Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT

LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI DESA


NYOMPLONG, BOGOR

Fandi S.M. Tambunan1, Rudy Setiabudy2

1. Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
2. Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: fandistambunan@gmail.com

ABSTRAK

Saat ini energi listrik merupakan kebutuhan pokok manusia termasuk di Indonesia, karena hampir setiap jenis
aktivitas memerlukan energi yang satu ini. Di Indonesai pemasok energi listrik adalah PLN, setiap industri, rumah
dan fasilitas umum menggunakan listrik dari PLN. Akan tetapi belum semua wilayah di Indonesia ini mendapatkan
energi listrik. PLN tidak mengalirkan listrik ke wilayah tersebut dengan alasan akses yang sulit dijangkau dan jumlah
pengguna yang termasuk skala sangat kecil. Untuk itu dibutuhkan sumber energi yang mudah diperoleh yang dapat
menghasilkan energi listrik yang cukup untuk satu desa. Pada penelitian ini akan dibahas Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) sangat tepat digunakan di Desa Nyomplong, Bogor. PLTMH merupakan pembangkit listrik
yang memanfaatkan aliran air dalam skala kecil untuk membangkitkan listrik. Namun sebelum membangun PLTMH
adalah sangat baik untuk melakukan analisis terhadap kelayakan baik secara teknis maupun ekonomis. Pada
penelitian ini akan dibahas analisis kelayakan pembangunan PLTMH secara ekonomi enjinering. Adapun analisis
yang dilakukan adalah Net Present Value (NPV),Internal Rate of return (IRR), Lama Pengembalian (PBP) dan
Analisis Sensitifitas. Dari perhitungan diperoleh NPV=421.161.254,70; IRR = ; PBP = 2 tahun 4 bulan.
Kata kunci : listrik, PLN, PLTMH, ekonomi enjinering, NPV, IRR, PBP dan Analisis Sensitifitas

FEASIBILITY ANALYSIS OF THE DEVELOPEMENT OF MICRO


HYDRO POWER (PLTMH)IN NYOMPLONG, BOGOR

ABSTRACT

Currently electricity is a basic human needs , including in Indonesia , because almost every type of activity requires
this energy . PLN is a supplier of electric energy in Indonesia. Every industry , homes and public facilities use
electricity . However, not all regions in Indonesia is getting electrical energy . PLN does not supply power to the
region for reasons of access hard to reach and the number of users that include a very small scale . That requires an
energy source that is readily available that can generate enough electricity to one village . This research will be
discussed Micro Hydro Power (PLTMH ) is ideal to use in Nyomplong village , Bogor . PLTMH is a power plant
that utilizes small scale water flow to generate electricity . But before create PLTMH is very good to do an analysis
of the feasibility , both technically and economically . In this study the feasibility analysis will be discussed in
economic engineering . The analysis conducted are Net Present Value ( NPV ) , Internal Rate f Return (IRR) , Old
Returns (PBP) and Sensitivity Analysis .From the analysis, NPV=421.161.254,70; IRR = ; PBP = 2 years 4
months.
Keywords : electricity , PLN , PLTMH , engineering economics , NPV , IRR, PBP and Sensitivity Analysis

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


1. PENDAHULUAN

Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat berperan penting bagi
manusia di bumi, di negara Indonesia pemasok energi listrik terbesar yaitu PLN, energi
yang dihasilkan PLN digunakan untuk kepentingan umum diantaranya untuk perumahan-
perumahan, industri, penerangan jalan ataupun fasilitas umum dan lain lain.

Akan tetapi peran PLN belum dapat dinikmati oleh sebagian masyarakat terutama
pada daerah yang terpencil. Hal ini disebabkan bebrapa hal yaitu faktor kondisi jalan yang
sulit dijangkau oleh peralatan berat dan kondisi perumahan penduduk tersebut tidak
membentuk sebuah desa dengan kata lain rumah satu dengan rumah lain memiliki jarak
yang cukup jauh.

