Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KERJA PRAKTIK INDUSTRI

“PEMELIHARAAN BATERAI SEBAGAI SISTEM SUPLAI DC


PADA PT. PLN (PERSERO) UIP3BS GARDU INDUK GIS
JALAN LISTRIK”

OLEH :
LESTI VERONIKA SIRAIT
NIM. 5181230003

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis
dapat menyelesaikan laporan akhir pelaksanaan Kerja Praktik Industri ini.
Laporan akhir pelaksanaan Kerja Praktik Industri ini merupakan tugas individu
untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah. Penulis menyadari bahwa penyusunan
laporan akhir pelaksanaan Kerja Praktik Industri ini tidak terwujud tanpa bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Dr. Adi Sutopo, M.Pd, M.T selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Dr. Agus Junaidi,S.T.,M.T. selaku Ketua Prodi Teknik Elektro
4. Bapak Arwadi Sinuraya,S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing Praktek Ker-
ja Industri.
5. Karyawan PT. PLN (Persero) P3BS UPT Medan Gardu induk GIS Listrik
khususnya :Manager ULTG Bapak Ramlond Panggabean, Spv.GIS Listrik
Ibu Alifah Farah dan Operator yang telah memberikan izin dan bantuan
selama penulis melakukan kegiatan Kerja Praktik Industri.
Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini yang tidak
dapat penulis sebut satu persatu.Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan laporan Kerja Praktik Industri ini, Saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Medan, 21 Februari 2023

Lesti Veronika Sirait

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Kerja Praktik Industri ................................................................................... 2
1.3 Manfaat Kerja Praktik Industri Bagi Mahasiswa ...................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN............................................................................ 3
2.1 Struktur Organisasi Perusahaan ............................................................................... 5
BAB III ............................................................................................................................... 9
PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN.................................................... 9
3.1 Landasan Teori.......................................................................................................... 9
3.2 Pengalaman Lapangan ........................................................................................... 27
BAB IV ............................................................................................................................. 40
PENUTUP ........................................................................................................................ 40
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 40
4.2 Saran .................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 41
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gas Insulated Substasion atau Gas Insulated Switchgear (GIS) adalah


gardu induk yang memerlukan isolasi gas SF6. Contohnya seperti pada PT. PLN
(persero) Gardu Induk GIS Listrik. Gas Insulated Switchgear mempunyai fungsi
yang sama dengan Gardu Induk yaitu sebagai sentral pengaturan dan
pendistribusian energi listrik beserta jaringan transmisinya. Selain itu Gardu Induk
juga berfungsi sebagai fasilitator penghubung antara saluran transmisi yang satu
terhadap saluran transmisi yang lain, atau penghubung antara saluran transmisi
dengan saluran distribusi. Ditinjau dari fungsi tersebut terlihat bahwa keberadaan
Gardu Induk menjadi sangat vital adanya dalam penyaluran energi listrik. [Ricky,
2016]
Macam peralatan yang tersedia di Gardu Induk antara lain :Transformator
(Trafo), Bay Transmisi dan Distribusi, Rel/Bus Bar, Arrester, PMT (Pemutus
Tenaga), PMS (Pemisah), Kopel Bus Bar, Ruang Kontrol, Peralatan Komunikasi
(Power Line Carier), Baterai dan sebagainya. Secara prinsip peralatan yang
dipasang pada GIS sama dengan peralatan yang dipasang pada GI. Namun ada
beberapa perbedaan, diantaranya peralatan-peralatan utama berada dalam suatu
selubung logam tertutup rapat yang didalamnya berisi gas bertekanan, yaitu SF6
(Sulfur Hexaflourida). Gas SF6 berfungsi sebagai isolasi switchgear dan sebagai
operasi pemadan busur api pada circuit breaker (CB).Dengan demikian
pemasangan GIS berbeda dengan GI Konvensional.
Ada beberapa peralatan yang memerlukan perhatian dan ketelitian, salah
satunya adalah sumber arus DC (rectifier dan batere) yang merupakan jantung
atau kunci utama dalam mengoperasikan peralatan kontrol dan proteksi. Sehingga
apabila sistem kerja suplai arus DC terganggu atau tidak berfungsi maka peralatan
kontrol dan proteksi tidak dapat dioperasikan.
Hal ini akan berakibat sistem penyaluran listrik mengalami black out
(padam) dan bahkan mungkin akan timbul kerusakan pada perlengkapan gardu
induk. Kasus tersebut sangat tidak diharapkan terjadi pada suatu gardu induk,

1
khususnya di Gardu Induk GIS Listrik. Oleh karena itu diperlukan suatu antisipasi
yang tepat dan terencana dengan baik agar sumber arus DC tetap berfungsi

1.2 Tujuan Kerja Praktik Industri


Adapun maksud dan tujuan dari Kerja Praktik Industri ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui sistem Peralatan pada Gardu Induk dan bagian-bagian
serta fungsinya, khususnya pada sistem DC.
2. Mengetahui upaya pemeliharaan yang dilakukan pada baterai di Gardu
Induk GIS Listrik.

1.3 Manfaat Kerja Praktik Industri Bagi Mahasiswa


Adapun manfaat dari Kerja Praktek Industri adalah sebagai beri-
kut:
1. Memahami sistem Peralatan pada Gardu Induk dan bagian-bagian
serta fungsinya, khususnya pada sistem DC.
2. Dapat mengetahui upaya pemeliharaan yang dilakukan pada baterai di
Gardu Induk GIS Listrik.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda. Pada saat itu penyediaan tenaga listrik di negara
kita dikelola oleh beberapa perusahaan salah satunya adalah NV OGEM
(Overzeese Gase dan Electritiest Maathappy) yang berpusat di negara Belanda,
sedangkan di Indonesia berpusat di Jakarta. Tiga puluh tahun kemudian (1923)
listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun di pertapakan kantor PLN cabang
Medan yang sekarang di jalan listrik No.12 Medan, dibangun oleh NV
NIGEM/OGEM, yaitu salah satu perusahaan swasta Belanda. Kemudian
menyusul pembangunan listrik di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan 1924,
Tebing Tinggi 1927, Sibolga, Berastagi, dan Tarutung 1929, Tanjung Balai 1931,
Labuhan Bilik 1936, dan Tanjung Tiram 1937.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah
Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik di seluruh penjuru tanah air untuk
mengambil alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang.
Perusahaan listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada pemerintah RI
dalam hal ini Departemen pekerjaan umum. Untuk mengenang peristiwa ambil
alih itu, maka, dengan penetapan Pemerintah No. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27
Oktober sebagai hari Listrik.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di
bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada
saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelolah gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status
Perusahan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum
ListrikNegara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK)
dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

3
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan
kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak
tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang.

Gambar 1. Logo PT.PLN (Persero)


Visi dan Misi PT. PLN (Persero)
1) Visi
Menjadi perusahaan listrik terkemuka se-Asia Tenggara dan #1
pilihan pelanggan untuk solusi energi.

2) Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

3) Motto
Listrik untuk Kehidupan yang lebih baik.

