PENDAHULUAN
1
Kerja praktek yang dilakukan di gardu induk 150 kV Palur, PT. PLN
(Persero) Transmisi Jawa Bagian Tengah (Trans JBT) APP Salatiga bertujuan
untuk :
1.2.1. Mengetahui peralatan-peralatan pada gardu induk.
1.2.2. Mengetahui cara pemeliharaan Circuit Breaker (PMT) pada gardu
induk 150 kV Palur.
1.2.3. Menjelaskan cara kerja sistem proteksi Circuit Breaker (PMT) pada
gardu induk 150 kV Palur.
2
1.5.2. Wawancara
Berupa pengumpulan informasi dan konsultasi secara lisan
dengan pihak-pihak yang terkait.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
4
4) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong
kegiatan ekonomi.
5) Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.2.1 Visi dan Misi PT. PLN (PERSERO) Trans JBT APP Salatiga
a. Visi
Menjadi unit pengelola transmisi dan transaksi tenaga listrik
yang Unggul, Andal dan Terpercaya berkelas dunia.
b. Misi
1) Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan
tinggi secara efisien, andal, dan akrab lingkungan.
2) Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif,
transparan dan adil.
2.3 Moto
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik . (the electricity for a better life)
5
4. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APP Salatiga
6
Berikut tabel Gardu Induk yang di kelola oleh PT PLN (PERSERO) ,
TRANSMISI JAWA BAGIAN TENGAH, AREA PELAKSANA
PEMELIHARAAN SALATIGA :
7
BAB III
8
gardu induk perlu diperhatikan besarnya beban. Maka perencanaan suatu
gardu induk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Operasi, yaitu dalam segi perawatan dan perbaikan mudah
2. Flexsibel
3. Konstruksi sederhana dan Kuat
4. Memiliki tingkat keandalan dan daya guna yang tinggi
5. Memiliki tingkat keamanan yang tinggi
9
3.4. Fungsi dan Spesifikasi Peralatan Gardu Induk
3.4.1. Lighting Arrester (LA)
10
3.4.2. Potensial Transformer (PT)
11
a. Trafo Tegangan Magnetik (Magnetic Voltage Transformer / VT)
Disebut juga trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer
dan sekunder pada inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer
menginduksikan tegangan ke belitan sekundernya.
b. Trafo Tegangan Kapasitif (Capasitive Voltage Transformer /
CVT) Trafo tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua)
kapasitor atau lebih yang berfungsi sebagai pembagi tegangan
dari tegangan tinggi ketegangan rendah pada primer, selanjutnya
tegangan pada satu kapasitor ditransformasikan menggunakan
trafo tegangan yang lebih rendah agar diperoleh tegangan
sekunder.
12
a. Pemisah peralatan, berfungsi untuk memisahkan peralatan listrik
dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan. PMS ini
boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tak
berbeban.
b. Pemisah tanah (pisau pentanahan atau pembumian) berfungsi
untuk mengamankan dari arus tagangan yang timbul sesudah
saluran tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari
penghantar atau kabel lainnya. Hal ini perlu untuk keamanan bagi
orang-orang yang bekerja pada peralatan instalasi.
13
besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan
pengukuran dan proteksi.
Adapun fungsi Current Transformer antara lain :
a. Mengkonversi besaran arus padea sistem tenaga listrik dari
besaran primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan
pengukuran sistem metering dan proteksi.
b. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer,
sebagai pengamanan terhadap manusia atau operator yang
melakukan pengukuran.
c. Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Amp dan 5
Amp.
Secara fungsi trafo arus dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Trafo arus pengukuran
1) Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki
ketelitian tinggi pada daerah kerja (daerah pengenalnya)
5 % sampai 120% arus nominalnya tergantung dari
kelasnya dan tingkat kejenuhan yangh relatif rendah
dibandingkan trafo arus untuk proteksi.
2) Penggunaan trafo arus pengukuran untuk amperemeter,
watt meter, VARh-meter, dan KWh meter.
b. Trafo arus proteksi
1) Trafo arus proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat
terjadi gangguan dimana arus yang mengalir beberapa
kali dari arus pengenalnya dan tingkat kejenuhan cukup
tinggi.
