Anda di halaman 1dari 40

PT.

PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar


Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gardu induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)

tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).

Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran, gardu induk memliki peranan penting

dalam pengoperasiannya, tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran secara

keseluruhan.

Salah satu peralatan utama yang berada di gardu induk adalah

Pemutus Tenaga (PMT) atau akrab disebut Circuit Breaker (CB). Untuk menjaga

PMT dapat beroperasi secara maksimal dan optimal maka dilakukan Pemeliharan

terhadap PMT tersebut. Pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan kondisi

dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya serta

mendapatkan kepastian atau jaminan bahwa sistem suatu peralatan yang

dipelihara akan berfungsi secara optimal untuk meningkatkan umur teknisnya dan

keamanan bagi personil, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan yang

menyebabkan kerusakan.

PMT perlu dipelihara secara periodik sesuai dengan jenis PMT yang

digunakan. Penundaan pemeliharaan akan memperbesar kemungkinan rusaknya

peralatan. Hal-hal tersebut membuat kami untuk mengetahui dan memahami lebih

jauh tentang pemeliharaan pada PMT, terutama pemeliharaan tahunan PMT.

1
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah kerja pemeliharaan dua tahunan pemutus tenaga bay

kopel 150 kV?

2. Bagaimana hasil pemeliharaan dua tahunan pemutus tenaga bay kopel

150 kV?

1.3 Tujuan

Kerja praktek diadakan dengan tujuan sebagai berikut.

1. Meningkatkan dan mengembangkan hubungan antara Perguruan Tinggi

dengan dunia usaha atau dunia industri.

2. Menambah wawasan dan pengalaman tentang hal-hal baru yang tidak

didapat dalam perkuliahan, yang berguna di dunia kerja nantinya.

3. Mahasiswa dapat melihat, mengamati, menganalisa permasalahan yang

ada dengan membandingkan antara teori dan praktek di lapangan.

4. Mengetahui pemeliharaan PMT Bay Kopel 150 kV yang terdapat di

Gardu Induk .

1.4 Manfaat Kerja Praktek

Adapun manfaat dari KP (Kerja Praktek) yaitu :

1. Memperdalam pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerja

secara interdisipliner, sehingga dapat menghayati adanya ketergantungan

kaitan dengan kerjasama antar sektor.

2
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

2. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang

kemanfaatan ilmu dan teknologi yang dipelajarinya bagi pelaksanaan

pembangunan.

3. Memperdalam penghayatan dan pengalaman mahasiswa terhadap kesulitan

yang di hadapi oleh suatu instansi atau perusahaan dalam melaksanakan

pembangunan.

4. Menambah wawasan dan pengalaman tentang hal-hal baru yang tidak

didapat dalam perkuliahan, yang berguna di dunia kerja nantinya.

5. Mahasiswa dapat melihat, mengamati, menganalisa permasalahan yang

ada dan membandingkan antara teori dan praktek dilapangan.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT PLN (Persero) Wilayah

Sulselrabar Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar Transmisi dan Gardu Induk Tello

Jalan Jenderal Urip Sumoharjo Km 7, Makassar. Pelaksanaannya dilakukan dari

tanggal 18 Juni sampai dengan 18 Agustus 2016. Namun, waktu efektik yang

terpakai yaitu hanya satu bulan dari tanggal 18 Juli sampai dengan 18 Agustus

2016 dikarenakan pada bulan Juni bertepatan dengan bulan puasa.

3
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

Tabel 1. Jadwal Kerja Praktek

Jam Kerja
No. Hari
Masuk Istirahat Pulang

1 Senin 07.30 12.00 12.00 13.00 13.00 16.00

2 Selasa 07.30 12.00 12.00 13.00 13.00 16.00

3 Rabu 07.30 12.00 12.00 13.00 13.00 16.00

4 Kamis 07.30 12.00 12.00 13.00 13.00 16.00

5 Jumat 07.30 11.30 11.30 13.30 13.30 16.30

1.6 Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Interview

Penulis melakukan interview pada pihak-pihak yang berhubungan

dengan penulisan laporan kegiatan dan penulis juga melakukan interview

kepada pembimbing - pembimbing di perusahaan dan pembimbing-

pembimbing penulisan yang merupakan narasumber bagi Penulis.

2. Metode Literatur

Penulis mengumpulkan berbagai macam data dan informasi yang

aktual dari buku-buku atau karya tulis lainnya.