4
2.1 Struktur Organisasi Perusahaan

PLN merupakan satu-satunya perusahaan penjual jasa listrik di


Indonesia. Dalam pelayanan pendistribusian kelistrikan PLN membagi-bagi
fungsi unit induknya kedalam beberapa unit induk berdasarkan pada sistem tenaga
listrik yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Selain itu ada juga unit induk
atau pusat-pusat lain sebagai penunjang berlangsungnya perusahaan. Karena
luasnya cakupan wilayah kerja PLN, maka PLN memiliki unit-unit di seluruh
wilayah Indonesia yang mempunyai fungsi masing-masing sesuai dengan unit
induknya.
Struktur PLN dapat dirincikan sebagai berikut :
1. Kantor Pusat PLN
Kantor Pusat adalah organisasi PLN tingkat pusat dimana
merupakan pusat dari penyelenggara bisnis PLN diseluruh Indonesia.
Disinilah para direksi PT. PLN berkantor. Kantor pusat PLN terletak di
Jalan Trunojoyo Blok M-I Melawai, Kebayoran Baru, Kota Jakarta
Selatan. Pimpinan kantor pusat PLN adalah pimpinan tertinggi dalam
perusahaan ini yaitu Direktur Utama.
2. UIP3BS (Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera)
PT. PLN (persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur
Beban Sumatera dipimpin oleh seorang General Manager. UIP3BS
membawahi 9 unit pelaksana transmisi dan 3 unit pelaksana pengatur
beban. Struktur organisasi Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur
Beban Sumatera diatur berdasarkan peraturan Direksi PT. PLN (persero)
No. 0091.P/DIR/2018 tentang susunan organisasi dan formasi jabatan PT.
PLN (persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban
Sumatera.
3. Unit Pelaksana Transmisi Medan (UPT Medan)
PT. PLN (persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan atau yang
disebut dengan UPT Medan merupakan salah satu unit pelaksana di PT.
PLN (persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera
(UIP3BS). Unit Pelayanan Transmisi memiliki tugas utama yaitu

5
beranggung jawab melaksanakan pemeliharaan instalasi penyaluran tenaga
listrik di wilayah kerjanya yang meliputi fungsi pemeliharaan dan proteksi,
pemeliharaan instalasi penyaluran, pengoperasian dan pemeliharaa gardu
induk, logistik dan pengelolaan lingkungan dan keselamatan
ketenagalistrikan, pengelolaan sumber daya manusia, administrasi dan
keuangan sebagai pendukung kegiatan operasional perusahaan. UPT
membawahi Umit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) yang
bertangung jawab melaksanakan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan
rutin transmisi dan gardu induk di wilayah kerjanya untuk menghasilkan
keandalan pasokan Tenaga Listrik.
Secara Struktur organisasi PT. PLN UPT Medan dipimpin oleh
seorang Manager UPT yang bertanggung jawab untuk mengelola Unit
Pelayanan Transmisi yang langsung berada satu tingkat dibawah General
Manager. Manager UPT dibantu oleh Manajer Bagian, Pejabat, dan
Manager ULTG. Struktur organiasi Unit Pelayanan Transmisi Medan
diatur berdasarkan peraturan Direksi PT. PLN (persero) No.
0314.P/DIR/2018 Tentang Susunan Organisasi dan Formasi Jabatan PT.
PLN (persero) UPT Medan. Bagan struktur organisasi UPT medan
ditunjukkan pada gambar 2.2.
4. Unit Layanan Trasnmisi dan Gardu (ULTG) GlugurUnit Layanan
Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Glugur struktur organisasinya
dipimpin oleh seorang Manager ULTG dan membawahi 3 sub bidang
pemeliharaan, 4 sub jaringan dan gardu induk serta 1 pejabat K3L. Unit
Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) dalah unit yang bekerja
untuk memelihara aset Gardu Induk, Jaringan Transmisi dan Proteksi guna
menjaga pasokan listrik agar tetap terjaga dan menjaga peralatan tenaga
listrik tetap dalam keadaan siap operasi.
5. Gardu Induk GIS Jl. ListrikGardu Induk GIS (Gas Insulated Switchgear)
merupakan Gardu Induk pemasangan dalam yang isolasinya menggunakan
gas SF6. Gardu Induk ini merupakan bagian dari ULTG Glugur. Gardu
Induk GIS struktur organisasinya dipimpin oleh seorang Supervisor.
Bagan struktur organisasinya ditunjukkan pada gambar 2.

6
Alifah Farah
Supervisor GI GIS
Listrik

Rudi Zulmi R. Yoga Agit Aditya


Sinurat Operator Ginting Operator
Operator Operator

Gambar 2. Struktur Organisasi GI GIS Listrik

Single Line Diagram GI GIS Listrik


Single Line Diagram Gardu Induk GIS Listrik dapat dilihat pada
gambar 2.4. Gardu Induk GIS Listrik merupakan gardu induk dengan
sistem double busbar, dimana memiliki dua busbar yang efektif dalam
pengurangan pemadaman beban saat melakukan perubahan sistem. Pada
Gardu Induk GIS Listrik ini mendapatkan suplai tenaga dari Gardu Induk
Titi Kuning. Gardu induk GIS Listrik menyuplai 20 penyulang dengan
yang beroperasi yang mengarah pada :
1. Penyulang LK4 ke GH cambridge
2. Penyulang LK5 ke GH USU
3. Penyulang LK6 ke Kantor Gubernur
4. Penyulang LK7 ke GH jl. Listrik
5. Penyulang LK8 ke Cabang Medan
6. Penyulang LK9 ke GH Letnan
7. Penyulang LK10 ke GH Cadika
8. Penyulang LI1 ke GH Dr. Stool
9. Penyulang LI3 ke Sun Plaza
10. Penyulang LI4 ke GH Thamrin
11. Penyulang LI5 GH kampung keling
12. Penyulang LI6 ke Uniland
13. Penyulang LI7 ke Jl. Palang Merah
14. Penyulang LS1 ke GH Tiara

7
15. Penyulang LS2 ke Centre Point
16. Penyulang LS3 ke GH A3 Debur
17. Penyulang LS4 ke GH Carefour
18. Penyulang LS5 ke GH Petisah
19. Penyulang LS6 ke Sei batu ginging
20. Penyulang LS7 ke Jln. Dr. Mansyur

Gambar 3. Single Line Diagram GIS Listrik

8
BAB III
PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Landasan Teori


3.1.1 Gardu Induk
Gardu induk adalah suatu gardu yang mendapat daya dari saluran
transmisi atau subtransmisi suatu sistem tenaga lisrik, kemudian menyalurkannya
ke daerah beban (industri, kota, dll) melalui suatu distribusi.
Fungsi dari Gardu Induk adalah sebagai berikut :
1. Mentransformasikan tenaga listrik tegangan tinggi yang satu
ketegangan yang lainnya atau tegangan menengah.
2. Pengukuran pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari
sistem tenaga listrik.
3. Pengaturan daya ke gardu-gardu lainnya melalui tegangan tinggi dan
gardu distribusi melalui feeder tegangan menengah.
Pada dasarnya gardu induk terdiri dari saluran masuk dan
dilengkapi dengan transformator daya, perlatan ukur, peralatan
penghubung dan lainnya yang saling mendukung. Gardu induk dapat
diklasifikasikan menjadi 3 bagian diantaranya adalah:
a) Klasifkasi Gardu Induk Berdasarkan Lokasi Dan Fungsi
/Peranannya
Menurut lokasinya di dalam sistem tenaga listrik, fungsi
dan tegangannya (tinggi, menengah, dan rendah) maka gardu
induk dibagi menjadi :
1) Gardu IndukGardu Induk adalah suatu gardu yang
mendapat daya dari saluran transmisi atau subtransmisi
suatu sistem tenaga listrik, kemudian menyalurkannya
ke arah beban (industri, kota, dll) melalui suatu
distribusi.
2) Gardu DistribusiAdalah gardu listrik yang mendapat
daya dari saluran distribusi primer yang menyalurkan
tenaga listrik ke pemakai dengan tegangan rendah.

