Disusun oleh:
AMIL MUKROD
3332180001
GROUP) CILEGON
Disusun oleh:
AMIL MUKROD
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Engineering Department Electrical & Instrument Maintenance
Engineering
Mengetahui,
Divisi Human Capital & General Affair
ii
UNTIRTA - PT KDL
LEMBAR PENGESAHAN
AMIL MUKROD
3332180001
Pada tanggal:
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro
iii
UNTIRTA - PT KDL
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman,
islam serta kesehatan sehingga final project ini dapat diselesaikan. Penulisan final
project ini merupakan salah satu syarat akademis untuk menempuh Sarjana Strata
1 (S1) dan memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T) Jurusan Teknik Elektro
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses pelaksanaan dan penulisan
laporan final project ini kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan do’a dan dukungan. 2.
Bapak Dr. Romi Wiryadinata, M.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Dosen Pembimbing
MBKM.
3. Ibu Dr. Ir. Wahyuni Martiningsih, M.T. selaku Koordinator Konsentrasi
Sistem Tenaga Listrik dan Dosen Pembimbing Final Project.
4. Ibu Dr. Irma Saraswati, S.si., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak Cep Setiawan Santika selaku HC&GA Manager PT KDL. 6. Ibu
Ratih Dewi Andrianny selaku O&M Manager PT KDL 7. Bapak Dadan
Darmansyah selaku Pembimbing Lapangan I 8. Bapak Irfan Permono selaku
Pembimbing Lapangan II
9. Seluruh Karyawan/Karyawati PT Krakatau Daya Listrik
10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa yang telah memberikan do’a dan dukungan kepada penulis. Penulis
mohon maaf apabila terdapat kesalahan maupun kekeliruan dalam
penulisan final project serta kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
bagi penulis. Semoga laporan final project ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya dalam bidang ketenegalistrikan.
Amil Mukrod
iv
UNTIRTA - PT KDL
ABSTRAK
Amil Mukrod
3332180001
Teknik Elektro
Kata Kunci:
Sistem pentanahan, Foundation grounding, Conductivity cement, IEEE 80:2000
v
UNTIRTA - PT KDL
ABSTRACT
Amil Mukrod
3332180001
Electrical Engineering
This research is based on the problems found in the field that the AV07 Diesel
Transformer grounding resistance value on the high voltage side is 1.88 Ω and on
the low voltage side 17.58 Ω exceeds the IEEE 80:2000 standard limit with good
resistance values for vital equipment is <1 Ω. This research was conducted with
the aim of evaluating and designing a good transformer grounding system
according to these standards. The design of the grounding system on one of the
150 kV/20 kV Power Transformers at PT KDL, namely the AV07 Diesel
Transformer with a grounding grid foundation construction and the addition of
enhancement conductivity cement material which has a resistivity value of 1 .m.
Prior to the design stage, an evaluation was carried out on the existing grounding
system on the transformer that from the results obtained the AV07 Diesel
Transformer grounding system was categorized as inadequate and not good in
terms of user safety. While the results of the comparison between the existing
AV07 Diesel Transformer grounding system and the proposed design on the
transformer grounding system, the percentage decrease in Rg value is 56.91%
and the percentage decrease in changes in touch voltage safety (E touch) is 99.70%
and step voltage ( Estep) of 93.60% due to the influence of the value of soil
resistivity, soil depth, and rod configuration.
Keywords:
Grounding system, Foundation grounding, Conductivity cement, IEEE 80:2000
vi
UNTIRTA - PT KDL
DAFTAR ISI
22
vii
UNTIRTA - PT KDL
3.2 Komponen Penelitian ............................................................................. 27
3.3 Pengumpulan Data ................................................................................. 28
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 57
LAMPIRAN........................................................................................................... 1
viii
UNTIRTA - PT KDL
DAFTAR GAMBAR
x
UNTIRTA - PT KDL
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2
Pembuatan instalasi sumur pentanahan trafo daya 150 kV/20 kV KDL
Substation Diesel dilakukan untuk mengatasi permasalahan terjadinya
percikan/bunga api listrik pada sisi tegangan tinggi salah satu trafo daya tersebut,
hal ini dilakukan sebagai pengamanan gangguan arus hubung singkat dan agar
sistem pentanahan trafo terpisah dengan sistem pentanahan arrester dan panel,
tetapi hasil pembuatan instalasi sumur pentanahan tersebut kurang baik dan kurang
efektif, dilihat dari proses pembuatan sistem pentanahan tersebut menggunakan
model single rod batang elektroda dengan kedalaman 25 m, penanaman batang
elektroda belum tercapai nilai tahanan < 1 Ω (terlampir). Setelah dilakukan
penambahan pada kedalaman 50 m tercapai nilai tahanan < 1 Ω (terlampir).
Permasalahan baru yang terjadi pada sumur pentanahan tersebut setelah selesainya
pekerjaan pembuatan dan komisioning sumur pentanahan tersebut, berdasarkan
data hasil pengukuran tahanan sumur pentanahan (telampir) yang dilakukan bahwa
terjadinya perubahan nilai tahanan sumur pentanahan yaitu > 1 Ω. Akibat
ketidakstabilan nilai tahanan yang dihasilkan mempengaruhi kinerja dari sistem
pentanahan trafo daya 150 kV/20 kV KDL.
Faktor yang mempengaruhi sistem pentanahan, diantaranya: material sistem
pentanahan, tahanan jenis tanah dan kedalaman pentanahan. Desain sistem
pentanahan tenaga listrik selain efektif diperlukan desain yang efisien, salah satu
penelitian sistem pentanahan yang pernah dilakukan dalam penurunan nilai
tahanan pentanahan sebesar 42,4%-60% dengan menggunakan semen konduktif
[6][7]. Penurunan nilai tahanan pentanahan akibat pengaruh soil treatment nilai
resistivitas tanah semen konduktif sebesar 3,06 Ω-cm perbedaan nilai tersebut 50
kali lebih rendah dari tanah liat bentonite [8]. Penelitian yang telah dilakukan pada
bidang sistem pentanahan, selain tindakan soil treatment yang dilakukan juga
merubah model konstruksi sistem pentanahan menggunakan grounding grid
melalui perencanaan software Lab View Graphical User Interface (GUI), dari
hasil peneilitian yang telah dilakukan tersebut nilai tahanan pentanahan sebesar
2,77 Ω [9]. Software yang digunakan untuk perencanaan sistem pentanahan,
selain Lab View GUI, terdapat software CYMGRD yang digunakan dalam
mengevaluasi sistem pentana han Gardu Induk 150 kV Jabon dengan nilai tahanan
pentanahan yang dihasilkan yaitu 0,226 Ω [10].
