Anda di halaman 1dari 10

HUKUM PERNIKAHAN

DAN WARIS
RAHMI
ANGGRAENI
321 14
022

ADE SUKMA
SARA
321 14
005

1 A D3 TEKNIK
LISTRIK

HUKUM PERNIKAHAN
A. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan adalah ikatan lahir batin seorang laki-laki dengan seorang
perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia demi berlangsungnya kehidupan
manusia di bumi serta rida Ilahi. Islam mengajarkan bahwa pernikahan
adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah sebagaimana firman Allah SWT. Dalam Q.S
Ar-Ruum : 21.
Dan
diantara
tanda-tanda
kekuasaan-Nya
ialah
Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya
diantaramu
rasa
kasih
dan
sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

B. RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN


Laki-laki

Calon
Suami

Tidak sedang dalam


ihram haji atau
umrah
Tidak
mempunyai
Beragama
isteri
yang
haram
dimadu dengan calon
Islam
isteri

Beragama
islam
Tidak
dalam
masa iddah

Calon
Isteri

Ridh
a
Jelas
Orangnya
Tidak sedang
mempunyai
isteri empat

Jelas
wanitanya
Tidak haram
dinikahi

Beragama
islam
Mempunyai hak
perwalian

Lakilaki
Baliqh dan
berakal

Wal
i

Lakilaki

Sak
si

Baliqh dan
berakal

Adi
l

Tidak terganggu Beragama


ingatannya
islam
Tidak tuna
rungu atau
tuli

Ijab
dan
Qabul

Adanya
pernyataan
menikahkan

Adanya
pernyataan
menerima dari
calon
mempelai

Antara ijab dan qabul


jelas maksudnya
Memakai katakata nikah

Harus diucapkan
dalam satu
majelis

C. HUKUM PERNIKAHAN

Waji
b
Sunna
h
Makru
h
Hara
m
Muba
h

Apabila telah memiliki kemampuan


untuk
memberi
nafkah
dan
ada
kekhawatiran terjerumus pada zina jika
tidak
segera
melangsungkan
pernikahan
Apabila seseorang telah berkeinginan
untuk
menikah
serta
memiliki
kemampuan untuk memberi nafkah
bagi isterinya kelak
Bagi yang tidak ingin menikah dan
tidak mampu memberikan nafkah
Apabila tidak memiliki kemampuan
untuk
memberi
nafkah
dalam
pernikahannya dan menikahi orang
yang tidak boleh dinikahinya
Apabila
punya
kemampuan
dalam
menikah dan memberi nafkah namun
belum berkeinginan menikah

HUKUM WARIS
Warisan berasal dari bahasa Arab yaitu al-irts atau al-mirats yang
secara umum bermakna peninggalan harta orang yang sudah
meninggal.
Waris menurut syariah islam adalah berpindahnya harta
seseorang yang telah meninggal kepada orang lain (ahli waris)
karena ada hubungan kekerabatan atau perkawinan dengan tata
cara
atauwaris
aturan
yang
sudah
dalam :Islam.
Hukum
dalam
Islam
diaturditentukan
dalam Q.S An-Nisaa
13 yang artinya :
(Hukum-hukum waris tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari
Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungaisungai, sedang mereka kekal di dalamnya ; dan itulah kemenangan
yang besar.

Rukun waris ada tiga, yaitu :


1. Pewaris, yakni orang yang meninggal dunia
2. Ahli waris, yakni orang yang berhak untuk menerima atau
menguasai harta
3. Harta warisan

Pembagian waris dijelaskan dalam :


Q.S An-Nisaa : 11
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang
(pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian
seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan dan jika anak itu semuanya perempuan
yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka 2/3
dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan)
itu seorang saja maka dia memperoleh setengah (harta
yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian
masing-masing 1/6 dari harta yang ditinggalkan, jika dia
(yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang
meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh
kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat 1/3.
Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara
maka ibunya mendapat 1/6. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang
dibuatnya atau (dan setelah dibayar) hutangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa diantara mereka yang lebih banyak
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.

Q.S An-Nisaa : 12
Dan bagianmu (suami-suami) adalah dari harta yang
ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai
anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka
kamu mendapat dari harta yang ditinggalkannya setelah
(dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah
dibayar) hutangnya. Para istri memperoleh harta yang
kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu
mempunyai anak, maka para istri memperoleh 1/8 dari harta
yang kamu tinggalkan (setelah dipenuhi). Wasiat yang kamu
buat atau (dan setelah dibayar) hutang-hutangmu. Jika
seseorng meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang
tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak,
tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (se-ibu) atau
seorang saudara perempuan (se-ibu), maka bagi masingmasing dari kedua jenis saudara itu 1/6 harta. Tetapi, jika
saudara-saudara se-ibu itu lebih dari seorang, maka mereka
bersama-sama dalam bagian yang 1/3 itu, setelah (dipenuhi
wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar)
hutangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris).
Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha
Penyantun.

Anda mungkin juga menyukai