9
b) Klasifikasi Gardu Induk Berdasarkan Penempatan
PeralatannyaMenurut penempatan peralatannya gardu induk
terbagi lagi menjadi :
1) Gardu induk pemasangan dalam (indoor)
Gardu induk dimana semua peralatannya
(switchgear, CT, PT dan lain-lain) di pasang di dalam
gedung / ruangan tertutup. Sebagai contoh : gardu induk
GIS Listrik yang terdapat di UPT Medan.
2) Gardu induk pemasangan luar (outdoor)
Gardu induk di mana semua peralatannya
(switchgear, CT, PT dan lain-lain) di pasang di ruangan
terbuka. Sebagai contoh : gardu induk Titi Kuning yang
terdapat di UPT Medan.
3) Gardu induk pemasangan dalam bawah tanah (undergroud
substation)
Gardu induk ini biasanya berada di daerah
perkotaan, dimana lahan yang tidak memnginkan lagi untuk
pemasangan gardu induk.
4) Gardu induk pemasangan sebagian bawah tanah (semi-
underground)
Gardu induk ini biasanya di pasang di bawah tanah,
dimana sebagian peralatanya berupa transformator daya,
bus dan lainnya di pasang di atas tanah.
5) Gardu induk mobil (mobile subtation)
Peralatan gardu induk berada di atas mobil trailer
sehingga bisa di pindahkan ke tempat yang dibutuhkan.
Biasanya di pakai unuk keadaa darurat dan bersifat
sementara waktu.
6) Gardu satuan (unit substation)
Merupakan gardu pasangan luar yang di pakai
sebagai ganti transformator 3 fasa dan lemari gardu
distribusi.

10
7) Gardu jenis peti (box type substation)
Merupakan gardu induk distribusi untuk tegangan
dan kapasitas relative rendah dan sama sekali tidak di jaga
misalnya didaerah pertanian atau desa yang kebutuhannya
kecil dan merupakan beban yang tidak begitu penting.

c) Klasifikasi Menurut Tegangannya


1) Gardu Induk Transmisi
Tegangan yang ada di gardu induk adalah tegangan
500 KV, 275 KV, 150 KV, dan 20 KV. Di UPT Medan
dengan tegangan 275 KV terdapat di GITET Galang,
Binjai, dan Pangkalan susu, sedangkan di GI GIS Listrik
teganganya adalah 150 KV.
2) Gardu Distribusi
Gardu induk distribusi menerima tegangan dari
gardu induk transmisi dengan menurunkan tegangan
menengah 20 KV, Selanjutnya tegangan itu di turunkan
kembali menjadi tegangan rendah 380/220 volt.

3.1.2 Gas Insulated Swicthgear (GIS)


GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 (Sulfur
Hexafluoride) sebagai media isolasi, menjadikannya sebagai sebuah
teknologi yang maju dan telah banyak dipakai di banyak gardu untuk
melayani kebutuhan listrik dimulai tahun 1960. Pada awalnya GIS
merupakan sebuah konsep dari “ ruang yang tertutup ” oleh bahan logam
cpada tahun 1920 dimana minyak digunakan sebagai bahan isolasi di
dalamnya. Kemudian pada tahun 1930-an, digunakanlah gas untuk
pertama kalinya sebagai media isolasi, dimana Freon merupakan gas
pertama yang dipakai saat itu.
Dengan munculnya teknologi untuk menghasilkan Gas SF6, maka
digunakanlah gas SF6 sebagai media untuk mengisolasi sistem tegangan
tinggi pada GIS, yang kemudian mulai diperkenalkan ke pasaran pada

11
tahun 1968 sebagai pemadam busur api dan media isolasi. Tonggak
sejarah yang kemudian membuat semakin berkembangnya teknologi GIS
adalah pemasangan gardu 550 kV GIS di Kanada dengan kapasitas
pemutusan tertinggi yang pernah dicapai senilai 100 kA. Kemudian
adanya gardu 765 kV GIS di Afrika Selatan dan bahkan baru-baru ini
adanya gardu 1000 kV GIS di Jepang.
Konsistensi dari penelitian, pembangunan, serta upaya yang
inovatif membuat teknologi ini berkembang pesat dengan diciptakannya
GIS yang bentuknya semakin terpadu dan dioptimalkan secara
keseluruhan. GIS biasanya didesain modular (dapat dirakit per bagian) dan
sudah diisi dengan SF6 dengan kuantitas yang minimum per bagian
(kompartemen).
Kunci keberhasilan teknologi GIS adalah dari desainnya yang
dibuat semakin terpadu, ketahanan GIS terhadap lingkungan sekitarnya,
keandalan, serta mudah dipahami dan didokumentasikan Pada saat
sekarang ini dimana penilaian terhadap modal sebuah proyek didasarkan
ada biaya total dari keseluruhan umur peralatan, menjadikan GIS bisa
menjadi solusi yang lebih baik jika dibandingkan dengan AIS (Air
Insulated Switchgear).

Gambar 4. Kompartemen Gardu Induk GIS Listrik

12
3.1.3 Instalasi Sistem DC
Pada Gardu Induk terdapat sumber tenaga berupa sumber
Alternating Current (AC) dan sumber Direct Current (DC) pada
pengoperasiannya. Sistem suplai DC pada gardu induk memiliki peranan
penting dimana keandalan sistem DC akan sangat berpengaruh terhadap
unjuk kerja peralatan yang terintegrasi dengan peralatan-peralatan utama
pada penyaluran tenaga listrik di Gardu Induk.
Sumber utama suplai DC adalah rectifier yang berfungsi mengubah
tegangan AC sebagai tegangan input ke tegangan DC. Hal yang biasa
terjadi pada suplai AC ke rectifier ialah timbulnya gangguan yaitu
kehilangan tegangan karena transformator pemakaian sendiri padam akibat
dari adanya gangguan pada transmisi maupun transformator daya sehingga
mengakibatkan baterai secara langsung bertindak sebagai back-up catu
daya DC untuk peralatan bantu beban arus searah pada gardu induk dapat
terus bekerja. Baterai harus mampu menyuplai daya ke peralatan meski
kondisi tanpa charger atau blackout sehingga bateraimerupakan salah satu
komponenen pendukung yang sangat vital pada gardu induk.