6
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7
���� = 1 −0,09(1−������)
0,116
2.ℎ��+0,09 (2.3) ����70 =
√����
����70 =0,157
√����
Keterangan:
Et50= Tegangan sentuh untuk orang dengan berat 50 kg (Volt)
Et70= Tegangan sentuh untuk orang dengan berat 70 kg (Volt)
���� = Faktor reduksi nilai resistivitas permukaan tanah
0,1 1980
0,2 1400
0,3 1140
0,4 990
0,5 890
1 626
2 443
3 362
b. Tegangan langkah
Tegangan langkah adalah tegangan yang timbul diantara dua kaki orang
yang sedang berdiri di atas tanah tanah yang sedang dialiri oleh arus kesalahan
ketanah. Dalam hal ini dimisalkan jarak antara kedua kaki orang adalah 1m dan
diameter kaki dimisalkan 8 cm dalam keadaan tidak memakai sepatu, seperti pada
gambar dibawah ini [5][17].
Nilai tegangan langkah untuk orang dengan berat maksimal 50kg dan 70kg
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut [5]:
Es50= (1000 + 6 × ����������)������50 (2.4) Es70=
(1000 + 6 × ����������)������70 (2.5) Keterangan:
Es50= Tegangan langkah untuk orang dengan berat 50 kg (Volt)
Es70= Tegangan langkah untuk orang dengan berat 70 kg (Volt)
0,1 7000
0,2 4950
0,3 4040
0,4 3500
0,5 3140
1 2216
2 1560
3 1280
Tabel 2.3 Faktor Pengali untuk Pemasangan Elektroda secara Horizontal [19]
Jumlah titik elektroda (��) Faktor ℷ
2 1,00
3 1,66
4 2,15
5 2,54
6 2,87
7 3,15
8 3,39
9 3,61
10 3,81
Tabel 2.4 Faktor Pengali untuk Pemasangan Elektroda secara Persegi [19]
Jumlah titik elektroda (��) Faktor ℷ
2 1,00
3 1,66
4 2,15
5 2,54
6 2,87
7 3,15
9 3,61
10 3,81
4(4�� − 1) (2.8)
Batu 3000
Berdasarkan Tabel 2.5 nilai dari tahanan jenis tanah bergantung pada
beberapa faktor, diantaranya: jenis tanah, lapisan tanah yang dimiliki, kelembaban
dari tanah dan suhu pada dalam tanah. Resistansi jenis tanah sangat menentukan
resistansi pentanahan dari elektroda pentanahan. Resistansi jenis tanah diberikan
dalam satuan Ohm-meter, yang mempresentasikan resistansi tanah yang diukur
dari tanah yang berbentuk kubus yang berisi 1 meter. Penentuan resistansi jenis
tanah tidak pada satu parameter faktor yang berpengaruh terhadap resistivitas atau
resistansi jenis tanah sehingga resistansi jenis tanah bisa berbeda-beda dari satu
tempat dengan tempat yang lain bergantung dengan sifat-sifat yang dimilikinya.
Penjelasan lengkap perihal beberapa faktor yang mempengaruhi tahanan
jenis tanah, diantaranya [12]:
a. Keadaan Struktur Tanah
Kesulitan yang biasa dijumpai dalam mengukur tahanan jenis tanah adalah
bahwa dalam kenyataannya komposisi tanah tidaklah homogen pada seluruh
volume tanah, dapat bervariasi secara vertikal maupun horizontal, sehingga pada
lapisan tertentu mungkin terdapat dua atau lebih jenis tanah dengan tahanan jenis
yang berbeda. Oleh karena itu tahanan jenis tanah tidak dapat diberikan sebagai
suatu nilai yang tetap. Untuk memperoleh harga sebenarnya dari tahanan jenis
tanah, harus dilakukan pengukuran langsung ditempat dengan memperbanyak titik
pengukuran.
b. Unsur Kimia
Kandungan zat-zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun
anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula. Didaerah yang
mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanyamempunyai tahanan jenis tanah
yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Pada
daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu
dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan
garam masih terdapat. Untuk mendapatkan tahanan jenis tanah yang lebih rendah,
sering dicoba dengan mengubah komposisi kimia tanah dengan memberikan
garam pada tanah dekat elektroda pembumian ditanam.
c. Iklim
Iklim juga mempengaruhi besarnya nilai tahanan jenis tanah. Untuk
mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim, pembumian dapat
dilakukan dengan menanam elektroda pembumian sampai mencapai kedalaman
dimana terdapat air tanah yang konstan.
d. Temperatur Tanah
Temperatur tanah sekitar elektroda pembumian juga berpengaruh pada
besarnya tahanan jenis tanah. Hal ini terlihat sekali pengaruhnya pada temperatur
di bawah titik beku air (0°C), dibawah harga inipenurunan temperatur yang sedikit
saja akan menyebabkan kenaikan harga tahanan jenis tanah dengan cepat.
a. Elektroda Batang
Elektroda batang mempunyai luas kontak dengan tanah yang paling kecil
dibandingkan dengan elektroda bentuk pita dan pelat, agar diperoleh tahanan
pentanahan yang kecil biasanya ditanam beberapa batang atau multiple rod
tegak lurus ke dalam tanah sampai menembus air tanah. Cara penanamannya
dapat bervariasi dan dengan perhitungan yang cukup rumit dapat diperoleh
tahanan yang berbeda-beda. Adapun bentuk elektroda batang seperti pada
gamabr dibawah ini [16].
b. Elektroda Pita
Elekroda berbentuk pita yang pada umumnya ditanam secara dangkal dan
mendatar di dalam tanah. Elektroda pita cocok dipasang pada tanah yang
mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang
tidak mengalami kekeringan. Selain itu juga cocok untuk daerah-daerah
pegunungan di mana nilai tahanan jenis tanah makin tinggi dengan
kedalaman yang semakin besar. Besarnya tahanan yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh bentuk konfigurasi kawat elektrodenya, bentuk melingkar,
radial atau kombinasi dari keduanya seperti dibawah ini [16].