2) Penggunan trafo arus proteksi untuk relay arus lebih
(OCR dan GFR), relay beban lebih, relay differensial,
relay daya, dan relay jarak.
3) Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi
adalah pada titik saturasinya.
14
4) Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih
cepat jenuh dibandingkan trafo arus proteksi sehingga
konstruksinya semakin luas penampang inti yang lebih
kecil.
15
Pemutus tegangan (PMT) dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis yaitu :
a. Berdasarkan rating tegangan
1) PMT tegangan rendah (Low Voltage)
Dengan range tegangan 0,1 s/d 1 kV
2) PMT tegangan menengah (Medium Voltage)
Dengan range tegangan 1 s/d 35 kV
3) PMT tegangan tinggi (High Voltage)
Dengan range tegangan 35 s/d 245 kV
4) PMT tegangan ekstra tinggi (Extra High Voltage)
Dengan range tegangan lebih besar dari 245 kV
b. Berdasarkan jumlah mekanik penggerak / tripping coil
1) PMT single pole
PMT jenis ini mempunyai mekanik penggerak pada
masing-masing pole, umumnya PMT jenis ini dipasang pada
bay penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.
2) PMT three pole
PMT jenis ini mempunyai suatu mekanik penggerak
untuk 3 fasa, yang berfungsi untuk menghubungkan fasa satu
dengan fasa lainnya yang dilengkapi kopel mekanik,
umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay trafo, bay kopel
serta PMT 20 kV untuk distribusi.
c. Berdasarkan media isolasi
1) PMT gas SF6
PMT ini menggunakan gas SF6 sebagai media pemadam
busur api yang timbul pada waktu memutus arus listrik. Gas
SF6 ini mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan udara dan kekuatan dielektrik ini
bertambah seiring dengan pertambahan tekanan. Umumnya
PMT jenis ini merupakan tipe tekanan tunggal (Single
Pressure Type), dimana selama operasi membuka atau
16
menutup PMT, gas SF6 ditekan kedalam suatu
tabung/silinder yang menempel pada kontak bergerak. Pada
waktu pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan
inilah yang akan mematikan busur api.
2) PMT minyak
PMT jenis ini menggunakan minyak/oil sebagai media
pemadam busur api yang timbul pada saat PMT bekerja
membuka atau menutup. PMT minyak dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu PMT menggunakan banyak minyak (bulk
oil) dan PMT menggunakan sedikit minyak (small oil).
PMT jenis ini digunakan mulai dari tegangan menengah 6
kV sampai tegangan ekstra tinggi 425 kV dengan arus
nominal 400 A s/d 1250 A
3) PMT udara hembus
PMT ini menggunakan udara sebagai media pemadam
busur api dengan menghembuskan udara bertekanan keruang
pemutus.
4) PMT hampa udara
Ruang hampa udara (vacuum) mempunyai kekuatan
dielektrik (dielektrik strength) yang tinggi dan sebagai media
pemadam busur api yang baik. PMT jenis vakum umumnya
digunakan untuk tegangan menengah
17
3.4.6. Busbar / Rel
18
untuk memadamkan busur api ketika proses pemutus dan
penyambungan kopel.
19
mengalir pada belitan tembaga tersebut, inti besi akan terinduksi
dan menimbulkan flux magnetic.
c. Bushing
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan
dengan jaringan luar, yang terdiri dari sebuah konduktor yang
diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut bersebut berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main
tank transformator.
d. Oil reservation dan expansion
Oil reservation merupakan bagian yang digunakan sebagai
pendingin pada trafo. Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada
trafo minyak ini akan memuai sehingga volumenya bertambah.
Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi, makan minyak
akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator
digunakan untuk menampung minyak pada saat trafo mengalami
kenaikan suhu.
Untuk menghindari agar minyak trafo tidak berhubungan
langsung dengan udara luar, maka saat ini konservator dirancang
dengan menggunakan brether bag atau sejenis balon karet yang
dipasang didalam tangki konservator.
e. Tap Changer
Tap Changer merupakan bagian dari trafo daya yang
digunakan sebagai penyesuaian ratio belitan agar tegangan
output/sekunder besarnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
sistem. Penyesuaian ratio dilakukan dengan mengubah
banyaknya belitan pada sisi primer yang diharapkan dapat
mengubah ratio antara belitan primer dan sekunder. Hal ini
dikarenakan transformator dituntut untuk memiliki nilai tegangan
output/sekunder yang stabil meskipun besarnya tegangan
input/primer tidak selalu sama.
