Anda di halaman 1dari 144

Prih Sumardjati, dkk

TEKNIK
PEMANFAATAN
TENAGA LISTRIK
JILID 3

SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional

i
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang

TEKNIK
PEMANFAATAN
TENAGA LISTRIK
JILID 3
Untuk SMK

Penulis utama : Prih Sumardjati


Sofian Yahya Ali
Mashar

Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm

SUM SUMARDJATI, Prih


T Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 3 untuk SMK /oleh Prih
Sumardjati, Sofian Yahya, Ali Mashar ---- Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
viii. 130 hlm
Daftar Pustaka : 475-479
ISBN : 978-979-060-093-5
ISBN : 978-979-060-096-6

Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional
Tahun 2008

Diperbanyak oleh:
PT. MACANAN JAYA CEMERLANG Jalan
Ki Hajar Dewantoro Klaten Utara, Klaten
57438, PO Box 181
Telp. (0272) 322440, Fax. (0272) 322603
E-mail:macanan@ygy.centrin.net.id
ii
KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional,
telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku
pelajaran kejuruan sangat sulit didapatkan di pasaran.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi
syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang


telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional
untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK. Buku teks
pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional
ini, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh
masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft
copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat khususnya para pendidik
dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di
luar negeri untuk mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta
didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-
baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena
itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, 17 Agustus 2008


Direktur Pembinaan SMK

iii iii
iv
PENGANTAR

Sebagai jawaban terhadap kebutuhan dunia kerja, Pemerintah telah mengembangkan


kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi kurikulum berbasis kompetensi.
Dengan kurikulum ini diharapkan SMK mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang
kompeten untuk menjadi tenaga kerja profesional di dunia kerja sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup sendiri maupun keluarga serta masyarakat dan bangsa
Indonesia pada umumnya.

Kelompok Teknologi Bidang Teknik Listrik, yang merupakan salah satu bagian dari
Kelompok Teknologi yang dikembangkan di lingkungan SMK, telah mengklasifikasikan
lingkup kompetensinya menjadi empat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
yaitu: (1) KTSP Pembangkit Tenaga Listrik, (2) KTSP Transmisi Tenaga Listrik, (3)
KTSP Distribusi Tenaga Listrik, dan (4) KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik.

KTSP Pembangkit Tenaga Listrik meliputi sumber energi dan proses konversinya
sampai menjadi energi listrik, KTSP Transmisi Tenaga Listrik menitikberatkan pada
aspek pengirimanan daya listrik dari pusat pembangkit sampai ke gardu distribusi,
KTSP Distribusi Tenaga Listrik meliputi pendistribusian tenaga listrik dari gardu
distribusi ke pusat-pusat beban, dan KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik mencakup
ranah bagaimana listrik dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan para pemakainya
yang dampaknya dapat dirasakan secara langsung.

Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik ini disusun berdasarkan profil kompetensi
KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik. Oleh karena itu, buku ini akan sangat membantu
para siswa SMK Teknik Listrik dalam mengenal dan memahami teknik pemanfaatan
tenaga listrik di industri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman
yang dimiliki, diharapkan dapat menyokong profesionalitas kerja para lulusan yang
akan memasuki dunia kerja. Bagi para guru SMK, buku ini dapat digunakan sebagai
salah satu referensi sehingga dapat membantu dalam mengembangkan materi
pembelajaran yang aktual dan tepat guna. Buku ini juga bisa digunakan para alumni
SMK untuk memperluas pemahamannya di bidang pemanfaatan tenaga listrik terkait
dengan bidang kerjanya masing-masing.

Buku ini dibagi menjadi enam bab, yaitu: (1) Bahaya Listrik dan Sistem Pengamanannya,
(2) Instalasi Listrik, (3) Peralatan Listrik Rumah Tangga, (4) Sistem Pengendalian, (5)
Mesin-mesin Listrik, dan (6) PLC. Bab-bab yang termuat di dalam buku ini mempunyai
keterkaitan antara satu dan lainnya yang akan membentuk lingkup pemahaman
pemanfaatan tenaga listrik secara komprehensif, yang dapat dianalogikan sebagai

v
sustu sistem industri, dimana tercakup aspek penyaluran tenaga listrik secara spesifik
ke sistem penerangan dan beban-beban lain (Instalasi Listrik), pemanfaatan tenaga
listrik untuk keperluan rumah tangga (Peralatan Listrik Rumah Tangga), penyediaan
dan pemanfaatan tenaga tenaga listrik untuk sistem permesinan industri (Mesin-mesin
Listrik) dan saran pengendalian tenaga listrik yang dibutuhkan dalam proses produksi
(Sistem Pengendalian dan PLC) serta pemahaman terhadap cara kerja yang aman di
bidang kelistrikan (Bahaya Listrik dan Sistem Pengamannya).

Jadi dengan buku ini diharapkan terbentuk pemahaman sistem pemanfaatan tenaga
listrik secara komprehensif dan bisa menjadi sumber belajar bagi siswa SMK Teknik
Listrik dan referensi bagi para guru pengampu KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik.

Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan pada
penulis, buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik
dan saran masukan dari para pengguna buku ini, terutama para siswa dan guru SMK
yang menjadi sasaran utamanya, untuk digunakan dalam perbaikannya pada waktu
mendatang.

Semoga buku ini bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi bagian amal jariah bagi
para penulis dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan buku ini.

Amin

Penulis

vi
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN .............................................................................................. iii


KATA PENGANTAR............................................................................................ v
DAFTAR ISI.......................................................................................................... vii

5. MESIN LISTRIK.......................................................................................... 345


5.1. Transfomator Satu Fasa................................................................. …. 347
5.2. Transfomator Tiga Fasa...................................................................... 358
5.3. Transfomator Khusus.......................................................... ……………369
5.4. Generator Arus Searah................................................ ………………… 370
5.5. Motor Arus Searah…….................................................................. …. 384
5.6. Motor Induksi Tiga Fasa ..................................................................... 389
5.7. Generator Sinkron…........................................................... …………… 404
5.8. Motor Sinkron …………................................................ ………………… 419
5.9. Motor Satu Fasa ................................................................................. 424
5.10. Generator Set………........................................................... …………… 435
5.11. Memperbaiki Motor Listrik……................................................ …………445

4. PROGAMMABLE LOGIC CONTROLLER.................................................... 455


6.1. Pendahuluan………………… ............................................................. 455
6.2. Konsep Logika.................................................. ……………………………458
6.3. Arsitektur PLC….…………… ............................................................. 462
6.2. Pemrograman PLC........................................... ……………………………466

LAMPIRAN A. DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 475

vii
5. MESIN LISTRIK
Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik
adalah konversi energi elektromekanik,
yaitu konversi dari energi listrik ke energi
mekanik atau sebaliknya dari energi
mekanik ke energi listrik. Alat yang dapat
mengubah (mengkonversi) energi
mekanik ke energi listrik disebut gene-
rator, dan apabila mesin melakukan pro-
ses konversi sebaliknya yaitu dari energi
listrik ke energi mekanik disebut motor. Gambar 5.1 Pembangkit Tenaga
Listrik
Selain generator dan motor, transfor-
mator juga termasuk alat listrik yang
menjadi bahasan pada saat mempelajari
mesin, meskipun energi yang masuk dan
yang keluar dari transformator sama yaitu
energi listrik. Pada transformator energi
listrik yang diberikan pada lilitan akan
mengakibatkan timbulnya medan magnet
pada inti besi dan selanjutnya diubah
kembali menjadi energi listrik.
Gambar 5.2 Mesin CNC
Mesin listrik mulai dikenal tahun 1831
dengan adanya penemuan oleh Michael
Faraday mengenai induksi elektromag-
netik yang menjadi prinsip kerja motor
listrik. Percobaan mengenai konsep mesin
listrik di laboratorium-laboratorium terus
dilakukan sampai tahun 1870 saat
Thomas Alfa Edison memulai pengem-
bangan generator arus searah secara
komersial untuk mendukung distribusi
tenaga listrik yang berguna bagi pene-
rangan listrik di rumah-rumah. Gambar 5.3 Mesin Cuci

Kejadian yang penting dalam sejarah Meskipun konsep mesin listrik yang di-
mesin listrik adalah dengan dipanten- gunakan saat ini tidak berbeda dari se-
kannya motor induksi tiga fasa oleh Nikola belumnya, tetapi perbaikan dan proses
Tesla pada tahun 1888. Konsep Tesla pengembangan tidak berhenti. Pe-
mengenai arus bolak-balik selanjutnya ngembangan bahan ferromagnetic dan
dikembangkan oleh Charles Steinmetz isolasi terus dilakukan untuk meningkat-
pada dekade berikutnya, sehingga pada kan kemampuan daya yang lebih besar
tahun 1890 transformator dapat dibandingkan dengan mesin listrik yang
diwujudkan, sekaligus menjadi pembuka digunakan sekarang ini.
jalan untuk melakukan transmisi daya Mesin listrik memegang peranan yang
listrik jarak jauh. sangat penting dalam industri maupun

345
dalam kehidupan sehari-hari. Pada power
plant digunakan untuk membangkitkan
tenaga listrik, di industri digunakan
sebagai penggerak peralatan mekanik,
seperti mesin pembuat tekstil, pembuat
baja, dan mesin pembuat kertas. Dalam
kehidupan sehari-hari mesin listrik banyak
dimanfaatkan pada peralatan rumah
tangga listrik, kendaraan bermotor,
peralatan kantor, peralatan kesehatan,
dan sebagainya.
Gambar 5.4 Alternator Mobil
Ada tiga katagori utama untuk mesin putar
(rotating machines) atau mesin dinamis
yaitu mesin arus searah, mesin induksi,
dan mesin sinkron. Dari katagori utama ini
dikelompokkan lagi atas generator dan
motor. Transformator termasuk katagori
mesin statis, dan berdasarkan fasanya
dibagi atas transformator satu fasa dan
tiga fasa.

 Penggunaan Transformator Gambar 5.5 Mesin Printer

Transformator merupakan salah satu alat


listrik yang banyak digunakan pada
bidang tenaga listrik dan bidang elektro-
nika. Pada bidang tenaga listrik, trans-
formator digunakan mulai dari pusat
pembangkit tenaga listrik sampai ke
rumah-rumah (Gambar 5.7).

Sebelum di transmisikan tegangan yang


Gambar 5.6 Mesin ATM
dihasilkan oleh pembangkit dinaikkan

Gambar 5.7 Penggunaan Transformator pada Bidang Tenaga Listrik

346
terlebih dahulu dengan menggunakan Transformator dengan ukuran yang le-bih
sebuah transformator daya (Gambar kecil lagi biasanya digunakan pada
5.8) dengan tujuan untuk mengurangi perangkat elektronik seperti radio, te-
kerugian energi yang terjadi saat listrik levisi, dan sebagainya (Gambar 5.10).
di transmisikan.

Gambar 5.10 Transformator pada Peralatan


Elektronik

Gambar 5.8 Transformator Daya 5.1 Transformator


Kemudian sebelum digunakan oleh kon- Satu Fasa
. 5.1.1 Konstruksi dan
sumen tegangan akan diturunkan lagi
secara bertahap dengan menggunakan Prinsip Kerja
transformator distribusi (Gambar 5.9),
Dalam suatu eksperimennya Michael
sesuai dengan peruntukkannya
Faraday dengan menggunakan bahan-
bahan berupa sebuah coil, magnet ba-
seperti kawasan industri, komersial, atau
tang dan galvanometer (Gambar 5.11)
perumahan.
dapat membuktikan bahwa bila kita
mendorong medan magnet batang ke
dalam coil tersebut, dengan kutub
utaranya menghadap coil tersebut, ketika
batang magnet sedang begerak, jarum
galvanometer memperlihatkan pe-
nyimpangan yang menunjukkan bahwa
sebuah arus telah dihasilkan di dalam coil
tersebut.
Bila batang magnet tersebut digerakkan
dengan arah sebaliknya maka arah pe-
nunjukkan pada galvanometer arahnya-
pun berlawanan yang menunjukkan
bahwa arah arus yang terjadi berlawanan
juga.
Gambar 5.9 Transformator Distribusi Jadi yang terjadi dalam percobaan itu
Tipe Tiang adalah apa yang disebut arus imbas
yang dihasilkan oleh tegangan gerak
Transformator yang dimanfaatkan di listrik imbas.
rumah tangga pada umumnya mempu-
nyai ukuran yang lebih kecil, seperti yang
digunakan untuk menyesuaikan
tegangan dari peralatan rumah tangga
listrik dengan suplai daya yang tersedia.

347
ngan gerak listrik e dinyatakan dalam
Volt, yang dalam bentuk persamaannya
adalah :
d
e ………………..(5.1-1)
dt
pers (5.1 - 1) ini dikenal dengan hukum
Induksi Faraday, tanda negatif me-
nunjukkan bahwa arus induksi akan
selalu mengadakan perlawanan ter-
Gambar 5.11 Percobaan Arus Induksi
hadap yang menghasilkan arus in-
duksi tersebut. Bila coil terdiri dari N
Dalam percobaan lainnya Michael
Lilitan, maka tegangan gerak listrik imbas
Faraday mencobakan sebuah cincin yang
yang dihasilkan merupakan jumlah dari
terbuat dari besi lunak, kemudian cincin
tiap lilitan, dalam bentuk persamaan :
besi lunak tersebut dililit dengan kawat
d
tembaga berisolasi (Gambar 5.12). e  N ………………..(5.1– 2)
Bila saklar (S) ditutup, maka akan terjadi dt
rangkaian tertutup pada sisi primer, dan Nd dinamakan tautan fluksi
demikian arus I1 akan mengalir (Flux Linkages) didalam alat tersebut.

Definisi Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik
yang dapat memindahkan dan mengubah
energi Listrik dari satu atau lebih
rangkaian listrik ke rangkaian
Gambar 5.12 Percobaan Induksi listrik yang lain dengan frekuensi yang
sama, melalui suatu gandengan magnet
pada rangkaian sisi primer tersebut, dan berdasarkan prinsip induksi elektro-
sedangkan pada lilitan sekunder tidak ada magnet.
arus yang mengalir. Tetapi bila saklar (S) Secara konstruksinya transformator ter-
ditutup dan dibuka secara bergantian diri atas dua kumparan yaitu primer dan
maka jarum galvanometer akan sekunder. Bila kumparan primer dihu-
memperlihatkan adanya penyimpangan bungkan dengan sumber tegangan bolak-
yang arahnya berubah-ubah kekiri dan balik, maka fluks bolak-balik akan terjadi
kekanan. Perubahan arah penunjukkan pada kumparan sisi primer, kemudian
jarum galvanometer ini disebabkan fluks tersebut akan mengalir pada inti
adanya tegangan induksi pada lilitan transformator, dan selanjutnya fluks ini
sekunder, sehingga I 2 mengalir melalui akan mengimbas pada kumparan yang
ada pada sisi sekunder yang
galvanometer.
mengakibatkan timbulnya fluks magnet di
sisi sekunder, sehingga pada sisi se-
Dari percobaan seperti telah dijelaskan
kunder akan timbul tegangan (Gambar
diatas Michael Faraday dapat menyim-
5.13).
pulkan bahwa tegangan gerak listrik
imbas e didalam sebuah rangkaian
listrik adalah sama dengan perubahan
fluks yang melalui rangkaian-rangkaian
tersebut.

Jika kecepatan perubahan fluks dinya- Gambar 5.13 Fluks Magnet Trans formator
takan didalam weber/detik, maka tega-
348
Berdasarkan cara melilitkan kumparan tegangan arus bolak-balik (abb) sinusoid
pada inti, dikenal dua jenis transformator, V1 , maka akan mengalir arus primer I 0
yaitu tipe inti (core type) dan tipe yang juga mempunyai bentuk gelom-bang
cangkang (shell type). sinusoidal, bila diasumsikan kumparan N1
Pada transformator tipe inti (Gambar merupakan reaktif murni, maka I 0 akan
5.14), kumparan mengelilingi inti, dan tertinggal 90 0 dari V1 . Arus primer ini
pada umumnya inti transformator L atau akan menimbulkan fluks sinusoidal yang
U. Peletakkan kumparan pada inti diatur sefasa,
secara berhimpitan antara kumparan
   maks sin t …………(5.1– 3)
primer dengan sekunder. Dengan
pertimbangan kompleksitas cara isolasi
tegangan pada kumparan, biasanya sisi
kumparan tinggi diletakkan di sebelah
luar.

Sedangkan pada transformator tipe


cangkang (Gambar 5.15) kumparan
dikelilingi oleh inti, dan pada umumnya
intinya berbentuk huruf E dan huruf I, atau
huruf F.

Untuk membentuk sebuah transformator


tipe Inti maupun Cangkang, inti dari
Gambar 5.14 Transformator Tipe Inti
transformator yang berbentuk huruf ter-
sebut disusun secara berlapis-lapis (la-
minasi), jadi bukan berupa besi pejal..

Tujuan utama penyusunan inti secara


berlapis (Gambar 5.16) ini adalah untuk
mengurangi kerugian energi akibat
”Eddy Current” (arus pusar), dengan cara
laminasi seperti ini maka ukuran jerat
induksi yang berakibat terjadinya rugi
energi di dalam inti bisa dikurangi.
Proses penyusunan inti Transformator
biasanya dilakukan setelah proses pem-
buatan lilitan kumparan transformator Gambar 5.15 Tranformator Tipe Cangkang
pada rangka (koker) selesai dilakukan.

5.1.2 Transformator Ideal


Sebuah transformator dikatakan ideal,
apabila dalam perhitungan dianggap tidak
ada kerugian-kerugian yang terjadi pada
transformator tersebut, seperti rugi akibat
resistansi, induktansi, arus magnetisasi,
maupun akibat fluks bocor.
Jika sebuah transformator tanpa beban
(Gambar 5.17), kumparan primernya
dihubungkan dengan dengan sumber

349
Gambar 5.16 Laminasi Inti Transformator

Gambar 5.18 Arus Tanpa Beban

Gambar 5.17 Transformator Tanpa Beban


Bentuk gelombang arus magnetisasi
(Gambar 5.18) yang berbentuk sinusoi-
Fluks yang sinusoidal akan mengkibatkan
dal akan berubah bentuk akibat pengaruh
terbangkitnya tegangan induksi E1 sifat besi (inti) yang tidak linear, sehingga
d bentuk gelombang berubah seperti yang
e1  N1 Volt diperlihatkan pada Gambar 5.19.
dt
d( maks sin t )
e1   N 1  N 1 maks cos t Sebuah Transformator Ideal dalam
dt
keadaan berbeban, seperti dieperlihat-kan
N1 2f maks pada gambar 5.20.
E1   4,44N1f maks (5.1-4)
2 Bila  2  2 .V2 . sin t , dimana V2 nilai
maka pada sisi sekunder, fluks tersebut tegangan efektif dari terminal sekunder
akan mengakibatkan timbulnya tega-ngan V
E2 . kemudian i 2  2. ( 2 ) sin(t  ) , 
Z
d adalah sudut impedansi dari beban.
e 2  N 2 Volt
dt Dalam bentuk phasor :
e 2   N 2  maks cos t Volt V2
E 2  4,44N 2 f maks Volt............. (5.1 – 5) I2   I2 
Z
Arus primer yang mengalir pada trans- V2
formator saat sekunder tanpa beban, dimana I 2  dan Z  Z 
bukan merupakan arus induktif murni, Z2
tetapi terdiri dari dua komponen arus yaitu
arus magnetisasi ( I m ) dan arus rugi V V
 1  2 . 2 sin t , efektifnya V1  2
tembaga ( I C ). Arus magnetisasi ini K K
menghasilkan fluks (Φ). sedangkan untuk arus :
i 1  2 .I 2 .K sin(t  )

350
= 2I1 . sin(t  )

dalam bentuk phasor : I1  I 2 .K


Impedansi dilihat dari sisi sekunder :
V V /K V2
Z in  1  2 
I1 I 2K I 2K 2

Z
Z in  ...............................(5.1 – 6)
K2

5.1.3 Transformator Berbeban


Pada sub bab terdahulu telah dijelas-kan
bagaimana keadaan transformator secara
ideal baik saat tanpa beban maupun Gambar 5.20 Transformator Ideal
berbeban.

Dalam prakteknya apabila sisi kumparan


sekunder transformator diberi beban
(Gambar 5.21) maka besar tegangan
yang di induksikan (E2) tidak akan sama
dengan tegangan pada terminal (V2), hal
ini terjadi karena adanya kerugian pada
kumparan transformator. Gambar 5.21 Transformator Berbeban

Apabila transformator diberi beban Untuk menjaga agar fluks bersama yang
Z L maka arus I 2 akan mengalir pada telah ada bisa dijaga dipertahankan ni-
beban tersebut, arus yang mengalir ini lainya, maka pada sisi kumparan primer
akan mengakibatkan timbulnya gaya arus mengalir arus I '2 yang menentang
gerak magnet (ggm) N 2 I 2 yang mana fluks yang dibangkitkan oleh arus beban
arahnya cenderung melawan arah fluks I '2 , sehingga arus yang mengalir pada sisi
bersama yang telah ada disebabkan arus
kumparan primer menjadi :
magnetisasi Im .
I1  I 0  I 2 dimana I 0  I C  Im ,
apabila I C (rugi besi) diabaikan, maka
nilai I 0 = I m , sehingga I1  I m  I 2 .
Untuk menjaga agar fluks bersama yang
ada pada inti transformator tetap nilainya,
maka :

N 1I m  N 1I 1  N 2 I 2
N1I m  N1 (I m  I 2 )  N 2 I 2
N1I m  N1I m  N1I 2  N 2 I 2 ,maka
N1I 2  N 2 I 2 , nilai I '2 = I 1 bila Im
dianggap kecil, sehingga
Gambar 5.19 Kurva B – H

351
I1 N 2 Untuk memudahkan menganalisis kerja
 …(5.1 – 7) transformator tersebut dapat dibuat rang-
I 2 N1
kaian ekuivalen dan vektor diagramnya,
rangkaian ekuivalen ini dapat dibuat
5.1.3.1 Rangkaian Ekuivalen dengan acuan sisi primer atau acuan sisi
sekunder (Gambar 5.22).

Gambar 5.22 Rangkaian Ekuivalen Transformator

Gambar 5.23 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer

Gambar 5.24 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Primer disederhanakan

Yang dimaksud dengan acuan sisi primer pada transformator tersebut berdasarkan
adalah apabila parameter rangkaian persamaan-persamaan berikut ini.
sekunder dinyatakan dalam harga rang-
kaian primer dan harganya perlu dikali- Impedansi ekuivalen transformator ada-
1 lah :
kan dengan faktor (Gambar 5.23) R X
K2 Z eq1  (R 1  2 )  j( X1  2 )
Untuk memudahkan dalam menganalisis, K2 K2
rangkaian ekuivalen pada gambar 5.23  R eq1  jX eq1 ………..….(5.1 – 8)
dapat disederhanakan lagi, seperti
diperlihatkan pada gambar 5.24. dimana
R2
Berdasarkan rangkaian diatas kita dapat R eq1  R 1  …….……......(5.1 – 9)
menentukan nilai parameter yang ada K2

352
X2 I 2' N 2 I '
X eq1  X1  …………..….(5.1 -10) sedangkan   K atau I 2  2
K2 I2 N1 K
V1  E1  I 1 .R 1  I 1 .X1 ……...(5.1 -11) sehingga
V2  E 2  I 2 .R 2  I 2 .X 2 …….(5.1 –12) 1 I2
'
I ' I '
E2 N2 E E1  ( Z L  2 R 2  2 X 2 ) (5.1-14)
  K atau E1  2 ..(5.1 – 13) K K K K
E1 N1 K V2
dan V1   I1 (R eq1  jX eq1 ) (5.1 -15)
maka : K
1
E1  (I 2 .Z L  I 2 .R 2  I 2 .X 2 )
K

Gambar 5.25 Rangkaian Ekuivalen dengan Acuan Sisi Sekunder


Rangkaian ekuivalen transformator bisa jatuh pada sebuah transformator dengan
dibuat dengan acuan sisi sekunder acuan tegangan sekunder.
(Gambar 5.25), untuk itu parameter Tegangan jatuh pada sebuah transfor-
rangkaian primer harus dinyatakan dalam mator dipengaruhi oleh nilai beban dan
harga rangkaian sekunder dan harganya faktor daya yang terhubung pada trans-
perlu dikalikan dengan K 2 . formator tersebut.

Faktor Daya “ Lagging “


Z eq 2  (R 1K 2  R 2 )  j( X1K 2  X 2 )
Tegangan jatuh total I 2 .Z eq 2  AC  AF
 R eq 2  jX eq 2 ) ……………(5.1–16) dan diasumsikan sama dengan AG.
R eq 2  R 1K 2  R 2 ) ………….....(5.1– 17) Perkiraan tegangan jatuh :

X eq 2  X1K 2  X 2 ………………..(5.1–18) AG = AD + DG
E 2  KV1  (I 2 .K.R 1  I 2 .K.X1 ) (5.1-19)  I 2 .R eq 2 .Cos  I 2 .X eq 2 .Sin
V2  K.V1  I 2 (R eq 2  jX eq 2) ….(5.1-20) dengan asumsi 1   2  

5.1.3.2 Perkiraan Tegangan


Jatuh pada Transformator

Saat sebuah transformator dalam


keadaan tanpa beban V1 kira-kira sama Gambar 5.26 Transformator Faktor Daya ”Lagging”

nilainya dengan E1 , sehingga E 2  E1K .


