PENDAHULUAN
1
menjadi bekal utama untuk meraih prestasi dan sangat dimungkinkan untuk dapat
mengaplikasikan ilmu dan pandangan yang telah didapatkan selama masa belajar.
Banyak hal yang dijadikan tujuan dengan adanya kerja praktek ini. Bagi
mahasiswa, adanya Kerja Praktek akan memberi kesempatan pada mereka untuk
mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah pada dunia kerja nyata. Jadi,
ketika kelak para mahasiswa telah lulus dari bangku perkuliahan, mereka tidak
lagi merasa canggung untuk masuk pada dunia kerja yang sesungguhnya.
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
3
1.4.2. Manfaat Bagi Instansi
4
Chevron Pasific Indonesia. Tepat nya di Minas Field Gathering Station-1 (GS-1)
Minas, Kab. Siak, Propinsi Riau.
5
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai Latar Belakang, Tujuan,
Manfaat, Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek, Batasan Masalah,
Metode Penilitian dan Sistematika Penulisan Laporan Kerja Praktek.
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum PT Sumi Gita Jaya yang
meliputi Sejarah Singkat Perusahaan, Struktur Organisasi, Visi dan Misi,
Facilities Maintenance Project, Produk, Layanan dan Kesehatan, Keselamatan
dan Lingkungan (Health, Safety and the Environment).
Pada bab ini akan diuraikan mengenai informasi sistem kelistrikan pada perusahan
tersebut.
BAB IV GROUNDING POINT SISTEM
Pada bab ini akan diuraikan tentang Grounding Point Sistem yang dilakukan oleh
PT. Sumi Gita Jaya kepada PT. Chevron Pacific Indonesia
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdapat penutup yang akan diuraikan kesimpulan dari hasil
pembahasan serta memberikan saran-saran yang mungkin berguna sebagai bahan
masukan dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja praktek.
DAFTAR PUSTAKA
6
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Umum
PT. Sumi Gita Jaya berdiri pada tahun 2011 yang memiliki kantor cabang
di Minas dan Petapahan dengan kantor puast di Pekanbaru. Direktur dari
perusahaan ini ialah Ibu Sumiarti yang sampai saat ini masih menjabat di posisi
tersebut. Adapun Project Manager yang dipimpin oleh Bapak Gustian Chan yaitu
tertera pada gambar struktur organisasi 2.1.
PT. Sumi Gita Jaya sebagai sebuah instansi yang bergerak dibidang
maintenance construction atau disebut juga sebagai perusahaan kontraktor yang
bekerja sama dengan PT. Chevron Pacific Indonesia yang khususnya di daerah
Riau. Perusahaan ini memiliki 3 kantor, kantor utama terletak di Perkantoran
Grand Sudirman Blok A-1 - Jln. Datuk Setiamaja (Parit Indah) Pekanbaru, serta 2
kantor cabang di Minas dan Petapahan.
Q. A. - Q. C.
PROJECT MANAGEMENT
TEAM
SYAFRUDDIN SIREGAR
Q. A. - Q. C. SR ELECTRICAL
Q. A. - Q. C. ELECTRICAL -
- INSTRUMENT
INSTRUMENT
INSPECTOR ALL
INSPECTOR
AREA
ALL AREA
BAGUS HAMRIAD D. J.,
HASDEBROWN, S.T.
S.T.
Q. A. - Q. C. ELECTRICAL -
INSTRUMENT
TECHNICAL ASISSTANT
TONY DARMAWAN. S
7
2.3. Visi dan Misi
Visi
Misi
PT. Sumi Gita Jaya menjalin kerja sama dengan PT. Chevron Pacific
Indonesia yang berada di Riau. Perusahaan ini dipercaya untuk memelihara dan
memperbaharui fasilitas yang berada di lingkup kerja PT. Chevron Pacific
Indonesia. Adapun project yang telah atau sedang dilakukan oleh PT. Sumi Gita
Jaya kepada PT. Chevron Pacific Indonesia yaitu memperbaiki dan menservis
fasilitas baik berupa jalan, sumur minyak, ladang, tanki minyak dan material yang
ada di gathering station. Teknologi yang digunakan oleh perusahaan ini terbaru
dan moderen guna menghasilkan pekerjaan yang maksimal dan minus dari
kecelakaan kerja.