Gambar 5. Sistem Instalasi DC

13
a) Konfigurasi Sistem DC pada Gardu Induk IS Listik

Gambar 6. Proses input dan output sistem DC

Dari gambar 6 dapat dijelaskan, Sumber tegangan AC 220/380


Volt yang berasal dari Output Trafo Pemakaian Sendiri (Trafo PS) akan
masuk ke sisi primer trafo utama pada charger dan akan diturunkan
menjadi 110/48 VDC. Karena output masih bersifat arus bolak-balik maka
rectifier akan menyearahkan menjadi sumber arus searah, selanjutnya
output sinyal yang keluar dari rectifier akan diratakan menggunakan filter
atau penyaring. Terakhir, tegangan ouput akan diatur oleh voltage
regulator agar dihasilkan tegangan yang tetap dan stabil yaitu 110 VDC
dan 48 VDC.

Trafo
ps PS

Rectifi
e

Batera
i

Beba
n

Gambar 7. Sistem DC Gardu Induk Gis Listrik

14
Pada Gardu Induk GIS Listrik untuk sistem dengan beban 110
VDC terpasang 3 unit baterai dan3 unit rectifier yang dimana unit 1 dan
unit 2 dalam keadaan operasi dan unit 3 dalam keadaan standby.
Sedangkan untuk sistem dengan beban 48 VDC terpasang 1 unit baterai
dan 1 unit rectifier.
Pada dasarnya sistem DC di Gardu Induk GIS Listrik
menggunakan sistem pada gambar dibawh ini yang dimana baterai dan
beban dirangkai secara paralel. Dalam keadaan normal beban langsung
disuplai melalui rectifier dan mencharger baterai dan ketika terjadi
gangguan pada suplai AC maupun gangguan pada charger maka dengan
otomatis beban akan mendapat suplai dari baterai.

Gambar 8. Diagram blok sistem DC Baterai dengan Charger

b) Jenis-jenis Instalasi DC
Ada 2 jenis instalasi suplai arus searah yang digunakan pada gardu
induk yang di sesuaikan dengan kebutuhan sistem perangkat pada gardu induk
adalah sebagai berikut :
1) Instalasi DC 110 Volt
Instalasi sistem arus searah tegangan 110 Volt dipasok
melalui rectifier yang dihubungkan dengan baterai pada panel DC
110 Volt. Sistem tegangan 110 Volt digunakan untuk
mengoperasikan peralatan berikut :
1. Motor-motor Penggerak PMT dan PMS
2. Relay Proteksi dan meter-meter digital
3. Signal, Alarm dan Indikasi
4. Tripping dan Closing coil

15
5. Lampu penerangan darurat

2) Instalasi DC 48 VoltInstalasi DC 48 Volt digunakan untuk


peralatan komunikasi SCADA dan Remote Terminal Unit (RTU).

Gambar 8. Remote Terminal Unit


3.1.4. Rectifier
Rectifier atau Charger adalah suatu rangkaian peralatan listrik yang
digunakan untuk mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus listrik
searah. Umumnya rectifier yang terpasang pada gardu induk digunakan
untuk mengisi kapasitas baterai agar kapasistasnya tetap terjaga penuh
sehingga keandalan unit tetap terjamin dan memasok daya secara kontinu ke
peralatan-peralatan yang menggunakan sumber DC. Dalam hal ini baterai
harus selalu tersambung ke rectifier.

Gambar 9. Rectifier

16
Gambar 10. Diagram Sistem Kerja Rectifier
a) Bagian-bagian Utama Rectifier
1) Trafo Utama
Trafo utama yang terpasang pada rectifier biasanya merupakan
Trafo step -down berfungsi sebagai penurun tegangan dari tegangan
AC 220/380 Volt menjadi 110 /48 Volt contoh trafo utama sebagai
yang diperlihatkan pada Gambar 3. Besar kapasitasnya harus
disesuaikan dengan kapasitas batere terpasang dan beban sumber DC
di Gardu Induk tersebut, paling tidak kapasitas arus output trafo harus
lebih besar 20% dari arus pengisian batere.

Gambar 11. Trafo Utama pada Rectifier


2) Penyearah Thyristor
Untuk bisa mengatur tegangan keluaran penyearah digunakan
penyearah jembatan thyristor 3 fasa, penyearah ini dari bahan semi

17
konduktor yang dilengkapi dengan satu terminal kontrol untuk
mengatur sudut penyalaan thyristor.

Gambar 12. Diagram Penyearah Thyristor 3 fasa


3) Filter (penyaring)
Filter berfungsi sebagai penyaring tegangan DC yang keluar dari
rangkaian penyearah agar dapat menghasilkan tegangan searah yang
murni (kandungan harmonisa atau ripple tegangan keluarannya tidak
melebihi batas tertentu). Rangkaian filter ini bisa terdiri dari rangkaian
Induktif, kapasitif atau kombinasi dari keduanya.

Gambar 13. Diagram Rangkaian Filter

4) AVR (Auto Voltage Regulator)


Auto Voltage Regulator yang terpasang pada rectifier / charger
merupakan modul elektronik yang berfungsi untuk memberi trigger
positif pada gate Thyristor sehingga pengaturan arus maupun tegangan

18
Output rectifier yang mengalir ke batere maupun ke beban dapat diset
sesuai kebutuhan.
5) Alarm Unit
Suatu perangkat elektronik yang yang berfungsi memberikan
informasi ketika terjadi kondisi abnormal pada sistem kerja Charger
antara lain :
a. AC Failure (Sumber AC input hilang)
b. DC Failure (Sumber AC output hilang)
c. High DC Voltage (Tegangan DC tinggi)
d. Earth Fault Positip (Hubung tanah pada kutub positip pada
sumber DC)
e. Earth Fault Negatip (Hubung tanah pada kutub negatip
pada sumber DC)
6) Rangkaian Voltage Dropper
Terdiri dari beberapa diode yang terhubung seri yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan pada saat rectifier digunakan untuk tujuan
pemeliharaan pada batere agar selalu dalam keadaan penuh (Full
Charge). Ketika beroperasi dengan pengisian Boost atau Equalizing
tegangan output rectifier disisi batere maupun beban akan tinggi
sehingga dalam kondisi ini akan merusak peralatan, oleh karena itu
supaya tegangan di sisi beban tetap stabil / rendah, maka dipasang
penurun tegangan atau Voltage droper. Besarnya kapasitas droper akan
tergantung kebutuhan besarnya tegangan yang harus diturunkan pada
saat rectifier bekerja dengan pengisian Equalizing atau Boost

b) Jenis Rectifier atau Charger


Jenis Rectifier atau Charger ada dua macam sesuai sumber
tegangannya yaitu rectifier 1 fasa dan rectifier 3 fasa.
1) Rectifier 1 fasa
Yang dimaksud dengan rectifier 1 fasa adalah rectifier yang
rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 1 fasa. Rectifier
akan bekerja apabila diberikan tegangan sekitar 220 VAC.

19
2) Rectifier 3 fasa
Yang dimaksud dengan rectifier 3 fasa adalah rectifier yang
rangkaian inputnya menggunakan AC suplai 3 fasa (380 VAC).

