Anda di halaman 1dari 23

PERENCANAAN REHABILITASI JARINGAN SUTM 20 KV FEEDER

SALACIA JURUSAN LALANG GUNA MENGURANGI JATUH


TEGANGAN DAN MENINGKATKAN KEHANDALAN DI
PT.PLN (PERSERO) ULP SIAK SRI INDRAPURA

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat guna menentukan Dosen Pembimbing dan SK
bimbingan pada program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Diajukan Oleh :
FAIZAL
NIM : 18020201037

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
AGUSTUS 2022

i
PERENCANAAN REHABILITASI JARINGAN SUTM 20 KV FEEDER
SALACIA JURUSAN LALANG GUNA MENGURANGI JATUH
TEGANGAN DAN MENINGKATKAN KEHANDALAN DI
PT.PLN (PERSERO) ULP SIAK SRI INDRAPURA

Proposal Tugas Akhir

Naskah ini telah disetujui untuk dilanjutkan sebagai Tugas Akhir


pada Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru

Diajukan Oleh :

FAIZAL
NIM : 1820201037

Telah disetujui Oleh :

Penguji I

Zulfahri, S.T.,M.T. Tanggal :

NIDN: 1007097202

Penguji II

Monice,S.ST.,M.T. Tanggal:

NIDN: 1028088304

ii
Penguji III

Dr. Darmansyah, S.T.,M.T. Tanggal:

NIDN: 0009127204

Penguji IV

Dr.David Setiawan, S.T.,M.T. Tanggal:

NIDN: 1027127701

Penguji V

Hazra Yuvendius, S.T.,M.T. Tanggal:

NIDN: 1025047901

Penguji VI

Ir. Usaha Situmeang, S.T.,M.T. Tanggal:

NIDN: 1022046201

iii
Penguji VII

Abrar Tanjung, S.T.,M.T. Tanggal:

NIDN: 1020117001

Penguji VIII

Arlennv, S.T.,M.T. Tanggal:

NIDN: 1023126701

Penguji IX

Elvira Zondra, S.T.,M.T. Tanggal:

NIDN: 1022047302

iv
DAFTAR ISI
COVER .....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2

1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2

1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3


2.1 Penelitian Terkait .......................................................................................... 3

2.2 Dasar Teori .................................................................................................... 4

2.2.1 Sistem Tenaga Listrik ................................................................................ 4

2.2.2 Tipe Jaringan Distribusi ............................................................................ 5

2.2.3 Tipe Tiang Penyangga Jaringan Distribusi ............................................... 7

2.2.4 Tipe Penghantar Jaringan Listrik ............................................................... 9

2.3 Kuat Hantaran Arus (KHA) ....................................................................... 10

2.4 Jatuh Tegangan ............................................................................................ 11

2.5 Rugi-Rugi (Lossses) .................................................................................... 12

2.6 Penyebab Terjadinya Jatuh Tegangan Pada JTM........................................ 13

2.7 Cara Memperbaiki Jatuh Tegangan Pada Jaringan JTM ............................. 14

BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................... 15


3.1 Objek Penelitian .......................................................................................... 15

3.2 Data Penelitian ............................................................................................ 15

3.3 Alat Penelitian ............................................................................................. 15

3.4 Alur Penelitian ............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17

v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem tenaga listrik yang merupakan suatu sistem dalam kelistrikan terdiri
atas pembangkit tenaga listrik, sistem transmisi, dan sistem distribusi. Sistem
distribusi tenaga listrik merupakan salah satu komponen sistem tenaga listrik yang
berfungsi sebagai mendistribusikan dan menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk
ke pelanggan. Pada sistem distribusi sering terjadi penyusutan distribusi teknis yang
dipengaruhi oleh panjangnya jaringan,diameter penampang penghantar dan
pembebanan suatu sistem. Penyusutan teknis distribusi atau drop tegangan adalah
salah satu ukuran efisien atau tidak efisien suatu sistem distribusi listrik.Untuk
meningkatkan efisiensi distribusi itu perlu untuk dilakukan penekanan penyusutan
teknis distribusi. Persyaratan penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
jaringan adalah masalah kualitas saluran, dan kontinuitas pelayanan yang baik
terhadap konsumen (Jurnal, 2018).
Penggunaan SUTM panjang berakibat tegangan pasokan transformator
distribusi pada saat beban puncak menjadi terlalu rendah karena jatuh tegangan
yang sangat tinggi sepanjang saluran. Tegangan pasokan transformator yang rendah
akan mengakibatkan tegangan keluaran di sisi sekunder juga rendah. Kondisi
saluran yang panjang ini tidak sesuai dengan SPLN 72:1987 tentang Spesifikasi
desain untuk Rendah (JTR). Sedangkan tegangan pelayanan yang diterima
pelanggan seharusnya mempunyai kualitas tegangan yang baik, yaitu +5% dan -10%
dari tegangan nominal 230/400 V, sebagaimana diatur oleh SPLN 1: 1995 atau SNI
04-227:2003 tentang tegangan standar.
daerah PT.PLN (persero) ULP Siak Sri Indrapura Sub Sungai Apit terdapat
jaringan tua yang berada didaerah pingiran sungai yang menyebabkan rentan
ganguan dikarenakan masih mengunakan tiang besi dengan tinggi 10 meter yang
sudah tidak sesuai dengan SPLN,kontruksi lama,dan mengunakan kabel berukuran
50 mm2 dengan beban puncak 35 amper.
Maka berdasarkan latar belakang masalah diatas untuk meningkatkan
kehandalan dan mengurangi jatuh tegangan akan dilakukan penelitian untuk
menganalisa masalah tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah

a. Tiang besi yang masi berukuran 10m dan sekarang sudah mulai keropos
diakibatkan seringnya terkena air gambut maka mengakibatkan seringnya
terjadi ganguan tiang tumbang, dikarenakan itu pihak PLN akan
merencanakan pengantian tiang beton yang berukuran 12 meter untuk
mengurangi terjadinya ganguan tiang tumbang diakibatkan keropos
b. Pihak PLN merencanakan rehabilitasi jaringan SUTM jurusan lalang,
pengantian Kabel yang berukuran 50 mm2 dengan kabel yang berukuran 150
mm2 untuk menambah kehandalan dan mengantisipasi bertambahnya
pertumbuhan pelangan.

1.3 Tujuan Penelitian


a. Agar dapat mengetahui terjadinya jatuh tegangan ( drop voltage ) pada sisi
SUTM.
b. Untuk meningkatkan kehandalan jaringan SUTM di PT. PLN (Persero) ULP
Siak Sri Indrapura Sub Sungai Apit

1.4 Manfaat Penelitian

a. Untuk mengetahui jatuh tegangan pada sisi SUTM dan mampu melakukan
analisis jatuh tegangan yang terjadi pada jaringan tegangan menengah 20 kV
pada Penyulang feeder selacia Sub Sungai Apit menggunakan Software ETAP
12.6.
b. Hasil analisis dari simulasi jatuh tegangan dan memperbesar luas permukaan
penghantar (Uprating) pada jaringan tegangan menengah 20 kV pada
Penyulang feeder selacia Sub Sungai Apit layanan PLN Siak guna
meningkatkan kehandalan menggunakan Software ETAP 12.6 bisa dijadikan
bahan perbandingan sesuai dengan acuan standar PLN untuk menjadi
perbaikan.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terkait


Untuk mendukung penulisan daIam proposal skripsi ini sangat dibutuhkan
beberapa refrensi, referensi ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam
membentuk susunan berpikir dalam penelitian ini. Beberapa penelitian sebeIumnya
yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu akan digunakan peneliti sebagai bahan
acuan untuk mengangkat judul dengan sebagai berikut.
Muhammad Reza (2021), sudah melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Drop Tegangan Pada Jaringan Tegangan Menengah 20 kV pada
penyulang Harimau Gardu Induk Bukit Siguntang menggunakan Etap 12.6.0”.
PeneIitan yang diIakukan bertujuan memperbaiki dan meminimaIisirkan tegangan
drop yang sesuai dengan SPLN yaitu +5% dan -10% sekaligus mengetahuai besaran
kapasitor bank yang akan digunakan dan lokasi-lokasinya.

Muhammad Fadli Biya Lubis dan Nurhalim dari Universitas Riau (tahun
2016) sudah melakukan penelitian yang berjudul “Analisa Alternatif Perbaikan
untuk mengatasi Drop Tegangan”. Penelitian ini membahas mengenai perbaikan
kualitas jaringan distribusi dilakukan cara mengganti luas penampang kabel yang
digunakan untuk mendapatkan kualiatas jaringan yang baik. Dengan luas
penampang pertama 70 mm2 diganti menjadi 150 mm2 dapat memperbaiki nilai
tegangan pada masingmasing bus semaksimal mungkin. Serta dapat meminimalkan
rugi-rugi daya yang terjadi pada jaringan distribusi.

Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan peralatan/mesin listrik seperti


generator, transformator, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban yang
merupakan satu kesatuan sehingga membentuk suatu sistem yang disebut sistem
distribusi tenaga listrik yang berfungsi untuk mensuplai tenaga dan mengalirkan
listrik dari sumber tenaga listrik (pembangkit, gardu induk, dan gardu distribusi) ke
beban atau konsumen (Kothari,2005:96). Dalam sistem distribusi terdapat beberapa
bentuk jaringan yang umum digunakan dalam menyalurkan dan mendistribusikan

3
tenaga listrik yaitu sistem jaringan distribusi radial, sistem jaringan distribusi
rangkaian tertutup (loop) dan sistem jaringan distribusi spindel.

Tegangan Jatuh atau drop voltage adalah besar penurunan atau kehilangan
nilai tegangan listrik pada suatu penghantar dari nilai tegangan normalnya, atau bisa
juga disebut bahwa tegangan jatuh adalah selisih antara besar tegangan pangkal
(Sumber) dengan besar tegangan ujung (beban) dari suatu instalasi listrik (Lily,
2015:5)

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Sistem Tenaga Listrik
Suatu sistem tenaga listrik dikatakan memiliki tingkat keandalan yang Tinggi
apabila sistem tersebut mampu menyediakan pasokan listrik yang dibutuhkan oleh
beban secara terus-menerus dan dengan kualitas daya yang baik. Pada kenyataannya,
banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapin oleh suatu sistem tenaga listrik
dalam penyediaan energi listrik secara kontinyu. Salah satu gangguan yang sering
terjadi pada sistem tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Sistem distribusi
tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu, sistem pembangkit, sistem transmisi
dan sistem distribusi.

Gambar 2.1 instalasi sistem tenaga listrik


Sumber (Suhadi,dkk, 2008)
Jaringan distribusi pada umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu sebagai berikut:

a) Jaringan Distribusi Primer


Yaitu jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu induk sub
Tranmisi ke gardu distribusi. Jaringan ini merupakan jaringan tegangan menengah
4
atau jaringan tegangan primer.
b) Jaringan distribusi sekunder
Yaitu jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu distribusi ke
konsumen.Jaringan ini sering disebut jaringan tegangan rendah.

2.2.2 Tipe Jaringan Distribusi Primer


Dalam pelayanannya jaringan distribusi primer ini memilikivariasi bentuk,
dimana masing-masing bentuk jaringan memiliki kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Pada umumnya terdapat empat bentuk dasar dari sistem jaringan
distribusi primer yaitu sebagai berikut :

A. Jaringan Distribusi Primer Tipe Radial

Jaringan radial adalah bentuk jaringan yang paling sederhana yang menghubungkan
beban-beban ketitik sumber dan biayanya relatif murah.Pada struktur radial ini tidak
ada alternatif pasokan daya, oleh sebab itu tingkat keandalan relatif rendah. Untuk
mengatasi permasalahan ini, maka suatu perusahaan listrik akan membuat struktur
jaringan ganda. Pengamanan untuk saluran radial dapat dilakukan dengan rele arus
lebih atau rele jarak.

Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan Radial


Sumber (IAEETA, 2017)

B. Jaringan Distribusi Primer Tipe Loop


Jaringan distribusi primer tipe loop biasanya digunakan untuk melaani beban yang
5
membutuhkan kontinuitas pelayanan yang baik seperti : bangunan-bangunan komersial
atau pabrik-pabrik yang mempunyai beban sedang dan besar. Pada prinsipnya
jaringan distribusi primer tipe loop adalah suatu jaringan yang dimulai dari suatu titik
atau rel daya keliling ke daerah beban, kemudian kembali ke titik sumber rel atau daya
semula.

