Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PELAKSANAAN KERJA PRATEK INDUSTRI (KPI)

DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK GIS LISTRIK

DISUSUN OLEH :

NAMA : LESTI VERONIKA SIRAIT

NIM : 5181230003

KELAS :A

MATA KULIAH : KERJA PRAKTEK INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan manusia akan energi listrik akan bertambah terus menerus,
baik itu dari sektor rumah tangga. Sesuai dengan kebutuhan akan peningkatan dan
taraf hidup manusia yang di merupakan hasil pembangunan yang di lakukan oleh
pemerintah. Oleh karena itu, penyediaan energi listrik merupakan permasalahan
yang sangat kompleks sebagai salah satu kebutuhan yang sangat berperan serta
dalam melakukan aktivitas manusia. Penyediaan energi listrik tidak lepas dari
suatu sistem tenaga listrik dari pusat pembangkitan, sistem penyaluran transmisi,
sampai kepada kondisi konsumen yang membutuhkan.
Meningkatknya kebutuhan energi listrik maka perlu di adakan suatu sistem
pusat pembangkitan dan penyaluran untuk mengatasi masalah masalah yang
timbul. Hal tersebut akan mengatasi agar suatu sistem tenaga dapat berjalan sesuai
dengan fungsinya. Salah satu faktor penghambat yang menyebabkan tidak
terlayaninya energi listrik ke konsumen adalah permasalahan yang timbul dari
sistem maupun peralatan – peralatan yang mendukung dari sistem tersebut.
Oleh karena itu, dalam peningkatan pelayanan perlu dibangun gardu -
gardu induk sebagai tempat pengendalian operasi sistem tenaga mulai dari
pembangkitan, transmisi, sampai pada sistem distribusi untuk penyaluran pada
konsumen. Sesuai dengan fungsi gardu induk maka pelayanan harus didukung
dengan fasilitas serta pelatan-peralatan pada gardu induk yang mana
keseluruhannya dapat bekerja jika terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik
sehingga mengakibatkan terhentinya pasokan listrik ke konsumen.
Kerugian yang timbul akibat terhentinya pelayanan akan berpengaruh pada
invsetasi yang di kelola oleh perusahaan kelistrikan dalam hal ini adalah PLN
maupun pada konsumen itu sendiri. Oleh karena itu, dituntut agar pengoperasian
gardu induk harus lebih mampu meningkatkan efisiensi kerja kontinuitas
pelayananan agar dapat berjalan dengan baik dan benar.

2
Gas Insulated Substasion atau Gas Insulated Switchgear (GIS) adalah
gardu induk yang memerlukan isolasi gas SF6. Contohnya seperti pada PT. PLN
(persero) Gardu Induk GIS Listrik. Gas Insulated Switchgear mempunyai fungsi
yang sama dengan Gardu Induk yaitu sebagai sentral pengaturan dan
pendistribusian energi listrik beserta jaringan transmisinya. Selain itu Gardu Induk
juga berfungsi sebagai fasilitator penghubung antara saluran transmisi yang satu
terhadap saluran transmisi yang lain, atau penghubung antara saluran transmisi
dengan saluran distribusi. Ditinjau dari fungsi tersebut terlihat bahwa keberadaan
Gardu Induk menjadi sangat vital adanya dalam penyaluran energi listrik.
Macam peralatan yang tersedia di Gardu Induk antara lain :Transformator
(Trafo), Bay Transmisi dan Distribusi, Rel/Bus Bar, Arrester, PMT (Pemutus
Tenaga), PMS (Pemisah), Kopel Bus Bar, Ruang Kontrol, Peralatan Komunikasi
(Power Line Carier), Baterai dan sebagainya. Secara prinsip peralatan yang
dipasang pada GIS sama dengan peralatan yang dipasang pada GI. Namun ada
beberapa perbedaan, diantaranya peralatan-peralatan utama berada dalam suatu
selubung logam tertutup rapat yang didalamnya berisi gas bertekanan, yaitu SF6
(Sulfur Hexaflourida). Gas SF6 berfungsi sebagai isolasi switchgear dan sebagai
operasi pemadan busur api pada circuit breaker (CB). Dengan
demikian pemasangan GIS berbeda dengan GI Konvensional.

Ada beberapa peralatan yang memerlukan perhatian dan ketelitian, salah


satunya adalah sumber arus DC (rectifier dan batere) yang merupakan jantung
atau kunci utama dalam mengoperasikan peralatan kontrol dan proteksi. Sehingga
apabila sistem kerja suplai arus DC terganggu atau tidak berfungsi maka peralatan
kontrol dan proteksi tidak dapat dioperasikan.
Hal ini akan berakibat sistem penyaluran listrik mengalami black out
(mati) dan bahkan mungkin akan timbul kerusakan pada perlengkapan gardu
induk. Kasus tersebut sangat tidak diharapkan terjadi pada suatu gardu induk,
khususnya di Gardu Induk GIS Listrik. Oleh karena itu diperlukan suatu antisipasi
yang tepat dan terencana dengan baik agar sumber arus DC tetap berfungsi.

3
1.2 Tujuan Kerja Praktik Industri
Adapun maksud dan tujuan daripada magang ini adalah sebagai berikut :
1. Secara akademis Kerja Praktek Industri merupakan salah satu syarat
menyelesaikan program Pendidikan S1
2. Melihat dan mengenal secara langsung di lapangan serta menerapkan
teori dasar yang telah diperoleh di bangku kuliah.
3. Mengenal dan memahami beberapa aspek tentang perusahaan seperti :
a. Aspek organisasi dan manajemen
b. Aspek teknologi
c. Aspek sosial dan lingkungan
4. Memperoleh keterampilan dalam hal penguasaan pekerjaan, sehingga
menambah pengalaman sebagai persiapan untuk terjun ke masyarakat.
5. Memperoleh kesempatan untuk ikut memecahkan permasalahan dalam
ruang lingkup perusahaan, sekaligus berlatih untuk mendisiplinkan diri
dan bertanggung jawab.

6.

1.3 Manfaat Kerja Praktik Industri


1. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh pengalaman tentang dunia kerja di PT. PLN (Persero)
Gardu Induk GIS Listrik.
b. Memahami sistem Peralatan pada Gardu Induk dan bagian-bagian
serta fungsinya.
c. Mengetahui bagaimana cara pemeliharaan Peralatan pada Gardu
Induk.
2. Bagi Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan
a. Menjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan PT.
PLN (Persero).
b. Memperoleh gambaran tentang perusahaan sebagai bahan informasi
untuk mengembangkan pendidikan.
c. Mensinkronkan ilmu pengetahuan dari universitas untuk diterapkan
dalam dunia kerja.

4
d. Merupakan salah satu wujud penerapan ilmu teknik dari Universitas
Negeri Medan guna membantu mahasiswa agar lebih mengenal
dunia kelistrikan yang sesungguhnya.
3. Bagi PT. PLN (Persero) Gardu Induk GIS Listrik
a. Merupakan perwujudan nyata perusahaan dalam mendukung dan
memajukan dunia pendidikan.
b. Dapat mendidik generasi muda yang nantinya akan dapat bekerja di
PT. PLN (Persero).
c. Mengenalkan perusahaan kepada masyarakat melalui kerjasama
antara pihak perusahaan dengan perguruan tinggi.
d. Membantu program pemerintah dalam menyiapkan Sumber Daya
Manusia yang lebih berkualitas dan berkompeten.

5
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda. Pada saat itu penyediaan tenaga listrik di negara
kita dikelola oleh beberapa perusahaan salah satunya adalah NV OGEM
(Overzeese Gase dan Electritiest Maathappy) yang berpusat di negara Belanda,
sedangkan di Indonesia berpusat di Jakarta.
Tiga puluh tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya
dibangun di pertapakan kantor PLN cabang Medan yang sekarang di jalan listrik
No.12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM, yaitu salah satu perusahaan
swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan listrik di Tanjung Pura dan
Pangkalan Brandan 1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga, Berastagi, dan Tarutung
1929, Tanjung Balai 1931, Labuhan Bilik 1936, dan Tanjung Tiram 1937.
Masa penjajahan Jepang hanya mengambil alih pengelolaan perusahaan
listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan
jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi perusahaan listrik Sumtera, perusahaan
listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerintahan tentara Jepang
waktu itu.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah
Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik di seluruh penjuru tanah air untuk
mengambil alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang.
Perusahaan listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada pemerintah RI
dalam hal ini Departemen pekerjaan umum. Untuk mengenang peristiwa ambil
alih itu, maka, dengan penetapan Pemerintah No. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27
Oktober sebagai hari Listrik.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah Badan Usaha Milik Negara yang
mengurusi semua aspek kelistrikan, mulai dari pembangkit, transmisi dan
disribusi yang ada di Indonesia. Dipimpin oleh seorang direktur utama, memiliki
beberapa unit bisnis dan anak perusahan yang tersebut diseluruh wilayah
Indonesia.

6
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di
bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada
saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelolah gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status
Perusahan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan
tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan
kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak
tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang.

PLN merupakan satu-satunya perusahaan penjual jasa listrik di Indonesia.


Dalam pelayanan pendistribusian kelistrikan PLN membagi-bagi fungsi unit
induknya kedalam beberapa unit induk berdasarkan pada sistem tenaga listrik
yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Selain itu ada juga unit induk atau
pusat-pusat lain sebagai penunjang berlangsungnya perusahaan. Karena luasnya
cakupan wilayah kerja PLN, maka PLN memiliki unit-unit di seluruh wilayah
Indonesia yang mempunyai fungsi masing-masing sesuai dengan unit induknya.
Struktur PLN dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Kantor Pusat PLN:


Kantor Pusat adalah organisasi PLN tingkat pusat dimana
merupakan pusat dari penyelenggara bisnis PLN diseluruh Indonesia.
Disinilah para direksi PT. PLN berkantor. Kantor pusat PLN terletak di
Jalan Trunojoyo Blok M-I Melawai, Kebayoran Baru, Kota Jakarta
Selatan. Pimpinan kantor pusat PLN adalah pimpinan tertinggi dalam
perusahaan ini yaitu Direktur Utama.