Pembahasan sumber daya energi sangatlah penting karena dapat menggambarkan


potensi dan prospek pemanfaatannya di masa depan. Penggunaan energi dapat
membawa dampak yang negatif bagi lingkungan. Penggunaan energi dapat
menimbulkan polusi karena adanya limbah padat, limbah cair, dan gas buang.
Seiring dengan meningkatnya penggunaan energi, saat ini aspek lingkungan
dalam pembangunan mendapat perhatian yang serius. Pemerintah telah
mengeluarkan Undang-Undang (UU) No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang ditujukan untuk mengurangi dampak negatif kegiatan
pembangunan terhadap lingkungan. Melengkapi UU tersebut diterbitkan UU No. 27
Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dalam
perkembangan selanjutnya masalah ini selalu dikaitkan dengan konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).

Salah satu opsi dalam pengembangan sektor energi adalah pemanfaatan


Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH) untuk daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN.
Pembangunan PLTM dan PLTMH tidak memerlukan relokasi tempat tinggal
masyarakat setempat akibat pembuatan bendungan atau waduk. Lebih jauh,

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


pemanfaatan PLTM dan PLTMH diharapkan dapat menyediakan tenaga listrik yang
murah dan ramah lingkungan serta dapat berdampak pada kesadaran masyarakat untuk
melestarikan hutan sebagai penjaga kelestarian sumber daya air.

Di Indonesia potensi tenaga air untuk pengembangan PLTMH cukup besar yaitu
458,75 MW. Potensi energi air yang ada di Indonesia belum termanfaatkan secara
maksimal karena belum tergalinya potensi teknologi PLTMH, padahal teknologi ini
sangat cocok digunakan untuk daerah pedesaan yang berpotensi. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian PLTMH yang tepat untuk kondisi lingkungan dan sosial di
Indonesia untuk mendapatkan desain PLTMH yang sederhana dan handal.

Oleh sebab itu, melihat potensi energi yang ada, kebutuhan akan energi listrik di
daerah-daerah terpencil di Indonesia bisa terpenuhi dengan membangun Pembangkit
Listrik Tenaga Mini Hidro ataupun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro.

1. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro


2.1 Pengertian Mikro Hidro
Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang
menggunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources)
penghasil listrik memiliki kapasitas aliran dan ketiggian tertentu dari instalasi. Semakin besar
kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi maka semakin besar potensi energi yang bisa
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

Berdasarkan output yang dihasilkan, pembangkit listrik tenaga air dibedakan atas:

Tabel 2-1 Jenis-Jenis Pembangkit Tenaga Air Berdasarkan Kapasitasnya

Jenis mikro hidro Kapasitas

Large-hydro lebih dari 100 MW

Medium-hydro antara 15 – 100 MW

Small-hydro antara 1 – 15 MW

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


Mini-hydro antara 100 kW - 1 MW

Micro-hydro antara 5kW sampai 100 kW

Pico-hydro Kurang dari 5 kW

Secara teknis, PLTMH memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin
dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari ketinggian tertentu
menuju rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah instalasi, air tersebut akan menumbuk turbin
yang akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa
berputarnya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke generator
dengan mengunakan kopling. Dari generator akan dihasilkan energi listrik yang akan masuk ke
sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban).

Terdapat sebuah peningkatan kebutuhan suplai daya ke daerah-daerah pedesaan di


sejumlah negara, sebagian untuk mendukung industri-industri, dan sebagian untuk menyediakan
penerangan di malam hari. Kemampuan pemerintah yang terhalang oleh biaya yang tinggi dari
perluasan jaringan listrik, sering membuat PLTMH memberikan sebuah alternatif ekonomi ke
dalam jaringan. Hal ini dikarenakan skema PLTMH yang mandiri menghemat biaya dari jaringan
transmisi, dan skema perluasan jaringan sering memerlukan biaya peralatan dan pegawai yang
mahal. Skema PLTMH dapat didesain dan dibangun oleh pegawai lokal dan organisasi yang
lebih kecil dengan mengikuti peraturan yang lebih longgar dan menggunakan teknologi lokal
seperti untuk pekerjaan irigasi tradisional atau mesin-mesin buatan lokal.