3.1.5 Baterai
Baterai adalah suatu alat yang merubah energi kimia menjadi
energi listrik secara langsung melalui reaksi elektrokimia antara komponen
zat–zat kimia yang terkandung didalamnya dengan cara perpindahan
elktron dari satu bahan kebahan lain. Batere terdiri dari satuan-satuan
dasar elektrokimia yang disebut cell, terdiri dari satu atau beberapa buah
sel yang dirangkai secara seri, paralel atau kombinasi seri paralel,
tergantung kepada tegangan output dan kapasitas yang diinginkan. Batere
sebagai sumber DC cadangan, energinya digunakan bila sumber AC/
pengisi batere mengalami gangguan.
Pada dasarnya Baterai yang terpasang di Gardu Induk
merupakan sumber DC cadangan yang berfungsi untuk :
1) Sumber tenaga untuk rele proteksi
2) Sumber tenaga untuk Motor-motor PMT, PMS
3) Sumber tenaga untuk alat kontrol, Indikator, Alarm.
4) Sumber tenaga untuk penerangan darurat.
5) Sumber tenaga untuk peralatan komunikasi.

Gambar 14. Proses Discharging dan Charging pada Baterai

20
1) Proses Discharging pada sel berlangsung menurut skema Gambar 3.8 Bila
sel dihubungkan dengan beban, maka elektron mengalir dari anoda melalui
beban ke katoda, kemudian ion-ion negatif mengalir ke anoda dan ion-ion
positif mengalir ke katoda.
2) Pada proses Charging menurut skema Gambar 3.8 Bila sel dihubungkan
dengan power supply, maka Elektroda positif menjadi anoda dan elektroda
negatif menjadi katoda dan proses kimia yang terjadi adalah sbb :
a. Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui
power suplly ke katoda.
b. Ion-ion negatif mengalir dari katoda ke anoda
c. Ion-ion positif mengalir dari anoda ke katoda.

a) Jenis-jenis Baterai
Baterai terbagi menjadi 2 jenis baterai yaitu baterai primer dan baterai
sekunder :
1) Baterai Primer
Baterai primer adalah baterai kering dimana baterai terdiri dari dua
kutub elektroda yaitu kutub positif dan negatif dan pasta sebagai media
penghantarnya yang terkandung zat aktif didalamnya. Baterai kering
hanya dapat digunakan untuk sekali pemakaian, ketika kapasitas baterai
habis (Fully discharged) maka reaksi kimia dari zat aktif yang ada didalam
baterai tidak dapat dimanfaatkan kembali. Baterai primer terbagi menjadi:
1. Baterai Seng Karbon (Zinc Carbon)
2. Baterai Alkaline
3. Baterai Lithium
4. Baterai Silver Oxide

2) Baterai Sekunder
Baterai sekunder merupakan baterai basah, sama halnya dengan baterai
primer yang terdiri dari 2 kutub elektroda dan elektrolit sebagai media
penghantarnya. Material aktif yang terdapat dalam baterai dapat dimanfaatkan
kembali sehingga baterai memiliki masa guna pakai yang lebih lama.

21
Penggunaan baterai basah lebih banyak digunakan terutama pada dunia
perindustrian dan pembangkitan listrik seperti pada gardu induk selain karena
jangka waktu penggunaan yang lama, harga baterai basah lebih terjangkau
dibandingkan baterai kering. Baterai Sekunder terbagi menjadi :
1. Baterai Asam
2. Baterai Alkali
3. Baterai Lithium Ion

Gambar 15. Baterai Alkali (NiCd)


b) Konstruksi Baterai
1) Elektroda
Elektroda merupakan plat materail aktif yang berekasi dengan
larutan elektrolit saat proses charging dan discharging pada baterai.
Dimana untuk baterai yang terdiri dari beberapa sel baterai, elektroda
akan berupa kumpulan grid yang merupakan rangka besi sebagai
wadah untuk material aktif. Elektroda pada baterai terbagi menjadi 2
yaitu elektroda positif dan elektroda negatif.
2) Elektrolit
Elektrolit merupakan suatu media untuk menghantarkan arus listrik
pada baterai dimana terkandung larutan berupa senyawa kimia
didalamnya. Senyawa kimia yang terkandung dalam cairan elektrolit
tersebut mampu membentuk muatan positif dan muatan negatif yang
dikenal dengan ion-ion positif dan ion-ion negatif. Banyaknya jumlah
ion- ion yang dihasilkan dari proses charging dan discharging pada
baterai mempengaruhi besarnya daya hantar listrik.

22
3) Separator
Separator biasa disebut juga dengan penyekat, separator pada
baterai memiliki struktur berpori berada diantara elektroda positif dan
elektroda negatif setiap sel baterai sehingga memungkinkan untuk
larutan elektrolit yang terkandung pada sel baterai dapat melewatinya.
4) Sel Baterai
Sel baterai merupakan satu unit tempat elektroda yaitu sebagai
elektroda positif dan elektroda negatif dalam suatu cairan elektrolit yang
dibatasi oleh separator/penyekat.
5) Kotak Baterai/Container
Sel baterai terdiri dari 2 jenis bahan bejana (Container) yang
digunakan yaitu steel container dan plastic container. Biasanya sel-sel
baterai ini diletakkan dalam suatu rak yang terbuat dari kayu pada steel
container dan rak yang terbuat dari besi berisolasi pada plastic
container. Rak sel baterai berfungsi untuk menjaga terjadinya hubung
singkat diantara sel baterai ataupun hubung tanah ketika adanya
kebocoran pada elektrolit baterai.
6) Terminal Baterai
Terminal merupakan kutub positif dan kutub negatif yang ada pada
suatu sel baterai.
7) Penghubung Sel Baterai
Penghubung sel baterai merupakan penghubung antara kutub-kutub
yang ada pada suatu sel baterai.
8) Penutup Baterai
Penutup baterai umunya sifatnya adalah permanen dan tertutup
dengan rapat pada bagian atas baterai yang merupakan tempat dudukan
terminal-terminal baterai.
9) Lubang Ventilasi
Lubang ventilasi berfungsi untuk maintanance baterai yaitu tempat
dilakukannya pengecekan cairan elektrolit ataupun air yang terkandung
pada baterai

23
Gambar 16. Konstruksi Baterai

c) Mode operasi pengisian pada baterai


1) Floating
Floating charge digunakan pada saat rectifier beroperasi normal.
Floating charge adalah proses pengisian dimana suplai akan selalu
diteruskan ke baterai untuk membuat baterai tetap dalam kondisi full
charge dan menjaga suplai tegangan pada baterai yang terhubung ke
beban tetap konstan dalam menyuplai tegangan DC. Pada setiap jenis
baterai besar tegangan dan arus floating, equalizing dan boosting
berbeda.
2) Equalizing
Pada saat pengisian dilakukan dengan equalizing charge ini
tegangan pada setiap sel baterai akan diatur untuk dapat disama
ratakan besar tegangan setiap sel baterai. Pengisian dengan equalizing
charge ini dilakukan sampai dengan tidak ditemukan lagi gas freely
pada sel baterai dan berat jenis serta tegangan setiap sel telah terisi
penuh sesuai dengan ketentuan syarat standar.
3) Boosting
Boosting charge merupakan proses pengisian yang dilakukan
ketika baterai telah mengalami pengosongan yang cukup besar atau
yang biasa disebut dengan initial charge. Dimana baterai akan