PT. Sumi Gita Jaya menggabungkan keahlian pada alat berat, kendaraan
ringan, praktik terbaik, operasi situs yang lebih aman, teknologi inovatif dan
ramah lingkungan, dan juga dukungan berkualitas tinggi yang ditujukan untuk
membantu kliennya meningkatkan efisiensi ladang minyak, menurunkan biaya
operasional, meningkatkan produktivitas minyak bumi, memaksimalkan
pemulihan cadangan, dan meningkatkan nilai aset dengan cara yang lebih aman
dan ramah lingkungan.
Saat ini, produk dan layanan PT. Sumi Gita Jaya yaitu membantu
produktivitas sumur minyak yang ada di area PT. Chevron Pacific Indonesia yang
mana sumur minyak tersebut terdapat kandungan berupa kerak yang menempel di
8
dinding pipa sumur minyak, sehingga aliran minyak tersebut yang dihisap oleh
pompa reda tidak lancar.
PT. Sumi Gita Jaya beroperasi di lingkungan kerja PT. Chevron Pacific
Indonesia. Yang mana PT. Chevron Pacific Indonesia selalu berkomitmen dan
selalu dijaga dengan standar tertinggi kesehatan dan keselamatan karyawan,
pelanggan, dan kontraktor, serta untuk perlindungan lingkungan di komunitas
tempat tinggal dan tempat bekerja. Kebijakan HSE PT. Sumi Gita Jaya dan
standar beragam diterapkan di seluruh perusahaan. Setiap karyawan harus
mempertahankan sertifikasi terbaru dalam kursus pelatihan HSE yang penting
melalui training dan pembelajaran interaktif online. Salah satu program yang di
dapat oleh karyawan yaitu keselamatan bekerja dan keselamatan mengemudi yang
diumumkan setiap 1 (satu) bulan sekali atau disebut Programme Zero Accident.
9
BAB III
SISTEM KELISTRIKAN PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
10
c. Power Plant Operation Duri, sebanyak 1 unit turbin gas kapasitas total 20
MW
d. North Duri Cogen, sebanyak 3 unit turbin gas dengan kapasitas total 300
MW
11
OCB, trafo, dan lain sebagainya. Karena wilayah kerja yang harus
ditangani cukup luas, maka T&DO yang ada dalam PG&T dibagi menjadi
3 daerah operasi.yakni :
a. Bekasap, meliputi Bekasap, Libo, dan sekitarnya.
b. Duri, meliputi Perumahan dan lapangan minyak Duri.
c. Minas, meliputi Perumahan Minas, Rumbai dan Lapangan Minyak
Minas, Petapahan.
Masing-masing area tersebut dikepalai oleh seorang team manager. Di T&DO
terdapat Facility Engineer Power System & Control System di Daerah Duri,
Bekasap, dan Minas yang bertugas menganalisa segala gangguan yang mungkin
terjadi di areanya masing-masing, dan mengusahakan proteksi secara maksimal,
secara umum tugas-tugasnya dijelaskan sebagai berikut :
a. Bertanggungjawab terhadap kelancaran aliran energi listrik.
b. Menentukan setting relay dalam jaringan.
c. Menganalisa gangguan dan memberikan solusi terbaik.
d. Merancang suatu sistem tenaga listrik dengan tingkat kestabilan
yang handal.
P&SG merupakan salah satu team yang berada dibawah PG&T yang
bertugas untuk menangani pembangkitan listrik untuk keperluan PT. CPI.