Daya bersih yang mampu dihasilkan oleh PLTMH adalah tinggi jatuh air (Hnet) yang
dikalikan dengan debit air (Q) dan juga dikalikan dengan sebuah faktor grafitasi (g), dimana g =
9,81 m/s2, sehingga persamaan dasar dari pembangkit listrik adalah :

Pnet = g ×Hnett × Q × ŋ o kW (2.1)

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


dengan head dalam meter, dan debit air dalam meter kubik per detik dan nilai Eo merupakan
fungsi dari pipa pesat atau penstock, turbin, generator dan dapat dinyatakan secara matematis
sebagai perkalian dari ŋ (generator) × ŋ (penstock) × ŋ (turbin).Nilai tipikal dari parameter
tersebut (Saadat, Hadi. Power System Analysis)[1] diberikan pada tablel berikut:

Tabel 2-2 Nilai Efisiensi Komponen PLTMH

Efisiensi (ŋ) Batasan nilai efisiensi Keterangan

Pipa Pesat (penstock) 0.90 ~ 0.95 tergantung pada panjangnya

Turbin 0.70 ~ 0.85 tergantung pada tipe turbin

Generator 0.80 ~ 0.95 tergantung pada tipe dan


kapasistas generator

2.2 Konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

PLTMH mempunyai beberapa bagian penting yang mendukung kemampuan kerjanya.


Subsistem PLTMH adalah sebagai berikut :

2.2.1Rumah Pembangkit (Power House)

Bagian ini berfungsi sebagai rumah tempat semua peralatan mekanik dan elektrik PLTMH.
Peralatan mekanik seperti Turbin dan Generator berada dalam Rumah Pembangkit, dan juga
kontroler.

Gambar 2-1. Rumah Pembangkit

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


2.2.2Turbin

Dalam pembangkit listrik tenaga air (PLTA) turbin air merupakan peralatan utama selain
generator. Turbin air adalah alat untuk mengubah energi potensial air menjadi menjadi energi
mekanik. Energi mekanik ini kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator.Turbin air
dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk pembangkit tenaga listrik.
Berdasarkan prinsip kerja turbin dalam mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik,
turbin air dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin impuls dan turbin reaksi.

2.2.3Panel atau Peralatan Pengontrol Listrik

Peralatan ini biasanya berbentuk kotak yang ditempel di dinding. Berisi peralatan elektronik
untuk mengatur listrik yang dihasilkan Generator. Panel termasuk kedalam komponen elektrik.

Gambar 2-2. Panel Controll

2.2.4Jaringan Kabel Listrik

Bagian ini berfungsi menyalurkan listrik dari rumah pembangkit ke pemakai. Dalam sistem
tenaga listrik, kabel ini adalah saluran transmisi dan saluran distribisi.

2.2.5Saluran Pemasukan

Saluran pemasukan adalah saluran yang berfungsi untuk membawa air ke bagian bak penenang.

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


2.2.6Bak Penenang

Bak penenang merupakan tempat penampungan air yang hendak disalurkan ke turbin melalui
pipa pesat. Air ini diperoleh dari saluran pemasukan.

2.2.7Pipa Pesat (Penstock)

Pipa ini berguna untuk membawa air ke mesin Turbin. Di samping itu, pipa pesat juga
mempertahankan tekanan air jatuh sehingga energi di dalam gerakan air tidak terbuang. Air di
dalam pipa pesat tidak boleh bocor karena mengakibatkan hilangnya tekanan air.

Gambar 2-3. Komponen PLTMH

3. EKONOMI PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

3.1 Net Present Value ( NPV)

NPV merupakan seluruh aliran kas bersih, dimana total dari pemasukan di kurang dengan
total pengeluaran pada investasai awal. Pengambilan keputusan untuk menentukan layak untuk
dilaksanakan adalah besar dari NPV lebih besar dari 0.

Untuk menghitung nilai net present value, digunakan rumus sebagai berikut (Sofyan, Iban.
Studi Kelayakan Bisnis) [4] :

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


∑ (3.1)

Dengan r = suku bunga (discount rate)


n = tahun
N = umur PLTMH
Investmen cost = besarnya biaya awal proyek
CIF = Cash In Flow/ Aliran dana masuk

Aliran dana masuk pertahun / Cash In Flow dapat dihitung dari KWh output
pembangkit dan selisih biaya pokok penyediaan pembangkit dengan biaya
pembangkitan serta dengan harga jual kepada masyarakat.
Besarnya Cash In Flow (CIF) dapat dihitung berdasarkan besarnya daya output ,
selisih antara harga modal dan harga jual untuk setiap tahunnya.

