Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Universitas Negeri Makassar merupakan salah satu perguruan tinggi yang

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dalam bidang pengetahuan dan

teknologi sehingga diharapkan mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang

terampil, profesional, dan siap pakai untuk menjadi tenaga kerja yang

sesuaidengan bidangnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diadakan suatu

kegiatanyang dinamakan Praktik Industri (PI) pada instansi yang sesuai dengan

bidang ilmuyang dipelajari.

Pendidikan Teknik Elektro adalah salah satu program studi kependidikan

yang dalam kurikulumnya menyelenggarakan Praktik Industri (PI), dengan

menempatkan mahasiswa praktikan di instansi mitra yang bekerja di bidang yang

relevan dengan kurikulum Pendidikan Teknik Elektro. Praktik Industri bertujuan

agar mahasiswa praktikan dapat mengenal, memahami, dan menambah wawasan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan yang didapatkan dari bangku

perkuliahan menjadi bekal untuk terjun ke dalam dunia industri yang penuh

tantangan dan kompetensi global. Maka dari itu, Praktik Industri harus

dilaksanakan di industri-industri yang telah memenuhi syarat dan relevan dengan

Program Studi Pendidikan Teknik Elektro. Untuk mewujudkan sumber daya

manusia yang terampil dalam bidang kelistrikan maka kegiatan kerja praktik

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendalaman pengetahuan

mengenai kelistrikan karena dapat melakukan pengamatan langsung dilapangan.

1
Perusahaan yang dipilih adalah PT. PLN (Persero) ULP Sungguminasa.

Pada instansi PLN unit ULP (Unit Layanan Pelanggan) adalah pihak yang

menanganipengurusan pelayanan pelanggan dan pelayanan distribusi jaringan

listrik. Mahasiswa praktikan diberi kesempatan untuk ikut berkontribusi melalui

pelayanan distribusi PLN dengan ikut bersama mitra PLN yaitu beberapa KHS

(Kesepakatan Harga Satuan).

Kebutuhan listrik yang semakin bertambah setiap saat mengakibatkan

peningkatan pemenuhan kebutuhan listrik mulai dari perkotaan hingga ke pelosok

pedesaan. Oleh karena itu, dibutuhkan kualitas jaringan sistem distribusi listrik

yang handal. Keadaan ini dapat terjadi karena sistem distribusi semakin padat dan

berkembang.

Pada kondisi normal sistem distribusi teraliri oleh arus maupun tegangan

kerja sehingga mempengaruhi kinerja perlengkapan yang ada. Peralatan distribusi

tersebut merupakan peralatan yang sensitif terhadap gangguan, baik yang berasal

dari faktor dalam (internal) alat tersebut maupun dari luar (eksternal) alat tersebut.

Perawatan dan pemeliharaan perlengkapan jaringan distribusi yang rutin

dilakukan bertujuan untuk mengatasi penurunan efisiensi, dan kerusakan agar

perlengkapan tersebut dapat bekerja dengan baik sesuai fungsinya, dan juga

menjamin bahwa jaringan tetap berfungsi dengan baik untuk menyalurkan energi

listrik dari pusat listrik sampai ke sisi pelanggan.

Dalam hal ini, perawatan dan pemeliharaan jaringan yang dilakukan oleh

pihak PLN bekerjasama dengan mitra PLN dalam hal ini bersama dengan

beberapa Tim KHS. Oleh karena itu, hal ini yang mendorong penulis untuk

2
mengadakan praktek industri dengan judul “Pemeliharaan Jaringan Distribusi

Tegangan Menengah Di PT. PLN (Persero) ULP Sungguminasa”.

B. Tujuan Praktik Industri

1. Tujuan Umum

Mahasiswa praktikan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

melalui kegiatan pengalaman langsung di Industri. Disamping itu, mahasiswa

dapat mempelajari aspek-aspek manajemen yang terkait dengan industri yang

ditempati, sehingga dapat membawa pengalaman praktiknya ke dalam tugasnya

setelah lulus.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan praktek industri secara khusus yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman menuju dunia kerja di industri.

b. Mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di dunia kampus ke dunia industri.

c. Belajar tentang manajemen dalam perusahaan.

d. Meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan teknologi.

e. Mengetahui persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat tentang keberadaan

perubahan teknologi.

f. Saling memberikan masukan antara mahasiswa dengan tenaga kerja yang ada

pada perusahaan tersebut.

g. Mengenal alat-alat yang digunakan di perusahaan dan cara

mengoperasikannya.

h. Dapat menyusun laporan sesuai dengan hasil praktek pada perusahaan.

3
C. Manfaat Praktik Industri

1. Manfaat Teoritik

Manfaat dari laporan Praktik Industri ini diharapkan dapat menjadi

landasan dan referensi pada Praktik Industri selanjutnya yang berhubungan

dengan pemeliharaan jaringan distribusi tegangan menengah.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

1.) Memenuhi tugas mata kuliah Praktek Industri pada Program Studi

Pendidikan Teknik Elektro S1 Jurusan PendidikanTeknik Elektro

Universitas Negeri Makassar.

2.) Menambah wawasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni yaitu

mengenai kelistrikan.

3.) Melihat langsung kegiatan-kegiatan utama perusahaan tentang kelistrikan.