7
2. Unit Induk dan/atau Pusat-Pusat
Unit Induk merupakan unit dari PLN sebagai kepanjangan tangan
dari kantor pusat untuk pelayanan kelistrikan di PLN, serta merupakan
lembaga di PLN sebagai penunjang bisnis kelistrikan PLN di wilayah.
Unit induk dibagi sesuai fungsinya contoh PLN Unit Induk Distribusi
Jawa Barat yang terletak di Bandung sebagai pelayanan distribusi di
Provinsi Jawa Barat, atau PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Tengah
sebagai pelayanan transmisi listrik di provinsi Jawa Barat dan Jawa
Tengah Yogyakarta. Sedangkan pusat-pusat adalah lembaga PLN sebagai
penunjang bisnis PLN contohnya PLN Pusat Pendidikan dan Latihan
(PUSDIKLAT) yaitu lembaga untuk pengembangan dan pelatihan
pegawai PLN, serta pusat yang lain. Unit induk dan/atau Pusat-pusat
dipimpin oleh seorang General Manager Unit Induk atau General Manager
Pusat.
3. Unit Pelaksana
Unit Pelaksana adalah unit di bawah unit induk dan/atau pusat-
pusat sebagai pembagian wilayah pelayanan PLN kedalam ruang lingkup
yang lebih kecil agar pelayanan PLN bisa lebih terfokus dan langsung
menyentuh pada masyarakat, contohnya adalah Unit Pelaksana Pelayanan
Pelanggan (UP3) yaitu unit pelaksana di bawah unit induk distribusi, atau
Unit Pelaksana Transmisi (UPT) yaitu unit pelaksana di bawah unit induk
transmisi, contoh lain adalah Unit Pelaksana Pendidikan dan Latihan
(UPDL) yaitu unit pelaksana di bawah PLN PUSDIKLAT. Unit Pelaksana
dipimpin oleh seorang Manager Unit Pelaksana.
4. Unit Layanan:
Unit Layanan adalah unit dibawah unit pelaksana dengan ruang
lingkup pembagian dari wilayah unit pelaksana, misalnya dalam satu unit
pelaksana terdapat beberapa unit layanan. Tetapi tidak semua unit
pelaksana di PLN mempunyai unit layanan, tergantung pada jumlah
pelanggan dan area pelayanan unit pelaksana PLN, contoh unit layanan
pelanggan (ULP) adalah unit layanan di bawah UP3, atau unit layanan

8
transmisi dan gardu induk (ULTG) unit layanan di bawah UPT. Unit
Layanan dipimpin oleh seorang Manager Unit Layanan.

Gambar 2.1 Logo PT.PLN (Persero)

Visi dan Misi PT. PLN (Persero)

Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang,
Unggul dan Terpercaya dengan bertupu pada Potensi Insani.

Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Motto
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik.

2.2 Jenis Usaha


PT. PLN (Persero) UI P3B Sumatera UPT Medan Gardu Induk GIS Listrik
adalah bagian dari BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

9
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 2.2 Struktur Organisasi UPT Medan

10
Alifa Farah

Supervisor GI GIS Listrik

Rudi Sinurat Zulmi R. Yoga Ginting Agit Aditya

Operator Operator Operator Operator

Gambar 2.3 Struktur Organisasi GI GIS Listrik

Single Line Diagram GI GIS Listrik


Single Line diagram Gardu Induk GIS Listrik dapat dilihat pada gambar
2.4. Gardu Induk GIS Listrik merupakan gardu induk dengan siste double busbar,
dimana memiliki dua busbar yang efektif dalam pengurangan pemadaman beban
saat melakukan perubahan sistem. Pada Gardu Induk GIS Listrik ini mendapatka
suplai tenaga dari Gardu Induk Titi Kuning. Gardu induk GIS Listrik menyuplai
20 penyulang dengan yang beroperasi yang mengarah pada :
1. penyulang LK4 ke GH cambridge 11. Penyulang LI5 GH kampung keling
2. Penyulang LK5 ke GH USU 12. Penyulang LI6 ke Uniland
3. Penyulang LK6 ke Kantor Gubernur 13. Penyulang LI7 ke Jl. Palang Merah
4. Penyulang LK7 ke GH jl. Listrik 14. Penyulang LS1 ke GH Tiara
5. Penyulang LK8 ke Cabang Medan 15. Penyulang LS2 ke Centre Point
6. Penyulang LK9 ke GH Letnan 16. Penyulang LS3 ke GH A3 Debur
7. Penyulang LK10 ke GH Cadika 17. Penyulang LS4 ke GH Carefour
8. Penyulang LI1 ke GH Dr. Stool 18. Penyulang LS5 ke GH Petisah
9. Penyulang LI3 ke Sun Plaza 19. Penyulang LS6 ke Sei batu ginging
10. Penyulang LI4 ke GH Thamrin 20.Penyulang LS7 ke Jln. Dr. Mansyur

11
Gambar 2.4 Single Line Diagram GIS Listrik

12
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Gardu Induk

Gardu induk adalah suatu gardu yang mendapat daya dari saluran
transmisi atau subtransmisi suatu sistem tenaga lisrik, kemudian menyalurkannya
ke daerah beban (industri, kota, dll) melalui suatu distribusi primer.
Fungsi dari Gardu Induk adalah sebagai berikut :
1. Mentransformasikan tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ketegangan
yang lainnya atau tegangan menengah.
2. Pengukuran pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari sistem
tenaga listrik.
3. Pengaturan daya ke gardu-gardu lainnya melalui tegangan tinggi dan gardu
distribusi melalui feeder tegangan menengah.
Pada dasarnya gardu induk terdiri dari saluran masuk dan dilengkapi
dengan transformator daya, perlatan ukur, peralatan penghubung dan lainnya yang
saling menunjang. Gardu induk dapat diklasifiasikan menjadi 3 bagian
diantaranya adalah :

3.1.1 Klasifkasi Gardu Induk Berdasarkan Lokasi Dan Fungsi /Peranannya


Menurut lokasinya di dalam sistem tenaga lstrik, fungsi dan tegangannya
(tinggi, menengah, dan rendah) maka gardu induk dibagi menjadi :
a. Gardu induk
Adalah suatu gardu yang mendapat daya dari saluran transmisi atau
subtransmisi suatu sistem tenaga listrik, kemudian menyalurkannya ke
arah beban (industri, kota, dll) melalui suatu distribusi pimer
b. Gardu distribusi
Adalah gardu listrik yang mendapat daya dari saluran distribusi
primer yang menyalurkan tenaga listrik ke pemakai dengan tegangan
rendah.

13
3.1.2 Klasifikasi Gardu Induk Berdasarkan Penempatan Peralatanya
Menurut penempatan peralatannya gardu induk terbagi lagi menjadi :
1. Gardu induk pemasangan dalam (indoor)
Gardu induk dimana semua peralatannya (switchgear, CT, PT dan
lain-lain) di pasang di dalam gedung / ruangan tertutup. Sebagai contoh :
gardu induk GIS Listrik yang terdapat di UPT Medan.
2. Gardu induk pemasangan luar (outdoor)
Gardu induk di mana semua peralatannya (switchgear, CT, PT dan
lain-lain) di pasang di ruangan terbuka. Sebagai contoh : gardu induk Titi
Kuning yang terdapat di UPT Medan.
3. Gardu induk pemasangan dalam bawah tanah (undergroud substation)
Gardu induk ini biasanya berada di daerah perkotaan, dimana lahan
yang tidak memnginkan lagi untuk pemasangan gardu induk.
4. Gardu induk pemasangan sebagian bawah tanah (semi-underground)
Gardu induk ini biasanya di pasang di bawah tanah, dimana
sebagian peralatanya berupa transformator daya, bus dan lainnya di
pasang di atas tanah.
5. Gardu induk mobil (mobile subtation)
Peralatan gardu induk berada di atas mobil trailer sehingga bisa di
pindahkan ke tempat yang dibutuhkan. Biasanya di pakai unuk keadaa
darurat dan bersifat sementara waktu.
6. Gardu satuan (unit substation)
Merupakan gardu pasangan luar yang di pakai sebagai ganti
transformator 3 fasa dan lemari gardu distribusi.
7. Gardu jenis peti (box type substation)
Merupakan gardu induk distribusi untuk tegangan dan kapasitas
relative rendah dan sama sekali tidak di jaga misalnya didaerah pertanian
atau desa yang kebutuhannya kecil dan merupakan beban yang tidak
begitu penting.

14
3.1.3 Klasiikasi Menurut Tegangannya
1. Gardu induk transmisi
Tegangan yang ada di Gardu Induk adalah tegangan 500 KV, 275
KV, 150 KV, dan 20 KV. Di UPT Medan dengan tegangan 275 KV
terdapat di GITET Galang, Binjai, dan Pangkalan susu, sedangkan di GI
GIS Listrik teganganya adalah 150 KV.
2. Gardu Distribusi
Gardu induk distribusi menerima tegangan dari gardu induk
transmisi dengan menurunkan tegangan menengah 20 kv , 12 kv dan 6 kv.
Selanjtnya tegangan itu di turunkan kembali menjadi tegangan rendah
380/220 volt.

3.2 Gas Insulated Swicthgear


GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 (Sulfur Hexafluoride)
sebagai media isolasi, menjadikannya sebagai sebuah teknologi yang maju dan
telah banyak dipakai di banyak gardu untuk melayani kebutuhan listrik dimulai
tahun 1960. Pada awalnya GIS merupakan sebuah konsep dari “ ruang yang
tertutup ” oleh bahan logam pada tahun 1920 dimana minyak digunakan sebagai
bahan isolasi di dalamnya. Kemudian pada tahun 1930-an, digunakanlah gas
untuk pertama kalinya sebagai media isolasi, dimana Freon merupakan gas
pertama yang dipakai saat itu .
Dengan munculnya teknologi untuk menghasilkan Gas SF6, maka
digunakanlah gas SF6 sebagai media untuk mengisolasi sistem tegangan tinggi
pada GIS, yang kemudian mulai diperkenalkan ke pasaran pada tahun 1968
sebagai pemadam busur api dan media isolasi. Tonggak sejarah yang kemudian
membuat semakin berkembangnya teknologi GIS adalah pemasangan gardu 550
kV GIS di Kanada dengan kapasitas pemutusan tertinggi yang pernah dicapai
senilai 100 kA. Kemudian adanya gardu 765 kV GIS di Afrika Selatan dan
bahkan baru-baru ini adanya gardu 1000 kV GIS di Jepang.
Konsistensi dari penelitian, pembangunan, serta upaya yang inovatif
membuat teknologi ini berkembang pesat dengan diciptakannya GIS yang
bentuknya semakin terpadu dan dioptimalkan secara keseluruhan. GIS biasanya

15
didesain modular (dapat dirakit per bagian) dan sudah diisi dengan SF6 dengan
kuantitas yang minimum per bagian (compartment).
Kunci keberhasilan teknologi GIS adalah dari desainnya yang dibuat
semakin terpadu, ketahanan GIS terhadap lingkungan sekitarnya, keandalan,
serta mudah dipahami dan didokumentasikan Pada saat sekarang ini dimana
penilaian terhadap modal sebuah proyek didasarkan pada biaya total dari
keseluruhan umur peralatan, menjadikan GIS bisa menjadi solusi yang lebih baik
jika dibandingkan dengan AIS (Air Insulated Switchgear).