Cara pengambilan keputusan setelah dilakukannya perhitungan NPV adalah:


 NPV < 0 nilai akhir proyek adalah negatif, sehingga proyek tidak layak
dijalankan;
 NPV = 0 nilai akhir proyek adalah nol, tidak menyebabkan pemilik proyek
mengalami keuntungan secara ekonomis. Sehingga proyek tidak layak
dijalankan;
 NPV > 0 nilai akhir poyek positif, proyek layak dijalankan. Semakin besar
nilai NPV maka proyek semakin layak

3.2 Internel Rate of Return (IRR)

IRR merupakan metode yang digunakan untuk mencari tingkat suku bunga yang menyamakan
nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang atau penerimaan kas,
dengan mengeluarkan investasi awal.

Menurut (Pudjosumarto, Evaluasi Proyek )[6] untuk menghitung besarnya IRR dapat digunakan
persamaan berikut:

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


(3.2)

Dimana :

I+ = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV Positif

i- = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV Negatif

penilaian :

IRR > tingkat suku bunga yang terjadi, maka proyek diterima

IRR < tingkat suku bunga yang terjadi, maka proyek ditolak

3.3 Payback Periode (PBP)

Penilaian proyek investasi menggunakan metode ini didasarkan pada lamanya


investasi tersebut dapat tertutup dengan aliran-aliran kas masuk, dengan catatan faktor bunga
tidak dimasukan dalam perhitungan ini (Sofyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis)[4].

(3.3)

Dengan Investment Cost : Besarnya investasi awal proyek

Cash In Flow : Aliran dana masuk

Cara pengambilan keputusan setelah melakukan perhitungan PBP:

 PBP < usia proyek ; proyek dapat dijalankan


 PBP>usia proyek ; proyek tidak dapat dijalankan

Sebagai misal : Sebuah Proyek A bernilai Rp. 20.000.000,-. Dan misalnya cash inflow tiap
tahunnya adalah sama, yaitu sebesar Rp. 6.000.000,-. Lama proyek adalah 10 tahun. Maka
periode pengembalian investasi ini adalah : Rp. 20.000.000,-/Rp. 6.000.000,- = 3,333 tahun.

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


Ini berarti proyek investasi sistem informasi manajemen tersebut akan tertutup dalam waktu 3
tahun 4 bulan. Ini berarti PBP lebih kecil dibandingkan usia proyek, sehingga dapat diambil
keputusan bahwa Proyek A dapat dijalankan

3.4 Analisis Sensitifitas


Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh
yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. TujuanAnalisis Sensitivitas:

1. Menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau
bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.

2. Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada
proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang
akan datang

3. Analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan
kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam
perhitungan biaya atau manfaat.

Analisis sentivitas dilihat terhadap kelayakan bisnis terhadap perbedaan dari perkiraan hasil
bisnis dengan hasil yang betul-betul dihasilkan di lokasi bisnis.

4. SPESIFIKASI PLTMH
4.1 Debit Air
Berikut merupakan data debit air yang diperoleh setiap bulannya:
Tabel 4-1 Debit Air Setiap Bulan [5]

Bulan Debit air (liter per detik L/s )

Januari 299,38
Februari 323,33
Maret 192,4

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


April 201,18
Mei 303,37
Juni 183,62
Juli 113,36
Agustus 35,93
September 262,66
Oktober 543,68
Nopember 483,8

Desember 284,21
Total 3226,92
Debit rata-rata 268,91

4.2 Peralatan PLTMH

Gambar 4-1. Skema Rencana PLTMH

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


a. Saluran dan Bendung

Penentuan ukuran bendung adalah dengan mengikuti bentuk sungai yang sudah
ada dan diusahakan agar tidak meluap ketika pasokan air berlimpah. Pada
bendungan ini ditetapkan tinggi bendungan sebesar 1,2 m dengan panjang diantara
6-8 m.

b. Pipa Penstock

Bentuk bulat dengan diameter antara 8-10 inchi. Dengan efisiensi 0,9-0,95

c. Turbin Dan Generator


Jenis Turbin : Crossflow
Efisiensi turbin : 0,70 – 0,85
Efisiensi Generator : 0,80 – 0,95
Daya : 13 kW

Gambar 4-2. Turbin dan Generator[5]

d. Rumah Pembangkit

Rumah pembangkit didesain sendiri oleh Tim Desbin.