4.) Menjawab keraguan mahasiswa selama ini antara teori dan dengan apa

yang terjadi di lapangan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

1.) Menjalin keja sama antara perguruan tinggi dengan dunia industri.

2.) Mendapatkan bahan masukan pengembangan teknis pengajaran dalam

rangka link andmatch antara dunia pendidikan dan dunia industri.

3.) Meningkatkan kualitas sarjana yang dihasilkan.

4
c. Bagi Perusahaan

1.) Membina hubungan yang baik dengan pihak institusi Perguruan Tinggi dan

Mahasiswa.

2.) Merealisasikan partisipasi dunia usaha terhadap pengembangan dunia

pendidikan.

5
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Sejarah Perusahaan

Gambar 2.1 Kantor PT. PLN (Persero) ULPSungguminasa

Berawal di akhir abad 19, bidang pabrik gula dan pabrik ketenagalistrikan

di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

bergerak di bidang pabrik gula dan pebrik teh mendirikan pembangkit tenaga

lisrik untuk keperluan sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan

pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda tersebt oleh Jepang, setelah Belanda

menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II.

Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada

Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini

dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delagasi Buruh/Pegawai

Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pemimpin KNI Pusat berinisiatif

menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan

tersebut kepada Pemerintah Republik Indinesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden

Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan

6
Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5

MW.

Pada tanggal 1 januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi

BPU-PLN (Bada Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di

bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada

saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)

sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)

sebagai pengelola gas diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status

Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik

Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan

tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan

kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak

tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan

Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi

kepentingan umum hingga sekarang.

Kelistrikan di kota Makassar pertama kali terpasang pada tahun 1914

dengan menggunakan mesin uap yang berlokasi di pelabuhan. Sejalan dengan

pertumbuhan kota yang diikuti peningkatan kebutuhan tenaga listrik, pada tahun

1925 Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) disungai Jeneberang daerah Pandang-

pandang sungguminasa yang berkapasitas 2000 Kwh dibangun dan beroperasi

hingga tahun 1957.

7
Tahun 1946 mulai dibangun pusat Tenaga Listrik Diesel (PLTD) yang

berlokasi dibekas lapangan sepak bola Bontoala. Kedua pembangkit tersebut

dikelola oleh NV. Netherlands Indies Gas Electricitiet Maatschappy (NV.

NIGEM) yang pada tahun 1949 dialihkan pengelolaannya pada NV. OGEM.

Dengan adanya perkembangan dalam sejarah pemerintah negara Republik

Indonesia dan sebagai tindak lanjut Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,

maka pada pertengahan tahun 1945 pelistrikan dikota Makassar dinasionalisasikan

oleh pemerintah RI dan diserahkan pengelolaannya pada Perusahaan Listrik

Negara (PLN) Makassar yang merupakan cikal bakal PLN Unit Bisnis Sulselra

yang saat ini mengelola pelistrikan diwilayah propinsi Sulawesi Selatan dan

Tenggara.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) Makassar mempunyai daerah

perusahaan hanya dikota Makassar, sedang daerah diluar Makassar antara lain

kota Majene, Bantaeng, Bulukumba, Watampone dan Palopo. Untuk sentral

pembangkitnya ditangani oleh PLN Cabang luar kota, sedangkan pelistrikannya

dilakukan oleh PT. Maskapai untuk perusahaan-perusahaan setempat.

Pada tahun 1961 PLN Pusat Jakarta membentuk PLN Eksploitasi VI

dengan wilayah kerja meliputi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara yang

berkedudukan di Makassar. Dengan dikeluarkannya surat edaran PLN Pusat No.

078/PST/1967 tentang klasifikasi bagi kesatuan-kesatuan Perusahaan Listrik

Negara, maka PLN cabang luar kota tidak dapat dimasukkan dalam organisasi,

sebagai cabang luar kota dibubarkan dan peraturan segala sesuatunya diserahkan

untuk selanjutnya ditangani PLN Eksploitasi VI.

8
PLN Eksploitasi VI terus berkembang dan selain membawahi beberapa

PLTD juga membawahi PLN Area Makassar serta PLTU Tello yang diresmikan

pada tahun 1971. PLN Area Makassar membawahi unit-unit kerja antara lain

Ranting Sengkang, Watansoppeng, kendari serta unit sentral pembangkit

Bontoala.

Tahun 1972 pemerintah RI mengeluarkan PP nomor 18 tahun 1972

tentang perusahaan umum Listrik Negara yang mempunyai arti penting bagi PLN

karena merupakan dasar hukum status perusahaan dari Perusahaan Negara

menjadi Perusahaan Umum. Pada tanggal 21 Maret 1973 berdasarkan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No. 01/PTR/1973 tentang struktur

organisasi dan pembagian tugas Perusahaan Umum Listrik Negara, maka PLN

Eksploitasi VI berubah menjadi PLN Eksploitasi VIII.menjadi PLN Unit Bisnis

Sulselra dengan wilayah kerja provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

PLN Unit Bisnis Sulselra terus mengadakan reoganisasi dan sekarang

membawahi 8 (delapan) cabang, yaitu: cabang Makassar, Parepare, Watampone,

Pinrang, Bulukumba, Palopo, Kendari dan Bau-bau. Selain itu juga membawahi 2

sektor yaitu sektor Tello dan Bakaru serta Unit Pengatur Beban (UPB).

