Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan memiliki peran yang sangat


besar dalam upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan peningkatan
daya saing bangsa agar peran yang strategis dan besar tersebut dapat dijalankan
dengan baik maka lulusan perguruan tinggi haruslah memiliki kualitas yang
unggul.

Dalam fase ini seorang mahasiswa bukan hanya dituntut berkompeten


dalam bidang kajian ilmunya tetapi juga dituntut untuk memiliki kompetensi yang
holistic seperti mandiri, mampu berkomunikasi memiliki jejaring yang luas,
mampu mengambil keputusan, peka terhadap perubahan dan perkembangan yang
terjadi di dunia luar.

Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kualifikasi


tersebut sulit ditemukan untuk hal tersebut maka dibutuhkan sebuah program
Kerja Praktek (KP) sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa Universitas
Lancang Kuning untuk memperoleh berbagai kompetensi holistic yang
dibutuhkan setelah menyelesaikan pendidikan.

Memasuki dunia kerja merupakan puncak dari semua jenjang pendidikan


yang telah ditempuh. Hal tersebut juga tentunya membutuhkan kesiapan-kesiapan
untuk lebih memudahkan masa transisi dari masa pendidikan menuju jenjang
karir. Magang atau kerja praktek merupakan salah satu program yang juga
bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa untuk mengenyam pengalaman dan
pengetahuan tentang kegiatan dan suasana di lingkungan kerja.

Dengan adanya pengalaman, akan lebih meningkatkan bargaining power


seseorang tersebut dalam mencari dan menggeluti dunia kerja. Adanya
pengalaman, pengetahuan dan kemampuan adaptif seseorang di lingkungan kerja,

1
menjadi bekal utama untuk meraih prestasi dan sangat dimungkinkan untuk dapat
mengaplikasikan ilmu dan pandangan yang telah didapatkan selama masa belajar.

1.2. Pengertian Kerja Praktek (KP)

Pengertian Kerja Praktek adalah sebuah proses pengajaran dengan cara


memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk magang di tempat kerja secara
nyata, baik di instansi swasta, BUMN, BUMD, ataupun instansi pemerintahan
setempat. Dengan adanya KP ini, mahasiswa bisa menerapkan ilmu yang didapat
di bangku kuliah dan kampus pada kerja dunia nyata yang sesuai dengan
bidangnya.

Bagi mahasiswa bidang keahlian, pengertian Kerja Praktek bukan lagi


sebuah hal yang asing. Karena, dari sekian mata kuliah yang akan diambil, pasti
ada beberapa SKS dimana seorang mahasiswa akan menjalani kerja praktek.
Biasanya akan ditempuh pada tahun akhir masa perkuliahan.

Banyak hal yang dijadikan tujuan dengan adanya kerja praktek ini. Bagi
mahasiswa, adanya Kerja Praktek akan memberi kesempatan pada mereka untuk
mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah pada dunia kerja nyata. Jadi,
ketika kelak para mahasiswa telah lulus dari bangku perkuliahan, mereka tidak
lagi merasa canggung untuk masuk pada dunia kerja yang sesungguhnya.

Sedangkan bagi kampus sendiri, tujuan pengertian Kerja Praktek bisa


menjalin kerja sama antara kampus sebagai lembaga pencetak sumber daya
manusia yang siap mengisi lowongan kerja dengan instansi yang membutuhkan
SDM untuk menjalankan bidang usaha yang dikelolanya. Sehingga bertemulah
antara para pencari kerja dengan instansi yang membutuhkan SDM yang siap
kerja.

Kerja Praktek merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa/i


yang menuntut ilmu di Universitas Lancang Kuning dimana sebagian bekal untuk
terjun langsung kedalam dunia kerja sesuai dengan program studi. Pelaksanaan
2
KP ditentukan oleh pihak Universitas dan instansi perusahaan yang akan
menerima mahasiswa/i Universitas Lancang Kuning yang melaksanakan kerja
praktik tersebut.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari Kerja Praktek adalah sebagai berikut:


1. Memenuhi satuan kredit semester (SKS) yang wajib ditempuh sebagai
persyaratan akademis Program Studi S1 Teknik Elektro Fakultas Teknik
2. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di dunia usaha/instansi
pemerintahan.
4. Mendalami, mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan dalam
bekerja dan memberikan solusi untuk mengatasinya.
5. Melatih mental mahasiswa untuk selalu siap dan tanggap dengan kondisi
yang ada di lapangan.
6. Membuka kesempatan perusahaan terkait untuk dapat
melihat, memberikan koreksi dan masukan secara langsung tentang
kemampuan mahasiswa sehingga diharapkan hal ini dapat dijadikan
sebagai salah satu proses seleksi sebagai perekrutan pegawai instansi
terkait.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Melatih berpikir kritis dan memecahkan masalah yang terkait dengan


bidang keahliannya.
2. Melatih mahasiswa dalam menerapkan dan mengembangkan hasil-hasil
penelitian dalam masyarakat.
3. Melatih dan membuka wawasan mahasiswa dalam memahami dan
menyelesaikan permasalahan-permasalahan di  instansi yang berkaitan
dengan bidang keahliannya.

3
1.4.2. Manfaat Bagi Instansi

1. Merupakan sarana penghubung antara instansi dan lembaga pendidikan


tinggi.
2. Sebagai sarana pelatihan bagi mahasiswa untuk pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab operasional.
3. Memberi masukan kompetensi yang sesuai, sehingga akan membantu
meningkatkan kemampuan lulusan yang dibutuhkan dunia kerja/instansi
yang terkait.

1.4.3. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

1. Sebagai sarana promosi mengenai keberadaan Universitas Lancang


Kuning sebagai lembaga penyelenggara pendidikan.
2. Sebagai sarana pengenalan perkembangan ilmu pengetahuan Unilak,
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro
3. Memperoleh masukan kompetensi yang diperlukan PT. Sumigita Jaya
terhadap tenaga Strata Satu (S1) khususnya program studi Teknik Elektro.
Dari masukan ini dapat memperbaiki kurikulum dan silabus agar
menghasilkan lulusan yang diharapkan.
1.5. Batasan Masalah

a. Pemasangan Grounding Sistem pada CCTV di Gathering Station-1 (GS-1)


PT. Chevron Pacific Indonesia oleh PT. Sumigita Jaya.
b. Nilai pemasangan Grounding Point Sistem dibawah 10 ohm.

1.6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja Praktek dilaksanakan setelah mahasiswa menduduki semester VII.


selama 1 (satu) bulan yaitu pada tanggal 05 Juli – 06 Agustus 2021. Kegiatan
dilaksanakan dengan ketentuan masuk jam 07.00 - 16.00 WIB dengan waktu
istirahat 1 (satu) jam 12:00-13:00 WIB. Adapun mahasiswa melaksanakan Kerja
Praktek di PT. Sumigita Jaya yaitu, di daerah operasional ladang minyak PT.

