Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya, sehingga
laporan Kerja Praktek Industri ini terselesaikan dengan judul “ Pengujian Tahanan
Isolasi dan Tahanan Pembumian Lightning Arrester (LA) pada Bay Trafo Daya I
150 kV/20 kV Kapasitas 60 MVA di Gardu Induk Labuhan PT.PLN (Persero)
UPT Medan ” Laporan ini disusun sebagai hasil akhir Kerja Praktek Industri yang
dilaksanakan mulai tanggal 03 Januari 2022 sampai dengan 03 Februari 2022.
Laporan Kerja Praktek Industri ini disusun sebagai salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Teknik Elektro pada Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Medan. Melalui Kerja Praktek
Industri ini dapat melihat langsung dunia kerja.
Selama proses penyusunan laporan akhir ini tidak terwujud tanpa bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini ucapan
terimakasih disampaikan kepada :
1. Kepada ayah dan ibu yang telah memberi doa, dukungan yang besar dan
kepercayaan sepenuhnya untuk melaksanakan Kerja Praktek Industri
2. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. selaku Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Dr. Salman Bintang,M.Pd selaku ketua jurusan Teknik Elektro
4. Bapak Dr. Adi Sutopo, M.Pd.,MT selaku ketua prodi Teknik Elektro
nondik
5. Bapak Arwadi Sinuraya.ST,MT selaku dosen pembimbing Kerja Praktek
Industri di Teknik Elektro
6. Bapak Syamsul Ahwan selaku manager ULTG Paya Pasir yang
memberikan izin untuk melakukan kerja praktek industri
7. Bapak Josua Desman Napitupulu selaku supervisor jargi gardu induk
Labuhan
8. Abang-kakak pegawai karyawan gardu induk Labuhan atas kesediaan
memberi bantuan selama pelaksanaan KPI.
9. Rekan-rekan pelaksanaan selama Kerja Praktek Industri yaitu Febriawan
Gultom dan Agil Abdillah Fauzi
10. Teman – teman seperjuangan dikampus yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penyusun dan mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah
dilakukan selama mengikuti Kerja Praktek Industri ini baik disengaja atau tidak
disengaja.
Adapun penyusunan laporan ini takterlepas dari kekurangan. Oleh karena
itu saran dan kritik membangun untuk menyempurnakan laporan selanjutnya yang
akan dihadapi dimasa yang akan datang. akhir kata, semoga laporan ini dapat
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca dan bagi pihak yang
membutuhkan.

Medan, Januari 2022


Penulis,

Ridoan Tua Simanullang


NIM. 5193530013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gardu Induk labuhan merupakan suatu instalasi yang terdiri dari peralatan
listrik yang merupakan pusat beban di wilayah Labuhan dan yang menerima
suplay energi dari PLTU Sicanang melalui Gardu induk Belawan dan juga
Lamhotma menuju jaringan transmisi 150 kV bagian dari sistem penyaluran
(transmisi).
Gardu Induk Labuhan ini berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik
dari 150 kV hingga 20 kV yang akan didistribusikan melalui feeder-feeder
jaringan 20 kV ke konsumen pemakaian energi listrik untuk masyarakat, industri-
industri di sekitaran wilayah Labuhan-Belawan. Sebagai bagian sistem tenaga
listrik, gardu induk Labuhan memiliki peranan penting dalam pengaturan
tegangan untuk menjaga kualitas tenaga listrik yang disalurkan dari gangguan.
Adapun gangguan pada gardu induk disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Gangguan internal dapat berupa kerusakan
dari alat itu sendiri sedangkan gangguan eksternal dapat berupa surja hubung
maupun surja petir. Sebab gardu induk terdiri dari berbagai peralatan vital tenaga
listrik, salah satunya adalah trafo yang keamananannya harus dijaga agar
keberlangsungan penyaluran tenaga listrik dapat terus dijaga.
Sebagai upaya untuk melindungi Bay Transformator Daya I 150 kV/20 kV
kapasitas 60 MVA di gardu induk labuhan dari surja hubung maupun surja petir
tersebut, maka berbagai peralatan pengaman diterapkan. Salah satunya adalah
Lightning Arrester (LA). Sambaran petir akan menimbulkan tegangan lebih yang
tinggi melebihi kemampuan peralatan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan
isolasi yang fatal.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka setiap pemasangan peralatan
terutama pada bagian yang vital yaitu trafo gardu induk dilengkapi dengan
Lightning Arrester (LA). Oleh karena itu isolasi dan pentanahan Lightning
Arrester (LA) harus selalu dipastikan berada dalam kondisi baik agar dapat
melindungi peralatan pada gardu induk dari tegangan lebih yang diakibatkan surja
hubung maupun surja petir. Atas dasar tersebut lightning arrester harus sesuai
dengan standar dan ketentuan yang berlaku, maka dilakukannya pengujian
tahanan isolasi dan tahanan pembumian.
Oleh karena itu, dalam Laporan Kerja Praktek Industri ini berjudul
“ Pengujian Tahanan Isolasi dan Tahanan Pembumian Lightning Arrester (LA)
pada Bay Trafo Daya I 150 kV/20 kV Kapasitas 60 MVA di Gardu Induk
Labuhan PT.PLN (Persero) UPT Medan ”, layak diangkat karena berhubungan
erat dengan program studi Teknik Elektro dan juga telah ikut langsung dalam
proses dilakukan pengukuran. Pengujian ini merupakan kegiatan yang harus
dilakukan untuk mengetahui berapa besar nilai tahanan isolasi dan tahanan
pembumian untuk memastikan apakah nilai tahanan isolasi dan tahanan
pembumian masih dalam katagori standar atau tidak, hal ini langkah untuk
pengambilan keputusan apakah Lightning Arrester masih layak dipakai atau tidak.