Sehubungan dengan peningkatan program pemerintah dibidang pelistrikan

yang searah dengan penyerahan usaha pelistrikan, Pemda Tingkat I Sulawesi

Selatan kepada PLN Unit Bisnis Sulselra mengeluarkan surat keputusan sebagai

berikut:

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 23 tanggal 16 Juni 1994

tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik menjadi

9
Perusahaan Perseroan (Persero).

2. Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) No. 059.K/DIR/1995 PT. PLN (Persero)

Unit Bisnis Sulselra Area Makassar dibagi menjadi 4 Rayon, yairtu Rayon

Utara, Rayon Selatan, Rayon Barat dan Rayon Timur.

3. Surat Keputusan Pimpinan PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Sulselra No.

183.K/023/UBS/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang penetapan Unit

Organisasi Cabang Makassar dari Tingkat III menjadi Tingkat IV berlaku

mulai tanggal 13 Agustus 1996.

4. Keputusan Direksi PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) No.

059.K/023/DIR/1995 tentang pembentukan satuan organisasi rayon pada PLN

Unit Bisnis Sulselra Area Makassar sebagai berikut:

a. Kota Madya Makassar, dengan satuan organisasi PLN Area Makassar.

b. Daerah Tingkat II Kab. Maros, dengan satuan organisasi, yaitu : PLN Rayon

Maros dan PLN Sub Ranting Campaniaga.

c. Daerah Tingkat II Kab. Pangkep dengan satuan organisasi, yaitu : Rayon

Pangkep, Ranting Sigeri dan Sub Ranting Balocci.

d. Daerah Tingkat II Kab. Takalar dengan satuan organisasi, yaitu : PLN

Rayon Kalebajeng, PLN Ranting Malino, Kantor Jaga Lanna, Sub Ranting

Tamoana, Kantor Jaga Malakaji, Listrik Desa Parigi, Listrik Desa

Majannang, dan Listrik Desa Padeolo.

e. Pulau Barang Lompo dengan satuan organisasi, yaitu Sub Rayon Barang

Lompo.

f. Pulau Kodingareng dengan satuan organisasi Sub Rayon Kodingareng.

10
g. Pulau Balang Lompo dengan satuan organisasi Listrik Desa Balang Lompo.

B. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

1. Visi Perusahaan

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh kembang,

Unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.

2. Misi Perusahaan

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi

pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

3. Tujuan Perusahaan

Untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi

kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk

keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan

dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip

Perseroan Terbatas.

11
C. Logo dan Makna Perusahaan

1. Logo PLN

Gambar 2.2. Logo PLN

2. Makna Logo PLN

Lambang PT. PLN (Persero) terdiri dari:

a. Bidang Persegi Panjang Vertikal

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya, melambangkan

bahwa PT. PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir

dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti

yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi

kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-

nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.

b. Petir atau Kilat

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk

jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan

kerja cepat dan tepat para insan PT. PLN (Persero) dalam memberikan solusi

terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan

kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan

12
kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta

keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman.

c. Tiga Gelombang

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang usaha

utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi

yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT. PLN (Persero) guna

memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk

menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang

tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga

melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam

memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.

D. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi yang dimiliki PT. PLN (Persero) ULP Sungguminasa

sesuai keputusan GM PT.PLN (Persero) UBS. No. 437.K/021/GM/2001 tanggal

24 April 2001 adalah sebagai berikut:

Nama Perusahaan :PT. PLN (Persero) ULP Sungguminasa

Alamat :Jl. Tumanurung No.5, Gowa–Kode Pos 92114

Bergerak di Bidang : Pelayanan Pelanggan dan Jaringan Distribusi Tenaga

Listrik

13
Struktur Organisasi PT PLN (Persero) ULP Sungguminasa dimana

Manager dibantu oleh 3 (tiga) Supervisor dan beberapa pejabat fungsional seperti

terlihat pada gambar 2.1. Secara fungsional membawahi 3 (tiga) unit Pelayanan

meliputi supervisor Teknik, supervisor Pelayanan, supervisor Transaksi Energi.

Bagian-bagian dari struktur organisasi PT. PLN (Persero) ULP

Sungguminasa mempunyai peranan dan fungsi masing-masing yang terangkum

dalam uraian berikut ini:

1. Manager

Memegang peranan untuk pengambilan keputusan tertinggi dalam

perusahaan, pengambilan kebijakan perusahaan, dan memonitor kinerja

perusahaan

2. Supervisor Teknik

Melaksanakan koordinasi dan pengendalian pendistribusian energi listrik

secara terus menerus dan pencapaian target kinerja SAIDI/SAIFI serta energi tak

tersalur. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan pemeliharaan jaringan

distribusi serta perbaikan gangguan jaringan agar keandalan sistem

pendistribusian tenaga listrik tetap terjaga.

3. Supervisor Pelayanan Administrasi

Melaksanakan pengawasan dan pengelolaan fungsi administrasi pelanggan

dan pembukuan pelanggan, untuk meningkatkan kinerja pemasaran dan penjualan.

Juga merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan, dan mengevaluasi

pelaksanaan aktivitas pada fungsi anggaran dan keuangan yang terkait dengan

14
tugas pokok dan fungsi unit kerjanya sehingga sistem pengelolaan anggaran dan

keuangan dapat terselenggara secara tertib dan kredibel.