Gambar 2.4 Elektroda Pita
c. Elektroda Pelat
Bentuk elektroda pelat biasanya empat persegí atau empat persegi panjang,
ditanam di dalam tanah yang lebih dalam dibandingkan dengan elektroda
pita yaitu minimum 50 cm dari permukaan tanah. Elektroda pelat digunakan
bila diinginkan tahanan pentanahan yang kecil dan sulit diperoleh dengan
menggunakan jenis elektroda batang maupun pita [22]. Cara penanamannya
secara vertikal, sebab penanaman secara horizontal akan lebih sulit dan
hasilnya tidak berbeda jauh dengan cara vertikal sehingga lebih praktis dan
ekonomis seperti pada gambar dibawah ini [22].
1 Ω.m [26].
resitansi <1 Ω untuk peralatan atau bangunan vital serta tidak melakukan
rancangan perihtungan keamanan grid sistem pentanahan yaitu tegangan
langkah dan sentuh.
4. Penelitian ke-empat (Muhammad Suripto, Agus Kiswantono. 2021) dengan
judul “Evaluasi Perencanaan Sistem Pentanahan Gardu Induk 150 kV Jabon
dengan Simulasi Software CYMGRD”[10]. Keunggulan penelitian tersebut
perancangan sistem pentanahan yang dihasilkan dapat mencpai nilai tahanan
yang ideal yaitu <1 Ω. Sedangkan kelemahan dari penelitian tersebut
perancangan konfigurasi rod yang kurang baik sehingga mempengaruhi
terhadap tegangan sentuh dan tegangan langkah yang dihasilkan.
5. Penelitian kelima (Bowen Dou, Rui Liu, Youping Tu dan Bo Zhang. 2022)
dengan judul “A Methode for Calculating Grounding Resistance of
Reinforced Concrete Foundation Grounding Systems”[24]. Keunggulan dari
penelitian tersebut metode perhitungan nilai pentanahan pada foundation
grounding system menyamakan struktur pondasi kompleks menjadi
konduktor silinder dan kemudian menghitung resistansi pembumian dengan
bantuan metode momen, yang menyederhanakan pembentukan model
simulasi dan memudahkan perhitungan. Sedangkan kelemahan dari
penelitian tersebut hanya mengevaluasi sistem pentanahan foundation
grounding system tidak memberikan desain sebagai solusi dan tindak lanjut
dari hasil evaluasi yang dilakukan.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
22
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
23
utama dalam mencinptakan rencana kerja. Tahap ini merupakan evaluasi sistem
pentanahan trafo eksisting dalam mencari akar permasalahan dan solusi secara
sistematis.
6. Desain Sistem Pentanahan Menggunakan ETAP 12.6.0
Tahapan pertama pada analisis dan desain sistem pentanahan menggunakan
ETAP 12.6.0 dilakukan analisis Short Circuit Analysis (SCA) untuk mengetahui
arus gangguan satu fasa ke tanah dalam memastikan kesesuaian desain sistem
pentanahan yang baik. Setelah dilakukan SCA pada jaringan listrik KDL dengan
lingkup jaringan listrik KDL dari sistem pembangkitan sampai ke transmisi
susbstation Diesel KDL, tahap selanjutnya dilakukan desain sistem pentanahan
menggunakan foundation grounding dan semen beton standar dengan dilakukan
perbandingan metode desain sistem pentanahan menggunakan foundation
grounding dan enhancement conductivity cement. Kedua desain sistem pentanahan
masing-masing tersebut menggunakan IEEE Methode dan Finite Element Methode
(FEM).
7. Hasil Akhir Desain Sistem Pentanahan Trafo
Tahap dari langkah penelitian ini merupakan hasil akhir desain sistem
pentanahan trafo yang optimal dari hasil perbandingan kedua metode yang
memiliki perbedaan penggunaan material semen untuk diterapkan dalam
memperbaiki sistem pentanahan trafo eksisting yaitu Trafo AV07 Diesel.
8. Penyusunan Laporan
Tahap penyelesaian penelitian terkait “Desain Sistem Pentanahan Trafo
Daya 150 kV/20 kV di PT KDL Menggunakan Foundation Grounding dan
Enhancement Conductivity Cement” dilakukan penyusunan laporan dimulai dari
hal-hal yang melatar belakangi penelitian, batasan masalah yang diteliti, tujuan
dilakukan penelitian terkait topik tersebut, referensi literartur, metodologi
penelitian serta analisis dan hasil pembahasan penelitian yang disusun menjadi
suatu laporan final project sebagai arsip dan blueprint of technical working dalam
penyelesaian masalah yang dijadikan sebagai topik penelitian tersebut.
Mulai
Studi Lapangan
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Hasil Akhir
Desain Sistem Pentanahan Trafo
Penyusunan Laporan
Selesai Mulai
Solusi: Perubahan model konstruksi sistem pentanahan eksisting secara single rod berubah
menjadi multi rod Desain Sistem Pentanahan Mengguanakan Foundation Grounding dan
Enhancement Conductivity Cement
3.1.3 Diagram Alir Desain Sistem Pentanahan Trafo AV07 Diesel Diagram
penelitian desain sistem pentanahan Trafo AV07 Diesel pada
Gambar 3.3 dibawah ini.
Mulai
Data Lapangan
Perhitungan Kriteria Tegangan
Sentuh dan Tegangan Langkah
yang diizinkan
Tidak
Perhitungan Tegangan Sentuh dan
Tegangan Langkah Sebenarnya
Em < E touch
Ya
Tidak
Es < E step
Ya Ya
1 Penyusunan
Proposal
final
project
2 Pengambil
an Data
3 Pembuatan
Simulasi
pada ETAP
12.6.0
4 Pembuatan
Desain pada
AutoCAD
2017
5 Penyusunan
final project
30
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
31
desain terhadap sistem pentanahan eksisting dijadikan sebagai langkah awal yang
harus dilakukan dalam penelitian tersebut.