24
mengalami pengisian kembali pada kondisi high-rate.
4) Rangkaian Baterai
Suatu sel baterai memiliki tegangan yang terbatas sehingga
dibutuhkan suatu cara agar baterai mampu memenuhi kebutuhan
tegangan kerja peralatan sebagaimana yang diharapkan, meningkatkan
kapasitas serta keandalan penggunaan baterai, dengan cara merangkai
baterai dalam beberapa hubungan salah satunya yaitu :
1) Hubungan Seri
Baterai dihubungkan secara seri berfungsi untuk dapat
meningkatkan jumlah tegangan baterai sesuai dengan
kebutuhan tegangan kerja peralatan. Apabila suatu peralatan
membutuhkan tegangan sebesar 110 volt dengan tegangan sel
baterai sebesar 1,4 volt maka diperlukan sejumlah ± 84 sel
baterai yang terhubung seri untuk dapat memenuhi kebutuhan
peralatan tersebut. Namun akan tetapi hubungan seri pada
baterai memiliki kekurangan yaitu apabila salah satu sel
baterai mengalami kelainan maka akan berdampak pada
keseluruhan baterai hingga dapat menyebabkan suplai DC ke
beban terputus.

Gambar 17. Hubungan Seri Baterai


2) Hubungan Paralel
Baterai dihubungkan secara paralel berfungsi untuk

25
meningkatkan arus baterai dan menjaga keandalan beban
DC pada sistem. Dimana apabila salah satu sel baterai
mengalami kelainan maka tidak akan berdampak pada sel
baterai yang lain sehingga baterai tetap mampu menyuplai
tenaga ke peralatan, dalam arti lain tidak berdampak pada
baterai baterai secara keseluruhan. Namun akan tetapi
baterai hubungan paralel memiliki kekurangan yaitu dapat
menurunkan kapasitas daya.

Gambar 18. Hubungan Paralel Baterai


3) Hubungan Kombinasi
Hubungan kimbinasi yaitu meliputi hubungan seri paralel
dan hubungan paralel seri. Kedua hubungan ini dimaksudkan
untuk dapat memenuhi kebutuhan ganda yang lebih baik, yaitu
sisi tegangan, arus serta keandalan sistem. Baterai dihubungkan
seri sehingga menyebabkan tegangan meningkat sedangkan
baterai terhubung paralel menyebabkan arus dan keandalan
pada sistem yang meningkat.

Gambar 19. Hubungan Kombinasi Baterai


d) Ruang Baterai
Pada pemasangan Baterai di ruangan tertutup maka diperlukan

26
adanya sirkulasi udara yang cukup diruangan baterai tersebut. Selain
dilengkapi dengan exchaust fan juga dibutuhkan ventilasi udara yang
masuk. Ventilasi udara masuk ini harus di desain khusus yang dilengkapi
penyaring udara agar ruangan baterai tidak mudah kotor dan volume udara
yang berputar cukup dengan tujuan membuang gas hidrogen dan oksigen
yang timbul akibat proses kimia baterai.
Kebersihan sangat diutamakan baik lantai ruangan maupun kondisi
sambungan koneksi baterai untu menghindari terjadinya korosi pada
material dan pengosongan sendiri (Self Discharge). Selai itu ada beberapa
perlengkapan pada ruang baterai yang harus terpenuhi yaitu Alat ukur,
serta rambu-rambu peringatan penggunaan safety.

3.2 Pengalaman Lapangan


Terdapat beberapa pengalaman lapangan mengenai pemeliharaan baterai
sebagai sistem suplai DC pada Gardu Induk GIS Listrik, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Sel
Pemeriksaan sel baterai difokuskan untuk menemukan adanya
anomali atau kelainan kondisi sel baterai yaitu mengalami kebocoran
maupun keadaan rusak. Untuk melakukan pemeliharaan hanya secara
pengamatan visual.

Gambar 20. Sel Baterai


2. Pemeriksaan Kebersihan Sel dan Rak baterai
Kebersihan sel baterai harus tetap dijaga untuk melindungi klem

27
dan kabel penghubung dari debu yang memungkinkan dapat menyebabkan
korosi. Kotoran yang menempel pada bagian atas sel bateraipun dapat
merusak permukaan sel baterai saat tercampur dengan cairan elektrolit.

Gambar 21.Pemeriksaan kebersihan sel baterai


3. Pemeriksaan Sambungan Klem Baterai
Pemeriksaan pada klem sambungan baterai dilakukan untuk
melihat kondisi fisik klem tersebut dalam keadaan normal atau tidak. Hal
ini dilakukan mengingat fungsi klem juga mempengaruhi performa baterai.
Dalam pemeriksaan klem sambungan baterai difokuskan terhadap
kekencangan baut.

Gambar 21. Klem Sambungan Baterai

28
4. Pengukuran Tegangan Sel Baterai
Tegangan tiap sel baterai secara periodik harus dilakukan
pengukuran untuk mengetahui nilai tegangan tiap sel masih dalam keadaan
standard atau mengalami penurunan. Besaran tegangan tiap sel harus tetap
dijaga untuk kehandalan sistem suplai DC dalam membackup sumber
tenaga utama. Untuk mengukur tegangan dapat dilakukan dalam kondisi
peralatan beroperasi dengan menggunakan multimeter.
Tahapan dalam mengukur tegangan per sel baterai adalah sebagai
berikut :
1. Membuka penutup klem baterai.
2. Membersihkan permukaan baut atau sambungan positif negatif
baterai dari debu.
3. Mengatur multimeter pada kondisi tegangan DC.
4. Mengukur tegangan tiap sel dengan menempatkan jumper
positif fannegatif multimeter terhadap permukaan sambungan
baterai.
5. Mencatat nilai tegangan yang keluar pada multimeter.

Gambar 22. Pengukuran Tegangan Sel Baterai

29
5. Pengukuran DC Ground 110 Volt
Pengukuran DC ground bertujuan untuk menjaga sistem 110 VDC
dari gangguan earth faulth. Jika ada salah satu polaritas mengalami earth
faulth maka sangat besar kemungkinan sistem DC akan trip baik itu karena
arus lebih maupun Short Circuit. Hal ini sangat berbahaya karena sistem
110 VDC menyuplai peralatan penting seperti relay proteksi, penggerak
motor PMT dan PMS, serta lampu indikator Alarm.
Berdasarkan pedoman pemeliharaan sistem DC pengukuran ideal
DC ground yaitu :
1. Positif – Ground = 50%
2. Negatif – Ground = 50%
Sementara untuk standardnya yaitu 50% plus minus 12,5%
1. Positif – Ground = 62,5% atau 37,5%
2. Negatif – Ground = 37,5% atau 62,5%