4
Chevron Pasific Indonesia. Tepat nya di Minas Field Gathering Station-1 (GS-1)
Minas, Kab. Siak, Propinsi Riau.

1.7. Metode Penilitian

Perencanaan Penelitian ini terdiri dari atas beberapa tahapan pelaksanaan,


yaitu sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Tahapan ini mempelajari teori-teori dasar dan cara kerja pemasangan sistem
pentanahan (grounding) untuk alat berat pada Vacum Truck. untuk mencegah agar
terhindar dari sambaran langsung listrik statis.
2. Pengumpulan Data Materi
Data Primer :
a. Melakukan pengamatan langsung dan pengambilan gambar
terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.
b. Melakukan wawancara dan diskusi secara langsung dengan
pihak-pihak yang dapat memberikan masukan data yang
berhubungan dengan penelitian yang dibuat.
Data Sekunder :
Melakukan pengumpulan referensi dari buku dan jurnal yang berhubungan
dengan penelitian.
3. Penyusunan Laporan
Tahapan ini merupakan proses akhir dari penelitian atau kerja praktek ini,
yang meliputi penjelasan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan metode
dan prosedur yang digunakan, penarikan kesimpulan, pemberian saran dalam
bentuk laporan.

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran sederhana mengenai isi laporan dan


memudahkan dalam penulisannya, maka dalam penulisan laporan ini penulis
membagi menjadi lima bab, yaitu:

5
BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai Latar Belakang, Tujuan,
Manfaat, Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek, Batasan Masalah,
Metode Penilitian dan Sistematika Penulisan Laporan Kerja Praktek.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum PT Sumi Gita Jaya yang
meliputi Sejarah Singkat Perusahaan, Struktur Organisasi, Visi dan Misi,
Facilities Maintenance Project, Produk, Layanan dan Kesehatan, Keselamatan
dan Lingkungan (Health, Safety and the Environment).

BAB III SISTEM KELISTRIKAN PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai informasi sistem kelistrikan pada perusahan
tersebut.
BAB IV GROUNDING POINT SISTEM

Pada bab ini akan diuraikan tentang Grounding Point Sistem yang dilakukan oleh
PT. Sumi Gita Jaya kepada PT. Chevron Pacific Indonesia

BAB V PENUTUP

Pada bab ini terdapat penutup yang akan diuraikan kesimpulan dari hasil
pembahasan serta memberikan saran-saran yang mungkin berguna sebagai bahan
masukan dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja praktek.

DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Umum

PT. Sumi Gita Jaya berdiri pada tahun 2011 yang memiliki kantor cabang
di Minas dan Petapahan dengan kantor puast di Pekanbaru. Direktur dari
perusahaan ini ialah Ibu Sumiarti yang sampai saat ini masih menjabat di posisi
tersebut. Adapun Project Manager yang dipimpin oleh Bapak Gustian Chan yaitu
tertera pada gambar struktur organisasi 2.1.

PT. Sumi Gita Jaya sebagai sebuah instansi yang bergerak dibidang
maintenance construction atau disebut juga sebagai perusahaan kontraktor yang
bekerja sama dengan PT. Chevron Pacific Indonesia yang khususnya di daerah
Riau. Perusahaan ini memiliki 3 kantor, kantor utama terletak di Perkantoran
Grand Sudirman Blok A-1 - Jln. Datuk Setiamaja (Parit Indah) Pekanbaru, serta 2
kantor cabang di Minas dan Petapahan.

2.2. Struktur Organisasi

ORGANIZATION CHART OF Q. A. - Q. C. DEPARTMENT

Q. A. - Q. C.

PROJECT MANAGEMENT
TEAM
SYAFRUDDIN SIREGAR

Q. A. - Q. C. SR ELECTRICAL
Q. A. - Q. C. ELECTRICAL -
- INSTRUMENT
INSTRUMENT
INSPECTOR ALL
INSPECTOR
AREA
ALL AREA
BAGUS HAMRIAD D. J.,
HASDEBROWN, S.T.
S.T.

Q. A. - Q. C. ELECTRICAL -
INSTRUMENT

TECHNICAL ASISSTANT
TONY DARMAWAN. S

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Electrical Instrument

7
2.3. Visi dan Misi

Visi

Menjadi perusahaan kontraktor yang dapat dipercaya dan diandalkan oleh


masyarakat Riau.

Misi

Memberikan kepuasan kepada klien dalam hal kepedulian, mutu,


pelayanan, kualitas maupun ketepatan waktu dalam mengerjakan pekerjaan.

2.4. Facilities Maintenance Project

PT. Sumi Gita Jaya menjalin kerja sama dengan PT. Chevron Pacific
Indonesia yang berada di Riau. Perusahaan ini dipercaya untuk memelihara dan
memperbaharui fasilitas yang berada di lingkup kerja PT. Chevron Pacific
Indonesia. Adapun project yang telah atau sedang dilakukan oleh PT. Sumi Gita
Jaya kepada PT. Chevron Pacific Indonesia yaitu memperbaiki dan menservis
fasilitas baik berupa jalan, sumur minyak, ladang, tanki minyak dan material yang
ada di gathering station. Teknologi yang digunakan oleh perusahaan ini terbaru
dan moderen guna menghasilkan pekerjaan yang maksimal dan minus dari
kecelakaan kerja.

2.5. Produk dan Layanan

PT. Sumi Gita Jaya menggabungkan keahlian pada alat berat, kendaraan
ringan, praktik terbaik, operasi situs yang lebih aman, teknologi inovatif dan
ramah lingkungan, dan juga dukungan berkualitas tinggi yang ditujukan untuk
membantu kliennya meningkatkan efisiensi ladang minyak, menurunkan biaya
operasional, meningkatkan produktivitas minyak bumi, memaksimalkan
pemulihan cadangan, dan meningkatkan nilai aset dengan cara yang lebih aman
dan ramah lingkungan.
Saat ini, produk dan layanan PT. Sumi Gita Jaya yaitu membantu
produktivitas sumur minyak yang ada di area PT. Chevron Pacific Indonesia yang
mana sumur minyak tersebut terdapat kandungan berupa kerak yang menempel di

8
dinding pipa sumur minyak, sehingga aliran minyak tersebut yang dihisap oleh
pompa reda tidak lancar.