4.2 Evaluasi Sistem Pentanahan Eksisting pada Trafo AV07 Diesel Salah satu
trafo daya 150 kV/20 kV yaitu Trafo AV07 Diesel pada feeder Substation Diesel
terletak di Workshop Tranformer and Motor Solution (TMS) PT KDL, Kecamatan
Grogol, Kelurahan Kotabumi Kota Cilegon. Layout dari sistem pentanahan
eksisting Trafo AV07 Diesel ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
pentanahan eksisting pada trafo tersebut yang dijelaskan pada sub-bab 4.1, sistem
pentanahan tersebut tidak memenuhi sesuai dengan standar yang ditetapkan IEEE
80:2000 standar untuk perlatan yang kritikal/essential equipment sebagai salah satu
customer executive KDL harus mencapai nilai tahanan pentanahan < 1 Ω dan juga
keamanan sistem pentanahan yang laik terhadap manusia. Proses desain yang
dilakukan tidak hanya mentapkan satu konfigurasi jumlah rod dan Panjang rod,
namun dalam menentukan tingkat optimasi perlu dilakukan percobaan dengan
beberapa sample konfigurasi rod sesuai pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2 Sample Percobaan dalam Perbedaan Kuantitas dan Panjang Rod
Sample Jumlah Rod Panjang Rod
Percobaan ke (nrod) (titik) (Lrod) (m)
1 8 3
2 10 3
3 10 6
4 10 9
Data sample percobaan diatas sebagai pengaturan rod pada simulasi ETAP
yang digunakan dalam perbandingan tingkat optimasi dalam memilih konfigurasi
jumlah rod dan panjang rod yang dijadikan desain akhir sistem pentanahan Trafo
AV07 Diesel. Sebelum dilakukan studi kasus dan simulasi pada kedua sistem
pentanahan trafo menggunakan penguatan material semen beton standar pada sisi
tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah tersebut, hal yang harus dilakukan dengan
cara pengaturan model rancangan grid, pengaturan grid, pengaturan rod,
pengaturan tanah (soil) pada simulasi grounding system grid ETAP dibawah ini.
Gambar 4.3 Model grid of Rectangular
Pada Gambar 4.3 merupakan bentuk konstruksi grid dan rod yang
mengelili Trafo AV07 Diesel dengan model multi rod bentuk rectangular sebagai
keterangan dalam melakukan pengaturan grid dan rod bahwa luas area grid sistem
pentanahan yaitu 60 m dengan rincian Panjang (Lx)= 6 m dan Lebar (Ly)= 10 m.
Pada Gambar 4.4 diatas merupakan pengaturan grid pada ETAP sebelum
dilakukanny pengaturan jenis tanah beserta nilai resistivitasnya dan pengaturan
studi kasus pada masing-masing user berdasarkan IEEE Methode dan FEM.
Gambar 4.5 Pengaturan tanah pada ETAP (Metode Pertama)
kedua material semen beton standar yang memiliki resistivitas 30 Ω.m dengan
kedalaman 2 m sebagai penanaman konduktor dan lapisan paling bawah jenis
tanah
basah organik yang memiliki resistivitas 10 Ω.m sebagai penanman rod. Tahap
selanjutnya dilakukan studi kasus dan simulasi dengan kombinasi metode yaitu
IEEE Methode dan Finite Element Methode (FEM). Nilai arus gangguan hubung
singkat 1 fasa ke tanah (Ifg) yang digunakan sebagai parameter skenario jika
terjadi gangguan tersebut digunakan nilai arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke
tanah yang terbesar dalam satu konstruksi grid sistem pentanahan Trafo AV07
yaitu 3,27 kA pada sisi tegangan tinggi 150 kV. Parameter berat badan
manusia/user pada pengaturan studi kasus dan simulasi sistem pentanahan trafo
dengan standar rata rata berat badan 50 kg dan 70 kg.
Metode pertama dalam desain sistem pentanahan Trafo AV07 menggunakan
foundation grounding dan semen beton standar, sedangkan metode kedua desain
sistem pentanahan trafo tersebut dibedakan dengan jenis material soil treatment
yaitu enhancement conductivity cement. Setiap metode desain tersebut dilakukan
percobaan beberapa sample pengaturan rod pada penentuan jumlah rod dan panjag
rod berdasarkan IEEE Methode dan Finite Element Methode (FEM). Berikut
dibawah ini pengaturan studi kasus pada berat badan manusia 50 kg dan 70 kg.
Gambar 4.6 Studi Kasus terhadap User Berdasarkan IEEE Methode
Pengaturan studi kasus pada Gambar 4.6 metode desain sistem pentanahan
yang digunakan terhadap user berdasarkan IEEE Methode. Penjelasan dari setiap
keterangan yang terdapat pada pengaturan studi kasus bahwa studi kasus dilakukan
pada standar rata-rata berat badan user 50 kg dan 70 kg dengan dimasukkan data
eksisting dan perhitungan/perancangan terkait sistem pentanahan trafo,
diantaranya: suhu lingkungan (Ambient Temperature) area sistem pentanahan
Trafo
AV07 yaitu 31 °C, durasi gangguan (fault durations) yaitu 0,5 detik, arus
gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah (Ifg) yaitu 3,27 kA didapatkan dari hasil
analisis gangguan hubung singkat (Short Circuit Analysis) yang dijelaskan pada
Sub-bab 4.1 nilai arus gangguan tersebut pada Trafo AV07 sisi tegangan tinggi
150 Kv serta nilai rasio X/R Trafo AV07 didapatkan dari data sheet trafo tersebut
yaitu sebesar 45. Setelah dilakukan pengaturan studi kasus pada setiap masing-
masing sample percobaan pengaturan rod.
(empat) sample percobaan konfigurasi rod sesuai dengan jumlah rod dan panjang
rod yang terdapat pada Tabel 4.2 dalam menentukan tingkat optimasi yang
digunakan sebagai desain pada metode tersebut disimulasikan pada ETAP dengan
studi kasus berat badan user 50 kg dan 70 kg pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Hasil Simulasi Sistem Pentanahan User 50 kg (IEEE Methode-1)
No. Sample Rg Tegang Batas Tegang Batas
percobaa (Ω) an toleran an toleran
n sentuh si langkah si
konfigura sebenarn tegang sebenarn tegang
si rod ya (V) an ya (V) an
sentuh langka
(V) h (V)
4.3.2 Studi Kasus dan Simulasi Sistem Pentanahan Berdasarkan FEM-1 Studi
kasus dan simulasi berdasarkan Finite Element Methode (FEM)-1 pada ETAP
(Lampiran E) yang diimplementasikan pada metode desain sistem pentanahan
Trafo AV07 Diesel menggunakan foundation grounding dan semen beton standar
dengan dilakukan 4 (empat) kali sample percobaan sesuai dengan jumlah rod dan
panjang rod yang terdapat pada Tabel 4.2 dalam mengetahui distribusi tegangan
pada area grid sistem pentanahan Trafo AV07 sesuai dengan rancangan/desain
yang dibuat sebagai berikut.