Faktor Daya “ Leading “
Juga E 2  oV2 , dimana oV2 adalah Perkiraan tegangan jatuh untuk faktor
terminal tegangan sekunder pada daya Leading
keadaan tanpa beban atau oV2  K.V1 .  I 2 .R eq 2 Cos   I 2 .X eq 2 .Sin  ..(5.1-21)
Perbedaan keduanya adalah sebesar
I 2 .Z eq 2 , sedangkan perkiraan tegangan

353
Rugi Cu (Pcu) = I12 .R eq1 atau
2
I 2 R eq 2  Wc
Rugi Inti (Pi) = Rugi Histeris + Rugi Arus
Gambar 2.27 Transformator Faktor Daya ”Leading” Pusar
= Ph + Pe
Faktor Daya “ Unity “ R eq1 Pi
 atau
Secara umum, perkiraan tegangan jatuh V1 .Cos1 V1 .I1 .Cos1
2
pada transformator adalah :
I 2 .R eq 2 .Cos   I 2 .X eq 2 Sin  ...(5.1 -22) Pi  I12 .R eq1 (5.1 – 26)
Perkiraan tegangan jatuh dilihat dari sisi dari persamaan diatas dapat ditarik
primer adalah : kesimpulan, untuk beban tertentu, efi-
I 1 .R eq1 .Cos   I 1 .X eq1 .Sin  …..(5.1 -23) siensi maksimum terjadi ketika rugi
tembaga = rugi inti.

5.1.3.5 Pengaturan Tegangan


Pengaturan Tegangan (Regulation
Voltage) suatu transformator adalah
perubahan tegangan sekunder antara
beban nol dan beban penuh pada suatu
Gambar 5.28 Transformator Faktor Daya ”Unity”
faktor daya tertentu, dengan tegangan
Prosentase tegangan jatuh dilihat dari primer konstan.
sisi sekunder :
Ada dua macam pengaturan tegangan
yaitu, Regulation Down (Reg Down) dan
I 2 .R eq 2 .Cos  I 2 .Xeq 2 .Sin 
 x100% Regulation Up (Reg Up) :
oV2 oV2  V2
100%xI2 .R eq 2 100%xI2 .Xeq 2
% Reg Down  x100% .(5.1-27)
 Cos  Sin  oV2
oV2 oV2 oV2  V2
 Vr Cos   Vx Sin  …………(5.1 – 24) % Reg Up  x100% .(5.1-28)
V2
Tegangan sisi sekunder tanpa beban
5.1.3.3 Efisisensi Transformator sebagai referensi (acuan) adalah
' E2
E2   E1  V1
K
Daya Keluar
Efisiensi =  = dan jika tegangan terminal sekunder
Daya Masuk beban penuh sebagai referensi primer
Daya _ Keluar V
 V2 '  2
Daya _ Keluar  Rugi 2 K
% Pengaturan (Regulation)
dimana  Rugi = Pcu  Pi
Rugi
  1 (5.1 -25)
Daya _ Masuk
5.1.3.4 Perubahan Efisiensi
Terhadap Beban
354
V  V2 ' Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
 1 x100% sebagai berikut :
V1
I 1 .R eq1 .Cos  I 1 .X eq1 .Sin a) Bekerja pada sisi tegangan tinggi lebih
 x100% berbahaya ;
V1 b) Alat-lat ukur tegangan rendah lebih
 Vr Cos  Vx .Sin ………...(5.1 – 29) mudah didapat.
Dari hasil penunjukkan alat –alat ukur
5.1.4 Pengujian Transfor- didapat nilai sebagai berikut :
mator I 0  I c 2  I m 2 …………….(5.1 – 31)
Untuk menganalisis transformator ber- P0  V1 .I 0 .Cos 0 ……………(5.1 – 32)
dasarkan rangkaian ekuivalen, maka perlu I c  I 0 .Cos 0 dan Im  I 0 .Sin 0
diketahui parameter-parameter yang ada
pada transformator tersebut. V0 V0 2
Rc   …………….(5.1 – 34)
Ic P0
Parameter transformator bisa diketahui
V0
dari datasheet yang diberikan oleh pabrik Xm  …………………..…(5.1 – 35)
pembuat atau bila tidak ada bisa diketahui Im
berdasarkan hasil percobaan.

Dua macam percobaan yang terpenting


adalah percobaan beban nol (tanpa
beban) dan percobaan hubung singkat.
Percobaan beban dilakukan untuk
mengetahui rugi inti dari transformator,
sedangkan percobaan hubung singkat Gambar 5.29 Rangkaian Percobaan Beban Nol
dilakukan untuk mengetahui rugi
tembaganya.

5.1.4.1 Percobaan Beban Nol


Pada saat sisi sekuder dari trans-formator
tidak diberi beban (Gambar 5.29),
tegangan sisi primer hanya akan
mengalirkan arus pada rangkaian primer Gambar 5.30 Rangkaian Ekuivalen Hasil
yang terdiri dari impedansi bocor primer Percobaan Beban Nol
Z1  R 1  jX1 dan impedansi penguat-an
: Z m  R c  jX m . 5.1.4.2 Percobaan Hubung
Singkat
Karena umumnya Z1 jauh lebih kecil dari
Pada saat melakukan percobaan hu-bung
Z m , maka Z1 biasa diabaikan tanpa singkat, sisi tegangan rendah
menimbulkan suatu kesalahan yang transformator di hubung singkat
berarti, rangkaian ekuivalennya (Gambar 5.31), alat ukur diletakkan di sisi
(Gambar 5.30). tegangan tinggi dengan nilai arus dan
tegangan yang telah direduksi (dikurangi),
Pada umumnya percobaan beban nol tegangan yang diberikan  5%- 10% dari
dilakukan dengan alat ukur diletakkan di harga nominalnya.
sisi tegangan rendah dengan besarnya
tegangan yang diberikan sama dengan Nilai arus yang melalui kumparan yang
tegangan nominalnya. dihubung singkat sama dengan arus

355
nominalnya, oleh karena besarnya V2
sama dengan nol, maka besarnya E 2
adalah sama dengan rugi tegangan pa-da
belitan sekundernya.
Gambar 5.32 Rangkaian Ekuivalen Hasil
E 2HS  I 2 .Z 2 Percobaan Hubung Singkat
sedangkan dalam keadaan normal
5.1.4.3 Penentuan Polaritas
E 2  V2  I 2 .Z 2 , karena itu didalam per-
Transformator Satu
cobaan hubung singkat ini E 2 HS hanya Fasa
Cara melilit kumparan transformator
5 % - 10% dari E 2 .
sangat menentukan tegangan induksi
Daya yang diserap pada saat percobaan yang dibangkitkan dan polaritas dari
hubung singkat ini dapat dianggap sama transformator tersebut (Gambar 5.32).
dengan besarnya kerugian tembaga pada Bila sisi primer diberi tegangan, akan
kedua sisi kumparan tersebut. menghasilkan arah tegangan induksi
PHS  I 1 2 .R 1  I 2 2 .R 2 seperti ditunjukkan arah panah. Terminal
H1 mempunyai polaritas yang sama
 I 1 2 .R 1  (I 2 ' ) 2 .R 2 ' dengan L1 yaitu positif (+), sedang-kan
 I1 2 .(R 1  R 2 ' )  I1 2 .R eq1 H2 polaritasnya sama dengan L2 (-).

P
 R eq1  HS ……(5.1 – 36)
I12
jika resistansi ekuivalen diperoleh dari
percobaan hubung singkat tersebut akan
digunakan untuk memperhitungkan
efisiensi, maka resistansi ini harus
dikoreksi pada temperatur kerja yaitu Gambar 5.32 Penentuan Polaritas Transformator
75C, sehingga : Posisi polaritas seperti tersebut diatas
234,5  75 disebut dengan polaritas pengurangan,
R 75  R. sebaliknya jika polaritas H1 (+) = L2 (+)
234,5  t dan H2 (-) = L1 (-), akibat cara melilit
V kumparan sekunder sebaliknya dari
Z eq1  HS …………………..(5.1 – 37)
I1 kondisi pertama, maka disebut polaritas
penjumlahan.
X eq1  (Z eq1 ) 2  (R eq1 ) 2 …..(5.1 - 38) Penentuan polaritas seperti tersebut
dijelaskan diatas bisa diketahui dengan
PHS cara melakukan pengukuran tegangan
Cos HS  ………..….(5.1 – 39)
VHS .I1 sebagai berikut, bila :

Va<VH disebut polaritas pengura-


ngan.
Va >VH disebut polaritas penjumla-
han.

5.1.5 Paralel Transformator


Gambar 5.31 Rangkaian Percobaan Hubung Singkat
Penambahan beban pada suatu saat
menghendaki adanya kerja paralel dian-
tara transformator. Tujuan utama kerja

356
paralel ialah supaya beban yang dipikul
sebanding dengan kemampuan KVA
masing-masing transformator, sehingga
tidak terjadi pembebanan yang berle-
bihan.

Untuk kerja paralel transformator ini


Gambar 5.35 Diagram Vektor Paralel
diperlukan beberapa syarat : Transformator Satu Fasa
1.Kumparan primer dari transformator
harus sesuai dengan tegangan dan
frekuensi sitem suplai (jala – jala) ;
2.Polaritas transformator harus sama ;
3.Perbandingan tegangan harus sama ;
4.Tegangan impedansi pada keadaan
beban penuh harus sama ;
5.Perbandingan reaktansi terhadap
resistansi sebaiknya sama.
Gambar 5.36 Rangkaian Paralel Transfor-
5.1.5.1Paralel Dua Transformator mator Satu Fasa Teg Sama
dalam Keadaan Ideal
Keadaan ideal dari dua transformator terbalik terhadap masing-masing impe-
mempunyai perbandingan tegangan sa- dansinya,
ma dan mempunyai segitiga tegangan I  IA  IB
impedansi yang sama dalam ukuran dan V2  E  I A .Z A  E  I B .ZB  E  I.Z AB
bentuk. IA I
Segitiga ABC menunjukkan segitiga I A .Z A  I B .Z B atau  B
tegangan impedansi yang sama dari ZB ZA
kedua transformator. Arus I A dan I B I.Z B
IA  ...............(5.1 – 40)
dari masing-masing transformator sefa-sa (Z A  Z B )
dengan arus beban I dan berbanding I.Z A
dan I B  ………..…(5.1 – 41)
(Z A  Z B )
Z A , Z B = Impedansi dari masing-masing
transformator
I A , I B = Arus masing-masing
transformator

Gambar 5.33 Rangkaian Paralel Transformator Satu 5.1.5.2 Paralel Transformator Per-
Fasa Bandingan Tegangan Sama
Diasumsikan tegangan tanpa beban dari
kedua transformator dari kedua sekunder
sama E A  E B  E , tidak ada perbedaan
fasa antara E A dan E B , hal ini dapat
dilakukan jika arus magnetisasi dari kedua
transformator tidak terlampau jauh
Gambar 5.34 Rangkaian Ekuivalen Paralel berbeda antara yang satu dengan yang
Transformator Satu Fasa lainnya. Dibawah kondisi ini, kedua sisi
primer dan sekunder dari kedua
transformator dapat dihu-bungkan secara

357
paralel dan tidak ada arus sirkulasi antara ZA
keduanya saat tanpa beban. dan S B  S .............(5.1 – 43)
ZA  ZB
Bila admitansi magnetisasi diabaikan,
kedua transformator dapat dihubungkan
dengan rangkaian ekuivalen seperti 5.2 Transformator Tiga
diperlihatkan pada Gambar 5.37, dan Fasa
vektor diagramnya seperti diperlihatkan
pada Gambar 5.38 Sebuah transformator tiga fasa secara
prinsip sama dengan sebuah transfor-
Z A , Z B = Impedansi dari masing-masing
mator satu fasa, perbedaan yang paling
transformator. mendasar adalah pada sistem kelistri-
I A , I B = Arus masing-masing transfor- kannya yaitu sistem satu fasa dan tiga
mator fasa. Sehingga sebuah transformator tiga
V2 = Tegangan terminal fasa bisa dihubung bintang, segitiga, atau
I = Arus total zig-zag.

Transformator tiga fasa banyak diguna-


kan pada sistem transmisi dan distribusi
tenaga listrik karena pertimbangan eko-
nomis. Transformator tiga fasa banyak
sekali mengurangi berat dan lebar ke-
rangka, sehingga harganya dapat diku-
rangi bila dibandingkan dengan peng-
gabungan tiga buah transformator satu
Gambar 5.37 Rangkaian Ekuivalen Paralel fasa dengan “rating” daya yang sama.
Transformator Tegangan Sama
Tetapi transformator tiga fasa juga
mempunyai kekurangan, diantaranya bila
salah satu fasa mengalami kerusakan,
maka seluruh transformator harus
dipindahkan (diganti), tetapi bila trans-
formator terdiri dari tiga buah transfor-
mator satu fasa, bila salah satu fasa
transformator mengalami kerusakan.
Gambar 5.38 Diagram Vektor Paralel Sistem masih bisa dioperasikan dengan
Transformator Tegangan Sama sistem “ open delta “.
I A .Z A  I B .Z B  I.Z AB
ZB
5.2.1 Konstruksi Transfor-
V2 .I A  V2 .I dan mator
ZA  ZB
ZA
Tiga Fasa
Secara umum sebuah transformator tiga
V2 .I B  V2 .I fasa mempunyai konstruksi hampir sama,
ZA  ZB
yang membedakannya adalah alat bantu
sedangkan V2 .I.x10 3  S kombinasi dan sistem pengamannya, tergantung
daya beban dalam KVA dan daya dalam pada letak pemasangan, sistem
KVA untuk masing-masing transformator pendinginan, pengoperasian, fungsi dan
adalah : pemakaiannya.
ZB Bagian utama, alat bantu, dan sistem
SA  S ............(5.1 – 42) pengaman yang ada pada sebuah trans-
ZA  ZB formator daya (Gambar 5.39), adalah :

358
Gambar 5.41 Transformator Tipe Cangkang

 Kumparan Transformator
a. Bagian dalam Transformator
Kumparan transformator terdiri dari lilitan
kawat berisolasi dan membentuk
kumparan. Kawat yang dipakai adalah
kawat tembaga berisolasi yang berbentuk
bulat atau plat.
Kumparan-kumparan transformator diberi
isolasi baik terhadap kumparan lain
maupun inti besinya. Bahan isolasi
berbentuk padat seperti kertas prespan,
pertinak, dan lainnya.
b. Bagian luar Transformator  MinyakTransformator
Gambar 5.39 Konstruksi Tranformator Tiga Fasa

Untuk mendinginkan transformator saat


beroperasi maka kumparan dan inti
transformator direndam di dalam minyak
transformator,minyak juga berfungsi
sebagai isolasi.
Oleh karena itu minyak transformator
harus memenuhi persyaratan, sebagai
berikut :
Gambar 5.40 Transformator Tipe Inti  Mempunyai kekuatan isolasi (Die-
lectric Strength);
 Inti Besi Transformator  Penyalur panas yang baik dengan
Seperti telah dijelaskan pada pemba- berat jenis yang kecil, sehingga par-
hasan transformator satu fasa inti besi tikel-partikel kecil dapat mengendap
berfungsi sebagai tempat mengalirnya dengan cepat;
fluks dari kumparan primer ke kumparan  Viskositas yang rendah agar lebih
sekunder. Sama seperti transformator mudah bersikulasi dan kemampuan
satu fasa, berdasarkan cara melilit pendinginan menjadi lebih baik;
kumparanya ada dua jenis, yaitu tipe inti  Tidak nyala yang tinggi, tidak mudah
(Gambar 5.40) dan tipe cangkang menguap;
(Gambar 5.41).  Sifat kimia yang stabil.

 Tangki Transformator

Tangki transformator berfungsi untuk


menyimpan minyak transformator dan
sebagai pelindung bagian-bagian trans-
formator yang direndam dalam minyak.

359
Ukuran tangki disesuaikan dengan uku- tegangan tembus minyak. Untuk men-
ran inti dan kumparan. cegah hal itu transformator dilengkapi
dengan alat pernafasan (Gambar 5.43)
 Konservator Transformator yang berupa tabung berisi zat hygros-
kopis,seperti kristal silikagel.
Konservator merupakan tabung berisi
minyak transformator yang diletakan  Tap Changer
pada bagian atas tangki. Fungsinya
adalah : Tap changer (Gambar 5.44) adalah alat
 Untuk menjaga ekspansi atau me- yang berfungsi untuk mengubah
luapnya minyak akibat pemanasan; perbandingan lilitan transformator untuk
 Sebagai saluran pengisian minyak. mendapatkan tegangan operasi pada sisi
sekunder sesuai yang dibutuhkan oleh
 Sistem Pendinginan Transfor- tegangan jaringan (beban) atau karena
mator tegangan sisi primer yang berubah-ubah.
Tap changer (perubahan tap) dapat
Sistem pendinginan pada transformator dilakukan dalam keadaan berbeban (on
dibutuhkan supaya panas yang timbul load) atau keadaan tidak berbeban(off
pada inti besi dan kumparan dapat load). Untuk tranformator distribusi
disalurkan keluar sehingga tidak merusak perubahan tap changer dilakukan dalam
isolasi didalam transformator. Media yang keadaan tanpa beban.
digunakan pada sistem pendinginan dapat
berupa : udara / gas, minyak dan air.
Sirkulasinya dilakukan secara : alamiah
(natural) dan atau paksaan (forced).

 Bushing Transformator

Bushing transformator adalah sebuah


konduktor yang berfungsi untuk meng-
hubungkan kumparan transformator
dengan rangkaian luar yang diberi
selubung isolator. Isolator juga berfungsi Gambar 5.42 Bushing Transformator
sebagai penyekat antara konduktor
dengan tangki transformator. Bahan
bushing adalah terbuat dari porselin yang
tengahnya berlubang (Gambar 5.42).

 Alat Pernapasan

Naik turunnya beban transformator dan


suhu udara sekeliling transformator,
mengakibatkan suhu minyak berubah-
ubah mengikuti perubahan tersebut. Bila
suhu minyak naik, minyak memuai dan Gambar 5.43 Alat Pernafasan
mendesak udara diatas permukaan
minyak keluar dari tangki dan bila suhu
turun sebaliknya udara akan masuk.
Keadaan ini merupakan proses per-
napasan transformator. Tetapi udara luar
yang lembab akan menurunkan nilai
360
pemasangan maupun perbaikan. Data-
data yang dicantumkan seperti : Phasa
dan frekuensi, daya nominal, tegangan
primer/ sekunder,kelompok hubungan,
arus nominal, % arus hubung

singkat, sistem pendinginan, volume


minyak, dan lain-lain.
Gambar 5.44 Tap Changer

 Sirip-sirip Pendingin atau Radiator

Berfungsi untuk memperluas daerah


pendinginan, yaitu daerah yang berhu-
bungan langsung dengan udara luar dan
sebagai tempat terjadinya sirkulasi panas.

 Alat Indikator Gambar 5.45 Indikator Level Minyak

Alat Indikator digunakan untuk memonitor


kondisi komponen utama atau media
bantu yang ada didalam transformator
saat transformator beroperasi, seperti :
 suhu minyak ;
 permukaan minyak ;
 sistem pendinginan ;
 posisi tap. Gambar 5.46 Indikator Temperatur

 Rele Buchholz (Buchholz Relay)

Rele Buchholz biasa disebut juga rele


gas, karena bekerjanya digerakan oleh
pengembangan gas. Tekanan gas akan
timbul bila minyak mengalami kenaikan
temperatur yang diakibatkan oleh :
 Hubung singkat antar lilitan pada atau
dalam fasa;
 Hubung singkat antar fasa;
 Hubung singkat antar fasa ke tanah; Gambar 5.47 Rele Buchholz
 Busur api listrik antar laminasi;
 Busur api listrik karena kontak yang 5.2.2 Hubungan Transfor-
kurang baik. mator Tiga Fasa
Gas yang mengembang akan mengge-
rakan kontak-kontak rangkaian alarm atau Secara umum dikenal tiga cara untuk
rangkaian pemutus. menyambung rangkaian listrik sebuah
transformator tiga fasa, yaitu hubungan
 Plat Nama bintang, hubungan segitiga, dan hubu-
ngan Zig-zag.
Plat nama yang terdapat pada bagian luar
transformator sebagai pedoman saat

361
 Hubungan Bintang – bintang

Hubungan dari tipe ini lebih ekonomis


untuk arus nominal yang kecil, transfor-
mator tegangan tinggi (Gambar 5.48).
Jumlah dari lilitan perfasa dan jumlah
isolasi minimum karena tegangan fasa
1
tegangan jala-jala (Line), juga tidak
3
ada perubahan fasa antara tegangan
primer dengan sekunder. Bila beban pada
sisi sekunder dari transformator tidak Gambar 5.48 Hubungan Bintang-
seimbang, maka tegangan fasa dari sisi bintang
beban akan berubah kecuali titik bintang
dibumikan.

Primer:
VL1
Vph1  Volt dan I L1  I ph1
3
Sekunder:
VL 2 dan
Vph 2  Volt
3
Vph 2
I L 2  I ph 2 Amp K 
Vph1

 Hubungan Segitiga-Segitiga

Hubungan ini umumnya digunakan dalam


sistem yang menyalurkan arus besar pada
tegangan rendah dan terutama saat
kesinambungan dari pelayanan harus Gambar 5.49 Hubungan Segitiga – Segitiga
dipelihara meskipun satu fasa mengalami  Tidak ada perubahan fasa antara te-
kegagalan (Gambar 5.49). gangan primer dengan sekunder.
Adapun beberapa keuntungan dari hu-  Luas penampang dari konduktor
bungan ini adalah : 1
dikurangi karena arus fasa arus
3
jala-jala
 Tidak ada kesulitan akibat beban tidak
seimbang pada sisi sekunder.

Kerugian yang terjadi pada hubungan ini


adalah :
 Lebih banyak isolasi dibutuhkan di-
bandingkan dengan hubungan bin-
tang-bintang.

362
 Tidak adanya titik bintang memung-
kin, merupakan kerugian yang dapat
membahayakan. Bila salah satu jala-
jala ke tanah karena kegagalan,
tegangan maksimum antara kumpar-
an dan inti akan mencapai tegangan
jala-jala penuh.

Primer :
VL1  Vph1 Volt dan I L1  3 I ph1
Gambar 5.50 Hubungan Bintang –Segitiga
Sekunder:
VL 2  Vph 2 dan I L 2  3 I ph 2
Vph 2
K
Vph1

 Hubungan Bintang - Segitiga

Hubungan transformator tipe ini pada


prinsipnya digunakan, dimana tegangan
diturunkan (Step - Down), seperti pada
jaringan transmisi. Pada hubungan ini,
perbandingan tegangan jala-jala 1 kali
3
perbandingan lilitan transformator dan
tegangan sekunder tertinggal 30  dari
tegangan primer.

Primer :
VL1
Vph1  Volt dan I L1  I ph1 Amp
3
Gambar 5.51 Hubungan Segitiga-Bintang
Sekunder :
I
Vph 2  VL 2 Volt dan I ph 2  L 2 Amp
3
Vph 2
K
Vph1

 Hubungan Segitiga - Bintang

Hubungan ini umumnya digunakan,


dimana diperlukan untuk menaikkan
tegangan (Step-Up), misalnya pada awal
sistem transmisis tegangan tinggi.
Dalam hubungan ini perbandingan
tegangan 3 kali perbandingan lilitan
trans-formator dan tegangan sekunder
men-dahului sebesar 30.
363
Primer
I
VL1  Vph1 Volt dan Iph1  L1 A
3

Sekunder:
VL 2
Vph 2  Volt dan I L 2  Iph 2 A
3
Vph 2
K
Vph1 Gambar 5.52 Transformator Tiga Fasa Hubung Zig-zag

Daya Total Tiga Fasa : Ujung-ujung dari kumparan sekunder


disambungkan sedemikian rupa, supaya
arah aliran arus didalam tiap-tiap kum-
S = 3.VL .I L VA atau S  3.Vph .I ph VA
paran menjadi bertentangan.
P = 3.VL .I L .Cos Watt Karena e1 tersambung secara berla-
wanan dengan gulungan e2, sehingga
Q = 3.VL .I L .Sin  Var jumlah vektor dari kedua tegangan itu
menjadi :
 Hubungan Zig - Zag e Z1  e1  e 2 ;
Kebanyakan transformator distribusi se- e Z2  e 2  e 3
lalu dihubungkan bintang, salah satu
syarat yang harus dipenuhi oleh trans- e Z3  e 3 _ e1
formator tersebut adalah ketiga fasanya
harus diusahakan seimbang. Apabila _____________
beban tidak seimbang akan menye- e Z1  e Z 2  e Z3  0  3e b ,
babkan timbulnya tegangan titik bintang
yang tidak diinginkan,
karena tegangan pada peralatan yang Teg titik bintang eb = 0
digunakan pemakai akan berbeda-beda. e e
e1  , nilai tegangan fasa e z  3
2 2
Untuk menghindari terjadinya tegangan Sedangkan tegangan jala-jala :
titik bintang, diantaranya adalah dengan e
menghubungkan sisi sekunder dalam EZ  eZ 3  3
hubungan Zig-zag. Dalam hubungan Zig- 2
zag sisi sekunder terdiri atas enam
kumparan yang dihubungkan secara  Transformator Tiga Fasa dengan
khusus (Gambar 5.52) Dua Kumparan

Selain hubungan transforamator seperti


telah dijelaskan pada sub-bab sebelum-
nya, ada transformator tiga fasa dengan
dua kumparan. Tiga jenis hubungan yang
umum digunakan adalah :
 V - V atau “ Open  “
 “ Open Y - Open  “
 Hubungan T – T

364
Misal Tiga buah transformator satu fa-sa
masing-masing mempunyai daya se-besar
10 KVA, bila dihubungkan V - V (Gambar
5.53) karena salah satu dilepas
(sebelumnya dihubungkan segitiga) maka
dayanya tidak 2 x 10 KVA = 20 KVA,
tetapi hanya 0,866 x 20 KVA = 17,32
KVA. Gambar 5.54 Hubungan Open Y-Open 
Hal ini bisa dibuktikan sebagai berikut :
Hubungan Open Y - Open  diperlihat-
 Daya S saat dihubungkan kan pada Gambar 5.54, ada perbeda-
 = 3. VL .I L VA an dari hubungan V - V karena peng-
I hantar titik tengah pada sisi primer dihu-
 I ph 2  L menjadi arus jala  jala bungkan ke netral (ground). Hubungan
3
ini bisa digunakan pada transformator
 Daya S saat dihubungkan V - V
distribusi.
I 
= 3.VL . L   VL .I L VA
 3  Hubungan Scott atau T - T

 Perbandingan daya saat Hubungan  Hubungan ini merupakan transformasi


dengan V - V adalah : tiga fasa ke tiga fasa dengan bantuan
Ssaat V  V VL .I L dua buah transformator (Kumparan).
 Satu dari transformator mempunyai “
Ssaat  3.VL .I L Centre Taps “ pada sisi primer dan se-
1 kundernya dan disebut “ Main Trans-
 x100%  57,7%
3 former “. Transformator yang lainnya
Kekurangan Hubungan ini adalah : mempunyai “0,866 Tap “ dan disebut “
 Faktor daya rata-rata, pada V - V ber- Teaser Transformer “. Salah satu
operasi lebih kecil dari P.f beban, kira- ujung dari sisi primer dan sekunder
kira 86,6% dari faktor daya beban “teaser Trans-former” disatukan ke “
seimbang. Centre Taps” dari “ main transformer “.
 Tegangan terminal sekunder cende-
rung tidak seimbang, apalagi saat beban Teaser Transformer” beroperasi hanya
bertambah. 0,866 dari kemampuan tegangannya
dan kumparan “ main trnsformer “
beroperasi pada Cos 30  = 0,866 p.f,
yang ekuivalen dengan “ main
transformer “ bekerja pada 86,6 % dari
kemampuan daya semunya.