4. Supervisor Transaksi Energi

Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan mengendalikan

pembacaan meter dan Rute Baca Meter dalam rangka mengamankan pendapatan

perusahaan.Mengawasi dan mengarahkan langkah kegiatan perencanaan,

pengoperasian, dan pemeliharaan APP serta perbaikannya agar keandalan sistem

pengukuran tetap terjaga.

15
Berikut ini struktur organisasi perusahaan:

Manager ULP
(Muh.SyahrirMus)

Spv. ADM Spv. TE Spv. Teknik Pejabat K3L


(Muh.Zaenal (Albert (Calvein (Muhammad
Rifky) Naibaho) Leppang) Hasan)

Mariana
Nyoman Tony Andy Mulya
Pertiwi

Wahyuddin Gildian As
Ramadhan Zulkarnain
Sieddiqy

Rachmat
Sribanong Muh.Sofyan
Hidayat

Try Azharyono
Arfandi Muh.Azwar
HS

Saiful

16
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeliharaan Jaringan Distribusi Tegangan Menengah

1. Pengertian Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk

mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem atau peralatan akan berfungsi secara

optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi

masyarakat umum. Kegiatan pokok pemeliharaan rutin ini ditentukan berdasarkan

periode atau waktu pemeliharaan yaitu bulanan, triwulan, semesteran atau

tahunan.

Pemeliharaan perlengkapan jaringan distribusi yang rutin bertujuan untuk

mengatasi penurunan efisiensi dan kerusakan agar perlengkapan tersebut dapat

bekerja dengan baik sesuai fungsinya. Dalam hal ini pemeliharaan jaringan yang

dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan sistem tanpa tegangan

(pemadaman) menjadi masalah vital yang dialami oleh konsumen maupun

perusahaan listrik karena dapat menurunkan kontinuitas pelayanan. Suplai tenaga

listrik untuk pelanggan menjadi terhambat dan tidak dapat melakukan proses

produksi dengan optimal karena tenaga listrik tidak tersalurkan. Kerugian yang

dialami oleh perusahaan listrik sangatlah besar karena adanya pemadaman listrik

mengakibatkan banyaknya energi listrik yang hilang dan tidak dapat terjualkan

kepada konsumen.

17
2. Tujuan Pemeliharaan

Dengan dasar Surat Edaran Direksi PT. PLN (Persero) Nomor:

040.E/152/DIR/1999 maksud diadakannya kegiatan pemeliharaan jaringan

distribusi, tujuan utama dari pelaksanaan pemeliharaan distribusi adalah untuk:

a. Menjaga agar peralatan/komponen dapat dioperasikan secara optimal

berdasarkan spesifikasinya sehingga sesuai dengan umur ekonomisnya.

b. Menjamin bahwa jaringan tetap berfungsi dengan baik untuk menyalurkan

energi listrik dari pusat listrik sampai ke sisi pelanggan.

c. Menjamin bahwa energi listrik yang diterima pelanggan selalu berada dalam

tingkat keandalan dan mutu yang baik.

d. Mendapatkan jaminan bahwa sistem/peralatan distribusi aman baik bagi

personil maupun bagi masyarakat umum.

e. Untuk mendapatkan efektivitas yang maksimum dengan memperkecil waktu

tak jalan peralatan sehingga ongkos operasi yang menyertai diperkecil.

f. Menjaga kondisi peralatan atau sistem dengan baik, sehingga kualitas produksi

atau kualitas kerja dapat dipertahankan.

g. Mempertahankan nilai atau harga diri peralatan atau system, dengan mencegah

timbulnya kerusakan-kerusakan.

h. Untuk menjamin keselamatan bagi karyawan yang sedang bekerja dan seluruh

peralatan dari kemungkinan adanya bahaya akibat kerusakan dan kegagalan

suatu alat.

i. Untuk mempertahankan seluruh peralatan dengan efisiensi yang maksimum.

18
j. Untuk mendapatkan suatu kombinasi yang ekonomis antar berbagai faktor

biaya dengan hasil kerja yang optimum.

3. Jenis-jenis Pemeliharaan

Oleh karena luas dan kompleknya keadaan jaringan distribusi dan tidak

sedikitnya sistem jaringan dan peralatan distribusi yang perlu dipelihara,

pemeliharaan jaringan distribusi dapat dikelompokan dalam tiga macam

pemeliharaan yaitu:

a. Pemeliharaan Rutin (Preventif Maintenance)

Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya

kerusakan peralatan tiba-tiba dan mempertahankan unjuk kerja jaringan agar

selalu beroperasi dengan keadaan dan efisiensi yang tinggi.Kegiatan pokok

pemeliharaan rutin ini ditentukan berdasarkan periode/waktu pemeliharaan:

triwulan, semesteran atau tahunan.

b. Pemeliharaan Korektif (Korektif Maintenance)

Pemeliharaan korektif dapat dibedakan dalam 2 kegiatan yaitu: terencana

dan tidak terencana. Kegiatan yang terencana diantaranya adalah pekerjaan

perubahan /penyempurnaan yang dilakukan pada jaringan untuk memperoleh

keandalan yang lebih baik (dalam batas pengertian operasi) tanpa mengubah

kapasitas semula. Kegiatan yang tidak terencana misalnya mengatasi/perbaikan

kerusakan peralatan/gangguan.