3. Metode Dokumentasi

Metode ini penulis gunakan untuk bahan pertimbangan serta

gambaran sementara, agar penyusunan laporan kegiatan jadi lebih jelas

4
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

dan penulis dapat meyakinkan kalau hasil penulisan yang telah

digambarkan sudah tersusun rapi dan tepat.

4. Metode Observasi

Dalam metode ini penulis melakukan banyak pengamatan untuk

mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan laporan, agar

data-data yang diperoleh lebih akurat dan objektif.

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai

berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas tentang Latar Belakang, Tujuan, Manfaat,

Waktu Pelaksanaan, Lokasi Kerja Praktek, Teknis Pengumpulan Data dan

Sistematika Penulisan.

BAB 2 SEJARAH UMUM PERUSAHAAN

Bab ini membahas tentang profil PT PLN (PERSERO) TRANSMISI

DAN GARDU INDUK TELLO.

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan hal-hal

yang berhubungan dengan Pemeliharaan Dua Tahunan PMT Bay Kopel

150 kV TRAGI Tello.

5
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

BAB 4 PEMBAHASAN

Membahas mengenai pembahasan dari data yang diperoleh dari

lapangan.

BAB 5 PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian ini berisi tentang daftar referensi literatur yang digunakan

dalam penyusunan laporan kerja praktek.

LAMPIRAN

Berisikan dokumentasi (berupa foto) saat penulis melakukan Kerja

Praktek.

6
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan

Kelistrikan di Indonesia di mulai pada akhir abad ke19, pada saat

beberapa perusahaan Belanda antara lain pabrik gula dan pabrik teh mendirikan

pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Kelistrikan untuk pemanfaatan

umum mulai ada pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu NV NIGN yang

semula bergerak dibidang gas memperluas usahanya dibidang listrik untuk

kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 Pemerintah Belanda membentuk sLand

Waterkracht Bedrijven (LB) yaitu perusahaan listrik Negara yang mengelola

PLTA Pelanggan, PLTA Lamajan dan PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubrug dan

Kracak di Jawa Barat,PLTA Giringan di madiun, PLTA tes di Bengkulu, PLTA

Tonsea lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu beberapa

Kotapraja dibentuk perusahaan perusahaan listrik di Kota praja.

Menyerahnya Pemerintahan Belanda kepada Jepang dalam Perang

Dunia II maka Indonesia dikuasai oleh Jepang, yang kemudian jatuhnya Jepang ke

tangan Sekutu dan diproklamasikannya kemerdekaan RI maka diambil alih

perusahaan perusahaan listrik yang dikuasai Jepang. Pengambil alihan tersebut

diserahkan kepada Presiden Soekarno dan kemudian dengan Penetapan

Pemerintah tahun 1945 No. 1 tertanggal 27 Oktober 1945 maka dibentuklah

Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.

7
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia mengalami pasang surut sejalan

dengan perjuangan bangsa. Tanggal 27 Oktober 1945 kemudian dikenal sebagai

Hari Listrik dan Gas. Penetapan secara resmi sebagai Hari Listrik dan Gas

berdasarkan keputusan Mentri Pekerjaan Umum dan Tenaga No.20 tahun 1960,

namun kemudian berdasarkan keputusan Mentri Pekerjaan Umum dan Tenaga

Listrik No.235/KPTS/1975 tanggal 30 September 1975 peringatan Hari Listrik

dan Gas yang digabung dengan Hari Kebangkitan Pekerjaan Umum dan Tenaga

Listrik yang jatuh pada tanggal 3 Desember. Mengingat pentingnya semangat dan

nilai nilai hari listrik, maka berdasarkan Keputusan Mentri Pertambangan dan

Energi No.1134.K/43/MPE/1992 tanggal 31 Agustus 1992 ditetapkan tanggal 27

Oktober sebagai Hari Listrik Nasional.

Pada tahun 1994 terjadi perubahan mendasar dalam tubuh perusahaan

yang tadinya berstatus sebagai Perusahaan Umum ini, yaitu setelah keluarnya

Perpu no.3 dan sesuai dengan akte notaris Soetjipto, SH No 169 yang menyatakan

bahwa Perum PLN statusnya diubah menjadi Perseroan dengan nama PT.PLN

(Persero). Perubahan status perusahaan tersebut ternyata membawa dampak

sangat kuat bagi perkembangan perusahaan listrik Indonesia dalam menggapai

orientasi dan obsesinya. Selain itu dalam rangka memaksimalkan peran

perusahaan itu berbagai upaya telah dilakukan perusahaan ini, baik secara internal

maupun secara eksternal. Perubahan internal misalnya dapat dilihat dari

perubahan struktur organisasinya baik yang dikantor pusat maupun didaerah.

