Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Politeknik merupakan sebuah lembaga pendidikan vokasi yang berorientasi


kepada kuliah teori dan praktek. Salah satunya adalah Politeknik Negeri
Semarang. Untuk menghasilkan lulusan yang mampu menantisipasi kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia industri, pihak Politeknik Negeri
Semarang menerapkan program Link and Match. Dengan Link and Match
(Kesetaraan dan Kesepadanan) ini, memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk berinteraksi langsung dengan dunia industri.
Sebagai mahasiswa kelas kerjasama antara Politeknik Negeri Semarang dengan
PT. PLN (Persero) diwajibkan bagi setiap mahasiswa untuk melaksanakan
magang di PT. PLN (Persero). Pelaksanaan program ini didasarkan pada
Peraturan Akademik Politeknik Negeri Semarang Nomor 481/N11/SK/2006 Pasal
13 ayat 2 yang menyatakan bahwa Program pendidikan terdiri dari kuliah teori
dan praktek sesuai dengan kurikulum, termasuk kuliah kerja lapangan , praktek
kerja lapangan, dan tugas akhir.
Dengan adanya pembuatan laporan ini, politeknik negeri akan mendapatkan
masukan mengenai kemajuan mahasiswa dalam pekerjaan di lapangan dan
perkembangan teknologi yang ada sehingga perguruan tinggi dapat melakukan
pembenahan dan perbaikan untuk tahun berikutnya.
1.2.

Ruang Lingkup

Magang dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Area Magelang, Rayon Borobudur.


Kegiatan yang dilakukan berorientasi pada hal-hal yang berhubungan dengan
teknik. Waktu pelaksanaan magang dimulai tanggal 2 Februari 2015 hingga 2 Mei
2015.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan dan Kegunaan Magang
Tujuan magang adalah agar mahasiswa :
a. Memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam menyelesaikan
pekerjaan yang bersifat aplikatif dan praktis.
b. Kenal dan memperluas pandangan mengenai lingkup pekerjaan di lapangan
kerja.
c. Menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari di Politeknik Negeri
Semarang.
Adapun kegunaan dilaksanakannya magang ini adalah :
a. Mengetahui arah profesi lulusan program kelas Kerjasama PT PLN (Persero)
dengan Politeknik Negeri Semarang khususnya di bidang Teknik Elektro.
b. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan mutu kurikulum di masa depan.
c. Mengaplikasikan prinsip-prinsip ilmu dasar yang diperoleh dari bangku
perkuliahan serta menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, dan wawasan
akan praktek praktek atau proses kerja secara nyata di dunia industri yang
sesungguhnya.
1.3.2. Tujuan Penulisan Laporan
Setelah melaksanakan magang selama 3 bulan, mahasiswa telah memperoleh ilmu
dan pengetahuan baru yang nanti akan disusun menjadi sebuah laporan sebagai
suatu bukti bahwa ada satu ilmu baru yang telah diterapkan.
Tujuan penulisan laporan magang adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bentuk pertanggungjawaban mahasiswa setelah melaksanakan
magang.
b. Melatih mahasiswa dalam menuangkan ide serta ilmu yang telah mereka
terima selama pelaksanaan magang di PT PLN (Persero).
c. Menyampaikan pentingnya pemeliharaan pada jaringan distribusi.
d. Menyampaikan dan memperkenalkan Penertiban Pelanggaran Tenaga Listrik
sebagai sarana untuk melaksanakan pemeriksaan tenaga listrik.
1.4. Pembatasan Materi
Hal-hal yang dimuat dalam laporan ini meliputi profil dari perusahaan dan
kegiatan (berupa pemeliharaan dan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik) yang
terkait selama magang berlangsung.
2

1.5.

Sistematika Penulisan Laporan

Untuk mempermudah pembaca dalam mepelajari isi laporan, penulis membuat


sistematika laporan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang magang, ruang lingkup, tujuan magang, tujuan
penulisan laporan magang, pembatasan materi, dan sistematika penulisan laporan
magang.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini memberikan penjelasan tentang sejarah singkat PT. PLN (Persero), makna
logo PT. PLN (Persero), visi, misi dan motto PT. PLN (Persero), PT. PLN
(Persero) Rayon Borobudur.
BAB III PEMELIHARAAN JARINGAN DISRIBUSI
Bab ini membahas tentang pemeliharaan meliputi tujuan, jenis, waktu
pelaksanaannya, dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan
dilaksanakan selama magang.
BAB IV PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
Bab ini membahas tentang pengertian, macam pelanggaran, sanksi, pelaksanaan
Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik, dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
yang dilaksanakan selama magang.
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan yang diambil penulis dari pembuatan dan penulisan
laporan Magang, kesan dan saran selama proses magang. Sedangkan pada bagian
terakhir dari laporan ini berisi tentang Daftar Pustaka dan Lampiran.

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1.

Sejarah Singkat Perusahaan

Perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan pada akhir abad


ke-19 pada saat beberapa perusahaan dari koloni Belanda yang bergerak dalam
bidang pabrik gula dan pabrik the mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan
sendiri. Kelistrikan untuk pemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan
swasta Belanda yaitu NV NIGN yang semula bergerak dibidang gas memperluas
usahanya dibidang listrik untuk kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 Pemerintah
Belanda membentuk sLand Waterkracht Bedrijven (LB) yaitu perusahaan listrik
Negara yang mengelola PLTA Pelanggan, PLTA Lamajan dan PLTA Bengkok
Dago, PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di madiun, PLTA
tes di Bengkulu, PLTA Tonsea lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta.
Selain itu beberapa Kotapraja dibentuk perusahaan perusahaan listrik di
Kotapraja.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus
1945, pada saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini kemudian
dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai
Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI pusat berinisiatif
menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan
tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945,
Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen
Pekerjaan Umum dan tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar
157,5 MW.
Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan
perjuangan bangsa. Tanggal 27 Oktober 1945 kemudian dikenal sebagai Hari
Listrik dan Gas. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17,
status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum

Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK)


dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Penetapan secara resmi sebagai Hari Listrik dan Gas berdasarkan keputusan
Mentri Pekerjaan Umum dan Tenaga No.20 tahun 1960, namun kemudian
berdasarkan

keputusan

Menteri

Pekerjaan

Umum

dan

Tenaga

Listrik

No.235/KPTS/1975 tanggal 30 September 1975 peringatan Hari Listrik dan Gas


yang digabung dengan Hari Kebangkitan Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
yang jatuh pada tanggal 3 Desember. Mengingat pentingnya semangat dan nilai
nilai hari listrik, maka berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No.1134.K/43/MPE/1992 tanggal 31 Agustus 1992 ditetapkan tanggal 27 Oktober
sebagai Hari Listrik Nasional.
Pada tahun 1994 terjadi perubahan mendasar dalam tubuh perusahaan yang
tadinya berstatus sebagai Perusahaan Umum ini, yaitu setelah keluarnya Perpu
no.3 dan sesuai dengan akte notaris Soetjipto, SH No 169 yang menyatakan
bahwa Perum PLN statusnya diubah menjadi Perseroan dengan nama PT.PLN
(Persero). Perubahan status perusahaan tersebut ternyata membawa dampak
sangat kuat bagi perkembangan perusahaan listrik Indonesia dalam menggapai
orientasi dan obsesinya. Selain itu dalam rangka memaksimalkan peran
perusahaan itu berbagai upaya telah dilakukan perusahaan ini, baik secara internal
maupun secara eksternal. Perubahan internal misalnya dapat dilihat dari
perubahan struktur organisasinya baik yang dikantor pusat maupun didaerah.
Begitu juga secara eksternal kini PLN telah melakukan ekspansi dengan
membentuk unitunit bisnis dan anak perusahaan sebagai unit pelaksanaannya.
Unit wilayah yang dimiliki PLN terdiri dari 11 wilayah kerja ditambah dengan
kawasan Batam sebagai wilayah khusus. Wilayah tersebut antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Wilayah I Aceh
Wilayah II Sumatra Utara
Wilayah III Sumbar-Riau
Wilayah IV Sumsel-Bengkulu-Jambi dan Bangka Belitung
Wilayah V Kalimantan Barat
Wilayah VI Kalimantan Selatan, Timur dan Tengah

7. Wilayah VII Sulut dan Sulteng


8. Wilayah VIII Sulawesi Selatan dan Tenggara
9. Wilayah IX Maluku
10. Wilayah X Irian jaya dan
11. Wilayah XI Bali NTT NTB.
Selain wilayah PLN memiliki unit distribusi Jakarta raya dan Tangerang distribusi
Jawa Barat, distribusi Jawa Tengah dan Timur. Begitu juga membentuk anak
perusahaan diantaranya PT.Indonesia Power, PT. Icon Plus dan PLN Batam yang
sebelumnya menjadi daerah khusus.
2.2. Makna Logo PT PLN (Persero)
2.2.1. Bentuk Lambang
Bentuk, warna dan makna lambang perusahaan resmi yang digunakan adalah
sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan
Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal 1 Juni 1976, mengenai
pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

Gambar 2.1. Gambar Logo PT PLN (Persero)

2.2.2. Elemen Dasar Lambang


1. Bidang Persegi Panjang
Bidang Persegi Panjang Vertikal Menjadi bidang dasar bagi elemenelemen lambang lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero)
6

merupakan

wadah

atau

organisasi

yang

terorganisir

dengan

sempurna.Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti


yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu
menciptakan

pencerahan

masyarakat.Kuning

bagi

juga

kehidupan

melambangkan

semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap


insan yang berkarya di perusahaan ini.
2. Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk
jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan.Selain itu petir pun
mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam
memberikan

solusi

terbaik

pelanggannya.Warnanya
melambangkan

kedewasaan

bagi

yang
PLN

para
merah
sebagai

perusahaan listrik pertama di Indonesia dan


kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap
insan perusahaan

serta keberanian

dalam menghadapi tantangan

perkembangan jaman.
3. Tiga Gelombang
Tiga Gelombang Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan
oleh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu
pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang
seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT
PLN

(Persero) guna memberikan

layanan

terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru


untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya
listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia.Di samping itu biru
juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan
dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.