19
Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk pemeliharaan korektif diantaranya

adalah:

1.) Pekerjaan penggantian mof kabel yang rusak.

2.) Pekerjaan JTM yang putus.

3.) Penggantian bushing trafo yang pecah.

4.) Penggantian tiang yang patah.

c. Pemeliharaan Khusus (Emergency Maintenance)

Pemeliharaan khusus adalah pekerjaan pemeliharaan yang dimaksud untuk

memperbaiki jaringan yang rusak yang disebabkan oleh force majeure atau

bencana alam seperti gempa bumi, angin ribut, kebakaran dan sebagainya yang

terjadi mendadak.

B. Sistem Jaringan Distribusi

1. Pengertian Sistem Jaringan Distribusi

Sistem jaringan distribusi tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik

dari pembangkit tenaga listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen

(pelanggan) pada tingkat tegangan yang diperlukan.

Gambar 3.1. Alur Penyaluran Listrik

20
Secara garis besar jaringan distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu:

a. Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan

menengah (20 KV). Jaringan ini berawal dari sisi sekunder trafo daya yang

terpasang pada gardu induk hingga kesisi primer trafo distribusi yang terpasang

pada tiang-tiang saluran.

b. Distribusi sekunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori

tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan

tegangan peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi sekunder bermula dari sisi

skunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (meteran) pelanggan.

Sistem jaringan distribusi sekunder ini disalurkan kepada para pelanggan

melalui kawat berisolasi.

2. Jaringan Tegangan Menengah

Jaringan tegangan menengah meliputi:

Gambar 3.2. Penyaluran Listrik dari Jaringan Tegangan Menengah

21
a. Gardu Induk

Gardu induk berisikan ujung-ujung dari saluran transmisi/subtransmisi,

transformator, peralatan proteksi, peralatan kontrol dan pangkal saluran distribusi.

b. Gardu Hubung (Switch Substation)

Gardu hubung merupakan gardu penghubung antara gardu induk dengan

gardu trafo distribusi.

c. Gardu Distribusi

Gardu Distribusi adalah gardu yang berisikan trafo distribusi dan

merupakan daerah / titik pertemuan antar jaringan primer dan jaringan sekunder

karena pada gardu ini tegangan menengah (TM) diubah ketegangan rendah (TR).

d. Feeder (Penyulang)

Feeder dalam jaringan distribusi merupakan saluran yang menghubungkan

gardu induk dengan gardu distribusi.

3. Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah

Konstruksi jaringan tegangan menengah terdiri dari:

a. Saluran Udara Tegangan Menengah

SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian

utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang

digunakan adalah aluminium (AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm2, 70

mm2 dan 35 mm2.

22
b. Saluran Kabel Tegangan Menengah

Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam

langsung di tanah pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap

pengaruh mekanis dari luar. Kabel ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga

mampu menahan tegangan tembus yang ditimbulkan. Keuntungan diantaranya:

1.) Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang

2.) Tidak merusak estetika (keindahan) kota

3.) Pemeliharaannya hampir tidak ada.

4. Peralatan-peralatan Konstruksi

Adapun beberapa komponen peralatan yang digunakan, sebagai berikut:

a. Tiang

Tiang-tiang pada jaringan berfungsi sebagai penyangga lengan silang dan

seluruh peralatan perlengkapan lainnya, maka harus mempunyai sifat-sifat:

1.) Kekuatan mekanik yang tinggi

2.) Perawatan mudah

3.) Mudah dalam pemasangan konduktor saluran

Gambar 3.3. Tiang Listrik

23
b. Transformator

Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi

untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah

atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan).

Gambar 3.4. Transformator

c. Penghantar

Penghantar adalah salah satu komponen yang berperan untuk menyalurkan

arus dari satu bagian ke bagian lain dan juga untuk menghubungkan bagian-

bagian yang dirancang bertegangan sama. Dilihat dari jenis isolasi yang

digunakan, penghantar terdiri dari dua jenis, yaitu konduktor atau kawat telanjang

dan konduktor berisolasi atau kabel.

Gambar 3.5. Kabel Penghantar

24
d. Isolator

Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke tiang

maupun ke penghantar lainnya. Maka sifat-sifat utama yang harus dimiliki isolator

adalah:

1.) Kekuatan mekanik tinggi

2.) Tahanan isolator tinggi

3.) Rugi dielektrik kecil

4.) Tanpa berubah bentuk dan sifatnya mempunyai daya tahan perubahan

temperatur tinggi

Gambar 3.6. Isolator

e. Cross Arm (Lengan Tiang)/Travers

Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu

dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang

pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan

baut dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga

isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk

membuat lubang-lubang baut.