1.2 Tujuan KPI


Adapun tujuan dari penulisan laporan KPI ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur cara pengukuran tahanan isolasi dan
pembumian pada Lighting Arrester (LA) di Gardu Induk Labuhan
2. Untuk mengetahui kondisi tahanan isolasi Lightning Arrester (LA) pada
Bay Trafo Daya I 150 kV/20 kV Kapasitas 60 MVA di Gardu Induk
Labuhan dengan metode pengujian tahanan isolasi
3. Untuk mengetahui kondisi tahanan pembumian Lightning Arrester (LA)
pada Bay Trafo Daya I 150 kV/20 kV Kapasitas 60 MVA di Gardu Induk
Labuhan dengan metode pengujian tahanan pembumian.

1.3 Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang cara pengukuran tahanan isolasi dan
pembumian pada Lighting Arrester (LA) di Gardu Induk Labuhan
2. Menambah wawasan tentang pengujian tahanan isolasi pada Bay Trafo
Daya I 150 kV/20 kV Kapasitas 60 MVA di Gardu Induk Labuhan
3. Menambah pengetahuan tentang pengujian tahanan pembumian pada Bay
Trafo Daya I 150 kV/20 kV Kapasitas 60 MVA di Gardu Induk Labuhan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/INDUSTRI

2.1 Sejarah Perusahaan/Industri

Gambar 2.1 Gardu Induk Labuhan

Pada umumnya kebutuhan akan energy listrik untuk masyarakat kota


Labuhan, Belawan sekitarnya disuplay dati Gardu Induk Paya Pasir melalui Gardu
Induk Hubung Belawan. Sejalan dengan perkembangan kota Belawan yang
menuntut akan kebutuhan energy listrik akan lebih terjamin mutu dan keandalan
kontiniutan penyalurnya ke pusat beban, energy listrik tersebut disuplay dari
wilayah yang dekat dengan pusat beban tersebut, maka direncanakanlah
pembangunan suatu Gardu Induk di daerah kota Labuhan. Berdasarkan
pertimbangan alasan teknis dan ekonomis maka dibangunlah Gardu Induk di jalan
Pasar Lama I Lingkugan X kota Labuhan Belawan yang diberi nama Gardu
Induk.
Gardu Induk Labuhan dikoordinir oleh Tragi Paya Pasir yang kemudian
merupakan Unit Kesatuan dari PT.PLN (Persero) Kitlur Sumbagut Sektor Gelugur
pada tanggal 7 Januari 1997. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.
026.K/Dir/2005 tanggal 27 Januari 2005, maka nama Organisasi Sektor Gelugur
pada PT.PLN (Persero) Pembangkit dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara
menjadi PT.PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban P3B Unit
Layanan Transmisi (UPT) Medan.
Gardu Induk Labuhan yang dibangun pada tahun 1987, guna mensuplay
energy kepada masyarakat, pemakai energy listik lainnya yang berada disekitar
daerah kawasan Labuhan Belawan.