2.3. Visi, Misi, dan Motto PT PLN (Persero)


2.3.1. Visi PT. PLN (Persero)
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang, unggul dan
terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2.3.2. Misi PT. PLN (Persero)
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.3.3. Motto PLN
BEKERJA, BEKERJA, BEKERJA
2.4. PT. PLN (Persero) Rayon Borobudur
2.4.1. Sejarah singkat
Rayon Borobudur merupakan perubahan nama dari rayon muntilan yang
beralamat dijalan pemuda no. 170 Muntilan di wilayah Area Magelang. Rayon
Borobudur diresmikan tanggal 11 Maret 2009 oleh General Manager PT. PLN
(Persero) Distribusi Jateng dan DIY. Rayon Borobudur beralamat di jalan Letnan
Tukiyat (Soekarno Hatta), Sawitan, Kota Mungkid.
2.4.2. Bidang Usaha
Di dalam penyelenggaraan dan pelayanan listrik negara untuk umum dalam
negeri, PT. PLN (Persero) Rayon Borobudur memberikan jasa kepada pelanggan
yaitu:
1. Pelayanan pemberian informasi tata cara perhitungan besarnya biaya
listrik.
2. Pelayanan pemberian informasi penyambungan tenaga listrik kepada calon
pelanggan, pelanggan, dan masyarakat.
3. Pelayanan permintaan penyambungan

baru,

perubahan

daya,

penyambungan sementara, perubahan tarif, baik nama pelanggan dan


pelayanan lainnya serta pengendalian pelanggan.

4. Pelayanan pembayaran Biaya Penyambungan (BP), Tagihan Susulan (TS),


biaya sementara, biaya perubahan, dan biaya lainnya yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Membuat kuitansi penerimaan pembayaran biaya penyambungan.
6. Membuat perintah kerja yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemasangan, perbaikan, perubahan penambahan atau pembongkaran
sambungan tenaga listrik.
2.4.3. Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Rayon Borobudur
Rayon Borobudur yang beralamat di Jalan Letnan Tukiyat, Kota Mungkid,
Kabupaten Magelang ini memiliki wilayah kerja yang mencangkup 9 wilayah
kerja , yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kecamatan Borobudur
Kecamatan Mungkid
Kecamatan Mertoyudan
Kecamatan Sawangan
Kecamatan Dukun
Kecamatan Salam
Kecamatan Ngluwar
Kecamatan Muntilan
Kecamatan Srumbung

Dengan jumlah pelanggan yang cukup banyak, yaitu 107 ribu per maret 2015.
Untuk memenuhi pasokan listrik kepada konsumen, maka wilayah kerja Rayon
Borobudur di suplai dari lima penyulang yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Penyulang Sanggrahan 6
Penyulang Sanggrahan 8
Penyulang Sanggrahan 9
Penyulang Sanggrahan 10
Penyulang Medari 9

Dengan Wilayah yang cukup luas serta jumlah pelanggan yang cukup banyak,
maka untuk menjaga mutu dan kualitas pelayanan dan jaringan tenaga listrik
wilayah kerja rayon borobudur, dibentuk empat kantor pelayanan gangguan untuk
melayani pengaduan pelanggan mengenai masalah masalah kelistrikan pada
pelanggan. Empat kantor pelayanan tersebut adalah :
1. Kantor Pelayanan Gangguan Borobudur
2. Kantor Pelayanan Gangguan Muntilan
9

3. Kantor Pelayanan Gangguan Sawangan


4. Kantor Pelayanan Gangguan Salam
PT. PLN (Persero) Rayon Borobudur bekerjasama dengan pihak ketiga mengenai
perekrutan petugas pelayanan dan gangguan diwilayah tersebut. Dengan jumlah
total 31 personil, dengan menggunakan 6 mobil unit diharapkan mampu melayani
seluruh pelanggan dan semua jaringan yang ada diwilayah kerja Rayon
Borobudur.
2.4.4. Disiplin Kerja
Sesuai dengan kegiatan disiplin kerja, maka PT. PLN (Persero) Rayon Magelang
Kota mewajibkan kepada seluruh pegawai untuk mematuhi semua peraturan yang
berlaku. Adapun disiplin kerja yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) Rayon
Magelang Kota adalah :
1. Waktu Kerja
Senin-Kamis
: Pukul 07.30 16.30 WIB
Jumat
: Pukul 07.30 15.00 WIB
2. Patuh terhadap perintah atasan.
3. Bekerja dengan dedikasi yang tinggi serta penuh dengan profesionalitas.
4. Meningkatkan kerjasama antar pegawai.
5. Menjaga dan mentaati peraturan yang berlaku.
6. Bersih, jujur, dan profesional.
Selain itu juga diadakan pembagian piket selama 24 jam setiap hari yang
memantau dan membantu dalam mengatasi gangguan yang terjadi dalam jaringan.
2.5.

Struktur Organisasi Perusahaan

Di Rayon Borobudur, Pegawai PT. PLN berjumlah 10 orang. Sedangkan untuk


bagian-bagian dibawahnya, dilaksanakan oleh vendor yang bekerjasama dengan
PLN. Berikut adalah Stuktur Organisasi pegawai PT. PLN (Persero) Area
Magelang Rayon Borobudur :

10

MEANVW

M ra rug a av d rnu n a i hi nis nRa d e y a g n a T k i y gyeu P r R Rr eai M a ran R Y R u n h t R s uig ao ( a y t l y ga 8 i t i a n my oa 8 a nb o n o 1 ten R t ok a 2 o o n ( 5 T ( ( 4 T 9 ea k d7 r 0 a n m 1 n iZ k i s 2 n Y a ) 7 i k ) s s 4 t ri 8 a E s ni Z ) e Y r g ) i )

Su

S t a t fa f f f

up

pe

r e v r vi s i o s or

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Pegawai PT. PLN (Persero) Rayon Borobudur
2.5.1. Tugas dan Wewenang
1. Manager Rayon
Tugas Pokok:
a. Bertanggung jawab dalam meningkatkan pelayanan pelanggan,
b. Pengelolaan administrasi pelanggan,
c. Pendistribusian tenaga listrik, pengoperasian, pemeliharaan
jaringan dan gardu distribusi di wilayah kerjanya secara efisien
dan efektif, serta
d. Pelaksanaan penyambungan baru (PB) dan perubahan daya (PD)
untuk mendukung peningkaan penjualan tenaga listrik kepada
pelanggan, membina hubungan kerja, kemitraan dan komunikasi
yang efektif guna menjaga citra perusahaan serta mewujudkan
Good Corporate Governance.
Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagaimana disebutkan di atas,
Manajer Rayon mempunyai tugas sebagai berikut :

11

a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)


Unit.
b. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pemasaran, pelayanan
pelanggan, pengelolaan administrasi pelanggan, pencetakan
rekening, penagihan dan pengawasan piutang.
c. Mengkoordinir pengelolaan pembacaan meter, evaluasi dan
analisa hasil pembacaan meter serta pengelolaan hasil pembacaan
meter.
d. Mengkoordinir

pelaksanaan

pendistribusian

tenaga

listrik,

pelayanan komplain pelanggan, kecepatan penyambungan dan


pemutusan, perubahan daya serta kegiatan Penertiban Pemakaian
Tenaga Listrik (P2TL).
e. Menganalisa dan Mengevaluasi

kinerja

Operasi

Jaringan

Distribusi.
f. Bertanggung jawab atas pelaksanaan manajemen asset distribusi.
g. Mengkoordinir pelaksanaan konstruksi untuk mendukung
program pemasaran, mutu keandalan dan efisiensi.
h. Bertanggung jawab atas penyusunan Tingkat Mutu Pelayanan.
i. Melaksanakan Koordinasi dengan instalasi terkait dalam rangka
meningkatkan penyaluran tenaga listrik.
j. Bertanggung jawab atas pelaksanaan K3 dan peralatan kerja.
k. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan administrasi personalia,
pengelolaan kesektretariatan, kehumasan, dan pengendalian
keuangan.
2. Supervisor Teknik