a. Tegangan sentuh pada sample percobaan konfigurasi rod pertama Hasil simulasi
desain sistem pentanahan Trafo AV07 menggunakan foundation grounding dan
semen beton standar pada percobaan pertama berdasarkan Finite Element Methode
(FEM) bahwa dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa tegangan sentuh sesuai
sample pengaturan rod dengan jumlah rod (nrod) = 8 titik dan Panjang rod (Lrod) = 3
m didapatkan hasil tegangan sentuh yaitu 1121,7 V sesuai IEEE Methode yang
melebihi batas toleransi tegangan sentuh yaitu 277,5 V. Hasil grafik tegangan
sentuh terhadap user berat badan 50 kg dan 70 kg titik tegangan terendah yaitu
650 V – 700 V dengan kategori tidak aman, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tegangan sentuh pada grid sistem pentanahan tidak laik.
a. Tegangan sentuh pada sample percobaan konfigurasi rod kedua Hasil simulasi
desain sistem pentanahan Trafo AV07 menggunakan foundation grounding dan
semen beton standar pada percobaan kedua berdasarkan FEM bahwa dari grafik
tersebut dapat dilihat bahwa tegangan sentuh sesuai sample pengaturan rod dengan
jumlah rod (nrod) = 10 titik dan Panjang rod (Lrod) = 3 m didapatkan hasil tegangan
sentuh yaitu 979,1 V sesuai IEEE Methode yang melebihi batas toleransi tegangan
sentuh yaitu 277,5 V. Hasil grafik tegangan sentuh terhadap user berat badan 50
kg dan 70 kg titik tegangan terendah yaitu 450 V – 500 V dengan kategori tidak
aman, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tegangan sentuh pada grid sistem pentanahan tidak laik/tidak aman terhadap user
di sekitar area grid tersebut.
b. Tegangan langkah pada sample percobaan konfigurasi rod kedua Hasil simulasi
desain sistem pentanahan Trafo AV07 menggunakan foundation grounding dan
semen beton standar pada percobaan kedua berdasarkan FEM bahwa dari grafik
tersebut dapat dilihat distribusi tegangan dari titik tegangan tertinggi sampai titik
tegangan rendah pada konstruksi grid sistem pentanahan sesuai yang didesain,
nilai tegangan langkah tertinggi yaitu 218,8 V sesuai dengan hasil IEEE Methode.
Penggunaan simulasi FEM agar dijadikan sebagai pelengkap secara grafik dalam
melihat titik paling aman (0 V-50 V) pada grid tersebut dari batasan tegangan
langkah yang diizinkan < 618 V.
a. Tegangan sentuh pada sample percobaan konfigurasi rod ketiga Hasil simulasi
desain sistem pentanahan Trafo AV07 menggunakan foundation grounding dan
semen beton standar pada percobaan ketiga berdasarkan FEM bahwa dari grafik
tersebut dapat dilihat bahwa tegangan sentuh sesuai sample pengaturan rod dengan
jumlah rod (nrod) = 10 titik dan Panjang rod (Lrod) = 6 m didapatkan hasil tegangan
sentuh yaitu 529,2 V sesuai IEEE Methode yang melebihi batas toleransi tegangan
sentuh yaitu 277,5 V. Hasil grafik tegangan sentuh terhadap user berat badan 50
kg dan 70 kg titik tegangan terendah yaitu 200 V – 250 V dengan kategori aman,
sedangkan pada titik tegangan menengah sampai tegangan tinggi yaitu 300 V –
600 termasuk kategori tidak aman yang melewati batas toleransi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tegangan sentuh pada grid sistem pentanahan kurang
baik/kurang aman terhadap user di sekitar area grid tersebut karena masih terdapat
titik area grid yang tegangan sentuhnya melebihi batas toleransi.
b. Tegangan langkah pada sample percobaan konfigurasi rod ketiga Hasil simulasi
desain sistem pentanahan Trafo AV07 menggunakan foundation grounding dan
semen beton standar pada percobaan ketiga berdasarkan FEM bahwa dari grafik
tersebut dapat dilihat distribusi tegangan dari titik tegangan tertinggi sampai titik
tegangan rendah pada konstruksi grid sistem pentanahan sesuai yang didesain,
nilai tegangan langkah tertinggi yaitu 144,4 V sesuai dengan hasil IEEE Methode.
Penggunaan simulasi FEM agar dijadikan sebagai pelengkap secara grafik dalam
melihat titik paling aman (0 V-50 V) pada grid tersebut dari batasan tegangan
langkah yang diizinkan < 618 V.
pentanahan sesuai yang didesain, nilai tegangan langkah tertinggi yaitu 107,8 V
sesuai dengan hasil IEEE Methode. Penggunaan simulasi FEM agar dijadikan
sebagai pelengkap secara grafik dalam melihat titik paling aman (0 V-10 V) pada
grid tersebut dari batasan tegangan langkah yang diizinkan < 618 V.
Pengaturan tanah (soil) pada ETAP sesuai Gambar 4.8 bahwa resistivitas
tanah yang berbeda pada setiap lapisan tanah, diantaranya: lapisan pertama jenis
tanah batu kerikil basah yang memiliki resistivitas 500 Ω.m dengan kedalaman 0,5
m, lapisan kedua material semen konduktif (enhancement conductivity cement)
4.4.2 Studi Kasus dan Simulasi Sistem Pentanahan Berdasarkan FEM-2 Studi
kasus dan simulasi berdasarkan Finite Element Methode (FEM) pada
metode kedua yaitu desain sistem pentanahan menggunakan foundation grounding
dan enhancement conductivity cement. Metode FEM ini dilakukan dalam simulasi
sistem pentanahan Trafo AV07 (Lampiran G) agar dapat terlihat penditribusian
tegangan terhadap hasil tegangan sentuh dan tegangan langkah pada pada grid
sistem pentanahan trafo tersebut.