2.6. Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan (Health, Safety and the


Environment)

PT. Sumi Gita Jaya beroperasi di lingkungan kerja PT. Chevron Pacific
Indonesia. Yang mana PT. Chevron Pacific Indonesia selalu berkomitmen dan
selalu dijaga dengan standar tertinggi kesehatan dan keselamatan karyawan,
pelanggan, dan kontraktor, serta untuk perlindungan lingkungan di komunitas
tempat tinggal dan tempat bekerja. Kebijakan HSE PT. Sumi Gita Jaya dan
standar beragam diterapkan di seluruh perusahaan. Setiap karyawan harus
mempertahankan sertifikasi terbaru dalam kursus pelatihan HSE yang penting
melalui training dan pembelajaran interaktif online. Salah satu program yang di
dapat oleh karyawan yaitu keselamatan bekerja dan keselamatan mengemudi yang
diumumkan setiap 1 (satu) bulan sekali atau disebut Programme Zero Accident.

9
BAB III
SISTEM KELISTRIKAN PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

3.1. Power Generation and Transmission (PG&T)

Dalam proses menjalankan semua mesin-mesin produksi di PT. CPI, baik


itu pompa angguk maupun ESP (Electrical Submersible Pump) diperlukan energi
listrik untuk melakukan proses kerjanya. Oleh karena itu, power system
merupakan suatu elemen yang vital dalam produksi minyak di PT. CPI agar
produksi minyak tidak mengalami gangguan. Dalam pemenuhan kebutuhan
listriknya PT. CPI tidak menggunakan energi listrik dari PLN, namun PT. CPI
menggunakan sistem listrik sendiri yang sudah dapat menangani proses
pembangkitan, transmisi, dan distribusi.
Hingga tahun 1968, sebagian besar dari kebutuhan listrik PT. CPI
diperoleh dari puluhan buah enginator (paduan engine dan generator) yang
tersebar di setiap lokasi dengan kapasitas sekitar 60 kW. Pada saat itu sistem
enginator masih dirasakan efisien untuk memasok energi listrik yang digunakan
untuk menggerakkan pompa sumur pengeboran. Melihat perkembangan sumur
minyak yang menggunakan pompa lokasinya semakin berjauhan, maka
manajemen PT. CPI membuat sebuah sistem tenaga listrik yang lebih handal
dibanding dengan menggunakan enginator. Oleh karena itu lahirlah sebuah
departemen baru di PT. CPI yang dikenal dengan nama Power Generation &
Transmision (PG&T). Dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya
kebutuhan daya listrik di PT. CPI, maka dioperasikanlah beberapa unit
pembangkit dengan total kapasitas 650 MW yang terletak dibeberapa distrik,
antara lain :
a. Power Plant Operation Minas, sebanyak 11 unit turbin gas dengan
kapasitas total 230 MW
b. Power Plant Operation Central Duri, sebanyak 5 unit turbin gas dengan
kapasitas total 100 MW

10
c. Power Plant Operation Duri, sebanyak 1 unit turbin gas kapasitas total 20
MW
d. North Duri Cogen, sebanyak 3 unit turbin gas dengan kapasitas total 300
MW

3.2. Transmission & Distribution Operation (T&DO)

Transmission & Distribution Operation (T&DO) merupakan salah satu


team di PG&T yang bertangung jawab dalam pengiriman dan pendistribusian
tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit pembangkit ke beban, seperti pompa-
pompa di sumur minyak, mesin-mesin industri penyangga, penerangan jalan,dan
lain sebagainya. Selain itu T&DO juga memiliki tugas untuk memelihara
(maintenance) dan memperbaiki jaringan transmisi dan distribusi di PT. CPI.
Kegiatan yang dilakukan T&DO antara lain :
1. Patroli jaringan (Line Patrol)
Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa jaringan transmisi dan
distribusi, mengirimkan informasi jika terjadi kerusakan pada jaringan
yang dapat menimbulkan gangguan sehingga dapat segera diperbaiki
2. Perbaikan dan Perawatan jaringan (Line Maintenance)
Aktivitas yang dilakukan adalah memelihara dan memperbaiki jaringan
transmisi dan distribusi di PT. CPI. Selain hal itu, maintenance juga
bertugas melaksanakan commisioning untuk instalasi yang baru dan
menghubungkannya dengan jaringan yang sudah beroperasi. Dalam
melakukan tugas perbaikan tersebut, harus diperhitungkan juga harus
diperhatikan dampak pada sumur-sumur minyak. Jika pekerjaan perbaikan
atau pemeliharaan dapat mengganggu produksi sumur minyak, maka dapat
dilakukan dalam keadaan bertegangan (hotline work) ataupun ditunda
dengan catatan perbaikan yang berupa maintenance memungkinkan untuk
ditunda beberapa waktu.
3. Pemeliharaan Substation (Substation Maintenance)
Kegiatan yang dilakukan disini adalah memasang, memelihara dan
memperbaiki seluruh peralatan yang terpasang pada substation, seperti

11
OCB, trafo, dan lain sebagainya. Karena wilayah kerja yang harus
ditangani cukup luas, maka T&DO yang ada dalam PG&T dibagi menjadi
3 daerah operasi.yakni :
a. Bekasap, meliputi Bekasap, Libo, dan sekitarnya.
b. Duri, meliputi Perumahan dan lapangan minyak Duri.
c. Minas, meliputi Perumahan Minas, Rumbai dan Lapangan Minyak
Minas, Petapahan.
Masing-masing area tersebut dikepalai oleh seorang team manager. Di T&DO
terdapat Facility Engineer Power System & Control System di Daerah Duri,
Bekasap, dan Minas yang bertugas menganalisa segala gangguan yang mungkin
terjadi di areanya masing-masing, dan mengusahakan proteksi secara maksimal,
secara umum tugas-tugasnya dijelaskan sebagai berikut :
a. Bertanggungjawab terhadap kelancaran aliran energi listrik.
b. Menentukan setting relay dalam jaringan.
c. Menganalisa gangguan dan memberikan solusi terbaik.
d. Merancang suatu sistem tenaga listrik dengan tingkat kestabilan
yang handal.

3.3. Power & Steam Generation

P&SG merupakan salah satu team yang berada dibawah PG&T yang
bertugas untuk menangani pembangkitan listrik untuk keperluan PT. CPI.
Disamping itu, P&SG juga bertanggungjawab untuk memelihara dan
mengoperasikan sistem pembangkit gas turbin yang terdiri dari 17 unit gas turbin
yang dimiliki oleh PT. CPI. Sedangkan untuk operasional dari North Duri
Cogeneration Plant dioperasikan oleh Amoseas. Keseluruhan daya yang
dibangkitkan oleh P&SG berkisar 350 MW, dimana di Minas sebesar 230 MW, di
Central Duri 100 MW, di Duri 20 MW, dan apabila ditambah dengan di NDC
(North Duri Cogeneration) dimana meggunakan sistem HRSG (Heat Recovery
Steam Generator) maka akan berjumlah 650 MW.
Team P&SG ini dikepalai oleh seorang manajer. P&SG juga memiliki
team-team yang menanani tugas dan tanggungjawab yang diemban oleh P&SG.