3.2.1 Komponen Utama GIS


GIS memiliki berbagai macam komponen dimana komponen – komponen
tersebut memiliki fungsi dan tugas masing – masing dalam kerja GIS. Beberapa
komponen umum yang ada pada GIS antara lain adalah :
1. Kompartemen (Gas Section)
Kompartemen atau Gas section adalah ruang yang didalamnya
terdapat komponen seperti PMT, PMS, Trafo arus, Trafo tegangan, Saklar
Pembumian, Busbar pada GIS yang bertujuan untuk memisahkan sistem
gas. Pemisahan sistem gas dimaksudkan untuk menjaga kondisi gas
masing-masing kompartmen sesuai dengan spesifikasinya sehingga
memungkinkan untuk memonitor kondisi gas dalam masing-masing
kompartmen.

Gambar 3.1 Kompartemen Gardu Iduk GIS Listrik

16
2. Pemutus Tenaga (PMT)
PMT adalah alat pemutus arus listrik pada rangkaian yang dibuat
untuk melindungi sistem dari kerusakan akibat beban lebih ataupun hubung
singkat. Tidak seperti sekering, pemutus tenaga dapat di-set ulang baik
secara manual ataupun otomatis untuk mengalirkan arus listrik. Pemutus
tenaga dapat digerakkan dengan cara manual ataupun dengan mekanisme
penggerak seperti motor, spring, pneumatik dan hidrolik seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1

Gambar 3.2 Pemutus Tenaga pada GIS dengan penggerak motor

Gambar 3.3 PMT pada Gardu Induk GIS Listrik

3. Saklar Pemisah (PMS)


PMS adalah alat pengamanan yang digunakan untuk memisahkan
peralatanyang ada di gardu dari arus dan tegangan yang ada pada jaringan
listrik, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan atau perawatan pada gardu
oleh operator dalam keadaan aman, dimana saklar pemisah baru dapat
dioperasikan setelah pemutus tenaga pada kondisi terbuka, seperti yang
ditunjukkan Gambar 3.2

17
Gambar 3.4 Saklar Pemisah pada GIS

Gambar 3.5 PMS pada Gardu Induk GIS Listrik

4. Saklar Pembumian (Eart Switching)


Saklar Pembumian adalah alat pengaman yang digunakan untuk
membumikan peralatan –peralatan gardu induk selama proses perbaikan
atau perawatan sehingga arus sisa yang masih ada di dalam peralatan
gardu disalurkan ke bumi untuk menjaga keselamatan operator. Saklar
pembumian hanya dapat dioperasikan apabila saklar pemisah sudah
dalam kondisi terbuka seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.3
dibawah ini

Gambar 3.6 Saklar pembumian pada GIS

18
Gambar 3.7 Earthing Switch pada Gardu Induk GIS Listrik

5. Trafo Arus (Current Transformer)


Trafo Arus adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur arus
pada jaringan listrik gardu dimana Trafo Arus dapat digunakan sebagai
peralatan pengukuran maupun proteksi.

Gambar 3.8 Trafo Arus Gardu Induk GIS Listrik

Gambar 3.9 Trafo Arus pada Gardu Induk GIS Listrik

19
6. Trafo Tegangan (Voltage Transformer)
Trafo Tegangan merupakan peralatan yang digunakan untuk
mengukur tegangan pada jaringan listrik gardu dimana Trafo Tegangan
dapat digunakan untuk pengukuran dan proteksi serta digunakan sebagai
penyuplai tegangan pada peralatan relay proteksi yang ada pada gardu.

Gambar 3.10 Trafo Tegangan Pada GIS

Gambar 3.11 Trafo Tegangan pada Gardu Induk GIS Listrik

7. Rel atau Busbar


Rel atau Busbar merupakan bagian dari GIS sebagai titik
pertemuan atau penghubung transformator tenaga.

Gambar 3.12 Rel pada GIS

20
Gambar 3.13 Rel pada Gardu Induk GIS Listrik

3.2.2 Tranformator Daya


Transformator ini merupakan suatu alat listrik statis yang dipergunakan
untuk memindahkan daya dari satu rangakaian ke rangkaian lain dengan
mengubah tegangan tanpa mengubah frekuensi.
Pada Gardu Induk GIS Listrik terdapat 3 buah trafo daya yang digunakan
untuk penyaluran daya dari tegangan 150 KV ke tegangan 20 KV dengan rating
daya masing-masing yaitu 60 MVA.

Gambar 3.14 Transformator Daya 1 GIS Listrik

Data-data Transformator Daya 1 GIS Listrik


Merk : UNINDO
Tahun : 2006

21
NO. seri : P060LEC381
Berat : 78.800 Kg
Daya : 60 MVA
Tegangan : 150KV/20KV
Frekuensi : 50 Hz

Gambar 3.15 Transformator Daya 2 GIS Listrik


Data-data Transformator Daya 2 GIS Listrik
Merk : UNINDO
Tahun : 2009
NO. seri : P060LEC382
Berat : 78.800 Kg
Daya : 60 MVA
Tegangan : 150KV/20KV
Frekuensi : 50 Hz

Gambar 3.16 Transformator Daya 3 GIS Listrik

22
Data-data Transformator Daya 3 GIS Listrik
Merk : PAUWELS
Tahun : 2014
NO. seri : 30111300
Berat : 104.000 Kg
Daya : 60 MVA
Tegangan : 150KV/20KV
Frekuensi : 50 Hz

3.2.3 Transformator Pemakaian Sendiri


Gardu Induk GIS Listrik juga memakai Transformator pemakaian sendiri
yang digunakan untuk melayani beban yang terdapat pada gardu induk GIS Listrik
seperti penerangan, motor penggerak, dan lain-lain.

Gambar 3.17 Transformator PS


Data-data transformator pemakaian sendiri GIS Listrik :
Merk : AREVA
Tegangan : 20KV/380V-220V
No. Seri : 79678
Frekuensi : 50 Hz

23
3.3 Panel Kontrol
Terdapat beberapa Panel kontrol 150 KV pada Gardu Induk GIS Listrik,
diantaranya yaitu :
3.3.1 Panel Kontrol Penghantar 150 kV UGC – TTKNG 1 dan 2
No Nama Alat Penjelasan

a. Ampere meter :berfungsi untuk


mengukur besaran arus.
b. Kv meter :berfungsi untuk
1 Alat Ukur mengukur besaran tegangan
c. MW meter :berfungsi untuk
mengukur besaran daya aktif
d. MVAR meter :berfungsi untuk
mengukur besaran daya semu
Berfungsi untuk memberi informasi
2 Annunsiator atau memberitahukan jenis kondisi
peralatan/gangguan.

a. Lamp test berfungsi untuk menguji


lampu indikasi.
b. Accept berfungsi untuk
3 Tombol reset
menghentikan berkedipnya lampu
indikasi.
c. Reset berfungsi untuk rest/clear
lampu indikasi.
5
Berfungsi untuk merest relay lock out
4 Trip Rele Reset
sebelum mereset di panel proteksi.
6a 6b
Remote berarti membuka dan menutup
PMT dilakukan oleh operator GI
9
7 5
Switch secara remote dari panel control
Remote/Supervisory Supervisory berarti membuka dan
menutup PMT dilakukan oleh
dispatcher UPB melalui scada

Berfungsi untuk membuka dan


Saklar TPL PMS
8 6 150 KV BUS &
menutup PMS BUS dan PMS LINE
sisi 150 kv secara remote dari panel
LINE
control 6a,6b,6l

Berfungsi untuk membuka dan


Saklar TPL PMT
7 menutup PMT 150 KV secara remote
10 150 KV
dari panel kontrol

a. OFF (tidak difungsikan,menutup


11 11 Kunci PMT dilakukan tidak melalui
8
synchroncheck rangkaian synchroncheck)
b. ON (menutup PMT melalui
synchroncheck)
Berfungsi untuk membuka dan
Saklar TPL PMS
9 menutup PMS tanah 150 kv secara
Tanah
remote dari panel kontrol

10 KWH meter Berfungsi untuk pengukuran energy

11 Test plug Berfungsi untuk pengujian proteksi

24
3.3.2 Panel Proteksi Penghantar 150 kV UGC – TTKNG 1 dan 2
No Nama Alat Penjelasan

Current Voltage Berfungsi untuk pengujian Main 1


1 2 3 1
Test Block (X 21) Pilot Wire Differential Protect

Main 1 Pilot Wire


Berfungsi apabila terjadi gangguan
Differential Protect
2 phasa – phasa pada kabel tanah 150
(F 87 TL 1) Micom
kv ( UGC )
P 521

Main 2 Pilot Wire


Sebagai relay back up dari Main 1
3 Differential Protect
4 5 6 (F 87 TL 2 ) MBC 1
pilot wire differential protect

Untuk pengawasan internal pada


Pilot wire kabel apabila salah satu modem
4
supervisory ( F 85 ) komunikasi antar gardu induk ada
yg terputus

8 9 10 Relay akan bekerja bila salah satu


7 Destabilizing relay
5 tekanan gas sf 6 turun pada tingkat 1
(K431 )
( 1 stage ) pada salah satu phasa

Untu melepas PMT apabila rele


By pass guard switch
6 gagal trip,dengan cara memutar
relay (S 2551)
switch
11
Berfungsi memonitor rangkaian
Current voltage test
7 terbuka (open circuit) pada tripping
block (X23)
coil
12
Over current Berfungsi sebagai back up
directional +E/F proteksi,pengaman gangguan arus
8
Protect (F67/67N) lebih pasa-pasa atau gangguan phasa
Micom P127 tanah 150 kv 9 UGC )

Check Syncronizing Berfungsi untuk check tegangan bus


9
13 Relay ( F 2527 ) dan tegangan line

Rangkaian rele bantu untuk


10 Master trip relay tripping,control reset dengan cara
menekan tuas reset keatas

Protection tripping Auxyliary relay tripping ,rele bantu


14 11
relay ( K 401 ) rangkaian trip

Trip circuit supervise


Memonitor rangkaian terbuka (open
12 relay (K4411-
circuit ) pada tripping coil
K4413)

Trip circuit supervise


Memonitor rangkaian terbuka (open
13 relay (K4421-
circuit ) pada tripping coil
K4423)

Untuk memonitor dan menyimpan


Interface modem data gangguan yg terjadi dan data
14
(95) tersebut dapat diakses melalui
komputer

15 15 Differintial L 90 Main protect UGC

25
3.3.3 Panel Kontrol 150 KV Trafo Daya 1 dan 2 (60 MVA).