Tugas Pokok :
Bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan
pelayanan teknik yang meliputi :
a. Survei perencanaan kebutuhan material dan pasang Sambungan
Rumah (SR) dan Alat Pengukur dan Pembatas (APP) untuk
pekerjaan PB/PD,
b. Penyambungan sementara,

pemutusan

kembali,
c. Operasi dan pemeliharaan distribusi,
d. Pengendalian konstruksi,

12

dan

penyambungan

e. Pengolahan data aset sesuai dengan ketentuan dan target yang


telah ditetapkan perusahaan.
Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagaimana disebutkan di atas,
Supervisor Pelayanan Teknik mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Memantau

dan

penyambungan

mengendalikan

sementara,

permintaan

pemutusan

dan

PB/PD,

penyambungan

kembali, pembongkaran sementara/rampung dan layanan lainnya.


b. Merencanakan dan mengendalikan kebutuhan material Jaringan
Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR),
Trafo, SR & APP serta kebutuhan anggaran sesuai dengan
kewenangannya.
c. Menyusun SOP pengoperasian dan pemeliharaan jaringan
distribusi.
d. Menyusun

rencana

pembangunan,

pemeliharaan jaringan distribusi.


e. Mengkoordinir dan memantau
pemeliharaan

jaringan

pengoperasian

pelaksanaan

distribusi,

cubicle,

dan

operasi

dan

proteksi

dan

pembangunan jaringan.
f. Memantau Pembebanan Jaringan Distribusi, mutu tegangan dan
SAIDI/SAIFI.
g. Melaksanakan pengelolaan sarana dan peralatan kerja.
h. Membuat usulan pembangunan listrik pedesaan.
i. Melakukan pengelolaan data asset.
3. Supervisor Transaksi Energi
Tugas pokok :
a. Bertanggung jawab dalam penekanan dan pengendalian susut
energi non teknis.
b. Membantu supervisor teknik dalam penyambungan sementara,
pemutusan dan penyambungan kembali.
Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagaimana disebutkan di atas,
Supervisor Pelayanan Teknik mempunyai fungsi sebagai berikut:

13

a. Memantau

dan

penyambungan

mengendalikan

sementara,

pemutusan

permintaan
dan

PB/PD,

penyambungan

kembali, pembongkaran sementara/rampung dan layanan lainnya.


b. Melaksanakan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL)
bersama tim.
c. Memantau susut kWh dan melakukan penekanannya.
d. Melaksanakan pembacaan kWh meter transaksi pada gardu induk
dan kWh batas antar unit.
e. Melaksanakan pemeriksaan kWh meter tidak akurat.

4. Supervisor Administrasi
Tugas Pokok:
a. Bertanggung jawab dalam penyusunan anggaran, pengelolaan
keuangan, penyelenggaraan kesekretariatan dan rumah tangga
kantor.
b. Pengelolaan SDM dan penyelenggaraan kegiatan hukum dan
kehumasan.
Untuk Melaksanakan tanggung jawab sebagaimana disebutkan diatas,
Supervisor Keuangan dan Administrasi mempunyai fungsi sebagai
berikut :
a. Memverifikasi dan memvalidasi bukti-bukti penerimaan dan
pengeluaran dana imprest.
b. Melaksanakan opname saldo kas setiap bulan.
c. Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap pengiriman (transfer
otomatis) dan penyimpaan fisik uang.
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penerimaan
pendapatan.
e. Memonitor atas perekaman data transaksi keuangan dan
pengiriman data SIMKEU.
f. Melakukan rekonsiliasi/konfirmasi pendapatan operasi, saldo
Bank, saldo hutang piutang, persekot pegawai/dinas, PUMPKPR/BPRP dan fungsi terkait.

14

g. Mempersiapkan dokumen berdasarkan transaksi keuangan, untuk


keperluan penyeleggaraan akuntansi di kantor.
h. Menyelenggarakan sub-sub administrasi yang terkait dengan
transaksi keuangan (persekot pegawai/dinas, PUMP-KPR, pajak,
hutang usaha, hutang biaya dan lain-lain).
i. Mengelola surat-surat masuk dan keluar sesuai TLSK.
j. Melaksanakan administrasi pengadaan dan pendistribusian ATK
pada fungsi terkait.
k. Mengelola administrasi SDM yang meliputi : SPPD, absensi
pegawai, penilaian kinerja pegawai, pembayaran gaji dan
tunjangan lainnya dan biaya perawatan kesehatan.
l. Mengelola rumah tangga kantor dan kendaraan, serta memantau
pelaksanaan kegiatan hukum.
m. Membuat SPK untuk pekerjaan rumah tangga kantor dengan
pihak ketiga.
5. Assistant officer/Junior officer pembacaan meter dan pengendalian
piutang
Tugas pokok:
a. Bertanggung jawab

dalam perencanaan, pelaksanaan

dan

pengendalian manajemen baca meter.


b. Pengelolaan rekening atas penjualan tenaga listrik kepada
pelanggan yang dilaksanakan secara akurat dan tepat waktu.
c. Memelihara perangkat lunak dan perangkat keras serta
memutakhirkan

database

pelanggan

(Data

Base

Administrator/DBA)
Untuk

melaksanakan tangung jawab sebagaimana disebutkan diatas,

Supervisor Pembacaan Meter dan Pengelolaan Rekening mempunyai fungsi


sebagai berikut :

a. Melaksanakan Manajemen Baca Meter


b. Melaksanakan Pengelolaan Rekening
c. Bertanggung jawab atas pengoperasian dan pemeliharaan
perangkat lunak dan perangkat keras
d. Bertanggung jawab atas pemeliharaan data base (sebagai Data
Base Administrator)

15

6. Assistant officer/Junior officer akuntansi dan keuangan


Tugas pokok :
a. Menyusun rencana dan melakukan pembukuan pendapatan
operasi
b. Bertanggung

jawab

atas

penerimaan,

perhitungan

dan

pendistribusian rekening ke tempat pembayaran


c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan penagihan dan pelayanan
penerimaan piutang pelanggan
d. Melakukan uji petik pemeriksaan saldo piutang, daftar pelunasan
rekening dan penyetoran uang ke Bank di Payment Point
e. Bertanggung jawab atas penyetoran uang/giral/cek atau bukti
setoran dari hasil penagihan ke fungsi keuangan.
f. Mengelola, mengawasi dan mengevaluasi saldo piutang listrik
(Tunggakan Rekening Listrik dan Piutang Ragu-Ragu).
7. Assistant Analyst/Junior analyst pelayanan pelanggan
Tugas pokok :
Bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pelayanan pelanggan yang meliputi :
a. Informasi pelayanan, pelayanan pasang baru, perubahan daya dan
b.
c.
d.
e.

layanan lainnya.
Administrasi pelanggan
Rencana panjualan
Kehumasan
Pelaksanaan dan pengendalian penagihan atas piutang pelanggan
dan usula penghapusan piutang ragu-ragu.

Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagaimana disebutkan diatas,


Supervisor Pelayanan Pelanggan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Mengelola informasi dan penyuluhan PB/PD/layanan lainnya
yang berhubungan dengan sambungan tenaga listrik kepada calon
pelanggan, pelanggan dan masyarakat.
b. Melaksanakan promosi penjualan tenaga listrik.
16

c. Mengendalikan pelayanan PB/PD, penyambungan sementara,


perubahan tarif, ganti nama pelanggan, balik nama pelanggan,
P2TL dan perubahan lainnya serta pengaduan pelanggan yang
berhubungan dengan sambungan tenaga listrik.
d. Mengendalikan, memonitor proses pelaksanaan Perintah Kerja
(PK).
e. Memeriksa kuitansi pembayaran yang berhubungan dengan
pelaksanaan PB/PD, penyambungan sementara, perubahan tarif,
ganti nama pelanggan, balik nama pelanggan, P2TL dan
perubahan lainnya.
f. Bertanggung jawab

atas

penerimaan

pembayaran

Biaya

Penyambungan (BP) / Uang Jaminan Langganan (UJL),


Penyambungan Sementara, Biaya Perubahan, Tagihan Susulan
dan Biaya Lainnya.
g. Menjamin atas kebenaran Perubahan Data Pelanggan dan hasil
Peremajaan Data Induk Pelanggan (DIL).
h. Mengelola Arsip Induk Pelanggan (AIL) dan UJL.
i. Melaksanakan pengumpulan data potensi pasar dan informasi
pengembangan jaringan distribusi.

17

BAB III
PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI
3.1.

Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari


komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran
transmisi, saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan dan merupakan
satu kesatuan sehingga membentuk suatu sistem. Dalam kelistrikan, sering kali
timbul persoalan-persoalan teknis, dimana tenaga listrik pada umumnya
dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu yang jauh dari kumpulan pelanggan,
sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan tenaga listrik tersebar disegala
penjuru tempat. Oleh karena itu, sistem distribusi tenaga listrik sangatlah penting.
Sistem distribusi tenaga listrik merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang
cukup panjang prosesnya untuk menjangkau seluruh pelanggan dipenjuru tempat.
Secara sistem mutu tenaga listrik dihasilkan mulai dari pembangkit kemudian
disalurkan melalui jaringan transmisi baik melalui tegangan Extra Tinggi ( di
pulau Jawa 500 kV) ataupun melalui tegangan tinggi ( 150 dan 70 kV) dimana
pada tegangan tinggi ini para pelanggan PLN mulai memakai aliran listrik PLN,
kemudian diturunkan lagi menjadi tegangan 20 kV untuk mensupply tenaga listrik
para pelanggan PLN dan diturunkan lagi menjadi tegangan 6 kV atau ke tegangan
rendah 220 V atau 110 V sampai ke pelanggan PLN yang merupakan pelanggan
terbanyak PLN. Sedangkan untuk distribusi tenaga listrik dimulai dari tegangan
20kV hingga pelanggan.
Hal lain yang juga perlu menjadi perhatian adalah mutu peralatan listrik yang
digunakan dimana dalam realitanya peralatan listrik yang digunakan PLN dari
berbagai merk dan beragam produk peralatan listrik yang digunakan dimana hal
ini merupakan factor internal di sisi PLN

18

Dalam menjalankan proses bisnis PT. PLN (Persero) khususnya di bidang


distribusi tenaga listrik tersebut, hal yang terpenting adalah keandalan dan
kontinyuitas dari penyaluran tenaga listrik tersebut.
Keandalan merupakan besarnya keberhasilan operasi dari suatu jaringan untuk
bekerja sesuai dengan fungsinya, untuk perioda tertentu selama masa operasinya,
pada kondisi operasi tertentu. Indikator reliabilitas suatu sistem distribusi
dinyatakan dalam SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) dan
SAIDI (System Interruption Duration Index).
Kontinuitas pelayanan yang merupakan salah satu unsur dari mutu pelayanan
tergantung pada macam sarana penyalur dan peralatan pengaman dan juga
keandalan peralatannya. Sarana penyalur, jaringan distribusi mempunyai tingkat
kontinuitas yang tergantung pada susunan saluran dan cara pengaturan operasinya
dan pemeliharaannya, yang pada hakekatnya direncanakan dan dipilih untuk
memenuhi kebutuhan dan sifat beban
Untuk mencapai keandalan dan kontinyuitas tersebut maka segala jenis gangguan
diupayakan untuk diminimalisir. Adapun macam-macam gangguan yang bisa
mengakibatkan menurunnya penyaluran distribusi tenaga listrik. Berdasarkan
penyebabnya, bisa diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu :
1.

Penyebab Internal

Yaitu gangguan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang ada pada jaringan itu
sendiri (faktor teknis), seperti :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.

Kawat penghantar rantas


Isolator pecah
Kondisi transformator
Kondisi tiang
Kondisi switching (ABSW, LBS, Recloser)
Kondisi perlengkapan pengaman lainnya
Dan lain sebagainya.
Penyebab Eksternal

Yaitu gangguan yang disebabkan oleh faktor-faktor diluar jaringan (faktor nonteknis), seperti :

19

1.
2.
3.
4.
5.
3.2.

Bencana alam
Pepohonan
Makhluk hidup (burung, tikus, ular, dll)
Bangunan dekat jaringan
Benang layangan
Pemeliharaan Secara Umum

Pada hakekatnya pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan


untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem/peralatan akan berfungsi secara
optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi
masyarakan umum. Dari tahun ke tahun bidang pemeliharaan jaringan distribusi
diperkirakan menempati kedudukan yang cukup tinggi, baik dilihat dari fungsinya
maupun dilihat dari anggaran biaya yang diperlukan. Keadaan ini dapat terjadi
karena system distribusi terus semakin padat dan berkembang.
3.3.

Tujuan

Dengan

dasar

Surat

Edaran

Direksi

PT.PLN

(Persero)

Nomor

040.E/152/DIR/1999 maksud diadakannya kegiatan pemeliharaan jaringan


distribusi, tujuan utama dari pelaksanaan pemeliharaan distribusi adalah untuk :
1. Menjaga agar peralatan/komponen dapat dioperasi-kan secara optimal
berdasarkan spesifikasinya sehingga sesuai dengan umur ekonomisnya.
2. Menjamin bahwa jaringan tetap berfungsi dengan baik untuk
menyalurkan energi listrik dari pusat listrik sampai ke sisi pelanggan.
3. Menjamin bahwa energi listrik yang diterima pelanggan selalu berada
dalam tingkat keandalan dan mutu yang baik.
4. Mendapatkan jaminan bahwa sistem/peralatan distribusi aman baik bagi
personil maupun bagi masyarakat umum.
5. Untuk mendapatkan efektivitas yang maksimum dengan memperkecil
waktu tak jalan peralatan sehingga ongkos operasi yang menyertai
diperkecil.
6. Menjaga kondisi peralatan atau sistem dengan baik, sehingga kwalitas
produksi atau kwalitas kerja dapat dipertahankan.

20

7. Mempertahankan nilai atau harga diri peralatan atau system, dengan


mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan.
8. Untuk menjamin keselamatan bagi karyawan yang sedang bekerja dan
seluruh peralatan dari kemungkinan adanya bahaya akibat kerusakan
dan kegagalan suatu alat.
9. Untuk mempertahankan seluruh peralatan dengan efisiensi yang
maksimum.
10. Dan tujuan akhirnya yaitu untuk mendapatkan suatu kombinasi yang
ekonomis antar berbagai faktor biaya dengan hasil kerja yang optimum.
Dilihat dari tujuan diatas, maka pemeliharaan pencegahan tidaklah dapat
diabaikan, bahkan merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Gambar 3.1. Grafik kemampuan dan umur peralatan (a) pemeliharaan secara
benar, (b) tanpa dipelihara.
3.4.

Jenis Pemeliharaan

Oleh karena luas dan kompleknya keadaan jaringan distribusi dan tidak sedikitnya
system jaringan dan peralatan distribusi yang perlu dipelihara, pemeliharaan
jaringan distribusi dapat dikelompokan dalam tiga macam pemeliharaan yaitu :

21

a. Pemeliharaan Rutin (Preventive Maintenance)


Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan
peralatan tiba-tiba dan mempertahankan unjuk kerja jaringan agar selalu
beroperasi dengan keadaan dan efisiensi yang tinggi.
JARAK AMAN UNTUK SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DAN
TEGANGAN RENDAH MINIMUM DALAM SATUAN METER
NO
1

RUANG BEBAS UDARA


Hantaran udara menyeberang jalan ka

400 V
8,23

20 K V
8,54

Hentaran udara menyeberang jalan raya

5,48

6,09

Hantaran udara ketanah (lapangan)

4,56

6,09

Hantaran udara ujung pohon

2,5

Hantaran udara sepanjang jalan raya

4,56

6,09

Hantaran udara sepanjang jalan kota

5,48

6,09

Hantaran udara ke kawat telepon

1,20

1,80

Hantaran ke kabel

0,60

1,20

Hantaran ke jtr (sutr)

0,60

1,20

Hantaran ke sekur

0,60

1,20

10

Tabel 3.1. Jarak Aman saluran udara TM dan TR minimum

Berdasarkan tingkat kegiatannya pemeliharaan preventif dapat dibedakan atas :


1. Pemeriksaan rutin
Pemeriksaan rutin adalah pekerjaan pemeriksaan jaringan secara visual
(inspeksi) untuk kemudian diikuti dengan pelaksanaan pekerjaan22

pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan saran-saran (rekomendasi) dari


hasil inspeksi, antara lain penggantian, pembersihan, peneraan dan
pengetesan.
2. Pemeriksaan sistematis.
Pemeliharaan sistematis adalah pekerjaan pemeliharaan yang dimaksudkan
untuk menemukan kerusakan atau gejala kerusakan yang tidak
ditemukan/diketahui pada saat pelaksanaan inspeksi yang kemudian
disusun

saran-saran

untuk

perbaikan.

Pekerjaan

dalam

kegiatan

pemeriksaan rutin sistematis akan lebih luas jangkauannya dan akan lebih
teliti, bisa sampai tahap bongkar pasang (over houl).
Contoh pemeriksaan rutin :
1. Inspeksi Jaringan SUTM dan SUTR : Memeriksa dan melaporkan keadaan
tiang, Bracket, Cross Arm, Pentanahan, Penghantar ,Isolator, Cut Out,
Arrester, PT-LBS / PTS dan lain-lain.

Gambar 3.2. ABSW tanpa peredam di MG03-371-3

23

Gambar 3.3. Isolator berlumut (kanan) dan isolator suspensi pecah 1 (kiri)

Gambar 3.4. Pondasi tiang retak


2. Inspeksi gardu Distribusi : Memeriksa dan melaporkan keadaan inspeksi
gardu distribusi ; Sipil, Ruang gardu, kubikel, Trafo, Panel TR, Terminal,
3.
4.
5.
6.

Sepatu Kabel dan lain-lain.


Pemeriksaan instalasi dengan Infrared / Thermo Vision.
Pengukuran beban pada trafo Distribusi.
Pengukuran beban jurusan pada PHB TR gardu Distribusi.
Pengukuran Tegangan ujung pada JTR.

24

Gambar 3.5. Alat Pengukuran dan Thermo Vision

Gambar 3.6. Pengukuran Beban pada penyulang medari 09

25

Gam
bar 3.7. Pemeriksaan jaringan dengan Thermo Vision
Contoh pemeliharaan rutin antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Pengecatan tiang pada SUTM dan SUTR.