2.2 Jenis Usaha

Gambar 2.2 Logo Gardu Induk Labuhan PT.PLN (Persero) UPT Medan

Gardu Induk Labuhan adalah perusahaan listrik milik negara yang


merupakan perusahaan jasa listrik yang melayani kebutuhan masyarakat dalam
menyediakan kebutuhan energi listrik disekitar kawasan Labuhan-Belawan yang
dibangun pada tahun 1987. Gardu Induk Labuhan dikoordinir oleh Tragi Paya
Pasir yang kemudian merupakan Unit Kesatuan dari PT.PLN (Persero) Kitlur
Sumbagut Sektor Gelugur. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.
026.K/Dir/2005 tanggal 27 Januari 2005, maka nama Organisasi Sektor Gelugur
pada PT.PLN (Persero) Pembangkit dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara
menjadi PT.PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban P3B Unit
Layanan Transmisi (UPT) Medan.

2.3 Visi, Misi dan Budaya


Dalam rangka menunaikan amanat dan memenuhi harapan stakeholder
utama, PT. PLN (Persero) menetapkan visi dan misi organisasi sebagai berikut:
1. Visi
“ Diakui sebagai pengelola penyaluran dan pengaturan beban sistem tenaga
listrik dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang bertumbuh kembang,
unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani ”.

2. Misi
1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal ;
2. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara
efisien, Andal dan akrab lingkungan ;
3. Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil ;
4. Mengelola pemeliharaan instalasi sistem transmisi tenaga listrik sumatera

3. Budaya
1. Saling percaya
2. Integritas
3. Peduli
4. Pembelajar

2.4 Struktur Organisasi


Struktur organisasi perusahaan merupakan hal yang sangat penting,
dimana
dengan struktur organisasi yang baik akan membuat pembagian tugas menjadi
lebih
jelas dan aktivitas kerjasama menjadi baik, serta semangat kerja yang lebih tinggi.
Sehingga tercapailah mekanisme prosedur kerja yang efektif dan efisien. Berikut
ini adalah struktur organisasi Gardu Induk Labuhan PT.PLN (Persero) UPT
Medan.
MANAGER UPT MEDAN

ARDIANSYAH

MANAGER ULTG PAYA PASIR

SYAMSUL AHWAN

SPV.JARGI GI LABUHAN

JOSUA DESMAN NAPITUPULU

OPERATOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR


SUGIANTO M. ROMIM EFFENDY RITONGA HAEKALUL AQSA

Gambar 3.3 Struktur Organisasi GI Labuhan PT.PLN (Persero) UPT Medan


BAB III
LANDASAN TEORI DAN PENGALAMAN KERJA

3.1 Landasan Teori


3.3.1 Pengertian Lightning Arrester
Lightning arrester merupakan peralatan pengaman yang ada pada gardu
induk dan berfungsi sebagai alat yang memproteksi peralatan listrik lain dari
tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir). Surja hubung maupun
surja petir dapat merambat dalam saluran tenaga listrik pada peristiwa berikut:
1. Ketidak mampuan sudut perlindungan petir dalam memproteksi, sehingga
surja petir mengalir di dalam saluran tersebut.
2. Tingginya nilai pentanahan pada saat terjadi blackflash over, baik di gardu
induk ataupun di saluran transmisi.
3. Pada saat switching peralatan Disconnecting Switch (DS) sehingga
menimbulkan tegangan surja .
4. Gangguan yang terjadi pada fasa-fasa maupun gangguan yang terjadi pada
fasa-tanah baik.
Pada saat peristiwa surja, travelling wave/gelombang berjalan merambat di
penghantar sistem transmisi dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Surja
dengan panjanggelombang dalam orde mikro detik ini berbahaya bila nilai
tegangan surja yang tiba diperalatan lebih tinggi dari level BIL (Basic Insulation
Level) peralatan. Untuk itu, LA dipasang untuk memotong tegangan surja dengan
cara mengalirkan arus surja ke tanah dalam ordesangat singkat, dimana pengaruh
follow current tidak ikut serta diketanahkan.
Karakteristik Lightning Arrester sebagai berikut:
1. Pada tegangan operasi (rms):
a. Lightning Arrester berfungsi sebagai isolator
b. Arus bocor yang masuk ke tanah tetap ada, namun dalam nilai
miliAmpere. Arus bocor ini bersifat arus kapasitif.
c. Arrester harus mampu mengalirkan arus ketanah tanpa merusak
arrester itu sendiri.
d. Pada saat tegangan operasi normal, arrester harus mempunyai
impedansi yang tinggi.
e. Setiap tegangan transient dengan tegangan puncak yang lebih tinggi
daripada tegangan tembus arrester harus mampu mengaktifkan arrester
untuk mengalirkan arus ketanah
2. Pada saat terjadi surja petir/ surja hubung:
a. Lightning arrester bekerja sebagai konduktor, nilai resistansinya sangat
rendah.
b. Lightning arrester mengalirkan arus gangguan ke tanah dalam nilai
kilo-Ampere.
c. Lightning arrester dapat dengan segera mungkin bersifat isolator
setelah surja berhasil dilewatkan, sehingga menghilangkan pengaruh
follow current.
Oleh karena itu lightning arrester merupakan alat yang mempunyai rating
tegangan tertentu, sehingga arrester tidak boleh dilalui tegangan yang melebihi
rating, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan gangguan.