5.2.3 Pengujian Transfor-


Gambar 5.53 Hubungan V-V atau Open  mator Tiga Fasa
Pengujian yang harus dilakukan pada
sebuah transformator tiga fasa biasanya
disesuaikan dengan kebutuhannya (pe-
ngujian rutin, pengujian awal, dan pe-
ngujian akhir), jenis pengujiannya juga
cukup beragam, seperti :
365
Pengujian Kelompok Hubungan
Pengujian Tahanan Isolasi Pengujian Tegangan Terapan
Pengujian Tahanan Kumparan Pengujian Tegangan Induksi
Pengujian Karektristik Beban Nol Pengujian Kebocoran Tangki
Pengujian Karektistik Hubung Singkat Pengujian Jenis
Pengujian Karakteristik Berbeban
Pengujian Perbandingan Transformasi

Gambar 5.55 Hubungan Scott atau T-T


 Pengujian Tahanan Isolasi Pengukuran dilakukan dengan membe-
rikan tegangan nominal pada salah satu
Pengujian tahanan isolasi biasanya di- sisi transformator dan sisi lainnya dibiar-
laksanakan pada awal pengujian dengan kan dalam keaadaan tanpa beban.
tujuan untuk mengetahui secara dini Contoh untuk menghitung parameter-
kondisi isolasi transformator, untuk parameter transformator tiga fasa dari
menghindari kegagalan yang bisa hasil percobaan beban nol bisa dilihat
berakibat fatal, sebelum pengujian pada tabel 5.1. Persamaan yang terlihat
selanjutnya dilakukan. pada tabel menandakan dimana alat ukur
Pengujian dilaksanakan dengan meng- diletakkan.
gunakan Megger. Tahanan isolasi yang
diukur diantaranya :  Pengujian Karakteristik Hubung
 Sisi Primer dan Sekunder Singkat
 Sisi Primer dan pembumian
 Sisi Sekunder dan pembumian Pengujian dilakukan dengan cara mem-
berikan arus nominal pada salah satu sisi
 Pengujian Tahanan Kumparan transformator dan sisi yang lain dihubung
singkat, dengan demikian akan
Pengujian dilakukan dengan cara mela- dibangkitkan juga arus nominal pada sisi
kukan pengukuran tahanan kumparan yang di hubung singkat. Adapun tujuan
transformator. Data hasil pengujian dari pengujian ini adalah untuk
digunakan untuk menghitung besarnya mengetahui besarnya rugi daya yang
rugi tembaga pada transformator ter- hilang akibat dari tembaga dari
sebut. transformator saat beroperasi.
Contoh untuk menghitung parameter-
 Pengujian Karakteristik Beban Nol parameter transformator tiga fasa dari
hasil percobaan hubung singkat bisa
Pengujian Karakteristik Beban Nol atau dilihat pada tabel 5.2 dengan asumsi sisi
Tanpa Beban dilakukan untuk menge- tegangan rendah di hubung singkat dan
tahui besarnya kerugian daya yang alat ukur ada di sisi tegangan tinggi,
disebabkan oleh rugi hysterisis dan eddy persamaan yang terlihat pada tabel
current pada inti transformator dan menunjukan dimana alat ukur diletakan.
besarnya arus yang pada daya tersebut.
366
Tabel 5.1 Parameter Pengujian Beban Nol Pengujian tegangan terapan (Withstand
Test) dilakukan untuk menguji kekuatan
isolasi antara kumparan dan rangka
tangki. Pengujian dilakukan dengan cara
memberikan tegangan uji sesuai dengan
standar uji dan dilakukan pada :
 Sisi tegangan tinggi terhadap sisi
tegangan rendah dan rangka tangki
yang dibumikan.
 Sisi tegangan rendah terhadap sisi
tegangan tinggi dan rangka tangki
yang dibumikan.

 Pengujian Tegangan Induksi

Tujuan pengujian tegangan induksi ada-


lah untuk mengetahui kekuatan isolasi
antara lapisan dari tiap-tiap belitan dan
kekuatan isolasi antar belitan transfor-
mator. Pengujian dilakukan dengan cara
memberi tegangan suplai dua kali tega-
ngan nominal pada salah satu sisi dan sisi
lainnya dibiarkan terbuka. Untuk me-
Tabel 5.2 Parameter Pengujian Hub Singkat
ngatasi kejenuhan pada inti transfor-
mator maka frekuensi yang digunakan
harus dinaikan sesuai dengan kebutuh-an
dalam jangka waktu tertentu.

 Pengujian Kelompok Hubungan

Vektor tegangan primer dan sekunder


sebuah transformator sangat tergantung
pada cara melilit kumparannya. Pada
transformator Tiga Fasa arah tegangan
menimbulkan perbedaan fasa. Arah dan
besar perbedaan fasa tersebut
 Pengujian Perbandingan Transfor- menyebabkan adanya berbagai kelom-
masi pok hubungan pada transformator.

Pengujian perbandingan transformasi atau Untuk penentuan kelompok hubungan ini


belitan kumparan adalah untuk me- dipergunakan tiga jenis tanda atau kode,
ngetahui perbandingan jumlah kumparan yaitu :
sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan Tanda Kelompok sisi tegangan tinggi
rendah pada setiap tapping sehinggga terdiri atas kode D, Y, dan Z.
tegangan keluaran yang dihasilkan oleh Tanda Kelompok sisi tegangan rendah
transformator sesuai dengan yang terdiri atas kode d, y , dan z.
spesikasi/rancangan. Angka jam menyatakan bagaimana letak
sisi kumparan tegangan tinggi terhadap
 Pengujian Tegangan Terapan sisi tegangan rendah.

367
Jarum jam panjang dibuat selalu me- Gambar 5.56 memperlihatkan contoh
nunjuk angka 12 dan berimpit dengan kelompok hubungan sebuah transfor-
Vektor TT tegangan tinggi. Letak Vektor mator tiga fasa Dy5, artinya sisi primer
tegangan rendah TH menunjukkan arah dihubung segitiga (jam 12) dan sisi
jarum jam pendek. Sudut antara jarum sekunder dihubung bintang (jam 5).
jam panjang dan pendek adalah
pegeseran antara vektor tegangan tinggi Untuk memudahkan, pabrik-pabrik pada
dengan tegangan rendah (V dan v). pelaksanaannya membatasi jumlah ke-
lompok hubungan dengan membuat
normalisasi pada kelompok hubungan
yang dianggap baku.
Standardisasi yang banyak diikuti adalah
menurut peraturan Jerman, yaitu VDE
0532 (lihat tabel 5.3).
Kelompok hubungan yang disarankan
untuk digunakan adalah Yy0, Dy5, Yd5,
dan Yz5, pada tabel diberi tanda garis
pinggir warna merah.

Gambar 5.56 Kelompok Hubungan Dy5


Tabel 5.3 Kelompok Hubungan Menurut Standar VDE 0532

368
untuk autotransformator pendekatannya
5.3 Transformator adalah :
Khusus S tA  V1 .I  V3 .I 2
5.3.1 Autotransformator sedangkan :
I1  I  I 2 , maka I  I 1  I 2
Autotransformator adalah transformator
maka :
yang hanya terdiri dari satu kumparan
yang hanya berfungsi sebagai sisi S tA  V1 (I 1  I 2 )  (V2  V1 )I 2
primer dan sekunder (Gambar 5.57).  V1 .I 1  V1 .I 2  V2 .I 2  V1 .I 2
 V1 .I 1  V2 .I 2  2.V1 .I 2
bila rugi-rugi dibaikan maka dapat ditulis
S tA  2.V1 .I1  2V1 .I 2  2.V2 .I 2  2.V1 .I 2
Perbandingan antara daya Autotransfor-
mator S tA dengan daya tipe sebagai
transformator biasa S tb , adalah :

S tA 2.V2 .I 2  2.V1.I 2 V2  V1 V
   1 1
S tb 2.V2 .I 2 V2 V2
Gambar 5.57 Rangkaian Autotransformator
Bila tegangan pada sisi primer V1 dan dari persamaan diatas dapat dilihat untuk
arus I1, tegangan pada sisi sekunder V2 nilai V1 dab V2 yang tidak jauh berbeda,
dan arus I2. daya semu bisa men- misalnya V1 : V2 = 0,9, maka
cermikan banyaknya bahan yang digu- S tA
nakan untuk pembuatan transformator perbandingan  10,9 0,1 ini
tersebut. S tb
menunjukkan dengan menggunakan
Besaran tegangan merupakan ukuran autotransformator diperlukan bahan 10%
mengenai banyaknya inti yang dipakai, lebih hemat daripada transformator biasa.
sedangkan arus berbanding lurus de-ngan
banyaknya kawat tembaga yang dipakai Autotransformator banyak digunakan di:
dalam pembuatan transformator tersebut.  Industri untuk alat pengasut (start)
motor induksi tiga fasa rotor sangkar.
Pada transformator “biasa” yang terdiri  Rumah-rumah untuk menaikkan te-
dari dua kumparan yang terpisah secara gangan yang tidak sesuai dengan
listrik, banyaknya bahan yang digunakan kebutuhan peralatan listrik rumah
untuk primer dan sekunder bisa tangga.
diperkirakan dengan persamaan :
S tb  V1 .I 1  V2 .I 2 5.3.2 Transformator
Pengukuran
Bila kerugian-kerugian didalam transfor-
mator dapat diabaikan, maka untuk pen- Untuk melakukan pengukuran tegangan
dekatan, persamaan untuk transformator atau arus yang berada di gardu-gardu
biasa adalah : listrik atau pusat pembangkit tenaga listrik
biasanya tidak dilakukan secara langsung
karena karena nilai arus/ tegangan yang
S tb  2.V1 .I 1  2.V2 .I 2
harus diukur pada umumnya tinggi.

369
Apabila pengukuran besaran-besaran
listrik ini dilakukan secara langsung, maka
alat-alat ukur yang harus disediakan akan
menjadi sangat mahal karena baik dari
ukuran fisik maupun ratingnya
memerlukan perancangan secara khusus.

Untuk mengatasi hal tersebut maka yang


dibuat secara khusus bukan alat ukurnya,
melainkan transformatornya, dengan cara
ini harganyapun relatif lebih murah bila Gambar 5.58 Transformator Arus
dibandingkan dengan pembuatan alat
ukur khusus.
5.3.2.2 Transformator Tegangan
Prinsip kerja transformator tegangan se-
Transformator khusus ini disebut trans- benarnya sama dengan sebuah trans-
formator pengukuran (instrumen). Ada formator biasa, yang membedakannya
dua jenis transformator pengukuran, yaitu adalah dalam perbandingan transforma-
: sinya, dimana transformator tegangan
1. Transformator Arus yang menurun- memiliki ketelitian yang lebih tinggi bila
kan arus menurut perbandingan ter- dibandingkan dengan transformator bia-
tentu. sa. Transformator tegangan biasanya
2. Transformator tegangan yang menu- mengubah tegangan tinggi menjadi te-
runkan tegangan menurut perbandi- gangan rendah.
ngan tertentu.
Misalnya pada sebuah Gardu distribusi
5.3.2.1 Transformator Arus yang mempunyai tegangan 20 KV de-
Transformator arus (Gambar 5.58) di- ngan transformator tegangan diturunkan
gunakan untuk mengukur arus beban menjadi 200 Volt yang digunakan untuk
pada sebuah rangkaian. Dengan peng- pengukuran.
gunaan transformator arus, maka arus
beban yang besar dapat diukur hanya Untuk mencegah terjadinya perbedaan
dengan menggunakan Ampermeter yang tegangan yang besar antara kumparan
rangenya tidak terlalu besar. primer dengan sekunder, karena adanya
kerusakan isolasi pada kumparan pri-
Bila sebuah transformator arus mempu- mer., maka pada sisi sekunder perlu
nyai perbandingan 100/5 A., artinya dipasang pembumian.
transformator mengubah arus primer dari
100 A menjadi 5A di sisi sekunder. Karena
pada sisi primer selalu mengalir arus yang
besar, maka sisi sekunder harus selalu
dalam keadaan tertutup, bila terbuka
maka transformator akan mengalami
kerusakan, hal ini disebabkan karena
tidak adanya fluks yang bersal dari sisi
sekunder.

Gambar 5.59 Transformator Tegangan

370
rangkapun befungsi untuk meletakkan
5.4 Generator Arus Searah alat-alat tertentu dan melindungi bagian-
5.4.1 Konstruksi Mesin Arus bagian mesin lainnya.
Searah Mesin-mesin yang kecil rangkanya dibuat
dari besi tuang, sedangkan mesinmesin
Ada tiga hal pokok yang menjadi dasar yang besar rangkanya dibuat dari plat
kerja sebuah mesin listrik, yaitu : campuran baja yang berbentuk selinder.
 Adanya fluks magnet yang dihasilkan
oleh kutub-kutub magnit. 5.4.1.2 Inti Kutub Magnet dan
 Adanya kawat penghantar listrik, yang Lilitan Penguat Magnet
merupakan tempat terbentuknya gaya
Fluks magnet yang terdapat pada mesin
gerak listrik (Ggl) atau aliran arus
listrik dihasilkan oleh kutub-kutub mag-
listrik.
net. Kutub magnet diberi lilitan penguat
 Gerakan realtif antara fluk magnet magnet yang berfungsi untuk tempat
dengan kawat penghantar listrik. aliran arus listrik supaya terjadi proses
Dalam hal ini boleh magnitnya tetap,
elektromagnetisme.
sedangkan kawat penghantarnya yang
bergerak atau sebaliknya. Pada dasarnya kutub magnit terdiri dari
dua bagian pokok, yaitu inti kutub magnet
dan sepatu kutub magnet. Karena kutub
magnet berfungsi menghasilkan fluks
magnet, maka kutub magnet dibuat dari
bahan ferromagnetik, misalnya campuran
baja-silikon.
Disamping itu, kutub magnet dibuat dari
bahan berlapis-lapis tipis untuk rnengu-
rangi panas karena adanya arus pusar
yang terbentuk pada kutub magnet buatan
tersebut.
Gambar 5.60 Konstruksi Mesin Arus Searah
5.4.1.3 Sikat Komutator
Konstruksi sebuah Mesin Arus Searah
Fungsi utama sikat adalah sebagai
dapat dibagi atas :
penghubung untuk aliran arus dari lilitan
jangkar ke terminal luar (generator) atau
Bagian Stator :
dari terminal luar ke lilitan jangkar (Motor).
 Rangka generator atau Motor
Karena itu sikat sikat dibuat dari bahan
 Inti kutub magnet dan Lilitan Pe-
konduktor. Disamping itu sikat juga
nguat Magnet
berfungsi untuk terjadinya komu-tasi,
 Sikat Komutator
berrsama-sama dengan komutator, bahan
sikat harus lebih lunak dari bahan
Bagian Rotor
komutator.
 Komutator
 Jangkar
 Lilitan Jangkar

5.4.1.1 Rangka ( Frame )


Fungsi utama dari rangka mesin adalah
sebagai bagian dari tempat mengalirnya
fluks; magnet. Karena itu rangka mesin
dibuat dari bahan ferromagnetik. Seiain itu

371
komutator terdapat bahan isolator. Iso-
lator yang digunakan menentukan kelas
dari mesin berdasarkan kemampuan suhu
yang timbul dalam mesin tersebut.

Jadi disamping sebagai isolator terha-dap


listrik isolator yang digunakan harus
mampu terhadap panas tersebut. Berda-
sarkan jenis isolator yang digunakan
terhadap kemampuan panas ini maka
mesin DC dikenal atas :

• Kelas A : Maks 700 C


• Kelas B : Maks 1100 C
• Kelas H : Maks 1850 C

Gambar 5.61 Konstruksi Sikat Komutator

Supaya hubungan/kontak antara sikat-


sikat yang diam dengan komutator yang
berputar dapat sebaik mungkin, maka
sikat memerlukan alat pemegang dan
penekan berupa per/pegas yang dapat
diatur.
Memilih bahan yang digunakan untuk
suatu sikat, perlu memperhatikan :
 Putaran mesin;
 Kerapatan arus yang melalui sikat;
 Tekanan sikat terhadap komutator.

5.4.1.4 Komutator
Gambar 5.62 Proses Terbentuknya Ggl pada
Seperti diketahui komutator berfungsi Sisi Kumparan Generator
sebagai alat penyearah mekanik, yang
ber-sama-lama dengan sikat membentuk Tegangan yang dibangkitkan pada sisi
suatu kerjasama yang disebut komutasi. kumparan sebuah generator arus searah,
sebenarnya adalah dalam bentuk
Supaya menghasilkan penyearah yang gelombang arus bolak balik, selanjutnya
lebih baik, maka komutator yang diguna- komutator akan mengubah menjadi arus
kan jumlahnya banyak. Karena itu tiap searah. Proses perubahan arus bolak-
belahan/segmen komutator tidak lagi balik menjadi arus searah oleh komutator
merupakan bentuk sebagian selinder, bisa dijelaskan sebagai berikut :
tetapi sudah berbentuk lempeng-lem-
peng. Diantara setiap lempeng/ segmen

372
Gambar 5.63 Proses Penyearahan Tegangan pada Generator Arus Searah
Komutator 1 dihubungkan dengan sisi
kumparan 1 dan Komutator 2 dengan sisi  Lilitan Jangkar
kumparan 2. Jadi kalau kumparan Lilitan jangkar berfungsi sebagai tempat
berputar, maka sikat komutator akan terbentuknya Ggl imbas. Lilitan jangkar
bergesekan dengan komutator secara terdiri atas beberapa kumparan yang
bergantian. Peristiwa pergesekan/per- dipasang di dalam alur jangkar. Tiap-
pindahan sikat dari satu komutator ke tiap kumparan dapat tediri atas lilitan
komutator berikutnya biasa disebut kawat atau lilitan batang.
komutasi. Peristiwa komutasi inilah yang
menyebabkan terjadinya penyearahan.

5.4.1.5 Jangkar
Jangkar yang umum digunakan dalam
mesin arus searah adalah yang berbentuk
silinder, yang diberi alur pada bagian
permukaannya untuk melilitkan kumparan-
kumparan tempat terbentuknya Ggl
imbas.
Jangkar dibuat dari bahan yang kuat yang
mempunyai sifat ferromagnetik Gambar 5.65 Lilitan Jangkar

dengan permeabilitas yang cukup besar,


dengan maksud agar kumparan lilitan
jangkar terletak dalam daerah yang imbas
magnetnya besar sehingga ggl yang
terbentuk dapat bertambah besar.
Gambar 5.66 Letak Sisi-sisi Kumparan dalam Alur

Z = Jumlah penghantar/kawat jangkar


atau batang jangkar.
Zs = Jumlah kawat tiap sisi kumparan
S = Jumlah sisi kumparan.

Tiap-tiap kumparan mempunyai dua sisi


kumparan dan jumlahnya harus genap.
Gambar 5.64 Jangkar Generator Arus Searah Pada tiap-tiap alur bisa dipasang dua sisi

373
kumparan atau lebih dalam dua lapisan
bertumpuk (Gambar 5.66). Dalam tiap-tiap
alur terdapat 2U sisi kumparan, maka
jumlah alur G adalah :
S
G 
2U
Bila dalam tiap-tiap kutub mempunyai 8
s/d 18 alur, maka :

G = (8 – 18) 2p Gambar 5.67 Prinsip Lilitan Gelung

Tiap-tiap kumparan dihubungkan dengan Pada lilitan gelung kisar bagian Y2 mun-
kumparan berikutnya melalui lamel dur atau negatif. Tiap kumparan mem-
komutator, sehingga semua kumparan punyai satu sisi benomor ganjil dan satu
dihubung seri dan merupakan rangkaian sisi bernomor genap, karena itu Y1 dan Y2
tertutup. Tiap-tiap lamel dihubungkan selamanya harus merupakan bilangan
dengan dua sisi kumparan sehingga ganjil.
jumlah lamel k, adalah : Kisar bagian Y1 ditetapkan oleh Iebar
S=2.k kumparan, diperkirakan sama dengan
jarak kutub-kutub . Bila lebar kumparan
Z dinyatakan dengan jumlah alur, biasanya
 2. k dinyatakan dengan kisar Yg .
ZS
G G
Z Yg =  Yg 
k  2p 2p
2. Z S Kisar bagian Y1 biasanya dinyatakan
Bila dalam tiap-tiap alur terdapat dua sisi dengan sejumlah sisi kumparan yang
kumparan (U = 1) maka jumlah lamel juga harus dilalui supaya dari sisi yang satu
sama dengan jumlah alur sampai pada sisi berikutnya. Di dalam
S 2. k tiap-tiap alur dimasukkan sisi kumparan
G   k=U.G 2U dan secera serempak beralih dari
2 .U 2 .u
lapisan atas ke lapisan bawah karena itu
 Lilitan Gelung Y1 = 2 . U . Yg + 1
Jika kumparan dihubungkan dan diben- Kisar bagian Y1 menentukkan cara
tuk sedemikian rupa sehingga setiap menghubungkan ujung kumparan yang
kumparan menggelung kembali ke sisi satu dengan kumparan berikutnya melalui
kumparan berikutnya maka hubungan itu lamel komutator, kisar Y2 biasa disebut
disebut lilitan gelung. Perhatikan gambar juga kisar hubung.
5.67 Prinsip Lilitan gelung. Y2 = 2 . YC – Y1
Y = kisar lilitan, yang menyatakan Contoh :
jarak antara lamel permulaan dan 2p = 2,G = k = 8, S =16, dan U = 1
lamel berikutnya melalui rencanakan lilitan gelung tunggalnya :
kumparan.
G 8
YC = kisar komutator, jumlah lamel yang Yg   4 YC = 1
melalui komutator. 2p 2
Y1, Y2 = kisar bagian. Y1 = 2 . U . Yg + 1 Y2 = 2. YC –Y1
= 2 .1 . 4 + 1 =2.1-9
Y = Y1 + Y2 = 2.YC =9 = -7

374
Tabel 5.4 Hubungan Sisi Kumparan dengan secara simetris antara yang satu dengan
Lamel Lilitan Gelung yang lainnya. Pada lilitan gelung tunggal
LAMEL SISI KUMPARAN LAMEL banyaknya cabang paralel sama dengan
banyaknya jumlah kutub (2p) dari mesin
1 1 - 10 2 tersebut, sedangkan pada lilitan gelung
2 3 - 12 3 majemuk yang mempunyai m gelung
3 5 - 14 4 tunggal, banyaknya cabang paralel
4 7 - 16 5 adalah:
5 9 - 2 6 a=m.p.
6 11 - 4 7 Yc = m
7 13 - 6 8 Y2 = 2 . m – Y1
8 15 - 8 1 sedangkan untuk menentukan Y1 sama
seperti pada lilitan gelung tunggal.
 Lilitan Gelung Majemuk Untuk mendapatkan lilitan gelung
majemuk tertutup ujung lilitan terakhir
Lilitan Gelung Majemuk terdiri dari dua harus kembali lagi ke lamel permulaan.
lilitan gelung tunggal atau lebih yang dililit

Gambar 5.68 Lilitan Gelung Tunggal


 Lilitan Gelombang Kisar bagian pada lilitan gelombang
Lilitan Gelombang Tunggal mempunyai nilai positif(maju).
k 1
Pada lilitan gelombang kisar komutator Yc 
p
Yc lebih besar bila dibandingkan dengan
Yc pada lilitan gelung . Contoh :
2p = 4 ; S = 42 ; G = k = 21 ; u = 1
21  1
Yc   Yc = 10 atau 11,
2
kita ambil Yc = 10
G 21 1
YG   5 ,
2p 4 4
kita bulatkan menjadi 5
Y1  2 . u . YG + 1 = 2 .. 1.5 + 1 = 11
dan
Gambar 5.69 Prinsip Lilitan Gelombang
Y2 = 2 . Yc – Y1 = 2 . 10 – 11 = 9

375
Tabel 5.5 Hubungan Sisi Kumparan dengan
Lamel Lilitan Gelombang Pada lilitan gelombang tunggal banyak-
LAMEL SISI KUMPARAN LAMEL
nya sikat yang dibutuhkan hanya dua
1 1 - 12 11
buah, tidak tergantung pada jumlah
11 21 - 32 21
21 41 - 10 10
kutubnya.
10 19 - 30 20
20 39 - 8 9
Lilitan Gelombang Majemuk
9 17 - 28 19
19 37 - 6 8 Apabila nilai arus atau tegangan yang
8 15 - 26 18 diperlukan tidak bisa dipenuhi dengan
18 35 - 4 7 lilitan gelung atau gelombang tunggal,
7 13 - 24 17 maka diatasi dengan lilitan gelombang
17 33 - 2 6 majemuk.
6 11 - 22 16 Lilitan gelombang majemuk terdiri dari
16 31 - 42 5 dua lilitan gelombang tunggal atau lebih.
5 9 - 20 15 Tiap-dap lilitan gelombang tunggal
15 29 - 40 4 terdiri dari dua cabang paralel, untuk
4 7 - 18 14 gelombang majemuk a = 2 . m
14 27 - 38 3 k m
3 5 - 16 13 Yc 
13 25 - 36 2 p
2 3 - 14 12
12 23 - 34 1