Gambar 23. Pengukuran DC Ground 110 V

30
3.3 Pembahasan
Pembahasan merupakan bagian dari pengalaman lapangan yang dibahas
secara rinci tentang pemeliharaan baterai sebagai sistem suplai DC pada Gardu
Induk GIS Listrik. Disini akan dibahas mengenai beberapa pengalaman yang
sudah terlaksanakan, diantaranya adalah :
1. Baterai Pada Gardu Induk GIS Listrik
Gardu Induk GIS Listrik menggunakan baterai jenis alkali Ni-Cd
yang nilai tegangan per selnya adalah 1,4 Volt. Sehingga untuk
menghasilkan tegangan output 110 VDC dan 48 VDC dirangkai secara
seri. Berikut ini merupakan penjelasan dari baterai 110 VDC dan 48 VDC
yaitu :
a) Sistem Beban 110 VDC
Terdapat 3 bank baterai pada sistem beban 110 VDC di Gardu
Induk GIS Listrik. dirangkai secara seri. Untuk bank 1 dan bank 2
jumlah baterai yang digunakan adalah 82 sel sedangkan pada bank 3
sebanyak 92 sel.
Tegangan Total bank 1 dan bank 2 : 1,4 Volt x 82 = 114,8 Volt
Tegangan total bank 3 : 1,4 Volt x 92 = 128,8 Volt

1) Baterai Bank 1

Gambar 24. Baterai bank 1 pada Gardu Induk GIS Listrik

31
Merk : AlCAD
Tipe : MC 240 P
Kapasitas : 200 AH
Tahun operasi : 2006

2) Baterai Bank 2

Gambar 25. Baterai Bank 2 pada Gardu Induk GIS Listrik


Merk : AlCAD
Tipe : MC 240 P
Kapasitas : 210 AH
Tahun operasi : 2006

3) Baterai Bank 3

Gambar 26. Baterai bank 3 pada Gardu induk GIS

32
Merk : SAFT
Tipe : SCM 211
Kapasitas : 210 AH
Tahun operasi : 2016

b) Sistem Beban 48 VDC

Gambar 27. Baterai 48 VDC


Untuk sistem beban 48 VDC jumlah baterai yang digunakan
sebanyak 39 sel baterai.
Tegangan total : 1,4 Volt x 39 = 54,6 Volt
Baterai 48 VDC
Merk : ALCAD
Tipe : MC 130 P
Kapasitas : 50 AH
Tahun operasi : 2006

33
2. Pemeliharaan Baterai
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting karena
pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin
berfungsinya peralatan dengan baik. Pemeliharaan yang telah dilaksanakan
memang tidak ada bekasnya namun dapat dirasakan pengaruhnya. Tujuan
dilakukan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kondisi atau menjaga agar
peralatan menjadi tahan lama, peralatan dapat beerfungsi sebagaimana mestinya
dengan demikian kehandalan sebuah sistem terjaga.
a) Jenis pemeliharaan baterai
Baterai seperti peralatan di gardu induk lainnya juga memerlukan
pemeliharaan agar tetap mampu berfungsi baik. Baterai pada gardu
induk berfungsi untuk mem-backup suplai tenaga arus searah menuju
beban peralatan DC ketika suplai tenaga AC (melalui rectifier untuk
diubah menjadi DC) mengalami gangguan atau terputus. Pedoman
pemeliharaan pada baterai dapat dikategorikan seperti berikut.
1) In Service Inspection
In Service Inspection adalah kegiatan inspeksi yang
dilakukan dalam keadaan operasi tanpa pembebasan tegangan
pada sistem DC. Metode yang digunakan dalam melakukan In
service inspection adalah pengecekan dengan panca indera
(visual, penciuman, pendengaran), periodik pelaksanaan in
service inspection pada sistem DC khususnya pada baterai
yaitu :
1. Pemeriksaan Sel
2. pemeriksaan kebersihan sel dan rak baterai
3. pemeriksaan klem sambungan baterai
2) In Service Measurement
In Service Measurement adalah pengujian yang dilakukan
saat peralatan operasi (bertegangan) untuk dapat memprediksi
kondisi dan gejala kerusakan peralatan secara dini yang waktu
pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi peralatan.
Pemeliharaan in service measurement pada baterai adalah

34
sebagai berikut :
1. Pengukuran tegangan per-sel pada sistem 110 volt dan
48 volt
2. pengukuran DC ground pada sistem 110 volt
3. Pengukuran berat jenis elektrolit.

3. Data Hasil Pemeliharaan Baterai pada Gardu Induk GIS Listrik


a) Pemeriksaan Sel
Hasil pemeriksaan visual bahwasanya tidak ada kebocoran pada sel
baterai, tutup botol masih dalam keadaan normal begitu juga dengan
kondisi badan sel baterai tidak ada yang mengalami kerusakan. Level
ketinggian elektrolit juga masih dalam keadaan normal yaitu masih
diatas nilai kapasitas minimalnya.
b) Pemeriksaan Kebersihan Sel dan Rak baterai
Kondisi kebersihan sel dan rak baterai cukup berdebu sehingga
dilakukan tindakan pembersihan pada sel baterai dan rak baterai.
Pembersihan terhadap debu yang menempel tidak membutuhkan cairan
atau alat khusus. Cukup menggunakan kain untuk membersihkan debu
pada sel baterai dan rak baterai dan kuas untuk membersihkan debu
dari celah celah bagian atas sel yang berhubungan dengan klem
penghubung baterai.c.
c) Pemeriksaan Sambungan Klem Baterai
Dari gambar 21 dijelaskan bahwa hasil pemeriksaan klem
sambungan baterai bahwasanya kondisi baut tidak ada yang terlepas
ataupun kurang kencang dalam pemasangannya. Sehingga tidak ada
yang perlu diganti ataupun diperbaiki.

35
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tegangan Sel Baterai Bank 1 110 VDC
Sel Volt Sel Volt Sel Volt Sel Volt

1 1,28 25 1,44 49 1,26 73 1,38


2 1,44 26 1,43 50 1,44 74 1,44
3 1,41 27 1,44 51 1,43 75 1,41
4 1,44 28 1,32 52 1,36 76 1,41
5 1,35 29 1,43 53 1,44 77 1,39
6 1,44 30 1,39 54 1,26 78 1,39
7 1,43 31 1,42 55 1,39 79 1,44
8 1,43 32 1,43 56 1,44 80 1,44
9 1,44 33 1,41 57 1,38 81 1,43
10 1,44 34 1,38 58 1,40 82 1,26
11 1,44 35 1,44 59 1,44 83 1,43
12 1,44 36 1,38 60 1,44 84 1,44
13 1,44 37 1,44 61 1,41 85 1,44
14 1,44 38 1,44 62 1,19 86 1,44
15 1,38 39 1,43 63 1,41 87 1,44
16 1,40 40 1,43 64 1,44 88 1,40
17 1,40 41 1,43 65 1,37 89 1,43
18 1,42 42 1,44 66 1,44 90 1,42
19 1,41 43 1,44 67 1,44 91 1,44
20 1,44 44 1,44 68 1,44 92 1,44
21 1,37 45 1,37 69 1,42
22 1,44 46 1,41 70 1,44
23 1,28 47 1,10 71 1,39
24 000 48 1,33 72 1,45
Tegangan total = 114,6 VDC