No Nama Alat Penjelasan

a. Ampere meter mengukur besaran


arus dalam satuan Ampere.
b. KV Meter mengukur besaran
1 tegangan dalam satuan Kilo Volt
1 Meter c. MW Meter mengukur besaran
Daya Aktif dalam satuan Mega
Watt.
d. MVAR Meter mengukur besaran
daya semu dalam satuan Mega
Var.
Berfungsi untuk member informasi/
2 Annunciator memberitahukan jenis kondisi
2 peralatan/gangguan

a. Lamp test,berfungsi untuk


menguji lampu indikasi
b. Accept,berfungsi untuk
3 Tombol Reset
menghentikan berkedipnya
lampu indikasi
3
c. Reset,berfungsi untuk reset/clear
lampu indikasi
5 4 Berfungsi untuk mereset relay lock
Trip Rele Reset
4 out sebelum mereset di panel
(Master Reset)
proteksi
6a 6b
Remote berarti membuka dan
m
menutup PMT 150 KV dilakukan
Switch (Otoritas) oleh operator GI secara
5 Remote/Supervisory remote dari panel control
150 kv Supervisory berarti membuka dan
7 menutup PMT 150 KV dilakukan
oleh (Otoritas) dispatcher UPB
9 melalui Scada
Berfungsi untuk membuka dan
Saklar TPL PMS 150
6 menutup PMS BUS dan PMS
KV BUS & LINE
LINE sisi 150 kv secara remote dari
8 panel kontrol
Saklar TPL PMT Berfungsi untuk membuka dan
7
150 KV menutup PMT 150 kv secara remote
dari panel kontrol
10
Remote berarti membuka dan
menutup PMT 150 KV dilakukan
Switch (Otoritas) oleh operator GI secara
8 remote/supervisory remote dari panel control
20 kv Supervisory berarti membuka dan
menutup PMT 150 KV dilakukan
11 oleh (Otoritas) dispatcher UPB
melalui Scada
Saklar TPL PMS Berfungsi untuk membuka dan
9
Tanah menutup PMS tanah 150 kv secara
remote dari panel kontrol
Saklar TPL PMT Inc Berfungsi untuk membuka dan
10
20 kv menutup PMT Inc secara remote
dari panel kontrol
Berfungsi untuk pengujian proteksi
11 Test Plug
dan alat ukur

26
3.3.4 Panel Kontrol Auto Voltage Regulation Td 1 dan 2

No Nama Alat Penjelasan


1
Berfungsi untuk mengukur
1 KV Meter besaran tegangan dalam
satuan kilo volt

Berfungsi untuk member


informasi/memberitahukan
2 2 Annunciator
jenis kondisi
peralatan/gangguan

- Lamp test,berfungsi
untuk menguji lampu
indikasi.
3 - Accept,berfungsi untuk
4 3 Tombol reset menghentikan
berkedipnya lampu
indikasi.
- Reset,berfungsi untuk
5 reset/clear lampu
indikasi.
- Selector auto/manu
(S2590) Pengaturan
naik/turun tap changer
dari panel control (auto)
dan dari marshailing box
OLTC (Manu).
- Selector Remote/Supv
(S2501)Pengaturan
Tap changer
4 naik/turun tap changer
operation
dilakukan oleh operator
GI secara remote (dari
panel control) dan supv
oleh dispatcher UPB
melalui scada
- Switch TPL Tap Changer
(S2290) berfungsi untuk
pengaturan naik/turun
tap changer
Berfungsi untuk pengaturan
Voltage regulator
5 tegangan melalui OLTC
control
secara otomatis

27
3.4 Kualitas Gas SF6 Gardu Induk GIS Listrik
Gas SF6 (Sulfur Hexaflorida) adalah unsur campuran gas yang tidak
beracun, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mudah terbakar. Sampai
temperatur 500°C, gas ini mempunyai susunan molekul yang sangat stabil
mendekati sifat gas mulia, tidak akan terurai dan tidak terjadi reaksi kimia dengan
bahan lain. Dibandingkan dengan udara, gas SF6 memiliki massa 5 kali lebih
berat dengan sifat elektronegatif pada gas ini, serta energi ikat yang tinggi, gas
SF6 memiliki kekuatan dielektrik 2 ½ sampai 3 kali dibanding udara.
Stabilitas gas SF6 begitu baik sehingga tidak menimbulkan adanya
perubahan kimia pada temperatur tinggi. Pada media pengisolasi lain seperti
minyak, mulai beroksidasi dan rusak. Keunggulan kemampuan gas SF6 dalam
memadamkan busur api oleh karena sifat elektro negatifnya artinya molekul-
molekulnya dengan mudah dan cepat menyerap elektron bebas pada lintasan
busur api yang timbul diantara kontak pemutus tenaga ( Circuit Breaker ) untuk
membentuk lon negatif. Oleh karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya
tersebut maka gas SF6 banyak dipakai dalam bidang teknik elektro seperti pada
switch gear tegangan tinggi, kabel tegangan tinggi dan seluruh transmisi serta
pada trafo daya.

3.4.1. Sifat – sifat Gas SF6


1. Sifat Fisik
Sulphur hexafluoride adalah senyawa yang mempunyai rumus SF6.
Pada suhu dan tekanan ruang normal zat ini berbentuk gas dan mempunyai
kerapatan 6,16 gr / liter pada suhu 20 oC dan 760 torr ( kira-kira lima kali
kerapata udara). Karena suhu kritisnya adalah 45,6 oC maka SF6 dapat
dicairkan dengan kompresi, biasanya SF6 diangkut sebagai cairan didalam
silinder. Gas murni tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
beracun.Peringatan ; meskipun gas ini tidak beracun dan tidak bermanfaat
untuk pernapasan, maka peralatan yang berisi gas SF6 tidak boleh
ditempatkan dalam ruangan yang tidak cukup vetilasinya. Demikian pula
karena karena kerapatan gas lebih besar dari uadara maka harus hati-hati
agar tidak sesak napas.

28
2. Sifat Listrik
Gas SF6 murni ( pada tekanan absolut = 1013 mbar dan temperatur
= 200 C) tidak berwarna, tidak berbau / beracun dengan berat isi 6,14 kg /
m3 dan sifat lainnya adalah mempunyai berat molekul 146,7 g, temperatur
kritis 45,550 C dan tekanan absolut kritis 37,59 bar. Dilihat dari proses
pemadaman busur api listrik diruang pemutus, PMT SF6 dapat dibagi
dalam 2 (dua) tipe, yaitu tipe tekanan tunggal (single pressure type) dan
tipe tekanan ganda (double pressure type).
3. Sifat Kimia
Sifat kimiawi gas SF6 sangat stabil, pada ambient temperatur dapat
berupa gas netral dan juga sifat pemanasannya sangat stabil. Pada
temperatur diatas 150° C mempunyai sifat tidak merusak metal, plastik
dan bermacam-macam bahan yang umunya digunakan dalam pemutus
tenaga tegangan tinggi.
4. Tekanan Gas ( Gauge presure pada 20 derajat Celcius )
Tekanan kerja nominal Modul 7,35 + 0,35 bar dari piringan yang dapat
meledak (bursting Discs) PMT 10,34 + 0,5 bar
Tekanan kerja nominal Modul 3,8 bar
PMT 6,2 bar
Tekanan pengisian kembali Modul 3,3 bar
PMT 5,7 bar
Tekanan kerja minimum Modul 3,1 bar
PMT 5,5 baR
5. Gas SF6 Berdasarkan Standard IEC 376
Unsur-unsur kimia yang terkandung dan tingkat kemurnian pada
Gas SF6 yang dijual dipasaran antara lain adalah :
Carbon tetrafluoride ( CF4) 0,03%
Oxygen + nitrogen ( air ) 0,03
Water 15ppmM SF6 : 99,9%
CO2 traces
HF 0,3ppmM

29
3.4.2 Fungsi Gas SF6
SF6 adalah rumus kimia dari Sulfur Hexafluorida. Ialah gas yang banyak
digunakan di lingkungan PLN sebagai media isolasi dan pendingin pada
ruang (chamber) pemutus PMT atau pada kompartement-kompartemen Gas
Insulation Substation (GIS). SF6 pada dasarnya adalah gas yang tidak beracun,
tidak terbakar, tidak berbau, dan tidak berwarna. Ia mampu bertahan hingga pada
suhu 500◦C. Gas SF6 juga digunakan sebagai pemadam busur api di dalam ruang
kubikel 20 kv.

Gambar 3.18 Ikatan Senyawa Gas SF6

3.4.3 Parameter pengujian kualitas Gas SF6


1. Purity (kemurnian)
Purity (kemurnian) menyatakan dengan persentase jumlah Gas SF6
murni dalam suatu kompartement GIS. Semakin tinggi persentase
kemurnian ini maka semakin sedikit zat lain di dalam isolasi Gas SF6.
2. Dew Point ( Titik Embun)
Menunjukan titik dimana Gas SF6 berubah menjadi cairan. Hal ini
terkait dengan tingkat kelembaban Gas SF6 yaitu berapa banyak partikel
air yang terkandung dalam isolasi gas SF6. Semakin tinggi nilai dew point
maka dapat menurunkan nilai Isolasi Gas SF6 karena terkontaminasi
dengan kelembaban air.
3. Preasure (Tekanan)
Menunjukan volume dari suatu cairan Gas SF6 yag berada dalam
kompartement yang dapat dilihat dari jarum penunjuk manometer pada
setiap peralatan.