8
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

Begitu juga secara eksternal kini PLN telah melakukan ekspansi dengan

membentuk unitunit bisnis dan anak perusahaan sebagai unit pelaksanaannya.

Unit wilayah yang dimiliki PLN terdiri dari 11 wilayah kerja ditambah

dengan kawasan Batam sebagai wilayah khusus. Wilayah tersebut anatara lain:

Wilayah I Aceh, Wilayah II Sumatra Utara, Wilayah III Sumbar-Riau, Wilayah

IV Sumsel-Bengkulu-Jambi dan Bangka Belitung, Wilayah V Kalimantan Barat,

Wilayah VI Kalimantan Selatan, Timur dan Tengah, Wilayah VII Sulut Sulteng,

Wilayah VIII Sulawesi Selatan dan Tenggara, Wilayah IX Maluku, Wilayah X

Irian jaya dan Wilayah XI Bali NTT NTB.

Selain wilayah PLN memiliki unit distribusi Jakarta raya dan

Tangerang distribusi Jawa Barat, distribusi Jawa Tengah dan Timur. Begitu juga

membentuk anak perusahaan diantaranya PT.Indonesia Power, PT. Icon Plus dan

PLN Batam yang sebelumnya menjadi daerah khusus.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

2.2.1 Visi Perusahaan

Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang,

unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.

2.2.2 Misi Perusahaan

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi

pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

9
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

10
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

2.3 Struktur Organisasi Tragi Tello

PLH Manajer

Idham Pewata
Nip: 7403041-F

Idham Pewata
SPV Operasi & Pemeliharaan ADM. Keuangan
Nip: 7403041-F
Idham Pewata Munawarah
Nip: 7403041-F

Idham Pewata Fitrah


ASST. Engineer Ophar Nip: 7403041-F ASST. Engineer Ophar

Anang Anggareska Amirullah


Nip: 87112318-Z Nip: 6788039-F

Amir
Junior Engineer Ophar Jarot

Aas Putra Larekeng


Nip: 9413033-FY Yudhi
Gunawan

Aryanto

Gambar 1. Struktur Organisasi Tragi Tello

11
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi dan Fungsi Pemutus Tenaga

Berdasarkan IEEE C37.100:1992 (Standard definitions for power

switchgear), PMT adalah merupakan peralatan saklar/ switching mekanis, yang

mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal

sesuai dengan ratingnya serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode

waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi

abnormal/gangguan sesuai dengan ratingnya.

Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker adalah suatu peralatan

pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk

membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus

hubung singkat dan juga pada kondisi tegangan yang normal ataupun abnormal.

Fungsi PMT adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu

rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup

saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain.

12
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

3.2 Klasitifikasi Pemutus Tenaga

3.2.1 Berdasarkan Besar/Kelas Tegangan

PMT Tegangan Rendah (Low Voltage)

Dengan range tegangan 0.1 s/d 1 kV

Gambar 2. PMT Low Voltage

PMT Tegangan Menengah (Medium Voltage)

Dengan range tegangan 1 s/d 35 kV

Gambar 3. PMT Medium Voltage

13
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

PMT Tegangan Tinggi (High Voltage)

Dengan range tegangan 35 s/d 245 kV

Gambar 4. PMT High Voltage

PMT Tegangan Extra Tinggi (Extra High Voltage)

Dengan range tegangan lebih besar dari 245 kVAC

Gambar 5. PMT Extra High Voltage

3.2.2 Berdasarkan Jumlah Mekanik Penggerak/Tripping Coil

PMT Single Pole

PMT tipe ini memiliki mekanik penggerak pada masing-masing

pole, umumnya PMT ini dipasang pada bay penghantar agar PMT bisa

reclose satu fasa.

14
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

Gambar 6. PMT Single Pole

PMT Three Pole

PMT tipe ini memiliki satu mekanik penggerak untuk tiga fasa,

guna menghubungkan fasa satu dengan fasa lainnya dilengkapi dengan

kopel mekanik, umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay trafo atau

bay kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi.

Gambar 7. PMT Three Pole

15
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

3.2.3 Berdasarkan Media Isolasi

PMT Gas SF6

Sebagai isolasi, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih

tinggi dibandingkan dengan udara dan kekuatan dielektrik ini

bertambah seiring dengan pertambahan tekanan. Selama operasi

membuka atau menutup PMT, gas SF6 ditekan ke dalam suatu

tabung/silinder yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu

pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang

mematikan busur api.

Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak

beracun dan tidak mudah terbakar. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu

mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon

selama terjadi busur api dan tidak menimbulkan bunyi pada saat

pemutus tenaga menutup atau membuka.

PMT Oil/Minyak

PMT jenis ini digunakan mulai dari tegangan 6 kV sampai

tegangan esktra tinggi 425 kV dengan arus nominal 400 A sampai 1250

A dengan arus pemutusan simetris 12 kA sampai 50 kA.

Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi di dalam

minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas

yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur

api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen

16
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

yang bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh karena itu,

pemadaman busur api tergantung pada pemanjangan dan pendinginan

busur api dan juga tergantung pada jenis gas hasil dekomposisi minyak.

PMT Udara Hembus/Air Blast

PMT ini menggunakan udara sebagai media pemadam busur api

dengan menghembuskan udara ke ruang pemutus

PMT Hampa Udara (Vacuum)

Ruang hampa udara mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi

dan sebagai media pemadam busur api yang baik. Saat ini, PMT jenis

vacuum umumnya digunakan untuk tegangan menengah 24 kV.

3.3 Komponen Pemutus Tegangan

3.3.1 Primary

Primary merupakan bagian PMT yang bersifat konduktif dan

berfungsi untuk menyalurkan energi listrik dengan nilai losses yang rendah dan

menghubungkan/memutuskan arus beban saat kondisi normal/tidak.

Bagian-bagian primary, yaitu :

a. Interrupter

Interrupter merupakan bagian terjadinya proses membuka atau

menutup kontak PMT. Di dalamnya terdapat beberapa jenis kontak

yang berkenaan langsung dalam proses penutupan atau pemutusan

arus, yaitu kontak bergerak, kontak tetap, kontak arcing.

17
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

Gambar 8. Interrupter

b. Terminal utama

Terminal utama merupakan titik sambungan/koneksi antara PMT

dengan mengurangi frekuensi kerja

Gambar 9. Terminal Utama

3.3.2 Dielectric

Dielectric berfungsi sebagai isolasi peralatan dan memadankan busur

api dengan sempurna pada saat moving contact bekerja.

Bagian-bagaian dielectric yaitu :

a. Electrical Insulation (Isolator)

1. Isolator ruang pemutus yang berada pada ruang pemutus

2. Isolator penyangga yang berada pada penyangga/support

b. Media pemadam busur api

18
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

Media pemadam busur api berfungsi sebagai media pemadam busur

api yang timbul pada saat PMT bekerja membuka atau menutup PMT

c. Driving Mechanism

Driving Mechanism berfungsi menyimpan energi untuk dapat

menggerakkan kontak gerak (moving contact) PMT dalam waktu

tertentu sesuai dengan spesifikasinya.

Beberapa jenis penggerak pada PMT, antara lain :

1. Penggerak Pegas, yang terdiri dari penggerak pilin dan pegas

gulung

2. Penggerak Hidrolik, adalah rangkaian gabungan dari beberapa

komponen mekanik, dielektrik dan hidrolik oil yang dirangkai

sedemikan rupa sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk

membuka dan menutup PMT

3. Penggerak Pneumatic, adalah rangkaian gabungan dari beberapa

komponen mekanik, elektrik dan udara bertekanan yang dirangkai

sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk

membuka dan menutup PMT

4. SF6 Gas Dynamic, memanfaatkan tekanan gas SF6 untuk

menggerakan interrupter, isolator tumpu dan power aktuator dalam

cycle tertutup

19
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

3.3.3 Secondary

Secondary berfungsi mengirim sinyal kontrol/trigger untuk

mengaktifkan subsistem mekanik pada waktu yang tepat.

Bagian subsistem secondary terdiri dari :

a. Lemari Mekanik/Kontrol

Lemari mekanik berfungsi melindungi peralatan tegangan rendah dan

sebagai tempat peralatan secondary

Gambar 10. Lemari mekanik/kontrol

b. Terminal dan Wiring Control

Alat ini berfungsi sebagai terminal wiring control PMT serta

memberikan trigger pada mekanik penggerak untuk operasi PMT

3.4 Shutdown Measurement

Jenis pemeliharaan pada pemutus tenaga dapat dikelompokkan

sebagai berikut.

1) In Service / Visual Inception

In Service / Visual Inception adalah inspeksi/pemeriksaan terhadap

peralatan yang dilaksanakan dalam keadaan peralatan

20
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

beroperasi/bertegangan dengan menggunakan lima panca indera dan

metering sederhana, dengan pelaksanaan periode tertentu (Harian,

Mingguan, Bulanan, Tahunan). Tujuannya adalah untuk mengetahui

kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana/umum seperti

thermal gun. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan tekanan hidrolik,

pemeriksaan tekanan SF6, pemeriksaan warna minyak PMT, pemeriksaan

kondisi dalam lemari mekanik dan pemeriksaan level minyak hidrolik.