Gambar 5.70 Lilitan Gelombang Tunggal


Berdasarkan penjelasan diatas maka Lilitan Gelung
dapat dilihat perbedaan-perbedaan yang 1. Untuk generator bertegangan rendah,
terdapat pada lilitan gelung dan arus besar.
gelombang yaitu : 2. Ujung-ujung kumparan disambung
pada lamel yang berdekatan.
3. Pada lilitan gelung tunggal, arus yang
mengalir pada jangkar terbagi sesuai

376
dengan jumlah kutub. Fluks terpotong per penghantar dalam
4. Pada lilitan gelung majemuk, arus satu putaran, d =  . P Weber
yang mengalir terbagi sesuai dengan N
rumusan a = m . p. Jumlah putaran /detik  -N
5. Sisi kumparan terbagi pada dua 60
bagian, yaitu terletak dihadapan kutub 60
Waktu untuk satu putaran, dt 
utara dan kutub selatan. N
d  .P.N
Lilitan Gelombang Ggl Induksi/penghantar   V
dt 60
1. Untuk generator bertegangan tinggi,
arus rendah. Untuk Lilitan Gelombang
2. Pada lilitan gelombang tunggal ujung-
ujung kumparai dihubungkan pada Jumlah cabang paralel = 2
lamel komutator dengan jarak Jumlah penghantar terhubung seri dalam
mendekati 3600 Listrik. Z
satu cabang 
3. Jumlah cabang paralel pada lilitan 2
gelombang tunggal adalah 2 (dua),  Ggl Induksi/Cabang
walaupun jumlah kutubnya > 2.
 .P.N Z
4. Pada lilitan gelombang tunggal  x
penghantar-penghantar pada masing- 60 A
masing cabang, diletakkan terbagi rata  .Z .P.N
pada seluruh permukaan kutub-  Volt
kutubnya.
120
5. Lilitan gelombang majemuk digu-
Untuk Lilitan Gelung
nakan jika dengan lilitan gelung atau
gelombang tunggal arus atau
Jumlah cabang paralel = a
tegangan yang diperlukan tidak
Jumlah penghantar terhubung seri
tercapai.
Z
dalam satu cabang 
a
5.4.2 Tegangan Induksi Ggl Induksi/cabang
Tegangan Induksi jangkar atau Ggl  .P.N Z
Jangkar dibangkitkan pada kumparan-  x Volt
kumparan jangkar dari sebuah generator. 60 a
Nilai tegangan ini bisa dihitung Rumus secara umum untuk Ggl Induksi
berdasarkan persamaan-persamaan pada jangkar,
dibawah ini :  .Z .N Z
E  x Volt
60 a
 = Fluks per kutub dalam Weber
Z = Jumlah penghantar (kawat) dari
5.4.3 Reaksi Jangkar
= Jumlah Alur (G) x Jumlah Fluks magnet yang ditimbulkan oleh
penghantar per alur kutub-kutub utama dari sebuah generator
2p = P = Jumlah kutub pada generator saat tanpa beban disebut Fluks Medan
a = Banyaknya cabang paralel Utama (Gambar 5.71).
N = Putaran jangkar dalam Rpm
E = Tegangan yang diinduksikan pada Fluks ini memotong belitan jangkar se-
jangkar dalam Volt. hingga timbul tegangan induksi, bila
GgI rata-rata yang diinduksikan pada tiap generator dibebani maka pada peng-
d hantar jangkar timbul arus jangkar. arus
penghantar  Volt jangkar ini menyebabkan timbulnya fluks
dt
377
pada penghantar jangkar tersebut dan
biasa disebut FIuks Medan Jangkar
(Gambar 5.72).

Selanjutnya perhatikan gambar 5.73,


disini terlihat fluks medan utama dise-
belah kiri kutub utara dilemahkan oleh
sebagian fluks medan lintang (jangkar)
dan disebelah kanan diperkuat.
Sedangkan pada kutub selatan fluks
medan utama disebelah kanan diper-
lemah dan disebelah kiri diperkuat oleh
Gambar 5.73 Reaksi Jangkar
fluks medan lintang. Pengaruh adanya
Bila sikat tidak digeser maka komutasi
interaksi ini disebut reaksi jangkar.
akan jelek, sebab sikat terhubung dengan
penghantar yang mengandung tegangan.
Reaksi jangkar ini mengakibatkan me-
dan utama tidak tegak lurus pada garis 5.4.4 Hubungan Generator
netral teoritis AB, tetapi bergeser se-
besar sudut  sehingga tegak lurus pada
Arus Searah
Berdasarkan sumber arus kemagnitan
garis netral teoritis A' B'. untuk lilitan kutub magnit, maka dapat
dibedakan atas :
Sikat yang diletakkan pada permukaan
komutator yang terletak pada garis netral
 Generator dengan Penguat Terpi-sah,
AB harus digeser letaknya supaya tidak
jika arus untuk lilitan kutub magnit
timbul bunga api. Sikat harus digeser
berasal dari sumber arus searah yang
sesuai dengan pergeseran garis netral.
terletak di luar generator.
 Generator dengan Penguat Sendiri,
jika arus untuk lilitan kutub magnit
berasal dari generator itu sendiri.
5.4.4.1 Generator Penguat Terpisah
Dengan terpisahnya sumber arus searah
untuk lilitan medan dan generator, berarti
besar kecilnya arus medan tidak
terpengaruh oleh nilai-nilai arus ataupun
tegangan pada generator (Gambar 5.74).
Em
Persamaan arus: Im 
Rm
Gambar 5.71 Fluks Medan Utama
Ia = IL
Persamaan Tegangan :
E = V +Ia . Ra + 2e
V = IL . RL
Pj = L . la Watt
PL = V . IL Watt

Keterangan :
Im = Arus penguat magnit
Em = Tegangan sumber penguat magnit
Rm = Tahanan lilitan penguat magnit
Gambar 5.72 Fluks Medan Jangkar Ia = Arus jangkar

378
IL = Arus beban
Pj = Daya jangkar
V = Tegangan terminal jangkar
e = Kerugian tegangan pada sikat
Ra = Tahanan lilitan jangkar
RL = Tahanan beban
PL = Daya keluar (beban)

Gambar 5.75 Generator Shunt


Persamaan arus :
Ia = IL + Ish
V
Ish 
Rsh

Persamaan Tegangan :
E = V + Ia . Ra + 2e
V = IL . RL

b. Generator Seri

Persamaan arus : Ia = Is = IL

Persamaan Tegangan :
E = V + Ia . Ra + Is . Rs + 2e
= V + Ia (Ra + Rs) + 2e
Gambar 5.74 Generator Penguat Terpisah
5.4.4.2 Generator Penguat Sendiri
Karena generator jenis ini memperoleh
arus untuk lilitan medan dari dalam ge-
nerator itu sendiri, maka dengan sen-
dirinya besarnya arus medan akan ter-
pengaruh oleh nilai-nilai tegangan dan
arus yang terdapat pada generator. Hal ini
akan tergantung pada cara hubu-ngan
Iilitan penguat magnit dengan lilitan
jangkar.

a. Generator Shunt

Gambar 5.76 Generator Seri

c. Generator Kompon

Pada generator kompon lilitan medan


penguat yang terdapat pada inti kutub
magnit terdapat 2 (dua), yaitu untuk seri

379
dan shunt. Berdasarkan cara meletak-kan
lilitan tersebut maka dapat dibentuk
hubungan. Generator kompon panjang
dan generator kompon pendek

c.1 Generator Kompon Panjang

Gambar 5.78 Generator Kompon Pendek


Persamaan arus :
Is = IL
Ia = IL + Ish
Vcd
Ish = 
Rsh

Persamaan Tegangan :
E = V . Ia . Ra + Is . Rs + 2e
= Ia . Ra + Ish . Rsh + 2e

5.4.5 Efisiensi
Rugi – rugi yang terjadi dalam sebuah
generator arus searah dapat dibagi
sebagai berikut :
Gambar 5.77 Generator Kompon Panjang
Persamaan arus :
Is = Ia
Ia = IL + Ish

Persamaan Tegangan :
E = V . Ia (Ra + Rs) + 2c

c.2 Generator Kompon Pendek

 Rugi Tembaga
a. Rugi Tembaga jangkar = Ia2 Watt
b. Rugi Tembaga Medan Shunt
= Ish2. Rsh Watt
c. Rugi Tembaga Medan Seri
= Is2 . Rs Watt

 Rugi Inti
a. Rugi Hysterisis , Ph  B max1.6 . f
b. Eddy Currents , Pe  B max2 . f2

 Rugi Mekanis
a. Rugi gesekan pada poros

380
b. Rugi angin akibat putaran jangkar.
c. Rugi gesekan akibat gesekan sikat Efisiensi Mekanis m
dengan komutator. Daya yang dibangkitkan jangkar
 x100%
Daya Masuk Mekanis
Diagram aliran daya dari sebuah
generator dc bias diilustrasikan seperti
diperlihatkan pada gambar 5.79. Efisiensi Listrik I
Daya Keluar Generator
 x 100%
Rugi Besi dan Gesekan = Daya dibangkitkan jangkar
Daya Masuk Mekanis (Pm) - Daya
Jangkar (Pj)
Efisiensi Total t
Daya Keluar Generator
Rugi Tembaga Total =  x100%
Daya Jangkar (Pj) - Daya Keluar Daya Masuk Mekanis
Generator (Pout)

Gambar 5.79 Diagram Aliran Daya pada Generator Arus Searah

5.4.6 Karakteristik Generator


 Karakteristik Beban Nol (Eo / Im)
Memperlihatkan hubungan antara
pembangkitan Ggl tanpa beban
(beban nol) dalam jangkar (Eo) dan
arus medan (lm) pada kecepatan
konstan.
 Karakteristik Dalam atau Total
(E/Ia) Gambar 5.80 Rangkaian Generator Beban Nol
Memperlihatkan hubungan antara Ggl
E yang diinduksikan secara nyata Rangkaian untuk memperoleh data yang
dalam jangkar dan arus jangkar Ia. diperlukan untuk membuat kurva beban
 Karakteristik Luar (V/Ia) nol diperlihatkan pada gambar 5.80.
Memperlihatkan hubungan antara
tegangan terminal V dan arus be-ban Bila arus medan dinaikkan secara ber-
I. Kurva ini dibawah karakteris-tik tahap dengan menggunakan rheostat dan
dalam, karena itu perhitungan bisa nilai perubahan arusnva dibaca dengan
diambil dari kerugian tegangan diatas Ampermeter yang dihubungkan pada
resistansi jangkar. rangkaian medan.

5.4.6.1 Generator Penguat Terpisah Persamaan Tegangan untuk Generator


 .Z .N P
a. Karakteristik Beban Nol DC adalah : E  x Volt, bila
60 a
kecepatan dijaga konstan maka :
E = c . .
Penambahan arus medan akan meng-
akibatkan kenaikkan tegangan yang

381
didistribusikan sampai mencapai dae- menunjukkan tegangan yang sebenarnya
rah saturasi. yang terjadi pada jangkar saat generator
dibebani.
b. Karakteristik Berbeban
Selanjutnya bila kerugian tegangan aki-
Gambar 5.81 memperlihatkan Gene- bat resistansi jangkar Ia.Ra dikurangkan
rator DC saat berbeban. terhadap E maka akan diperoleh
tegangan terminal V (kurva III). Kurva II
memperlihatkan Karakteristik Dalam dan
Kurva III Karakteristik Luar.

5.4.6.1 Kurva Beban Nol Generator


Penguat Sendiri
Gambar 5.81 Rangkaian Generator Berbeban Kurva beban nol dari generator penguat
sendiri (Generator Shunt dan Seri) bisa
Kurva generator DC penguat terpisah saat didapat dengan cara melepaskan kum-
dibebani (Gambar 5.82) dapat diambil dari paran medan dari generator dan dihu-
kurva beban nol dengan cara bungkan dengan sumber tegangan arus
menguranginya dengan kerugian akibat searah dari luar .
reaksi jangkar dan resistansi jangkar.

c. Karakteristik Dalam dan Luar

Perhatikan kembali gambar 5.82, pada


waktu generator dibebani maka timbul
penurunan tegangan akibat reaksi jangkar
dan resistansi jangkar.

Gambar 5.83 Percobaan Beban Nol


Generator Penguat Sendiri

Seperti halnya pengambilan data untuk


generator dengan penguat terpisah, pa-
da penguat sendiripun arus medan ini
diatur secara bertahap dengan rheostat
pada kecepatan konstan.

Sebagai akibat adanya magnet sisa


pada kutub magnet, walaupun Im = 0
sudah terjadi sedikit Ggl sehingga kurva
akan dimulai diatas 0 (nol) .

a. Resistansi Kritis Generator Shunt

Untuk menentukan resistansi kritisnya,


Gambar 5.82 Kurva Generator Arus Searah saat maka generator dihubungkan sebagai
Dibebani
generator shunt. Perhatikan gambar
Apabila penururtan tegangan akibat reaksi
5.84, Titik P terletak pada garis resis-
jangkar dikurangkan dengan Eo, maka
akan diperoleh E (kurva II) yang tansi medan penguat OA. Garis OA

382
digambarkan dengan kemiringan yang
sama dengan resistansi kumparan
Volt
penguat OA (R) = 
Ampere

Gambar 5.85 Karakteristik Beban Nol pada


Kecepatan Berbeda

c. Kecepatan Kritis

Gambar 5.84 Resistansi Kritis Generator Shunt Kecepatan kritis dari sebuah generator
shunt adalah kecepatan dimana resis-
Tegangan OL merupakan tegangan tansi kumparan medan magnet yang ada
maksimum pada saat generator mempu- menunjukkan resistansi kritis. Pada
nyai nilai resistansi medan R. Bila gambar 5.86 kurva 2 memperlihatkan
resistansi medan penguat diturunkan kecepatan kritis sebab garis Rsh meru-
menjadi OB maka tegangan yang pakan resistansi kritis.
dibangkitkan menjadi OL. Sebaliknya bila
resistansi dinaikkan terus sehingga tidak,
memotong kurva beban nol (OT) maka
tegangan tidak akan dibang-kitkan.
Nilai resistansi yang terletak sepanjang
garis kemiringan dimana tegangan masih
bisa dibangkitkan disebut resistansi kritis
(Rc). Resistansi kritis ini merupakan
tangen dari kurva.

b. Karakteristik Beban Nol pada Ke- Gambar 5.86 Kurva Kecepatan Kritis
cepatan yang Berbeda Contoh : Karakteristik beban nol dari
sebuah generator arus searah shunt yang
Kurva beban nol dengan kecepatan yang berputar pada kecepatan 1000 Rpm
berbeda, digambarkan dengan kurva N1 adalah sebagai berikut :
dan N2 (Gambar 5.85).
Karena perubahan tegangan E sebanding E0(V) 52,5 107,5 155 196,5 231 256,5
dengan perubahan N pada nilai Im yang Im(A) 1 2 3 4 5 6
sama, maka :
E2 N 2 N2
 atau E 2 = E1 E0(V) 275 287,5 298 308 312
E1 N1 N1 Im(A) 7 8 9 10 11
E1 = HC bila N1
Perkiraan tegangan beban nol (E0) yang
untuk lm = OH , E1 = HC bila N1 akan terjadi bila putaran 800 Rpm dan
Im = OH , E2 = HD Bila N2 resistansi medan 30 Ohm .
Jawab :
N2
 E2 = HC x
N1

383
(1) Kerugian tegangan pada resistansi
jangkar ;
(2) Kerugian tegangan akibat reaksi
jangkar ;
(3) Perurunan tegangan akibat resistansi
jangkar dan reaksi jangkar,
selanjutnya mengakibatkan turunnya
suplai arus penguat ke medan magnet
sehingga Ggl induksi menjadi kecil .

Gambar 5.87 Contoh Karakteristik Beban Nol

Misal : - Im = 5A, lalu kalikan dengan 30


Ohm (5 x 30 = 150 Volt)
- Buat titik B (5 A, 150 Volt).
- Buat garis dari titik 0 melalui B,
dan memotong di A.
- Buat garis horizontal dari titik A
ke sumbu Y dan memotong di
M.
- OM menunjukkan tegangan
maksimum yang dibangkitkan Gambar 5.88 Generator Arus Searah Shunt Berbeban
generator dengan resistansi
medan 30 Ohm dan kecepatan
1000 Rpm, OM = 310 Volt.
5.5 Motor Arus Searah
Untuk mendapatkan ggl induksi saat N= 5.5.1 Prinsip Dasar
800 Rpm, harus dibuat kurva baru dengan Sebuah motor listrik adalah suatu mesin
menganggap ggl sebanding dengan yang mengubah energi masukan listrik
perubahan kecepatan. menjadi energi keluaran mekanik, jadi
Semua nilai tegangan pada 1000 Rpm pada dasarnva sebuah mesin arus searah
800 bisa difungsikan sebagai motor atau ge-
dikalikan dengan = 0,8 dan kurva
1000 nerator.
untuk N = 800 Rpm dibuat:
E0 Bila suatu penghantar yang dialiri arus
(volt) 42 86 124 157,2 184,8 212,4 220 230 ditempatkan dalam suatu medan magnet,
maka akan timbul daya yang besarnya F =
Im
B . I . L (Nw). Arah gaya F dapat
(Amp 1 2 3 4 5 6 7 8
ditentukan berdasarkan hukum tangan kiri
)
Flemming.
- dengan Rsh = 30 Ohm, ON = 230 Volt
5.5.2 Persamaan Tegangan
d. Karakteristik Luar
dan Daya
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Gaya yang terjadi pada motor arus searah
bahwa tegangan terminal generator akan tergantung pada besarnya arus yang
turun apabila terjadi penambahan beban. melewati jangkar dan fluks magnit dari
Ada tiga penyebab pokok yang medan magnit (penguat).
mengakibatkan turun tegangan terminal Bila belitan (jangkar) telah berputar, maka
generator shunt saat berbeban dalam belitan itu akan timbul suatu
384
tegangan yang arahnya berlawa-nan mengatasi kerugian mekanis atau
dengan tegangan yang disuplai dari luar, kerugian gesekan dari motor.
dan ini disebut Ggl lawan.
Besarnya Ggl Lawan yang dibangkitkan : Daya Mekanis (Pm)
 .Z . N P Pm = E la = V.Ia – Ia2. Ra
E  x Volt ...............(1) Differentialkan kedua sisi dengan Ia, maka
60 A
dPm
: = V – 2Ia . Ra
V = E + Ia . Ra Volt .................(2) dIa
V E Daya mekanik yang dibangkitkan akan
Ia  Ampere …………(3) dPm
Ra maksimum bila sama dengan nol.
dIa
V – 2 . la . Ra = 0
V
la . Ra =
2
V
E = V – Ia . Ra =
2
Jadi la harus cukup besar supaya E
setengah dari V, tetapi ini sulit untuk
dicapai karena la akan terlampau besar
yang menyebabkan panas, efisiensi akan
dibawah 50%.
gaya magnit

5.5.3 Torsi
Garis-garis

Torsi adalah putaran suatu gaya pada


sebuah poros, dan diukur dengan hasil
perkalian gaya dengan jari-jari lingkaran
dimana gaya tersebut terjadi(bekerja).

Torsi T = F . r (N-m)

Gaya yang bekerja pada satu putaran


penuh akan menimbulkan energi sebesar
: F . 2 . n Joule.
Gambar 5.89 Prinsip Kerja Motor Arus Searah
Daya yang dibangkitkan :
Bila persamaan (2) dikalikan dengan la, Pm = T .  Watt
maka :
= F.r x 2 . n joule/detik
V. la = E . Ia + la2 Ra …………….... (4) 5.5.3.1 Torsi Jangkar
Ta adalah torsi vang dibangkitkan oleh
V.la = Daya yang disuplai ke jangkar
jangkar motor yang berputar dengan
motor.
kecepatan per detik (n), maka daya yang
Ia2 Ra = Rugi Tembaga dlm jangkar
dibangkitkan adalah :
E.la = Daya yang digunakan jangkar
motor yang mengakibatkan
= Ta x 2 .  .n Watt .
berputarnya jangkar.
Pm = E . Ia Watt
E.la tidak semuanya ada pada poros, Tax2 . n = E . Ia Watt
karena sebagian digunakan untuk

385
 .Z . N P Ph = .Bmax X f . V Watt
Tax2 . n = x x la  = Steinmetz hysterisis coefficient
60 A
Bmax = Kerapatan fluks
1 Ia
Ta =  . Z . P x Nm Wb 
2. A maksimum  2 
Ia m 
= 0,159  . Z x Nm f = Frekuensi dlm Hertz
A V = Volume inti (m3)
5.5.3.2 Torsi Poros nilai x = antara 1,6 s/d 2

Tidak seluruh torsi yang dihasilkan pada - Arus Pusar (Eddy Current)
jangkar bisa dimanfaatkan oleh beban Pe = Ke.Bmax2 . f2 . V . t2 Watt
yang dihubungkan pada poros, karena Ke = Konstanta arus pusar
sebagian akan hilang karena rugi-rugi besi t = Ketebalan dari inti magnit (m)
dan gesekan pada motor. Torsi yang yang
bisa dimanfaatkan ini disehut Torsi Poros  Rugi Mekanis
(Tsh) Rugi mekanis yang terjadi pada motor
Tsh = Torsi Jangkar (Ta) - Torsi yang disebabkan oleh adanya gesekan dan
hilang karena rugi besi dan gesekan (Tf) angin, seperti pada bagian poros
Eb . Ia  Rugi besi dan gesekan motor.
Tsh =
2 . . n
 Efisiensi
HP x 746 Efisiensi adalah prosentase perban-
= Nm
2 . . n dingan daya keluar dan daya masuk
yang terjadi pada motor.
5.5.4 Rugi-rugi Daya dan =
Daya Keluar
x 100%
Efisiensi Daya Masuk
Daya Keluar
Rugi-rugi daya yang terjadi pada sebuah = x 100%
motor arus searah dapat dibagi kedalam Daya Masuk  rugi
:
 Rugi- rugi tembaga atau listrik. 5.5.5 Macam-macam Hubungan
 Rugi-rugi besi atau magnet. Motor Arus Searah
 Rugi-rugi mekanis.
Seperti pada generator arus searah
 Rugi-rugi tembaga atau listrik berdasarkan sumber arus kemagnetan
 Daya yang hilang dalam panas lilitan untuk kutub magnit, maka dapat dibe-
medan dan rangkaian jangkar dakan atas :
 Rugi tembaga dari lilitan dibagi atas:  Motor arus searah dengan peguat
 Rugi tembaga jangkar  terpisah, bila arus untuk lilitan kutub
Ia2 . Ra Watt magnet berasal dari sumber arus
 Rugi tembaga medan terdiri dari:
searah yang terletak di luar motor.
 Motor arus searah dengan
Ish2.Rsh Watt  Motor Shunt/
Motor Kompon penguat sendiri, bila arus untuk
lilitan kutub magnet berasal dari
Is2.Rs Watt  Motor Seri/
Motor Kompon motor itu sendiri.