30
4. Decomposition Product (Produk Hasil Dekomposisi)
Terjadi karena ketidaksempurnaan pembentukan kembali Gas SF6.
Hal ini dapat terjadi karena adanya pemanasan berlebihan, percikan
listrik,dan busur api dalam jumlah yang besar, maka kekuatan dielektrik
dari isolasi Gas SF6 akan mengalami penurunan.
5. Ambient Temperature ( Suhu Lingkungan )
Mempunyai kaitan erat dengan titik embun. Untuk lingkungan
dengan suhu yang tinggi maka kandungan uap air yang ada akan menjadi
tinggi,hal tersebut akan membuat kemungkinan untuk terjadinya instrusi
uap air di dalam Gas SF6 menjadi lebih tinggi.

3.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Gas Sulfur Heksafluorida (SF6)


Keunggulan atau kelebihan dari gas Sulfur Heksafluorida (SF6) yaitu
sebagai medium isolasi jika dibandingkan dengan gas- gas lainnya adalah:

1. Pengurangan sejumlah pemutus dalam hubungan seri per fasa pada rating
tegangan yang dipakai.
2. Karena waktu durasi yang cukup pendek dari busur api, maka bunga api
kontak yang terjadi dibatasi, meski untuk arus hubung singkat (konsleting)
yang sangat tinggi.
3. Hasil busur api yang kebanyakan terdiri dari serbuk dengan sifat isolasi
yang baik bisa dipindahkan ketika perbaikan.
4. Gas blast tidak di-discharge (dilepaskan) ke atmosfir sehingga ketika
beroperasi / bekerja akan lebih tenang, bila dibandingkan dengan Air Blast
Breaker.
5. Mempunyai sifat kimia yang lamban, stabil, tidak mudah terbakar dan
tidak beracun.
6. Pemutus dari gas Sulfur Heksafluorida (SF6) memiliki dimensi yang lebih
bila dibandingkan dengan Air Blast Breaker.

31
Kelemahan atau kekuarangan dari gas Sulfur Heksafluorida (SF6) adalah:

1. Relatif lebih mahal dari segi pembiayaan.


2. Meskipun dalam jumlah yang kecil, jika terjadi kerusakan maka
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk perbaikan.
3. Gas Sulfur Heksafluorida (SF6) harus dipompa ke dalam tabung
penyimpan jika ada penelitian dan maintenance.
4. Karena titik lelehnya sangat rendah yaitu 100 Celcius dan tekanan 1,520
kN/m2, maka harus menggunakan alat pengukur suhu untuk pengontrolan.
5. Sekalipun Sulfur Heksafluorida (SF6) memiliki kemampuan listrik dan
mematikan busur api yang lebih baik dari udara, namun pada gas ini tidak
bisa dioperasikan pada tekanan sangat tinggi.

3.4.5 Dampak Gas Sulfur Heksafluorida (SF6)


1. Dampak Gas SF6 Terhadap Manusia
a. Pencemaran Gas Sulfur Heksafluorida (SF6) adalah mengandung
racun yang berakibat pada kulit, mata dan bisa merusak selaput lendir.
Dan jika terpegang lama akan menggangu pangkal tenggorokan dan
gangguan paru-paru, hati dan peredaran napas terhenti seperti pingsan.
b. Dengan suatu konsentrasi Sulfur Heksafluorida (SF6) yang melebihi
35% volume dalam udara itu berbahaya dan bisa berakibat mati lemas
karena kekurangan Oksigen.
2. Dampak Gas SF6 Terhadap Peralatan
Pada kurun waktu yang tertentu akan terjadi pengapuran pada
Kontak-kontak metalik dan terjadi pegumpalan yang berupa serbuk.

3.5 Sistem Pentanahan Tower SUTT 150 KV


Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai Grounding System adalah
sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik
sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dan lain-lain. Sistem pentanahan
juga terpasang pada suatu instalasi listrik yang bekerja untuk meniadakan beda
potensial dengan mengalirkan arus sisa dari kebocoran tegangan. Cara

32
pemasangan grounding ini dapat menggunakan sebuah elektroda khusus untuk
pembumian yang ditanam di bawah tanah.
Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-
impedance (impedansi rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik
dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic
discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient
voltage.
Sistem pentanahan biasanya menggunakan konduktor yang ditanam secara
vertical maupun horizontal (rod) atau dalam bentuk kisi-kisi (grid) dimana
konduktor pentanahan biasanya terbuat dari batang tembaga dan memiliki
konduktivitas tinggi, memiliki kekuatan mekanis, tahanan terhadap peleburan dari
keburukan sambungan listrik, dan tahan terhadap korosi. Pada umumnya tembaga
digunakan sebagai bahan untuk konduktor pentanahan karena tembaga dapat
dikatakan mempunyai sifat yang memenuhi syarat yang diatas.
Pentanahan dengan menggunakan sistem grid sangat umum diterapkan
pada gardu induk, disamping itu juga dikenal sistem gabungan grid-rod. Kedua
sistem ini jarak konduktor paralelnya sama (sistem grid simetris). Kelemahan
dengan sistem tersebut adalah bahwa untuk memperoleh tegangan permukaan
yang masih syarat keamanan, dibutuhkan konduktor pentanahan yang lebih
panjang.
Sistem pentanahan merupakan salah satu bentuk sistem yang terintegrasi
pada sistem ketenaga listrikan dan dimasudkan untuk keamanan sistem secara
keseluruhan dari gangguan yang memungkinkan terjadinya kerusakan pada
peralatan sehingga berakibat pada putusnya kontinuitas pelayanan daya
kekonsumen. Secara garis besar, tujuan dari pentanahan itu sendiri adalah pada
sistem yang besar yang tidak diketanahkan, arus gangguan yang terjdi relative
besar sehingga busur listrik yang timbul tidak dapat padam sendiri, hal mana yang
akan menimbulkan busur tanah pada sistem yang diketanahkan, gejala tersebut
hampir tidak ada, Untuk membatasi tegangan-tegangan pada fasa-fasa yang tidak
terganggu (sehat).

33
Gangguan yang sering terjadi ialah gangguan hubung singkat. Besar dari
arus hubung singkat itu tergantung dari jenis dan sifat gangguan hubung singkat
itu, kapasitas dari sumber daya, konfigurasi dari sistem, metoda hubungan netral
dari trafo, jarak gangguan dari unit pembangkit,angka pengenal dari peralatan-
peralatan utama dan alat-alat pembatas arus, lamanya hubung singkat itu dan
kecepatan beraksi dari alat - alat pengaman. Gangguan hubung singkat itu tidak
hanya dapat merusak peralatan atau elemen-elemen sirkuit, tetapi juga dapat
menyebabkan jatuhnya tegangan dan frekuensi sistem, sehingga kerja paralel dari
unit-unit pembangkit menjadi terganggu pula.

Gambar 3.19 Tower SUTT 150 KV GI Titi Kuning

3.6 Suplai DC
Pada gardu induk terdapat sumber tenaga berupa sumber Alternating
Current (AC) dan sumber Direct Current (DC) pada pengoperasiannya. Sistem
suplai DC pada gardu induk memiliki peranan penting dimana keandalan sistem
DC akan sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja peralatan yang terintegrasi
dengan peralatan-peralatan utama pada penyaluran tenaga listrik di gardu induk.
Sumber utama suplai DC adalah rectifier yang berfungsi mengubah
tegangan AC sebagai tegangan input ke tegangan DC. Hal yang biasa terjadi pada
suplai AC ke rectifier ialah timbulnya gangguan yaitu kehilangan tegangan karena
transformator pemakaian sendiri padam akibat dari adanya gangguan pada
transmisi maupun transformator daya sehingga mengakibatkan baterai secara
langsung bertindak sebagai back-up catu daya DC untuk peralatan bantu beban

34
arus searah pada gardu induk dapat terus bekerja.Baterai harus mampu menyuplai
daya ke peralatan meski kondisi tanpa charger atau blackout sehingga baterai
merupakan salah satu komponenen pendukung yang sangat vital pada gardu
induk.

3.6.1 Jenis-jenis instalasi DC


Ada 2 jenis instalasi suplai arus searah yang digunakan pada gardu induk
yang di sesuaikan dengan kebutuhan sistem perangkat pada gardu induk adalah
sebagai berikut

a. Instalasi DC 110 Volt


Instalasi sistem arus searah tegangan 110 Volt dipasok melalui
rectifier yang dihubungkan dengan baterai pada panel DC 110 Volt.
Sistem tegangan 110 Volt digunakan untuk mengoperasikan peralatan
berikut :
1. Motor-motor Penggerak PMT dan PMS
2. Relay Proteksi dan meter-meter digital
3. Signal, Alarm dan Indikasi
4. Tripping dan Closing coil
5. Lampu penerangan darurat

b. Instalasi DC 48 Volt
Instalasi DC 48 Volt digunakan untuk peralatan komunikasi
SCADA dan Remote Terminal Unit (RTU).

3.6.2 Mode operasi pengisian pada batere


1. Floating Charge
Floating charge digunakan pada saat rectifier beroperasi normal.
Floating charge adalah proses pengisian dimana suplai akan selalu
diteruskan ke baterai untuk membuat baterai tetap dalam kondisi full
charge dan menjaga suplai tegangan pada baterai yang terhubung ke
beban tetap konstan dalam menyuplai tegangan DC. Pada setiap jenis
baterai besar tegangan dan arus floating, equalizing dan boosting berbeda.