Pemotongan ranting / dahan pada pohon yang dapat mengganggu SUTM.
Pengecatan gardu sipil.
Revisi instalasi gardu distribusi dan gardu hubung.
Revisi Instalasi gardu induk disisi 20 KV.

Gambar 3.8. Kegiatan Pemotongan ranting pohon oleh tim rabas rabas

26

b.

Pemeliharaan Korektif (Corective Maintenance)

Pemeliharaan korektif dapat dibedakan dalam 2 kegiatan yaitu: terencana dan


tidak terencana. Kegiatan yang terencana diantaranya adalah pekerjaan
perubahan /penyempurnaan yang dilakukan pada jaringan untuk memperoleh
keandalan yang lebih baik. Kegiatan yang tidak terencana misalnya mengatasi/
perbaikan kerusakan peralatan/gangguan. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk
pemeliharaan korektif diantaranya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Pekerjaan penggantian mof kabel yang rusak


Pekerjaan JTM yang putus
Penggantian bushing trafo yang pecah
Penggantian tiang yang patah.
Dan lain lain.

Gambar 3.9. Pekerjaan SUTM putus dan isolator pecah akibat sambaran petir

27

Gambar 3.10. Perbaikan bushing trafo yang pecah

Gambar 3.11. Tiang yang Patah akibat kerobohan pohon

28

c.

Pemeliharaan Khusus (Emergency Maintenance)

Pemeliharaan Khusus atau disebut juga pemeliharaan darurat adalah pekerjaan


pemeliharaan yang dimaksud untuk memperbaiki jaringan yang rusak yang
disebabkan oleh force majeure atau bencana alam seperti gempa bumi, angin
rebut, kebakaran dan sebagainya yang umumnya mendadak. Dengan demikian
sifat pekerjaan pemeliharaan untuk keadaan ini adalah sifatnya mendadak dan
perlu segera dilaksanakan, dan pekerjaannya tidak direncanakan.

(a) Sebelum Pemeliharaan

(b) Sesudah Pemeliharaan

(c) Sebelum Pemeliharaan

(d) Sesudah Pemeliharaan

Gambar 3.12. perbaikan JTM akibat hujan badai

29

Gambar 3.13. pemindahan posisi tiang akibat tanah longsor


3.5.

Jadwal Pemeliharaan

Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna, dan keandalan tenaga
listrik yang telah tercantum dalam tujuan pemeliharaan adalah menyusun program
pemeliharaan periodik dengan jadwal tertentu. Menurut siklusnya kegiatan
pelaksanaan pemeliharan distribusi dapat dikelompokan dalam empat kelompok
yaitu :
a. Pemeliharaan Bulanan
Merupakan pemeliharaan yang dilaksanakan dalam keadaan beroperasi atau
bertegangan.Misalnya pemeliharaan pada trafo distribusi.
b. Pemeliharaan tri wulanan
Merupakan suatu kegiatan dilapangan yang dilaksanakan dalam tiga bulan dengan
maksud untuk mengadakan pemeriksaan kondisi system. Dengan harapan
langkah-langkah yang perlu dilaksanakan perbaikan system peralatan yang
terganggu dapat ditentukan lebih awal.
Bila ada keterbatasan dalam masalah data pemeliharaan, program pemeliharaan
triwulan dapat dibagi untuk memelihara bagian-bagian jaringan distribusi yang
rawan gangguan, diantaranya adalah saluran telanjang atau tidak berisolasi.
Dimana saluran udara semacam ini diperkirakan paling rawan terhadap gangguan
external misalnya pohon-pohon, benang layang-layang dan sebagainya.

30

Kegiatan yang perlu dilakukan dalam program triwulanan adalah :


1.

Mengadakan inspeksi terhadap saluran udara harus mempunyai jarak aman

2.

yang sesuai dengan yang di ijinkan (2 m).


Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi yang telah dilaksanakan dan
segera mengadakan tindak lanjut.

c. Pemeliharaan semesteran
Merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dilapangan dengan maksud untuk
mengetahui sendiri kemungkin keadaan beban jaringan dan tegangan pada ujung
jaringan suatu penyulang TR (tegangan rendah). Dimana besarnya regulasi
tegangan yang diijinkan oleh PLN pada saat ini adalah + 5% untuk sisi pengirim
dan 10% untuk sisi penerima. Perbandingan beban untuk setiap fasanya pada
setiap penyulang TR tidak kurang dari 90%; 100% dan 110%.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Melakukan pengukuran (timbang) beban.


Melaksanakan pengukuran tegangan ujung jaringan.
Mengadakan evaluasi hasil pengukuran dan menindak lanjuti.
Memeriksa keadaan penghantar/kawat.
Membersihkan isolator.
Memeriksa kondisi tiang.

d. Pemeliharaan tahunan
Pemeliharaan tahunan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengadakan pemeriksaan dan perbaikan system peralatan. Kegiatan pemeliharaan
tahunan biasanya dilaksanakan menurut tingkat prioritas tertentu .Pada prakteknya
pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam dua keadaan yaitu :
1.
2.

Pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan.


Pemeliharaan tahunan keadaan bebas tegangan.

e. Pemeliharaan tiga tahunan


Pemeliharaan tiga tahunan merupakan program pemeliharaan sebagai tindak
lanjut dari kegiatan pemeliharaan tahunan yang telah diselenggarakan. Kegiatan
pemeliharaan tiga tahunan dilaksanakan dalam keadaan bebas tegangan dimana
sifat pemeliharaanya baik

teliti dan penyaluran, biasa sampai tahap bongkar

31

pasang (over houl). Dengan keadaan ini, pelaksanaan pemeliharaan tiga tahunan
merupakan kegiatan pemeliharaan rutin yang termasuk pekerjaan pemeriksaan
rutin sistematis.

Gambar 3.14. Pemeliharaan Transformator 60 MVA

Gambar 3.15. Salah satu alat pengecekan kondisi belitan transformator

32

3.6.

Pemeliharaan Tiang

Pemeliharaan tiang perlu dilakukan untuk menjaga saluran udara dalam


pendistribusian listrik terjaga keandalan dan kontinyuitasnya. Berikut alasan
pemeliharaan tiang diperlukan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pemeliharaan rutin / preventif


Keropos (tiang besi) dan perlu diganti
Berkarat, perlu dicat ulang
Pecah (tiang beton) dan harus diganti
Bengkok, perlu diganti
Roboh, perlu diganti
Digeser / dipindahkan

Cara penggantian tiang :


1. Gunakan perkakas kerja dan peralatan K3 sesuai kebutuhan.
2. Bila kondisi di tempat kerja aman, listrik jangan dipadamkan.
3. Kerjakan dulu penggalian lubang tiang sebelum pemadaman 1/ 6 dari
panjang tiang
4. Bila kondisi tiang yang lama masih kuat dapat digunakan sebagai tempat
roll / pully untuk mengangkat tiang
5. Ikat tiang pada titik beratnya
6. Angkat tiang dengan menggunakan pully
7. Bila posisi bagian bawah tiang sudah menggantung di atas lubang galian,
masukkan tiang kedalam lubang tersebut
8. Kuatkan posisi tiang pada keadaan tegak lurus, gunakan batu-batu kecil
dan tanah untuk menguatkannya serta dipadatkan dengan menggunakan
linggis.

33

Gambar 3.16. Pengangkatan tiang baru dengan memanfaatkan tiang lama


Cara mendirikan tiang baru :
1. Gunakan perkakas kerja dan peralatan K3 sesuai kebutuhan.
2. Bila kondisi di tempat kerja aman, listrik jangan dipadamkan.
3. Gali lubang sedalam 1 / 6 panjang tiang dengan diameter dua kali diameter
bagian bawah tiang

Gambar 3.17. Ukuran lubang galian


4. Letakkan tiang dekat lubang;
34

a. Tiang besi :bagian bawah tiang didekatkan di dekat lubang / mulut


lubang yang dipotong miring 45
b. Tiang beton : posisi titik berat tiang didekat lubang
5. Ikat ujung tiang dengan tambang
6. Angkat tiang dan tanam pada lubangnya Tiang besi : mengangkatnya
mulai dari ujung tiang oleh beberapa orang

dan dibantu dengan alat

penyangga dari kayu / besi, pangkal tiang langsung dimasukkan ke dalam


lubang. Dorong terus dengan tenaga orang menggunakan alat penyangga
dan tambang hingga posisi tiang berdiri tegak-lurus.
a. Tiang beton : mengangkatnya menggunakan pully yang diikatkatkan
pada Tripod atau sebatang bambu yang ditahan oleh beberapa tambang
Masukkan pangkal tiang bila posisinya sudah menggantung di atas
lubang, Perlahan-lahan turunkan sampai posisi tiang berdiri tegaklurus dengan pengaturan menggunakan tambang.
b. Kuatkan posisi tiang dengan memasukkan batu-batu kecil dan tanah
kemudian padatkan dengan menggunakan linggis.