Panjang = 6 m

Lebar = 6 m

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


Gambar 2-1. Rumah Pembangkit[5]

5. ANALISIS BIAYA

5.1 Biaya investasi


Besarnya biaya investasi awal yang dibutuhkan untuk membangun sebuah PLTMH adalah
sebagai berikut (Desa Binaan Energi FTUI):

Tabel 5-1 Rincian Biaya Investasi[5]

Jenis Pengeluaran Biaya (Rupiah)

Pekerjaan Bendung 636.215

Pekerjaan Saluran 1.423.600

Pekerjaan Settling basin 2.192.294

Pekerjaan Pipa, Pondasi, Bekisting 26.918.700

Pekerjaan pondasi rumah turbin 1.667.399

Pekerjaan beton rumah turbin 1.381.575

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


Pekerjaan rangka atap 794.537

Pekerjaan arsitektur 10.182.550

Peralatan 2.704.000

Turbin dan Generator 100.000.000

Total 147.900.870

≈ 150.000.000

5.2 Perhitungan Ekonomi Enjiniring


5.2.1 CIF
CIF = (Harga Jual – harga modal) x daya output x total jam operasional
a. Harga modal

Harga modal = (biaya investasi)/(daya x total jam operasional)


=(Rp150.000.000)/(13 kWx 131.400)
= Rp. 87,81 / kWh

b. Harga jual
Sesuai standar yang ditetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 4 tahun 2012[7], harga jual listrik dari PLTMH adalah maksimal Rp. 656 /
kWh.

Maka CIF = (Rp. 656 – Rp. 87,81 ) x 13 kW x 8760


= Rp. 64.705.280,- / tahun

5.2.2 NPV

∑ (5.1)

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


Tabel 5-2 Perhitungan NPV

Modal Investasi = Rp150.000.000,00


Tahun
CIF NPV
0 0,00 -150.000.000,00
1 64.705.280,00 -89.809.041,86
2 64.705.280,00 -33.817.452,89
3 64.705.280,00 18.267.746,15
4 64.705.280,00 66.719.094,09
5 64.705.280,00 111.790.115,43
6 64.705.280,00 153.716.646,91
7 64.705.280,00 192.718.071,55
8 64.705.280,00 228.998.466,56
9 64.705.280,00 262.747.671,21
10 64.705.280,00 294.142.280,20
11 64.705.280,00 323.346.567,63
12 64.705.280,00 350.513.346,63
13 64.705.280,00 375.784.768,96
14 64.705.280,00 399.293.068,80
15 64.705.280,00 421.161.254,70

5.2.3 IRR
(5.2)

Dalam perhitungan ini akan digunakan i+ sebesar 7,5% dan i- sebesar 50% dengan NPV+
sebesar 64.705.280 dan NPV- sebesar -20.884.969,49.

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


Dari perrhitungan diatas dan terlihat bahwa IRR > tingkat suku bunga (7,5 %) yang terjadi,
maka proyek PLTMH layak dijalankan.

5.2.4 PBP

(5.3)

= 150.000.000,00/64.705.280,13
= 2,32 tahun  2 tahun 4 bulan

Dari perhitungan Payback Periode, diperoleh lamanya biaya investasi tertutupi adalah 2
tahun 4 bulan. Sedangkan usia proyek PLTMH adalah 15 tahun. Maka dengan
menerapkan cara pengambilan keputusan berdasarkan perhitungan PBP, yaitu PBP< usia
proyek; maka proyek PLTMH Nyomplong layak dijalankan.

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


5.2.5 Analisis Sensitifitas
5.2.5.1 Perubahan Suku Bunga

Tabel 5-2 Perhitungan NPV

Modal Investasi = Rp. 150.000.000,00

CIF = Rp. 64.705.280,00

Tahun NPV 7,5% NPV 15% NPV 22,5% NPV 30% NPV 37,5% NPV 45% NPV 52,5%

0 -150.000.000,00 -150.000.000,00 -150.000.000,00 -150.000.000,00 -150.000.000,00 -150.000.000,00 -150.000.000,00

1 -89.809.041,86 -93.734.539,13 -97.179.363,27 -100.226.707,69 -102.941.614,55 -105.375.668,97 -107.570.308,20

2 -33.817.452,89 -44.808.051,42 -54.060.476,13 -61.939.559,76 -68.717.334,21 -74.600.268,25 -79.747.559,47