25
5. Sistem Proteksi pada Jaringan Distribusi

Pada saat terjadi gangguan yang menyebabkan terjadinya ketidaknormalan

pada sistem tenaga listrik, misalnya ada arus lebih, tegangan lebih, dan

sebagainya. Jika dibiarkan gangguan itu akan meluas keseluruhan sistem sehingga

bisa merusak semua peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Maka dari itu sistem

proteksi pada peralatan harus mampu:

a. Menghindari/mengurangi kerusakan peralatan akibat gangguan

b. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan

c. Memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen

dan juga mutu listrik yang baik

d. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik

Adapun beberapa syarat yang diperlukan dalam suatu perencanaan sistem

proteksi yang efektif, yaitu sebagai berikut:

a. Selektivitas adalah efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dan

kesanggupan sistem dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.

b. Stabilitas adalah sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi

di luar zona yang melindungi (gangguan luar).

c. Kecepatan operasi, dimana waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam

sistem tegangan tinggi adalah 140 m/s. Namun, dimasa mendatang waktu ini

hendak dipersingkat menjadi 80 m/s, sehingga memerlukan relai dengan

kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying).

26
d. Sensitivitas (kepekaan) adalah besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga

ini dapat dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer)

atau sebagai persentase dan arus sekunder (trafo arus).

e. Reliabilitas, penyebab utama dan outage rangkaian adalah tidak bekerjanya

proteksi sebagaimana mestinya.

Peralatan pengaman pada jaringantegangan menengah antara lain sebagai

berikut:

a. Pemutus Beban atau Tenaga (PMT)

Pemutus Tenaga atau disebut juga Circuit Breaker (CB). Berfungsi untuk

memutuskan saluran secara kesuluruhan pada tiap output. Pemutusan terjadi

karena adanya gangguan sehingga secara otomatis PMT akan membuka ataupun

secara manual diputuskan karena adanya pemeliharaan jaringan.

Gambar 3.7. SF6 Circuit Breaker

b. Rele Arus Lebih (Over Current Relay)

Rele ini bekerja dengan membaca input berupa besaran arus kemudian

membandingankan dengan nilai setting, apabila nilai arus yang terbaca oleh rele

melebihi nilai setting, maka rele akan mengirim perintah trip (lepas) kepada

27
Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah tunda waktu yang

diterapkan pada setting.

Gambar 3.8. Pemutus Tenaga

c. Sectionalizer

Sectionalizer adalah sebuah peralatan pengaman arus lebih (over

current protective device) yang dipasang hanya sebagai pengaman cadangan PMT

atau recloser.

Gambar 3.9. Sectionalizer

d. Fuse Cut Out

Fuse Cut Out adalah peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi

gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan

yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya.

28
Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut

out akan putus, seperti yang ada pada SPLN 64 tabung ini akan lepas dari

pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir

ke sistem.

Gambar 3.10. Fuse Cut Out

e. Recloser

Recloser (Penutup Balik Otomatis/PBO ) pada dasarnya adalah pemutus

tenaga yang dilengkapi dengan peralatan kontrol. Peralatan ini dapat merasakan

arus gangguan dan memerintahkan operasi buka tutup kepada pemutus tenaga.

Untuk jaringan yang panjang (>20 km) perlu dipasang 2 atau lebih PBO pada

jarak tertentu dengan koordinasi yang baik, agar gangguan yang terjadi dapat

segera dibebaskan.

Gambar 3.11. Recolser

29
f. Lightning Arrester

Lightning Arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan

dan peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi karena sambaran

petir (flash over) dan karena surja hubung (switching surge) di suatu jaringan.

Lightning arrester ini memberi kesempatan yang lebih besar terhadap tegangan

lebih abnormal untuk dilewatkan ke tanah sebelum alat pengaman ini merusak

peralatan jaringan seperti tansformator dan isolator. Oleh karena itu lightning

arrester merupakan alat yang peka terhadap tegangan, maka pemakaiannya harus

disesuaikan dengan tegangan sistem.

Gambar 3.12. Lightning Arrester

g. Fault Indicator

Fault Indicator adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengidentifikasi

gangguan yang dipasang pada setiap fasanya. Dimana apabila terjadi gangguan

pada suatu maka lampu Fault Indicator akan berkedip-kedip. Sehingga

memudahkan petugas untuk mendeteksi area yang mengalami gangguan.

30
BAB IV

KEGIATAN PRAKTIK

Adapun daftar kegiatan yang dilakukan selama kegiatan Praktik Industri

dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Pemasangan Fuse Cut Out

Tujuan : Untuk melindungi jaringan terhadap beban lebih (over load

current) yang mengalir melebihi dari batas maksimum, yang

disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau beban

lebih (over load).

Pelaksana : Tim Pemeliharaan (Tim KHS), Pengawas Lapangan, Petugas

Piket Operasi

Langkah Kerja : 1. Mengambil material di gudang PLN.

2. Untuk pekerjaan yang memudahkan pemadaman maka

pengawas berkoordinasi dengan Petugas Piket Operasi.

3. Bila pemadaman telah dilakukan maka dilakukan pemasangan

Grounding Set.

4. Tim KHS yang bertugas mengenakan semua peralatan K3

sesuai SOP.

5. Pasang roller gantung lengkap dengan tambang, pada travers

dudukan FCO.

6. Naikkan Tool Bag yang sudah dilengkapi kunci sesuai dengan

kebutuhan dan penerating oil.

31
7. Buka jumper-jumper FCO.

8. Ikat FCO yang akan dibongkar dengan tambang.

9. Bongkar dan turunkan FCO yang rusak dengan tambang.

10. Naikkan FCO dan tabung FCO pengganti dengan tambang.

11. Pasang FCO baru, berikut jumper-jumpernya.

12. Periksa dan yakinkan kembali pemasangan FCO dan jumper-

jumper apakah sudah terpasang dengan baik dan benar.