Gambar 2.3 Konfigurasi sistem Loop


Sumber (IAEETA, 2017)

C. Jaringan Distribusi Primer Tipe Ring


Jaringan distribusi primer tipe ring secara garis besar hampir sama dengan
jaringan distribusi primer tipe loop, perbedaanya hanya jumlah sumber dayanya
lebih dari satu. Dengan kata lain, jaringan distribusi primer tipe ring adalah jaringan
tipe loop yang gardu distribusinya dapat menerima daya lebih dari satu titik sumber
atau rel daya. Jaringan distribusi primer tipe ring sering berkembang menjadi
bentuk grid

6
Gambar 2.4 Jaringan Distribusi Primer Tipe Ring

2.2.3 Tipe Tiang Penyangga Jaringan Distribusi


Jenis tiang jaringan distribusi yang digunakan untuk jaringan distribusi tenaga listrik
ada beberapa macam, yaitu :

A. Tiang Kayu (Wood Pole)


Tiang kayu banyak digunakan sebagai penyangga jaringan karena konstruksinya yang
sederhana dan biaya investasi lebih murah bila dibandingkan dengan tiang jenis yang
lain.Selain itu tiang kayu merupakan penyekat (isolator) yang paling baik sebagai
penopang saluran udara terhadap gangguan hubung singkat. Jenis kayu yang
digunakan sebagai tiang listrik diambil dari jenis tertentu. Untuk Indonesia yang
memiliki berjuta-juta hektar hutan kayu dari berbagai jenis, yaitu kayu untuk jaringan
distribusi dari jenis kayu : ulin (Eusidiraxylon Zwageri), kayu jati (Tectona Grandis),
kayu rasamala (Altanghia Exelsa Novanla). Sedangkan di Amerika Serikat jenis tiang
kayu yang digunakan dari jenis kayu den (douglas fir), kayu cemara (yellow pine), dan
kayu aras (western red cendar), kayu Ulin (Eusidiraxylon Zwageri), kayu Jati (Tectona
Grandis), kayu Rasamala (Altanghia Exelsa Novanla), kayu Den (Douglas Fir), kayu
Cemara (Yellow Pine), dan kayu Aras (Western Red Cender). Kebaikan Tiang Kayu
ini adalah mempunyai konstruksi yang sederhana, biaya investasi lebih murah,
merupakan bahan penyekat (isolasi) yang baik buat penompang jaringan, dapat
dibentuk menurut konstruksi, biaya perawatan rendah dan bebas dari gangguan petir
Kelemahan Tiang Kayu ini adalah tergantung pada persediaan kayu yang ada, perlu
7
pengawetan terlebih dahulu, umur lebih pendek : 10 - 12 tahun bila tak diawetkan dan
20 - 30 tahun bila diawetkan, tidak dapat menyangga beban secara aman, dan apalagi
bila terjadi satu atau dua kawat terputus.

Gambar 2.2.3 Konstruksi Tiang Kayu

B. Tiang Baja (Steel Pole)


Tiang baja yang digunakan berupa pipa-pipa baja bulat yang disambung
dengan diameter yang berbeda dari pangkal hingga ujungnya. Pada umumnya ukuran
penampang bagian pangkal lebih besar dari ukuran penampang bagian atasnya
(ujung). Melihat konstruksinya yang lebih kokoh, lurus dan bentuknya lebih indah
dibandingkan dengan tiang kayu, tiang baja ini banyak dipakai. Walaupun ongkos
pengangutan dan pemeliharaan tiang baja ini lebih mahal , tetapi bila dibanding-kan
dengan tiang kayu maka tiang baja ini lebih banyak dipilih untuk penyangga kawat
penghantar jaringan distribusi, terutama untuk jaringan distribusi tegangan tinggi. Hal
ini disebabkan beban penompang pada jaringan distribusi tegangan tinggi lebih besar
bila dibandingkan beban penompang pada jaringan distribusi tegangan rendah. Tiang
baja bulat sangat banyak digunakan untuk penopang jaringan listrik SUTM dan
SUTR.
Disamping penggunaan jenis lainnya seperti: tiang kayu, tiang beton
bertulang, tiang beton bertulang dan tiang konstruksi baja. Tiang baja bulat ukuran 12
m dan 14 m digunakan untuk keper1uan-keperluan khusus. Seperti untuk tiang
penopang jaringan 20 kV yang melintasi jaringan 6 kV yang berada di bawah 20 kV
tersebut. Tiang baja bulat ukuran 11 m sering dipakai untuk penopang jaringan
SUTM. Tiang baja bulat ukuran 9 m digunakan untuk penopang jaringan SUTR. baja
bulat ukuran 8 m digunakan untuk tiang penyangga kawat pada penguat tiang jenis
(schoer kontra mast).baja bulat ukuran 3 m dipakai pada penyambungan tiang 9 m
8
ada untuk jaringan SUTR, dimana akan dipasangkan jaringan di atas jaringan SUTR
tersebut.