3 18.267.746,15 -2.263.279,49 -18.861.384,60 -32.487.907,51 -43.826.948,52 -53.375.853,97 -61.503.134,08

4 66.719.094,09 34.732.174,35 9.872.567,67 -9.832.790,39 -25.724.849,83 -38.738.326,87 -49.539.576,45

5 111.790.115,43 66.902.134,22 33.328.855,24 7.594.222,78 -12.559.687,15 -28.643.480,60 -41.694.620,62

6 153.716.646,91 94.876.012,37 52.476.845,10 20.999.617,52 -2.985.023,38 -21.681.517,66 -36.550.387,29

7 192.718.071,55 119.201.123,80 68.107.857,22 31.311.459,63 3.978.368,45 -16.880.163,90 -33.177.119,54

8 228.998.466,56 140.353.394,61 80.867.867,12 39.243.645,87 9.042.653,42 -13.568.885,45 -30.965.140,68

9 262.747.671,21 158.746.673,57 91.284.201,73 45.345.327,59 12.725.769,76 -11.285.245,14 -29.514.662,74

10 294.142.280,20 174.740.829,19 99.787.332,02 50.038.928,92 15.404.399,82 -9.710.320,78 -28.563.529,67

11 323.346.567,63 188.648.790,60 106.728.662,88 53.649.391,47 17.352.494,42 -8.624.166,06 -27.939.835,85

12 350.513.346,63 200.742.670,09 112.395.055,41 56.426.670,36 18.769.290,49 -7.875.093,83 -27.530.856,29

13 375.784.768,96 211.259.087,03 117.020.681,97 58.563.038,74 19.799.687,63 -7.358.492,30 -27.262.672,98

14 399.293.068,80 220.403.797,42 120.796.703,65 60.206.399,03 20.549.067,36 -7.002.215,38 -27.086.815,07

15 421.161.254,70 228.355.719,50 123.879.170,32 61.470.522,33 21.094.070,81 -6.756.507,16 -26.971.498,41

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


Tabel diatas menunjukkan perubahan yang terjadi terhadap nilai NPV yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga. NPV akan
bernilai nol adalah ketika suku bunga berada di 42,9 %. Hal ini menyatakan bahwa proyek hanya akan layak dijalankan ketika suku
bunga lebih kecil dari 42,9%.

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


5.2.5.2 Perubahan Umur PLTMH

Tabel 5-3 Perhitungan NPV

Tahun Modal Investasi CIF NPV


0 150.000.000,00 -150.000.000,00 -150.000.000,00
1 64.705.280,00 -89.809.041,86
2 64.705.280,00 -33.817.452,89
3 64.705.280,00 18.267.746,15
4 64.705.280,00 66.719.094,09
5 64.705.280,00 111.790.115,43
6 64.705.280,00 153.716.646,91
7 64.705.280,00 192.718.071,55
8 64.705.280,00 228.998.466,56
9 64.705.280,00 262.747.671,21
10 64.705.280,00 294.142.280,20
11 64.705.280,00 323.346.567,63
12 64.705.280,00 350.513.346,63
13 64.705.280,00 375.784.768,96
14 64.705.280,00 399.293.068,80
15 64.705.280,00 421.161.254,70

Proyek PLTMH ini direncakan akan beroperasi selama 15 tahun. Dari tabel diatas dapat
dilihat besarnya NPV setiap tahunnya. Apabila NPV bernilai negatif artinya biaya investasi
belum kembali. Dari tabel dilihat bahwa NPV sampai pada tahun ke 2 masih negatif. Mulai dari
tahun ke 3 sampai tahun ke 15 nilai NPV bernilai positif. Hal ini menyatakan bahwa biaya
investasi sudah kembali.
Jadi agar PLTMH di Desa Nyomplong Bogor ini dapat dijalankan, maka sistem PLTMH
ini harus dapat beroperasi minimal 3 tahun. Namun parameter ini dinilai kurang sensitif
dikarenakan umur PLTMH rata-rata adalah 10-25 tahun. Sehingga setiap PLTMH hampir pasti
beroperasi diatas 3 tahun.