Disamping itu, P&SG juga bertanggungjawab untuk memelihara dan
mengoperasikan sistem pembangkit gas turbin yang terdiri dari 17 unit gas turbin
yang dimiliki oleh PT. CPI. Sedangkan untuk operasional dari North Duri
Cogeneration Plant dioperasikan oleh Amoseas. Keseluruhan daya yang
dibangkitkan oleh P&SG berkisar 350 MW, dimana di Minas sebesar 230 MW, di
Central Duri 100 MW, di Duri 20 MW, dan apabila ditambah dengan di NDC
(North Duri Cogeneration) dimana meggunakan sistem HRSG (Heat Recovery
Steam Generator) maka akan berjumlah 650 MW.
Team P&SG ini dikepalai oleh seorang manajer. P&SG juga memiliki
team-team yang menanani tugas dan tanggungjawab yang diemban oleh P&SG.
12
Team-team dibawah koordinasi P&SG adalah Power Plant Operation Minas
seperti pada gambar 3.1.
PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) memiliki sumber listrik sendiri untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Power Generation and Transmission
(PG&T) bertanggung jawab terhadap pembangkitan tenaga listrik yang dilakukan
menggunakan generator turbin yang menggunakan uap air. Setelah listrik
dihasilkan oleh generator turbin gas, kemudian listrik ini ditransmisikan ke beban.
Dalam penyaluran listrik ini, perlu dilakukan pengubahan tegangan agar sistem
berjalan dengan efisien. Sistem yang baik ditandai dengan rugi-rugi yang kecil,
biaya pembuatan yang tidak terlalu mahal, dan tingkat keamanan dan kenyamanan
yang tinggi. Sebelum sampai ke beban, sistem transmisi melewati gardu untuk
pengubahan tegangan dan sistem distribusi untuk penyaluran daya ke beban
seperti pada Gambar 3.2.
13
Gambar 3.2. Sistem Kelistrikan di PT. Chevron Pasific Indonesia
Kebutuhan listrik PT. CPI dipasok dari pusat pembangkit listrik yang
berada di Minas Power Plant, Central Duri Power Plant, Duri Power Plant, dan
North Duri Power Plant. Listrik dibangkitkan dari generator turbin gas yang
terdapat pada masing-masing power plant tersebut. Generator turbin gas adalah
peralatan mekanikal yang terdiri dari turbin gas sebagai pemutar pada satu poros
dan generator sebagai poros lain yang diputar.
Central Duri Power Plant dan North Duri Power Plant di atas
menghasilkan energi listrik juga menghasilkan steam. Steam yang dihasilkan ini
dialirkan ke ladang minyak Duri untuk diinjeksikan. Sistem pembangkitan terdiri
dari dua komponen utama, yaitu turbin dan generator.
Di sekitar generator pembangkit biasanya terdapat switch yard dimana di
dalamnya terdapat switch gear (ruang kontrol) dan substation (gardu induk). Di
ruang kontrol (switch gear) ini kita bisa melihat tegangan, arus, faktor daya dan
komponen listrik lainnya pada trafo, saluran listrik, dan lain-lainnya sehingga kita
bisa memonitor kualitas listrik setiap saat. Tegangan yang keluar dari pembangkit
14
sebesar 13,8 kV akan dinaikkan oleh trafo daya menjadi 230 kV. Tegangan 230
kV ini ada yang ditransmisikan ke gardu yang lain yang jaraknya cukup jauh dan
ada yang diturunkan ke 115 kV oleh trafo 230/115 kV di dalam gardu di dekat
pembangkit.
Kemudian tegangan 115 kV akan diturunkan lagi menjadi 13,8 kV untuk
disuplai ke saluran. Sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa elemen penting,
yaitu sistem pembangkit, sistem transmisi, sistem sub-transmisi, dan sistem
distribusi. PT. Chevron Pacific Indonesia menggunakan sistem pembangkit
sendiri dengan frekuensi jaringan tenaga listrik 60 Hz sesuai dengan sistem
kelistrikan di Amerika Serikat yang saling terinterkoneksi meliputi wilayah
operasi Rumbai, Minas, Petapahan, Duri, dan Dumai.