Gambar 2.2.4 Konstruksi Tiang Besi

C. Tiang Beton
1. Tiang Beton Bertulang
Tiang jenis ini lebih mahal dari pada tiang kayu tetapi lebih murah dari pada tiang
baja bulat. Tiang ini banyak digunakan untuk mendistribusikan tenaga listrik di
daerah pedesaan dan daerah terpencil atau di tempat-tempat yang sulit dicapai.
Karena tiang beton bertulang dapat dibuat di tempat tiang tersebut akan didirikan.
Tiang beton bertulang juga dipilih jika dikehendaki adanya sisi dekoratif.
2. Tiang Beton Pratekan
Jenis tiang ini lebih mahal dari tiang beton bertulang. Pemasangannya lebih sulit
dibandingkan dengan tiang kayu karena sangat berat. Tiang beton bertulang memiliki
umur yang sangat panjang dengan perawatan yang sangat sederhana. Tiang jenis ini
tidak perlu di cat untuk pengawetannya, karena tidak akan berkarat. Kelemahan jenis
tiang ini cendrung hancur jika terlanggar oleh kendaraan.

Gambar 2.2.5 Konstruksi Tiang Beton


9
2.2.4 Tipe Penghantar Jaringan Listrik
Penghantar adalah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam
yang bersifat konduktor atau dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik yang
lain. Penghantar dapat berupa kabel ataupun berupa kawat penghantar Pada jaringan
distribusi terdapat beberapa macam jenis penghantar saluran tegangan listrik, dimana
semuanya dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

1. All Alumunium Conductor (AAC) Penghantar jenis ini juga mempunyai sifat
penyaluran arus listrik yang baik. Panghantar ini terbuat dari kawat-kawat alumunium
keras, tidak berisolasi dan tidak berinti baja. Pada saluran transmisi dengan kerapatan
arus banyak digunakan untuk penghantaran tenaga listrik, karena harganya jauh lebih
murah dari tembaga. Untuk mengurangi kelemahannya maka digabung dengan
bahan- bahan yang lain misalnya Baja.
2. All Aluminum Alloy Conductor (AAAC) penghantar ini terbuat dari kawat-kawat
alumunium campuran yang dipilih, tidak berisolasi, dan tidak berinti. Ukuran
diameter kawat AAAC : 1,50 mm sampai dengan 4,50 mm.
3. All Aluminum Alloy Conductor - Silicon (AAACS) meliputi standar penghantar
udara jenis alumunium paduan (AAAC) berselubung polietilen ikat silang untuk
sistem jaringan tagangan menengah sampai 20 kV. Selubung polietilen ikat silang ini
dimaksudkan untuk mengurangi jumlah gangguan pada sistem, terutama gangguan
sentuhan dengan pohon. Selubung tersebut tidak berfungsi sebagai isolasi penuh, oleh
karena itu penghantar jenis ini harus diperlakukan seperti halnya penghantar udara
telanjang.

4. Alluminium Conductor Steel Reinforced (ACSR ) adalah penghantar yang


mempergunakan dua jenis logam yaitu alluminium dan baja sebagai penguat. ACSR
terbuat dari kawat aluminium (AAC) sebagai penghantar dan dari kawat baja (steel)
sebagai penguat tegangan mekanis, Karena ACSR digunakan sebagai hantaran udara,
maka tidak diperkenankan adanya sambungan, baik pada kawat aluminium maupun
pada kawat baja.

2.3 Kuat Hantaran Arus (KHA)


Kabel listrik mempunyai ukuran luas penampang inti kabel yang berhubungan
10
dengan kapasitas penghantaran arus listriknya. Dalam istilah PUIL, besarnya
kapasitas hantaran kabel dinamakan dengan Kuat Hantar Arus (KHA).