12
Team-team dibawah koordinasi P&SG adalah Power Plant Operation Minas
seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Area Power Plant Operation Minas

3.4. Sistem Listrik PT. Chevron Pacific Indonesia

PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) memiliki sumber listrik sendiri untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Power Generation and Transmission
(PG&T) bertanggung jawab terhadap pembangkitan tenaga listrik yang dilakukan
menggunakan generator turbin yang menggunakan uap air. Setelah listrik
dihasilkan oleh generator turbin gas, kemudian listrik ini ditransmisikan ke beban.
Dalam penyaluran listrik ini, perlu dilakukan pengubahan tegangan agar sistem
berjalan dengan efisien. Sistem yang baik ditandai dengan rugi-rugi yang kecil,
biaya pembuatan yang tidak terlalu mahal, dan tingkat keamanan dan kenyamanan
yang tinggi. Sebelum sampai ke beban, sistem transmisi melewati gardu untuk
pengubahan tegangan dan sistem distribusi untuk penyaluran daya ke beban
seperti pada Gambar 3.2.

13
Gambar 3.2. Sistem Kelistrikan di PT. Chevron Pasific Indonesia

Kebutuhan listrik PT. CPI dipasok dari pusat pembangkit listrik yang
berada di Minas Power Plant, Central Duri Power Plant, Duri Power Plant, dan
North Duri Power Plant. Listrik dibangkitkan dari generator turbin gas yang
terdapat pada masing-masing power plant tersebut. Generator turbin gas adalah
peralatan mekanikal yang terdiri dari turbin gas sebagai pemutar pada satu poros
dan generator sebagai poros lain yang diputar.
Central Duri Power Plant dan North Duri Power Plant di atas
menghasilkan energi listrik juga menghasilkan steam. Steam yang dihasilkan ini
dialirkan ke ladang minyak Duri untuk diinjeksikan. Sistem pembangkitan terdiri
dari dua komponen utama, yaitu turbin dan generator.
Di sekitar generator pembangkit biasanya terdapat switch yard dimana di
dalamnya terdapat switch gear (ruang kontrol) dan substation (gardu induk). Di
ruang kontrol (switch gear) ini kita bisa melihat tegangan, arus, faktor daya dan
komponen listrik lainnya pada trafo, saluran listrik, dan lain-lainnya sehingga kita
bisa memonitor kualitas listrik setiap saat. Tegangan yang keluar dari pembangkit

14
sebesar 13,8 kV akan dinaikkan oleh trafo daya menjadi 230 kV. Tegangan 230
kV ini ada yang ditransmisikan ke gardu yang lain yang jaraknya cukup jauh dan
ada yang diturunkan ke 115 kV oleh trafo 230/115 kV di dalam gardu di dekat
pembangkit.
Kemudian tegangan 115 kV akan diturunkan lagi menjadi 13,8 kV untuk
disuplai ke saluran. Sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa elemen penting,
yaitu sistem pembangkit, sistem transmisi, sistem sub-transmisi, dan sistem
distribusi. PT. Chevron Pacific Indonesia menggunakan sistem pembangkit
sendiri dengan frekuensi jaringan tenaga listrik 60 Hz sesuai dengan sistem
kelistrikan di Amerika Serikat yang saling terinterkoneksi meliputi wilayah
operasi Rumbai, Minas, Petapahan, Duri, dan Dumai.
Metode pembangkitan tenaga listrik yang digunakan adalah generator
turbin gas. Generator turbin gas digunakan karena tersedianya gas alam sebagai
bahan bakar dalam jumlah melimpah sebagai produk sampingan dari lapangan
minyak Chevron.
PT. CPI mempunyai 4 unit pusat pembangkit yang terdiri dari 26 unit
generator turbin gas dengan kapasitas terpasang adalah 664 MW. Pusat
pembangkit yang berada di PT. CPI adalah sebagai berikut :
a. Pusat Pembangkit Minas (224 MW)
Terdiri dari 11 turbin gas, dengan kapasitas masing-masing :
a. GT 1-5 sebesar 13 MW.
b. GT 6-8 sebesar 20 MW.
c. GT 9 -11 sebesar 33 MW.
2. Pusat Pembangkit Central Duri (100 MW)
Terdiri dari 5 turbin gas dengan kapasitas masing-masing 20 MW.
3. Pusat Pembangkit Duri (20 MW)
Terdiri dari 7 turbin gas dengan kapasitas masing-masing :
a. GT 1-2 Junk.
b. GT 3-6 Pemda.
c. GT 7 20 MW.

15
Saat ini pusat pembangkit Duri tidak dioperasikan lagi karena
pembangkityang baru di North Duri sudah mencukupi kekurangan yang
ada.
4. Pusat pembangkit North Duri (300 MW)
Terdiri dari 3 turbin gas dengan kapasitas sebesar 100 MW.

3.5. Sistem Transmisi PT. Chevron Pacific Indonesia

Sistem transmisi tenaga listrik adalah suatu sistem yang berfungsi untuk
menghubungkan sistem pembangkitan ke sistem distribusi dalam sistem tenaga
listrik, dengan tingkat tegangan tinggi, tegangan ekstra tinggi, dan atau tegangan
ultra tinggi menurut standar yang berlaku di suatu negara. Standar tegangan
transmisi di Indonesia adalah 66 kV, 150 kV, 380 kV, dan 500 kV.(Syahputra.
2016)
Sistem transmisi digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari
pembangkit ke pusat beban. Sistem transmisi yang digunakan oleh PT. Chevron
Pacific Indonesia terdapat 3 jenis tegangan transmisi yakni 230 kV, 115 kV, dan
44 kV. Hal ini dapat dibedakan dari tower/menara saluran transmisinya seperti
pada gambar 3.4.
1. 230 kV
Terdiri dari sirkuit ganda yang menghubungkan North Duri Switching
Yard ke Kota Batak Junction (KBJ). Saluran ini dibangun pada tahun
1998.
2. 115 kV
Saluran sepanjang 700 km ini menghubungkan trafo pembangkit ke
switching yard dan gardu induk serta antar switch yard di dalam area kerja
PT. Chevron Pacific Indonesia.
3. 44 kV
Sepanjang 105 km menghubungkan Central Duri ke Petani, Rangau dan
Pematang. Selain itu juga menghubungkan Minas ke North Rumbai, East
Rumbai, dan South North Duri ke Dumai.