20
Proses perubahan ratio belitan ini dapat dilakukan pada saat
trafo sedang berbeban (onload tap changer) atau saat trafo tidak
berbeban (offload tap changer).
f. NGR (Neutral Grounding Resistance)
NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang seri dengan
netral sekunder pada transformator sebelum terhubung ke
ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk
mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi netral
ketanah. Pada trafo daya terdapat dua jenis NGR yaitu :
1) Liquid
Liquid merupakan jenis NGR yang menggunakan
larutan air murni yang ditampung didalam bejana dan
ditambahkan garam (NaCl) untuk mendapatkan nilai
resistansi yang diinginkan.
2) Solid
Solid merupakan NGR jenis padat yang terdiri dari
stainless steel, FeCrAl cast iron copper nickel atau nichrome
yang diatur sesuai nilai tahanannya.
21
Data yang diterima scada (supervisory control and data
Acqusition) interface dari berbagai masukan (sensor, alat ukur, relay
dll) baik berupa data digital dan data analog dirubah dalam bentuk
data frekuensi tinggi (50 KHz sampai dengan 500 KHz) yang
kemudian ditransmisikan bersama tenaga listrik tegangan tinggi. Data
frekuensi tinggi yang dikirimkan tidak bersifat kontinyu tapi secara
paker persatuan waktu. Dengan kata lain berfungsi sebagai sarana
komunikasi suara dan komunikasi data serta tele proteksi dengan
memanfaatkan penghantarnya dan bukan tegangan yang terdapat pada
penghantar tersebut. Oleh sebab itu, bila penghantar tak bertegangan
maka Power Line Carrier (PLC) akan tetap berfungsi asalkan
penghantar tersebut tidak terputus. Dengan demikian diperlukan
peralatan yang berfungsi memasukkan dan mengeluarkan sinyal
informasi dari energi listrik diujung-ujung penghantar.
Adapun tiga bagian utama scada yaitu :
a. Master Station
Master station merupakan kumpulan perangkat keras dan
lunak yang ada dikontrol centre. Biasanya desain untk sebuah
master station tidak sama.
Bagian-bagian utama master station adalah :
1) Server
2) Workstation
3) Aplikasi
4) LAN (Local Area Network)
5) Peripheral penunjang
6) Link komunikasi data
b. Remote Station
Remote station adalah stasiun yang dipantau, atau diperintah
dan dipantau oleh master station, yang terdiri dari gateway, IED,
Local HMI, RTU dan meter energi.
22
BAB IV
CIRCUIT BREAKER / PEMUTUS TENAGA (PMT) DI GI
PALUR 150 KV
4.1 Pengertian
Berdasarkan IEV ( International Electrotchnical Vocabulary) 441-14-20
disebutkan bahwa CB/ Circuit Breaker atau pemutus tenaga/ PMT meupakan
peralatan saklar mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan, dan memutus arus
beban dalam kondisi normal serta abnormal / saat terjadi gangguan seperti kondisi
short circuit / hubung singkat.
Suatu pemutus tenaga harus mempunyai beberapa syarat antara lain :
1. Mampu menyalurkan arus maksimum system secara terus menerus sesuai
kapasitas nominalnya.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan system atau membuat system
kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.
23
maksud hanya sebagai penggerak pada pegas membuka atau menutup. Pada waktu
pemutusan / menghubungkan daya listrik akan terjadi busur api, yang terjadi pada
kontak – kontak di dalam ruang pemutus. Pemadam busur api dapat dilakukan oleh
beberapa macam bahan peredam, diantaranya yaitu dengan minyak, udara, dan gas.
bahan GAS SF6 (Sulphur Hexafluoride).
24
PMT type ini mempunyai mekanik penggerak pada masing- masing pole, umumnya
PMT jenis ini dipasang pada bay penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.
25
4.4.3 Berdasarkan media isolasi
Jenis PMT dapat dibedakan menjadi:
- PMT gas SF6
- PMT Minyak
- PMT Udara Hembus (air blast)
- PMT Hampa Udara (vacuum)
26
suhu 500oC, lembab, tidak berbau, tidak beracun, tidak mudah menyala dan tidak
berwarna.