Luas Penampang KHA (Ampere) Jaringan


No
(mm²) Udara
1 50 105
2 70 155
3 95 320
4 120 365
5 150 425
6 185 490
7 240 585
8 300 670
Tabel 2.3 Kuat Hantaran Arus (KHA) AAAC
KHA dari penghantar aluminium paduan telanjang AAAC seperti yang dimaksud
dalam Tabel 2.4 dihitung atas dasar kondisi berikut :
a.Arus bolak balik 50 Hz
b.Kecepatan angin 0,6 m/detik
c.Pengaruh sinar matahari yang menyebabkan suhu keliling 35 oC
d.Suhu penghantar maksimum 80o C
Pada keadaan tanpa angin, KHA terus-menerus tersebut dalam tabel ini harus
dikalikan dengan faktor koreksi 0,7

2.4 Jatuh Tegangan


Panjang sebuah jaringan tegangan menengah (JTM) dapat didesain dengan
mempertimbangkan jatuh tegangan (Voltage Drop). jatuh tegangan adalah perbedaan
tegangan antara tegangan kirim dan tegangan terima karena adanya impedansi pada
penghantar. Jatuh tegangan selalu terjadi pada jaringan, baik pada pelanggan maupun
pada perusahaan listrik. Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara
tegangan pada sisi kirim (sending end) dan tegangan pada sisi terima (receiving end).
Dengan semangkin besar pula perbedaan nilai tegangan yang ada pada sisi
kirim dengan yang ada pada sisi terima. Apabila perbedaan nilai tegangan tersebut
melebihi standar yang ditentukan, maka mutu penyaluran tersebut rendah. Didalam
saluran tranmisi persoalan tegangan sangat penting, baik dalam keadaan operasi
maupun dalam perencanaan sehingga harus selalu diperhatikan tegangan pada setiap
11
titik saluran. Maka pemilihan penghantar (penampang penghantar) untuk tegangan
menengah harus diperhatikan. Berdasarkan dari standar SPLN 1 : 1978, dimana
ditentukan bahwa variasi tegangan pelayanan, sebagian akibat jatuh tegangan, karena
adanya perubahan beban, maksimum +5% dan minimum -10% dari tegangan
nominalnya. Besarnya rugi tegangan pada saluran tranmisi tersebut, diukur pada titik
yang paling jauh (ujung).
(√3 x ρ x l x I x Cos 𝜑)
Vr =
𝑎
Dimana :
Vr = Jatuh tegangan (Drop Voltage)
Ρ = Tahanan jenis (rho)
I = arus (A)
L = Panjang jaringan (km)
φ = sudut power factor
α = Luas Penampang (Ohm m)

2.5 Rugi-rugi (Lossses)


Losses atau rugi daya adalah perbedaan antara energi listrik yang disalurkan
dengan energi listrik yang terpakai. Dalam penyaluran energi listrik dapat
mengalami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-rugi pada
transformator maupun rugi-rugi pada saluran yang dapat menyebabkan adanya
drop tegangan. Rugi- rugi daya sebenarnya tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat
diminimalkan.
PLoss= 3 x I2 x R
Dimana:
Ploss = Rugi-rugi pada penghantar (Watt)
R = Resistansi saluran (Ohm)
I = Arus yang mengalir per fasa (Amper)

2. 6 Penyebab Terjadinya Jatuh Tegangan Pada JTM


Berikut adalah penyebab utama yang dapat mempengaruhi besarnya nilai
jatuh tegangan, yaitu :

1. Nilai arus (I) yang mengalir pada saluran Semakin besar nilai arus yang mengalir
pada saluran maka akan semakin besar juga jatuh tegangannya, sehingga tegangan
12
pada ujung penerimaan akan menjadi rendah, Besarnya arus (I) beban tergantung
dari pembebanan sistem distribusi karena pemakaian dari beban ini tidak sama
dalam setiap titik beban. Nilai impedansi (Z) saluran Besarnya nilai impedansi (Z)
dari suatu saluran dapat dirumuskan dengan persamaan . Dari persamaan ∆V≅ I
(R cosφ + XL sinφ), dapat dilihat bahwa semakin panjang saluran maka nilai
impedansi semakin besar yang berakibat pada semakin besarnya nilai jatuh
tegangan.

2. Jauhnya jaringan, jauhnya jarak beban (trafo distribusi) dari Gardu Induk Semakin
panjang kabel penghantar yang digunakan, maka semakin besar kerugian tegangan
atau tegangan jatuh yang terjadi.