a. Tegangan sentuh pada sample percobaan konfigurasi rod pertama Hasil simulasi
FEM-2 pada percobaan pertama bahwa secara keamanan pada grid sistem
pentanahan dapat terlihat pendistribusian teganagan sentuh sebenarnya bagi user
dengan standar rata-rata berat badan 50 kg dan 70 kg didapatkan hasil 37,4 V
bahwa pendistribusian tegangan sentuh pada titik tegangan tertinggi sampai titik
tegangan terendah tidak melebih batas toleransi sesuai dengan hasil simulasi
berdasarkan IEEE Methode, hal ini dapat dikategorikan aman bagi user dan desain
ini laik diterapkan pada sistem pentanahan Trafo AV07.
b. Tegangan sentuh pada sample percobaan konfigurasi rod pertama Hasil simulasi
FEM-2 pada percobaan pertama bahwa secara keamanan pada grid sistem
pentanahan dapat terlihat pendistribusian teganagan langkah sebenarnya bagi user
dengan standar rata-rata berat badan 50 kg dan 70 kg didapatkan hasil 8,1 V
bahwa pendistribusian tegangan langkah pada titik tegangan tertinggi sampai titik
tegangan terendah tidak melebih batas toleransi sesuai dengan hasil simulasi
berdasarkan IEEE Methode, hal ini dapat dikategorikan aman bagi user dan desain
ini laik diterapkan pada sistem pentanahan Trafo AV07.
a. Tegangan sentuh pada sample percobaan konfigurasi rod kedua Hasil simulasi
FEM-2 pada percobaan kedua bahwa secara keamanan pada grid sistem
pentanahan dapat terlihat pendistribusian teganagan sentuh sebenarnya bagi user
dengan standar rata-rata berat badan 50 kg dan 70 kg didapatkan hasil 32,6 V
bahwa pendistribusian tegangan sentuh pada titik tegangan tertinggi sampai titik
tegangan terendah tidak melebih batas toleransi sesuai dengan hasil simulasi
berdasarkan IEEE Methode, hal ini dapat dikategorikan aman bagi user dan desain
ini laik diterapkan pada sistem pentanahan Trafo AV07.
b. Tegangan langkah pada sample percobaan konfigurasi rod kedua Hasil simulasi
FEM-2 pada percobaan kedua bahwa secara keamanan pada grid sistem
pentanahan dapat terlihat pendistribusian teganagan langkah sebenarnya bagi user
dengan standar rata-rata berat badan 50 kg dan 70 kg didapatkan hasil 7,3 V
bahwa pendistribusian tegangan langkah pada titik tegangan tertinggi sampai titik
tegangan terendah tidak melebih batas toleransi sesuai dengan hasil simulasi
berdasarkan IEEE Methode, hal ini dapat dikategorikan aman bagi user dan desain
ini laik diterapkan pada sistem pentanahan Trafo AV07.
a. Tegangan sentuh pada sample percobaan konfigurasi rod ketiga Hasil simulasi
FEM-2 pada percobaan ketiga bahwa secara keamanan pada grid sistem
pentanahan dapat terlihat pendistribusian teganagan sentuh sebenarnya bagi user
dengan standar rata-rata berat badan 50 kg dan 70 kg didapatkan hasil 17,6 V
bahwa pendistribusian tegangan sentuh pada titik tegangan tertinggi sampai titik
tegangan terendah tidak melebih batas toleransi sesuai dengan hasil simulasi
berdasarkan IEEE Methode, hal ini dapat dikategorikan aman bagi user dan desain
ini laik diterapkan pada sistem pentanahan Trafo AV07.
b. Tegangan langkah pada sample percobaan konfigurasi rod ketiga Hasil simulasi
FEM-2 pada percobaan ketiga bahwa secara keamanan pada grid sistem
pentanahan dapat terlihat pendistribusian teganagan langkah
sebagai perbaikan sistem pentanahan eksisting pada Trafo AV07 Diesel dan
pemilihan tingkat optimasi desain sistem pentanahan trafo yang diterapkan.
Optimasi desain sistem pentanahan yang diterapkan berdasarkan pada beberapa
sample percobaan konfigurasi rod terhadap jumlah titik rod yang digunakan
sebagai konstruksi grid sistem pentanahan trafo maupun terhadap ukuran panjang
rod pada tiap titik yang terpasang, sehingga dari nilai resistansi grid sistem
pentanahan trafo, nilai tegangan sentuh sebenarnya serta nilai tegangan langkah
sebenarnya dapat dijadikan sebagai referensi sistem pentanahan yang baik
diterapkan pada Trafo AV07 Diesel. Pengambilan beberapa sample percobaan
konfiurasi rod agar diketahui perubahan nilai resistansi, tegangan sentuh dan
tegangan langkah yang dihasilkan. Berikut dibawah ini grafik perbandingan kedua
metode tersebut dengan parameter nilai resistansi pentanahan (Rg), tegangan
sentuh sebenarnya dan tegangan langkah sebenarnya.
Rg (Ω)
) t )
(Conductivity
( u (
g g
d
n
R R
t ra e
0,6 0,560,431
o
n d
Rg (Ω)
m
0,2 0
e C
n
2
e
(Semen Beton
a
m S
0,38
e
Standar)
S
2
1,2 1 n
1,22
t
t
i B
nrod=8 titik; Lrod=3 m nrod=10 titik; Lrod=3 m nrod=10 titik; Lrod=6 m nrod=10 titik; Lrod=9 m
Konfigurasi Rod
titik rod dan panjang rod yang digunakan semakin kecil nilai Rg yang dihasilkan
begitupun sebaliknya.
Perubahan nilai Rg dilihat dari perbedaan resistivitas tanah antara nilai
resistivitas semen beton standar sebesar 30 Ω.m dengan nilai resistivitas
conductivity cement sebesar 1 Ω.m yang memiliki nilai Rg paling kecil yaitu soil
treatment yang menggunakan semen beton standar dengan selisih perbedaan nilai
Rg yang tidak signifikan. Hal ini terjadi karena adanya back voltage akibat
pengaruh urutan besarnya nilai resistivitas pada 3 (tiga) lapisan tanah diantaranya
pada lapisan permukaan, lapisan atas sebagai penanaman konduktor dan lapisan
paling bawah sebagai penaman rod dengan keterangan pengaturan jenis tanah yang
dijelaskan pada Sub-bab 4.4. Secara keseluruhan nilai Rg yang dihasilkan dari
perbedaan konfigurasi rod termasuk kategori aman dan sesuai dengan IEEE:80
2000 (<1 Ω), kecuali konfigurasi nrod=8 tiik; Lrod=3 m dengan enhancement
conductivity cement. Desain sistem pentanahan tidak hanya dilihat dari parameter
nilai resitansi pentanahan yang dapat dikategorikan laik diterapkan, tetapi tegangan
sentuh dan tegangan langkah pada area grid sistem pentanahan juga dijadikan
sebagai salah satu faktor utama dalam hal kemanan terhadap user di sekitar area
tersebut yang dapat dilihat hasil perbandingan tegangan sentuh sebenarnya dan
tegangan langkah sebenarnya dari penerapan kedua metode pada desain sistem
pentanahan trafo dibawah ini.