Berat jenis gas SF6 sekitar 5 kali udara. Ada tekanan yang sama,
kemampuan menstransfer panas sekitar 2 sampai dengan 2,5 kali udara dan
dielektrik – strengthnya sekitar 2,4 kali udara. Pada tekanan 3kg per cm2 sama
dengan dielektrik strength minyak, sifat ini dimungkinnya jarak yang lebih pendek
yang memungkinkan ukuran yang lebih kecil dari peralatan untuk besar kilovolt
(kV) yang sama.
Ada penurunan nilai gas dari gas setelah periode pemadaman busur api, tapi
sangat sedikit dan tidak ada efek terhadap dielektrik strengthnya dan kemampuan
pemutusan. Setelah proses pemadaman busur apai gas SF6 menjadi SF4, SF2 dan
menyatu kembali saat proses pendinginan dan membentuk gas SF6 semula. Sisa
yang dihasilkan yang di bentuk oleh busur api adalah metallic florida yang terlihat
dalam bentuk power keabuan – abuan dan di hilangkan dengan filter yang
mengandung alumunia aktif (Al2O3).
Keuntungan Pemutus Tenaga (PMT) / Circuit Breaker SF6 :
1. Kecepatan dan tekanan gas yang rendah digunakan untuk memperkecil
beberapa kecenderungan terhadap chopping current (proses pemutus arus
sebelum mencapai titik nol) dan arus kapasitif dapat diputuskan tanpa
pelayanan kembali.
2. Peredaran gas merupakan siklus tertutup yang dihubungkan dengan
kecepatan gas yang rendah memberikan operasi yang cepat dan tidak ada
aliran keatmosfir seperti Air Blast Circuit Breaker.
3. Siklus gas tertutup memelihara bagian dalam tetap kering sehingga tidak
ada masalah kelembaban.
4. Sifat pemadaman busur api dari gas SF6 menghasilkan busur api sangat
singkat dan erosi kontak hanya sedikit. Kontak dapat dilepas pada
temperature yang tinggi tanpa merugikan pemeliharaan kontak.
5. Tidak ada endapan karbon juga tracking atau kegagalan isolasi dieliminir.
27
6. Interupter Chamber dari Circuit breaker seluruhnya tertutup dari
atmosfir, oleh karena itu cocok digunakan dalam tambang batu bara atau
dibeberapa industry dimana terdapat bahaya letupan.
7. Memberikan penyatuan dalam desain dari high voltage metal-clad
switchgear dimana untuk pemecahan dari masalah polusi atau kebutuhan
gardu induk di daerah urban atau tidak dimungkinkannya pembangunan
instalasi open type out door.
Keterangan:
Urutan Pembukaan Jaringan :
1. PMT
a. PMT ≠
2. PMS Line
b. PMS Bus ≠
3. PMS Tanah
c. PMS Line ≠
4. PMS Bus
d. PMS Tanah //
// : CLOSE
≠ : OPEN
28
4.6.2 Penutupan Jaringan
PMT dioperasikan setelah pemisah – pemisah dimasukkan (//) lihat pada
gambar 4.4.
Setelah PMT dimasukkan (//) diperiksa apakah terjadi kebocoran isolasi(misalnya
gas SF6) pada PMT.
Keterangan:
Urutan penutupan Jaringan :
1. PMS Tanah
a) PMS Tanah ≠
2. PMS Line
b) PMS Line //
3. PMT
c) PMS Bus //
4. PMS Bus
d) PMT //
// : CLOSE
≠ : OPEN
29
BAB V
PEMELIHARAAN PMT PADA GARDU INDUK 150 kV PALUR
30
3. Shutdown Measurement / Shutdown Function Check/Treatment
4. Conditional (Pasca relokasi / Pasca Gangguan/bencana alam)
5. Overhaul
In Service Inspection, In Servise Measurement/On Line Monitoring, Shutdown
Measurement/ Shutdown Function Check, Conditional dan Overhaul sebagaimana
dimaksud dalam butir 1 s/d 5 di atas, merupakan bagian dari uraian kegiatan
pemeliharaan yang tertuang dalam KEPDIR 114.K/DIR/2010.