2) In Service Measurement / On Line Monitoring

In Service Measurement / On Line Monitoring adalah pengukuran

yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan

bertegangan. Tujuan pemeriksaan ini yaitu untuk memonitor kondisi

peralatan dengan menggunakan alat ukur yang canggih seperti thermal

imager. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan dua mingguan dan

pemeriksaan bulanan seperti pengukuran suhu.

3) Shutdown Measurement / Shutdown Function Check / Treatment

Shutdown Measurement adalah pemeliharaan yang dilaksanakan

setiap dua tahun. Pengukuran dilakukan bertujuan untuk mengetahui

kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana yang

dilakukan oleh petugas pemeliharaan. Pemeriksaan ini meliputi shutdown

measurement dua tahunan seperti pengukuran tahanan isolasi, pengukuran

tahanan kontak, dan uji keserempakan fasa

4) Conditional (Pasca relokasi / Pasca gangguan / bencana alam)

21
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

Conditional adalah pemeliharaan yang dipicu oleh kondisi tertentu

atau pasca gangguan atau relokasi peralatan, misalnya karena bencana

alam/gempa atau kondisi abnormal setelah pemeliharaan dilakukan.

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan kebocoran minyak, pemeriksaan

kebocoran udara, pembersihan bushing, dan pemeriksaan supply AC/DC.

5) Overhaul

Overhaul adalah pemeliharaan yang dilaksanakan sekurang-

kurangnya sekali dalam tiga tahun atau lebih berdasarkan manual

instruction, ketentuan pabrikan atau pengalaman/ketentuan unit setempat.

Penentuan kurun waktu untuk overhaul PMT secara garis besar ditentukan

seperti dalam tabel 1.

Tabel 2. Jenis PMT dan Kurun Waktu Overhaul

JENIS PMT KURUN WAKTU OVERHAUL


PMT dengan media sedikit minyak Selambat-lambatnya 6 tahun atau
(Low Oil Content) pada saat jumlah angka pemutusan n
= 1500
PMT dengan media banyak minyak Disesuaikan dengan ketentuan
(Bulk Oil Content) pabrik
PMT dengan media gas SF6 Disesuaikan dengan ketentuan
pabrik
PMT dengan media udara hembus Selambat-lambatnya 9 tahun atau
(Air Blast) pada saat jumlah angka pemutusan n
= 4500

22
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

3.4.1 Pengukuran Tahanan Isolasi

Pengukuran tahanan isolasi PMT ialah proses pengukuran dengan

suatu alat ukur untuk memperoleh nilai tahanan isolasi pemutus tenaga antara

bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang ditanahkan

maupun antara terminal bawah pada fasa yang sama.

Pada dasarnya, pengukuran tahanan isolasi PMT adalah untuk

mengetahui besar (nilai) kebocora arus (leakage current) yang terjadi antara

bagian yang bertegangan terminal atas dan terminal bawah terhadap tanah.

Berikut ini adalah langkah pengukuran tahanan isolasi PMT Couple Bay 50 kV.

1. Pemasangan pentanahan lokal disisi terminal atas dan terminal bawah

dengan tujuan membuang tegangan sisa yang masih ada

2. Pembersihan permukaan porselin bushing memakai material cleaner +

lap kain yang halus dan tidak merusak permukaan isolator dengan tujuan

agar pengukuran memperoleh nilai (hasil) yang akurat

3. Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi terbuka (open)

antara :

a) Terminal atas (Ra, Sa, Ta) terhadang tanah

b) Terminal bawah (Rb, Sb, Tb) terhadap tanah Terminal fasa atas-

bawah (Ra-Rb, Sa-Sb, Ta-Tb)

4. Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi tertutup (closed)

a) Terminal fasa R / merah (Ra+Rb) terhadap tanah

b) Terminal fasa S / kuning (Sa+Sb) terhadap tanah

23
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

c) Terminal fasa T / biru (Ta+Tb) terhadap tanah

5. Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi

6. Memasang kembali terminal atas dan bawah seperti semula

7. Melepas pentanahan lokal sambil pemeriksaan final untuk pekerjaan

selanjutnya

3.4.2 Pengukuran Tahanan Kontak

Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik

sambungan. Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis

konduktor bertemu secara fisik sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa

hambatan yang berarti. Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu

hambatan terhadap arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan

menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat signifikan jika tahanan kontaknya

tinggi.

