihat akan mulai menyala sesuai pada sudut penyalaanya yakni 30 o. Pada rangkaiannya
menggunakan sebuah Thyristor yang dapat dikontrol sudut penyalaannya dengan sumber
tegangan AC, ketika gate pada Thyristor mendapat arus maka thyristor akan nyala pada saat
siklus positif. Sedangkan pada saat siklus negatif, Thyristor akan mati. Saat siklus positif, kaki
anoda akan mendapat tegangan positif menyebabkan Thyristor bias maju dan akan mengalirkan
arus, maka rangkaian seperti close circuit. Pada saat siklus negatif, kaki katoda akan mendapat
tegangan positif menyebabkan Thyristor bias mundur dan tidak akan mengalirkan arus,
menyebabkan Thyristor seperti open circuit.
Pengaruh L terhadap arus keluaran (Iout) pada gambar gelombang diatas adalah arus
menjadi tidak kontinyu dikarenakan terdapat nilai arus yang ada di bawah nol.
Vm = 10 V
L = 4 mH
R=9Ω
Ditanya: VDC
IDC
Vrms
Irms
%Error VDC, IDC, Vrms, Irms
Penyelesaian:
Z= =
=9,12
VDC = = = 4,168 V
IDC = = = 0.45 A
Vrms = 1/2
1/2
= = 6,49 V
Irms= = = 0,71 A
= x100% = 0,23%
= x100% = 2,17 %
= x100% =7,39 %
= x100%=7,04 %
Tabel 1.2.4 Hasil Perhitungan Tegangan keluaran pada saat Nilai berubahVref tetap 10 V Untuk Beban R = 9 Ω dan
L = 4 mH
30 4,178 4,168 0,23 6,97 6,49 7,39 0,46 0,45 2,17 0,76 0,71 7,04
10 60 9 4 3,36 3,344 0,33 6,34 5,79 4,02 0,37 0,066 7,57 0,66 0,115 3,69
90 2,22 2,219 7,23 5,00 5,04 2,45 0,24 0,044 6,65 0,52 0,1003 1,55
Dari tabel 1.2.4 hasil perhitungan, dapat dianalisa bahwa Vdc yang didapatkan semakin kecil. Semakin besar nilai α dengan beban R
dan L yang tetap, nilai Vdc hitung yang dihasilkan akan semakin kecil karena α yang digunakan semakin besar akan menyebabkan nilai
semakin kecil sesuai dengan persamaan Vdc = . Nilai % Error yang didapatkan bersifat flukluatif. Didapat dari
Semakin besar nilai α dengan beban R dan L yang tetap, nilai Idc ukur dan Idc hitung yang dihasilkan akan semakin kecil. Hal
tersebut disebabkan karena nilai Vdc semakin kecil, karena Vdc berbanding lurus terhadap Idc. Sesuai dengan persamaan IDC = . Nilai %
Error yang didapatkan lumayan kecil. Didapat dari perhitungan menggunakan persamaan %Error IDC =
Dari gambar 1.2.10 dapat dianalisa bahwa semakin besar nilai α, nilai Vdc yang
dihasilkan akan semakin kecil karena α yang digunakan semakin besar akan
Dari gambar 1.2.11 dapat dianalisa, Semakin besar nilai α, nilai Vrms yang
dihasilkan akan semakin kecil. Persamaan yang digunakan adalah
Dari gambar 1.2.12 dapat dianalisa, Semakin besar nilai α, nilai Idc yang
dihasilkan akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena nilai Vdc semakin
kecil, karena Vdc berbanding lurus terhadap Idc. Sesuai dengan persamaan
Dari gambar 1.2.13 dapat dianalisa, Semakin besar nilai α, nilai Irms ukur dan
Irms hitung yang dihasilkan akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena nilai
Vrms semakin kecil, karena Vrms berbanding lurus terhadap Irms. Sesuai dengan
persamaan
Tabel 1.2.5 Tegangan keluaran pada saat tegangan referensi tetap (10 V),
10,99 12,8
300 98,93 116,9
8,825 11,47
5,85 8,81
900 52,69 83,87
1. Analisa Rangkaian
Pada gambar 1.2.13 merupakan rangkaian terkontrol satu fasa gelombang penuh Jembatan
yang dimana terdapat sudut yang dapat dikontrol dan diatur sesuai mungkin. Kemudian
terdapat sumber tegangan 1 fasa yang terhubung dengan empat buah thyristor sebagai diode
dan terhubung dengan Ampere meter yang akan terhubung dengan RMS dan Mean yang hasil
dari perhitungannya akan ditampilkan pada layar display. Selain itu ke empat thyristor juga
terhubung dengan beban R dan L yang akan terhubung dengan Volt meter yang akan terhubung
dengan RMS dan Mean yang hasil perhitungannya akan di tampilkan di display.