Etouch (V)
) i ) B
V
t
(Conductivity
c
( (
1121,2
h u h
Cement)
c c
d
n
u u
n
e
400
o o
o
Etouch (V)
t t
m
40 35 30
E E e
S
n d
e
n
Standar)
m
e
979,1 1200 1000 200 a
25 20 15
S
32,6 800
y 0 n
10
t
t
i
nrod=8 titik; Lrod=3 m nrod=10 titik; Lrod=3 m nrod=10 titik; Lrod=6 m nrod=10 titik; Lrod=9 m
Konfigurasi Rod
Estep (V)
) i n
V
v
(Conductivity
i t
(
t )
e
4,8
p
t u (
p
s
d
Estep (V)
e
E n
t t
(Semen Beton
s
n
n
e
C
7,3
E
e
10 5
ra
Standar)
m
150 100 d
8,1
m
e
n
e
a
C S
234,9
t
t 50
nrod=8 titik; Lrod=3 m nrod=10 titik; Lrod=3 m nrod=10 titik; Lrod=6 m nrod=10 titik; Lrod=9 m
Konfigurasi Rod
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan diperoleh
hasil kesimpulan final project Desain Sistem Pentanahan Trafo Daya 150 kV/20
kV di PT KDL Menggunakan Foundation Grounding dan Enhancement
Conductivity Cement sebagai berikut:
1. Sistem pentanahan Trafo AV07 Diesel PT KDL kurang laik dan kurang baik
dalam hal keamanan bagi user dilihat dari nilai resistansi pentanahan (Rg)
yang dihasilkan pada sisi tegangan tinggi yaitu 1,88 Ω > 1 Ω dan nilai Rg
pada sisi tegangan rendah yaitu 17,58 Ω > 1 Ω serta nilai tegangan sentuh
melebihi batas yang diizinkan yaitu 14.234,87 V > 531,76 V.
2. Rekomendasi desain sistem pentanahan di Trafo AV07 Diesel PT KDL
menggunakan foundation grounding dan enhancement conductivity cement
dengan model konstruksi grid of rectangular, konfigurasi pengaturan rod
yaitu 10 titik panjang rod 3 m. Adapun jenis material konduktor yang
digunakan yaitu kabel NYA 1 × 70 mm2dan wire of copper commercial
hard drawn 120 mm2, material rod yaitu copper commercial hard drawn
diameter 2 cm, material penguatan soil treatment yaitu batu kerikil basah
sebagai lapisan permukaan (surface) dan enhancement conductivity cement
sebagai lapisan atas (top layer).
3. Nilai tegangan sentuh (Etouch) dan tegangan langkah (Estep) pada sistem
pentanahan eksisting Trafo AV07 Diesel PT KDL bahwa nilai tegangan
sentuh yaitu 14.234,87 V > 531,76 V dan tegangan langkah yaitu 114,15 V <
1.460,96 V. Sedangkan pada rekomendasi desain sistem pentanahan trafo
menggunakan foundation grounding dan enhancement conductivity cement
tersebut didapatkan hasil nilai tegangan sentuh yaitu 32,6 V < 374,8 V dan
tegangan langkah sebenarnya yaitu 7,3 V < 833,2 V.
4. Nilai resistansi pentanahan (Rg) pada sistem pentanahan eksiting Trafo AV07
Diesel PT KDL sisi tegangan tinggi yaitu 1,88 Ω, sedangkan nilai Rg pada
55
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
56
[1] Anonim, “Annual Report PT KDL Tahun 2020”. Cilegon: PT KDL, 2020. [2]
Gheschick S. R, O. Penangsang, and I. S. Hernanda, “Evaluasi Indeks Keandalan
Sistem Jaringan Distribusi 20 kV di Surabaya Menggunakan Loop Restoration
Scheme,” Jurnal Teknik Elektro ITS, vol2, no2, pp. B142– B147, 2013.
[3] Anonim, “Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011)”. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional, 2011.
[4] Anonim, “Standar PT PLN Tentang Pembumian Pada Gardu Induk Dan
Jaringan Transmisi”. Jakarta: PT PLN (Persero), 2020.
[5] Anonim, "Guide for Safety In AC Substation Grounding Based on Institue of
Electrical and Electronic Engineers (IEEE:80 2000)". New York: IEEE
Standards Association, 2000.
[6] Miduk P, A. Purba, “Metode Penurunan Nilai Tahanan Pembumian dengan
Menggunakan Semen Konduktif”, vol. 03, no. 01, pp. 18–22, April. 2019. [7]
Riza. A, M. Rinaldi, and A. F. Ibadillah, “Analisa Penggunaan Charcoal untuk
Saluran Transmisi 150 kV di Transmission Line SUTT Jalur Bangkalan-
Sampang”, in Seminar Nasional Inovasi Teknologi, UN PGRI Kediri, 2019. pp
119-124.
[8] Anonim, (2018). “Conductive Concrete for Grounding System” [Online]
Available: www.earthmet.co.uk.
[9] Surya H, A. Nasution, and F. Purnamasari, “Modeling of Substation
Grounding Grid Design Using Lab View Graphical User Interface” in The
Third International Conference on Electrical, Telecommunication and
Computer Engineering, 2019. pp. 149–154.
[10] Muhamad S, A. Kiswantono, “Evaluasi Perencanaan Sistem Pentanahan
Gardu Induk 150 kV Jabon dengan Simulasi Software CYMGRD” vol. 01,
no. 02, pp. 137–148, Juli. 2021.
[11] Agus P, H. Tumaliang, G. M. Mangindan, “Analisa Sistem Pentanahan
Gardu Induk Teling dengan Konstruksi Grid (Kisi-Kisi)” Jurnal Teknik Elektro
dan Komputer, vol. 07, no. 03, pp. 189–198, Oktober. 2018.