Metode pembangkitan tenaga listrik yang digunakan adalah generator
turbin gas. Generator turbin gas digunakan karena tersedianya gas alam sebagai
bahan bakar dalam jumlah melimpah sebagai produk sampingan dari lapangan
minyak Chevron.
PT. CPI mempunyai 4 unit pusat pembangkit yang terdiri dari 26 unit
generator turbin gas dengan kapasitas terpasang adalah 664 MW. Pusat
pembangkit yang berada di PT. CPI adalah sebagai berikut :
a. Pusat Pembangkit Minas (224 MW)
Terdiri dari 11 turbin gas, dengan kapasitas masing-masing :
a. GT 1-5 sebesar 13 MW.
b. GT 6-8 sebesar 20 MW.
c. GT 9 -11 sebesar 33 MW.
2. Pusat Pembangkit Central Duri (100 MW)
Terdiri dari 5 turbin gas dengan kapasitas masing-masing 20 MW.
3. Pusat Pembangkit Duri (20 MW)
Terdiri dari 7 turbin gas dengan kapasitas masing-masing :
a. GT 1-2 Junk.
b. GT 3-6 Pemda.
c. GT 7 20 MW.
15
Saat ini pusat pembangkit Duri tidak dioperasikan lagi karena
pembangkityang baru di North Duri sudah mencukupi kekurangan yang
ada.
4. Pusat pembangkit North Duri (300 MW)
Terdiri dari 3 turbin gas dengan kapasitas sebesar 100 MW.
Sistem transmisi tenaga listrik adalah suatu sistem yang berfungsi untuk
menghubungkan sistem pembangkitan ke sistem distribusi dalam sistem tenaga
listrik, dengan tingkat tegangan tinggi, tegangan ekstra tinggi, dan atau tegangan
ultra tinggi menurut standar yang berlaku di suatu negara. Standar tegangan
transmisi di Indonesia adalah 66 kV, 150 kV, 380 kV, dan 500 kV.(Syahputra.
2016)
Sistem transmisi digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari
pembangkit ke pusat beban. Sistem transmisi yang digunakan oleh PT. Chevron
Pacific Indonesia terdapat 3 jenis tegangan transmisi yakni 230 kV, 115 kV, dan
44 kV. Hal ini dapat dibedakan dari tower/menara saluran transmisinya seperti
pada gambar 3.4.
1. 230 kV
Terdiri dari sirkuit ganda yang menghubungkan North Duri Switching
Yard ke Kota Batak Junction (KBJ). Saluran ini dibangun pada tahun
1998.
2. 115 kV
Saluran sepanjang 700 km ini menghubungkan trafo pembangkit ke
switching yard dan gardu induk serta antar switch yard di dalam area kerja
PT. Chevron Pacific Indonesia.
3. 44 kV
Sepanjang 105 km menghubungkan Central Duri ke Petani, Rangau dan
Pematang. Selain itu juga menghubungkan Minas ke North Rumbai, East
Rumbai, dan South North Duri ke Dumai.
16
Gambar 3.3. Sistem Transmisi di Minas Field
Sistem distribusi tenaga listrik adalah suatu sistem yang berfungsi untuk
menerima daya listrik dari sistem transmisi dan menyalurkannya ke pusat-pusat
beban dalam sistem tenaga listrik, dengan tingkat tegangan menengah menurut
standar yang berlaku di suatu negara.(Syahputra. 2016)
Sistem distribusi merupakan sistem penyaluran listrik setelah dari
pembangkit yang melalui gardu-gardu induk ke konsumen. PT CPI memiliki
sistem distribusi dengan level tegangan :
1. 13.8 kV sepanjang 1742 km
2. 4.16 kV sepanjang 50 km
Tegangan diturunkan kembali untuk konsumsi kantor dan perumahan, yaitu
menjadi level tegangan 110 V phasa ke netral dan 220 V phasa ke netral.
