Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENGALAMAN LAPANGAN INDUSTRI

PENYEIMBANGAN BEBAN GARDU DISTRIBUSI DI ULP KURANJI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Menyelesaikan Pengalaman Lapangan Industri FT-UNP
Semester Januari-Juni 2022

Oleh:
Novri Erdani Putra
18065011/2018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pelaksanaan PLI

Pengalaman Lapangan Industri adalah suatu kegiatan intra


kurikuler dalam kelompok mata kuliah bidang studi jenjang program
Strata 1 (S1), Diploma 4 (D4), dan Diploma 3 (D3) pada semua
Departemen di FT UNP. Secara umum pelaksanaan PLI bertujuan
untuk mendapatkan/menggali pengetahuan praktis di lapangan
/industri melaui keterlibatan langsung dalam berbagi kegiatan di
dunia usaha/industri, memupuk sikap dan etos kerja mahsiswa
sebagai calon tenaga kerja profesional yang siap kerja, serta
mampu membahas suatu topik yang ditemui di lapangan melalui
metoda analisis ilmiah ke dalam bentuk suatu laporan Pengalaman
Laporan Industri (PLI). Secara pribadi bagi penulsi pengertian
Pengalaman Lapangan Industri (PLI) adalah salah satu program
yang dapat memberikan penglaman kerja secara nyata dalam suatu
perusahaan atau isntansi pemerintah dan dapat menjadi wadah
bagi mahasiswa dalam mengimplementasikan teori yang
didapatkan selama kulaih sehinggan bisa dipraktekan di dunia kerja
nyata.

Persaingan global yang ketat dan berdaya saing yang tinggi


menuntut manusia sebagai pribadi yang harus memiliki kualitas diri
secara prsonal dan juga keahlian sehingga dapat diperhitungkan
sebaian besar perusahaan. Disamping itu, perusahaan juga dituntut
memiliki perangkat teknologi yang canggih dan sumber daya
manusia yang berkualitas shingga dapat bersaing di era globalisasi
ini. Maka untuk itu, dengan adanya PLI ini mahasiswa diharapkan
mampu untuk menjadi pesaing di era globalisasi dan menjadi
sumber daya menusia yang berkualitas dalam dunia kerja secara
nyata.

Sebagai tempat melakukan praktek lapangan industri penulis


memilih PT. PLN (Persero) UP3 Padang dan ditempatkan di UP3
Padang bagian jaringan. Pemilihan tempat PLI ini disesuaikan
dengan Departemen penulis yaitu “Teknik Elektronika”. Melalui
praktek lapangan industri ini, penulis ingin mengetahui tugas dan
fungsi serta kegiatan atau kinerja yang dilakukan oleh pegawai di
UP3 Padang. Adapun prosedur saat pelaksanaan PLI yaitu, seluruh
pelaksanaan kegiatan PLI karena masih dalam pandemic Covid 19
wajib memperhatikan protokol penanganan penyebaran Covid 19,
mengikuti semua peraturan tentang kedisiplinan, tata cara kerja
yang berlaku di area pelaksanaan kegiatan PLI, setelah masa PLI
selesai, pastikan untuk memperoleh lembaran pengesahan laporan
PLI dari supervisor dan dosen pembimbing, surat tanda telah
mengikuti PLI dan nilai dari supervisor.

B. Deskripsi Tentang Perusahaan Tempat Pelaksanaan PLN

1. Sejarah Perusahaan PT. PLN (Persero)

PT. PLN (Persero) adalah sebuah BUMN yang mengurusi


semua aspek kelistrikan yang ada di indonesia. Direktur utamanya
saat ini adalah Darmawan Prasodjo.

Berawal di akhir abad 19, bidang pabrik gula dan pabrik


ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa
perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan
pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan
sendiri.

Antara tahun 1942 – 1945 terjadi peralihan pengelolaan


perusahaan-perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah
Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang
Dunia II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang
Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah pada Sekutu.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik
melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-
sama dengan Pemimpin KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden
Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut
kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945,
Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas dibawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas
pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah


menjadi BPU-PLN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik
Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang
dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2
(dua) perusahaan Negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik Negrara dan Perusahaan Gas
Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17,


status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai
Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai pemegang Kuasa
Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga
listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan


kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis
penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari
Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan
juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan
umum hingga sekarang.

2. Visi, Misi, dan Moto PT. PLN (Persero)


a. Visi

Menjadi perusahaan listrik terkemuka se-Asia Tenggara dan


pilihan pelanggan untuk solusi energi

b. Misi

1) Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,


berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan
dan pemegang saham.

2) Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan


kualitas kehidupan masyarakat.

3) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan


ekonomi..

4) Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

c. Moto

Moto dari PLN adalah “Listrik Untuk Kehidupan yang Lebih Baik”

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Dasar

1. Pengertian Penyeimbangan Beban

Penyeimbangan beban merupakan suatu upaya untuk


mengefesiensikan gardu distribusi sehingga arus yang mengalir
bisa diserap oleh pelanggan. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga
listrik tersebut, terjadi pembagian beban yang tidak merata antara
setiap fasa-nya. Hal ini terutama disebabkan karna pola
penyambungan SR (Sambungan Rumah) pelanggan 1 fasa, pada
proses sambung baru tidak memperlihatkan kondisi beban phasa
pada gardu distribusi tersebut. Hal ini apabila tidak ditangani akan
menyebabkan pembebanan yang tidak seimbang pada
transformator sehingga berdampak pada gangguan penyediaan
tenaga listrik. Ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa (fasa
R, fasa S, fasa T) ini akan mempengaruhi banyak hal, seperti: kinerja
trafo, arus mengalir pada kawat netral, drop tegangan.