Periode pemeliharaan shutdown measurement dan shutdown function check
dilaksanakan setiap 2 Tahun dan kegiatan pemeriksaan maupun pengujian mengacu
kepada Failure Mode Effect Analysis ( FMEA) dari setiap komponen peralatan
tersebut.
31
Cara Pengukuran
Kesiapan obyek yang akan diukur dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1 ). Pemasangan pentanahan lokal (Local Grounding) disisi I/P dan O/P terminal
dengan tujuan membuang muatan induksi (Residual Current) yang masih
tersisa.
2 ). Pembersihan permukaan porselin bushing memakai material cleaner + lap
kain yang halus dan tidak merusak permukaan isolator. Tujuannya agar
pengukuran memperoleh hasil yang akurat.
Gambar 5.1 Pemasangan pentanahan lokal dan pelepasan terminal atas dan
terminal bawah.
32
Gambar 5.2 Terminal tempat Pengukuran Tahanan Isolasi PMT
Keterangan:
Ra = Terminal atas fasa R (Merah)
Rb = Terminal bawah fasa R
Sa = Terminal atas fasa S (Kuning)
Sb = Terminal bawah fasa S
Ta = Terminal atas fasa T (Biru)
Tb = Terminal bawah fasa T
5 ). Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi serta suhu sekitar.
6 ). Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan sebagai
bahan evaluasi pembanding dengan hasil pengukuran sebelumnya.
7 ). Memasang kembali terminasi atas dan bawah seperti semula.
8 ). Melepas pentanahan lokal sambil pemeriksaan akhir untuk persiapan pekerjaan
selanjutnya.
33
Gambar 5.4 Hasil Pengukuran / pengujian Tahanan Isolasi PMT BAY
SOLOBARU2 Lokasi GI Palur
34
Khusus untuk PMT yang tidak memiliki data awal dapat menggunakan nilai standar
PMT tipe sejenis atau nilai pengukuran terendah PMT tersebut mengacu pada
history pemeliharaan (trend 3 kali periode pemeliharaan sebelumnya).
Jika hasil pengukuran tahanan kontak melebihi standar yang ada yaitu
sebesar R < 100 micro ohm maka dilakukan pengujian ulang dan pengecekan pada
PMT untuk menganalisa penyebab kesalahan dan mengetahui apakah perlu
dilakukan perbaikan. Jika dipaksakan operasi, maka dikhawatirkan terjadi
kerusakan pada PMT tersebut akibat panas yang ditimbulkan oleh alat kontak.
Kejadian ini tentu akan mengganggu sistem operasi dan kerugian material. Namun
apabila nilai tetap tidak memenuhi standar maka perlu dipertimbangkan untuk
mengganti PMT Baru dengan jenis isolasi yang lebih baik lagi.
Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan.
Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor
bertemu secara fisik sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan
yang berarti. Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu hambatan /
resistan terhadap arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan menjadikan
kerugian teknis. Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi.
Sambungan antara konduktor dengan PMT atau peralatan lain merupakan tahanan
kontak yang syarat tahanannya memenuhi kaidah Hukum Ohm sebagai berikut:
E=I.R
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1 Ohm dan arus yang mengalir adalah
100 Amp maka ruginya adalah:
W = I2 . R
W = 10.000 watts
Prinsip dasarnya adalah sama dengan alat ukur tahanan murni (Rdc), tetapi pada
tahanan kontak arus yang dialirkan lebih besar I=100 Amperemeter
35
Gambar 5.5 Cara Pengamanan pada saat Pengukuran Tahanan Kontak di
Switchyard
Cara Pengukuran
Alat ukur tahanan kontak terdiri dari sumber arus dan alat ukur tegangan
(drop tegangan pada obyek yang diukur). Dengan sistem elektronik maka
pembacaan dapat diketahui dengan baik dan ketelitian yang cukup baik pula.
Digunakanya arus sebesar 100 Ampere karena pembagi dengan angka 100 akan
memudahkan dalan menentukan nilai tahanan kontak dan lebih cepat. Harus
diperhatikan skala yang digunakan jangan sampai arus yang dibangkitkan sama
dengan batasan skala sehingga kemungkinan akan terjadi overload dan hasil
penunjukan tidak sesuai dengan kenyataannya.