16
Gambar 3.3. Sistem Transmisi di Minas Field

Untuk transmisi digunakan tegangan yang besar karena untuk


daya/kapasitas yang sama, tegangan yang besar menyebabkan arus yang mengalir
menjadi kecil. Karena arus yang mengalir kecil, maka luas/jari-jari penampang
konduktor yang diperlukan tidak terlalu besar.

3.6. Sistem Distribusi PT. Chevron Pacific Indonesia

Sistem distribusi tenaga listrik adalah suatu sistem yang berfungsi untuk
menerima daya listrik dari sistem transmisi dan menyalurkannya ke pusat-pusat
beban dalam sistem tenaga listrik, dengan tingkat tegangan menengah menurut
standar yang berlaku di suatu negara.(Syahputra. 2016)
Sistem distribusi merupakan sistem penyaluran listrik setelah dari
pembangkit yang melalui gardu-gardu induk ke konsumen. PT CPI memiliki
sistem distribusi dengan level tegangan :
1. 13.8 kV sepanjang 1742 km
2. 4.16 kV sepanjang 50 km
Tegangan diturunkan kembali untuk konsumsi kantor dan perumahan, yaitu
menjadi level tegangan 110 V phasa ke netral dan 220 V phasa ke netral.

17
BAB IV
GROUNDING POINT SISTEM

4.1. Teori Dasar Umum

Sistem pentanahan/ grounding system adalah suatu rangkaian/ jaringan


mulai dari kutub pentanahan/elektroda, hantaran penghubung sampai terminal
pentanahan yang berfungsi untuk menyalurkan arus lebih ke bumi, agar perangkat
peralatan dapat terhindar dari pengaruh petir dan tegangan asing lainnya.

4.2. Tahanan Jenis Tanah

Tahanan jenis tanah adalah tahanan listrik dari tahanan tanah yang
berbentuk kubus dengan volume 1 meter kubik. Kadang-kadang tahanan jenis
dinyatakan dalam ohm-m. Pernyataan ohm-m merepresentasikan tahanan diantara
dua permukaan yang berlawanan dari suatu volume yang berisi 1 m 3. Untuk
mendapatkan tahanan pentanahan yang kecil diperlukan upaya sebagai berikut,
mengetahui tahanan jenis tanah, kemudian membuat bentuk kutub tanah yang
sesuai.

4.2.1. Pengaruh Iklim

Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim,


pembumian dapat dilakukan dengan menanam elektroda pembumian sampai
mencapai kedalaman dimana terdapat air tanah yang konstan. Kadangkala
pembenaman elektroda pembumian membutuhkan kelembaban dan temperatur
bervariasi sehingga nilai tahanan jenis tanah harus diambil untuk keadaan yang
paling buruk, yaitu saat kondisi tanah kering dan dingin.

4.2.2. Pengaruh Suhu

Temperatur tanah sekitar elektroda pembumian juga berpengaruh pada


besarnya tahanan jenis tanah. Hal ini terlihat sekali pengaruhnya pada temperatur
di bawah titik beku air (0°C), dibawah nilai ini penurunan temperatur yang sedikit
saja akan menyebabkan kenaikan nilai tahanan jenis tanah dengan cepat.

18
4.3. Karakteristik Tanah

Karakteristik tanah sangat berkaitan erat dengan perencanaan sistem


pentanahan yang akan digunakan. Untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang
rendah tidak hanya dengan elektroda yang rendah, tetapi tahanan tanahnya juga
harus rendah. Pada kenyataannya, tanah, selain bersifat sebagai konduktor juga
bersifat dielektrik.

4.4. Jenis Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan yang menggunakan batang elektroda pentanahan yang


ditanam langsung ke dalam tanah terdiri dari berbagai macam cara, antara lain:
jenis pentanahan rod, jenis pentanahan grid, pentanahan kombinasi grid-rod.

4.4.1. Tahanan Pentanahan

Tahanan kutub pentanahan selanjutnya disebut tahanan pentanahan adalah


seluruh tahanan listrik yang dimiliki sistem pentanahan. Idealnya tahanan
pentanahan adalah 0 (nol), namun karena mencapainya sulit, maka sebagai
referensi, untuk gedung maksimum 5 Ohm.

4.4.2. Pentanahan Rod

Pada pentanahan rod ini, batang-batang elektroda ditanam tegak lurus


dengan permukaan tanah. Bila elektroda rod tersebut dialiri arus gangguan ke
tanah ketika daerah perumahan terjadi gangguan tanah, maka arus tersebut akan
menyebar atau mengalir ke tanah dan akan mengakibatkan naiknya beda potensial
pada permukaan tanah. Makin jauh dari elektroda tersebut, penyebaran arus
semakin luas, sehingga kepadatan arusnya juga semakin berkurang.

4.4.2.1. Satu Batang Elektroda yang ditanam Tegak Lurus ke dalam


Tanah

Gambar 4.1 menunjukkan satu batang elektroda berbentuk silinder dengan


panjang L yang di tanam tegak lurus permukaan tanah berdiameter 2a, dengan
bayangan di atas permukaan tanah. Elektroda tersebut ditanam dengan berbagai
jenis kedalaman.

19
Gambar 4.1. Penanaman elektroda batang (rod)

Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus dekat permukaan tanah (Gambar 4.1a),
nilai tahanannya yaitu :

(4.1)

Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus pada kedalaman beberapa cm dari
permukaan tanah (Gambar 4.1b), nilai tahanannya yaitu :

(4.2)

Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus dekat permukaan tanah dan menembus
lapisan tanah kedua (Gambar 4.1c), nilai tahanannya yaitu :

(4.3)

Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus pada kedalaman beberapa cm dari
permukaan tanah dan menembus lapisan tanah kedua (Gambar 4.1d), nilai
tahanannya yaitu :

(4.4)

20
(4.5) (4.6)

(4.7)

dengan :

R = Tahanan dari satu batang elektroda (Ω)

L = Panjang batang elektroda dalam tanah (m)

a = Jari-jari batang elektroda (m)

ρ1 = Tahanan jenis lapisan tanah pertama (Ω-m)

ρ2 = Tahanan jenis lapisan tanah kedua (Ω-m)

ho = Kedalaman penanaman elektroda (m)

K = Faktor refleksi

4.4.2.2. Dua Batang Elektroda yang ditanam Tegak Lurus ke dalam


Tanah

Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kedua batang elektroda yang
berbentuk silinder dengan panjang L yang ditanam tegak lurus permukaan tanah
dan dihubungkan di atas tanah dengan jarak S diantara dua batang elektroda
tersebut.