57
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
58
[12] Daman S, “Teknik dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik”. Edisi Pertama.
Padang: Universitas Negeri Padang, 2009.
[13] Rezi A, “Analisis Sistem Pentanahan Grid pada Gardu Induk 2 x 500 MVA
Galang”. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2018.
[14] Prih S, S. Yahya, A. Mashar “Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik”. Edisi
Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
[15] Aslimeri, Ganefri, Z. Hamdi, “Teknik Transmisi Tenaga Listrik”. Edisi
Kedua. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
[16] Imanuel I. R et al , “Analisa Sistem Pentanahan pada Trafo Distribusi di
Universitas Sam Ratulangi”, Jurnal Teknik Elektro, vol. 01, no. 01, pp. 1-9,
2021.
[17] Turan G, “Electric Power Distribution Engineering”. Third Edition. New
York: CRC Press, 2006.
[18] Riyanto, “Analisis Perancangan Sistem Pentanahan Grid Secara Optimal
Pada Sistem Tenaga Listrik”, Jurnal Teknik Elektro, vol. 10, no. 01, pp. 55–
64, 2021,
[19] Anonim, “Code of practice for earthing”. Second Edition. London: British
Standards Institution, 1998.
[20] Anonim, “IEEE:80 2013 Guide for Measuring Earth Resistivity, Ground
Impedance, and Earth Surface Potentials of a Grounding System”. New
York: IEEE Standards Association, 2013.
[21] Anonim, “IEEE Recommended Practice for Grounding of Industrial and
Commercial Power Systems”. New York: IEEE Standards Association,
2007.
[22] Suyamto, Taufik, and I. A. Kudus, “Evaluasi dan perencanaan Grounding
untuk Penangkal Petir Gedung Siklotron”, Jurnal Teknik Elektro, vol. 17,
pp. 19–26, November. 2015.
[23] Anonim, (2016) “Foundation Earth Electrode” [Online] Available:
www.dehn-international.com.
[24] Bowen D, R. Liu, Y. Tu, B. Zhang, “A Method for Calculating Grounding
Resistance of Reinforced Concrete Foundation Grounding Systems”
Energies, vol. 15, no. 13, pp. 1–10, Juni. 2022.
Lampiran ini merupakan pengumpulan data teknis pada Bab III Metodologi
Penelitian sebagai informasi awal terhadap penelitian yang dilakukan dalam
melakukan analisis gangguan hubung singkat 1 (satu) fasa ke tanah dan simulasi
desain sistem pentanahan Trafo AV07 Diesel di PT KDL. Berikut dibawah ini data
data yang digunakan dalam final project ini.
A-1
Tabel A-1 Spesifikasi Gas Turbine Generator (GTG) PT KDL
No Keterangan Spesifikasi
4 Frekuensi 50 Hz
1 Merk Siemens AG
3 Tegangan Terminal 11 Kv
4 Frekuensi 50 Hz
3 Daya 46 MVA
8 Pendingin ONAN/ONAF
A-2
Tabel A-4 Spesifikasi Trafo Step up GTG PT KDL
No Keterangan Spesifikasi
3 Daya 46 MVA
8 Pendingin ONAN/ONAF
3 Daya 55 MVA
4 Tegangan Primer 11 kV
8 Pendingin ONAN/ONAF
11 X/R 45
1 Merk Siemens
4 Frekuensi 50 Hz
7 Tegangan Sekunder 20 kV
9 Pendingin ONAN/ONAF
A-3
11 Kode Vektor Grup YNyn0
12 X/R 45
3 Arus 400 A
5 Resistansi 9,09 Ω
6 Suhu Lingkungan 40 °C
1 Merk MS Resistances
3 Tegangan kerja 20 kV
4 Arus 1000 A
5 Resistansi 12 Ω
5 Suhu Lingkungan 40 °C
3 Merk Sutrado
5 Panjang Kabel 7 km
Tabel A-10 Data Sistem Pentanahan Eksisting Trafo AV07 Diesel PT KDL
No Keterangan Spesifikasi
1 Jenis Konudktor Grid Kabel NYA 1 × 70
mm2dan Bare Copper 1 ×
70 mm2
A-4
7 Nilai tahanan Pentanahan Sisi 1,88 Ω
Tegangan Tinggi (����)
A-5
Lampiran B Evaluasi Sistem Pentanahan Eksisting Trafo AV07 Diesel
���� = 1 − ��
0,09 (1− ����) 2 × ℎ�� + 0,09
= 1−0,09 (1 −200
1000)
2 × 0,5 + 0,09
= 0,93
����
����������ℎ = (���� + 2) × ����
= (1000 + 1,5 × ���� × ����) ×0,116
√����
B-1
• Tegangan sentuh yang diizinkan
����
����������ℎ = (���� + 2) × ����
= (1000 + 1,5 × ���� × ����) ×0,157
√����
������ =1
(2 × ��)2/��
=1
(2 × 1)2/2
= 0,5
√ ℎ
��ℎ = 1 + ℎ��
√ 50
��ℎ = 1 + 1
= √51
= 7,14
���� = 0,644+ 0,148 × ��
= 0,644 + 0,148 × 2
= 0,644 + 0,296
= 0,94
���� = ���� +����
= 4 + 54
= 58 m
B-2
2
2 × ��(ln��
2
2 × 3,14 (ln4
=1 4 × 0,07)
+0,5
7,14× ln (8
= 1,343
2
16 × 50 × 0,07+(4 + 2 × 50)
2 × ℎ+1
1 ��−2
�� + ℎ+ ��(1 − 0,5 ))
=1
3,14 (1
2 × 50 +1
1 1−2
4+ 50 + 4(1 −0,5 ))
= 0,00908
���� = 0,644 +0,148 × ��
= 0,644 + 0,148 × 2
= 0,644 + 0,296
= 0,94
Setelah dilakukan perhitungan ����,����,����. Tahap
selanjutnya dari beberapa hasil perhitungan tersebut dimasukkan kedalam
persamaan tegangan langkah sebenarnya.
����
���� = �� × ���� × ���� × ����
B-3
Lampiran C Pengaturan Rod Copper pada ETAP
C-1
2. Jumlah rod (nrod) = 10 titik; panjang rod (Lrod) = 3 m
Gambar C-3 Pengaturan Konfigurasi rod Kedua
C-2
C-3