3. Faktor daya beban (Cos φ)

4. Rendahnya tegangan yang disuplai dari GI (Gardu Induk.)

5. Luas Penampang penghantar. Semakin besar ukuran luas penampang penghantar


yang digunakan, maka semakin kecil kerugian tegangan atau tegangan jatuh yang
terjadi. Perhitungan jatuh tegangan pada jaring distribusi adalah selisih antara
tegangan pangkal pengirim (sending end) dengan tegangan pada ujung penerima
(receiving end). Jatuh tegangan terjadi karena ada pengaruh dari tahanan dan
reaktansi saluran, perbedaan sudut fasa antara arus dan tegangan serta besar arus

beban, jatuh tegangan pada saluran bolak–balik tergantung pada impedansi, beban,
dan jarak.Suatu sistem arus bolak–bolak, besar jatuh tegangan dapat dihitung
berdasarkan diagram fasor (Gonen, 1988:123)

6. Tahanan jenis (Rho) Semakin besar tahanan jenis dari bahan penghantar yang
digunakan, maka semakin besar kerugian tegangan atau tegangan jatuh yang terjadi.
Kombinasi antara resistansi dan reaktansi disebut dengan impedansi yang
dinyatakan dalam satuan ohm (Stevenson, 1994:89).

2.7 Cara Memperbaiki Jatuh Tegangan Pada Jaringan JTM


Cara memperbaiki jatuh tegangan yang dipilih tergantung pada kebutuhan dan
keadaan di lapangan dari sistem tersebut. Berikut penjelasan beberapa cara
pengendalian tengangan, sebagai berikut :

13
1. Pengubah Sadapan Berbeban (On Load Tap Changing = OLTC) pada
Transformator di Gardu Induk

Untuk dapat memeperbaiki jatuh tegangan Jaringan Tegangan Menengah


(JTM) agar tegangan sistem yang sampai ke pelaggan tenaga listrik sesuai batas
yang diperbolehkan, maka transformator tenaga di Gardu Induk (GI) yang
memasok tenaga listrik ke jaringan tegangan menengah dilengkapi dengan
pengubah sadapan berbeban (OLTC) yaitu sadapan yang dapat diubah dalam
keadaan berbeban tanpa memutus sirkitnya. Transformator daya pada umumnya
dilengkapi dengan tap pada lilitannya untuk mengubah besarnya tegangan
yangkeluar dari transformator. Pengubahan tegangan dilakukan dengan
memindahkan posisi tap transformator. Transformator yang dioperasikan pada GI
umumnya posisi tapnya dapat diubah dalam posisi berbeban dengan menggunakan
On Load Tap Changing (OLTC). Bahkan banyak juga transformator yang
dilengkapi dengan pengatur tegangan otomatis yang dapat mengindera perubahan
tegangan yang selanjutnya akan memberikan perintah untuk mengubah tap
transformator secara otomatis agar tegangan yang keluar dari transformator
memiliki nilai yang konstan. Pengaturan posisi tap transformator pada GI dengan
OLTC, dapat memperbaiki tegangan sisi kirim JTM sehingga tegangan pada sisi
terima JTM mengalami sedikit perbaikan. Dimana nilai maksimal yang bisa
diberikan pada sistem distribusi jaringan tegangan menengah 20 kV adalah 24 kV.

2. Pengubahan Sadapan Tanpa Beban pada Transformator Distribusi

Untuk dapat memeperbaiki jatuh tegangan Jaringan Tegangan Menengah


(JTM) agar tegangan sistem yang sampai ke pelaggan tenaga listrik sesuai batas
yang diperbolehkan, maka dapat dilakukan pengubahan sadapan tanpa beban pada
transformator distribusi di Gardu Distribusi (GD) yang memasok tenaga listrik ke
jaringan tegangan rendah. Transformator distribusi di Gardu Distribusi (GD)
dilengkapi dengan pengubah sadapan tanpa beban yaitu sadapan yang dapat diubah
dalam keadaan tanpa beban dan dioperasikan secara manual. Transformator
distribusi di Gardu Distribusi (GD) pada umumnya dilengkapi dengan tap pada
lilitannya untuk mengubah besarnya tegangan yang keluar dari transformator.
Besarnya tap pada transformator distribusi ada 2 macam, yaitu transformator
distribusi dengan 3 tap dan transformator distribusi dengan 5 tap. Untuk
transformator distribusi dengan 3 tap, pengaturan posisi tap dapat dilakukan dari
14
range tegangan 21 kV, 20 kV dan 19 kV. Sedangkan pada transformator distribusi
dengan 5 tap, pengaturan posisi tap dapat dilakukan dari range tegangan 22 kV, 21
kV, 20 kV, 19 kV dan 18 kV. Pengaturan posisi tap tanpa beban pada transformator
distribusi, sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan tegangan pada saluran-
saluran yang memiliki panjang melebihi batas yaitu lebih dari 50 kms (SPLN 14
tahun 1979).