35

36

Gambar 3.18. Mendirikan tiang dengan tenaga orang

37

Gambar 3.19. Mendirikan tiang menggunakan kaki tiga (tripod)

Gambar 3.20. Mendirikan tiang menggunakan crane-hydraulik


3.7.

Pemeliharaan Transformator Distribusi 1 phasa

Trafo Distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam
penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi menuju ke konsumen. Kerusakan
pada Trafo Distribusi dapat menyebabkan kontinyuitas pelayanan terhadap
konsumen akan terganggu (terjadi pemutusan aliran listrik atau pemadaman).

38

Transformator atau trafo adalah komponen elektromagnetik yang dapat merubah


tegangan tinggi ke rendah atau sebaliknya dalam frekuensi yang sama. Trafo
merupakan perlatan paling utama dari saluran distribusi dan transmisi yang
diharapkan dapat beroperasi dengan maksimal (kerja terus menerus tanpa
henti).Agar transformator dapat berfungsi dengan baik, maka trafo harus
dipelihara dan dirawat dengan baik menggunakan sistem dan peralatan yang tepat.

(a) Bagian Luar Trafo 1 phasa

(b) Name Plate Trafo i phasa

39

(c) Bagian dalam trafo tanpa minyak (kanan) dan tap changer (kiri)
Gambar 3.21. Transformator CSP (Complete Self Protection)
Trafo distribusi 1 phasa yang digunakan adalah trafo distribusi

tipe CSP

(Complete Self Protection). Trafo tipe ini memiliki pengaman sebagai kesatuan
unit trafo pengaman yang terdiri dari pengaman terhadap gangguan surja petir dan
surja hubung , pengaman beban lebih dan pengaman hubung singkat. Selain itu
trafo ini juga dilengkapi dengan lampu merah peringatan yang akan menyala bila
temperatur kumparan melebihi batas yang diijinkan untuk isolasinya Kondisi ini
apabila tidak diambil tindakan dan temperatur mencapai batas bahaya maka CB
(circuit breaker) akan bekerja membuka. Apabila diperlukan CB dapat diset pada
posisi darurat untuk melakukan beban lebih sementara. Dalam gambar diatas
terlihat bentuk trafo tipe CSP satu fasa.
3.7.1. Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi belitan transformator adalah proses pengukuran
dengan suatu alat ukur Insulation tester (megger) untuk memperoleh hasil
(nilai/besaran) tahanan isolasi belitan/kumparan trafo tenaga antar bagian yang
diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case/body) maupun antar belitan primer,
sekunder dan tersier (bila ada).

40

Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal pengujian dimaksudkan untuk


mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo, untuk menghindari kegagalan yang
fatal dan pengujian selanjutnya. Pengukuran tahanan isolasi juga dilakukan pada
trafo yang telah rusak untuk mengetahui bagian dari trafo yang rusak. Dengan
maksud jika bagian yang rusak itu bisa diperbaiki, maka tidak perlu melakukan
penggantian trafo dengan trafo yang baru. Pengukuran yang dilakukan antara:
1.
2.
3.
4.
5.

sisi HV (Primer) - LV (Sekunder)


sisi HV (Primer) Body trafo
sisi LV (Sekunder) Body Trafo
X1/X2-X3/X4 (trafo 1 fasa)
X1-X2 dan X3-X4 (trafo 1 phasa dengan Circuit Breaker)

Gambar 3.22. Megger (KYURITSU model 3123)


Transformator di nilai masih baik tahanan isolasinya apabila indikator
menunjukan warna hijau (tahanan isolasi lebih dari 6000 ohm) ketika :
1.
2.
3.
4.
5.

Pengukuran X1-X2 (Breaker open)


Pengukuran X3-X4 (Breaker open)
Pengukuran sisi primer sekunder
Pengukuran X1/X2-X3/X4, dan
Pengukuran sisi sekunder - body trafo.

Serta menunjukan warna merah (tahanan isolasi sama dengan nol) ketika :
1. Pengukuran sisi primer body trafo
2. Pengukuran X1-X2 (Breaker close)
3. Pengukuran X3-X4 (Breaker close)
P

X1

X2

41

X3

X4

G
0
Ada Nilai Ada Nilai Ada Nilai Ada Nilai
X1
Ada Nilai X2
Ada Nilai Ada Nilai X3
Ada Nilai Ada Nilai Ada Nilai X4
Ada Nilai Ada Nilai Ada Nilai Ada Nilai Tabel 3.2. Hasil Pengukuran pada posisi breaker open / terbuka kondisi normal
P
X1
X2
X3
X4
G
0
Ada Nilai Ada Nilai Ada Nilai Ada Nilai
X1
Ada Nilai X2
Ada Nilai 0
X3
Ada Nilai Ada Nilai Ada Nilai X4
Ada Nilai Ada Nilai Ada Nilai 0
Tabel 3.3 . Hasil Pengukuran pada posisi breaker close / tertutup kondisi normal
Bila dalam pengukuran tahanan isolasi tidak sesuai dengan keterangan diatas,
maka trafo tersebut dalam kondisi rusak. Bagian yang rusak bisa berupa
pengaman pelebur disisi primer yang rusak, breaker disisi sekunder yang rusak,
kabel pada bushing primer atau sekunder putus, dan terjadi kerusakan pada belitan
primer dan/atau sekunder.
3.7.2. Pemasangan Ground Rod
Pentanahan/pembumian (Grounding) merupakan salah satu faktor kunci dalam
usaha pengamanan rangkaian listrik. Dirancang untuk mencegah timbulnya
bahaya listrik seperti sengatan listrik, kebakaran, dan lain lain. Oleh karenanya,
setiap peralatan listrik perlu dibumikan termasuk peralatan jaringan distribusi
tenaga listrik milik PLN.
Di Area Magelang sendiri, untuk pembumian transformator menggunakan dua
buah ground wire. Ground wire antara body transformator dan arrester dipisah
(ground wire arrester langsung ke tanah dan ground wire body trafo langsung
ketanah) seperti gambar dibawah ini.

42

Gambar 3.23. Trafo dengan dua ground wire


Pemasangan dua ground wire pada trafo ini bertujuan untuk mengantisipasi arus
gangguan yang diakibatkan oleh petir sehingga arus gangguan akibat petir yang
melalui arrester langsung mengalir kebumi. Hal ini didasarkan oleh cara kerja
arrester dan hukum kirchoff tentang arus.
Pada dasarnya, besarnya tegangan sub transien yang dibawa oleh petir dapat
membahayakan trafo ketika mengenainya. Arrester berfungsi sebagai konduktor
ketika terjadi sambaran petir tersebut, sehingga besarnya tegangan dan arus yang
dibawa oleh petir dialirkan ke tanah melalui arrester. Jika, antara arrester dengan
body trafo dihubungkan dikhawatirkan akan mengakibatkan kerusakan pada
transformator.

Gambar 3.24. Aliran arus yang terjadi akibat petir Dengan satu pentanahan
43

Ditakutkan arus yang mengalir ke bushing sekuder inilah yang membahayakan.


Dikhawatirkan arus gangguan ini mengakibatkan kerusakan di belitan maupun
kondisi minyak pada trafo.

Jika belitan pada trafo telah rusak, maka trafo sudah

tidak bisa diperbaiki lagi. Oleh karenanya, pemasangan ground rod khusus untuk
arrester perlu dilaksanakan untuk menjaga keamanan transformator dari
gangguan.
Berikut realisasi pemasangan ground rod pada transformator 1 phasa :

Gambar 3.25. Ground Rod yang dipasang untuk pengamanan arrester

Gambar 3.26. Petugas memasang ground rod

44

Gambar 3.27. Petugas menambahkan ground wire pada trafo

3.7.3. Perbaikan Trafo Rusak


Trafo rusak merupakan salah satu masalah dalam sistem distribusi tenaga listrik
yang vital. Terutama ketika persediaan trafo baru dan/atau trafo yang masih layak
pakai kosong. Dalam hal ini, ada dua hal yang bisa dilakukan untuk
mengatasinya. Yaitu dengan memasang trafo mobil lalu memperbaiki trafo yang
rusak tersebut. Namun, tidak semua trafo yang rusak dapat diperbaiki (tergantung
bagian mana yang rusak).

45

Gambar 3.28. Penggunaan Trafo mobil untuk mengatasi trafo rusak


Pengukuran tahanan isolasi trafo terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui
bagian trafo yang rusak. Jika dinilai hasil pengukuran tahanan trafo itu masih bisa
diperbaiki, maka dilakukan upaya-upaya perbaikan trafo tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan dalam setiap perbaikan trafo 1 phasa adalah
penanganannya yang ekstra hati-hati karena pada trafo 1 phasa jarak antar belitan
sangatlah dekat dan hanya dipisahkan oleh sekat khusus. Jika tidak dilakukan
secara hati-hati dan teliti dikhawatirkan dapat mengakibatkan sekat cacat dan/atau
terhubungnya belitan yang satu dengan belitan yang lain.
Berikut merupakan hasil pengukuran tahanan isolasi trafo yang rusak :
a. Trafo 1 phasa 50 kVA Trafindo, Dukun

46

Gambar 3.29. Hubung Belitan trafo 1 phasa


P
X1
X2
X3
X4
G
0
100000
100000
100000
100000
X1
0
X2
6000
6000
X3
0
0
1800
X4
6000
6000
10000
6000
Tabel 3.4. Hasil Pengukuran trafo Trafindo pada posisi breaker open / terbuka
P
X1
X2
X3
X4
G
0
100000
100000
100000
100000
X1
0
X2
0
0
X3
0
0
0
X4
0
0
0
0
Tabel 3.5. Hasil Pengukuran trafo Trafindo pada posisi breaker close/tertutup
Dari data diatas, didapatkan bahwa antara belitan yang satu dengan yang lain
terhubung (short) sehingga perbaikan tidak bisa dilakukan. Solusi yang
dilakukan adalah mengganti trafo dengan yang baru untuk wilayah dukun.
b. Trafo 1 phasa 50 kVA Voltra, Salam
P
X1
X2
X3
X4
G
0
100000
100000
100000
100000
X1
60000
X2
60000
100000
X3
90000
30000
100000
X4
75000
30000
100000
60000
Tabel 3.6. Hasil Pengukuran trafo Voltra pada posisi breaker open / terbuka

P
0

X1
100000

X2
100000
47

X3
100000

X4
100000

X1
60000
X2
60000
0
X3
90000
30000
100000
X4
75000
30000
100000

Tabel 3.7. Hasil Pengukuran trafo Voltra pada posisi breaker close / tertutup
Dari data diatas, terjadi kelainan pada pengukuran tahanan isolasi pada X3X4 ketika breaker close/tertutup. Seharusnya ketika kondisi breaker
close/tertutup X3-X4 terhubung dan menunjukan nilai 0. Kemungkinan
sambungan antara X3 dan X4 terputus. Dilakukan pembukaan trafo untuk
mengetahui bagian yang putus.

Gambar 3.30. Kawat penghantar X4 putus dari bushing trafo


Dilakukan penggantian bushing trafo dengan menggunakan bushing trafo
milik trafo yang telah rusak.Menyambungan kembali penghantar yang putus
ke bushing sekunder tersebut.
Setelah dilakukan perbaikan trafo 1 phasa,

dilakukan kembali pengukuran

tahanan isolasi trafo tersebut. Jika hasil dari pengukuran tersebut sesuai dengan
tabel 3.2. dan tabel 3.3. maka kondisi trafo telah kembali normal.
3.8. Pelaporan Pada Pekerjaan Pemeliharaan
3.8.1. Fungsi pelaporan
Setiap kegiatan dan kejadian dalam pemeliharaan jaringan harus selalu dibuatkan
laporannya. Fungsi laporan diharapkan dapat membantu manajemen dalam :
1.
2.
3.
4.

Menilai unjuk kerja jaringan, ranting / rayon.


Mengetahui kondisi jaringan / gardu.
Menentukan tindakan untuk memperbaiki kualitas dan keandalan jaringan.
Memperkirakan kebutuhan material dan biaya pemeliharaan.

48

3.8.2. Kejadian yang Dilaporkan


1.
Pemadaman, meliputi :

2.
3.
4.

a.

Karena gangguan atau direncanakan.

b.

Jumlah pelanggan yang padam.

c.

Sebab pemadaman.

d.

kWh yang tak tersalurkan.

e.

Pemakaian material untuk mengatasi gangguan.

Prosedur pengamanan dalam pekerjaan pada instalasi tegangan tinggi.


Pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan pemeliharaan.
Pengoperasian kembali.

49

BAB IV
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
4.1.

Umum

Dalam banyak kasus pemakaian tenaga listrik, tidak jarang ditemukan suatu
pelanggaran pemakaiannya. Pelanggaran yang dilakukan tersebut, bukan hanya
melanggar aturan yang sah tetapi juga sangat membahayakan keselamatan diri
sendiri dan orang lain. Hal tersebut melatarbelakangi terbentuknya Penertiban
Pemakaian Tenaga Listrik. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL)
merupakan tim lapangan dari PLN untuk melakukan pemeriksaan rutin
penggunaan listrik. Pemeriksaan ini dimaksud untuk memastikan bahwa listrik
yang disediakan untuk pelanggan digunakan dengan prosedur yang benar
sehingga diperoleh jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan dalam
menggunakan tenaga listrik. Setiap kegiatan P2TL, selalu diikuti oleh seorang
pegawai PLN.
4.2. Tujuan
1. Memberikan

kepastian

bahwa

pelanggan

PLN

benar-benar

telah

menggunakan listrik sesuai prosedur dan dengan cara yang benar.


2. Sebagai upaya untuk menningkatkan mutu dan keandalan pasokan listrik.
4.3.

Golongan Pelanggaran Pemakaian

Dalam pemeriksaan listrik pelanggan, tidak jarang ditemukan pelanggaran


pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggan dalam upaya untuk kepentingan
pribadi yang menyalahi aturan. Dalam hal ini, ada beberapa teknik yang dilakukan
dalam pencurian listrik tersebut, diantaranya :
1. Menyambung langsung aliran listrik
2. Mempengaruhi pembatas daya
3. Mempengaruhi pemakaian energi

Dari penjelasan diatas, golongan pelanggaran dapat dibagi menjadi empat. Yaitu :

50

1.
2.
3.
4.

P1 (Pelanggaran mempengaruhi batas daya)


P2 (Pelanggaran mempengaruhi pengukuran energi)
P3 (Pelanggaran mempengaruhi batas daya dan pengukuran energi)
P4 (Pelanggaran yang dilakukan oleh bukan pelanggan)

Gambar 4.1. Pelanggaran mempengaruhi batas daya (kanan) dan Pelanggaran


mempengaruhi pengukuran energi (kiri)
4.4.

Ketidaksesuaian Rekening Pemakaian Tenaga Listrik

Dalam melakukan Pemeriksaan ketika terjadi peelanggaran oleh pelanggan,


ditemukan ketidak sesuaian antara rekening listrik milik pelanggan dan pemakaian
tenaga listriknya. Berikut kategori ketidak sesuaian rekening milik pelanggan :
1. K1 yaitu apabila pemakaian tenaga listrik pada pelanggan yang
peruntukannya tidak sesuai dengan golongan tarif pada atas hak yang
sah/surat perjanjian jual beli tenaga listrik
2. K2 yaitu ketidaksesuaian pada APP dan atau perlengkapan APP, sehingga
menyebabkan kelebihan maupun kekurangan tagihan pada pelanggan.
3. K3 yaitu apabila terjadi kelainan pada APP dan atau perlengkapan APP
karena kondisi alam dan atau keterbatasan PLN dan atau kejadian diluar
kendali pelanggan.
4.5. Sanksi P2TL

51

Apabila didapati Kelainan atas pemakaian tenaga listrik maka dapat dikenai
sanksi berupa :
1

Sanksi Perdata, adalah sanksi yang dikenakan kepada Pelanggan akibat


Pelanggaran atau Kelainan yang dapat berupa sanksi Pemutusan dan/atau
Tagihan Susulan dan/atau biaya-biaya lainnya, atau sanksi yang dikenakan
kepada Non Pelanggan akibat Pelanggaran yang dapat berupa sanksi
Pemutusan dan/atau Ganti Rugi

Sanksi Pidana, adalah sanksi yang dikenakan kepada Pelanggan atau Non
Pelanggan berdasarkan ketentuan Hukum Pidana yang berlaku.

Pelanggaran oleh pelanggan atau non pelanggan dikenakan sanksi perdata dan
atau sanksi pidana, sedangkan Kelainan oleh pelanggan hanya dikenakan sanksi
perdata. Sanksi perdata bagi pelanggan berupa : pemutusan sementara,
pembongkaran rampung, tagihan susulan dan biaya P2TL lainnya, sedangkan
sanksi perdata bagi non pelanggan berupa pemutusan rampung dan ganti rugi.
Berikut dijelaskan perhitungan Tagihan Susulan (TS) Pelanggaran, yaitu :
TS Daya/P I

12 x 1,5 x kVA Daya Kedapatan x Bea Beban Tarif


Kedapatan

TS Energi/P II

12 x 720 x kVA Daya Tersambung x 0,85 x Tarif kWh


Multiguna dengan faktor N=1.

TS Daya & Energi/P III

TS (P I) + TS (P II)

dimana dua-duanya menggunakan daya kedapatan. Untuk

Non Pelanggan dikenakan Ganti Rugi (GR) sama dengan TS


P II

Sedangkan untuk perhitungan Tagihan Susulan (TS) berupa Kelainan, yaitu :


TS K I

Selisih tarip daya dan tarip energi sesuai TDL antara sebelum dan kenyataan
52

temuan P2TL dengan batas maksimum 12 bulan pemakaian


TS K II

(Kelebihan daya yang dipakai terhadap Daya Tersambung yang belum tertagih)
x (Tarip Daya sesuai TDL) + (Sebagian atau semua energi yang tidak terukur,
tidak tercatat dan/atau belum tertagih) x (tarip energi sesuai TDL) dengan batas
maksimum 12 bulan pemakaian.

TS K III

Tidak dikenakan Tagihan Susulan

Tagihan Susulan dapat diangsur dengan jangka waktu paling lama 12 bulan.
Dalam hal tertentu dapat lebih dari 12 bulan berdasarkan ketetapan General
Manager. Bila angsuran melebihi 12 bulan harus diperhitungkan perubahan nilai
mata uang selama perpanjangan angsuran. (Berdasarkan surat keputusan Direktur
Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor 318-12/20/600.1/2008 tanggal 11
Agustus 2008 tentang Pengesahan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
234.K/DIR/2008 mengenai Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL))
4.6.

Pelaksanaan P2TL

Mengacu peraturan energi dan sumber daya mineral nomor 09 tahun 2011 tanggal
13 Mei 2011 tentang tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan
Perseroan (Perser) PT. Perusahaan Listrik Negara dan keputusan direksi PT. PLN
(Perser) Nomor 1486.K/DIR/2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang penertiban
Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) yang telah disahkan oleh keputusan Direktur
Jenderal Ketenagalistrikan Nomor 33-12/600.1/2012, tanggal 09 Januari 2012
maka pelaksanaan P2TL dapat berlangsung dengan jelas dan bertanggung jawab.
4.6.1. Ciri Ciri Petugas P2TL
1 Membawa surat perintah penugasan (SPP) yang ditanda tangani oleh
pejabat yang berwenang (Manajer Rayon Borobudur) dengan tanda
2
3

stempel PLN
Memakai ID Card/Tanda pengenal
Membawa peralatan kerja lengkap beserta formulir P2TL PT. PLN, tidak
menerima pembayaran apapun di lokasi pelanggan termasuk meminta
uang dalam bentuk apapun.

4.6.2. Prosedur Pelaksanaan P2TL

53

Prosedur pelaksanaan bagi tim P2TL di lokasi pelanggan merupakan salah satu
prosedur yang dibuat oleh setiap tim yang bertugas. Berikut prosedur
pelaksanaannya :
1

Petugas P2TL resmi ijin kepada penghuni rumah sebelum pemeriksaan dan

2
3

menyampaikan maksud dan memberikan surat tugas.


Pelanggan akan diminta untuk menyaksikan pemeriksaan
Petugas P2TL melakukan pemeriksaan secara visual terhadap kondisi fisik
Saluran Luar Pelayanan, Saluran Masuk Pelayanan, Segel-segel,

4
5

kWhmeter, Pembatas dan Kotak APP.


Petugas P2TL melakukan perhitungan daya yang diukur oleh kWh meter.
Apabila dipandang perlu, petugas akan membuka segel tutup kontak APP

dan terminal kWh meter.


Melakukan pengukuran arus primer dan sekunder CT untuk mendapatkan
perbandingan arus primer dan sekunder CT yang hasilnya dibandingkan

dengan ratio CT terpasang


Bila ditemukan hal tak wajar, petugas akan melakukan pemotretan dan
mengambil barang bukti serta memasukan ke dalam kantung plastik yang

kemudian dipasang stiker.


Apabila dilakukan pengambilan barang bukti, petugas membuat berita
acara pengambilan barang bukti yang ditanda tangani oleh pelanggan,

petugas kepolisian.
Setelah selesai memeriksa, petugas membuat berita acara pemeriksaan
secara lengkap, dengan menggunakan formulir berita acara pemeriksaan

yang ditanda tangani pelanggan, petugas P2TL dan petugas kepolisian.


10 Berkas dalam pemeriksaan dan berita acara pengambilan barang bukti
diserahkan kepada pelanggan disertai dengan penjelasan mengenai hasil
pemeriksaan.
11 Bila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran penggunaan tenaga listrik,
petugas langsung melakukan pemutusan aliran listrik, kecuali ada
kesanggupan pelanggan untuk segera menyelesaikan tagihan susulan yang
dibuktikan melalui surat kesanggupan.
12 Setiap selesai melakukan pemeriksaan, petugas akan melakukan
penyegelan kembali dan menyampaikan kepada pelanggan bahwa
pemeriksaan telah selesai dan telah di segel kembali.

54

4.6.3.

Kedapatan Pelanggaran

Dalam kegiatan yang dilakukan selama tiga bulan terakhir (khususnya awal bulan
februari dan akhir bulan april) didapatkan :
1

Pelanggaran Mempengaruhi batas daya (P1), ditemukan lima pelanggan


yang diketahui mengganti MCB milik PLN dengan MCB yang ada

dipasaran.
Pelanggaran Mempengaruhi batas daya dan pengukuran energi (P3),
ditemukan pelanggan yang menyambung langsung listrik tanpa melalui

Kwhmeter, dan MCB-nya telah diganti dengan MCB pasaran.


Kelainan pada APP milik pelanggan.

Gambar 4.2. MCB yang digunakan bukan Milik PLN

55

Gambar 4.3. Pengukuran beban maksimum pelanggan


4.6.4. P2TL Gabungan
Salah satu program dari Area Magelang untuk pelaksanaan P2TL di lapangan
yaitu dengan membentuk tim P2TL gabungan. P2TL gabungan adalah tiga tim
P2TL yang berasal dari tiga rayon berbeda yang nantinya akan diarahkan ke satu
daerah (yang nilai susut non-teknisnya tinggi) untuk melakukan pemeriksaan
listrik.

.
56

Gambar 4.4. Validasi Pelanggan Besar bersama tim P2TL Area Magelang
Hal hal yang dilakukan oleh tim P2TL gabungan tidak jauh berbeda dengan
kegiatan tim P2TL biasanya. Hanya saja, dengan ditambahnya P2TL dari area
Magelang maka dilakukan validasi dan pemeriksaan secara langsung penggunaan
tenaga listrik pelanggan pelanggan besar.

57

BAB V
PENUTUP
5.1.

Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan magang dan laporan yang telah disusun, kesimpulan yang
dapat diambil adalah :
1

Pemeliharaan merupakan faktor yang sangat penting untuk mendapatkan


suatu kombinasi yang ekonomis antar berbagai factor biaya dengan hasil
kerja yang optimum.
Pemeliharaan terdiri dari tiga macam pemeliharaan yaitu pemeliharaan rutin,

korektif, dan darurat. Berdasarkan waktu pelaksanaannya, pemeliharaan


terdiri dari pemeliharaan bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan, dan tiga
tahunan.
Pemeriksaan atau inspeksi merupakan awal dari pemeliharaan yang sangat

penting untuk merencanakan pemeliharaan sedemikian rupa sehingga proses


pemeliharaan berjalan secara maksimal.
Pemeliharaan tiang sangat penting dalam sistem distribusi dengan jenis

saluran udara untuk menjaga kelangsungan pendistribusian tenaga listrik ke


5

pelanggan.
Pemasangan ground rod pada transformator sangat berguna untuk

mengamankan transformator pada saat terkena sambaran petir.


Penertiban Pelanggaran Tenaga Listrik (P2TL) merupakan rangkaian kegiatan
meliputi perencanaan, pemeriksaan, tindakan dan penyelesaian yang
dilakukan oleh PLN terhadap aset jaringan dan proteksi terkait adanya

pemakaian tenaga listrik yang menyalahi aturan.


P2TL Gabungan merupakan program area magelang yang cukup efektif untuk
menangani kasus dalam suatu daerah yang sangat besar kemungkinannya
untuk terjadinya pelanggaran.

5.2.

Saran

Dalam melaksanakan kegiatan magang di PT PLN, Rayon Borobudur selama tiga


bulan, sekiranya kami memiliki beberapa masukan berupa saran yang membangun
seperti berikut :
58

1.

Dalam melakukan kegiatan pemeliharaan


kiranya selalu mengacu pada SOP atau prosedur yang berlaku agar aman dan

2.

kegiatan dapat berjalan dengan lancar.


Selalu mengutamakan Sistem Manajemen

3.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja ketika melakukan kegiatan pemeliharaan.


Selalu memperhatikan sistem komunikasi
dan koordinasi dalam pelaksanaan pemadaman dan penyalaan setelah
pemeliharaan.

4.

Perlunya

pengawasan

terhadap

segala

pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi


5.
Perlunya dua tim P2TL untuk meningkatkan
penurunan susut nonteknis akibat pelanggaran oleh pelanggan ataupun nonpelanggan.
5.3. Kesan
1. Selama melakukan kegiatan magang di PT. PLN Rayon Borobudur selama 3
bulan, kami merasakan rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang sangat baik
antara mahasiswa magang dengan pembimbing lapangan, para staff kantor
dan para teknisi lapangan yang ada.
2. Selama magang, kami juga menerima banyak pelajaran baru yang belum
pernah kami dapatkan di meja kuliah.
3. Mendapatkan relasi baru dengan pihak PT. PLN (Persero) Rayon Borobudur
dan jajaran staff serta vendornya.

59

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Diklat PT PLN (Persero). Sistem Distribusi Tenaga Listrik.

[2]

Diklat PT PLN (Persero). Pemeliharaan Jaringan Distribusi.

[3]

Arsip dan Dokumen PT.PLN (Persero) Rayon Borobudur

[4]

(2001) Transformator Daya dan Cara Pengujiannya [Online]. Available :


http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener36b.html

[5]

Satyagraha. 2008. Workshop Operasi dan Pemeliharaan Distribusi.

60

Anda mungkin juga menyukai