Dari gambar 1.2.14 di atas, dapat dilihat tegangan dan arus keluaran yang dihasilkan oleh
penyearah terkontrol gelombang penuh Jembatan satu fasa dengan beban RL. Adapun
gelombang tegangan keluaran dapat dilihat akan mulai menyala sesuai pada sudut penyalaanya
yakni 30o. Pada rangkaiannya menggunakan empat buah Thyristor yang dapat dikontrol sudut
penyalaannya dengan sumber tegangan AC, ketika gate pada Thyristor mendapat arus maka
thyristor akan nyala pada saat siklus positif. Sedangkan pada saat siklus negatif, Thyristor akan
mati. Saat siklus positif, kaki anoda akan mendapat tegangan positif menyebabkan Thyristor bias
maju dan akan mengalirkan arus, maka rangkaian seperti close circuit. Pada saat siklus negatif,
kaki katoda akan mendapat tegangan positif menyebabkan Thyristor bias mundur dan tidak akan
mengalirkan arus, menyebabkan Thyristor seperti open circuit.
Pengaruh L terhadap arus keluaran (Iout) pada gambar gelombang diatas adalah arus
menjadi tidak kontinyu dikarenakan terdapat nilai arus yang ada di bawah nol.Pada gelombang
ketiga merupakan gambar gelombang yang berasal dari sumber tegangan yang diberikan ke
thyristor.
3. Analisa Perhitungan
Data 1
Diketahui: Vref = 10 Vrms
Vm = 10 V
L = 4 mH
R=9Ω
Ditanya: VDC
IDC
Vrms
Irms
%Error VDC, IDC, Vrms, Irms
Penyelesaian:
Z= =
=9,12
VDC = = = 7,796 V
IDC = = = 0.853 A
Vrms =
= = 10 V
Irms= = = 1,11 A
= x100% = 11,6 %
= x100% = 11,8 %0
= x100% = 10,6 %
= x100%=10,5 %
Tabel 1.2.6 Hasil Perhitungan Tegangan keluaran pada saat tegangan referensi tetap (10 V), berubah Untuk Beban R = 9 Ω L = 4mH
30 98,93 7,796 11,6 116,9 10 10,6 10,99 0,853 11,8 12,8 1,11 10,5
10 60 9 4 79,43 4,53 15,8 106,4 10 9,64 8,825 0,493 16,9 11,47 1,11 9,3
90 52,69 9,00 4,85 83,87 10 7,38 5,85 0,986 4,9 8,81 1,11 6,9
Dari tabel 1.2.6 dapat dianalisa bahwa Vdc yang didapatkan semakin kecil. Semakin besar nilai α dengan beban R dan L yang
tetap, nilai Vdc hitung yang dihasilkan akan semakin kecil karena α yang digunakan semakin besar akan menyebabkan nilai semakin
kecil sesuai dengan persamaan Vdc= . Nilai %Error yang didapatkan bersifat fluktuatif. Didapat dari perhitungan
Semakin besar nilai α dengan beban R dan L yang tetap, nilai Idc ukur yang dihasilkan akan semakin kecil dan Idc hitung yang
dihasilkan fluktuatif. Hal tersebut disebabkan karena nilai Vdc semakin kecil, karena Vdc berbanding lurus terhadap Idc. Sesuai dengan
persamaan IDC = . Nilai %Error yang didapatkan sangat kecil. Didapat dari perhitungan menggunakan persamaan %Error IDC =
x100%.