35
2. Equalizing Charge
Pada saat pengisian dilakukan dengan equalizing charge ini
tegangan pada setiap sel baterai akan diatur untuk dapat disama ratakan
besar tegangan setiap sel baterai. Pengisian dengan equalizing charge ini
dilakukan sampai dengan tidak ditemukan lagi gas freely pada sel baterai
dan berat jenis serta tegangan setiap sel telah terisi penuh sesuai dengan
ketentuan syarat standar.
3. Boosting Charge
Boosting charge merupakan proses pengisian yang dilakukan
ketika baterai telah mengalami pengosongan yang cukup besar atau yang
biasa disebut dengan initial charge. Dimana baterai akan mengalami
pengisian kembali pada kondisi high-rate

3.6.3 Rectifier
Rectifier merupakan alat yang dapat mengkonversikan arus bolak balik
(AC) menjadi arus searah (DC). Prinsip kerja rectifier pada gardu induk yaitu
suplai berupa tegangan AC sebesar 20 KV pada transformator pemakaian sendiri
(PS) akan diubah menjadi sebesar 380 VAC menuju ke terminal input rectifier
dan masuk ke transformator utama rectifier ialah transformator step-down yaitu
dengan tegangan 380 VAC menjadi tegangan 110V/48V DC, yang disearahkan
oleh thyristor yang berfungsi juga sebagai pengatur tegangan output dari
transformator utama.
Rectifier berperan untuk mensuplai tenaga DC baik digunakan sebagai
pemasok daya secara continue ke beban DC ataupun pengisian muatan baterai dan
memastikan baterai tetap terjaga (pada keadaan penuh) yaitu dengan cara
memastikan rectifier selalu terhubung ke baterai. Jenis-jenis Charger atau
Rectifier adalah sebagai berikut :
1. Rectifier 1 Fasa
Yang dimaksud dengan rectifier 1 fasa adalah rectifier yang
rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 1 fasa. Melalui MCB
sumber AC suplai 1 fasa 220 V masuk kedalam sisi primer Trafo Utama 1
fasa kemudian dari sisi sekunder trafo tersebut keluar tegangan AC 110 V
atau 48 V kemudian melalui rangkaian penyearah dengan diode bridge

36
atau Thyristor bridge, tegangan AC tersebut dirubah menjadi tegangan DC
110 V atau 48 V yang masih mengandung ripple

2. Rectifier 3 Fasa
Yang dimaksud dengan rectifier 3 fasa adalah rectifier yang
rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 3 fasa (380 VAC). Agar
dapat menghasilkan tegangan sebesar 380 VAC, maka proses
penyambungannya yaitu dengan konfigurasi fasa ke fasa ( R-S/ R-T/ T-R),
sehingga rectifier 3 fasa ini dapat bekerja.

3.6.4 Baterai
Baterai merupakan suatu sel listrik yang terdiri dari dua macam plat
elektroda yaitu elektroda positif dan elektroda negatif serta larutan elektrolit
sebagai media penghantar didalamnya yang dapat menghasilkan energi listrik dari
adanya proses elektrokimia berasal dari ketiga komponen baterai tersebut. Proses
elektrokimia yang terjadi pada baterai adalah dapat berkebalikan yang berarti pada
prosesnya terdapat 2 kondisi yang dialami baterai yaitu proses dimana energi
kimia yang dikonversikan menjadi energi listrik (discharging) dan proses energi
listrik yang dikonversikan menjadi energi kimia (charging). Proses charging dan
discharging yang berlangsung dilakukan dengan cara regenerasi dari elektroda-
elektroda yang digunakan, dimana arus listrik akan dialirkan pada arah polaritas
yang berlainan.

Gambar 3.20 Baterai pada Gardu Induk GIS Listrik

37
1. Kontruksi Baterai
a. Elektroda
Elektroda merupakan plat materail aktif yang berekasi dengan
larutan elektrolit saat proses charging dan discharging pada baterai.
Dimana untuk baterai yang terdiri dari beberapa sel baterai, elektroda akan
berupa kumpulan grid yang merupakan rangka besi sebagai wadah untuk
material aktif. Elektroda pada baterai terbagi menjadi 2 yaitu elektroda
positif dan elektroda negatif.
b. Elektrolit
Elektrolit merupakan suatu media untuk menghantarkan arus listrik
pada baterai dimana terkandung larutan berupa senyawa kimia
didalamnya. Senyawa kimia yang terkandung dalam cairan elektrolit
tersebut mampu membentuk muatan positif dan muatan negatif yang
dikenal dengan ion-ion positif dan ion-ion negatif. Banyaknya jumlah ion-
ion yang dihasilkan dari proses charging dan discharging pada baterai
mempengaruhi besarnya daya hantar listrik.
c. Separator
Separator biasa disebut juga dengan penyekat, separator pada
baterai memiliki struktur berpori berada diantara elektroda positif dan
elektroda negatif setiap sel baterai sehingga memungkinkan untuk larutan
elektrolit yang terkandung pada sel baterai dapat melewatinya.
d. Sel Baterai
Sel baterai merupakan satu unit tempat elektroda yaitu sebagai
elektroda positif dan elektroda negatif dalam suatu cairan elektrolit yang
dibatasi oleh separator/penyekat.
e. Kotak Baterai / Container
Sel baterai terdiri dari 2 jenis bahan bejana (Container) yang
digunakan yaitu steel container dan plastic container. Biasanya sel-sel
baterai ini diletakkan dalam suatu rak yang terbuat dari kayu pada steel
container dan rak yang terbuat dari besi berisolasi pada plastic.

38
Gambar 3.21 Konstruksi Baterai

2. Prinsip Kerja Baterai


Prinsip kerja baterai terdiri dari proses pengisian (charging) dan
pengosongan (discharging). Elektroda pada baterai terdiri dari elektroda positif
dan elektroda negatif. Ketika pengosongan (discharging) seperti yang terlihat pada
Gambar 2.4. Saat sel baterai yang terhubung kebeban mendapatkan suplai,
elektron akan mengalir dari elektroda negatif (anoda) baterai melewati beban
menuju elektroda positif (katoda) baterai. Sehingga ion-ion yang dihasilkan dari
reaksi tersebut akan mengalir ke elektroda negatif (anoda) untuk ion-ion negatif
dan ke elektroda positif (katoda) untuk ion-ion positif.
Sedangkan pada saat pengisian (charging) Saat sel baterai terhubung ke
suplai, polaritas elektroda pada baterai berbeda dengan pada saat pengosongan
(discharging) dimana elektroda positif baterai menjadi anoda dan elektroda negatif
baterai menjadi katoda. Sehingga elektron akan mengalir dari elektroda positif
(anoda) melewati suplai menuju ke elektroda negatif (katoda). Ion-ion negatif
akan mengalir dari katoda menuju anoda dan sebaliknya ion-ion positif akan
mengalir dari anoda menuju ke katoda.

3. Rangkaian Baterai
Suatu sel baterai memiliki tegangan yang terbatas sehingga dibutuhkan
suatu cara agar baterai mampu memenuhi kebutuhan tegangan kerja peralatan
sebagaimana yang diharapkan, meningkatkan kapasitas serta keandalan
penggunaan baterai, dengan cara merangkai baterai dalam beberapa hubungan
salah satunya yaitu :

39
a. Hubungan Seri
Baterai dihubungkan secara seri berfungsi untuk dapat
meningkatkan jumlah tegangan baterai sesuai dengan kebutuhan tegangan
kerja peralatan. Apabila suatu peralatan membutuhkan tegangan sebesar
110 volt dengan tegangan sel baterai sebesar 1,4 volt maka diperlukan
sejumlah ± 84 sel baterai yang terhubung seri untuk dapat memenuhi
kebutuhan peralatan tersebut. Namun akan tetapi hubungan seri pada
baterai memiliki kekurangan yaitu apabila salah satu sel baterai mengalami
kelainan maka akan berdampak pada keseluruhan baterai hingga dapat
menyebabkan suplai DC ke beban terputus.
b. Hubungan Paralel
Baterai dihubungkan secara paralel berfungsi untuk meningkatkan
arus baterai dan menjaga keandalan beban DC pada sistem. Dimana
apabila salah satu sel baterai mengalami kelainan maka tidak akan
berdampak pada sel baterai yang lain sehingga baterai tetap mampu
menyuplai tenaga ke peralatan, dalam arti lain tidak berdampak pada
baterai baterai secara keseluruhan. Namun akan tetapi baterai hubungan
paralel memiliki kekurangan yaitu dapat menurunkan kapasitas daya.
c. Hubungan Kombinasi
Hubungan kimbinasi yaitu meliputi hubungan seri paralel dan
hubungan paralel seri. Kedua hubungan ini dimaksudkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan ganda yang lebih baik, yaitu sisi tegangan, arus serta
keandalan sistem. Baterai dihubungkan seri sehingga menyebabkan
tegangan meningkat sedangkan baterai terhubung paralel menyebabkan
arus dan keandalan pada sistem yang meningkat.

40
BAB IV
PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gas SF6 Pada Kompartemen


Gas Sulfur Hexafluoride atau Sulfur Hexsafluroide (SF6) adalah unsur
campuran gas yang tidak beracun, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mudah
terbakar. Hingga pada temperatur 500°C, gas ini memiliki susunan molekul yang
sangat stabil mendekati sifat gas mulia, tidak akan terurai dan tidak terjadi reaksi
kimia dengan bahan lain.
Jika dibandingkan dengan udara, gas Sulfur Heksafluorida (SF6) ini
mempunyai massa 5 kali lebih berat dengan sifat elektronegatif pada gas ini. Juga
energi ikat yang tinggi, gas Sulfur Heksafluorida (SF6) mempunyai kekuatan
dielektrik lebih tinggi dari udara. Stabilitas pada gas Sulfur Heksafluorida (SF6)
begitu baik sehingga tidak menimbulkan adanya perubahan kimia pada temperatur
yang tinggi. Pada sebuah media pengisolasi lain seperti minyak, mulai beroksidasi
dan rusak. keunggulan dari gas Sulfur Heksafluorida (SF6) yaitu dalam
memadamkan busur api.
Oleh karena sifat elektro negatifnya artinya molekul-molekulnya dengan
mudah dan cepat akan menyerap elektron bebas pada lintasan busur api yang
muncul diantara kontak pemutus rangkaian (Circuit Breaker) untuk membentuk
lon negatif.

Gambar 4.1 PMT TD 3 menggunakan Gas SF6 sebagai Isolasi.