13. Lepas dan turunkan Grounding Set.

14. Lakukan komunikasi dengan piket Operasi bahwa pekerjaan

penggantian FCO telah selesai sesuai SOP komunikasi

15. Minta kembali untuk penormalan tegangan ke piket Operasi

sesuai SOP komunikasi.

16. Lapor kembali pada piket dispatcher bahwa tegangan sudah

normal secara keseluruhan.

17. Bereskan semua peralatan kerja, K3 dan alat ukur pada

tempat yang telah disediakan.

Peralatan K3 : Helm Pengaman, Pakaian Kerja (Work Pack), Safety Shoes,

Sarung Tangan, Safety Belt.

Alat : Tangga Fiber, Tang, Cutter, Kunci Pas, Tang Press, Gunting

Kabel.

Bahan : FCO, CCO, Kabel Jumper, Baut, Fuse Link

Masalah : Terjadi kerusakan pada FCO yang lama

Solusi : Mengganti FCO lama yang telah rusak

32
B. Pemasangan Arrester

Tujuan : Untuk melindungi jaringan dan peralatannya terhadap tegangan

lebih abnormal yang terjadi karena sambaran petir (flash

over) dan karena surja hubung (switching surge) di suatu jaringan.

Pelaksana : Tim Pemeliharaan (Tim KHS), Pengawas Lapangan, Petugas

Piket Operasi

Langkah Kerja : 1. Mengambil material di gudang PLN.

2. Untuk pekerjaan yang memudahkan pemadaman maka

pengawas berkoordinasi dengan Petugas Piket Operasi.

3. Bila pemadaman telah dilakukan maka dilakukan pemasangan

Grounding Set.

4. Tim KHS yang bertugas mengenakan semua peralatan K3

sesuai SOP.

5. Pasang roller gantung lengkap dengan tambang, pada travers

dudukan Arrester.

6. Naikkan Tool Bag yang sudah dilengkapi kunci sesuai dengan

kebutuhan dan penerating oil.

7. Buka jumper-jumper Arrester.

8. Ikat arrester yang akan dibongkar dengan tambang.

9. Bongkar dan turunkan Arrester yang rusak dengan tambang.

10. Naikkan arrester dan tabung arrester pengganti dengan

tambang.

11. Pasang arrester baru, berikut jumper-jumpernya.

33
12. Periksa dan yakinkan kembali pemasangan arrester dan

jumper-jumper apakah sudah terpasang dengan baik dan

benar.

13. Lepas dan turunkan Grounding Set.

14. Lakukan komunikasi dengan piket Operasi bahwa pekerjaan

penggantian arrester telah selesai sesuai SOP komunikasi

15. Minta kembali untuk penormalan tegangan ke piket Operasi

sesuai SOP komunikasi.

16. Lapor kembali pada piket dispatcher bahwa tegangan sudah

normal secara keseluruhan.

17. Bereskan semua peralatan kerja, K3 dan alat ukur pada tempat

yang telah disediakan.

Peralatan K3 : Helm Pengaman, Pakaian Kerja (Work Pack), Safety Shoes,

Sarung Tangan, Safety Belt.

Alat : Tangga Fiber, Tang, Cutter, Kunci Pas, Tang Press, Gunting

Kabel.

Bahan : Arrester, CCO, Kabel Jumper, Baut

Masalah : Terjadi kerusakan pada Arrester yang lama

Solusi : Mengganti Arrester lama yang telah rusak

34
C. Pemasangan Fault Indicator

Tujuan : Untuk untuk mengidentifikasi gangguan yang dipasang pada

setiap fasanya

Pelaksana : Tim Pemeliharaan (Tim KHS), Pengawas Lapangan, Petugas

Piket Operasi

Langkah Kerja : 1. Mengambil material di gudang PLN.

2. Tim KHS yang bertugas mengenakan semua peralatan K3

sesuai SOP.

3. Setting Fault Indicator sesuai fasanya.

4. Letakkan Fault Indicator pada Stick.

5. Pasang Fault Indicator pada kabel jaringan sesuai fasanya.

6. Periksa dan yakinkan kembali pemasangan Fault Indicator

sudah terpasang dengan baik dan benar.

7. Bereskan semua peralatan kerja, K3 dan alat ukur pada tempat

yang telah disediakan.

Peralatan K3 : Helm Pengaman, Pakaian Kerja (Work Pack), Safety Shoes,

Sarung Tangan, Safety Belt.

Alat : Tangga Fiber, Stick

Bahan : Fault Indicator

Masalah : Kesulitan mencari gangguan yang terjadi pada jaringan tegangan

menengah

Solusi : Pemasangan Fault Indicator

35
D. Pemasangan Transformator

Tujuan : Untuk meminimalisir terjadinya drop tegangan

Pelaksana : Tim Pemeliharaan (Tim KHS), Pengawas Lapangan, Petugas

Piket Operasi

Langkah Kerja : 1. Mengambil material di gudang PLN.

2. Tim KHS yang bertugas mengenakan semua peralatan K3

sesuai SOP.