 Rugi-rugi Besi atau Magnet Sedangkan berdasarkan hubungan lili-


- Rugi histerisis tan penguat magnit terhadap lilitan
jangkar untuk motor dengan penguat
386
sendiri dapat dikelompokkan atas : b. Motor Seri

 Motor Shunt
 Motor Seri
Panjang
 Motor Kompon
Pendek
5.5.5.1 Motor Arus Searah Gambar 5.92 Rangkaian Motor Arus
Penguat Terpisah Searah Penguat Sendiri Seri
Persamaan Arus dan Tegangan
IL = Is = la
E = V - IL (Rs + Ra)

c. Motor Kompon
c.1 Motor Kompon Panjang

Gambar 5.90 Rangkaian Motor Arus


Searah Penguat Terpisah
Persamaan Arus,Tegangan dan Daya
Em
Im = Amp
Rm
la = IL
E = V – la . Ra - 2e Volt .
Pin = V.IL Watt Gambar 5.93 Rangkaian Motor Arus
Pj = Pm = E .la Watt Searah Kompon Panjang
Pout = Pm - Rugi besi&gesekan
Persamaan Arus dan Tegangan
5.5.5.2 Motor Arus Searah IL = la + Ish
Penguat Sendiri V
Ish =
Rsh
a. Motor Shunt V = E + la (Ra + Rs)

c.1 Motor Kompon Pendek

Gambar 5.91 Rangkaian Motor Arus


Searah Penguat Sendiri Shunt

Persamaan Arus dan Tegangan : Gambar 5.94 Rangkaian Motor Arus


IL = la + Ish Searah Kompon Pendek
V
Ish = Persamaan Arus dan Tegangan
Rsh IL = la + Ish
E = V - Ia.Ra

387
Vab arus ke lilitan medan penguat juga akan
Ish = konstan, sehingga fluks yang ditimbulkan
Rsh
medan akan konstan.
V = Vab + lL . Rs
Dengan demikian torsi pada motor de-
ngan penguat terpisah hanya tergantung
5.5.6 Karakteristik Motor pada arus jangkar atau perubahan torsi
berbanding lurus dengan arus jangkar.
Arus Searah
Karakteristik sebuah motor arus searah c. Karakteristik Mekanis
dapat kita tentukan berdasarkan persa- Dengan merujuk pada persamaan
maan kecepatan dan torsi. T=C.Ia. salah satu faktor yang menga-
kibatkan kenaikkan Torsi adalah naiknya
 Persamaan Kecepatan arus jangkar la, dan akibat naiknya arus
V  Ia . Ra jangkar maka berdasarkan persamaan N
N = Rpm
C V  Ia . Ra
= Rpm, kecepatan akan turun
 Persamaan Torsi C
T = C . Ia .  Nm dengan asumsi  konstan. Khusus untuk
motor dengan penguat terpisah yang
Berdasarkan persamaan diatas maka memiliki Ra kecil penurunan kecepatan
dapat diperoleh karakteristik-karakteristik tidak terlalu besar.
yang penting pada motor arus searah.
Karakteristik tersebut antara lain
a. Karakteristik putaran sebagai fungsi 5.5.6.2 Karakteristik Motor Arus
dan arus.jangkar (Karakteristik Puta- Searah Penguat Sendiri
ran) Karakteristik Putaran, Torsi, dan Meka-nis
N = f (la), V konstan untuk motor shunt dengan penguat sendiri
b. Karakteristik torsi sebagai fungsi dari hampir sama dengan motor dengan
arus jangkar (Karakteristik Torsi) penguat terpisah, sedangkan untuk motor
T = f (la), V konstan seri dan kompon bisa dijelaskan sbb :
c. Karakteristik putaran sebagai fungsi
dari torsi (Karakteristik Mekanis) a. Karakteristik Putaran
N = f(T), V konstan Motor Seri :
Dengan memperhatikan kembali rang-
5.5.6.1 Karakteristik Motor Arus kaian listrik motor seri, besarnya arus
Searah Penguat Terpisah jangkar (Ia) sama dengan arus pengua-
a. Karakteristik Putaran tan (Is) dengan demikian :
Putaran pada motor dengan penguat  = f(Ia) = f(Is), dan berdasarkan persa-
terpisah relatif konstan, penurunan ke- maan :
cepatan akibat perubahan beban sangat V  Ia . Ra
N= Rpm
kecil. Hal ini disebabkan karena fluks C
medan pada motor relatif konstan dan V  Ia . Ra
tahanan jangkar Ra sangat kecil, sehingga maka N= Rpm
C.Ia
penurunan kecepatan antara tanpa beban
dan beban penuh adalah kecil sehingga
sehingga karakteristik akan berbentuk
motor bisa dikatagorikan sebagai motor
hiperbolis.
yang mempunyai kecepatan tetap.
Motor Kompon
b. Karakteristik Torsi
Karakteristik motor kompon berada
Berdasarkan persamaan T = C . Ia . Nm,
diantara karakteristik motor seri dan motor
jika tegangan terminal V konstan maka

388
shunt, sedangkan berdasarkan arah melilit
penguat medannya motor kompon bisa 5.6 Motor Induksi Tiga Fasa
dibagi atas Kompon Lawan dan Kompon 5.6.1 Konstruksi dan Prinsip Kerja
Bantu.
Pendahuluan
b. Karakteristik Torsi Mesin-mesin listrik digunakan untuk
Motor Seri : mengubah suatu bentuk energi ke
energi yang lain, misalnya mesin yang
Berdasarkan persamaan :
mengubah energi mekanis ke energi
Ia
Ta = 0,159  . Z . P x Nm, atau listrik disebut generator, dan sebaliknya
A energi listrik menjadi energi mekanis
Ta    Ia, sebelum titik jenuh   If dan disebut motor. Masing-masing mesin
Ia, karena Ia = If oleh karena itu pada mempunyai bagian yang diam dan
beban ringan Ta  Ia2. Sesudah titikk bagian yang bergerak.
jenuh  hampir berdiri sendiri maka Ta 
la, bentuk karakteristik menjadi lurus. Bagian yang bergerak dan diam terdiri
dari inti besi, dipisahkan oleh celah
Motor Kompon : udara dan membentuk rangkaian mag-
Akibat adanya fluks medan seri dan netik dimana fluksi dihasilkan oleh alir-
shunt pada motor kompon yang saling an arus melalui kumparan/belitan yang
mempengaruhi, maka karakteristik Torsi terletak didalam kedua bagian tersebut.
yang terjadi merupakan gabungan dari
karakteristik motor seri dan shunt. Pada Pada umumnya mesin-mesin pengge-
saat beban normal dengan naiknya la, rak yang digunakan di Industri mempu-
maka pertambahan Torsi motor shunt nyai daya keluaran lebih besar dari 1 HP
lebih besar bila dibandingkan motor seri dan menggunakan motor Induksi Tiga
dan karakteristik motor kompon berada Fasa. Adapun kelebihan dan ke-
diantara kedua karakteristik tersebut, kurangan motor induksi bila diban-
demikian juga pada saat beban besar. dingkan dengan jenis motor lainnya,
adalah :
c. Karakteristik Mekanis
Motor Seri Kelebihan Motor Induksi
 Mempunyai konstruksi yang sederha-
Dengan naiknva Torsi, akan mengaki-
na.
batkan naiknya la dan if (), dari
 Relatif lebih murah harganya bila di-
V  Ia . Ra
persamaan : N = Rpm, pada bandingkan dengan jenis motor yang
C.
lainnya.
saat Ia = 0, maka harga N mendekati tak  Menghasilkan putaran yang konstan.
terhingga, sedangkan pada saat Ia (Ta)
 Mudah perawatannya.
besar, kecepatan turun mendekati nol.
 Untuk pengasutan tidak memerlukan
Motor Kompon motor lain sebagai penggerak mula.
 Tidak membutuhkan sikat-sikat, se-
Untuk motor kompon karakteristiknya hingga rugi gesekan bisa dikurangi.
berada diantara karakteristik motor seri
dan motor shunt. Kekurangan Motor Induksi
 Putarannya sulit diatur.
 Arus asut yang cukup tinggi, berkisar
antara 5 s/d 6 kali arus nominal motor

389
buah kutub, jumlah kutub ini menentukan
kecepatan motor tersebut. Semakin
banyak jumlah kutubnya maka puta-ran
yang terjadi semakin rendah.

5.6.1.2 Rotor
Motor Induksi bila ditinjau dari rotornya
terdiri atas dua tipe yaitu rotor sangkar
dan rotor lilit.

Gambar 5.95 Penampang Motor Induksi Tiga Fasa  Rotor Sangkar


Motor induksi jenis rotor sangkar lebih
Inti besi stator dan rotor terbuat dari la-
banyak digunakan daripada jenis rotor
pisan baja silikon yang tebalnya berkisar
lilit, sebab rotor sangkar mempunyai
antara 0,35 mm - 1 mm yang tersusun
bentuk yang sederhana. Belitan rotor
secara rapi dan masing-masing terisolasi
terdiri atas batang-batang penghantar
secara listrik dan diikat pada ujung-
yang ditempatkan di dalam alur rotor.
ujungnya.
Batang penghantar ini terbuat dari tem-
baga, alloy atau alumunium. Ujung-
Celah udara antara stator dan rotor pada
motor yg berukuran kecil 0,25 mm-0,75 ujung batang penghantar dihubung sing-
mm, sedangkan pada motor yang kat oleh cincin penghubung singkat, se-
berukuran besar bisa mencapai 10 mm. hingga berbentuk sangkar burung. Mo-
Celah udara yang besar ini disediakan tor induksi yang menggunakan rotor ini
untuk mengantisipasi terjadinya peleng- disebut Motor Induksi Rotor Sangkar.
kungan pada sumbu sebagai akibat
pembebanan. Tarikan pada pita (belt) Karena batang penghantar rotor yang
atau beban yang tergantung akan me- telah dihubung singkat, maka tidak dibu-
nyebabkan sumbu motor melengkung. tuhkan tahanan luar yang dihubungkan
seri dengan rangkaian rotor pada saat
5.6.1.1 Stator awal berputar. Alur-alur rotor biasanya
tidak dihubungkan sejajar dengan sum-
bu (poros) tetapi sedikit miring.

Gambar 5.96 Lilitan Motor Induksi


Pada dasarnya belitan stator motor in-
duksi tiga fasa sama dengan belitan motor
sinkron. Konstruksi statornya berlapis-
lapis dan mempunyai alur untuk melilitkan Gambar 5.97 Rotor Sangkar
kumparan. Stator mempunyai tiga buah
kumparan, ujung-ujung belitan kumparan  Rotor Lilit
dihubungkan melalui terminal untuk Rotor lilit terdiri atas belitan fasa banyak,
memudahkan penyambungan dengan belitan ini dimasukkan ke dalam alur-alur
sumber tegangan. Masing-masing initi rotor. Belitan ini sama dengan belitan
kumparan stator mempunyai beberapa stator, tetapi belitan selalu dihu-bungkan
390
secara bintang. Tiga buah ujung-ujung
belitan dihubungkan ke terminal- terminal
sikat/cincin seret yang terletak pada poros
rotor.

Pada jenis rotor lilit kita dapat mengatur


kecepatan motor dengan cara mengatur
tahanan belitan rotor tersebut. Pada
keadaan kerja normal sikat karbon yang
berhubungan dengan cincin seret tadi
dihubung singkat. Motor induksi rotor lilit
dikenal dengan sebutan Motor Induksi Gambar 5.98 Rotor lilit
Slipring atau Motor Induksi Rotor Lilit.
5.6.1.3 Medan Putar

Gambar 5.99 Nilai Arus Sesaat dan Posisi Flux


Putaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar
(fluksi yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini timbul
bila kumparan stator dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa. Hubungannya
dapat berupa hubungan bintang atau segitiga. Pada gambar 5.98 diperlihatkan
bagaimana terjadinya medan putar pada motor induksi tiga fasa.
Perhatikan gambar 5.99 a s/d f
 Pada posisi pertama atau a, fluks
resultan mempunyai arah yang sa-
ma dengan arah fluk yang dihasilkan
oleh kumparan a - a.
 Pada posisi kedua atau b, fluks re-
sultan mempunyai arah yang sama
dengan arah fluks yang dihasilkan
oleh kumparan c - c.

(a)

391
(e)
(b)

(f)
(c) Gambar 5.100 Proses Terjadinya Medan Putar

Dari gambar diatas terlihat bahwa fluks


resultan akan berputar, dan jumlah
putarannya bisa ditentukan berdasarkan
120. f
persamaan : Ns  Rpm
P
5.6.1.3 Prinsip Kerja Motor Induksi
Tiga Fasa
Prinsip kerja motor induksi atau terjadinya
putaran pada motor, bisa dijelaskan
sebagai berikut :
 Bila kumparan stator diberi suplai
(d) tegangan tiga fasa, maka akan terjadi
 Pada posisi ketiga atau c, fluks re- medan putar dengan kecepatan
sultannya mempunyai arah yang sa- 120. f
ma dengan fluks yang dihasilkan oleh Ns 
kumparan b - b. P
 Pada posisi keempat s/d keenam  Medan putar stator tersebut akan
terlihat fluks resultan yang terjadi mengimbas penghantar yang ada
arahnya akan berlawanan dengan pada rotor, sehingga pada rotor timbul
arah fluks sebelumnya pada masing- tegangan induksi.
masing kumparan.

392
 Tegangan yang terjadi pada rotor  Bila Nr = Ns tegangan tidak akan
menyebabkan timbulnya arus pada terinduksi dan arus tidak mengalir
penghantar rotor. pada kumparan jangkar rotor, se-
 Selanjutnya arus di dalam medan hingga tidak dihasilkan kopel. Kopel
magnet menimbulkan gaya (F) pada pada motor akan terjadi bila Nr lebih
rotor. kecil dari Ns.

5.6.2 Frekuensi dan Slip Rotor


Kumparan stator motor induksi tiga fasa
bila dihubungkan dengan suplai tegangan
tiga fasa akan mengasilkan medan
magnet yang berputar dengan kecepat-
an sinkron sesuai dengan persamaan
(a) 120f
Ns  . Medan putar yang terjadi pada
P
stator ini akan memotong penghantar-
penghantar yang ada pada bagian rotor,
sehingga terinduksi arus, dan sesuai
dengan dengan Hukum Lentz, sehingga
rotor akan berputar mengikuti putaran
medan stator.
(b)
Perbedaan kecepatan medan putar stator
dengan putaran rotor biasa disebut slip.
Apabila terjadi penambahan beban, maka
akan mengakibatkan naiknya kopel motor
dan selanjutnya akan memperbesar arus
induksi pada bagian rotor.

Frekuensi rotor saat motor belum ber-


(c) putar nilainya akan sama dengan fre-
kuensi yang terjadi pada belitan stator,
Gambar 5.101 Terjadinya Putaran pada Motor Induksi
dan apabila sudah berputar frekuensi
rotornya akan sebanding dengan peru-
 Bila kopel mula yang dihasilkan oleh bahan slip yang terjadi pada motor ter-
gaya (F) pada rotor cukup besar untuk sebut.
menanggung kopel beban, maka rotor
akan berputar searah dengan medan
putar stator. 5.6.2.1 Tegangan Induksi pada
 Supaya timbul tegangan induksi pada Rotor
rotor, maka harus ada perbedaan Saat rotor belum berputar maka Slip = 1,
relatif antara kecepatan medan putar frekuensi dari ggl rotor nilainya sama
stator(Ns) dengan kecepatan putar dengan frekuensi yang di suplai ke bagian
rotor (Nr).Perbedaan kecepatan stator. Nilai tegangan induksi pada rotor
antara Nr dengan Ns disebut Slip (S), saat diam adalah maksimum, sehingga
dan dinyatakan dengan persa-maan motor ekuivalen dengan sebuah
Ns  Nr transformator tiga fasa yang di hubung
S x100%
Ns singkat pada sisi sekundernya.

393
Saat rotor mulai berputar, kecepatan f2
relatif antara rotor dengan fluks medan  S  f 2  Sxf1
f1
putar stator akan menurun, sehingga
tegangan induksi rotor berbanding lang- 5.6.3 Rangkaian Ekuivalen
sung dengan kecepatan relatif, dengan
demikian tegangan induksi di rotor akan Dalam beberapa hal mesin Induksi me-
mengalami penurunan. nyerupai mesin sinkron, tetapi pada da-
sarnya mesin induksi ini hampir sama
Jadi untuk Slip S, tegangan induksi rotor dengan transformator, terutama saat
akan S kali tegangan induksi saat diam, belum berputar.
oleh karena itu pada kondisi ber-putar :
Energi yang “dipindahkan” dari stator ke
E 2r  SE 2
rotor dilakukan berdasarkan azas imbas
elektromagnet(induksi) dengan bantuan
5.6.2.2 Slip dan Frekuensi Rotor fluksi bersama, karena itu rangkaian
ekuivalen motor induksi digambarkan
Seperti telah dijelaskan diatas, putaran seperti rangkaian ekuivalen transforma-
rotor tidak akan sama dengan putaran tor. Bagian stator membentuk sisi primer
medan stator, karena bila rotor berputar dan rotor sebagai sisi sekunder.
sama cepatnya dengan medan stator,
tidak akan timbul perbedaan kecepatan
sehingga tidak ada Ggl induksi yang 5.6.3.1 Rangkaian Ekuivalen Rotor
timbul pada rotor, tidak ada arus dan tidak
ada kopel yang mendorong rotor.

Itulah sebabnya rotor selalu berputar pada


kecepatan dibawah kecepatan medan
putar stator. Perbedaan kecepatan
tergantung pada besarnya beban motor.
Slip mutlak menunjukkan kecepatan relatif
rotor terhadap medan putar.

Slip Mutlak = Ns – Nr

Slip (S) merupakan perbandingan slip


mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit
atau prosen oleh hubungan :
Ns  Nr
S x100%
Ns
Dalam keadaan diam, frekuensi rotor ( f 2 ) Gambar 5.102 Rangkaian Ekuivalen Rotor
sama besarnya dengan frekuensi sumber Pada saat rotor berputar tegangan in-
tegangan, bila rotor berputar frekuensi duksi rotor (E2) dan reaktansi bocor
rotor tergantung pada besarnya rotor (X2) dipengaruhi oleh Slip, maka
kecepatan relatif atau slip mutlak. arus rotor menjadi :
Hubungan antara frekuensi dengan slip E 2 .S
I2 
dapat dilihat sebagai berikut :
R 2 '  (S.X 2 ) 2
120.f1 P.Ns E2
Ns  dan f1  =
2
P 120  R2 
dan pada rotor berlaku hubungan :   .X 2 2
 S 

394
R2 1 1
=  R 2  R 2 (  1) R 2 (  1) = Resistansi Beban
S S S

dimana R 2  Resistansi Rotor

5.6.3.2 Rangkaian Ekuivalen Motor

Gambar 5.103 Rangkaian Ekuivalen Motor

Gambar rangkaian ekuivalen pada gambar 5.102 bisa disederhanakan lagi dengan
merefrensikannya pada sisi primer (stator) seperti terlihat pada gambar 5.103

Gambar 5.104 Rangkaian Ekuivalen dengan Refrensi Primer

5.6.4 Torsi dan Daya


5.6.4.1 Torsi Motor
Seperti telah dibahas pada sub bab
mengenai konstruksi dan prinsip kerja Torsi Asut (Starting Torque)
motor induksi, tidak ada suplai listrik yang Torsi yang dihasilkan oleh sebuah motor
dihubungkan secara langsung ke bagian pada saat mulai diasut disebut Torsi Asut,
rotor motor, daya yang dilewatkan senjang nilainya bisa lebih besar atau lebih kecil
udara adalah dalam bentuk magnetik dan dari Torsi putar dalam keadaan normal.
selanjutnya diinduksikan ke rotor sehingga
E E2
menjadi energi listrik. Rata-rata daya yang I2  2 
melewati senjang udara harus sama Z2 R 22  X22
dengan jumlah rugi daya yang terjadi
pada rotor dan daya yang dikonversi R2 R2
menjadi energi mekanis. Cos  
Z2 R 22  X22
Daya yang ada pada bagian rotor meng- Torsi Asut Ts  k.E 2 .I 2 .Cos 2
hasilkan torsi mekanik, tetapi besarnya
torsi yang terjadi pada poros motor di- atau
mana tempat diletakkannya beban, tidak E2 R2
Ts  k.E 2 . x
sama dengan besarnya torsi mekanik, hal
R 22  X22 R 22  X22
ini disebabkan adanya torsi yang hilang
akibat gesekan dan angin.
395
k.E 2 2 .R 2
=
R 22  X22
Torsi saat Rotor(Motor) Berputar
Pada saat motor berputar, maka :
T  E 2r .I 2r .Cos 2
dimana :
E 2r  Tegangan rotor / fasa saat Gambar 5.105 Karakteristik Slip Vs Torsi
berputar
I 2r  Arus rotor/fasa saat berputar Torsi Beban Penuh dan Torsi Mak-
simum
E 2r  S.E 2
k.S.R 2 .E 2 2
Tf 
E 2r S.E 2 R 2 2  S 2 .X 2 2
I 2r  
Z 2r (R 2 ) 2  ( X 2 .S) 2 k.E 2 2
Tmax 
R2 2.X 2
Cos 2r 
(R 2 ) 2  (S.X 2 ) 2 Tf k.S.R 2 .E 2 2 2.X 2
  x
2 2
2
Tmax R 2  S .X 2 k.E 2 2
k.S.E 2 2 .R 2
T
R 2 2  (S.X 2 ) 2 2.S.
R2
X2 2
3  
k = konstanta, nilainya = 2 Sm S
2..Ns  R2  
   S 2 S Sm
3 S.E 2 2 .R 2  X2 
T x
2..Ns R 2 2  (S.X 2) ) 2 Torsi Asut dan Torsi Maksimum

Torsi Maksimum saat Motor Berputar Ts k.R 2 .E 2 2 2.X 2 2.R 2 .X 2


 x 
Kondisi Torsi Maksimum pada saat motor Tmax R 2 2  X 2 2 k.E 2 R 2 2  X 2 2
berputar bisa diperoleh dengan
R
mendeferensialkan persamaan Torsi 2. 2
terhadap Slip S. X2 2.Sm
= 
2
Torsi Maksimum 
dT
0  R2  1  Sm 2
dS 1   
Berdasarkan hasil diferensial ini akan  X2 
R Torsi pada Rotor Lilit
diperoleh ; Sm  2
X2
Untuk menentukan Arus, daya, dan Torsi
k.S.E 2 2 .R 2 pada Motor Induksi rotor lilit tidak
Tmax  berbeda dengan rotor sangkar, hanya
R 2 2  S 2 .X 2 2
pada rotor lilit kita bisa menambahkan
R2 tahanan luar terhadap bagian rotor
k. .E 2 2 .R 2
X2 k.E 2 2 tersebut.
 
R 2.X 2
R 2  ( 2 ) 2 .X 2
X2

396
Saat Berputar
S.E 2
I2  Ampere
(R 2  Rx) 2  (S.X 2 ) 2

R 2  Rx
Cos 2 
(R 2  Rx) 2  (S.X 2 ) 2

k.S.E 2 2 .(R 2  Rx)


T N-m
(R 2  Rx) 2  (S.X 2 ) 2

Gambar 5.106 Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi 5.6.4.1 Daya Motor Induksi Tiga Fasa
Rotor Lilit
Diagram aliran daya dari sebuah Motor
Saat Pengasutan S = 1 Induksi Tiga Fasa seperti diperlihatkan
E2 pada gambar 5.106
I2  Ampere  Daya Masuk Stator = Daya Keluar
2 2
(R 2  Rx)  ( X 2 ) Stator + Rugi Tembaga Stator
 Daya Masuk Rotor = Daya Keluar
R 2  Rx Stator
Cos 2 
 Daya Keluar Rotor Kotor = Daya
(R 2  Rx) 2  ( X 2 ) 2 Masuk Rotor - Rugi Tembaga Rotor

k.E 2 2 .(R 2  Rx) Daya keluar rotor dikonversi ke dalam


T N-m
2
(R 2  Rx)  ( X 2 ) 2 energi mekanis dan menghasilkan Torsi
Tg. Sebagian torsi yang dihasilkan Tg
hilang karena gesekan dan angin di rotor
disebut Torsi Poros Tsh.

Gambar 5.107 Diagram Aliran Daya Motor Induksi Tiga Fasa


Keterangan : Pout rotor = Tg.2..Nr
Daya Keluar Rotor kotor = Pout rotor
Daya Masuk Rotor = Pin rotor
Pout rotor
Tg =
Rugi Tembaga Rotor = Pcu rotor
2..Nr

397
Pin rotor  Tg x2..Ns Pcu 3.I 2 2 .R 2
Pcu rotor  Tg x2.(Ns  Nr )
3.S 2 .E 2 2 .R 2
Pcu rotor Tg x2.(Ns  Nr )  Watt
 R 2 2  S 2 .X 2 2
Pin rotor Tg x2..Ns
Pcu rotor
Ns  Nr Pin rotor P2 
 S S
Ns
Pcu rotor  S xPin rotor 3.S 2 .E 2 2 .R 2 1
 x
2 2 2
R 2  S .X 2 S
Pout rotor = Pin rotor - Pcu rotor
3.S.E 2 2 .R 2
= Pin rotor - S x Pin rotor 
R 2 2  S 2 .X 2 2
Pout rotor
 1 S
Pin rotor Daya Mekanik (Pm) atau
Ns  Nr
 1 Pout rotor =(1 - S) Pin rotor
Ns
Ns Ns  Nr Ns
   3.S(1  S)E 2 2 .R 2
Ns Ns Nr Watt
Efisiensi Rotor 
Ns R 2 2  S 2 .X 2 2
Nr
Pcurotor S x Pin rotor Pm Pm
Juga  Tg  
Pout rotor (1  S) Pin rotor  2Nr / 60
S Pm

1 S 
2..Ns(1  S) / 60
Rugi Tembaga Rotor untuk Sistem Tiga
1 3.S.E 2 2 .R 2
Fasa, adalah :  x Nm
2..Ns / 60 R 2 2  (S.X 2 ) 2

Gambar 5.108 Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi

Menentukan Torsi dan daya pada motor Rugi Inti  I c 2 .Rc


induksi tiga fasa, bisa dilakukan pula
berdasarkan rangkaian ekuivalen Pcu stator  3.I12 .R 1 Watt
(Gambar 5.107). Daya yang Ditransfer keRotor 

 2 RS2
'
Pin Stator = 3.V1.I1.Cos1 Watt
3. I 2 ' . Watt

Pcu rotor  3.(I 2 ' ) 2 .R 2 ' Watt

398
DayaMekanik Pm  Pin rotor Pcu rotor Daya Keluar Motor akan maksimum,
R 2' bila : R L  Z eq1
 3(I 2 ' ) 2  3(I 2 ' ) 2 .R 2 '
S
3.V12 .Z eq1
1  S  Pg max 
 3(I 2 ' ) 2 .R 2 '   Watt
 S  (R eq1  Z eq1 ) 2  X eq12
Tgx Tgx2.Nr / 60 3.V12

1 S  2(R eq1  Z eq1 )
 3.(I 2 ' ) 2 .R 2 '  
 S 
1 S 
5.6.5 Penentuan Parameter
3(I 2 ' ) 2 .R 2 '   Motor Induksi
Tg  S 
2.Nr / 60 Parameter dari rangkaian ekuivalen
karenaNr  Ns(1  S),maka Rc , X m , R1 , X 1 , X 2 , danR2 , dapat diten-
R 2' tukan berdasarkan hasil tes tanpa beban,
3(I 2 ' ) 2 tes hubung singkat, dan dari pengukuran
Tg S tahanan dc dari belitan stator.
2.Ns / 60

Tes tanpa beban pada motor induksi,


seperti tes tanpa beban pada sebuah
transformator,yang hasilnya memberikan
informasi nilai arus magnetisasi dan rugi
gesekan.
Gambar 5.109 Rangkaian Ekuivalen dengan
Refrensi Stator Tes ini dilakukan dengan memberikan
V1 tegangan tiga fasa seimbang pada belitan
I 2'  stator pada rating frekuensinya. Bagian
 ' rotor pada kondisi pengetesan jangan
 R  R 2   j( X  X ' )
 1 S  1 2 terhubung dengan beban mekanis, rugi
  daya yang terukur pada kondisi tes tanpa
beban disebabkan rugi inti, rugi gesekan
3
Tg  x dan angin.
2.Ns / 60
V12 R 2' Tes hubung singkat pada motor induksi,
...... x Nm seperti tes hubung singkat pada trans-
R 2' 2 S
(R1  )  ( X1  X 2 ' ) 2 formator, yang hasilnya memberikan in-
S formasi kerugian karena impedansi. Pada
tes ini rotor ditahan sehingga motor tidak
bila harga Io diabaikan  I1  I 2 bisa berputar. Untuk menghindari hal-hal
yang tidak ingin selama pengetesan
DayaKeluar Motor Pg (Pout )  3.I12 .R L
biasanya tegangan yang diberikan hanya
V1 15% - 20% dari tegangan normal motor,
I1  sedangkan untuk mendapatkan nilai
(R eq1  R L )2  Xeq12 parameter motor, tetap berdasarkan nilai
3.V12 .R L nominalnya dengan melakukan konversi
Pg  , k diasumsikan  1 dari hasil pengukuran.
(R eq1  R L )2  Xeq12

399
Hasil pengetesan terhadap motor ini selain
untuk menentukan parameter, dapat OA=Menunjukkan rugi-rugi yang dise-
dimanfaatkan juga untuk menggambarkan babkan gesekan dan angin.
diag-ram lingkaran. Rugi-rugi tembaga
stator dan rotor dapat dipisahkan dengan Besarnya nilai Wo yang terbaca pada saat
menggambarkan garis torsi. tes tanpa beban, menunjukkan nilai
kerugian yang diakibatkan oleh adanya :
5.6.5.1 Tes Tanpa Beban  Rugi tembaga Stator 3.I 0 2 .R1 .
Test tanpa beban dilakukan pada motor  Rugi Inti 3.Go.V 2 .
indukasi tiga fasa untuk memproleh data  Rugi disebabkan gesekan dan angin.
daya masuk Wo, Io, dan Vo (V) seperti
yang diperlihatkan pada gambar 5.109
Pada gambar 5.109 b,kurva Wo terpotong OB Menunjukkan tegangan normal,
sumbu vertikal pada titik A. sehingga rugi-rugi pada tegangan normal
dapat diketahui dengan menggambarkan
garis vertikal dari titik B.
BD = Rugi disebabkan gesekan dan angin.
DE = Rugi tembaga stator.
EF = Rugi inti
W0
Cos 0 
3.V.I 0

Gambar 5.110 Tes Tanpa Beban

5.6.5.2 Tes Hubung Singkat

Gambar 5.111 Tes Hubung Singkat

Tes ini dilakukan untuk :  Resistansi total R eq1 dari motor


 Arus hubung singkat saat tegangan dengan refrensi sisi primer.
normal diberikan pada stator.
 Faktor daya pada saat hubung singkat. Pada saat test dilakukan rotor ditahan dan
 Reaktansi total X eq1 dari motor untuk jenis rotor belitan, kumparan rotor
dengan refrensi sisi primer (stator). dihubung singkat pada slipring.