21
Gambar 4.2. Dua elektroda batang (rod)

Rumus untuk dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus di dalam tanah juga
diturunkan oleh H.B. Dwight dengan besar tahanan pentanahan ialah :

• Untuk S < L, yaitu :

(4.8.)
• Untuk S > L, yaitu :

(4.9)
dengan :
R = Tahanan dari satu batang elektroda (Ω)
L = Panjang batang elektroda dalam tanah (m)
S = Jarak penanaman antara kedua elektroda (m)
a = Jari-jari batang elektroda (m)
ρ = Tahanan jenis tanah (Ω-m)

4.4.2.3. Beberapa Batang Elektroda ditanam Tegak Lurus ke dalam


Tanah

Untuk jumlah konduktor yang lebih banyak, tahanan pentanahan akan


lebih kecil dan distribusi tegangan akan semakin merata. Penanamannya
berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar dengan jarak antara batang-

22
batang elektroda pentanahan adalah sama. Sedangkan konduktor penghubung
antara batang-batang elektroda tersebut terletak di atas permukaan tanah sehingga
tahanannya diabaikan. Pada kenyataannya, konduktor rod tersebut dihubungkan
dengan peralatan yang akan ditanahkan.

4.4.3. Pentanahan Kisi-kisi (Grid)

Pada pentanahan grid, batang-batang konduktor ditanam horizontal


didalam tanah. Batang-batang ini terhubung satu sama lain dan membentuk
beberapa buah mesh.

4.4.4. Pentanahan Kombinasi Grid dan Rod

Kombinasi sistem pentanahan suatu perumahan seringkali menggunakan


konduktor grid yang disusun horizontal dengan permukaan tanah yang dibantu
dengan batang-batang vertikal (rod).

4.5. Bagian-bagian Sistem Pentanahan

4.5.1 Kutub Pentanahan

Kutub pentanahan adalah komponen metal sebagai penghantar listrik yang


bersentuhan dengan tanah/ditanam di dalam tanah untuk mempercepat penyerapan
muatan listrik akibat petir atau tegangan lebih ke tanah.Bentuknya bermacam-
macam tergantung pada keperluannya.

4.5.2. Hantaran Penghubung

Hantaran penghubung adalah metal penghubung antara kutub pentanahan


dengan terminal, biasanya berupa kawat tembaga pilin/BC draad (BCW/BCC)
dengan diameter minimal 16 mm hingga 50mm.

23
4.5.3. Terminal Pentanahan

Terminal pentanahan adalah terminal atau titik di mana dihubungkan


dengan perangkat peralatan. Biasanya berupa lempeng tembaga cukup panjangnya
15 cm, lebar 3 cm dan tebal 1 cm.

4.6. Cara Mengukur Tahanan Jenis Tanah

Pengukuran tahanan jenis tanah biasanya dilakukan dengan cara :


1. Metode tiga titik (three-point methode).
2. Metode empat titik (four electode methode)

4.6.1. Metode Tiga Titik

Metode tiga titik (three-point methode) dimaksudkan untuk mengukur


tahanan pentanahan. Misalkan tiga buah batang pentanahan dimana batang 1 yang
tahanannya hendak diukur dan batang-batang 2 dan 3 sebagai batang
pengentanahan pembantu yang juga belum diketahui tahanannya, seperti pada
gambar 4.3.

Gambar 4.3. Rangkaian pengukuran tahanan jenis tanah dengan Metode tiga titik

4.6.2. Metoda Empat Titik

Peralatan yang dibutuhkan:

• 4 kutub tanah pertolongan/batang besi

• 1 buah Amperemeter

• 1 buah Voltmeter sumberdaya AC

Cara penyambungan:

24
4 batang besi (sebut saja sebagai batang C1, P1, P2 dan C2) ditancapkan ke tanah
dalam satu baris dengan jarak masing-masing a meter. Antara P1 dan P2 dipasang
Volt meter, antara C1 dan C2 disambungkan dengan Ampere meter dan sumber
daya AC 110/220 VAC.

Gambar 4.4. Metode Wenner

Cara pengukuran:

Sambungkan sumber daya, ukur berapa Ampere arus yang mengalir antara C1 dan
C2, misalnya I Ampere. Ukur berapa beda potensial antara P1 dan P2, misalnya V
(Volt). Masukkan besaran pada rumus:

Rho = 2 π a R (4.10)

di mana π = 3,14

a = jarak antara batang besi

R = V/I

4.7. Pengukuran Tahanan Pentanahan

Untuk mengetahui apakah suatu tahanan pentanahan sesuai dengan


standar, maka diperlukan pengukuran tahanan pentanahan tersebut. Pengukuran
tersebut atas beberapa jenis yang secara menyeluruh disebut sebagai pengukuran
tahanan pentahanan. Pengukuran yang disebut diatas adalah pengukuran tahanan
pentanahan yang bertujuan mengetahui besarnya tahanan pentanahan dari
beberapa kondisi tanah.

25
4.8. Bahan dan Peralatan Pengukuran

4.8.1. Elektroda

Elektroda yang digunakan pada pengukuran terbuat dari tembaga dengan


diameter 1,5 cm panjang 3 meter.

4.8.2. Peralatan Pengukuran

Peralatan–peralatan yang diperlukan dalam proses pengukuran tahanan


pentanahan, antara lain :
a. Earth Resistance Tester
Dengan data sebagai berikut :
 Merk : FLUKE 1625-2
 Sumber tenaga : 50V DC jenis baterai > 3000 pengukuran (RE+RH ≤ 1
kΩ) , > 6000 pengukuran (RE+RH ≤ 10 kΩ)
 Jenis : Digital GEO Earth Ground Tester
 Alat ini berfungsi untuk menampilkan nilai tahanan pentanahan yang
terukur dengan kemampuan mengukur sampai kedalaman 10000 Ω
(ohm). Skema gambar Earth Resistance Tester ini ditunjukan pada
gambar 4.5.