3.3.2 Prinsip Kerja Lightning Arrester


Prinsip kerja Lightning Arrester merupakan peralatan yang didesain untuk
melindungi peralatan sistem tenaga listrik dari tegangan lebih (baik surja hubung
maupun surja petir) dan pengaruh follow current. Pada keadaan normal arrester
berlaku sebagai isolator, bila timbul tegangan surja alat ini bersifat sebagai
konduktor yang tahanannya relative rendah, sehingga dapat mengalirkan arus
yang tinggi ketanah.
Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul
tegangan surja alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relative
rendah, sehingga dapat mengalirkan arus yang tinggi ketanah. Setelah surja hilang
arrester harus dapat dengan cepat kembali jadi isolator.Fungsi utama dari
lightningarrester antara lain untuk melindungi peralatan listrik pada sistem
jaringan atau trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir
atau surja hubung, maka pada umumnya arrester dipasang disetiap ujung SUTT
yang memasuki gardu induk.(Yusuf, 2012).
Jarak antara arrester dan alat yang dilindungi harus dibuat sependek
mungkin. Pada umumnya jarak sampai 50m masih dianggap masih aman,
meskipun gangguan petirnya sangat dekat dengan G.I. untuk pengamanan
terhadap surja hubung (switching surge) arrester sebagiknya dipasang diantara
transformator yang memang menjadi tujuan utama perlindungan ini.
Pertimbangannya ialah bahwa arrester itu akan dapat juga menyerap surja dari
pemutusan arus pembangkit. (Arismunandar & Kuwaraha, 2004)

3.3.3 Kegunaan Arrester


Arrester merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu sistim tenaga
listrik. BilaSurja (surge) datang ke G.I arrester bekerja melepaskan muatan
listrik(discharge), serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai
peralatan dalam G.I itu. SetelahSurja (petir atau hubung) dilepaskan melalui
arrester, arus masih mengalir karena adanya tegangan sistim; arus ini disebut arus
dinamik atau arus susulan (follow current); arrester harus mempunyai ketahanan
termis yang cukup terhadap enersi dari arus susulan ini, dan harus mampu
memutuskannya. Jika pada waktu arrester melepas, tegangan sistim dan arus
dinamik terlalu tinggi, maka arrester itu mungkin tidak mampu memutuskan arus
susulan.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester adalah sebagai berikut:
1. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya
(discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu
pelepasan, harus cukup rendah. Sehingga dapat mengamankan isolasi
peralatan. Tegangan percikan disebut juga Tegangan gagal sela (gap
breakdown voltage). Tegangan pelepasan disebutjuga tegangan Sisa
(residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop) IR2)
2. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik, dan dapat bekerja terus
seperti semula. Batas dari tegangan sistem dimana pemutusan arus susulan
ini masih mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester.
(Arismunandar & Kuwaraha, 2004).
Lightning Arrester dikelompokkan berdasarkan letak pemasangannya, yaitu :
1. Lightning Arrester di Gardu Induk