36
Pelaksanaan Pengukuran:
1. Hubungkan obyek yang akan diukur ke tanah
2. Hubungkan ke tanah alat ukur yang akan digunakan.
3. Sambungkan terminal (+) dan (-) ke kedua sisi terminal yang akan diukur
(obyek).
4. Hubungkan kabel ukur mVolt sedekat mungkin dengan obyek yang akan
diukur.
5. Setelah siap posisikan saklar on / off ke posisi on.
6. Pilih saklar pada skala 200 Ampere.
7. Atur pembangkit arus sehingga display menunjuk angka 100 Ampere.
8. Tekan saklar pengubah dari Ampere ke Ohm.
9. Catat penunjukan dan dikalibrasikan terhadap skala pembatas.
Gambar 5.7 alat ukur micro ohmmeter yang digunakan di GI 150 kV PALUR
37
Gambar 5.9 Hasil Tahanan Kontak PMT 150 kV BAY SOLOBARU2 GI Palur
38
sekaligus meliputi pengukuran waktu buka tutup PMT. Nilai yang dapat diketahui
dalam pengukuran keserempakan adalah Δt yang merupakan selisih waktu tertinggi
dan terendah antar phasa R, S, T sewaktu membuka atau menutup kontak.
Apabila rata-rata keserempakan < 10 ms Maka PMT atau circuit breaker
tersebut dapat melaksanakan atau melakukan trip sesuai dengan kinerja
keserempakan yang normal atau keandalanya masih dapat teratasi. Tetapi apabila
nilai rata-rata keserempakan > 10 ms maka unjuk kerja keserempakan PMT kurang
mencapai keandalan atau keandalanya kurang maka perlu diadakan bleeding atau
penyetelan pada PMT tersebut.
Gambar 5.10 Contoh Pengujian O-C-O PMT Single Pole Merk NISSIN
tipe SO 11:
39
Keterangan:
Cara Pengukuran:
1. Masukkan (ON) PMT yang akan diuji.
2. Pasang pentanahan (grounding) pada sisi atas kontak, hal ini untuk
mengurangi resiko arus induksi yang mengalir melalui alat uji.
3. Pasang pentanahan (grounding) alat uji.
4. Buat rangkaian seperti gambar dibawah:
Langkah Pengujian:
1. Closing Time ( Kondisi PMT Off / Open )
(a) Posisikan Switch Squence pada ( C / Close )
(b) Nyalakan Switch Power
40
(c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
(d) Putar Switch Start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
2. Opening Time ( Kondisi PMT On / Close )
(a) Posisikan Switch Squence pada ( O / Open )
(b) Nyalakan Switch Power
(c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
(d) Putar Switch Start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
3. Close – Open Time ( Kondisi PMT Off / Open )
(a) Posisikan Switch Squence pada ( CO / Close-Open )
(b) Nyalakan Switch Power
(c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
(d) Putar Switch Start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
4. Open – Close Time ( Kondisi PMT On / Close )
(a) Posisikan Switch Squence pada ( O-C / Open-Close )
(b) Nyalakan Switch Power
(c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
(d) Putar Switch Start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
5. Open – Close – Open Time ( Kondisi PMT On / Close )
(a) Posisikan Switch Squence pada ( O-C-O / Open-Close-Open )
(b) Nyalakan Switch Power
(c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
(d) Putar Switch Start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
41
Gambar 5.12 Hasil Pengukuran / Pengujian Keserempakan pada PMT 150 kV
BAY SOLOBARU2 Pada GI Palur
42
tanah cadas, atau berkapur. Semakin kecil nilai pentanahannya maka akan semakin
baik. Menurut IEEE std 80: 2000 (guide for safety in ac substation - grounding),
besarnya nilai tahanan pentanahan untuk switchgear adalah ≤ 1 ohm.
Harga pentanahan makin kecil makin baik. Untuk perlindungan personil dan
peralatan perlu diusahakan tahanan pentanahan lebih kecil dari 1 Ohm. Hal ini tidak
praktis untuk dilaksanakan dalam suatu sistem distribusi, saluran transmisi, ataupun
dalam substation distribusi. Beberapa peralatan/standar yang telah disepakati
adalah bahwa saluran transmisi, substation harus direncanakan sedemikian rupa,
sehingga tahanan pentanahan tidak melebihi harga 1ohm.