26
Gambar 4.5. Digital GEO Earth Ground Tester
Keterangan:
1. LCD penampil nilai ukur.
2. Simbol baterai dalam keadaan lemah.
3. LED indicator (berwarna hijau).
4. Tombol uji untuk mengunci.
5. Terminal pengukuran.

b. Elektroda Batang Bantu


Yang berfungsi sebagai pembanding dari elektroda utama untuk
mendapatkan nilai tahanan pentanahan.
c. Meteran
Alat untuk mengukur jarak antar elektroda dan kedalaman elektroda.
d. Kabel penghubung
Kabel penghubung berfungsi untuk menghubungkan Earth Resistance
Tester dengan elektroda uji dan elektroda bantu.
e. Martil
Martil ini adalah alat yang digunakan untuk membantu menanam elektroda
ke dalam tanah.
f. Underground Cable Locator

4.9. Sistem Pengukuran

4.9.1. Rangkaian Ukur

Rangkain alat ukur pentanahan

27
28
Gambar 4.6 Rangkaian alat ukur pentanahan

(a) Skema pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal

(b) Skema pengukuran tahanan dengan elektroda ganda

(c) Skema pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal di septictank

(d) Rangkaian pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal

4.10.2. Prosedur Pengukuran

PT. CPI menerapkan 4 (empat) tahapan untuk melakukan suatu pekerjaan, yaitu:

1. Planning (Perencanaan)
2. Permitting (Pengurusan Izin Kerja)
3. Implementing (Eksekusi Pekerjaan)
4. Closing (Penyelesaian Izin Kerja)

4.10.2.1. Perencanaan Tahapan Pengukuran Tahanan Pentahanan


dengan Elektroda ditanam di tanah

Perencanaan pengukuran tahanan pentanahan elektroda batang dengan


kedalaman bervariasi dilakukan dengan 2 metode yaitu :

a. Perencanaan tahapan pengukuran tahanan pentahanan dengan


elektroda ditanam di tanah menggunakan elektroda tunggal

Pengukuran tahanan pentanahan elektroda batang tunggal dengan


kedalaman bervariasi dilakukan dengan tahapan pengukuran sebagai berikut :

29
1. Mempersiapkan peralatan dan bahan.
2. Mengecek tegangan baterai dengan menghidupkan Digital Earth
Resistance Tester . Jika layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah
berarti kondisi baterai dalam keadaan baik. Jika layar menunjukkan simbol
baterai lemah atau bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai pelu
diganti.
3. Membuat rangkaian pengujian seperti pada gambar 4.6 (a) dengan
menanam elektroda utama dan elektroda bantu. Menanam elektroda
dengan memukul kepala elektroda menggunakan martil, jika menjumpai
lapisan tanah yang keras sebaiknya jangan memaksakan penanaman
elektroda.
4. Menetukan jarak antar elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal 10
meter.
5. Mengukur tegangan tanah dengan dengan mengarahkan range switch ke
earth voltage dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika
earth voltage bernilai lebih tinggi dari 10 V diperkirakan akan terjadi
banyak kesalahan dalam nilai pengukuran tahanan.
6. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utama dan elektroda
bantu dengan mensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tombol ”
PRESS TO TEST ”. Jika tahanan elektroda utama terlalu tinggi atau
menunjukkan simbol ” . . . ” yang berkedip-kedip maka perlu dicek
penghubung atau penjepit pada elektroda utama.
7. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang
diinginkan dan tekan tombol ” PRESS TO TEST ” selama beberapa detik.
8. Mencatat nilai ukur tahanan yang muncul dari Digital Earth Resistance
Tester.
9. Mengembalikan posisi tombol ” PRESS TO TEST ” ke posisi awal.
10. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaman elektroda utama yang
berbeda dengan langkah 3, 7, 8, 9.
11. Tahapan yang sama untuk kondisi tanah yang berbeda.

30
12. Pengukuran ulang grounding dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk melihat
hasil nilai tahanan grounding point sistem.
13. Sebelum melakukan pekerjaan yang bersifat penggalian, dilakukan
pengecekan detektor kabel di area yang akan di gali tersebut untuk
mencegah terjadinya kerusakan fasilitas yang ada dibawah tanah.

Diagram alir proses pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang


tunggal ditanam di tanah adalah :

Mengatur jarak
Menyiapkan alat elektroda utama
Mulai ukur dan bantu sebesar
6m

Mengatur Mencatata tahanan


kedalaman pentanahan yang Selesai
elektroda utama dihasilkan

Gambar 4.7 Diagram alir proses pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang
tunggal

b. Perencanaan tahapan pengukuran tahanan pentahanan elektroda


ditanam di tanah menggunakan elektroda ganda

Pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang ganda


menggunakan 2 metode yaitu panjang elektroda utama (L) < jarak antar elektroda
utama (S) dan panjang elektroda utama (L) > jarak antar elektroda utama (S).

Pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang ganda dengan


kedalaman bervariasi dilakukan dengan tahapan pengukuran sebagai berikut :

1. Mempersiapkan peralatan dan bahan.


2. Mengecek tegangan baterai dengan menghidupkan Digital Earth
Resistance Tester . Jika layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah
berarti kondisi baterai dalam keadaan baik. Jika layar menunjukkan simbol

31
baterai lemah atau bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai pelu
diganti.
3. Membuat rangkaian pengujian seperti pada gambar 4.6 (b) dengan
menanam elektroda utama dan elektroda bantu. Menanam elektroda
dengan memukul kepala elektroda menggunakan martil, jika menjumpai
lapisan tanah yang keras sebaiknya jangan memaksakan penanaman
elektroda.
4. Menetukan jarak antar elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal 10
meter.
5. Menentukan jarak antar elektoda utama (L) < (S).
6. Mengukur tegangan tanah dengan dengan mengarahkan range switch ke
earth voltage dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika earth
voltage bernilai lebih tinggi dari 10 V diperkirakan akan terjadi banyak kesalahan
dalam nilai pengukuran tahanan.
7. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utama dan elektroda
bantu dengan mensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tombol ”
PRESS TO TEST ”. Jika tahanan elektroda utama terlalu tinggi atau
menunjukkan simbol ” . . . ” yang berkedip-kedip maka perlu dicek
penghubung atau penjepit pada elektroda utama.
8. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang
diinginkan dan tekan tombol ” PRESS TO TEST ” selama beberapa detik.
9. Mencatat nilai ukur tahanan yang muncul dari Digital Earth Resistance
Tester.
10. Mengembalikan posisi tombol ” PRESS TO TEST ” ke posisi awal.
11. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaman elektroda utama yang
berbeda dengan langkah 3, 7, 8, 9.
12. Kembali ke langkah 1 sampai langkah 11 untuk pengukuran tahamam
pentanahan dengan jarak antar elektoda utama (L) > (S).
13. Tahapan yang sama untuk kondisi tanah yang berbeda.