Gambar 3.1 Ligthtning Arrester pada Gardu Induk

2. Lightning Arrester di Saluran transmisi

Gambar 3.2 Lightning Arrester di Saluran transmisi

3.3.4 Konstruksi Lightning Arrester


LA di saluran transmisi ataupun di gardu induk, memiliki konstruksi yang
hampir serupa.Komponen utama dari LA adalah varistor/ komponen aktif yang
terbuat dari Zinc Oxide. Varistor ini berbentuk keping blok, tersusun di dalam
housing/ kompartemen yang terbuat dari porselen ataupun polymer. Selain
sebagai penyangga, housing ini juga befungsi untuk menginsulasi antara bagian
bertegangan dan tanah pada tegangan operasi LA.

Gambar 3.3 KonstruksiLightningArrester

Lightningarrester juga dilengkapi dengan katup pressure relief di kedua


ujungnya. Katup ini befungsi untukmelepas tekanan internal yang berlebih, pada
saat LA dilalui arus surja. Konstruksi lain pendukung LA terdiri dari: struktur
penyangga, grading ring, pentanahan dan alat monitoring.

a. Vasitor/ Active Part


Active Part terdiri dari kolom varistor Zinc Oxide (ZnO). Keping Zinc
Oxide dicetak dalam bentuk silinder yang besaran diameter keping tergantung
pada kemampuan absorbsi energi dan nilai discharge arus. Material silinder
terbuat dari aluminium. Silinder ini selain memiliki kemampuan mekanis, juga
berfungsi sebagai pendingin Diameter keping bervariasi dari 30 mm untuk
arrester kelas distribusi hingga 100 mm untuk arrester HV/EHV. Setiap
keping blok memiliki tinggi bervariasi dari 20 hingga 45 mm.
Gambar 3.4 Keping Blok Varistor Zinc Oxide

Nilai residual voltage untuk setiap keping ZnO pada saat dilewati arus
surja bergantung pada diameter keping tersebut. Sebagai contoh pada keping
dengan diameter 32 mm, nilai residual voltagenya sebesar 450 V/ mm,
sementara untuk diameter 70 mm nilai residual voltage menurun menjadi 280
V/mm. Hal ini berarti, pada satu keping ZnO dengan diameter 70 mm dan
tinggi 45 mm terdapat kemampuan residual voltage sebesar 12.5 kV. Bila
nilairesidual voltage yang diinginkan sebesar 823 kV, maka diperlukan 66
keping ZnO tersusunke atas. Hal ini akan menyebabkan tinggi LA mencapai 3
meter, dimana kestabilan mekanis LA tidak baik, oleh karenanya LA juga
didesain untuk dipasang bertingkat (stacked).

b. Housing LA
Tumpukan keping ZnO ditaruh dalam sangkar rod, umumnya terbuat
dari FRP (Fiber Glass Reinforced Plastic). Compression spring dipasang pada
kedua ujung kolom active part untukmemastikan susunan keping memiliki
ketahanan mekanis. Kompartemen housing dapatterbuat dari porselen ataupun
polymer. Alumunium flange direkatkan pada kedua ujunghousing dengan
menggunakan semen.
Gambar 3.5 Konstruksi Housing LA

c. Sealing dan Pressure Relief Systems


Sealing ring dan pressure relief diaphragm dipasang di kedua ujung
arrester. Sealing ring terbuat dari material sintetis sementara pressure relief
diaphragm terbuat dari steel/ nikel dengan kualitas tinggi. Pressure relief
bekerja sebagai katup pelepasan tekanan internal pada saat LA mengalirkan
arus lebih surja.

Gambar 3.6 Sealing dan Pressure Relief System LA

d. Grading Ring
Grading ring diperlukan pada LA dengan ketinggian > 1.5 meter atau
pada LA yang dipasang bertingkat. Grading ring berfungsi sebagai kontrol
distribusi medan elektris sepanjang permukaan LA. Medan elektris pada bagian
yang dekat dengan tegangan akan lebih tinggi, sehingga stress pada active part
di posisi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada posisi di bawahnya.
Stress ini dapat menyebabkan degradasi pada komponen active part. Pemilihan
ukuran grading ring perlu mempertimbangkan jarak antar fasa. Jarak aman
antar konduktor harus sama dengan jarak antar grading ring antar fasa dari
arrester.