15
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah Pada Feeder Salacia Jurusan lalang yang
berada di PT. PLN (Persero) ULP Siak Sri Indrapura. Pembahasan skripsi ini
penulis akan mensimulasikan bagaimana Rehabilitasi jaringan jurusan lalang
untuk meningkatkan kehandalan dan memperbaiki kualitas tegangan dengan cara
melakukan rehabilitasi penghantar 50 mm² AAAC Tiang Besi 10 Meter menjadi
penghantar 150 mm² AACS Tiang Beton12 Meter pada jaringan distribusi Feeder
Salacia Jurusan lalang.

3.2 Data Penelitian


Data yang mendukung dalam melakukan penelitian ini adalah data primer
dan sekunder, yaitu :
a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek data, berupa
data Single Line Diagram Feeder, Beban Feeder, Jumlah Trafo Distribusi,
Tegangan Pangkal, Jenis Penghantar dan Luas Penampang.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan membaca dan
mempelajari referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

3.3 Alat Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Perangkat computer dengan sistem operasi Microsoft Windows 10.


b. Perangkat lunak ETAP versi 12.6.0

16
3.4 Alur Penelitian
Alur yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

MULAI

IDENTIFIKASI MSALAH

STUDI LITERATUR

PENGUMPULAN DATA

MELAKUKAN SIMULASI DENGAN SOFTWARE

MENGHITUNG NILAI TEGANGAN SEBELUM DILAKUKAN


REHABILITASI

MELAKUKAN SIMULASI DENGAN REHABILITASI JARINGAN


JURUSAN LALANG

TIDAK

APAKAH KUALITAS TEGANGAN LEBIH


BAIK DENGAN SIMULASI REHABILITASI
JARINGAN JURUSAN LALANG

YA

ANALISA HASIL

SELESAI

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

17
DAFTAR PUSTAKA

Stevenson, William D. 1993. Analisis Sistem Tenaga Listrik Edisi Keempat.


Jakarta : Gramedia Pustaka UtamaStevenson, William D. 1993. Analisis
Sistem TenagaListrik Edisi Keempat. Jakarta :

Dina Medina. (2011). Analisis Jatuh Tegangan Jaringan Distribusi 20 Kv Pada


Penyulang Cpk (Cigereleng Palasari Kuning) Pt. Pln (Persero) Up3 Bandung.
Proyek Akhir, Program Studi D3 Teknik Elektro Departemen Pendidikan
Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan Universitas
Pendidikan Indonesia.

Hakiki, I. (2011). Analisa Drop Tegangan Pada Feeder Setapuk Tegangan


Menengah 20 Kv Di Gardu Induk Sei-Wie Pt Pln (Persero) Cabang
Singkawang Analisa Drop Tegangan Pada Feeder Setapuk Tegangan
Menengah 20 Kv Di Gardu Induk Sei-Wie Pt Pln (Persero) Cabang
Singkawang.

Lutfianto, A., Supari, S. M., & Derman, S. M. (2019). Analisa rekonfigurasi


jaringan tegangan menengah pada penyulang 20 kv di gardu induk bsb
semarang. 1–7.

Ridwan, A., Hasad, A., & Sikki, M. I. (n.d.). Tegangan Jatuh Jaringan Distribusi
pada Penyulang Takar Tegangan Menengah 20 KV Gardu Induk Pondok
Kelapa PT . PLN ( Persero ) Rayon Bantar Gebang. X, 59–66.

Sampeallo, A. S., Galla, W. F., & Oematan, R. A. (2013). Analisis Jatuh Tegangan
Pada Penyulang 20 kV Berdasarkan pada Perubahan Beban (Studi Kasus
Penyulang Penfui dan Penyulang Oebobo PT. PLN Persero Rayon Kupang).
Jurnal Media Elektro, 1(3), 111–118.

Wahyudy, F. R. (2010). ANALISA DROP TEGANGAN MENENGAH 20KV


PADA PENYULANG PAGENTENAN DI PT PLN (Persero) DISTRIBUSI
JAWA TIMUR AREA PAMEKASAN. Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1
Maret201, 2(1), 41–49.

18

Anda mungkin juga menyukai