Ada beberapa macam merk alat ukur tahanan tanah yang dipergunakan,
antara lain:
a. KYORITSU Model 4120
b. GOSSEN METRAWATT BAUER [GEOHM 2]
c. ABB METRAWATT Type M5032
Cara kerja alat ukur tersebut menggunakan prinsip alat ukur Galvanometer (Prinsip
Kesetimbangan), sebagai contoh sederhana:
43
Atur atau tentukan nilai tahanan R variabel (Rvar) sedemikian rupa sehingga jarum
galvanometer menunjuk angka Nol (kondisi setimbang). Dan setelah kondisi
setimbang maka nilai Rx bisa dicari dengan menggunakan Formula di atas.
44
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil yang didapat selama praktek kerja di Gardu Induk 150 KV Palur, maka
penulis dapat menarik kesimpulan yaitu :
1. Gardu Induk adalah area yang terdiri dari peralatan listrik tegangan tinggi yang
berfungsi sebagai stasiun transformasi daya yang diserap dari stasiun transmisi atau
stasiun pembangkit.
2. Gardu Induk Less Attended Substation Operation (LASO) yaitu pengoperasian
GI 150kV yang memberdayakan petugas GI seminimal mungkin tanpa mengurangi
keandalan operasi.
3. GI 150kV Palur menggunakan konsep LASO pola 3 yang membutuhkan SDM
sebanyak 3 orang petugas, yaitu 1 orang sebagai supervisor dan 2 orang operator
sebagai petugas pemeliharaan dengan pola waktu kerja dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu jam 07.30 – 16.00 (waktu 1), jam 16.00 – 22.00 (waktu 2), dan jam 22.00 –
07.30 (waktu 3).
4. Gardu Induk 150 kV LASO Palur merupakan jenis Gardu Induk pasangan luar
karena peralatan tegangan tinggi (Transformator, PMT, PMS, CT, PT dan
sebagainya) berada di luar gedung, sedangkan perlatan kontrolnya berda di dalam
gedung.
5. Di dalam Gardu Induk 150 KV Palur bahwa PMT (Pemutus Tenaga) berfungsi
sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi berbeban,
serta mampu membuka atau menutup saat terjadinya arus gangguan (hubung
singkat) pada jaringan atau peralatan lain.
45
6. Dari setiap pemutusan tenaga listrik dengan tegangan dan arus operasi yang besar
selalu diikuti dengan terjadinya busur api. Besar busur api tergantung pada besar
arus yang diputuskan, dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
kontak – kontak pemutus tenaga, untuk itu busur api yang terjadi harus dipadamkan
dilengkapi dengan komponen busur api dengan media – media pemadaman tertentu.
7. Tipe pemutus tenaga dengan media gas SF6 mempunyai sifat pemadaman yang
lebih baik dibandingkan pemutus tenaga lainnya, karena sifatnya yang tidak
berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun.
8. Pemeliharaan terhadap PMT suatu kegiatan yang penting, karena pemeliharaan
yang baik akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin berfungsinya
peralat dengan baik. Pemeliharaan tersebut dilakukan pada pengukuran tahanan
isolasi, tahanan kontak, breaker analizer dan juga tahanan pentanahan pada PMT.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil selama
mengikuti Praktek Kerja adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jaringan perlu dipertahankan sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan maupun kualitas penyaluran tenaga listrik secara
keseluruhan.
2. Pengetahuan akan pemeliharaan PMT termasuk di dalamnya ini hendaknya
lebih dikenalkan kepada kalangan akademika. Tidak hanya terbatas pada PMT
saja namun juga pada peralatan tegangan tinggi. Dengan demikian, kalangan
akademika ini dapat lebih mengetahui, mengkaji dan hingga bisa mengembangkan
proses pemeliharaan tersebut. Harapannya, dari kalangan akdemika dapat
menyumbangkan inovasi agar penyaluran energi listrik di Indonesia menjadi lebih
optimal.
3. Kepada mahasiswa yang melaksanakan KP (Kerja Praktek), berusahalah untuk
lebih proaktif, agresif dan aktif untuk menanyakan hal – hal yang belum di ketahui
kepada pembimbing praktek.
46