41
4.1.1 Hasil pengujian Gas SF6

Gambar 4.2 Data Hasil Pengujian Gas SF6

1. Pengujian Tekanan (Preasure) Gas SF6


a. Tekanan normal 5.0 ± 0.3 (standard kg/cm2 (20°C)
Pada tekanan normal di dalam tabung ruang kompartement gas
SF6 standard pabrikan merk AREVA adalah 6,3 Bar. Pada hasil pengujian
pemliharan HAR 2 tahunan pada ruang kompartement tekanan gas SF6 5.0
bar dalam keadaan normal
b. Function test alaram 4.5 ± 0.3 (standard kg/cm2 (20°C)
Pada tekanan di bawah 4.5 bar di dalam tabung ruang
kompartement gas SF6 akan memunculkan alarm yang akan memberi
peringatan kepada operator bahwa tekanan gas SF6 dalam keadaan tidak
normal
c. Function test trip/blok 4.0 ± 0.3 (standard kg/cm2 (20°C)
Pada tekanan di bawah 4.0 bar di dalam tabung ruang
kompartement gas SF6 akan memblok/mentripkan semua peralatan yang
berada pada ruang kompartement sehingga semua peralatan tidak
Berfungsi.

2. Uji Kemurnian (Purity) Gas SF6


Pada pengukuran kemurnian gas SF6 ruang kompartement
standart IEC (Internasional Electrotecnical Commision) 376 >99.5 %,
sedangan standard kemurnian gas SF6 pabrikan Alstom > 97 %. Hasil

42
pengujian kemurnian gas SF6 pada ruang komprtement GIS Listrik adalah
pada fasa R= 99.2% , fasa S= 99.4%, fasa T= 99.4% pada suhu
lingkungan 20°C, hasil pengukuran uji kemurnian gas SF6 di kategorikan
baik. Uji kemurnian di lakukan jika ada pemliharan 2 tahunan atau 12
tahun jika di perlukan.

3. Suhu Lingkungan (Ambient Temperature)


Suhu lingkungan Mempunyai kaitan erat dengan titik embun.
Untuk lingkungan dengan suhu yang tinggi maka kandungan uap air yang
ada akan menjadi tinggi,hal tersebut akan membuat kemungkinan untuk
terjadinya instrusi uap air di dalam Gas SF6 menjadi lebih tinggi. Standart
suhu lingkungan (dapat di katakan baik ) pada ruang kompartement GIS
Listrik mencapai suhu <20°C.

4. Titik embun (Dew point)


Pada pengukuran Menunjukan titik dimana Gas SF6 berubah
menjadi cairan. Hal ini terkait dengan tingkat kelembaban Gas SF6 yaitu
berapa banyak partikel air yang terkandung dalam isolasi gas SF6. Semakin
tinggi nilai dew point maka dapat menurunkan nilai Isolasi Gas SF6 karena
terkontaminasi dengan kelembaban air. Hasil pengukuran dew point pada
ruang kompartement GIS Listrik pada fasa R= 142ppmv, fasa S= 163 ppmv,
fasa T= 81 ppmv.

4.1.2 Alat ukur yang digunakan


Alat ukur gas SF6 adalah SF6 ANALYZER

Gambar 4.3 SF6 ANALYZER

43
SF6 ANALYZER adalah suatu instrument alat ukur yang berfungsi untuk
mengukur proporsi dan komposisi dari gas SF6. SF6 ANALYZER sering di
gunakan pada PT.PLN (Persero) khususnya pada Gardu Induk yang memakai
isolasi Gas SF6 pada ruang kompartement baik indoor ataupun outdoor dengan
tujuan untuk mengukur proporsi dan komposisi pada setiap peralatan pada gardu
induk yang memakai gas SF6.
Prinsip kerja SF6 ANALYZER ialah mengambil gas sample dari setiap
peralatan gardu induk yang menggunkan Gas SF6 lalu bakal masuk ke masing-
masing sample cell. Gas sample akan dikomparasikan dengan gas standart
melewati pemancaraan sistem. Setelah itu, bakal menghasilkan perbedaan panjang
gelombang dan di konversi menjadi sinyal analog oleh receiver.

Gambar 4.4 Manometer penunjuk tekanana gas SF6 Trafo daya 3


Manometer pada ruang kompartement ini berfungsi sebagai penunjuk
tekanaan gas SF6 pada setiap peralalatan seperti PMT, PMS Ground, Busbar,
CB,VT dan lainnya sebagai isolasinya. Manometer ini di lengkapi dengan kontak
alaram yang akan menandakan jika tekanan gas SF6 rendah untuk memberitahu
kepada operator. Standard pabrikan Alstom tekanan gas SF6 adalah >6,3 bar. Jika
pada tekanan <5.0 bar makan alaram akan berbunyi, pada tekanan <4.0 bar maka
akan memblok/mengtripkan smeua perlatan pada ruang ruang kompartement.

44
4.2 Pemeliharaan Batere Pada Gardu Induk GIS Listrik
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting karena
pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin
berfungsinya peralatan dengan baik. Pemeliharaan yang telah dilaksanakan
memang tidak ada bekasnya namun dapat dirasakan pengaruhnya. Tujuan
dilakukan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kondisi atau menjaga agar
peralatan menjadi tahan lama, peralatan dapat beerfungsi sebagaimana mestinya
dengan demikian kehandalan sebuah sistem terjaga.

4.2.1 Jenis pemeliharaan baterai


Baterai seperti peralatan di gardu induk lainnya juga memerlukan
pemeliharaan agar tetap mampu berfungsi baik. Baterai pada gardu induk
berfungsi untuk mem-backup suplai tenaga arus searah menuju beban peralatan
DC ketika suplai tenaga AC (melalui rectifier untuk diubah menjadi DC)
mengalami gangguan atau terputus. Pedoman pemeliharaan pada baterai dapat
dikategorikan seperti berikut.
In Service Inspection
a. In Service Inspection
In Service Inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan
dalam keadaan operasi tanpa pembebasan tegangan pada sistem DC.
Metode yang digunakan dalam melakukan In service inspection adalah
pengecekan dengan panca indera (visual, penciuman, pendengaran),
periodik pelaksanaan in service inspection pada sistem DC khususnya
pada baterai yaitu :
1. Pemeriksaan Sel
2. pemeriksaan kebersihan sel dan rak baterai
3. pemeriksaan klem sambungan baterai
b. In Service Measurement
In Service Measurement adalah pengujian yang dilakukan saat
peralatan operasi (bertegangan) untuk dapat memprediksi kondisi dan
gejala kerusakan peralatan secara dini yang waktu pelaksanaannya
disesuaikan dengan kondisi peralatan. Pemeliharaan in service
measurement pada baterai adalah sebagai berikut :

45
1. Pengukuran tegangan per-sel pada sistem 110 volt dan 48 volt
2. pengukuran DC ground pada sistem 110 volt
3. Pengukuran berat jenis elektrolit

.4.2.2 Data Hasil Pemeliharaan Baterai pada Gardu Induk GIS Listrik
a. Pemeriksaan Sel
Pemeriksaan sel baterai difokuskan untuk menemukan adanya
anomali atau kelainan kondisi sel baterai yaitu mengalami kebocoran
maupun keadaan rusak. Untuk melakukan pemeliharaan hanya secara
pengamatan visual.

Gambar 4.7 Sel Baterai

Hasil pemeriksaan visual bahwasanya tidak ada kebocoran pada sel


baterai, tutup botol masih dalam keadaan normal begitu juga dengan
kondisi badan sel baterai tidak ada yang mengalami kerusakan. Level
ketinggian elektrolit juga masih dalam keadaan normal yaitu masih diatas
nilai kapasitas minimalnya

b. Pemeriksaan Kebersihan sel dan rak baterai


Kebersihan sel baterai harus tetap dijaga untuk melindungi klem
dan kabel penghubung dari debu yang memungkinkan dapat menyebabkan
korosi. Kotoran yang menempel pada bagian atas sel bateraipun dapat
merusak permukaan sel baterai saat tercampur dengan cairan elektrolit.

46
Gambar 4.8 Pemeriksaan kebersihan sel baterai

Kondisi kebersihan sel dan rak baterai cukup berdebu sehingga


dilakukan tindakan pembersihan pada sel baterai dan rak baterai.
Pembersihan terhadap debu yang menempel tidak membutuhkan cairan
atau alat khusus. Cukup menggunakan kain untuk membersihkan debu
pada sel baterai dan rak baterai dan kuas untuk membersihkan debu dari
celah celah bagian atas sel yang berhubungan dengan klem penghubung
baterai
c. Pemeriksaan Sambungan Klem Baterai
Pemeriksaan pada klem sambungan baterai dilakukan untuk
melihat kondisi fisik klem tersebut dalam keadaan normal atau tidak. Hal
ini dilakukan mengingat fungsi klem juga mempengaruhi performa baterai.
Dalam pemeriksaan klem sambungan baterai difokuskan terhadap
kekencangan baut.

47
Gambar 4.9 Klem Sambungan Baterai
Dari gambar diatas hasil pemeriksaan klem sambungan baterai
bahwasanya kondisi baut tidak ada yang terlepas ataupun kurang kencang
dalam pemasangannya.

d. Pengukuran Tegangan Sel Baterai


Tegangan tiap sel baterai secara periodik harus dilakukan
pengukuran untuk mengetahui nilai tegangan tiap sel masih dalam keadaan
standard atau mengalami penurunan. Besaran tegangan tiap sel harus tetap
dijaga untuk kehandalan sistem suplai DC dalam membackup sumber
tenaga utama. Untuk mengukur tegangan dapat dilakukan dalam kondisi
peralatan beroperasi dengan menggunakan multimeter.
Tahapan dalam mengukur tegangan per sel baterai adalah sebagai
berikut :
1. Membuka penutup klem baterai.
2. Membersihkan permukaan baut atau sambungan positif negatif baterai
dari debu.
3. Mengatur multimeter pada kondisi tegangan DC.
4. Mengukur tegangan tiap sel dengan menempatkan jumper positif fan
negatif multimeter terhadap permukaan sambungan baterai.
5. Mencatat nilai tegangan yang keluar pada multimeter.