400
Kurangi tegangan suplai ( 5 atau 20 %) Namun dalam kenyataannya terutama di
dari tegangan normal) dan diatur sampai industri terkadang dikehendaki juga ada-
arus beban penuh mengalir dalam stator. nya pengaturan kecepatan. Pengaturan
Pada saat pengetesan dilakukan catat nilai kecepatan sebuah motor induksi
arus, tegangan, dan daya masuk yang memerlukan biaya yang relatif mahal.
terukur. Pengaturan kecepatan dapat dilakukan
V dengan beberapa cara, seperti dengan
I hsN  I hs x mengubah jumlah kutub, mengatur ta-
Vhs
hanan luar, mengatur tegangan jala-jala,
I hsN = Arus hubung singkat diperoleh saat dan mengatur frekuensi jala-jala.
tegangan normal diberikan.
I hs = Arus hunbung singkat diperoleh 5.6.6.1 Mengubah Jumlah Kutub
saat tegangan pengujuan diberi- Karena kecepatan operasi motor induksi
kan. mendekati kecepatan sinkron, maka ke-
Whs  3.VhsL.I hsL.Coshs cepatan motor dapat diubah dengan cara
mengubah jumlah kutubnya, sesuai
Whs
Coshs  120f
3.VhsL.I hsL dengan persamaan : N S 
P
Hal ini dapat dilakukan dengan mengu-bah
Whs = Total daya masuk saat hubung
hubungan lilitan dari kumparan stator
Singkat motor. Normalnya diperoleh dua
VhsL = Tegangan Jala-jala saat hubung perubahan kecepatan sinkron dengan
Singkat. mengubah jumlah kutub, misalnya dari 2
I hsL = Arus Jala-jala saat hubung singkat kutub menjadi 4 kutub. Dengan cara ini
RugiTembagaTotal  Whs  Wint i perubahan kecepatan yang dihasilkan
hanya dalam “ discrete steps”.
3.I hs 2 .R eq1  Whs  Wint i

Whs  Wint i
 R eq1 
3.I hs
Vhs
Z eq1  X eq1  Z eq12  R eq12
I hs

5.6.6 Pengaturan Kecepatan


Motor Induksi Tiga Fasa
Motor induksi akan berputar pada kece-
patan konstan saat dihubungkan pada
tegangan dan frekuensi yang konstan,
kecepatannya sangat mendekati kece-
patan sinkronnya. Bila torsi beban ver-
tambah, maka kecepatannya akan sedikit Gambar 5.112 Mengubah Jumlah Kutub
mengalami penurunan, sehingga motor
induksi sangat cocok digunakan 5.6.6.2 Pengaturan Tahanan Rotor
menggerakkan sistem yang membu-
tuhkan kecepatan konstan. Pengaturan kecepatan putaran dengan
cara pengaturan tahanan luar hanya bisa
dilakukan pada motor induksi rotor

401
belitan, dengan cara menghubungkan
tahanan luar ke dalam rangkaian rotor Untuk melakukan pengaturan kecepatan
melalui slipring. dengan daerah pengaturan yang sempit
Pengaturan tahanan secara manual ter- pada motor induksi rotor sangkar dapat
kadang kurang sempurna untuk beberapa dilakukan dengan cara menurunkan
jenis penggunaan,seperti sistem kontrol (mengatur) besarnya tegangan masu-
umpan balik. Kontrol dengan kan.
memanfaatkan komponen elektronik pada
tahanan luar akan lebih memperhalus
Perlu diperhatikan pengaturan kecepat-
operasi pengaturan.
an seperti ini bisa menyebabkan naik-
5.6.6.3 Pengaturan Tegangan nya slip, sehingga efisiensi menurun
dengan menurunnya kecepatan, dan
pemanasan berlebihan pada motor bisa
menimbulkan masalah.

Pengaturan tegangan untuk mengatur


kecepatan dapat diimplementasikan de-
ngan mensuplai kumparan stator dari sisi
sekunder autotransformator yang bisa
diatur atau dengan komponen
a. Rangkaian Tahanan Rotor
elektronik seperti rangkaian thyristor
yang biasa disebut “ voltage controller”.

(a)

b. Kurva Pengaturan Tahanan

c. Pengaturan Secara Elektronis (b)

d. Pengaturan dengan lup Tertutup


Gambar 5.113 Pengaturan Tahanan Rotor Motor

402
tersebut, seperti :
 Apakah beban akan terhubung lang-
sung ke poros motor ?
 Berapa besarnya daya yang dibu-
tuhkan ?
 Bagaimana hubungan torsi beban
dengan kecepatan ?
 Berapa besar torsi asut, torsi ke-
cepatan, torsi maksimum yang di-
(c) butuhkan ?
Gambar 5.114 Pengaturan Tegangan  Dimana motor akan diletakan ?

dan masih banyak lagi hal-hal yang harus


5.6.6.4 Pengaturan Frekuensi
dijadikan acuan sebelum kita memilih
Pengaturan putaran motor induksi dapat motor listrik, supaya motor dapat
dilakukan dengan mengatur nilai frekuensi menggerakan beban secara optimal dan
jala-jala. Aplikasi metoda pengaturan efisien.
kecepatan ini memerlukan sebuah
pengubah frekuensi. Berikut ini beberapa faktor/standar yang
dapat dijadikan pertimbangan dalam
Gambar 5.113 memperlihatkan blok memilih motor, supaya sesuai dengan
diagram sistem pengaturan kecepatan kebutuhan beban.
umpan terbuka (open loop), frekuensi sup-
lai ke motor dapat diatur (diubah-ubah).  Faktor Pelayanan (Service Faktor)
Untuk menghindari saturasi yang tinggi Motor induksi tersedia dengan berbagai
dalam magnetik, tegangan terminal ke tipe dan ukuran daya, apabila motor
motor harus bervariasi sebanding dengan mempunyai faktor pelayanan (service
frekuensi. faktor = SF) 1,15, hal ini menunjukan
bahwa motor dapat beroperasi pada 115%
beban secara terus menerus, walaupun
beroperasi pada efisiensi yang lebih
rendah dari yang seharusnya. Pengunaan
motor dengan beban lebih sesuai SF untuk
jangka waktu tertentu biasanya menjadi
alternatif pengguna motor, daripada harus
mem-beli motor dengan daya yang lebih
besar.

 Penutup Motor
Penutup motor dirancang untuk membe-
rikan perlindungan terhadap bagian-
bagian yang ada didalam motor, tergan-
tung pada lingkungan dimana motor ter-
Gambar 5.115 Skema Pengaturan Frekuensi sebut akan dipergunakan. Beberapa jenis
penutup yang umum dipergunakan adalah:
5.6.7 Pemilihan Motor
 ODP (Open Drip-Proof), jenis ODP
Sebelum menggunakan motor listrik un- digunakan pada lingkungan yang
tuk menggerakan suatu beban, maka bersih dan memberikan toleransi ter-
terlebih dahulu kita harus mengetahui hadap tetesan cairan tidak lebih besar
karakteristik beban yang akan digerakan 15°secara vertikal. Pendinginan untuk

403
motor memanfaatkan udara sekitarnya. gunakan untuk menggerakan beban yang
mempunyai kelembaman tinggi, sehingga
 TEFC(Totally Enclosed Fan Cooled), membutuhkan waktu yang relatif lama
motor dengan penutup jenis ini di- untuk mencapai kecepatan penuh.
gunakan untuk lingkungan yang ber-
debu dan korosif. Motor didinginkan  Klasifikasi Isolasi Motor
oleh kipas angin eksternal. Isolasi motor diklasifikasikan dengan hu-
ruf, sesuai dengan kemampuannya ter-
 Klasifikasi Karakteristik Torsi Motor hadap suhu untuk bisa bertahan tanpa
NEMA (National Electrical Manufactures mengakibatkan penurunan karakteristik
Association) telah membuat standarisasi yang serius. Tabel 5.7 memperlihatkan
untuk motor induksi berdasarkan kenaikan suhu diatas suhu kamar ber-
karakteristik torsinya, yaitu rancangan A, dasarkan klas isolasi. Jenis isolasi motor
B, C, D, dan F. Tabel 5.6 memper- yang paling umum digunakan adalah klas
lihatkan karakteristik torsi motor berda- B.
sarkan standar NEMA. Tabel 5.7 Klasifikasi Isolasi Motor
Isolasi
Tabel 5.6 Karakteristik Torsi Motor Induksi Klas B Klas F Klas H
Desain Torsi Arus Slip Torsi Motor tanpa
Asut Asut Beban Patah SF
80°C 105°C 125°C
Penuh
Motor
A N N R LT dengan 90°C 115°C 135°C
B N N R N SF 1,15
C T N R N
D T R T T
F R R R R 5.7 Generator Sinkron
Ket : N = Normal, T =Tinggi, 5.7.1 Pendahuluan
R = Rendah, LT= Lebih Tinggi
Sebagian besar energi listrik yang diper-
Motor induksi rotor sangkar adalah motor gunakan oleh konsumen untuk kebutuhan
yang paling sederhana karena dibagian sehari-hari dihasilkan oleh generator
rotornya tidak ada sikat. Motor induksi sinkron fasa banyak (polyphase) yang ada
rotor sangkar (desain B) umumnya di Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik.
dipergunakan untuk menggerakan kipas, Generator sinkron yang dipergunakan ini
pompa sentrifugal, dan sebagainya. mempunyai rating daya dari ratusan
sampai ribuan Mega-volt-Ampere (MVA).
Motor induksi dengan torsi asut tinggi
(desain C) digunakan apabila diperlukan Disebut mesin sinkron, karena bekerja
torsi pengasutan tinggi, seperti elevator pada kecepatan dan frekuensi konstan
dan kerekan yang harus diasut dalam dibawah kondisi “Steady state“. Mesin
keadaan berbeban. Motor jenis ini sinkron bisa dioperasikan baik sebagai
umumnya mempunyai rotor sangkar generator maupun motor.
ganda.
Mesin sinkron bila difungsikan sebagai
Motor induksi desain D dirancang untuk motor berputar dalam kecepatan konstan,
mempunyai torsi asut tinggi dengan arus apabila dikehendaki kecepatan yang
asut rendah. Motor jenis ini mempunyai bersifat variabel, maka motor sinkron di-
tahanan rotor tinggi yang dibuat dari lengkapi dengan dengan pengubah fre-
kuningan, motor bekerja antara 85% s.d kuensi seperti “Inverter”atau “Cyclo-
95% dari kecepatan sinkronnya. converter”.
Motor dengan desain D biasanya diper-

404
Sebagai generator, beberapa mesin sin- jangkar diam (stationer) dan struktur
kron sering dioperasikan secara paralel, medan berputar. Kumparan DC pada
seperti di pusat-pusat pembangkit. Ada- struktur medan yang berputar dihubungkan
pun tujuan dari paralel adalah adanya pada sumber luar melaui slipring dan sikat,
pembagian beban antara generator yang tetapi ada juga yang tidak
satu dengan lainnya. mempergunakan sikat yaitu sistem
“brushless excitation”.
Ada dua struktur medan magnet pada
mesin sinkron yang merupakan dasar keja Konstruksi dari sebuah mesin sinkron
dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang secara garis besar adalah sebagai berikut :
mengalirkan penguatan DC dan sebuah
jangkar tempat dibangkitkannya ggl AC.  Bentuk Penguatan
Hampir semua mesin sinkron mempunyai
jangkar diam (stationer) dan struktur Seperti telah diuraikan diatas, bahwa untuk
medan berputar. Kumparan DC pada membangkitkan flux magnetik diperlukan
struktur medan yang berputar dihubungkan penguatan DC. Penguatan DC ini bisa
pada sumber luar melaui slipring dan sikat, diperoleh dari generator DC penguatan
tetapi ada juga sendiri yang seporos dengan rotor mesin
sinkron.
yang tidak mempergunakan sikat yaitu Pada mesin dengan kecepatan rendah,
sistem “brushless excitation”. tetapi rating daya yang besar, seperti
generator Hydroelectric, maka generator
5.7.2 Konstruksi DC yang digunakan tidak dengan
penguatan sendiri tetapi dengan “Pilot
Ada dua struktur medan magnit pada Exciter” sebagai penguatan atau meng-
mesin sinkron yang merupakan dasar kerja gunakan magnet permanen (penguat
dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang aktif).
mengalirkan penguatan DC dan sebuah
jangkar tempat dibang-kitkannya ggl AC.
Hampir semua mesin sinkron mempunyai

Gambar 5.116 Generator Sinkron Tiga Fasa dengan Penguatan Generator DC “Pilot Exciter”

405
Gambar 5.117 Generator Sinkron Tiga Fasa dengan Sistem Penguatan “Brushless Exciter System”

Alternatif lainnya untuk penguatan adalah a. Belitan satu lapis (Single Layer Win-
menggunakan dioda silicon dan thyristor. ding).
Dua tipe sistem penguatan “Solid b. Belitan berlapis ganda (Double Layer
state”adalah : Winding).
 Sistem statis yang mempunyai dioda
atau thyristor statis, dan arus dialirkan ke  Belitan Stator Satu Lapis
rotor melalui Slipring. Gambar 5.120 yang memperlihatkan
 “Brushless System”, pada sistem ini belitan satu lapis karena hanya ada satu
penyearah diletakkan diporos yang sisi lilitan didalam masing-masing alur.
berputar dengan rotor, sehingga tidak Bila kumparan tiga fasa dimulai pada Sa,
dibutuhkan sikat dan slipring. Sb, dan Sc dan berakhir di Fa, Fb, dan Fc
bisa disatukan dalam dua cara, yaitu
 Bentuk Rotor hubungan bintang dan segitiga.
Untuk medan rotor yang digunakan ter- Antar kumparan fasa dipisahkan sebesar
gantung pada kecepatan mesin, mesin 120 derajat listrik atau 60 derajat mekanik,
dengan kecepatan tinggi seperti turbo satu siklus ggl penuh akan dihasilkan bila
generator mempunyai bentuk silinder, rotor dengan 4 kutub berputar 180 derajat
sedangkan mesin dengan kecepatan mekanis. Satu siklus ggl penuh
menunjukkan 360 derajat listrik, adapun
rendah seperti Hydroelectric atau Ge- hubungan antara sudut rotor mekanis
nerator Listrik-Diesel mempunyai rotor mek dan sudut listrik lis, adalah :
Kutub Tonjol.
P
 lis   mek
 Stator 2
Stator dari mesin sinkron terbuat dari besi
magnetik yang berbentuk laminasi untuk
mengurangi rugi-rugi arus pusar. Dengan
inti magnetik yang bagus berarti
permebilitas dan resistivitas dari bahan
tinggi.

Gambar 5.119 memperlihatkan alur stator


tempat kumparan jangkar. Belitan jangkar
(stator) yang umum digunakan oleh mesin
(a) Kutub Tonjol
Sinkron Tiga Fasa, ada dua tipe yaitu :

406
(b) Silinder Gambar 5.119 Inti Stator dan Alur pada Stator
Gambar 5.118 Bentuk Rotor

Gambar 5.120 Belitan Satu Lapis Generator Sinkron Tiga Fasa

Sebuah generator sinkron mempunyai 12 sedangkan urutan fasa ABC disebut


kutub. Berapa sudut mekanis ditunjukkan urutan fasa positif.
dengan 180 derajat listrik. Jadi ggl yang dibangkitkan sistem tiga fasa
Jawab : secara simetris adalah :
Sudut mekanis antara kutub utara dan E A  E A 0 0 Volt
kutub selatan adalah :
360 sudut mekanis E B  E B   120 0 Volt
 mek   30 0
12 kutub E C  E C   240 0 Volt
Ini menunjukkan 180 derajat listrik :
P 12
 lis   mek  x30 0  180 0
2 2
Untuk menunjukkan arah dari putaran rotor
gambar 5.119 (searah jarum jam), urutan
fasa yang dihasilkan oleh suplai tiga fasa
adalah ABC, dengan demikian tegangan
maksimum pertama terjadi dalam fasa A,
diikuti fasa B, dan kemu-dian fasa C.

Kebalikan arah putaran dihasilkan dalam


urutan ACB, atau urutan fasa negatif,

407
Gambar 5.121 Urutan Fasa ABC
 Belitan Berlapis Ganda

Gambar 5.122 Belitan Berlapis Ganda Generator Sinkron Tiga Fasa

Kumparan jangkar yang diperlihatkan pada Untuk mengatasi masalah ini, generator
gambar 5.120 hanya mempunyai satu praktisnya mempunyai kumparan terdis-
lilitan per kutub per fasa, akibatnya tribusi dalam beberapa alur per kutub per
masing-masing kumparan hanya dua fasa. Gambar 5.122 memperlihatkan
lilitan secara seri. Bila alur-alur tidak terlalu bagian dari sebuah kumparan jangkar
lebar, masing-masing penghantar yang yang secara umum banyak digunakan.
berada dalam alur akan membangkitkan Pada masing-masing alur ada dua sisi
tegangan yang sama. Masing-masing lilitan dan masing-masing lilitan memiliki
tegangan fasa akan sama untuk lebih dari satu putaran. Bagian dari lilitan
menghasilkan tegangan per penghantar yang tidak terletak ke dalam alur biasanya
dan jumlah total dari penghantar per fasa. disebut “Winding Overhang”, sehingga
tidak ada tegangan dalam winding
Dalam kenyataannya cara seperti ini tidak overhang.
menghasilkan cara yang efektif dalam
penggunaan inti stator, karena variasi  Faktor Distribusi
kerapatan flux dalam inti dan juga
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa
melokalisir pengaruh panas dalam daerah
sebuah kumparan terdiri dari sejumlah
alur dan menimbulkan harmonik.
lilitan yang ditempatkan dalam alur se-
cara terpisah. Sehingga, ggl pada terminal

408
menjadi lebih kecil bila dibanding-kan penuh, sedangkan bila diletakkan dalam
dengan kumparan yang telah dipusatkan. alur 1 dan 6 disebut kisar pendek, karena
Suatu faktor yang harus dikalikan dengan ini sama dengan 5/6 kisar kutub.
ggl dari sebuah kumparan distribusi untuk Kisar :
menghasilkan total ggl yang dibangkitkan 5/6 = 5/6 x 180 derajat = 150 derajat
disebut faktor distri-busi Kd untuk 1/6 = 1/6 x 180 derajat = 30 derajat.
kumparan. Faktor ini selalu lebih kecil dari Kisar pendek sering digunakan, karena
satu. mempunyai beberapa keuntungan,
diantaranya :
Diasumsikan ada n alur per fasa per kutub,
jarak antara alur dalam derajat listrik,
adalah :
180 derajat listrik

n x m
dimana m menyatakan jumlah fasa.
Perhatikan gambar 5.123, disini diperli-
hatkan ggl yang dinduksikan dalam alur 2
akan tertinggal (lagging) dari ggl yang
dibangkitkan dalam alur 1 sebesar  =15
derajat listrik, de mikian pula ggl yang
dinduksikan dalam alur 3 akan tertinggal
2 derajat, dan seterusnya. Semua ggl ini
ditunjukkan masing-masing oleh phasor
E 1 , E 2 , E 3 , danE 4 . Total ggl stator per
fasa E adalah jumlah dari seluruh vektor. Gambar 5.123 Diagram Phasor dari Tegangan
Induksi Lilitan
E  E1  E 2  E 3  E 4

Total ggl stator E lebih kecil dibandingkan


jumlah aljabar dari ggl lilitan oleh faktor.

Jumlah Vektor E1  E 2  E 3  E 4
Kd  
Jumlah Aljabar 4xE lili tan

Kd adalah faktor distribusi, dan bisa


dinyatakan dengan persamaan :
Sin (1 / 2n ) Gambar 5.124 Total Ggl Et dari Tiga Ggl Sinusoidal
Kd 
nSin (/2)
Keuntungan dari kumparan distribusi,
adalah memperbaiki bentuk gelombang
tegangan yang dibangkitkan, seperti
terlihat pada gambar 5.124.

 Faktor Kisar
Gambar 5.125, memperlihatkan bentuk
kisar dari sebuah kumparan, bila sisi lilitan
diletakkan dalam alur 1 dan 7 disebut kisar Gambar 5.125 Kisar Kumparan

409
 Menghemat tembaga yang digunakan. Apabila Z = Jumlah penghantar atau
 Memperbaiki bentuk gelombang dari sisi lilitan dalam seri/fasa = 2 T
tegangan yang dibangkitkan.
 Kerugian arus pusar dan Hysterisis T = Jumlah lilitan per fasa
dikurangi. 60
d = P dan dt = detik
N
Jumlah Vektor ggl induksi lili tan
Faktor.Kisar   Kp Ggl induksi rata-rata per penghantar :
Jumlah Aljabar ggl induksi lili tan
d .P .N.P
Er    Volt
EL Ggl yang dinduksikan pada masing- dt 60 / N 60
masing lilitan, bila lilitan merupakan kisar P.N 120.f
penuh, maka total induksi = 2 EL Sedangkan f  . atau N 
120 P
(Gambar 5.126). sehingga Ggl induksi rata-rata per
Sedangkan kisar pendek dengan sudut 30 penghantar menjadi :
derajat listrik, seperti diperlihatkan pada
.P 120.f
gambar 5.126 b, maka tegangan Er  x  2.f . Volt
resultannya adalah : 60 P
bila ada Z penghantar dalam seri/fasa,
maka : Ggl rata-rata/fasa
E = 2 EL. Cos 30/2
= 2.f..Z Volt
E 2.EL.Cos 30 / 2 = 2.f..(2T) = 4.f..T volt
Kp    Cos15 0
2.EL 2.EL Ggl efektif/fasa = 1,11x 4.f..T
30  = 4,44 x f ..T Volt
Atau Kp  Cos  Cos bila faktor distribusi dan faktor kisar
2 2 dimasukkan, maka Ggl efektif/fasa
0
p E = 4,44 . Kd. Kp .f . . T Volt
= Sin
2
0
dimana p adalah kisar kumparan dalam 5.7.3 Prinsip Kerja
derajat listrik.
Kecepatan rotor dan frekuensi dari
tegangan yang dibangkitkan berbanding
secara langsung. Gambar 5.127 mem-
perlihatkan prinsip kerja dari sebuah
generator AC dengan dua kutub, dan
dimisalkan hanya memiliki satu lilitan yang
terbuat dari dua penghantar secara seri,
yaitu penghantar a dan a’.

Gambar 5.126 Vektor Tegangan Lilitan


Lilitan seperti ini disebut “Lilitan Terpusat”,
dalam generator sebenarnya terdiri dari
banyak lilitan dalam masing-masing fasa
 Gaya Gerak Listrik Kumparan yang terdistribusi pada masing-masing alur
stator dan disebut “Lilitan Terdistribusi”.
Pada Sub bab sebelumnya telah diba-
has mengenai frekuensi dan besarnya Diasumsikan rotor berputar searah jarum
tegangan masing-masing fasa secara jam, maka flux medan rotor bergerak
umum. Untuk lebih mendekati nilai ggl sesuai lilitan jangkar. Satu putaran rotor
sebenarnya yang terjadi maka harus dalam satu detik menghasilkan satu siklus
diperhatikan faktor distribusi dan faktor per ditik atau 1 Hertz (Hz). Bila
kisar. kecepatannya 60 Revolution per menit

410
(r/m), frekuensi 1 Hz, untuk frekuensi f =
60 Hz, maka rotor harus berputar 3600
r/m.