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


5.2.5.3 Perubahan Daya Output

Berikut merupakan tabel NPV dengan daya output sebesar 3 kW; 5,5 kW; 8 kW; 10,5 kW; dan 13 kW.
Tabel 5-4 Perhitungan NPV dengan variasi daya output

Modal Investasi = Rp. 150.000.000,00

NPV 3 kW NPV 5,5 kW NPV 8 kW NPV 10,5 kW NPV 13 kW

Tahun CIF = CIF = CIF = CIF = CIF =

-18.193.556 91.645.146,2 201.483.849,0 311.322.551,8 421.161.254,7

0 -150.000.000,00 -150.000.000,00 -150.000.000,00 -150.000.000,00 -150.000.000,00

1 -136.109.778,89 -124.534.594,63 -112.959.410,38 -101.384.226,12 -89.809.041,86

2 -123.188.642,98 -100.845.845,45 -78.503.047,93 -56.160.250,41 -33.817.452,89

3 -111.168.981,66 -78.809.799,71 -46.450.617,76 -14.091.435,81 18.267.746,15

4 -99.987.901,36 -58.311.152,50 -16.634.403,64 25.042.345,23 66.719.094,09

5 -89.586.896,44 -39.242.643,47 11.101.609,50 61.445.862,46 111.790.115,43

6 -79.911.543,02 -21.504.495,54 36.902.551,95 95.309.599,43 153.716.646,91

7 -70.911.214,26 -5.003.892,81 60.903.428,64 126.810.750,10 192.718.071,55

8 -62.538.815,41 10.345.505,08 83.229.825,57 156.114.146,06 228.998.466,56

9 -54.750.537,41 24.624.014,74 103.998.566,90 183.373.119,06 262.747.671,21

10 -47.505.627,65 37.906.349,32 123.318.326,28 208.730.303,24 294.142.280,20

11 -40.766.176,70 50.262.009,38 141.290.195,46 232.318.381,55 323.346.567,63

12 -34.496.920,01 61.755.646,65 158.008.213,31 254.260.779,97 350.513.346,63

13 -28.665.053,32 72.447.402,25 173.559.857,82 274.672.313,39 375.784.768,96

14 -23.240.061,05 82.393.221,41 188.026.503,88 293.659.786,34 399.293.068,80

15 -18.193.556,61 91.645.146,22 201.483.849,04 311.322.551,87 421.161.254,70

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014


Dari tabel diatas dapat dilihat pengaruh perubahan daya yang dihasilkan oleh PLTMH terhadap
NPV. NPV bernilai positif ketika daya output 13 kW sampai pada nilai 5,5 kW. Namun ketika
daya output 3 kW maka NPV bernilai negatif. Sementara ketika nilai NPV lebih kecil nol, maka
proyek tidak layak untuk dijalankan. Dari grafik diatas NPV akan bernilai ≈ 0 ketika daya output
sebesar 3,41 kW. Nilai ini menyatakan bahwa daya output minimal PLTMH adalah 3,41 kW.
Perubahan daya output ini cukup sensitif, karena pada kenyataannya daya yang dihasilkan
tidaklah konstan. Daya yang tidak konstan ini disebabkan oleh debit air. Ketika musim hujan
debit air akan semakin besar sehingga daya yang dihasilkan juga akan semakin besar.

6.KESIMPULAN

Dari analisis yang digunakan berdasarkan NPV pada tahun ke 15 dengan suku bunga 7,5%
adalah Rp. 533.640.513,58; ROI sebesar 4,33; Payback Periode 2 tahun 9 bulan, maka
proyek PLTMH di Desa Nyomplong Bogor layak dijalankan.

6. REFERENSI

[1]Saadat, Hadi. Power System Analysis, Third Edition. PSA Publishing, 2010
[2]http://artikel-teknologi.com/macam-macam-turbin/ diakses Februari 2014
[3]http://www.slideshare.net/xtmxady/jenis-jenis-turbin-turbin-pelton-turbin-francis-dan-turbin-
kaplan, diakses Maret 2014
[4]Sofyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Pertama. Graha Ilmu Yogyakarta, 2003.
[5]Desa Binaan Energi FTUI
[6]Pudjosumarto, Mulyadi. 1988. Evaluasi Proyek. Yogyakarta: Liberty.
[7] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia,
Nomor 4 tahun 2012

Analisis kelayakan..., Fandi S M Tambunan, FT UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai