Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KERJA PRAKTEK

MENDETEKSI GANGGUAN KABEL TANAH TEGANGAN


MENENGAH 20 KV DI PENYULANG UMA SARI

IRWAN KURNIA YULIANTO

1519451012

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Energi listrik sampai saat ini merupakan kebutuhan yang


sangat vital untuk semua makhluk hidup. Pemanfaatannya bisa
berupa seperti alat-alat rumah tangga, alat-alat industri, kesehatan,
komunikasi, hiburan dan masih banyak lagi. Bahkan energi listrik
merupakan komponen penting dalam memajukan perekonomian
suatu negara, maka dari itu ketersediaan energi listrik haruslah
handal, bermutu, stabil, terjangkau, layak dan efisien.

Gambar 1.1 Kantor PT. PLN (PERSERO) UP3 Bali Selatan

PLN UP3 Bali Selatan adalah salah satu unit pelaksana PT.
PLN (Persero) Distribusi Bali, memiliki luas wilayah kerja 1.383,37
km2 atau 24,53% dari luas wilayah PLN Distribusi Bali dengan
persentase jumlah aset kurang lebih 65% berada di PLN UP3 Bali
Selatan. Tuntutan kinerja yang besar tidak menyurutkan semangat
bagi manajemen untuk tetap memberikan pelayanan terbaiknya,
dengan berlandaskan kepada kunci budaya organisasi yaitu”Melayani
dan Kualitas”. Hal ini sesuai juga dengan visi misi dan tata nilai
perusahaan, adapun Visi dan Misi dari PT. PLN (PERSERO) UP3
Bali Selatan:
Visi :

Diakui sebagai perusahaan tenaga listrik dengan kualitas


palayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan
stakeholder dan memberikan kontribusi dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang dilandasi dengan tata nilai :
Integritas, Peduli, pembelajaran dan Saling Percaya.

Misi :

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang


terkait, berorintasi pada kepuasan pelanggan, anggota
perusahaan dan pemegang saham.

2. Menyediakan tenaga listrik sebagai media untuk


meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

3. Mengupayakan agar tenaga listrik dapat menjadi


pendorong kegiatan ekonomi.

4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan


lingkungan.
1.2 Strukur Organisasi Serta Tugas dan Wewenang PT PLN
(Persero) UP3 Bali Selatan

Gambar 1.2 Bagian Struktur PT. PLN (Persero) UP3 Bali Selatan
1.2.1 Job Deskripsi/Tugas dan Wewenang

Dalam menjalankan bisnis kelistrikan di PT. PLN (Persero)


UP3 Bali Selatan, setiap bidang mempunyai tugas masing-masing
yang saling mendukung satu dengan yang lainnya di bawah pimpinan
seorang manajer area. Tugas-tugas tersebut dapat diuraikan secara
singkat sebagai berikut:

1.2.2 Manajer UP3

Bertanggung jawab atas koordinasi pengelolaan opersai dan


pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik dan mengelola
transaksi energi serta mengelola niaga dan pelayanan pelanggan,
Administrasi Keuangan, Administrasi Perbekalan, serta mengelola
Sumberdaya Manusia (SDM) sesuai dengan kewenangannya dalam
rangka meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan secara efisien dan
efektif dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja
unit.

1.2.3 Manajer Perancangan dan Evaluasi

Bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan jaringan


distribusi tenaga listrik dan atau kegiatan lain yang terkait dengan
Jaringan distribusi, termasuk merencanakan anggaran operasi dan
investasi, untuk mencapai target kinerja UP3 Bali Selatan serta
mengelola Data Induk Jaringan (DIJ), aplikasi dan infrastrukturnya
untuk menunjang operasional di UP3 Bali Selatan.

1.2.4 Manajer Konstruksi

Bertanggung jawab atas rencana dan pelaksanaan kegiatan


Pembangunan Jaringan distribusi serta pengelolaan logistik untuk
mendukung kinerja jaringan distribusi dan extensifikasi pasar.
1.2.5 Manajer Jaringan

Bertanggung jawab atas rencana dan pelaksanaan Operasi


dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi, dan Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan (PDKB) untuk menjamin mutu dan keandalan jaringan
distribusi.

1.2.6 Manajer Transaksi Energi

Bertanggung jawab dalam kegiatan transaksi energi


pelanggan dan UP3/ULP/Unit terkait, pengendalian susut dan
pemeliharaan meter transaksi untuk memenuhi standar operasional
yang berlaku.

1.2.7 Manajer Pelayanan dan Administrasi

Bertanggung jawab atas kelancaran pengelolaan dan


pengendalian kegiatan bidang administrasi dan keuangan yang
meliputi sumber daya manusia, kesekretariatan, anggaran, keuangan
dan akuntansi untuk mendukung laporan keuangan yang akurat dan
tepat waktu serta mencapai target kinerja sesuai tujuan perusahaan.

1.3 Tujuan

Adapun beberapa tujuan lain diadakannya Prakek Kerja


Lapangan untuk mengetahui lokasi gangguan kabel tanah dengan
cepat dengan menggunakan metode (DC) Direct Curent (HV) High
Voltage PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Bali
Selatan.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari kerja praktek yang dilaksanakan di UP3


Bali Selatan adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui proses bisnis di PT. PLN


(Persero) UP3 Bali Selatan pekerjaan yang dilakukan dalam
melakukan commisioning kabel tanam tegangan menegah
dengan metode High Voltage (HV) Direct Curent (DC).
2. Mahasiswa dapat mengetahui pekerjaan yang dilakukan
dalam melakukan deteksi gangguan kabel tanam
menggunakan mobil injeksi kabel.

3. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan prosedur-


prosedur yang harus dilakukan dalam pekerjaan
commisioning kabel tanam tegangan menegah dengan
metode High Voltage (HV) Direct Curent (DC).

4. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan prosedur-


prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan deteksi
gangguan kabel tanam menggunakan mobil injeksi kabel.

5. Mahasiswa mampu memahami manfaat dan tujuan


commisioning kabel tanah tegangan menengah dengan
metode High Voltage (HV) Direct Curent (DC).

1.5 Ruang Lingkup

Melihat luasnya permasalahan dalam pembuatan laporan


kerja praktek maka perlu di berikan batasan masalah dalam penulisan
laporan kerja praktek ini. Penulis hanya membahas tentang
bagaimana menentukan lokasi gangguan kabel tanah dengan cepat
menggunakan metode DC (Direct Curent) test pada penyulang Uma
Sari.
BAB II

Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas mengenai tinjauan pustaka yang


mendukung laporan kerja praktek, yaitu sistem jaringan distibusi.

2.1 Sistem Jaringan Distribusi

Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik


dari pembangkit tenaga listrik (power station) hingga sampai kepada
konsumen (pemakai) pada tingkat tegangan yang diperlukan. Sistem
tenaga listrik ini terdiri dari unit pembangkit, unit transmisi dan unit
distribusi. Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu sistem pendistribusian langsung dan
sistem pendistribusian tak langsung.

2.2 Kabel Tanah

2.2.1 Pengertian Kabel Tanah

Kabel tanah adalah salah satu atau beberapa bagian kawat


yang diisolasikan sehingga tahan terhadap tegangan tertentu satu
penghantar dengan penghantar lain, maupun antara penghantar
dengan tanah dan dibungkus suatu pelindung, sehingga terhindar
dari pengaruh garam- garam tanah dan bahan kimia yang berada
dalam tanah. Adapun bahan-bahan isolasi yang digunakan dewasa
ini adalah kertas PVC, PE dan XLPE.

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian Kabel Tanah di Bandingkan


Dengan Jaringan Udara

Keuntungan :  Lebih Aman


 Peralatan Lebih Sederhana.
Kerugian :  Sulit Mencari Gangguan.
 Sulit Mengerjakan Sambungan.
 Harga Kabel Lebih Mahal Dibandingkan
Dengan Udara.
2.2.3 Fungsi Kabel Tanah

Fungsi kabel tanah adalah untuk menyalurkan tenaga listrik


dari suatu tempat ketempat lain atau dari suatu gardu ke gardu lain
dengan melalui kabel tanah yang ditanam didalam tanah.

Pada saat ini kabel tanah telah banyak digunakan di


Indonesia, terutama dengan berkembangnya jaringan distribusi
bawah tanah. Karena banyaknya jenis kabel maka perlu diadakan
pembatasan yaitu hanya pada kabel-kabel tegangan menengah 20
KV yang akan dibicarakan karena kabel-kabel tersebut banyak
dipakai di Indonesia.

2.3 Konstruksi Kabel Tanah

Kabel yang dimaksud untuk instalasi distribusi tenaga listrik


baik untuk tegangan rendah maupun tegangan menengah secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 Bagian Utama :
1. Hantaran (Konduktor). 3. Tabir (Screen).
2. Isolasi (Insulation). 4. Selubung (Sheath).
 Bagian Pelengkap
1. Bantalan (Bedding). 4. Bahan Pengisi (Filler).
2. Perisai (Armour). 5. Sarung Kabel (Serving).
3. Lapisan Penahan Bocor Air.
Gambar 2.1 Bagian Utama Kabel
PT. PLN (Persero) Udikilat Pandaan

Gambar 2.2 Bagian Kabel Dengan Pelengkap


PT. PLN (Persero) Udikilat Pandaan
2.3.1 Penghantar (Konduktor)

Fungsi dari penghantar adalah untuk memindahkan energi


listrik dari satu tempat ketempat lain. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam memilih penghantar antara lain : konduktifitas
bahan, kekuatan mekanis, koefisien mulai panjang modulasi
kenyalnya. Pada umumnya untuk penghantar dipakai dari bahan
tembaga atau alumunium dan umumnya dalam bentuk strended
(kecuali untuk ukuran-ukuran kecil).

a). Tembaga : yaitu kabel tembaga polos (plain wire) tanpa


lapisan dan kawat tembaga berlapis timah atau (finned
lopper wire).

b). Alumunium : dalam penggunaan kabel, untuk


penghantar aluminium terdiri, penghantar bulat tanpa
rongga, penghantar bentuk sektoral penghantar bulat
berongga.

Sifat daya hantar listrik suatu material dinyatakan dengan


konduktifitas yaitu kebalikan dari resistansi atau tahanan jenis
penghantar terdefinisikan sebagai berikut :

Dimana :

Tahanan jenis kawat.


l = Panjang Kawat.
A = Luas penampang kawat.
2.3.2 Isolasi (Insulation)

Isolasi merupakan faktor penting pada sistem tenaga listrik.


Secara umum isolasi harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

 Ketahanan dielektrik (dielectric strengh) tinggi.


 Tahanan jenis (resistivity) yang tinggi.
 Dapat bekerja dalam temperatur rendah dan tinggi.
 Tidak mudah terbakar.
 Sanggup menahan tegangan impuls yang tinggi.
Menurut jenis isolasi padat yang dipakai pada kabel, dapat
di golongkan atas :

 Isolasi karet.  Isolasi kertas.


 Thermoplastik.  Thermo setting.
2.3.3 Tabir (Screen)

Tabir adalah suatu lapisan yang ada pada kabel yang di


pasang sesudah bahan isolasi, dimana tabir ini biasa di jumpai
pada kabel tegangan tinggi.

Dalam perkembangan konstruksi kabel, tabir (Screen) dibagi


menjadi dua macam berdasarkan jenis bahannya :

1. Tabir semikonduktif.
2. Tabir konduktif.
2.3.3.1 Tabir Semikonduktif

Tabir ini berfungsi untuk meratakan distribusi tegangan


(potensial). Fungsi dari tabir semikonduktif antara isolasi dan
hantaran adalah :
1. Untuk mendapatkan distribusi medan listrik yang radial dan
seragam sehingga tidak terjadi penumpukan tegangan pada
celah-celah penghantar dan isolasi.

2. Mencegah terjadi korona discharge antara penghantar dan


isolasi (celah-celah elemen penghantar).

2.3.3.2 Tabir Konduktif

Tabir konduktif adalah lapisan netral diluar isolasi untuk


kabel tegangan menengah dan kabel tegangan tinggi dan lapisan ini
dihubungkan dengan ground. Lapisan tabir ini dipasang antara
lapisan semikonduktif dan perisai atau pada lapisan semikonduktif
dan selubung. Fungsi tabir konduktif adalah :

1. Menjamin pentanahan sepanjang rangkaian bagian luar


kabel untuk mengamankan sentuhan manusia terhadap
bahaya listrik.
2. Mengalirkan arus-arus kapasitif yang timbul dalam isolasi
karena adanya tegangan fasa ke tanah.
3. Mengalirkan dalam hal gangguan fasa tanah arus hubung
singkat sampai tempat pentahanan yang paling dekat.
2.3.4 Selubung (Sheath)

Selubung (sheath) di gunakan untuk melindungi inti


kabel dari pengaruh luar, seperti : pelindung terhadap korosi,
penahan gaya mekanis, mencegah keluarnya minyak dan mencegah
masuknya uap air (cairan) kedalam kabel.

Selubung (sheaht) ini dapat dibagi tiga golongan yaitu :


1. Selubung logam : timbal, aluminium.
2. Selubung karet : karet silikon, polychoroprene.
3. Selubung plastik : PVC.
2.3.5 Bantalan (Bedding)

Bantalan (bedding) adalah lapisan yang terbuat dari serat


– serat yang berguna untuk tempat duduk perisai (armour) dan
mencegah proses elektrolisa sehingga tidak merusak bagian
dalamnya. Bahan bantalan (bedding) yang sering digunakan adalah :

 Pita kapas (cotton tape).


 Pita Kertas (paper tape).
 Goni (jute).

2.3.6 Perisai (Armour)

Perisai (armour) ini berfungsi untuk melindungi bahan


isolasi dari kerusakan mekanis. Secara umum perisai dapat di
golongkan atas :

 Perisai Pita Baja (stell tape armour)

 Perisai kawat baja (steel wire armour)

2.3.7 Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi (filler) biasanya di pakai pada konstruksi


kabel yang berinti tiga yaitu di gunakan untuk mengisi ruang
(celah) yang kosong sewaktu pemasangan intinya, sehingga dapat
bentuk bulat. Bahan pengisi yang banyak di pakai adalah :

 Untuk isolasi kertas di pakai jute (goni).

 Untuk isolasi sintetis di pakai jute (goni) dan karet buttle.


2.3.8 Sarung Kabel (Serving)

Sarung kabel adalah suatu lapisan bahan serat yang di resapi


dengan campuran kedap air. Sarung kabel ini biasanya
dipasang diatas armour, yang berfungsi adalah selain untuk
bertahan bagi perisai, juga sebagai kompnen yang berhubungan
langsung dengan tanah, sehingga sarung kabel adalah bagian
pertama yang berhubungan dengan (serkena) pengaruh luar. Sarung
kabel (serving) yang sering digunakan adalah jute (goni).

2.3.9 Jenis Kabel Bawah Tanah

Menurut jumlah dan susunan hantarannya, kabel bawah


tanah meliputi :

 Kabel hantaran tunggal (single – core cable)

 Kabel tiga hantaran (three – core cable)

 Kabel sektoral (sector cable)

 Kabel dengan netral konsentris

Jenis kabel yang sering di gunakan pada sistem saluran


distribusi yaitu pada tegangan kerja 6 kV sampai 30 kV dan
saluran sub transmisi pada tegangan kerja 30 kV sampai 220 kV
adalah :

A. Kabel ikat (Balted cable)

Kabel ikat adalah kabel yang mempunyai


lapisan kertas pengikat (paper belt). Konstruksi
dari kabel ini dapat di lihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Konstruksi Kabel Ikat

B. Kabel H (Hodstadter, Screen Cable)

Di dalam jenis kabel H, kertas isolasi ikat


(paper insulation belt) tidak ada, pada setiap
isolasi inti dipasang suatu lapisan yang disebut
screen (tabir) yang di buat dari bahan kertas logam
(metalized paper) yang berlubang – lubang atas
konduktor. Keuntungan penggunaan kabel H ini,
adalah adanya peningkatan penyebaran panas yang
terjadi pada penghantar, akibatnya akan menaikkan
kemampuan membawa arus. Kabel jenis H, biasanya
digunakan pada tegangan kerja dari 10 kv sampai 60
kv.
Gambar 2.4 Konstruksi Kabel H

C. Kabel Isolasi Sintentis

Kabel isolasi sintetis (isolasi padat)


adalah seperti kabel XLPE (Cross linked poly
ethylene) dan kabel EPR (Ethylene proplene
rubber). Didalam kabel isolasi sintentis (padat)
ini, setiap lapisan diberi lapisan semi konduktor,
kemudian di beri isolasi lalu dipasang semi
konduktor dan setelah itu di pasang selubung
pelindung (Sheath), yang kadang –kadang Sheath
ini terbuat dari tembaga (wire copper) Pada
kabel inti tunggal, sheath berfungsi sebagai kawat
netral, hal ini dapat dilihat pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Kabel Sintentis Inti Tunggal

Sedangkan untuk kabel berinti tiga, dimana


tiga buah intinya yang di beri pelindung (pita
tembaga) di pasang bersama, lalu di beri bahan
pengisi yang biasanya terdiri dari bahan sintetis,
sering juga di pasang perisai (armour), jika
diperlukan.

Gambar 2.6 Kabel Sintentis Inti Tiga


D. Kabel Minyak

Kabel isolasi minyak (oil filled cable)


adalah suatu kabel yang isolasinya menggunakan
minyak. Kabel isolasi minyak ini mempunyai
beberapa macam bentuk antara lain adalah :

1. Kabel minyak berbentuk bulat :


dimana letak saluran minyak terdapat
pada pusat konduktor.

Gambar 2.7 Kabel Minyak Bentuk Bulat

2. Kabel minyak datar (flat oil filled cable)


dimana tiga kabel dengan selubung timbul
di letakkan dengan membuat susunan
dan ruang di antara intinya dipergunakan
sebagai saluran minyak.
Gambar 2.8 Kabel Minyak Datar

3. Kabel minyak dengan tahanan di dalam pipa


: dimana tiga buah inti kabel yang telah di
beri lapisan tabir (screen), di letakkan di
dalam pipa berisi minyak.

Gambar 2.9 Kabel Minyak Dengan Saluran Minyak


Gambar 2.10 Kabel Minyak Dengan Tahanan

Cara bekerjanya minyak sebagai isolasi


adalah jika pada penghantar / konduktor,
temperaturnya naik maka minyak akan mencair, ini
akan mengalir kedalam lubang minyak dan bila
temperaturnya turun minyak kembali akan
membeku di dalam kabel dengan demikian tidak
terjadi gelembung udara, sehingga dapat mencegah
timbulnya kerusakan kabel.

E. Kabel SL dan Kabel S.A

Kabel jenis S.L dan S.A pada setiap


intinya di isolasi dengan kertas, kemudian di
pasang selubung timbal untuk kabel S.L dan
selubung aluminium untuk kabel S.A. Kabel jenis
ini terdiri dari 3 buah inti kabel, yang mana ketiga
inti ini terdiri dari tiga buah inti kabel inti
tunggal, lalu inti tersebut di pasang bersama –
sama di lengkapi dengan bahan pengisi (piller),
bantalan (bedding).
Gambar 2.11 Jenis Kabel S.L. dan S.A

F. Kabel H.S.L. adalah merupakan gabungan


antara kabel H dan S.L dimana setiap penghantar
(konduktor di isolasi dengan kertas, lalu di lapisi
dengan kertas logam atau semi konduktor kemudian
di beri selubung timbal lalu ketiga intinya di pasang
bersama – sama dan di lengkapi dengan
perlengkapan kabel. Selain itu menurut jenis
konduktor yang digunakan, dikenal ada kabel
tembaga dan kabel aluminium. Kini orang mulai
berangsur – angsur meninggalkan kabel tembaga
dan beralih menggunakan kabel aluminium,
meskipun saat dialiri tembaga secara elektris
maupun pisik lebih baik.

2.3.10 Jenis Isolasi Kabel Tanah

Untuk melakukan pemilihan isolasi yang sesuai dengan


kebutuhan, Ada beberapa isolasi kabel yaitu :

A. Isolasi kertas

Kabel tanah berisolasi kertas dapat digunakan


untuk tegangan tinggi sampai 400 KV, baik untuk
kabel minyak bertekanan rendah (low pressure
oilfiled– LPOF) yang terpadu dalam satu kabel
(self contained) dan kabel berisolasi kertas yang
dimasukan kedalam pipa, lalu diisi dengan
minyak bertekanan tinggi (high pressure oil filed –
LPOF). Kertas sebagai isolasi dapat berupa kertas
kering maupun kertas yang diresapi minyak (oil
impregnated paper). dimana kekuatan dielektrik
kertas itu tergantung pada ketebalan, kepadatan
ketahanan terhadap air (impermeabilitas), kekuatan
tarik (tensile strength), kemuluran (elogation),
permitivitas relative, faktor disipasi dan kekuatan
tembus listriknya.

B. Isolasi Campuran dan Diresapi Minyak

Pada hakekatnya kabel dengan jenis isolasi


campuran dan diresapi minyak adalah kabel yang
berisolasi kertas yang diresapi minyak pada saat
dibuat (oil impregnated paper), dimana
didalam kabel tersebut dialiri dengan minyak
yang bertekanan minyak. Dalam hal ini yaitu
berfungsi sebagai: isolasi listrik yang memperkuat
dielektrik pada kertas isolasi dan media pendinggin
kabel. Kabel (isolasi) kertas yang diresapi
minyak (oil impregnated) biasanya digunakan untuk
saluran transmisi bawah tanah.
Berikut adalah tabel karakteristik dari masing-masing bahan
isolasi di bawah ini, yaitu :

Tabel 2.1 Karakteristik Bahan Isolasi

Isolasi KI PVC PE XLPE EPR


Temperatur kerja maks ( ° C )
- normal 65 70 70 90 90
- beban lebih 75 - - 130 -
- akhir hubung singkat 150 160 150 250 250
Ketahanan terhadap :
- zat kimia - sb c sb sb
- kelembaban brk sb sb sb sb
brk b brk c c
- api
brk c c c sb
Kelenturan 63/750 400 132
10 225
Batas Tegangan (kV)
Sumber : (Ngapuli, 1988:04)
Keterangan : KI = kertas impregnasi
B = baik
Brk = buruk
C = cukup
Sb = sangat baik

2.3.11 Jenis – Jenis Pada Gangguan Kabel Tanah

Gangguan pada kabel tanah dapat disebabkan oleh


kerusakan pada konduktor, bahan isolasi atau kadang-kadang terjadi
dua-duanya, akibatnya terjadi kondisi berikut :

 Gangguan Kabel Putus.


 Gangguan seri yaitu adanya tahanan gangguan yang tersambung
seri.
 Gangguan antar fasa.
 Gangguan fasa tanah.
Keempat kondisi tersebut dapat digambarkan seperti pada
gambar 2.12

Gambar 2.12 Gangguan fasa


Gambar diatas menunjukkan macam-macam gangguan
kabel A adalah fasa sehat, B hubung terbuka, C hubung tanah, D
mendapat gangguan seri, E dan F mendapat hubung singkat selain
itu F juga putus dan hubung tanah, G pentanahan.

2.3.12 Pra Lokasi


Gangguan dengan resistive yang tinggi tidak dapat
memantulkan pulsa tegangan rendah dari reflectometer dan lebih
lanjut lagi letak gangguan juga dapat diketahui dalam data trace.
Dengan menggunakan metoda pra-lokasi, sebuah gangguan dengan
resistansi yang tinggi dapat dirubah menjadi impedansi yang rendah
dalam selang waktu yang singkat. Dalam waktu selang ini gangguan
dapat ditemukan lokasinya dengan metoda refleksi biasa.
Satu metoda yang paling baik adalah membentuk terjadinya
Flash-Over sebentar pada titik gangguan dengan memberikan HV
pda kabel yang rusak. Selama terjadi flash-over pada titik gangguan
terbrntuk titik dengan resistansi rendah kemudian secara bersamaan
pengukuran reflection yang selanjutnya mengukur pulsa pantulan
yang terjadi dari titik terganggu.

2.3.13 ARM
Metoda pengukuran ARM digunakan untuk menentukan titik
gangguan dengan tahanan tinggi dengan gangguan intermittent.
Penentuan ganguan dengan ARM membutuhkan trace data hasil
pengukuran kemudian data tersebut bandingkan satu dengan yang
lain, trace gangguan diinitiate oleh sebua capacitive discharge
(surge) yang menyebabkan timbulnya flash-over (arc) sebentar pada
lokasi gangguan dikuti dengan pengukuran impluse yang
menyebabkan timbulnya reflection dititik gangguan dengan resistansi
rendah sementara waktu.
ARM ini bertujuan untuk mengetahui jarak gangguan kabel
dari titik kita melakukan injeksi kabel, setelah kita mengetahui kabel
untuk jarak maka langkah berikutnya kita melakukan surging

2.3.14 Surging
Surging digunakan untuk membuat flash-over yang dapat
diatur yang pada akhirnya dapat menimbulkan suara noise pada titik
gangguan, sehingga posisi gangguan secara tepat dapat ditentukan
dengan pengukuran acoustic/magnetic dengan alat penerima
gelombang surge seperti Digiphone. Pra-lokasi yang presisi harus
dilakukan terlebih dahulu sebelum PinPointing dilakukan untuk
memperkecil sebisa mungkin luas wilayah pencarian.
Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa langkah
surging ini dilakukan agar kita dapat melakukan pencarian titik
ganggan dilapangan, dengan menggunakan alat digiPHONE+. Alat
ini di gunakan untuk menerima suara ledakan yang di keluarkan oleh
metoda surging ini.
BAB III

LAPORAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK

3.1 Kegiatan Kerja Praktek

Kegiatan Kerja Praktek dilakukan pada tanggal 17 Juni


2019 sampai 17 Juli 2019 di PT. PLN (Persero) UP3 Bali selatan.
Minggu Pertama, Saya bertemu dengan pihak Manajer PT. PLN
(Persero) UP3 Bali Selatan untuk memperkenalkan diri serta
pemberitahuan apa aja yang diperlukan selama kegitan kerja
praktek berlangsung, kami dikenalkan lingkungan kantor PT. PLN
(Persero) UP3 Bali Selatan.

Minggu Kedua, Saya mengikuti kegiatan kantor untuk


membahas tentang kegiatan kerja praktek yang sedang
dikerjakan, kemudian kami diajak ke lokasi pekerjaan
mengidentifikasi gangguan kabel tanam 20 kV. Pada minggu ini
saya diperbantukan untuk membantu bagian teknis untuk
memastikan kegiatan identifikasi kabel secara langsung.
Pada minggu ketiga, kami diperbantukan dalam bidang
teknis pengerjaan identifikasi kabel tanam 20 kV dan mencari
lokasi titik gangguan yang dicurigai sebagai gangguan.

Pada Minggu Keempat, saya mulai fokus kepada


pembahasan yang saya ambil dimana seminggu itu saya
mengambil data dari berbagai sumber dan mengamati
permasalahan yang ada, dan mengolah data yang saya ambil untuk
dijadikan laporan, lalu kami menyusun laporan, sampai masa
akhir kerja praktek saya, saya meminta tanda tangan dari
Pembimbing Lapangan dan untuk menyelesaikan segala
adminstrasi saya di PT. PLN (Persero) UP3 Bali Selatan.
BAB IV

HASIL DANPEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang menentukan lokasi gangguan


pada kabel tanah dengan metode DC (Direct Curent) test dari hasil
deteksi yang telah dilakukan.

4.1 Sistem Jaringan Kabel Tanah Tengangan Menengah


Pada PT. PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Bali Selatan

4.2 Peralatan-peralatan yang digunakan menentukan lokasi


gangguan kabel tanah

Pada saat ini petugas dinas gangguan kabel dilengkapi


dengan peralatan yang tergolong modern untuk menentukan lokasi
gangguan kabel tanah dimana peralatan tersebut terdapat didalam
mobil unit deteksi, Peralatan yang digunakan yaitu Centrix 2.0,
berikut adalah tabel spesifikasi umum dari Centrik 2.0:

Tabel 4.1 Spesifikasi umum Centrix 2.0

Parameter Data
Ukuran Unit HV (L x D x T) 1300mm x 1500mm x
1250mm
Berat (unit HV termasuk kabel 450..850kg (tergantung
drums) konfigurasi sistem)
Power Suplai:
Tegangan Nominal 230V ± 10%
Frequensi 56/60 Hz
Via Trafo Isolasi 3.6 kVa
Kondisi Secara Mekanikal:
Proteksi Panel Dari Test Van IP 23 untuk EN 60529
dengan semua jendela, pintu,
dan penutup.
Proteksi panel dari unit HV IP 00 untuk En 60529
dengan kabel penghubung.
Keamanan Listrik dan
Kompabality
Elekttromaknetik :
Keamanan Listrik DIN EN 61010-1/IEC 61010-
1
Kompability Elektromagnetik
(EMC) EN 55011

Proteksi untuk IEC/DIN61140 I


Batasan Lingkungan:
Suhu Kerja
- Sistem -25 °C to 55 °C
- Unit Kontrol (secara terpisah) 0...55 °C
Suhu Penyimpanan
Kelembapan relatif -40 °C to 70 °C
95% at 40 °C
Discharge Unit (kemampuan
discharge hingga panjang yang
di uji 20)
Hingga 8 kV 5 kJ (20km)
Hingga 32 kV 32 kJ (20km)
Hingga 80 kV 32 kJ (20km)
Peralatan-peralatan Hubung
Kabel Tegangan-Tinggi (80kV) 3x6 mm2, 50m
Kabel tegangan rendah Teleflex 50m coasxial cable (tiga-
(optional) phase)
2x2.5 mm2, 50m (4mm2 at
5kVA)
Kabel Utama
Kabel Pentanahan Utama 16mm2, 50m
Kabel Untuk earthing-spike 2.5mm2, 10m

Tabel 4.2 Spesifikasi pengukuran isolasi

Parameter Data
Tegangan pengukuran <6V, 500V, 1000V
Jangkauan pengukuran reistan 1 Ω...2k Ω (pada <6 V)
1kΩ...2GΩ (pada 500 V ) atau
1kΩ... 2GΩ (pada 1000V)
Jangkauan pengukuran kapasitas 0...20µF (resolusi 0,1µF
(hanya dengan 500 V atau 1000 V)
Pengukuran dengan waktu (hanya Hingga 15 menit
dengan 500 V atau 1000 V)
Unit Kontrol

Unit Kontrol adalah alat kendali menu dan berupa


mikroprosesor kontrol yang di kendalikan secara reflektor
radar sistem yang dikenal sebagai teknik pulsa pantul.
Dengan pengalamatan masing-masing sistem module yang
terpadu, kontrol unit memungkinkan operator untuk
melakukan semua pengukuran dan mengatur semua setting
hanya menggunakan satu elemen kontrol. Hampir semua
operasi operator dapat dilakukan lewat rotary encoder
dengan fungsi jogdial, semua pesan sistem dan hasil
pengukuran ditampilkan pada layar dengan urutan yang
jelas.

Berikut adalah tabel spesifikasi Unit Kontrol dari Centrik 2.0

Tabel 4.3 Spesifikasi unit kontrol

Parameter Data
Mak. jumlah konduktor yang diuji 3
Power Suplai:
Utama 230 ± 10V, 50/60Hz
Batas Lingkungan
Suhu operasi 0...+55 °C
Komponen Software:
Sistem Operasi Embedded Linux
(www.linix.com)
Database PostgreSQL
(www.postgresql.org)
Peralatan-peralatan
pendukung:
Displai 15´´ - colour TFT VGA,
1024x768
Memori Internal memory for more than
1000 saved measurements
USB interface for USB sticks and
Interface printers

Panel Kontrol
Internal TDR (Time Domain Pengukuran single pulse
Reflectometer) metode-metode Pengukuran continuous
pengukuran Pengukuran average
Pengukuran difference
(IFL(Intermitted Fault Locating)
Jangkauan (at v/2 = 80m/µs) 50 m to 160 km
164.1 ft...525.2 kft
625 ns...2ms
Lebar Pulsa 50 ns, 100 ns, 200 ns, 500 ns,
1µs, 2µs, 5µs
Resolusi Mak. 0.1 m
Mak. sampling rate 100 MHz
Updaate rate 10 gambar/detik
v/ range
2 10...149.9 m/µs
32.9...491.8 ft/µs
NVP range 0.067...1 NVP
Range dinamik >80db
Tahanan luar 50 Ω
Kompensasi 1600 Ω - ,͚ bisa diatur

4.3 Langkah-langkah untuk menentukan lokasi gangguan


kabel tanah

4.3.1 Merangkai Kabel

Merangkai kabel yang dimaksud ini dengan menjumper


kabel – kabel dengan alat deteksi.

4.3.2 Pengukuran Tahanan Isolasi

Berdasarkan pengukuran tahanan isolasi, di tentukan dari 3


phasa nilai paling kecil bisa kita simpulkan terlebih dahulu indikasi
gangguan, misal mengukur phasa S dengan pentanahan (Ground).
Dengan integrsted-Centrix test module jangkauan pengukuran
lengkap dari 1Ω hingga 2GΩ dapat dilakukan, hal itu dikarenakan
tegangan uji yang fleksibel diukur dengan resolusi tinggi. Berikut
tabel pengukuran tahanan isolasi dari Centrik 2.0

Tabel 4.4 Pengukuran tahanan isolasi

Tegangan Uji Jangkauan Pengukuran


500 V / 1000 V Tahanan isolasi : 1 kΩ...2GΩ
Kapasitas kable : 0.1 µF...19.9 µF
4.3.2 Pengujian DC (Direct Current) Test

Berdasarkan gambar 4.1 saat pengujian DC (Direct


Current) dilakukan, dimana angka 1 yg ditujukan pada gambar
merupakan kabel pentanahan, angka 2 merupakan kabel pentanahan
pada alat sebaKMT, angka 3 kabel HV (Hight Voltage), sedangkan
kabel 4merupakan kabel emergency.

Apabila pada saat pengujian tahanan isolasi yg kita dapat


kecil, maka kita perlu lakukan pengujian kembali dengan DC (Direct
Current). Dari hasil DC (Direct Current) yang buruk atau
breakdown, maka salah satu phasa yang breakdown kita anggap
kabel tersebut gangguan dari phasa kabel yang terganggu

Gambar 4.1 Pengukuran DC

4.4 Penentuan Lokasi Titik Gangguan

Setelah letak perkiraan gangguan diketahui, langkah


selanjutnya adalah menentukan lokasi titik gangguan. Dari salah
satu ujung kabel segera dikirimkan gelombang-gelombang impuls
tegangan tinggi untuk menentukan secara cepat titik gangguan
dengan DC (Direct Curent) HV. Alat yang dipergunakan yaitu :
pembangkit gelombang impuls dan detector ground microphone
(crystal pick up) dengan digiPHONE+ sebagai indikator, dapat
terlihat pada gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2 Penentuan Lokasi Gangguan

Semakin keras bunyi/vibrasi yang terdengar, semakin dekat


pula dengan titik gangguan. Titik gangguan ditemukan yaitu berjarak
+ 1.182 m dari gardu. Berikut merupakan gambar dari titik
gangguan.
Gambar 4.3 Penentuan sebagai lokasi titik gangguan