Semakin banyak jumlah sambungan konduktor dalam satu jalur,

kerugian teknis yang dihasilkan semakin besar pula. Masalah ini dapat

dikendalikan dengan menurunkan nilai tahanan kontak dengan membuat dan

memelihara nilai tahanan kontak sekecil mungkin.

Dalam melakukan pengukuran, skala yang digunakan harus

diperhatikan jangan sampai arus yang digunakan sama dengan batasan skala

sehingga kemungkinan akan terjadi overload dan hasil penunjukan tidak sesuai

dengan kenyataannya.

24
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

3.4.3 Pengukuran Keserempakan (Breaker Anelyzer)

Pengukuran keserempakan PMT bertujuan untuk mengetahui waktu

kerja PMT secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT pada saat

menutup ataupun membuka.

Berdasarkan cara kerja penggerak, PMT dibedakan atas jenis Three

Pole (penggerak PMT tiga fasa) dan single pole (penggerak PMT satu fasa).

Untuk T/L Bay biasanya PMT menggunakan jenis single pole, dimana PMT

tersebut akan trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah dan dapat

reclose satu fasa yang biasa disebut Single Pole Auto Reclose (SPAR). Namun

apabila terjadi gangguan fasa fasa maupun tiga fasa sekaligus, PMT harus trip 3

fasa secara serempak. Apabila PMT tidak trip secara serempak akan menyebabkan

gangguan.

Sama halnya bila ingin menutup PMT, baik single pole ataupun three

pole tetap harus menutup secara serempak pada fasa R, S, T. Apabila ketiga fasa

tidak menutup secara serempak dapat terjadi gangguan didalam sistem tenaga

listrik.

Pada waktu terjadi gangguan, diharapkan PMT trip dengan cepat.

Clearing time yang diharapkan untuk sistem 70 KV = 150 milli detik, sistem 150

KV = 120 milli detik, dan sistem 500 KV = 90 milli detik.

25
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

3.4.4 Rekomendasi Hasil Shutdown Measurement

Rekomendasi hasil shutdown measurement adalah tindak lanjut dari

hasil shutdown measurement yang juga merupakan tindakan pemeliharaan yang

dilakukan dalam periode tertentu.

Tabel 3. Rekomendasi Hasil Shutdown Measurement

PENGUJIAN HASIL UKUR / UJI REKOMENDASI


Tahanan kontak batasan pada manualPembersihan terminal klem
dari debu, korosif atau cat.
Dilakukan uji ulang /
120 % nilai acuan penggantian (overhaul)
Dinamik kontak resintace Terdapat ripple / spike Dilakukan uji ulang
pada kurva R vs time Pembersihan kontak
Pembersihan atau
penggantian (overhaul)
Kecepatan kontak buka PMT 10 % kondisi awal Dilakukan uji ulang
Kecepatan kontak tutup PMT sesuai tegangan rating Perbaikan / penggantian
PMT
Keserempakan kontak PMT > 10 ms atau nilai
standard pabrikan
Pengukuran nilai R pada > batas toleransi pada Dilakukan uji ulang
resistor (bila ada) manual / name plate Perbaikan / penggantian
Pengukuran kapasitansi pada > batas toleransi pada Dilakukan uji ulang
kapasitor (bila ada) manual / name plate Perbaikan / penggantian
Pengukuran arus motor < 110 % Inom (arus Perbaikan mekanik
penggerak nominal) penggerak
Penggantian motor

26
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pemeliharan PMT Bay Kopel 150 kV

4.1.1 Pengukuran Tahanan Isolasi

Cara Pengukuran

Kesiapan obyek yang akan diukur dilakukan dengan urutan sebagai


berikut:
1) Memasangan pentanahan lokal (Local Grounding) disisi I/P dan
O/P terminal dengan tujuan membuang muatan induksi (Residual
Current) yang masih tersisa.
2) Membersihkan permukaan porselin bushing memakai material
cleaner + lap kain yang halus dan tidak merusak permukaan
isolator. Tujuannya agar pengukuran memperoleh hasil yang
akurat.
3) Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi terbuka
(open) antara:
a) Terminal atas ( Ra, Sa, Ta ) terhadap badan / tanah.
b) Terminal bawah ( Rb, Sb, Tb ) terhadap badan / tanah.
c) Terminal fasa atas bawah (Ra-Rb, Sa-Sb, Ta-Tb)M
4) Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi tertutup
(closed):
a) Terminal fasa R / Merah ( Ra+Rb ) terhadap tanah.T
b) Terminal fasa S / Kuning ( Sa+Sb ) terhadap tanah.
c) Terminal fasa T / Biru ( Ta+Tb) terhadap tanah.
5) Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi serta suhu sekitar.