17
BAB IV
GROUNDING POINT SISTEM
Tahanan jenis tanah adalah tahanan listrik dari tahanan tanah yang
berbentuk kubus dengan volume 1 meter kubik. Kadang-kadang tahanan jenis
dinyatakan dalam ohm-m. Pernyataan ohm-m merepresentasikan tahanan diantara
dua permukaan yang berlawanan dari suatu volume yang berisi 1 m 3. Untuk
mendapatkan tahanan pentanahan yang kecil diperlukan upaya sebagai berikut,
mengetahui tahanan jenis tanah, kemudian membuat bentuk kutub tanah yang
sesuai.
18
4.3. Karakteristik Tanah
19
Gambar 4.1. Penanaman elektroda batang (rod)
Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus dekat permukaan tanah (Gambar 4.1a),
nilai tahanannya yaitu :
(4.1)
Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus pada kedalaman beberapa cm dari
permukaan tanah (Gambar 4.1b), nilai tahanannya yaitu :
(4.2)
Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus dekat permukaan tanah dan menembus
lapisan tanah kedua (Gambar 4.1c), nilai tahanannya yaitu :
(4.3)
Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus pada kedalaman beberapa cm dari
permukaan tanah dan menembus lapisan tanah kedua (Gambar 4.1d), nilai
tahanannya yaitu :
(4.4)
20
(4.5) (4.6)
(4.7)
dengan :
K = Faktor refleksi
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kedua batang elektroda yang
berbentuk silinder dengan panjang L yang ditanam tegak lurus permukaan tanah
dan dihubungkan di atas tanah dengan jarak S diantara dua batang elektroda
tersebut.
21
Gambar 4.2. Dua elektroda batang (rod)
Rumus untuk dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus di dalam tanah juga
diturunkan oleh H.B. Dwight dengan besar tahanan pentanahan ialah :
(4.8.)
• Untuk S > L, yaitu :
(4.9)
dengan :
R = Tahanan dari satu batang elektroda (Ω)
L = Panjang batang elektroda dalam tanah (m)
S = Jarak penanaman antara kedua elektroda (m)
a = Jari-jari batang elektroda (m)
ρ = Tahanan jenis tanah (Ω-m)
22
batang elektroda pentanahan adalah sama. Sedangkan konduktor penghubung
antara batang-batang elektroda tersebut terletak di atas permukaan tanah sehingga
tahanannya diabaikan. Pada kenyataannya, konduktor rod tersebut dihubungkan
dengan peralatan yang akan ditanahkan.
23
4.5.3. Terminal Pentanahan
Gambar 4.3. Rangkaian pengukuran tahanan jenis tanah dengan Metode tiga titik
• 1 buah Amperemeter
Cara penyambungan:
24
4 batang besi (sebut saja sebagai batang C1, P1, P2 dan C2) ditancapkan ke tanah
dalam satu baris dengan jarak masing-masing a meter. Antara P1 dan P2 dipasang
Volt meter, antara C1 dan C2 disambungkan dengan Ampere meter dan sumber
daya AC 110/220 VAC.
