0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang standarisasi keamanan, keselamatan kerja, dan hukum ketenagakerjaan. Terdapat penjelasan mengenai gardu induk, pekerjaan peningkatan kapasitas gardu induk, peraturan K3, peralatan pelindung diri, dan masalah pelaksanaan K3 di gardu induk.
Dokumen tersebut membahas tentang standarisasi keamanan, keselamatan kerja, dan hukum ketenagakerjaan. Terdapat penjelasan mengenai gardu induk, pekerjaan peningkatan kapasitas gardu induk, peraturan K3, peralatan pelindung diri, dan masalah pelaksanaan K3 di gardu induk.
Dokumen tersebut membahas tentang standarisasi keamanan, keselamatan kerja, dan hukum ketenagakerjaan. Terdapat penjelasan mengenai gardu induk, pekerjaan peningkatan kapasitas gardu induk, peraturan K3, peralatan pelindung diri, dan masalah pelaksanaan K3 di gardu induk.
pembangkit, transmisi dan distribusi listrik. Gardu listrik mengubah tegangan listrik dari tinggi menjadi rendah, atau sebaliknya, atau untuk menjalankan beberapa fungsi penting lainnya. Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan. Pekerjaan Peningkatan Kapasitas ( Up-Rating ) Gardu Induk
Pada daerah-daerah yang merupakan pusat-pusat beban,
seiring dengan bertambahnya (berkembangnya) penduduk dan pemukiman, juga adanya pertumbuhan dunia usaha/ dunia industri, maka akan terjadi penambahan beban listrik. Jika pertambahan beban sangat besar dan kondisi GI yang ada tidak memungkinkan ditingkatkan kapasitasnya, maka harus dibangun GI baru yang mampu memenuhi kebutuhan beban. Jika GI yang ada masih memiliki area tanah yang memungkinkan untuk peningkatan kapasitas GI, maka bisa dilakukan peningkatan kapasitas GI, yang biasa disebut dengan “Up rating”, dengan cara : Mengganti Transformator Daya dan komponen lainnya, dari kapasitas yang kecil menjadi kapasitas yang lebih besar. Jika kemampuan busbarnya tidak mencukupi, harus dilakukan reconductoring busbar. Menambah Transformator Bay (pemasangan Transformator Daya) baru, beserta komponen lainnya. Penambahan TR Bay baru diikuti dengan penambahan Transmission Line Bay (TL Bay) baru. Peraturan Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus dilaksanakan
Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :
1.Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja. 2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnyahingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja 3.Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah : - Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi - Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida - Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan - Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja Peralatan Pelindung Tubuh
APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD ini terdiri dari kelengkapan wajib yang digunakan oleh pekerja sesuai dengan bahaya dan risiko kerja yang digunakan untuk menjaga keselamatan pekerja sekaligus orang di sekelilingnya. 1. Helm Keselamatan : atau safety helmet ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang melayang atau meluncur di udara. Helm ini juga bisa melindungi kepala dari radiasi panas, api, percikan bahan kimia ataupun suhu yang ekstrim. 2. Sabuk keselamatan atau safety belt ini berfungsi untuk membatasi gerak pekerja agar tidak terjatuh atau terlepas dari posisi yang diinginkan. Beberapa pekerjaan mengharuskan pekerja untuk berada pada posisi yang cukup berbahaya seperti pada posisi miring, tergantung atau memasuki rongga sempit. 3. Sepatu boot ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin. Bedanya dengan safety shoes umumnya adalah perlindungan yang lebih maksimal karena modelnya yang tinggi dan melindungi hingga ke betis dan tulang kering. 6.Sepatu pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin. 5. Masker pernafasan ini berfungsi untuk melindungi organ pernafasan dengan cara menyaring vemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel debu, aerosol, uap, asap, ataupun gas. 6. Penutup telinga ini bisa terdiri dari sumbat telinga (ear plug) atau penutup telinga (earmuff), yang berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan ataupun tekanan. 7. Kacamata pengaman ini digunakan sebagai alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi mata dari paparan partikel yang melayang di udara ataupun di air, percikan benda kecil, benda panas, ataupun uap panas. 8. Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan, tergores benda tajam ataupun infeksi dari zat patogen seperti virus dan bakteri. 9. Pelindung wajah atau face shield ini merupakan alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia berbahaya, partikel yang melayang di udara atau air, percikan benda kecil, panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda keras atau tajam, serta pancaran cahaya Masalah Dalam Pelaksanaan K3 Di Gardu Induk
Cara mengatasi perlunya pembinaan atau
koordinasi dan sosialisasi antara pengurus Serikat Pekerja dengan para pekerja melalui musyawarah -Penanganan keselamatan kerja tidak optimal Cara mengatasi adalah apabila terjadi kecelakaan berarti tindakan pecegahan tidak berhasil,maka pihak manajemen perusahaan mempunyai kesempatan untuk mempelajari apa yang salah. - Kebijakan perusahaan yang tidak tegas. Cara mengatasi adanya tindakan yang tegas apabila terjadi ketidakdisiplinan pegawai dalam bekerja Contoh SOP di Gardu Induk