27
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

6) Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan


sebagai bahan evaluasi pembanding dengan hasil pengukuran
sebelumnya.
7) Memasang kembali terminasi atas dan bawah seperti semula.
8) Melepas pentanahan lokal sambil pemeriksaan akhir untuk
persiapan pekerjaan selanjutnya.
4.1.2 Pengukuran Tahanan Kontak

Alat ukur tahanan kontak terdiri dari sumber arus dan alat ukur

tegangan (drop tegangan pada obyek yang diukur). Dengan sistem elektronik

maka pembacaan dapat diketahui dengan baik dan ketelitian yang cukup baik

pula. Digunakanya arus sebesar 100 Ampere karena pembagi dengan angka 100

akan memudahkan dalan menentukan nilai tahanan kontak dan lebih cepat. Harus

diperhatikan skala yang digunakan jangan sampai arus yang dibangkitkan sama

dengan batasan skala sehingga kemungkinan akan terjadi overload dan hasil

penunjukan tidak sesuai dengan kenyataannya.

Cara Pengukuran
1) Menghubungkan obyek yang akan diukur ke tanah

2) Menghubungkan ke tanah alat ukur yang akan digunakan.

3) Menyambungkan terminal (+) dan (-) ke kedua sisi terminal yang akan

diukur (obyek).

4) Menghubungkan kabel ukur mVolt sedekat mungkin dengan obyek

yang akan diukur.

5) Setelah siap, memposisikan saklar on / off ke posisi on.

6) Memilih saklar pada skala 200 Ampere.

28
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

7) Mengatur pembangkit arus sehingga display menunjuk angka 100

Ampere.

8) Menekan saklar pengubah dari Ampere ke Ohm.

9) Mencatat hasil pengukuran dan dikalibrasikan terhadap skala

pembatas.

4.1.3 Uji Keserempakan Fasa

Cara Pengujian

1) Melepas kabel konduktor yang menghubungkan sisi bawah PMT.

2) Konduktor sisi atas PMT harus di ground untuk menghilangkan

induksi tegangan sisa.

3) Membersihkan mekanik dan terminal dari kotoran / karat

menggunakan kain lap yang sudah dibasahi dengan alkohol serta

dengan vacum cleaner.

4) Hubungkan kabel kontak CB Analyzer fasa R ke pole PMT atas dan

pole PMT bawah.

5) Hubungkan kabel kontak CB Analyzer fasa S ke pole PMT atas dan

pole PMT bawah.

6) Hubungkan kabel kontak CB Analyzer fasa T ke pole PMT atas dan

pole PMT bawah.

7) Hubungkan Closing Coil dari CB Analyzer ke tombol Closing kontrol

PMT.

29
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

8) Hubungkan Tripping Coil satu dari CB Analyzer ke tombol Tripping

Coil kontrol PMT.

9) Hubungkan Tripping Coil satu dari CB Analyzer ke tombol Tripping

Coil kontrol PMT.

10) Tekan tombol start pada CB Analyzer untuk memulai pengukuran

keserempakan PMT saat posisi close maupun open dan catat hasilnya.

4.2 Hasil Pemeliharaan

Berikut ini adalah hasil pemiliharaan shutdown measurement (2

tahunan) bay kopel 150 kV di Tragi Tello.

4.2.1 Pengukuran Tahanan Isolasi

Tabel 4. Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi

FASA R FASA S FASA - T


TITIK UKUR
Standard Hasil Ukur Standard Hasil Ukur Standard Hasil Ukur

Atas Bawah PMT Off 1 kV / m 80.000 1 kV / m 48.000 1 kV / m 90.000

Atas Tanah PMT Off 40.000 65.000 100.000

Bawah Tanah PMT On 35.000 45.000 50.000

Batasan tahanan isolasi PMT sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan

SE.032/PST/1984, Minimum besarnya tahanan isolasi pada suhu operasi

dihitung 1 kilo Volt = 1 M (Mega Ohm).

30
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

Dengan catatan 1 kV = besarnya fasa terhadap tanah. Kebocoran arus

yang diizinkan adalah sebesar 1 mA.

Berdasarkan data hasil pengukuran tahanan islolasi, dapat diketahui

bahwa fasa R, S, dan T memiliki tahanan isolasi minimun sebesar 35000 V = 35

kV dan maksimal 100000 V = 100 kV. Hasil pengukuran melampaui standard

tahanan isolasi yang diharapkan dari suatu PMT.