4.5 Memastikan Lokasi Titik Gangguan (pin point) dengan


Metode DC (Direct Curent) Test

Setelah lokasi perkiraan gangguan ditentukan dengan


metode DC (Direct Curent) Test dan mengukur jaraknya sepanjang
lintasan kabel, langkah selanjutnya adalah menempatkan seorang
operator yang dilengkapi dengan detektor digiPHONE+ ditempat
dimana gangguan berada. Kalau perlu operator dilengkapi dengan
radio komunikasi untuk berhubungan dengan operator lain yang
bertugas mengirimkan gelombang impuls tegangan tinggi. Dalam
melacak gangguan nanti, operator sebaiknya berjalan kearah
generator mengingat kemungkinan lintasan kabel yang berbelok-
belok dibawah tanah.
4.6 Panjang Penyulang Uma Sari

Setelah memastikan adanya gangguan yang di temukan


dengan detektor digiPHONE+ bahwa panjang penyulang uma sari
dari Gardu Induk Pemecutan Kelod trafo IV 60 MVA sampai LBS
Kayu Putih + 3.129 M. Sedangkan untuk titik lokasi gangguan dari
Gardu Induk Pemecutan Kelod trafo IV sampai sebelum Rec Uma
Sari yaitu + 1.182.

Gambar 4.4 Single Line diagram penylang Uma Sari

Dapat dilihat bahwa pada gambar 4.7 terjadinya gangguan


pada penyulang Uma Sari dari LBS Pole 1 – Rec Uma Sari dengan
nilai toleransi jarak dari hasil pengukuran sebelumnya sekitar 10-20
meter. Untuk meminimalisr terjadinya banyaknya pelanggan padam
dimana sistem dari penyulang tersebut telah menggunakan jaringan
spindel.
4.7 Indikasi gangguan kabel tanah pada penylang Uma Sari

Setelah memastikan lokasi titik gangguan yang sudah


diketahui panjang jarak lokasi gangguan antara LBS Pole 1 – Rec
Uma Sari yaitu + 1.182. Untuk hasil indikasi gangguan yang telah
ditindak lanjuti bahwa gangguan kabel tanah pada penyulang Uma
Sari antara LBS Pole 1 – Rec Uma Sari adalah akibat proses
kegagalan jointing (sambunagn)

Berikut hasil gangguan kabel tanah pada penyulang Uma


Sari yang sudah di tindak lanjuti oleh tim identifikasi kabel PT. PLN
(Persero) UP3 Bali Selatan :

Gambar 4.5 proses penggalian lokasi gangguan


Gambar 4.6 Kabel Penyulang Uma Sari

Gambar 4.7 Hasil temuan gangguan kabel


Gambar 4.8 Hasil temuan gangguan kabel

(a) (b)

Gambar 4.8 : a. Proses pengerjaan jointing

b. Hasil jointing pada penyulang Uma


Sari
Berdasarkan hasil identifikasi dan jointing gangguan kabel
tanam di penyulang Uma Sari di atas, maka langkah selanjutnya
menguji hasil jointing yang telah dilakukan dengan memberikan
tegangan sebesar 48.1 kV dengan waktu pengujian selama 5 menit
seperti hasil gambar di bawah ini.
Gambar 4.9 Hasil pengujian proses jointing pada penyulang Uma
Sari

Berdasarkan standart spln 59-1985 sebagai acuan, dimana di


katakan bahwa maksimal tegangan yang dapat diberikan sebesar 48
kV dan lama waktu uji selama 15 menit. Dengan hasil DC (Direct
Current) test yang telah dilakukan, maka hasil proses jointing pada
penyulang Uma Sari yang telah diperbaiki dengan tegangan, dan
lama waktu yang diberikan selama 5 menit dimana menunjukan hasil
successfull.
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian pada bab IV mengenai pendeteksi


gangguan kabel tanah di Penyulang Uma Sari yang telah dilakukan
pada bulan Juni - Juli 2019, dapat memuat beberapa kesimpulan.

4.1 Kesimpulan

Pada laporan kerja praktek ini, yang menjadi pokok


pembahasan adalah mengenai pendeteksi gangguan kabel tanah
yang dilakukan di penyulang Uma Sari. Dalam mendeteksi
gangguan kabel tanah ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya
kerusakan pada suatu kabel tanah, sehingga selanjutnya dapat diberi
tindakan sesuai dengan kondisi yang terjadi. Berdasarkan data yang
telah dijelaskan bab-bab sebelumnya maka diperoleh beberapa
kesimpulan yaitu:

1. Pada penentuan lokasi gangguan pada kabel tanah


dengan menggunakan metode DC Test penentuan
jaraknya telah tertera pada layar dan keakuratannya
sangat baik.
2.
4.2 Saran

Adapun saran dari laporan kerja praktek ini mengenai


mendeteksi gangguan kabel tanah di penyulang Uma Sari adalah
sebagai berikut:

1. Dalam mendektesi gangguan kabel tanah tegangan


menengah 20 KV diharapkan seluruh operator dapat
mengetahui atau membedakan bunyi gangguan dan mana
yang bukan.

2. Menggunakan alat ukur yang mempunyai spesifikasi yang


baik dan sesuai standar.
3. Melakukan pengecekan bila perlu secara berulang, agar
dapat dipertanggung jawabkan

4. Diperlukan alat deteksi gangguan kabel tanah yang


canggih sehingga operator tidak harus mencari jalur kabel
yang terganggu
Daftra pustaka

1. kivlan kalesaran : jaringan distibusi bawah tanah bab 14

2. Buku panduan sebaKmt

Anda mungkin juga menyukai