2. Gardu Distribusi

Gardu distribusi adalah bangunan gardu transformator yang


memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pemanfaat baik
dengan Tegangan Menengah maupun Tegangan Rendah. Fungsi
gardu distribusi menurunkan tegangan pelayanan yang lebih tinggi
menjadi tegangan pelayanan yang lebih rendah. Penyaluran daya
dengan menggunakan gardu distribusi menggunakan sistem tiga
fasa untuk jaringan tengan menengah (JTM) dan jaringan tegangan
rendah (JTR) dengan transformator tiga fasa dengan kapasitas
yang cukup besar. Jaringan tegangan rendah ditarik dari sisi
sekunder transformator untuk kemudian disalurkan kepada
konsumen. Sistem tiga fasa tersedia untuk seluruh daerah
pelayanan distribusi, walaupun sebagian besar konsumen
mendapat pelayanan distribusi tenaga listrik satu fasa. Jaringan
tegangan menengah berpola radial dengan kawat udara sistem tiga
fasa tiga kawat. Sementara jaringan tegangan rendah berpola radial
dengan sistem tiga fasa empat kawat dengan netral.

Konstruksi gardu distribusi dirancang berdasarkan


optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan penggunaannya
yang kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan pemda
setempat. Pembangunan gardu distribusi terdiri dari :

a) Gardu pasangan luar dimana semua instalasi listriknya tahan air


(gardu portal atau gardu cantol)

b) Gardu pasangan dalam dimana instalasinya tidak kedap air


(gardu beton atau gardu kios)

3. Ketidakseimbangan Beban

Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi


tenaga listrik selalu terjadi dan penyebab ketidakseimbangan
tersebut adalah pada beban-beban satu phasa pada pelanggan
jaringan tegangan rendah. Pola penyambungan SR (Sambungan
Rumah) pada proses sambung baru tidak memperhatikan kondisi
beban phasa pada gardu distribusi tersebut sehingga menyebabkan
beban antara phasa tidak merata. Akibat ketidakseimbangan beban
tersebut menimbulkan adanya aliran arus di netral trafo. Semakin
tidak seimbang beban antara ketiga phasa maka aliran arus di
netral trafo akan semakin besar sehingga susut energi yang terjadi
akan semakin besar.

Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi


(primer) dirumuskan seperti perumusan daya semu (S), sehingga
untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat menggunakan
rumus :

S
IFL =
√3.V

Dimana :

IFL = arus beban penuh (A)

S = daya transformator (kVA)

V = Tegangan sisi sekunder trafo (kV)

Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah:

a) Ketiga vektor arus/tegangan sama besar.

b) Ketiga vektor saling membentuk sudut 1200satu sama lain,


seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
Kemungkinan keadaan tidak seimbangan yaitu :

a) Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 1200 satu
sama lain.
b) Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut sudut
1200 satu sama lain.
c) Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 1200
satu sama lain

Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Dari gambar diatas menunjukkan vektor diagram arus dalam


keadaan tidak seimbang. Disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga
vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah tidak sama dengan nol sehingga
muncul suatu besaran yaitu arus netral (IN) yang besarnya
bergantung pada seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.

4. Arus Netral

Pada sistem distribusi tiga phasa empat kawat, beban


dikatakan seimbang jika pada masing-masing phasa mengalir arus
yang sama besarnya. Namun pada kenyataannya selalu ada
ketidakseimbangan sehingga arusnya pun tidak seimbang.
Pemakaian atau pengoperasian beban tidak selalu pada waktu yang
bersamaan pada sistem distribusi tiga phasa empat kawat maka
seringkali terjadi ketidakseimbangan pada phasaphasanya.
Akibatnya timbul arus balik yang mengalir pada konduktor netral ke
sumber yang kita kenal dengan arus netral berikut persamaannya :

Vektor : IR + IS + IT = IN …………… IR = IS = IT ; IN = 0

5. Menentukan Persentase Ketidakseimbangan Beban

Pada sisi sekunder transformator terdiri dari tiga phasa yaitu


R, S, T dan satu N (netral). Apabila terdapat selisih yang cukup
besar antar beban phasa R, S, T maka akan mengakibatkan
munculnya arus pada penghantar netral (arus netral), semakin
besar ketidakseimbangan beban maka akan mengakibatkan
semakin besar pula arus netral tersebut. Adapun batas
ketidakseimbangan (dalam %) yang ditetapkan di PLN Area Bintaro
adalah sebesar 10%, sehingga apabila ditemukan
ketidakseimbangan yang melebihi nilai tersebut maka akan diambil
tindakan penyeimbangan. Persentase ketidakseimbangan beban
dapat di hitung berdasarkan persamaan berikut:
IR+IS+IT
Irata - rata =
3

Dimana:

IR = a x Irata-rata

IS = b x Irata-rata

IT = c x Irata-rata

Anda mungkin juga menyukai