Untuk kecepatan rotor n r/m, rotor harus


berputar pada kecepatan n/60 revolution
per detik (r/s). bila rotor mempunyai lebih
dari 1 pasang kutub, misalnya P kutub
maka masing-masing revolution dari rotor
menginduksikan P/2 siklus tegangan
Gambar 5.127 Diagram Generator AC Satu Fasa Dua
dalam lilitan stator. Kutub
Frekuensi dari tegangan induksi sebagai
sebuah fungsi dari kecepatan rotor, besarnya fluks total adalah, ΦT = Φm. Sin
P n ωt + Φm. Sin (ωt – 120˚) + Φm. Sin (ωt –
f = Hertz 240˚). Cos (φ – 240˚)
2 60
Untuk generator sinkron tiga fasa, harus
Dengan memakai transformasi trigono-
ada tiga belitan yang masing-masing
metri dari : Sin α . Cos β = ½.Sin (α + β) +
terpisah sebesar 120 derajat listrik da-lam
½ Sin (α + β), maka dari persamaan 8-5
ruang sekitar keliling celah udara seperti
diperoleh : ΦT = ½.Φm. Sin (ωt + φ)+ ½.Φm.
diperlihatkan pada kumparan a – a’, b –
Sin (ωt – φ) + ½.Φm. Sin (ωt + φ – 240˚)+
b’ dan c – c’ pada gambar 5.126.
½.Φm. Sin (ωt – φ) + ½.Φm. Sin (ωt + φ –
Masing-masing lilitan akan menghasilkan
480˚)
gelombang Fluksi sinus satu dengan
lainnya berbeda 120 derajat listrik. Dalam
Dari persamaan diatas, bila diuraikan
keadaan seimbang besarnya fluksi sesaat
maka suku kesatu, ketiga, dan kelima akan
:
silang menghilangkan. Dengan demikian
dari persamaan akan didapat fluksi total
ΦA = Φm. Sin ωt
sebesar, ΦT = ¾ Φm. Sin (ωt - Φ) Weber.
ΦB = Φm. Sin (ωt – 120˚)
Jadi medan resultan merupakan medan
ΦC = Φm. Sin (ωt – 240˚)
putar dengan modulus 3/2 Φ dengan sudut
putar sebesar ω.
Besarnya fluks resultan adalah jumlah
Besarnya tegangan masing-masing fasa
vektor ketiga fluks tersebut ΦT = ΦA + ΦB +
adalah :
ΦC, yang merupakan fungsi tempat (Φ)
E maks = Bm. l. ω r Volt
dan waktu (t), maka
dimana :
Bm = Kerapatan Flux maximum yang
dihasilkan kumparan medan rotor
(Tesla)
l = Panjang masing-masing lilitan
dalam medan magnetik (Weber)
ω = Kecep sudut dari rotor (rad/s)
r = Radius dari jangkar (meter)

411
(a)

Gambar 5.128 Diagram Generator AC Tiga Fasa


Dua Kutub (b)

Gambar 5.129 Kurva dan Rangkaian Ekuivalen


5.7.4 Alternator Tanpa Alternator Tanpa Beban
Beban
5.7.5 Alternator Berbeban
Apabila sebuah mesin sinkron difung-sikan
sebagai alternator dengan diputar pada
Bila Alternator diberi beban yang beru-
kecepatan sinkron dan rotor diberi arus
bah-ubah maka besarnya tegangan ter-
medan (If), maka pada kumparan jangkar
minal V akan berubah-ubah pula, hal ini
stator akan diinduksikan tegangan tanpa
disebabkan adanya kerugian tegangan
beban (Eo), yaitu :
pada:
Eo = 4,44 .Kd. Kp. f. m. T Volt
 Resistansi jangkar Ra
Dalam keadaan tanpa beban arus jang-kar  Reaktansi bocor jangkar X L
tidak mengalir pada stator, sehingga tidak  Reaksi Jangkar Xa
terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluk
hanya dihasilkan oleh arus medan (If). a. Resistansi Jangkar
Bila besarnya arus medan dinaikkan, maka
tegangan output juga akan naik sampai Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan
titik saturasi (jenuh) seperti diperlihatkan terjadinya tegangan jatuh (Kerugian
pada gambar 5.129. tegangan)/fasa I.Ra yang sefasa dengan
Kondisi Alternator tanpa beban bisa arus jangkar.
digambarkan rangkaian ekuivalennya
seperti diperlihatkan pada gambar 5.129 b. Reaktansi Bocor Jangkar
b.
Saat arus mengalir melalui penghantar
jangkar, sebagian fluk yang terjadi tidak

412
mengimbas pada jalur yang telah Gambar b, memperlihatkan kondisi reaksi
ditentukan, hal seperti ini disebut Fluk jangkar saat alternator dibebani kapasitif,
Bocor. sehingga arus jangkar Ia mendahului Ggl
Eb sebesar  dan  A terbelakang ter-
hadap  F dengan sudut (90 -).

Gambar c, memperlihatkan kondisi reaksi


jangkar saat dibebani kapasitif murni yang
mengakibatkan arus jangkar Ia
mendahului Ggl Eb sebesar 90 dan  A
0

akan memperkuat  F yang berpengaruh


terhadap pemagnetan.

Gambar d, memperlihatkan kondisi reaksi


jangkar saat arus diberi beban induktif
murni sehingga mengakibatkan arus
jangkar Ia terbelakang dari Ggl Eb sebesar
90 0 dan  A akan memperlemah  F yang
berpengaruh terhadap pemagnetan.

Gambar 5.130 Kondisi Reaksi Jangkar Jumlah dari reaktansi bocor X L dan
reaktansi jangkar Xa biasa disebut
c. Reaksi Jangkar reaktansi sinkron Xs.

Adanya arus yang mengalir pada Vektor diagram untuk beban yang ber-sifat
kumparan jangkar saat Alternator dibe- Induktif, resistif murni, dan kapasitif
bani akan menimbulkan fluksi jangkar diperlihatkan pada gambar 5.131.
(  A ) yang berintegrasi dengan fluksi yang
Berdasarkan gambar diatas, maka bisa
dihasilkan pada kumparan medan
ditentukan besarnya tegangan jatuh yang
rotor(  F ), sehingga akan dihasilkan suatu terjadi, yaitu :
fluksi resultan sebesar :
Total Tegangan Jatuh pada Beban :
 R  F   A = I.R a  j(I.X a  I.X L )
= I{R a  j( X a  X L )}
Interaksi antara kedua fluksi ini disebut
sebagai reaksi jangkar, seperti diperlihat- = I{R a  j( X s )}  I. Z s
kan pada Gambar 5.130. yang
mengilustrasikan kondisi reaksi jangkar
untuk jenis beban yang berbeda-beda.

Gambar a, memperlihatkan kondisi reaksi


jangkar saat alternator dibebani tahanan
(resistif) sehingga arus jangkar Ia sefasa
dengan Ggl Eb dan  A akan tegak lurus
terhadap F .

413
 Test Hubung Singkat

Untuk melakukan test ini terminal alter-


nator dihubung singkat dengan Amper-
meter diletakkan diantara dua penghantar
yang dihubung singkat tersebut (lihat
Gambar 5.133). Arus medan dinaikkan
secara bertahap sampai diperoleh arus
jangkar maksimum. Selama proses test
arus If dan arus hubung singkat Ihs dicatat.

Dari hasil kedua test diatas, maka dapat


digambar bentuk karakteristik seperti
diperlihatkan pada gambar 5.133.

Gambar 5.131 Vektor Diagram dari Beban Alternator Impedansi sinkron dicari berdasarkan hasil
test, adalah :
5.7.6 Menentukan Resistansi Eo
dan Reaktansi Zs  I f  kons tan ........Ohm
I hs
Untuk bisa menentukan nilai reaktansi dan
impedansi dari sebuah alternator, harus
dilakukan percobaan (test). Ada tiga jenis
test yang biasa dilakukan, yaitu :
 Test Tanpa beban (Beban Nol).
 Test Hubung Singkat.
 Test Resistansi Jangkar.
 Test Tanpa Beban
Gambar 5.133 Rangkaian Test Alternator di
Test Tanpa Beban dilakukan pada Hubung Singkat
kecepatan sinkron dengan rangkaian
jangkar terbuka (tanpa beban) seperti
diperlihatkan pada gambar 5.132 perco-
baan dilakukan dengan cara mengatur
arus medan (If) dari nol sampai rating
tegangan output terminal tercapai.

Gambar 5.134 Karakteristik Tanpa Beban dan


Hubung Singkat sebuah Alternator

 Test Resistansi
Dengan rangkaian medan terbuka,
resistansi DC diukur antara dua terminal
Gambar 5.132 Rangkaian Test Alternator Tanpa output sehingga dua fasa terhubung
Beban secara seri (Gambar 5.135). Resistansi per
fasa adalah setengahnya dari yang diukur.

414
Dalam kenyataannya nilai resistansi di-  Metoda Impedansi Sinkron
kalikan dengan suatu faktor untuk
menentukan nilai resistansi AC efektif, Untuk menentukan pangaturan tegangan
R eff . Faktor ini tergantung pada bentuk dengan menggunakan Metoda Impedansi
dan ukuran alur, ukuran penghantar Sinkron, langkah-langkahnya sebagai
jangkar, dan konstruksi kumparan. Nilainya berikut :
berkisar antara 1,2 s/d 1,6.  Tentukan nilai impedansi sinkron dari
Bila nilai Ra telah diketahui, nilai Xs bisa karakteristik tanpa beban dan
ditentukan berdasarkan persamaan : karakteristik hubung singkat.
 Tentukan nilai Ra berdasarkan hasil
X s  Z s2  R a2 Ohm pengukuran dan perhitungan.
 Berdasarkan persamaan hitung nilai
Xs
 Hitung harga tegangan tanpa beban
Eo
 Hitung prosentase pengaturan tega-
ngan.

Gambar 5.135 Pengukuran Resistansi DC

5.7.7 Pengaturan Tegangan


Pengaturan tegangan adalah perubahan
tegangan terminal antara keadaan beban
nol dengan beban penuh, dan ini
Gambar 5.136 Vektor Diagram Pf “Lagging”
dinyatakan dengan persamaan :
Eo  V
% Pengaturan Tegangan = x100 Gambar 5.137 memperlihatkan contoh
V Vektor diagram untuk beban dengan
Terjadinya perbedaan tegangan terminal V faktor daya lagging. Eo = OC =
dalam keadaan berbeban dengan Tegangan tanpa beban V = OA =
tegangan Eo pada saat tidak berbeban Tegangan terminal
dipengaruhi oleh faktor daya dan besar-
I.Ra = AB =Tegangan jatuh Resistansi
nya arus jangkar (Ia) yang mengalir.
Jangkar
Untuk menentukan pengaturan tegangan
dari alternator adalah dengan me- I.Xs = BC = Tegangan jatuh Reaktansi
manfaatkan karakteristik tanpa beban dan Sinkron.
hubung singkat yang diperoleh dari hasil OC  OF 2  FC 2
percobaan dan pengukuran tahanan
OC  (OD  DF) 2  (FB  BC) 2
jangkar. Ada tiga metoda atau cara yang
sering digunakan untuk menentukan atau
pengaturan tegangan tersebut, yaitu : Eo  (V cos   I.R a ) 2  (V sin   I.Xs) 2 .
 Metoda Impedansi Sinkron atau Metoda
Eo  V
GGL. %Pengaturan  x100
V
 Metoda Amper Lilit atau Metoda GGM.
Pengaturan yang diperoleh dengan
 Metoda Faktor Daya Nol atau Metoda
Potier.
metoda ini biasanya lebih besar dari nilai
sebenarnya.

415
 Metoda Amper Lilit

Perhitungan dengan Metoda Amper Lilit


ber-dasarkan data yang diperoleh dari
perco-baan tanpa beban dan hubung
singkat. Dengan metoda ini reaktansi
bocor Xl diabaikan dan reaksi jangkar
diperhitungkan. Adapun langkah-langkah
menentukan nilai arus medan yang
diperlukan untuk memperoleh tegangan
terminal alternator saat diberi beban
penuh, adalah sebagai berikut :

 Tentukan nilai arus medan (Vektor OA)


dari percobaan beban nol yang
diperlukan untuk mendapatkan
tegangan nominal alternator.
 Tentukan nilai arus medan (Vektor AB)
dari percobaan hubung singkat yang
diperlukan untuk mendapatkan arus
beban penuh alternator.
 Gambarkan diagram vektornya de-
ngan memperhatikan faktor dayanya:
 untuk faktor daya “Lagging”
dengan sudut (90 0  )
 untuk faktor daya “Leading” Gambar 5.137 Vektor Arus Medan
0
dengan sudut (90  )
 untuk faktor daya “Unity” dengan
sudut (90 0 )
(perhatikan Gambar 5.137 a, b, dan c)
 Hitung nilai arus medan total yang
ditunjukkan oleh vektor OB.

Gambar 5.138 memperlihatkan diagram


secara lengkap dengan karakteristik beban
nol dan hubung singkat.
OA = Arus medan yang diperlukan untuk Gambar 5.138 Karakteristik Beban Nol, Hubung
mendapatkan tegangan nominal. Singkat, dan Vektor Arus Medan
OC = Arus medan yang diperlukan untuk
OB = Total arus medan yang dibutuhkan
mendapatkan arus beban penuh pada hu-
bung singkat. untuk mendapatkan tegangan Eo dari
karakteristik beban nol.
AB = OC = dengan sudut (90 0  )
terhadap OA.
OB  OA 2  AB2  2xOAxABxcos{180  (900  )}

416
 Metoda Potier

Metoda ini berdasarkan pada pemisahan


kerugian akibat reaktansi bocor Xl dan
pengaruh reaksi jangkar Xa. Data yang
diperlukan adalah :
 Karakteristik Tanpa beban.
 Karakteristik Beban penuh dengan
faktor daya nol.
Khusus untuk karakteristik beban penuh
dengan faktor daya nol dapat diperoleh
dengan cara melakukan percobaan ter-
hadap alternator seperti halnya pada saat
percobaan tanpa beban, yaitu menaikkan
arus medan secara bertahap, yang Gambar 5.139 Diagram Potier
membedakannya supaya menghasilkan
Dari gambar Diagram Potier diatas, bisa
faktor daya nol, maka alternator harus
dilihat bahwa :
diberi beban reaktor murni. Arus jangkar
dan faktor daya nol saat dibebani harus  V nilai tegangan terminal saat beban
dijaga konstan. penuh.
 V ditambah JF (I.Xl) menghasilkan
Langkah-langkah untuk menggambar tegangan E.
Diagram Potier sebagai berikut :  BH = AF = arus medan yang dibu-
1. Pada kecepatan sinkron dengan be- tuhkan untuk mengatasi reaksi jang-
ban reaktor, atur arus medan sampai kar.
tegangan nominal dan beban reaktor  Bila vektor BH ditambah kan ke OG,
(arus beban) sampai arus nominal maka besarnya arus medan yang
2. Gambarkan garis sejajar melalui kurva dibutuhkan untuk tegangan tanpa
beban nol. Buat titik A yang menunjuk- beban Eo bisa diketahui.
kan nilai arus medan pada percobaan
faktor daya nol pada saat tegangan Vektor diagram yang terlihat pada diagram
nominal. potier bisa digambarkan secara terpisah
3. Buat titik B, berdasarkan percobaan seperti terlihat pada gambar 5.140.
hubung singkat dengan arus jangkar Eo  V
% Pengaturan Tegangan = x100
penuh. OB menunjukkan nilai arus V
medan pada saat percobaan tersebut.
4. Tarik garis AD yang sama dan sejajar
garis OB.
5. Melalui titik D tarik garis sejajar kurva
senjang udara sampai memotong
kurva beban nol dititik J. Segitiga
ADJ dise-but segitiga Potier..
6. Gambar garis JF tegak lurus AD.
Panjang JF menunjukkan kerugian
tega-ngan akibat reaktansi bocor.
7. AF menunjukkan besarnya arus me- Gambar 5.140 Vektor Diagram Potier
dan yang dibutuhkan untuk mengatasi
efek magnetisasi akibat reaksi jangkar 5.7.8 Kerja Paralel Alternator
saat beban penuh.
8. DF untuk penyeimbang reaktansi Bila suatu alternator mendapat pembe-
bocor jangkar (JF) banan lebih dari kapasitasnya bisa me-

417
ngakibatkan alternator tidak bekerja atau yang dihubungkan secara seri. Dalam
rusak. Untuk mengatasi beban yang terus keadaan saklar S terbuka opera-sikan
meningkat tersebut bisa diatasi dengan alternator, kemudian lihat urutan nyala
menjalankan alternator lain yang kemudian lampu. Urutan lampu akan beru-bah
dioperasikan secara paralel dengan menrut urutan L1 - L2 - L3 - L1 - L2 - L3.
alternator yang telah bekerja sebelumnya.
Perhatikan Gambar 5.142 a, pada kea-
Keuntungan lain, bila salah satu alternator daan ini L1 paling terang, L2 terang, dan
tiba-tiba mengalami gangguan, alternator L3 redup.
tersebut dapat dihentikan serta beban
dialihkan pada alternator lain, sehingga Perhatikan Gambar 5.142 b, pada ke-
pemutusan listrik secara total bisa adaan ini:
dihindari.  L2 paling terang
 L1 terang
 Cara Memparalelkan Alternator  L3 terang

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk Perhatikan gambar 5.142 c, pada ke-
memparalelkan dua buah alternator atau adaan ini,
lebih ialah :  L1 dan L2 sama terang
 L3 Gelap dan Voltmeter=0 V
 Polaritas dari alternator harus sama Pada saat kondisi ini maka alternator
dan bertentangan setiap saat terha- dapat diparalelkan dengan jala-jala
dap satu sama lainnya. (alternator lain).
 Nilai efektif arus bolak-balik dari te-
gangan harus sama.
 Tegangan Alternator (mesin) yang di-
paralelkan mempunyai bentuk ge-
lombang yang sama.
 Frekuensi kedua alternator atau fre-
kuensi alternator dengan jala-jala
harus sama.
 Urutan fasa dari kedua alternator harus
sama.

Ada beberapa cara untuk mempara-lelkan


alternator dengan mengacu pada syarat-
syarat diatas, yaitu : Gambar 5.141 Rangkaian Paralel Alternator

a. Lampu Cahaya berputar dan Volt-


meter
b. Voltmeter, Frekuensi Meter, dan Syn-
chroscope.
c. Cara Otomatis
 Lampu Cahaya Berputar dan Volt-
meter

Buat rangkaian seperti diperlihatkan pada


Gambar 5.141, pilih lampu dengan
tegangan kerja dua kali tegangan fasa
netral alternator atau gunakan dua lampu

418
 Cara Otomatis

Paralel alternator secara otomatis bia-


sanya menggunakan alat yang secara

Gambar 5. 143 Sychroscope

otomatis memonitor perbedaan fasa, te-


gangan, frekuensi, dan urutan fasa.
Apabila semua kondisi telah tercapai alat
memberi suatu sinyal bahwa saklar untuk
paralel dapat dimasukkan.

5.8 Motor Sinkron


Gambar 5.142 Rangkaian Lampu Berputar 5.8.1 Prinsip Kerja
 Voltmeter, Frekuensi Meter dan Motor sinkron bekerja dengan dua sumber
Synchroscope arus, yaitu arus bolak-balik (AC) dan
sumber arus searah (DC). Motor akan
Pada pusat-pusat pembangkit tenaga berputar sinkron bila putaran medan putar
listrik, untuk indikator paralel alternator sama dengan putaran rotor. Jadi bila stator
banyak yang menggunakan alat Synch- dihubungkan dengan sumber tegangan
roscope. Penggunaan alat ini dilengkapi tiga fasa (AC), maka pada stator akan
dengan voltmeter untuk memonitor terjadi medan putar dan pada rotor
kesamaan tegangan dan frekuensi meter dimasukan tegangan DC.
untuk kesamaan frekuensi.
Sumber DC baru dimasukkan setelah rotor
Ketepatan sudut fasa dapat dilihat dari berputar dengan putaran sinkron, karena
synchroscope. Bila jarum penunjuk ber- motor sinkron akan bekerja bila Ns = Nr,
putar berlawanan arah jarum jam berarti bila hal ini belum tercapai, maka motor
frekuensi alternator lebih rendah dan bila tidak akan bekerja.
searah jarum jam berarti frekuensi
alternator lebih tinggi. Pada saat jarum
telah diam dan menunjuk pada kedu-
dukan vertikal, berarti beda fasa alternator
dan jala-jala telah 0 (Nol) dan selisih
frekuensi telah 0 (Nol),maka pada kondisi
ini saklar dimasukkan (ON). Alat
synchroscope tidak bisa menunjukkan
urutan fasa jala-jala, sehingga untuk
memparalelkan perlu dipakai indikator
urutan fasa jala-jala.

419
Saat poros motor tidak berbeban, maka
poros rotor “dikunci”oleh kutub stator
lawan dan motor akan berputar pada
kecepatan sinkron dan sudut Torsi  akan
nol (Gambar 5.145 a). Bila beban mekanis
diberikan pada poros rotor, maka putaran
rotor cenderung menurun (Gambar 5.145
b) tetapi putaran masih sinkron. Ikatan
magnetik antara medan rotor dan stator
masih terjadi, tetapi rotor tertinggal oleh
sudut Torsi . Torsi yang dihasilkan Td
yang tergantung pada sudut  dan ini
Gambar 5.144 Motor Sinkron dua Kutub harus cukup untuk mengatasi Torsi poros
(T.beban) yang terjadi.
Gambar 5.144 mengilustrasikan sebuah
motor sinkron dua kutub dengan asumsi
rotor dalam keadaan diam.

Gambar 5.145 Pengaruh Beban pada Kutub Rotor Motor Sinkron

Seperti halnya pada jenis motor yang lain, dari medan stator. Ggl yang akan
pada motor sinkronpun akan terjadi ggl diinduksikan pada posisi rotor yang baru
lawan, akibat naiknya arus yang mengalir dan mengenai medan stator adalah Eb’.
pada jangkar sebagai kompensasi dari
kenaikkan Torsi dan Daya oleh beban.

Sebagai ilustrasi diperlihatkan pada


gambar 5.146. Apabila ada kenaikan
beban pada poros motor, kecepatan rotor
akan menurun sesaat karena diperlukan
waktu untuk motor menyerap tambahan
daya dari jala-jala. Meskipun masih
berputar pada kecepatan sinkron, rotor Gambar 5.146 Pengaruh Kenaikan Beban
tetap akan tertinggal sebesar sudut Torsi  Pada Arus Jangkar

420
Saat tanpa beban (beban ringan) Eb dan tertinggal sebesar sudut Torsi . Seperti
V hampir berlawanan secara langsung, diperlihatkan pada
tetapi saat beban bertambah kutub rotor

gambar 5.146. Eb saat berbeban bergeser sebesar Torsi  dari posisi Eb tanpa beban.
Tegangan Er tergantung pada posisi Eb, dan nilai arus jangkar adalah :

V4  Eb 
I2  ……………………………………………………………………..(5.8-1)
Zs
Motor akan menyerap daya dari jala-jala untuk mengkompensasi kenaikan beban poros,
tanpa mengakibatkan perubahan pada kecepatan rata-ratanya. Tetapi bilabeban
bertambah terus, bisa Mengakibatkan motor keluar dari keadaan sinkron dan berhenti
berputar.

5.8.3 Daya Dihasilkan Motor Sinkron

Gambar 5.147 Vektor Diagram untuk Menentukan Daya Motor


Gambar 5.147 memperlihatkan vektor  AC dan FD tegak lurus CD
diagram sebuah motor sinkron dengan Daya mekanik per fasa yang terjadi pada
faktor daya “leading”, dimana : rotor :
OA = Tegangan suplai/fasa
AB = Ggl lawan dengan sudut beban  Pm = Eb . I . Cos  Watt ..........(5.8-2)
OB = Tegangan resultan Er = I . Zs
 = Sudut antara I dengan Eb pada  OBD  BD = I . Zs . Cos 
Xs BD = CD – BC atau BD = AE – BC
  Tan 1 I .Zs .Cos  = V.Cos ( - ) – Eb.Cos 
Ra
 Garis CD dibuat dengan beda sudut
 dari AB

421
Untuk menentukan nilai daya maksimum
V Eb yang dihasilkan motor dapat diperoleh
 I .Cos  Cos (   )  Cos  dengan mendeferensialkan pers(3-6)
Zs zs
terhadap sudut beban.
(5.8-3)
Substitusikan pers (5.8-3) ke pers(5.8-2)
Sin     atau Sin ( -
dPm Eb .V
 
Pm/fasa d Zs
V 
 Eb  Cos     
Eb ) = 0   = 
Cos  
 Zs Zs   Nilai daya Maksimum

Eb .V Eb 2
2 Pm(max)   Cos
Cos     
Eb .V Eb Zs Zs
 Cos  ... (5.8-4)
Zs Zs
Eb .V Eb 2
Pm(max)   Cos …… (5.8-5)
Zs Zs

5.8.4 Efisiensi Motor Sinkron

Gambar 5.148 Diagram Aliran Daya pada Sebuah Motor Sinkron

Adanya kerugian-kerugian yang terjadi pada motor mengurangi daya masuk listrik Pin),
semakin kecil kerugian yang terjadi maka semakin tinggi efisiensi motor.

Adapun kerugian-kerugian yang terjadi pada sebuah motor listrik bisa diilustrasikan
seperti pada gambar 5.148.
Pout
Efisiensi   x100% ..……………………….….(5.8-6)
Pout  Rugi

Pout  .T poros ...Watt …...…..............................................(5.8-7)

Pin  3.VL.IL.Cos ……….......................................... (5.8-8)


Sehingga persamaan untuk efisiensi dapat ditulis seperti persamaan (5.8-9),
.T poros
 x100% ……….(5.8-9)
.T poros  3.Ia .Ra  If .Vf  Pint i  Psu
2

422
5.8.5 Kurva V Motor Sinkron
Gambar 5.149, memperlihatkan diagram vektor sebuah motor sinkron dengan faktor
daya yang berbeda-beda pada keadaan beban tetap.