Cara pengukuran:
Sambungkan sumber daya, ukur berapa Ampere arus yang mengalir antara C1 dan
C2, misalnya I Ampere. Ukur berapa beda potensial antara P1 dan P2, misalnya V
(Volt). Masukkan besaran pada rumus:
Rho = 2 π a R (4.10)
di mana π = 3,14
R = V/I
25
4.8. Bahan dan Peralatan Pengukuran
4.8.1. Elektroda
26
Gambar 4.5. Digital GEO Earth Ground Tester
Keterangan:
1. LCD penampil nilai ukur.
2. Simbol baterai dalam keadaan lemah.
3. LED indicator (berwarna hijau).
4. Tombol uji untuk mengunci.
5. Terminal pengukuran.
27
28
Gambar 4.6 Rangkaian alat ukur pentanahan
PT. CPI menerapkan 4 (empat) tahapan untuk melakukan suatu pekerjaan, yaitu:
1. Planning (Perencanaan)
2. Permitting (Pengurusan Izin Kerja)
3. Implementing (Eksekusi Pekerjaan)
4. Closing (Penyelesaian Izin Kerja)
29
1. Mempersiapkan peralatan dan bahan.
2. Mengecek tegangan baterai dengan menghidupkan Digital Earth
Resistance Tester . Jika layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah
berarti kondisi baterai dalam keadaan baik. Jika layar menunjukkan simbol
baterai lemah atau bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai pelu
diganti.
3. Membuat rangkaian pengujian seperti pada gambar 4.6 (a) dengan
menanam elektroda utama dan elektroda bantu. Menanam elektroda
dengan memukul kepala elektroda menggunakan martil, jika menjumpai
lapisan tanah yang keras sebaiknya jangan memaksakan penanaman
elektroda.
4. Menetukan jarak antar elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal 10
meter.
5. Mengukur tegangan tanah dengan dengan mengarahkan range switch ke
earth voltage dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika
earth voltage bernilai lebih tinggi dari 10 V diperkirakan akan terjadi
banyak kesalahan dalam nilai pengukuran tahanan.
6. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utama dan elektroda
bantu dengan mensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tombol ”
PRESS TO TEST ”. Jika tahanan elektroda utama terlalu tinggi atau
menunjukkan simbol ” . . . ” yang berkedip-kedip maka perlu dicek
penghubung atau penjepit pada elektroda utama.
7. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang
diinginkan dan tekan tombol ” PRESS TO TEST ” selama beberapa detik.
8. Mencatat nilai ukur tahanan yang muncul dari Digital Earth Resistance
Tester.
9. Mengembalikan posisi tombol ” PRESS TO TEST ” ke posisi awal.
10. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaman elektroda utama yang
berbeda dengan langkah 3, 7, 8, 9.
11. Tahapan yang sama untuk kondisi tanah yang berbeda.
30
12. Pengukuran ulang grounding dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk melihat
hasil nilai tahanan grounding point sistem.
13. Sebelum melakukan pekerjaan yang bersifat penggalian, dilakukan
pengecekan detektor kabel di area yang akan di gali tersebut untuk
mencegah terjadinya kerusakan fasilitas yang ada dibawah tanah.
Mengatur jarak
Menyiapkan alat elektroda utama
Mulai ukur dan bantu sebesar
6m
Gambar 4.7 Diagram alir proses pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang
tunggal
31
baterai lemah atau bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai pelu
diganti.
3. Membuat rangkaian pengujian seperti pada gambar 4.6 (b) dengan
menanam elektroda utama dan elektroda bantu. Menanam elektroda
dengan memukul kepala elektroda menggunakan martil, jika menjumpai
lapisan tanah yang keras sebaiknya jangan memaksakan penanaman
elektroda.
4. Menetukan jarak antar elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal 10
meter.
5. Menentukan jarak antar elektoda utama (L) < (S).
6. Mengukur tegangan tanah dengan dengan mengarahkan range switch ke
earth voltage dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika earth
voltage bernilai lebih tinggi dari 10 V diperkirakan akan terjadi banyak kesalahan
dalam nilai pengukuran tahanan.
7. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utama dan elektroda
bantu dengan mensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tombol ”
PRESS TO TEST ”. Jika tahanan elektroda utama terlalu tinggi atau
menunjukkan simbol ” . . . ” yang berkedip-kedip maka perlu dicek
penghubung atau penjepit pada elektroda utama.
8. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang
diinginkan dan tekan tombol ” PRESS TO TEST ” selama beberapa detik.
9. Mencatat nilai ukur tahanan yang muncul dari Digital Earth Resistance
Tester.
10. Mengembalikan posisi tombol ” PRESS TO TEST ” ke posisi awal.
11. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaman elektroda utama yang
berbeda dengan langkah 3, 7, 8, 9.
12. Kembali ke langkah 1 sampai langkah 11 untuk pengukuran tahamam
pentanahan dengan jarak antar elektoda utama (L) > (S).
13. Tahapan yang sama untuk kondisi tanah yang berbeda.
Mengatur jarak
Menyiapkan alat elektroda utama
Mulai
ukur dan bantu sebesar 32
6m
Dari hasil pengukuran pada 2 kondisi tanah diatas telah diperoleh data sebagai
berikut :
1. Tahanan pentanahan elektroda tunggal yang ditanam di tanah dengan
kedalaman bervariasi.
33
2. Tahanan pentanahan elektroda ganda yang ditanam di tanah dengan
kedalaman bervariasi.
Pengukuran dilakukan pada temperatur 28° C-30° C
34
Data-data hasil pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda tunggal
yang ditanam di tanah dengan kedalamam bervariasi untuk S > L ditunjukkan
pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda ganda dengan S > L
ditanam di tanah.
Struktur dan karakteristik tanah merupakan salah satu faktor yang mutlak
diketahui karena mempunyai kaitan erat dengan perencanaan sistem pentanahan
yang akan digunakan. Nilai tahanan jenis tanah harganya bermacam-macam,
tergantung pada komposisi tanahnya. Batasan atau pengelompokan tahanan jenis
dari berbagai macam jenis tanah pada kedalaman tertentu tergantung pada
beberapa hal antara lain pengaruh temperatur, pengaruh kelembaban, dan
pengaruh kandungan kimia
Secara teori untuk tanah pada kondisi tanah yang sama, semakin dalam
penanaman elekroda, tahanan tanah dan tahanan jenis tanah akan menurun karena
semakin dekat dengan air tanah yang berpengaruh dengan kelembaban yang
nantinya berpengaruh terhadap konduktivitas. Berdasarkan rumus juga terlihat
bahwa tahanan tanah sebanding dengan tahanan jenis dan berbanding terbalik
dengan kedalaman penanaman elektroda.
Semakin dalam kedalaman elektroda yang tertanam maka nilai tahanan
pentanahan semakin rendah. Hal ini terjadi juga pada semua kondisi tanah yang
berbeda-beda (rawa, tanah liat, tanah berbatu). Hanya saja besarnya nilai tahanan
35
pada elektroda ganda dengan S > L ini berbeda dibandingkan dengan nilai tahanan
dari pengukuran elektroda tunggal dimana nilai tahanan pada kondisi ini lebih
rendah.
Tahanan pentanahan dengan elektroda ganda yang tertanam pada kondisi S
< L juga mengalami penurunan nilai tahanan jika kedalaman elektroda dari kedua
elektroda tersebut tertanam semakin dalam. Hanya saja pada elektroda ganda
dengan S < L mempunyai nilai lebih besar dari nilai tahanan dengan elektroda
ganda pada kondisi S > L tetapi nilai tahanan pada kondisi ini lebih kecil dari nilai
tahanan dengan menggunakan elektroda tunggal. Penurunan nilai tahanan ini
terjadi pada ketiga jenis tanah yang berbeda.
36
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
37
3. Selama melakukan pengukuran ataupun melakukan suatu pekerjaan
diharuskan menggunakan dan melengkapi APD (Alat Pelindung Diri)
yang sesuai standar operasional PT. Chevron Pacific Indonesia dan
Undang- Undang yang ditetapkan KEMENAKER sesuai peruntukannya
untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja pada
karyawan atau peralatan kerja.
38
DAFTAR PUSTAKA
39