Gambar 3.7 Grading Ring LA

e. Peralatan Monitoring dan Insulator Dudukan


LA dilengkapi dengan peralatan monitoring, yakni counterjumlah kerja
LA dan/atau meter arus bocor total. Sebelum diketanahkan, kawat pentanahan
dilewatkan dahulu pada peralatan monitoring. Oleh karenanya, insulator
dudukan perlu dipasang baik pada kedua ujung peralatan monitor, maupun
pada dudukan LA, agar arus yang melalui LA hanya melewati kawat
pentanahan.

Gambar 3.8 CounterLA dan CounterMeter Arus Bocor Total LA


Gambar 3.9 Insulator Dudukan LA

f. Struktur Penyangga Lightning Arrester


LA dipasang pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah, untuk itu
diperlukan struktur penyangga yang terdiri dari pondasi dan struktur besi
penyangga.((Persero), 2014).

Gambar 3.10 Struktur Penyangga Lightning Arrester

g. FMEA Lightning Arrester


Metode analisis yang digunakan untuk mendapatkan gejala kegagalan
pada sebuah peralatan dengan menggunakan FMEA (Failure Mode Effect
Analysis) . Penerapannya yaitu dengan menggunakan keterkaitan sebab-
akibat antara kegagalan yang satu dengan penyebab sebelumnya, demikian
hingga ditemukan penyebab kegagalan yang paling awal”.”Dengan
menggunakan metode inspeksi/ pengujian yang dilaksanakan,sehingga
gangguan dapat dicegah dengan mengetahui gejala kegagalan yang
ditentukan.
Sebuah peralatan dilihat berdasarkan sistem dan sub sistemnya melalui
FMEA (Failure Mode Effect Analysis) dengan metode analisis yang
digunakan untuk mendapatkan gejala kegagalan pada sebuah peralatan. Setiap
sistem memiliki fungsi, demikian pun setiap sub sistem memiliki sub fungsi.
Kegagalan dilihat dari sudut pandang kegagalan sebuah sistem/ sub sistem
dalam melaksanakan fungsi/ sub fungsinya.

3.3.5 Pembumian
Sistem yang digunakan pada gardu induk dimaksudkan membatasi
tegangan yang timbul antara peralatan dengan peralatan, peralatan dengan tanah,
dan meratakan gradient tegangan yang timbul pada permukaan tanah akibat arus
gangguan yang mengalir dalam tanah menggunakan sistem pembumian.”Sebagai
upaya pada peralatan di gardu induk tidak memberikan tegangan lebih yang dapat
merusak isolasi peralatan tersebut dengan mengunakan sistem pembumian pada
dasarnya merupakan suatu cara agar peralatan tetap aman. Agar orang yang
berada di gardu induk tidak mendapatkan kejut listrik jika terjadi gangguan maka
diperlukan sistem pembumian.”Pembumian bertujuan apabila terjadi gangguan
bagian tesebut tidak mendapatkan tegangan yang lebih tinggi dari pada tegangan
elektroda pembumian dengan cara menghubungkan bagian peralatan pada saat
bekerja normal tidak mengalirkan arus listrik ke bumi (tanah) sehingga :
Secara umum tujuan pentanahan adalah :
1. Membatasi tegangan antara bagian peralatan yang tidak mengalirkan arus
listrik ke bumi, sampai pada suatu nilai yang aman terhadap semua kondisi
baik dalam operasi normal maupun tidak normal ;
2. Memperoleh resistansi rendah dari kembalinya arus hubung singkat ke
tanah. Sebab impedansi pembumian yang tinggi menyebabkan timbulnya
beda potensial yang tinggi pada permukaan bumi, sehingga dapat
membahayakan manusia disekitarnya ;
3. Untuk memberikan pengamanan pada manusia yang berada disekitar
peralatan gardu induk yang telah dibumikan, agar manusia tidak terkena
sengatan listrik.
Tahanan Pentanahan
Tahanan pentanahan merupakan besarnya resistansi pada kontak/hubung
antara masa (body) dengan tana. Faktor yang mempengaruhi pentanahan sebagai
berikut adalah :
1. Besar tahanan jenis tanah
2. Panjang jenis elektroda pentanahan
3. Luas penampang elektroda pentanahan
Nilai pentanahan semakin kecil maka semakin baik. Untuk memproteksi
individu maupun memproteksi peralatan perlu diusahakan tahanan pentanahan
lebih kecil dari 5 Ohm. Hal tersebut tidak mudah untuk dilaksanakan dalam suatu
sistem tenaga listrik. Peralatan yang standarnya telah disepakati bahwa saluran
transmisi, substation harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tahanan
pentanahan tidak melebihi harga 5 ohm. Tahanan maksimum yang diperbolehkan
adalah 5 ohm pada gardu induk. Upaya untuk menghindarkan lompatan karena
naiknya tegangan/ potensial pada waktu terjadi sambaran petir maka tahanan kaki
menara perlu dibuat sekecil mungkin (di Amerika kurang dari 10 Ohm) demikian
pada menara transmisi.
Sehingga untuk mengetahui tahanan pentanahan harus rendah, dapat
digunakan hukum Ohm, yaitu :
V = I x R .................................................................................................(3.1)
Dimana :
V = Tegangan ( Volt)
I = Arus ( Ampere)
R = Tahanan (Ohm)
Dalam instalasi listrik ada bagian yang harus ditanahkan adalah:
1. Semua bagian listrik yang terbuat dari logam keadaan normal yang tidak
bertegangan dan berpijak mudah untuk dijangkau oleh manusia. Hal ini
dibutuhkan agar potensi dari logam tidak berbahaya bagi manusia yang
menyentuhnya pada saat terjadi gangguan.
2. Bagian pembuangan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester berfungsi
dengan baik, yaitu membuang muatan listrik yang diterimanya dari petir ke
tanah (bumi) dengan lancar.
3. Titik netral dari transformator maupun titik netral dari generator. Diperlukan