3. Pemasangan Travers dan dudukan Transformator.

4. Merakit Aspan, FCO, Arrester.

5. Pemasangan Aspan, FCO, Arrester dan Isolator Tumpu.

6. Pemasangan Panel Distribusi dan Transformator dengan

menggunakan Mobil Crane.

7. Bereskan semua peralatan kerja, K3 dan alat ukur pada tempat

yang telah disediakan.

Peralatan K3 : Helm Pengaman, Pakaian Kerja (Work Pack), Safety Shoes,

Sarung Tangan, Safety Belt.

Alat : Tangga Fiber, Mobil Crane

Bahan : Aspan, FCO, Arrester dan Isolator Tumpu

Masalah : Terjadinya drop tegangan

Solusi : Pemasangan Transformator baru

36
E. Penyeimbangan Beban pada Transformator

Tujuan : Untuk mengurangi arus netral pada trafo sehingga rugi-rigi daya

yang ditimbulkan pada trafo dapat diminimalisir.

Pelaksana : Tim Pemeliharaan (Tim KHS), Pengawas Lapangan, Petugas

Piket Operasi

Langkah Kerja : 1. Mengambil material di gudang PLN.

2. Tim KHS yang bertugas mengenakan semua peralatan K3

sesuai SOP.

3. Mengukur arus setiap fasa pada Transformator.

4. Menganalisis perbedaan setiap fasanya.

5. Menyeimbangkan arus yang berlebih terhadap arus yang

rendah dengan perbandingan kurang lebih 10% dari setiap

fasanya dengan memindahkan kabel fasa dari pelanggan.

6. Ukur kembali arus yang telah diseimbangkan pada

Transformator.

7. Bereskan semua peralatan kerja, K3 dan alat ukur pada tempat

yang telah disediakan.

Peralatan K3 : Helm Pengaman, Pakaian Kerja (Work Pack), Safety Shoes,

Sarung Tangan, Safety Belt.

Alat : Tangga Fiber, Tang Press, Tang Kombinasi, Cutter, dan

Avometer.

Bahan : CCO, Service, Connector, Kabel

Masalah : Terjadinya drop tegangan

37
Solusi : Penyeimbangan beban

F. Pemangkasan Pohon

Tujuan : Untuk menghindari gangguan yang terjadi pada jaringan tegangan

menengah

Pelaksana : Tim Pemeliharaan (Tim KHS), Pengawas Lapangan, Petugas

Piket Operasi

Langkah Kerja : 1. Survei lapangan.

2. Tim KHS yang bertugas mengenakan semua peralatan K3

sesuai SOP.

3. Meminta izin kepada pemilik pohon.

4. Melakukan pemangkasan ranting pohon yang mendekati

jaringan tegangan menengah dengan jarak minimal 2,5 meter.

5. Bereskan semua peralatan kerja, K3 dan alat ukur pada tempat

yang telah disediakan.

Peralatan K3 : Helm Pengaman, Pakaian Kerja (Work Pack), Safety Shoes,

Sarung Tangan, Safety Belt.

Alat : Tangga Fiber, Gergaji, Parang, Mesin Senso

Bahan :-

Masalah : Jarak antara ranting pohon yang hampir mendekati kabel jaringan

tegangan menengah

Solusi : Pemangkasan/penebangan pohon

38
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan Praktik Industri pada PT. PLN (Persero) ULP

Sungguminasa, kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Praktik Industri memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa yang

melakukan kegiatan Praktik dan juga memberikan gambaran ilmu pengetahuan

yang dipelajari di dunia kampus ke dunia industri.

2. Praktik Industri mengajari bagaimana sikap disiplin, tanggung jawab dan etika

bekerja dalam instansi.

3. Dalam melaksanakaan pekerjaan mahasiswa dituntut untuk selalu

mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Saran

Dari hasil Praktik Industri yang telah dilakukan, saran yang dapat

dikemukakan penulis yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Universitas

a. Diharapkan kepada pihak universitas untuk lebih proaktif dalam mengontrol

mahasiswa yang sedang melaksanakan Praktik Industri sehingga dalam

pelaksanaannya bisa lebih maksimal.

b. Diharapkan kepada pihak universitas untuk lebih meningkatkan koordinasi

dengan pihak industri dalam hal penempatan mahasiswa sesuai dengan jenjang

keilmuannya.

39
2. Bagi Pihak Industri

a. Meningkatkan proses pembelajaran melalui pemberian kesempatan kepada

mahasiswa dalam menggunakan fasilitas dan sarana. Kesempatan ini

dimaksudkan untuk menambah pengetahuan, sikap kerja, dan keterampilan

mahasiswa sehingga diharapkan dapat menjadi tenaga kerja mandiri.

b. Lebih memperhatikan kecermatan dalam pengawasan, pengarahan dan

pembimbingan yang berkesinambungan dalam pelaksanaan Praktik Industri,

sehingga tujuan untuk menyiapkan tenaga kerja mandiri mudah tercapai.

3. Bagi Mahasiswa

a. Melaksanakan Praktik Industri dengan mematuhi peraturan kerja, menerapkan

disiplin waktu sebaik-baiknya, sehingga dapat menunjang tumbuhnya kesiapan

diri menjadi tenaga kerja mandiri.

b. Dapat lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja yang

sesungguhnya, dengan memanfaatkan potensi diri dan kemampuan yang telah

dimiliki selama kuliah.

40

Anda mungkin juga menyukai