Mengatur jarak
Menyiapkan alat elektroda utama
Mulai
ukur dan bantu sebesar 32
6m

Mengatur Mencatata tahanan


elektroda utama dihasilkan

4.11. Data Hasil Pengukuran

Pengukuran tahanan yang dilakukan pada 12 titik CCTV di Gathering Station-1


(GS-1) pada kondisi jenis tanah yang berbeda yaitu :

1. Kondisi tanah berair


2. Kondisi tanah liat
3. Kondisi tanah berbatu

Berikut keterangan lokasi Gathering Station-1 (GS-1)

a. Koordinat : 0°40ʹ39.9ʺN 101°06ʹ59.6ʺE


b. Panjang : 100 M
c. Lebar : 40 M
d. Kedalaman: 2.4 m
e. Kapasitas : 8300 M3
1. PIT 4
a. Koordinat : 0°40ʹ36.2ʺN 101°06ʹ58.8ʺE
b. Panjang : 150 M
c. Lebar : 50 M
d. Kedalaman: 2.4 M
e. Kapasitas : 10400 M3
2. PIT 5
a. Koordinat : 0°40ʹ32.4ʺN 101°06ʹ58.2ʺE
b. Panjang : 120 M
c. Lebar : 42 M
d. Kedalaman: 2.75 M
e. Kapasitas : 12000 M3

Dari hasil pengukuran pada 2 kondisi tanah diatas telah diperoleh data sebagai
berikut :
1. Tahanan pentanahan elektroda tunggal yang ditanam di tanah dengan
kedalaman bervariasi.

33
2. Tahanan pentanahan elektroda ganda yang ditanam di tanah dengan
kedalaman bervariasi.
Pengukuran dilakukan pada temperatur 28° C-30° C

4.11.1.Pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda tunggal yang

ditanam di tanah dengan kedalaman bervariasi.

Data-data hasil pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda tunggal


yang ditanam di tanah dengan kedalaman bervariasi ditunjukkan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal ditanam di
tanah.

4.11.2. Pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda ganda yang

ditanam di tanah dengan kedalaman bervariasi.

Data-data hasil pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda tunggal


yang ditanam di tanah dengan kedalamam bervariasi untuk S < L ditunjukkan
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda ganda dengan S < L
ditanam di tanah.

34
Data-data hasil pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda tunggal
yang ditanam di tanah dengan kedalamam bervariasi untuk S > L ditunjukkan
pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda ganda dengan S > L
ditanam di tanah.

4.12. Analisis dan Perhitungan Pengaruh Kedalaman Elektroda yang


ditanam di tanah Terhadap Tahanan Pentanahan

Struktur dan karakteristik tanah merupakan salah satu faktor yang mutlak
diketahui karena mempunyai kaitan erat dengan perencanaan sistem pentanahan
yang akan digunakan. Nilai tahanan jenis tanah harganya bermacam-macam,
tergantung pada komposisi tanahnya. Batasan atau pengelompokan tahanan jenis
dari berbagai macam jenis tanah pada kedalaman tertentu tergantung pada
beberapa hal antara lain pengaruh temperatur, pengaruh kelembaban, dan
pengaruh kandungan kimia
Secara teori untuk tanah pada kondisi tanah yang sama, semakin dalam
penanaman elekroda, tahanan tanah dan tahanan jenis tanah akan menurun karena
semakin dekat dengan air tanah yang berpengaruh dengan kelembaban yang
nantinya berpengaruh terhadap konduktivitas. Berdasarkan rumus juga terlihat
bahwa tahanan tanah sebanding dengan tahanan jenis dan berbanding terbalik
dengan kedalaman penanaman elektroda.
Semakin dalam kedalaman elektroda yang tertanam maka nilai tahanan
pentanahan semakin rendah. Hal ini terjadi juga pada semua kondisi tanah yang
berbeda-beda (rawa, tanah liat, tanah berbatu). Hanya saja besarnya nilai tahanan

35
pada elektroda ganda dengan S > L ini berbeda dibandingkan dengan nilai tahanan
dari pengukuran elektroda tunggal dimana nilai tahanan pada kondisi ini lebih
rendah.
Tahanan pentanahan dengan elektroda ganda yang tertanam pada kondisi S
< L juga mengalami penurunan nilai tahanan jika kedalaman elektroda dari kedua
elektroda tersebut tertanam semakin dalam. Hanya saja pada elektroda ganda
dengan S < L mempunyai nilai lebih besar dari nilai tahanan dengan elektroda
ganda pada kondisi S > L tetapi nilai tahanan pada kondisi ini lebih kecil dari nilai
tahanan dengan menggunakan elektroda tunggal. Penurunan nilai tahanan ini
terjadi pada ketiga jenis tanah yang berbeda.

36
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran tahanan pentanahan, maka dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut :

a. Tahanan elektroda pentanahan untuk elektroda tunggal maupun ganda


akan bernilai semakin kecil bila elektroda tersebut ditanam semakin
dalam dari permukaan tanah baik yang tertanam di tanah ataupun
tertanam di tanah berair (rawa).
b. Untuk dua batang elektroda, bila jarak antara kedua elektroda menjadi
lebih besar dari panjang elektroda, maka nilai tahanan total pentanahan
akan semakin kecil.
c. Nilai tahanan pentanahan yang bernilai paling kecil untuk elektroda
yang tertanam di tanah yaitu pada kondisi jenis tanah rawa
dibandingkan pada kondisi tanah liat dan nilai tahanan pentanahan pada
kondisi tanah liat lebih kecil dibandingkan dengan tanah berbatu.
d. Khusus penanaman elektroda batang tunggal pada kondisi jenis tanah
berair (rawa) memiliki nilai tahanan yang lebih rendah jika
dibandingkan tertanam di tanah.

5.2. Saran

1. Pengukuran dan analisis bisa dikembangkan dengan metode kondisi tanah


dan jenis elektroda batang yang lain.
2. Jika akan memasang elektroda pentanahan perlu dipertimbangkan faktor
keselamatan, karena jika terjadi sambaran petir maka ada kemungkinan
elektroda batang akan meledak akibat dilewati arus gangguan petir,
sehingga untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya penanaman elektroda
tersebut tertanam didasar tanah berair (rawa) tersebut.

37
3. Selama melakukan pengukuran ataupun melakukan suatu pekerjaan
diharuskan menggunakan dan melengkapi APD (Alat Pelindung Diri)
yang sesuai standar operasional PT. Chevron Pacific Indonesia dan
Undang- Undang yang ditetapkan KEMENAKER sesuai peruntukannya
untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja pada
karyawan atau peralatan kerja.

38
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional BSN, Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir.

Badan Standardisasi Nasional BSN, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000


( PUIL 2000 .)

Dibyantoro, Primastro, Perencanaan Sistem pentanahan Pada Gardu Induk,


Tugas Akhir, Teknik Elektro Fakultas Teknik Undip, Semarang, 2003.

Lanzoni, Joseph, Designing for a Low Resistance Earth Interface (Grounding),


Lighting Eliminators and Consultants Inc. : Colorado, USA.

Syahputra, Ramadoni. “Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik.” LP3M UMY,


Yogyakarta, 2016, doi:10.1016/0024-6301(95)94318-S.

39

Anda mungkin juga menyukai