dalam kaitan dengan keperluan proteksi yang berkaitan dengan gangguan

hubung tanah.

Pengaruh tahanan pentanahan yang besar dalam sistem tenaga listrik:


1. Semakin besar tahanan pentanahannya, maka tegangan sentuh semakin
besar;
2. Semakin besar tahanan tanah pada tiang transmisi, maka semakin besar
tegangan puncak tiang ;
3. Semakin besar tahanan tanah pada tiang transmisi, maka semakin banyak
jumlah isolator yang harus dipasang (jumlah isolator makin panjang) ;
4. Tahanan tanah mempengaruhi penampilan saluran.

Pengaruh tahanan pentanahan yang kecil bagi sistem tenaga listrik:


1. Dapat mengurangi tegangan pada tiap puncak tiang ;
2. Mengurangi tegangan kawat penghantar ;
3. Mengecilkan tegangan pada isolator ;
4. Mengecilkan gangguan sampai beberapa gawang ;
5. Mengurangi waktu berlangsungnya tegangan merusak (Break Down

Voltage).

Tahanan Jenis Tanah


Tahanan jenis tanah dipresentasikan dengan notasi ρ. Tanah mempunyai
tahanan yang nilainya bergantung kepada jenis dan tipe tanah, kelembaban tanah,
garam konduktif dalam tanah dan temperatur tanah. Tahanan jenis tanah dapat
didefinisikan sebagai tahanan dari sebuah kubus dari tanah diukur 1 meter
diantara dua permukaan yang berlawanan.
Tahanan tanah dinyatakan dalam persamaan :
L
R=ρ ................................................................................................. (3.2)
A
Keterangan :
R = Tahanan tanah antara P dan Q (Ohm)
A = B x H ( m2)
L = Jarak bidang P dan Q (m)
P = Tahanan jenis tanah ( Ohm meter)
Dalam merencanakan suatu elektroda pembumian, maka langkah awal
yang diketahui adalah menentukan besarnya tahanan jenis tanah tempat elektroda
pembumian tersebut ditanam. Pada kenyataanya besar tahanan jenis tanah
disebabkan oleh jenis tanah dan keadaan cuaca. Secara garis besar telah
mengemukakan nilai tahanan jenis lapisan tanah dalam klasifikasi nilai terlihat
dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nilai Tahanan Jenis Lapisan Tanah