48
Gambar 4.10 Pengukuran Tegangan Sel Baterai

Gambar 4.11 Baterai Bank 1,2, dan 3 Gardu Induk GIS Listrik

49
Tabel 4.1 hasil pengukuran tegangan sel baterai Bank 1 110 VDC

Sel Volt Sel Volt Sel Volt Sel Volt


1 1,43 25 1,44 50 1,43 74 1,42
2 1,38 26 1,43 51 1,42 75 1,35
3 1,42 27 1,34 52 1,40 76 1,43
4 1,42 28 1,42 53 1,33 77 1,43
5 1,43 29 1,38 54 1,40 78 1,43
6 1,42 30 1,41 55 1,34 79 1,43
7 1,42 32 1,42 56 1,31 80 1,43
8 1,42 33 1,42 57 1,41 81 1,33
9 1,42 34 1,42 58 1,33 82 1,43
10 1,33 35 1,42 59 1,32
11 1,42 36 1,42 60 1,35
12 1,40 37 1,42 61 1,33
13 1,42 38 1,42 62 1,43
14 1,33 39 1,40 63 1,34
15 1,37 40 1,43 64 1,43
16 1,43 41 1,42 65 1,32
17 1,43 42 1,13 66 1,40
18 1,43 43 1,38 67 1,41
19 1,43 44 1,38 68 1,42
20 1,33 45 1,38 69 1,48
21 1,33 46 1,32 70 1,34
22 1,43 47 1,37 71 1,43
23 1,42 48 1,42 72 1,33
24 1,42 49 1,41 73 1,42

Tegangan total = 114,8 VDC

50
Tabel 4.2 Pengukuran Tegangan Sel baterai Bank 2 110 VDC

Sel Volt Sel Volt Sel Volt Sel Volt


1 1,40 25 1,43 49 1,40 73 1,44
2 1,41 26 1,44 50 1,39 74 1,34
3 1,41 27 1,40 51 1,40 75 1,44
4 1,39 28 1,44 52 1,36 76 1,34
5 1,40 29 1,41 53 1,40 77 1,43
6 1,40 30 1,40 54 1,43 78 1,44
7 1,43 31 1,42 55 1,42 79 1,37
8 1,44 32 1,36 56 1,36 80 1,41
9 1,39 33 1,36 57 1,44 81 1,40
10 1,37 34 1,42 58 1,42 82 1,37
11 1,43 35 1,37 59 1,43
12 1,39 36 1,37 60 1,43
13 1,37 37 1,39 61 1,35
14 1,40 38 1,44 62 1,40
15 1,38 39 1,40 63 1,40
16 1,40 40 1,42 64 1,43
17 1,40 41 1,42 65 1,43
18 1,44 42 1,42 66 1,36
19 1,45 43 1,42 67 1,36
20 1,43 44 1,42 68 1,40
21 1,36 45 1,46 69 1,42
22 1,41 46 1,44 70 1,37
23 1,44 47 1,41 71 1,37
24 1,42 48 1,44 72 1,44

Tegangan total = 115,8 VDC

51
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Tegangan Sel Baterai Bank 3 110VDC

Sel Volt Sel Volt Sel Volt Sel Volt


1 1,33 25 1,46 49 1,33 73 1,46
2 1,46 26 1,46 50 1,46 74 1,46
3 1,42 27 1,46 51 1,42 75 1,38
4 1,44 28 0,45 52 1,35 76 1,41
5 1,30 29 1,44 53 1,45 77 1,38
6 1,44 30 1,39 54 1,30 78 1,32
7 1,43 31 1,43 55 1,30 79 1,46
8 1,46 32 1,43 56 1,46 80 1,46
9 1,46 33 1,30 57 1,37 81 1,42
10 1,46 34 1,40 58 1,46 82 1,36
11 1,46 35 1,46 59 1,45 83 1,44
12 1,46 36 1,37 60 1,46 84 1,45
13 1,46 37 1,45 61 1,43 85 1,46
14 1,46 38 1,46 62 1,35 86 1,46
15 1,41 39 1,45 63 1,35 87 1,46
16 1,38 40 1,39 64 1,45 88 1,39
17 1,41 41 1,40 65 1,38 89 1,44
18 1,46 42 1,46 66 1,46 90 1,44
19 1,41 43 1,45 67 1,46 91 1,46
20 1,44 44 1,45 68 1,46 92 1,46
21 1,28 45 1,07 69 1,43
22 1,37 46 1,42 70 1,43
23 1,36 47 1,27 71 1,39
24 1,30 48 1,31 72 1,46

Tegangan total = 129,6 VDC

52
Tabel 4.4 Pengukuran Tegangan Sel Baterai 48 VDC

Sel Volt Sel Volt Sel Volt Sel Volt


1 1,40 11 1,40 21 1,39 31 1,39
2 1,40 12 1,40 22 1,40 32 1,39
3 1,40 13 1,39 23 1,40 33 1,39
4 1,39 14 1,39 24 1,39 34 1,40
5 1,39 15 1,39 25 1,40 35 1,39
6 1,39 16 1,39 26 1,40 36 1,39
7 1,39 17 1,40 27 1,39 37 1,39
8 1,40 18 1,40 28 1,40 38 1,39
9 1,40 19 1,39 29 1,39 39 1,40
10 1,40 20 1,39 30 1,39 40 1,39

Tegangan total = 54,5 VDC

Secara keseluruhan nilai tegangan sel baterai masih dalam kondisi normal
dengan mengacu pada pedoman pemeliharaan yaitu lebih besar dari 1,2 Volt.
Namun pada tabel 4.4 baterai sel nomor 24 pada bank 3 dibawah kondisi normal
yaitu 0,85 Volt. Tegangan yang selisihnya dibawah kondisi normal dalam
pengukuran ini dilakukan penambahan cairan elektrolit hingga nilai tegangannya
kembali stabil.

53
e. Pengukuran DC Ground 110 Volt
Pengukuran DC ground bertujuan untuk menjaga sistem 110 VDC
dari gangguan earth faulth. Jika ada salah satu polaritas mengalami earth
faulth maka sangat besar kemungkinan sistem DC akan trip baik itu
kareana arus lebih maupun Short Circuit. Hal ini sangat berbahaya karena
sistem 110 VDC menyuplai peralatan penting seperti relay proteksi,
penggerak motor PMT dan PMS, serta lampu indikator Alarm.
Berdasarkan pedoman pemeliharaan sistem DC pengukuran ideal DC
ground yaitu :
1. Positif – Ground = 50%
2. Negaatif – Ground = 50%
Sementara untuk standardnya yaitu 50% plus minus 12,5%
1. Positif – Ground = 62,5% atau 37,5%
2. Negaatif – Ground = 37,5% atau 62,5%

Gambar 4.12 Pengukuran DC Ground 110 V

Tabel 4.5 Pengukuran DC Ground 110 VDC

Baterai (+) – (-) (+) – (Ground) (-) – (Ground)


Bank 1 114,0 Volt 56,8 Volt 57,2 Volt
Bank 2 115,0 Volt 60,0 Volt 54,9 Volt
Bank 3 116,7 Volt 61,2 volt 55,3 Volt

54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktik di P.T PLN (persero) UI P3B Sumatera
UPT Medan Gardu Induk GIS Listrik maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan yaitu :
Gas Insulated Switchgear mempunyai fungsi yang sama dengan Gardu
Induk Konvensional yaitu sebagai sentral pengaturan dan pendistribusian energi
listrik beserta jaringan transmisinya. Selain itu Gardu Induk juga berfungsi
sebagai fasilitator penghubung antara saluran transmisi yang satu terhadap saluran
transmisi yang lain, atau penghubung antara saluran transmisi dengan saluran
distribusi. Ditinjau dari fungsi tersebut terlihat bahwa keberadaan Gardu Induk
menjadi sangat vital adanya dalam penyaluran energi listrik.
Oleh karena itu, dalam peningkatan pelayanan harus didukung dengan
fasilitas serta pelatan – peralatan pada gardu induk yang mana keseluruhannya
dapat bekerja dengan baik, jika terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik akan
mengalami kerugian terhadap perusahaan maupun pelanggan.
Pada Gardu Induk GIS Listrik standard pengoperasiannya sudah mengikuti
satandard operasi prosedur (SOP) yang mana sistem ini berlaku untuk kelancaran
dan kehandalan sistem serta keselamatan dalam pengoperasian.

5.2 Saran
Setelah melakukan kerja praktik di P.T PLN (persero) UI P3B Sumatera
UPT Medan Gardu Induk GIS Listrik maka penulis memberikan saran yang
bersifat membangun kepada pembaca antara lain :
Pelayanan dan Kontinuitas penyaluran tenaga listrik kepada konsumen
hendaknya perlu di tingkatkan sehingga diharapkan pemadaman listrik yang
terjadi menjadi berkurang. Dimana hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah,
pihak PLN serta konsumen. Hendaknya dalam peningkatan pelayanan dan
kontinuitas penyaluran tenaga listrik didukung oleh peralatan yang handal serta
sumber daya manusia yang baik. Sehingga diharapkan gangguan-gangguan yang
terjadi bukanlah menjadi masalah yang besar.

55
DAFTAR PUSTAKA

[1] DrC.R. Bayliss CEng FIET, B.J. Hardy CEng FIET, 2012. in Transmission
and Distribution Electrical Engineering (Fourth Edition).

[2 ] PLN. 2014. Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan


Penyaluran Tenaga Listrik AC/DC Suplai. Jakarta: PT. PLN (Persero).

[3] PLN. 2014. Buku Petunjuk Batasan Operasi Dan Pemeliharaan Peralatan
Penyaluran Tenaga Compartment. Jakarta: PT. PLN (Persero).

[4] Ricky Agned, Nurhalim, 2016. Studi Kapasitas Baterai 110 Vdc pada Gardu
Induk 150 kV Bangkinang

[5] Salam, Ibnu. 2014. Baterai-Charger Pada Gardu Induk 150 KV Srondol.
Semarang: Universitas Diponegoro. Cahyo Adhi Nugroh, 2013.

[6] Pemeliharaan Tahunan Sistem DC (Baterai 48 Volt Unit II) di Gardu Induk
150KV Srondol : Universitas Diponegoro.

56
LAMPIRAN

A. Data-data Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktik Industri

Pengambilan Minyak Trafo Pemeliharaan Baterai

DC Ground Thermovisi

57
B. Kesediaan perusahaan menerima Kerja Praktik Industri

58
59

Anda mungkin juga menyukai