36
Tabel 2. Pengukuran Tegangan Sel baterai Bank 2 110 VDC
Sel Volt Sel Volt Sel Volt Sel Volt

1 1,28 25 1,44 49 1,26 73 1,38


2 1,44 26 1,43 50 1,44 74 1,44
3 1,41 27 1,44 51 1,43 75 1,41
4 1,44 28 1,32 52 1,36 76 1,41
5 1,35 29 1,43 53 1,44 77 1,39
6 1,44 30 1,39 54 1,26 78 1,39
7 1,43 31 1,42 55 1,39 79 1,44
8 1,43 32 1,43 56 1,44 80 1,44
9 1,44 33 1,41 57 1,38 81 1,43
10 1,44 34 1,38 58 1,40 82 1,26
11 1,44 35 1,44 59 1,44 83 1,43
12 1,44 36 1,38 60 1,44 84 1,44
13 1,44 37 1,44 61 1,41 85 1,44
14 1,44 38 1,44 62 1,19 86 1,44
15 1,38 39 1,43 63 1,41 87 1,44
16 1,40 40 1,43 64 1,44 88 1,40
17 1,40 41 1,43 65 1,37 89 1,43
18 1,42 42 1,44 66 1,44 90 1,42
19 1,41 43 1,44 67 1,44 91 1,44
20 1,44 44 1,44 68 1,44 92 1,44
21 1,37 45 1,37 69 1,42
22 1,44 46 1,41 70 1,44
23 1,28 47 1,10 71 1,39
24 0,85 48 1,33 72 1,45
Tegangan total = 115,4 VDC

37
Tabel 3. Hasil Pengukuran Tegangan Sel Baterai Bank 3 110VDC
Sel Volt Sel Volt Sel Volt Sel Volt

1 1,28 25 1,44 49 1,26 73 1,38


2 1,44 26 1,43 50 1,44 74 1,44
3 1,41 27 1,44 51 1,43 75 1,41
4 1,44 28 1,32 52 1,36 76 1,41
5 1,35 29 1,43 53 1,44 77 1,39
6 1,44 30 1,39 54 1,26 78 1,39
7 1,43 31 1,42 55 1,39 79 1,44
8 1,43 32 1,43 56 1,44 80 1,44
9 1,44 33 1,41 57 1,38 81 1,43
10 1,44 34 1,38 58 1,40 82 1,26
11 1,44 35 1,44 59 1,44 83 1,43
12 1,44 36 1,38 60 1,44 84 1,44
13 1,44 37 1,44 61 1,41 85 1,44
14 1,44 38 1,44 62 1,19 86 1,44
15 1,38 39 1,43 63 1,41 87 1,44
16 1,40 40 1,43 64 1,44 88 1,40
17 1,40 41 1,43 65 1,37 89 1,43
18 1,42 42 1,44 66 1,44 90 1,42
19 1,41 43 1,44 67 1,44 91 1,44
20 1,44 44 1,44 68 1,44 92 1,44
21 1,37 45 1,37 69 1,42
22 1,44 46 1,41 70 1,44
23 1,28 47 1,10 71 1,39
24 0,85 48 1,33 72 1,45
Tegangan total = 129,1 VDC

38
Tabel 4. Pengukuran Tegangan Sel Baterai 48 VDC
Sel Volt Sel Volt Sel Volt Sel Volt

1 1,41 11 1,32 21 1,42 31 1,42


2 1,32 12 1,31 22 1,43 32 1,42
3 1,40 13 1,41 23 1,43 33 1,41
4 1,37 14 1,36 24 1,42 34 1,43
5 1,40 15 1,43 25 1,41 35 1,43
6 1,33 16 1,38 26 1,33 36 1,43
7 1,41 17 1,33 27 1,32 37 1,41
8 1,37 18 1,32 28 1,33 38 1,32
9 1,37 19 1,43 29 1,42 39 1,43
10 1,42 20 1,42 30 1,33
Tegangan total = 54,7 VDC
Secara keseluruhan nilai tegangan sel baterai masih dalam kondisi normal
dengan mengacu pada pedoman pemeliharaan yaitu lebih besar dari 1,2 Volt.
Namun pada tabel 4.4 baterai sel nomor 24 pada bank 3 dibawah kondisi normal
yaitu 0,85 Volt. Tegangan yang selisihnya dibawah kondisi normal dalam
pengukuran ini dilakukan penambahan cairan elektrolit hingga nilai tegangannya
kembali stabil.
d) Pengukuran DC Ground 110 Volt
Tabel 4.5 Pengukuran DC Ground 110 VDC

Baterai (+) – (-) (+) – (Ground) (-) – (Ground)

Bank 1 114,4 Volt 57,4 Volt 57 Volt


Bank 2 115,4 Volt 61,4 Volt 53,8 Volt
Bank 3 129,1 Volt 74 volt 54,4 Volt

39
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Kerja Praktek Industri di Gardu Induk GIS
Listrik, sehingga dapat mengambil kesimpulan :
1. Sistem DC Gardu Induk GIS Listrik menggunakan sistem dengan beban
110 VDC terpasang 3 unit baterai dan 3 rectifier yang dimana unit 1 dan
unit 2 dalam keadaan operasi dan unit 3 dalam keeadaan standby.
2. Pemeliharaan yang dilakukan di Gardu Induk GIS Listrik adalah pemeli-
haraan in service inspection dan in service measurement.

4.2 Saran
Setelah melakukan kerja praktik di Gardu Induk GIS Listrik maka penulis
memberikan saran yang bersifat membangun diantaranya :
1. Saat melakukan pengukuran sel baterai disarankan untuk melepas
aksesoris yang ada di tangan demi menghindari terjatuhnya aksesoris
tersebut yang akan menyebabkan terjadinya gangguan pada baterai.
2. Memakai perlengkapan safety seperti helm, sarungg tangan, dan masker.
Karena larutan elektrolit mengandung zak aktif yang dapat membahayan
kesehatan tubuh.

40
DAFTAR PUSTAKA
[1] PLN. 2014. Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan
Penyaluran Tenaga Listrik AC/DC Suplai. Jakarta: PT. PLN (Persero).
[2] PLN. 2014. Buku Petunjuk Batasan Operasi Dan Pemeliharaan Peralatan
Penyaluran Tenaga Compartment. Jakarta: PT. PLN (Persero).
[3] Ricky, Nurhalim, 2016. Studi Kapasitas Baterai 110 Vdc pada Gardu Induk
150 kV Bangkinang
[4] Salam, Ibnu. 2014. Baterai-Charger Pada Gardu Induk 150 KV Srondol.
Semarang: Universitas Diponegoro. Malang.Widiawati, Anita. 2016. Analisis
Gangguan Pada Sistem Kerja Power Supply Dc 110 Volt Di Gardu Induk
Padalarang Bandung.
[5] Aji, Muhammad. 2016. Sistem DC GIS 150 Kv Mangkunegaran Di PT. PLN
(Persero) Trans Jawa Bagian Tengah Area Pelaksana Pemeliharaan Salatiga Area
Pelaksana Pemeliharaan Salatiga Basecamp Surakarta. Universitas Dipenogoro.
Malang.
[7] Anastasya. 2019. Pengaruh Proses Pengosongan (Discharging) Terhadap
Kapasitas Dan Efisiensi Baterai 110 Vdc Di Gardu Induk Sungai Kedukan
Palembang. Universitas Sriwijaya. Palembang.

41
LAMPIRAN

A. Data-data Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktik Industri

Pengambilan Minyak Trafo Pemeliharaan


Baterai

DC Ground Thermovisi

42
B. Kesediaan perusahaan menerima Kerja Praktik Industri

43
44
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik Industri

45

Anda mungkin juga menyukai