4.2.2 Pengukuran Tahanan Kontak

Tabel 5. Hasil Pengukuran Tahanan Kontak

FASA R FASA S FASA T


TITIK UKUR
Standard Hasil Ukur Standard Hasil Ukur Standard Hasil Ukur

Atas Bawah PMT ON

100 A 29.19 26.79 28.33

200 A 29.11 26.79 28.23

300 A 29.21 26.79 27.85

Tahanan kontak suatu PMT diharapkan sekecil mungkin untuk mengurangi

rugi yang terjadi saat penyaluran energi listrik. Pada pengukuran tahanan kontak

yang telah dilakukan, didapatkan tahanan kontak yang berkisar antara 26 29

m. Agar tahanan kontak lebih kecil perlu dilakukan pembesihan terminal klem

dari debu, korosif, atau cat.

31
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

4.2.3 Pengukuran Keserempakan Fasa

Tabel 6. Hasil Pengukuran Keserempakan Fasa

FASA R FASA S FASA - T

PENGUKURAN Standard Hasil Ukur Standard Hasil Ukur Standard Hasil Ukur

CLOSE 110,0 112,5 112,5

OPEN 24,5 24,0 24,5

OCO OPEN

CLOSE

Standar kecepatan trip suatu PMT 150 kV yaitu 120 ms. Pada

pengukuran didapatkan data dimana waktu trip PMT Bay Kopel 150 kV < 120 ms

atau Bay Kopel 150 kV dapat trip lebih cepat apabila terjadi gangguan.

32
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan

saklar/switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan, dan

memutus arus beban, dalam kondisi normal serta mampu menutup,

mengalirkan (dalam waktu periode tertentu) dan memutus arus beban

dalam kondisi abnormal/gangguan

2. Shutdown Measurement merupakan pemeliharaan yang dilaksanakan

setiap dua tahun. Pengukuran dilakukan bertuuan untuk mengetahui

kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana yang

dilakukan oleh petugas pemeliharaan

3. Standard minimum nilai tahanan isolasi suatu PMT yaitu 1 kV = 1 M

4. Tahanan kontak suatu PMT harus sekecil mungkin untuk mengurangi rugi

yang terjadi selama penyaluran energi listrik

5. Untuk jaringan 150 kV, kecepatan trip PMT apabila terjadi gangguan yaitu

lebih kecil dari 120 ms

33
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

5.2 Saran

1. Kepada pihak Perusahaan yaitu sebaiknya selama Mahasiswa menjalani

KP, jadwal dan kegiatan mahasiswa diperjelas agar Kerja Praktek yang

dilakukan oleh mahasiswa hasilnya bisa lebih maksimal dan pengetahuan

mahasiswa mengenai dunia kerja juga bisa lebih maksimal

2. Kepada adik-adik yang akan melaksanakan Kerja Praktek sebaiknya

mengambil waktu diakhir atau awal tahun karena pada waktu seperti itu

banyak pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh PT. PLN (Persero) TRAGI

Tello seperti pemeliharaan tahunan

3. Bagi mahasiswa yang hendak melakukan kerja praktek sebaiknya, sebelum

memulai Kerja Praktek, telah mempersiapkan hal-hal apa saja yang akan

dilakukan selama melakukan Kerja Praktek agar waktu yang dilalui selama

itu tidak terbuang percuma dan berisikan pengetahuan-pengetahuan. Serta

rajin bertanya kepada pembimbing Kerja Praktek mengenai hal apa saja

yang tidak diketahui atau kurang dipahami.

34
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

DAFTAR PUSTAKA

Hutahaean, Victor. 2015. Pengukuran Tahanan Kontak Pemutus Tenaga.

IEC 62271 - 100: 2001, High-voltage alternating-current circuit breaker, 2001.

IEEE C37.100, Standard Definitions for Power Switchgear, 1995.

PLN. 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT). Jakarta.

----------. 2010. Himpunan Buku Petunjuk Batasan Operasi Dan


Pemeliharaan Penyaluran Tenaga Listrik - Buku Pedoman Pemeliharaan
Pemutus Tenaga. Jakarta

Wisesa. Angga. 2013. Laporan Kerja Praktek Pengujian Tahanan Isolasi PMT

20 KV.

35
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

36
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

37
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

38
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

39
PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar
Unit Pelayanan Transmisi Sulselbar
Transmisi dan Gardu Induk Tello

40

Anda mungkin juga menyukai