Jenis Tanah Tahanan Jenis Rata – rata (Ωm)
Rawa 30
Tanah Liat / Ladang 100
Pasir Basah 200
Kerikil Basah 500
Pasir / Kerikil Kering 1000
Tanah Berbatu 3000
Pada umumnya tahanan jenis tanah dianggap sama, dikarenakan untuk
tahanan jenis yang tidak seragam sulit diperoleh diperhitungan secara
perhitungan. Tahanan jenis tanah juga bergantung pada beberapa faktor yang
memepengaruhi :
a. Kadar asam (pH) semakin tinggi pada lapisan tanah, maka mengakibatkan
tahanan jenisnya semakin rendah ;
b. Semakin lembab tanah tersebut maka kadar air pada lapisan tanah tersebut
semakin tinggi dan tahanan jenisnya akan semakin rendah ;
c. Temperatur dibawah titik beku menyebabkan ion-ionnya sulit bergerak jika
dibandingkan dengan keadaan cair, ini menyebabkan konduktivitasnya
menurun serta tahanan jenismya akan semakin tinggi ;
d. Kadar garam, semakin tinggi maka tahanan jenisnya semakin rendah ;
e. Pada kepadatan tanah semakin padat lapisannya, kadar airnya turun dan
tahanan jenisnya semakin tinggi ;
f. Cuaca, pada waktu musim hujan tahanan jenis tanahnya menjadi rendah

dibandingkan pada musim panas

Elektroda Pembumian
Elektroda pembumian adalah batang konduktor yang sengaja ditanam
kedalam bumi, dengan maksud untuk mendapatkan kontak langsung antara
bagian tertentu dari peralatan sistem tenaga listik dengan bumi. Jika arus listrik
mengalir melalui elektroda tersebut ke bumi, maka arus tersebut akan menyebar
ke bumi secara radial. Semakin jauh dari elektroda tersebut penyebarannya
semakin luas, sehingga kepadatan arusnya berkurang.
Dilihat dari konstruksinya, elektroda pembumiann dapat dibedakan
menjadi 3 golongan, yaitu elektroda pembumian dengan menggunakan jaringan
pipa air, elektroda pembumian dengan menggunakan tiang pancang atau struktur
bangunan dan elektroda buatan.
Pada dasarnya elektroda buatan terdiri dari tiga macam bentuk, yaitu
elektroda pembumian bentuk plat. Untuk mendapatkan tahanan yang lebih
rendah, dapat digunakan beberapa elektroda pembumian yang dihubungkan
secara paralel. Untuk ukuran minimum elektroda pada tabel.
Tabel 3.2 Ukuran Minimum Elektroda Pentanahan ( PUIL, 2000:28)
Baja
Digalvanisasi Baja Berlapis
NO Tembaga
dengan proses Tembaga
Pemanasan
Pita baja 100 Pita tembaga 50
mm2 setebal mm2 tebal minimum
minimum 3 mm 2 mm
1 50 mm2
Penghantar pilin Penghantar pilin 35
95 mm2 ( bukan mm2 ( bukan kawat
kawat halus) halus)
- Pipa baja 25mm
- Baja profil
Baja
(mm) 65 x 65 x7 berdiameter 15
U 6,5 mm dilapisi
2
tembaga
T 6 x 50 x 3 setebal 250
-Batang profil µm

lain yang setaraf


Pelat besi tebal 3 Pelat tembaga tebal

3 mm luas 0,5 m2 2 mm luas 0,5 m2


sampai 1m2 sampai 1 m2

Tabel 3.3 Tabel Kedalaman Elektroda Menurut Jenis Tanah


Tahanan Pentanahan (Ω)
Kedalaman Batang Panjang Pita Pentanahan
No. Macam Tanah
Pentanahan (m) (m)
3 6 10 5 10 20
1. Humus lembab 10 5 3 12 6 3
Tanah pertanian,
2. 33 17 10 40 20 10
tanah liat
3. Tanah liat berpasir 50 25 15 60 30 15
4. Pasir lembab 66 33 20 80 40 20
5. Pasir kering 330 165 100 400 200 100
6. Beton 1:5 - - - 160 80 40
7. Kerikil lembab 160 80 48 200 100 50
8. Kerikil Kering 330 165 100 400 200 100
9. Tanah berbatu 1.000 500 300 1.200 600 300
10. Batu karang - - - - - -

Umumnya elektroda pembumian ditanam sejajar satu sama lainnya untuk


kedalaman beberapa puluhan meter didalam tanah. Oleh karena itu terdapat
beberapa elektroda pembumian seperti elektroda batang, elektroda pita, dan
elektroda plat.

Anda mungkin juga menyukai