Dari gambar 1.2.15 dapat dianalisa bahwa semakin besar nilai α, nilai Vdc yang
dihasilkan akan semakin kecil karena α yang digunakan semakin besar akan menyebabkan
Dari gambar 1.2.16 dapat dianalisa bahwa. Semakin besar nilai α, nilai Vrms yang
dihasilkan akan semakin kecil. Persamaan yang digunakan adalah
Dari gambar 1.2.17 dapat dianalisa bahwa Semakin besar nilai α, nilai Idc yang
dihasilkan akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena nilai Vdc semakin
kecil, karena Vdc berbanding lurus terhadap Idc. Sesuai dengan persamaan
Dari gambar 1.2.18 dapat dianalisa bahwa Semakin besar nilai α, nilai Irms ukur
dan Irms hitung yang dihasilkan akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena
nilai Vrms semakin kecil, karena Vrms berbanding lurus terhadap Irms. Sesuai
dengan persamaan
G. Kesimpulan
1. Nilai tegangan keluaran pada penyearah terkontrol setengah gelombang saat α semakin
meningkat dengan beban R konstan adalah semakin menurun. Sedangkan dengan beban
R dan L tegangan keluaran yang dihasilkan juga semakin menurun.
2. Semakin besar sudut penyalaan yang digunakan pada thyristor maka tegangan keluaran
yang dihasilkan semakin kecil.
3. Gelombang tegangan keluaran pada penyearah terkontrol satu fasa setengah gelombang,
hanya dapat menyearahkan siklus positif saja dengan sudut penyalaan yang diatur.
Rangkaian penyearah terkendali tiga fasa setengah gelombang terdiri atas 3 SCR yang
disusun di masing-masing fasa R, S dan T. Pemasangan SCR masing-masing fasa harus sama
untuk kaki anoda dan katoda. Dengan penyulutan pada terminal Gate, maka output tegangan
dapat diatur sesuai dengan arus penyulutannya.
Prinsip kerja rangkaian penyearah terkendali tiga setengah gelombang hampir sama dengan
penyearah terkendali satu fasa setengah gelombang, pada rangkaian ini, inputnya ada tiga fasa
sehingga prosesnya terjadi di masing-masing fasa. Yang perlu diperhatikan adalah pada
penyearah terkendali tiga fasa yaitu adanya lintasan fasa yaitu pertemuan antara fasa R, S dan T
yang terjadi pada sudut 300. Pada titik ini dinamakan penyulutan diskontinyu.
Sedangkan tegangan output efektif dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Tabel 1.2.7 Tegangan keluaran pada saat tegangan referensi tetap (120 V), Untuk
Keluaran Keluaran
Rectifier Rectifier
Hasil Osiloskop
R L Aver RM
Avera age S
Vref (oh ( RMS
ge
m) m (A) (A)
(V) (V)
H (V)
)
40
300 2 4,29 4,36
171,9 174,7
60
0
120 40 4 2,53 2,61
152,1 157,2
80
500 6 136 1,59 1,68
127,6
Pada gambar 1.2.21 merupakan rangkaian terkontrol satu fasa yang dimana terdapat sudut
yang dapat dikontrol dan diatur sesuai mungkin. Kemudian terdapat sumber tegangan 3 fasa
yang setiap fasanya terhubung dengan dua buah thrirystor sebagai diode. Pada rangkaiannya
menggunakan 6 thyristor dengan sumber tegangan 3 fasa AC yang terdiri dari fasa R, S, dan T.
Fasa R terdiri dari thyristor T1 dan T4, fasa S terdiri dari thyristor T3 dan T6, dan fasa T terdiri
dari thyristor T5 dan T2. Kemudian terhubung dengan Ampere meter yang akan terhubung
dengan RMS dan Mean yang hasil dari perhitungannya akan ditampilkan pada layar display.
Selain itu thyristor juga terhubung dengan beban R dan L yang akan terhubung dengan Volt
meter yang akan terhubung dengan RMS dan Mean yang hasil perhitungannya akan di tampilkan
di display.
Dari gambar 1.2.22 dapat dilihat tegangan dan arus keluaran yang dihasilkan oleh
penyearah terkontrol tiga fasa gelombang penuh. Pada rangkaiannya menggunakan 6 thyristor
dengan sumber tegangan 3 fasa AC yang terdiri dari fasa R, S, dan T. Fasa R terdiri dari thyristor
T1 dan T4, fasa S terdiri dari thyristor T3 dan T6, dan fasa T terdiri dari thyristor T5 dan T2.
Sudut konduksi setiap diode sebesar 2π/3, sehingga urutan kerja thyristor adalah 12, 23, 34, 45,
56, dan 61.
2. Analisa Perhitungan
Data 1
Diketahui: Vref = 120 Vrms
Vm = 120 V
L = 2 mH
R = 40 Ω
Ditanya: VDC
IDC
Vrms
Irms
%Error VDC, IDC, Vrms, Irms
Penyelesaian:
Z= =
= 40
IDC = = = 6,077 A
= x100% = 29,2 %
= x100% = 29,4 %
Tabel 1.2.8 Hasil Perhitungan Tegangan keluaran pada saat tegangan referensi tetap (120 V), Untuk Berubah, Beban R
Input
Dari tabel 1.2.8 hasil perhitungan dapat dianalisa bahwa Vdc yang didapatkan semakin kecil. Semakin besar nilai α dengan beban R
dan L yang semakin meningkat, nilai Vdc hitung yang dihasilkan akan semakin kecil karena α yang digunakan semakin besar akan
menyebabkan nilai semakin kecil sesuai dengan persamaan Vdc= . Nilai %Error yang didapatkan juga semakin kecil.
Semakin besar nilai α dengan beban R dan L yang semakin meningkat, nilai Idc ukur dan Idc hitung yang dihasilkan akan semakin
kecil. Karena semakin kecil nila Vdc pengaruh dari meningkatnya α , dan nilai Idc yang berbanding terbalik dengan Z. Sesuai dengan
persamaan IDC = . Nilai % Error yang didapatkan fluktuatif. Didapat dari perhitungan menggunakan persamaan %Error I DC =
x100%.
Dari gambar 1.2.23 dapat dianalisa bahwa semakin besar nilai α, maka nilai Vdc
yang dihasilkan akan semakin kecil sesuai dengan persamaan
Dari gabar 1.2.24 dapat dianalisa, Semakin besar nilai α, nilai Idc yang
dihasilkan akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena nilai Vdc semakin
kecil dan nilai impedansi (Z) yang semakin besar, karena Vdc berbanding lurus
terhadap Idc dan Z berbanding terbalik terhadap Idc. Sesuai dengan persamaan
Dari gambar 1.2.25 dapat dianalisa bahwa semakin besar nilai α, maka nilai Vdc
yang dihasilkan akan semakin kecil, dimana hal tersebut sesuai dengan persamaan
\
Gambar 1.2.26 Perbandingan αterhadapIrms
Berdasarkan gambar 1.2.26 dapat dianalisa, Semakin besar nilai α, nilai Idc yang
dihasilkan akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena nilai Vrms semakin kecil
dan nilai impedansi (Z) yang semakin besar, karena Vrms berbanding lurus terhadap
Irms dan Z berbanding terbalik terhadap Idc. Sesuai dengan persamaan
G. Kesimpulan
1. Pengaruh perubahan sudut penyalaan thyristor dan beban RL yang diatur semakin
meningkat menyebabkan tegangan keluaran hasil penyearah semakin kecil.
2. Tegangan keluaran yang dihasilkan pada saat sudut penyalaan thyristor dan beban RL
divariasikan semakin meningkat adalah semakin menurun.
Daftar Pustaka
Anonim. 2021. “Modul Elektronika Daya”. laboratorium sistem kendali. Jurusan
Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Mataram
Ali, Muhammad. 2011. “Modul Kuliah Elektronika Daya Pengantar Elektronika Daya”. Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta
Ashari, Mochammad. 2017. “Desain Konverter Elektronika Daya”. Bandung: Informatika
Haroen, Yanuarsyah. 2018. “Elektronika Daya”. Bandung: ITB
Tim Lab Kendali. 2021. “Modul Praktikum Elektronika Daya”. Labolatorium Sistem Kendali.
Jurusan Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Mataram
W. Hart, Daniel. 2011.” Power Elektronics”. New York: McGraw-Hill