Gambar 5.149 Diagram Vektor dalam Keadaan Beban Tetap, dengan Faktor Daya Berbeda

Arus Ia yang disuplai dari jala-jala untuk daya jaringan listrik dimana motor
motor sinkron nilainya akan besar saat tersebut terhubung. Hal ini terjadi karena
faktor daya “lagging” (penguatan kurang), daya reaktif yang dihasilkan motor akan
kemudian menurun pada saat faktor daya mengkompensasi kelebihan fluk pada
“Unity” dan naik kembali pada saat faktor jaringan listrik.
daya ‘leading” (penguat lebih). Sehingga Motor sinkron yang dimanfaatkan untuk
kita bisa menggambarkan hubungan arus memperbaiki faktor daya biasa disebut
jangkar Ia dengan arus medan If untuk kondensor sinkron atau kapasitor sin-
suatu beban yang tetap, dan perubahan ini
kron.
dapat digambarkan dalam bentuk kurva V,
seperti diperlihatkan pada gambar 5.150. 5.8.6 Pengasutan Motor Sinkron
Langkah pengasutan sebuah motor sin-
kron supaya berputar pada kecepatan
sinkronnya tidak semudah seperti kita
melakukan pengasutan pada sebuah
motor induksi.

Rotor sebuah mesin sinkron seperti telah


dijelaskan pada sub bab sebelumnya
terdiri dari kumparan yang bila diberi arus
searah melalui slipring maka akan timbul
Gambar 5.150 Kurva V Motor Sinkron kutub utara dan selatan pada sepatu kutub
Pada saat motor sinkron dalam kondisi dimana kumparan itu diletakkan. Nilai arus
tidak berbeban diberi penguatan ber- yang diberikan juga bisa diatur sehingga
lebih (over exicited) akan berfungsi se- memungkinkan faktor daya motor sinkron
bagai kapasitor, sehingga mempunyai pada kondisi leading atau lagging.
kemampuan untuk memperbaiki faktor

423
Salah satu cara untuk pengasutan motor kumparan medannya. Kemudian
dengan jenis rotor seperti dijelaskan di- masukan suplai arus medan (dc
atas adalah dengan cara mengfungsikan excitation) secara bertahap sampai
mesin sinkron sebagai generator sinkron putaran rotor motor akan masuk pada
dengan proses sinkronisasi seperti telah kondisi putaran sinkron;
dijelaskan pada sub bab 5.7.8. Apabila
4) Berikan tegangan suplai ke terminal
proses sinkronisasi generator dengan jala-
stator secara penuh (tanpa melewati
jala telah selesai dilakukan,selanjutnya
autotransformator);
putuskan hubungan tegangan ke
penggerak mula. Proses ini akan 5) Atur nilai arus ke kumparan medan
menyebabkan aliran daya ke mesin untuk memperoleh faktor daya yang
sinkron akan berubah, yang me- dibutuhkan.
ngakibatkan mesin sinkron berubah fungsi
dari generator sinkron menjadi motor
sinkron. 5.9
5.9.1Motor Satu Fasa
Pendahuluan
Prosedur pengasutan seperti dijelaskan
diatas biasanya dilakukan di laboratorium Motor satu fasa umumnya dibuat dengan
mesin listrik atau saat motor tidak daya yang kecil (fractional horse power),
terhubung langsung ke beban. konstruksinya juga relatif sederhana,
walaupun demikian motor jenis ini tidak
Untuk mengatasi kesulitan dalam proses terlalu mudah untuk dianalisa. Motor satu
pengasutan ini, kebanyakan motor sinkron fasa banyak digunakan pada peralatan
untuk digunakan industri telah dirancang rumah tangga dan industri, seperti
secara khusus dengan dilengkapi refrigerator, pompa air, mesin cuci, mesin
kumparan peredam (damper winding) jahit, dan lain-lain.
yang diletakkan pada sepatu kutub dan
kumparan peredam ini dihubung singkat Motor satu fasa dibagi atas tiga tipe, yaitu :
pada kedua ujungnya. Pada saat periode
pengasutan motor sinkron difungsikan 1. Motor Induksi Satu Fasa
seperti sebuah motor induksi sampai
putaran rotornya mendekati kecepatan Motor jenis ini diklasifikasikan berda-
medan putar (kecepatan sinkron). sarkan metoda yang digunakan untuk
pengasutannya dan mengacu pada
Berikut ini adalah langkah untuk penga- nama metoda yang digunakannya,
sutan motor sinkron yang dilengkapi seperti resistance start (split phase),
dengan kumparan peredam : capacitor-start, capacitor- run, dan
1) Putuskan suplai arus searah ke shaded pole.
kumparan medan motor sinkron, ke-
mudian hubung singkat terminal 2. Motor Seri Satu Fasa (Universal)
kumparan medan;
Motor seri satu fasa dapat digunakan
2) Naikkan tegangan suplai tiga fasa ke dengan dua macam jenis arus, yaitu
terminal stator motor secara bertahap arus searah (dc) dan arus bolak-balik
dengan menggunakan auto- (ac). Motor jenis ini mampu
transformator dan amati putaran rotor memberikan torsi asut yang tinggi dan
sampai mendekati kecepatan beroperasi pada kecepatan tinggi.
sinkronnya; Motor universal banyak digunakan
3) Bila putaran rotor sudah mendekati pada peralatan rumah tangga dan
kecepatan sinkronnya, lepaskan peralatan yang bersifat portable.
rangkaian hubung singkat pada

424
3. Motor Sinkron Satu Fasa sangkar, yang membedakannya pada
kumparan stator yang berupa kumparan
Tipe motor sinkron satu fasa berputar satu fasa. Motor induksi satu fasa
pada kecepatan konstan dan biasanya dilengkapi saklar sentrifugal
digunakan pada peralatan yang yang diperlukan saat pengasutan, saklar
membutuhkan kecepatan konstan akan memutuskan suplai tega-ngan ke
seperti jam. Ada dua tipe motor sinkron kumparan bantu setelah motor mencapai
yang umum digunakan, yaitu kecepatan 75% s.d 100% dari kecepatan
reluctance motor dan hysterisis motor. nominal motor.
Dibawah ini diperlihatkan beberapa
gambar peralatan yang menggunakan Dengan menghubungkan motor induksi
motor satu fasa. satu fasa ke sumber tegangan bolak-balik
satu fasa, maka kumparan stator akan
menghasilkan fluksi yang berbentuk
sinusoidal. Fluks magnet ini hanya
merupakan fluks pulsasi, bukan merupa-
kan fluks medan putar, sehingga tidak
memutarkan rotor yang dalam keadaan
diam, hanya putaran fluksi yang dihasil-
kan. Jadi motor induksi satu fasa tidak
dapat start sendiri. Untuk dapat start
sendiri, motor memerlukan alat bantu, alat
bantu ini ada yang digunakan saat start
Gambar 5.151 Food Processor atau selama motor bekerja.

Gambar 5.152 Mixer


Gambar 5.154 Letak Kumparan Motor
Induksi Satu Fasa

Teori medan putar ganda (double revol-


ving field theory) menganggap bahwa
fluksi bolak-balik yang dihasilkan kum-
paran stator dapat diuraikan dalam dua
komponen, yaitu satu komponen sinkron
yang berputar dengan arah maju (Øs) dan
satu dengan arah mundur (Øi)
Gambar 5.153 Pod Coffee Makers (Gambar 5.155).
5.9.2 Motor Induksi Satu Fasa Putaran fluks magnet dapat dijelaskan
5.9.2.1 Teori Medan Putar Ganda sebagai berikut :
Konstruksi motor induksi satu fasa hampir
sama dengan motor induksi tiga fasa rotor

425
Selanjutnya pada setengah periode
putaran fluksi Øs dan Øi searah namun
arahnya berlawanan dengan Øm, maka
resultan fluksi Ør akan sama dengan –
Øm.

5) Perhatikan gambar 5.155 e :

Pada tigaperempat putaran fluksi Øs dan


fluksi Øi akan berlawanan arah, maka
(a) fluksi resultan Ør=0, dan ini berlangsung
secara terus menerus sehingga hasilnya
berbentuk gelombang seperti terlihat pada
gambar 5.156.

Bentuk gelombang fluksi terdiri dari dua


komponen fluksi putaran, dimana masing-
masing besarnya setengah fluksi resultan.

(b)

1) Perhatikan gambar 5.155 a :

Harga fluksi maksimum terdiri dari dua


komponen fluksi Øs dan Øi, dimana harga
fluksi Øs dan Øi setengah dari harga fluksi
maksimum (Øm). Fluksi Øs berputar
kekanan searah jarum jam dan fluksi Øi
berputar kekiri berlawanan arah jarum jam
(c)
2) Perhatikan gambar 5.155 b :

Setelah beberapa waktu fluksi Øs me-


nunjukan suatu sudut -Ө dan fluksi Øi
menunjukan sudut +Ө, maka resultan
fluksinya adalah :
 2
 r  m sin   m sin 
2 2

3) Perhatikan gambar 5.155 c :

Setelah seperempat periode putaran fluksi (d )


Øs dan fluksi Øi besarnya sama dan
berlawanan arah, sehingga besarnya fluksi
resultan Ør = 0.

4) Perhatikan gambar 5.155 d :


426
juga sebaliknya bila diberi torsi resultan
mundur, maka rotor motor akan berputar
sebaliknya (mundur).

Masing-masing komponen fluksi yaitu


fluksi sinkron (Øs) dan fluksi invers (Øi)
berputar sekitar stator dan mengimbas
pada rotor maka akan dihasilkan tega-
ngan dan torsi.

Pada saat motor berputar maka akan


terdapat slip yang besarnya tergantung
dari kecepatan dan arah putaran dari
(e) motor, masing-masing slip yang diha-
Gambar 5.155 Putaran Fluksi silkan dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Slip yang dihasilkan saat motor ber-


putar dengan arah maju :
N  Nr Nr
S s  1
Ns Ns

 Slip yang dihasilkan saat motor ber-


putar dengan arah mundur :
N  ( Nr ) Nr
Si  s  1
Ns Ns
Gambar 5.156 Bentuk Gelombang Fluksi
 1  (1  S)  (2  S)
5.9.2.2 Lengkung (Kurva) Torsi
Seperti telah dijelaskan bahwa medan Sedangkan besar daya dan torsi yang
stator pada motor induksi satu fasa berupa dihasilkan rotor motor dapat dihitung
fluksi bolak-balik yang terdiri dari dua berdasarkan persamaan berikut ini :
komponen yaitu fluksi Øs dan Øi. Kedua
fluksi yang berlawanan arah tersebut akan  Daya yang dihasilkan oleh rotor :
menghasilkan torsi yang sama besar dan (1  S) 2
Pg  I2 R 2
berlawanan arah, yaitu arah maju (forward) S
dan arah mundur (backward).  Torsi yang dihasilkan oleh rotor :
1 1 S 2
Torsi resultan yang dihasilkan oleh torsi Tg  ( )I2 R 2
arah maju dan arah mundur pada 2Nr S
dasarnya mempunyai kemampuan untuk dan kecepatan Nr  N s (1  S) maka :
menggerakan rotor motor dengan arah
1 I22 .R 2
maju atau mundur, tetapi pada saat start Tg  .
kemampuan masing-masing torsi untuk 2Ns S
maju dan mundur sama besarnya, 1
sehingga rotor motor akan tetap diam. k
2Ns
Untuk itu motor memerlukan suatu alat Sehingga besarnya masing-masing torsi
bantu saat start, apabila dibantu diberi torsi adalah :
maju, maka rotor motor akan berputar
mengikuti torsi resultan maju, demikian  Torsi arah maju :

427
I 2 .R
Ts  k. 2 2
S
 Torsi arah mundur :
I 2 .R
Ti  k. 2 2
(2  S)
 Torsi Total yang dihasilkan :
Tt  Ts  Ti

Pada gambar 5.157 terlihat torsi Ts, Ti,


dan Tr untuk slip antara 0 sampai dengan Gambar 5.158 Kumparan Bantu Motor
2. Titik diam saat S=1 dan (2-S)=1, pada Induksi Satu Fasa
kondisi ini Ts dan Ti sama besarnya yaitu
½ Tmax dan arahnya berlawanan Metoda untuk memperoleh perbedaan fasa
sehingga torsi resultan Tr = 0, hal ini yang antara kumparan utama dan kumparan
menyebabkan motor induksi satu fasa bantu supaya motor dapat start sendiri,
tidak bisa berputar sendiri. dapat dilakukan dengan cara :

 Metoda Split Phase ;


 Metoda Capacitor; dan
 Metoda Shaded Pole.

5.9.2.3 Rangkaian Pengganti


Motor Induksi Satu Fasa
Motor induksi satu fasa dapat dilihat
sebagai dua buah motor yang mempu-
nyai kumparan stator bersama, tetapi
Gambar 5.157 Lengkung Torsi Motor Induksi Satu Fasa
masing-masing rotor berputar berlawan-
an arah.
Supaya motor satu fasa bisa start sen-
diri maka motor harus diubah menjadi  Rangkaian Pengganti tanpa Rugi Inti
dua fasa selama periode pengasutan
Rangkaian pengganti motor induksi satu
(starting). Untuk itu stator motor induksi
fasa menurut teori medan ganda dapat
satu fasa yang hanya memiliki kumpar- dilihat pada gambar 5.159. Motor digam-
an utama harus ditambah dengan kum- barkan dengan satu lilitan stator dan dua
paran bantu, dan antara kedua kumpar- lilitan rotor.
an tersebut harus mempunyai beda fasa
sebesar 900 listrik (Gambar 5.158). Impedansi Stator : Z  R1  jX1
Impedansi masing-masing rotor adalah:
r2  jx 2

Dimana r2 dan x 2 mewakili harga sete-


ngah rotor dipandang dari stator.
Selama rugi inti diabaikan, penguatan
pada masing-masing cabang hanya ter-
diri penguatan reaktansi.

428
Impedansi rotor dengan arah putaran maju
:
r
jx m ( 2  jx 2 )
Zs  S Ohm
r2
 j( x m  x 2 )
S
Impedansi rotor dengan arah putaran
mundur :
r
jx m ( 2  jx 2 )
Zi  2 S Ohm
r2
 j( x m  x 2 )
2S
Dalam kondisi diam, tegangan arah maju
dan arah mundur sama besarnya, dengan
tegangan arah mundur (Vs=Vi), dan pada
saat berputar maju (Vs) antara 90% s.d
95% dari tegangan yang diberikan.
I 2 .r
Torsi arah maju : Ts  2 2
S
Gambar 5.159 Rangkaian Pengganti tanpa
I 2 .r Rugi Inti
Torsi arah mundur : Ti  2 2
2S
Torsi total yang dibangkitkan :
Tt  Ts  Ti

 Rangkaian Pengganti dengan Rugi


Inti

Rugi inti dapat diganti dengan tahanan


pengganti, dan dihubungkan secara seri
atau paralel dengan reaktansi magnetik
seperti terlihat pada gambar 5.160 dan
5.161.

Gambar 5.160 Rangkaian Pengganti


dengan Rugi Inti (rc Paralel)

429
paran bantu pada motor split phase
sebagai berikut :
 Kumparan utama mempunyai nilai
resistansi yang kecil dan reaktansi
yang besar;
 Kumparan bantu mempunyai nilai
resistansi yang besar dan reaktansi
yang kecil.
Untuk mendapatkan nilai resistansi yang
besar pada kumparan bantu dapat dila-
kukan dengan memasang tahanan seri
atau dengan menggunakan kumparan
yang mempunyai tahanan tinggi.

Gambar 5.161 Rangkaian Pengganti dengan Rugi


Inti (rc Seri)

Pada gambar 5.161 tahanan pengganti


(rc) dirangkai secara seri dengan reaktansi a. Kumparan Stator
magnetik, maka :
Impedansi maju
r
(rc  jx m ).( 2  jx 2 )
Zs  S
r2
rc   j( x m  x 2 )
S
Impedansi mundur
r
(rc  jx m ).( 2  jx 2 )
( 2  S)
Zi 
r2
rc   j( x m  x 2 ) b. Vektor Arus
( 2  S)

Tegangan arah maju (Vs) saat motor


berputar pada putaran nominal sangat
besar dan tegangan mundur (Vi) rendah.

5.9.2.4 Motor Split Phase


Motor Split Phase (resistance-start motor)
adalah motor induksi satu fasa yang
memilki dua buah kumparan pada bagian
statornya, yaitu kumparan utama (main
stator winding) dan kumparan bantu
(auxilary stator winding).
Bila dibandingkan nilai resistansi dan c. Karakteristik
reaktansi kumparan utama dengan kum- Gambar 5.162 Motor Split Phase

430
hanya pada penambahan unit kapasitor
Arus Is yang mengalir di kumparan bantu yang dihubungkan secara seri dengan
tertinggal dari tegangan V dengan sudut kumparan utama atau kumparan bantu.
yang sangat kecil, sedangkan arus Im Kapasitor biasanya diletakan dibagian luar
yang mengalir di kumparan utama motor atau berada didalam rumah motor.
tertinggal dari tegangan V dengan sudut
yang besar. Sudut fasa antara Im dengan
Is dibuat sebesar mungkin karena torsi
yang dihasilkan sebanding dengan Sin  .

Saklar sentrifugal diletakan secara seri


dengan kumparan bantu dan terletak
dibagian dalam motor. Fungsi saklar
sentrifugal adalah sebagai alat pemutus
otomatis suplai tegangan dari sumber ke Gambar 5.163. Motor Kapasitor
kumparan bantu, apabila putaran motor Tipe-tipe motor kapasitor adalah :
telah mencapai 75% dari kecepatan  Motor Kapasitor-Start, kapasitor ini
nominal motor. digunakan selama periode start(pe-
ngasutan) motor;
Saat start, torsi yang dihasilkan motor split  Motor Kapasitor-Run, kapasitor digu-
phase berkisar antara 150% s.d 200% dari nakan selama periode start dan run
torsi beban penuh. Sedangkan arus (jalan);
startnya bisa mencapai 6 (enam) s.d 8  Motor Kapasitor-Start Kapasitor-Run,
(delapan) kali arus nominal motor. dalam motor ini digunakan dua buah
Motor Split Phase pada umumnya digu- kapasitor, yaitu satu untuk start dan
nakan untuk daya yang kecil, yaitu antara satu lagi untuk jalan (run).
1/20 hp s.d 1 hp dengan putaran dari 865
Rpm sampai 3450 Rpm. Cara Menjalankan Motor Kapasitor

 Motor Split Phase Dua Kecepatan Selama periode start lilitan bantu dan lilitan
utama dihubungkan ke sumber tegangan
Untuk mengubah kecepatan motor split dan posisi saklar sentrifugal tertutup.
phase dapat dilakukan dengan cara Kumparan bantu dihubungkan secara seri
mengubah jumlah kutub, yang pada dengan kapasitor dan sakelar sentrifugal.
umumnya dilakukan untuk putaran yang Setelah putaran motor mencapai 75% dari
searah, yaitu dengan cara : kecepatan nominal saklar sentrifugal akan
a. Menambah jumlah kumparan utama membuka sehingga motor hanya bekerja
dengan kumparan bantu tetap; dengan kumparan utama saja. Putaran
b. Menggunakan dua kumparan utama medan magnet harus dihasilkan didalam
dan dua kumparan bantu; motor supaya timbul perbedaan fasa
c. Menggunakan hubungan khusus, yaitu sebesar 90° listrik antara kumparan utama
hubungan consequent-pole tanpa de-ngan kumparan bantu.
menambah kumparan utama atau
kumparan bantu. Kapasitor digunakan untuk mengalirkan
arus ke kumparan bantu untuk mencapai
5.9.2.5 Motor Kapasitor harga maksimum sebelum arus dari
kumparan utama mencapai maksimum,
Motor kapasitor biasanya dioperasikan jadi arus dari kumparan bantu akan
pada rating daya antara 1/8 hp s.d 1 hp. mendahului arus dari kumparan utama.
Konstruksi motor kapasitor hampir sama
dengan motor split phase, perbedaannya

431
Kondisi ini akan menghasilkan medan
magnet putar didalam stator, yang akan
mengakibatkan rotor motor akan berputar.

1. Motor Kapasitor-Start

Pada saat start motor akan menghasilkan


Torsi start (asut) yang tinggi bila kapasitor
dihubungkan secara seri dengan
kumparan bantu (Gambar 5.164a)
Pemasangan kapasitor menaikan sudut
fasa antar arus kumparan (Gambar
5.164b). Karakteristik torsi – kecepatan c. Karakteristik Kapasitor-Start
diperlihatkan pada gambar 5.164c.
Tipikal nilai kapasitor untuk motor 0,5 hp
adalah 300 uF dari tipe electrolytic.

Rangkaian ekuivalen motor capacitor-start


pada saat pengasutan (starting) dapat
direpresentasikan seperti diperlihatkan
pada gambar 5.164d, dan berdasarkan
rangkaian ekuivalen ini kita bisa
menurunkan persamaan untuk me-
nentukan nilai kapasitor untuk start. d. Rangkaian Ekuivalen Kapasitor-Start
1 R aR m Gambar 5.164 Motor Kapasitor-Start
Xc   Xa 
C Zm  Xm 2. Motor Kapasitor-Run
1
C
 R aR m  Motor Kapasitor-Run (Kapasitor Jalan) ini
. X a   sama dengan motor kapasitor-start,
 Z  X 
 m m  kecuali kumparan bantu dan kapasitor
terhubung pada rangkaian sepanjang
waktu, sehingga tidak diperlukan lagi
saklar sentrifugal.

Keuntungan kapasitor dipasang secara


permanen pada motor adalah :
 Memperbaiki kapasitas beban lebih
pada motor;
 Faktor daya motor jadi tinggi;
a. Rangkaian Kapasitor-Start  Efisiensi yang tinggi;
 Suara motor halus dan tidak bising.

Kapasitor digunakan untuk starting (pe-


ngasutan) dan menjalankan motor. Karena
kapasitor digunakan saat pengasutan dan
jalan, maka harus dipilih nilai kapasitor
yang tepat. Umumnya kapasitor yang
digunakan adalah tipe ac paper oil dengan
nilai antara 20 uF s.d 50 uF.
b. Vektor Arus Kapasitor-Start

432
3. Motor Kapasitor-Start Kapasitor-Run

Pada motor jenis ini terdapat dua buah


kapasitor, satu kapasitor digunakan saat
start (Cr) dan satu lagi saat jalan (Cr). Nilai
kapasitor untuk start lebih besar
dibandingkan dengan nilai kapasitor untuk
jalan. Tipe kapasitor yang digunakan untuk
start dan jalan biasanya berbeda, tipe a. Rangkaian Motor Kapasitor-Start
kapasitor start electrolytic dan untuk Kapasitor-Run
kapasitor jalan adalah paper oil.
Tipikal nilai kapasitor yang digunakan
untuk motor 0,5 hp adalah Cs = 300 uF
dan Cr = 40 uF.

Motor tipe ini harganya lebih mahal bila


dibandingkan dengan jenis motor kapa-
sitor start dan run, sebanding dengan
unjuk kerjanya yang paling baik diantara
jenis motor kapasitor.

b. Karakteristik Motor Kapasitor-Start


Kapasitor-Run
Gambar 5.166 Motor Kapasitor-Start
Kapasitor-Run

5.9.2.6 Motor Shaded-Pole


Perbedaan konstruksi motor shaded-pole
(kutub bayangan) yang sangat me-nonjol
bila dibandingkan dengan kons-truksi
a. Rangkaian Motor Kapasitor-Run motor induksi satu fasa yang lainnya
adalah pada bagian statornya, bagian
kutub magnit stator motor dibelah dan
diberi cincin pada bagian ujung kutubnya,
yang biasa disebut kutub bayangan.
Sedangkan jenis rotor yang digunakannya
sama dengan motor induksi satu fasa yang
lainnya yaitu rotor sangkar. Motor kutub
bayangan biasanya digunakan pada
peralatan dengan kapasitas daya yang
kecil seperti pada motor-motor kipas angin
kecil.
b. Karakteristik Motor Kapasitor-Run
Gambar 5.165 Motor Kapasitor-Run Gambar 5.167a memperlihatkan sebuah
motor kutub bayangan, yang kutubnya
diberi alur dan dilingkari dengan satu
lilitan hubung singkat dari bahan tembaga.
Medan putar yang dihasilkan pada motor
jenis ini adalah karena adanya induksi
pada cincin hubung singkat yang terdapat

433
pada kutub bayangan yang berasal dari
pengaruh induksi magnet kutub yang
lainya, sehingga motor ini menghasilkan
fluks magnet yang berputar.

b. Karakteristik Motor Shaded-Pole


Gambar 5.167 Motor Shaded-Pole

5.9.2.7 Karakteristik Motor


Shaded- Pole
Sebagai penutup dari bahasan motor
induksi satu, pada tabel 5.8 diperlihat-
a. Konstruksi Motor Shaded-Pole
kan karakteristik dan aplikasi motor
induksi satu fasa secara umum.

5.9.3 Motor Seri Satu Fasa (Universal)


Tabel 5.8 Karakteristik dan Penggunaan Motor Induksi Satu Fasa

434
Gambar 5.168 Konstruksi
Motor Universal

Motor universal terdiri dari sebuah rotor harus mengatur kembali posisi sikat atau
yang biasa disebut armatur atau jangkar, mengganti sikat dengan yang baru.
dengan lilitan kumparan sekelilingnya, dan
diujung poros diletakkan ko- mutator yang
dibagi atas beberapa lamel. Pada
permukaan komutator diletakan sikat
karbon yang berfungsi untuk mengalir
arus dari sumber luar ke dalam jangkar
motor. Saat arus mengalir ke dalam
jangkar, maka di jangkar akan timbul
medan magnit, sehingga jangkar akan
berputar diantara kutub magnit yang
berada di stator motor. Gambar 5.169 Jangkar Motor Universal

Hampir semua motor universal memiliki 5.10 Generator Set


kipas pendingin di bagian ujung poros-
nya. Motor universal banyak digunakan
5.10.1 Pendahuluan
pada peralatan listrik dengan ukuran ke- Generator set atau disingkat Genset
cil dan sedang, seperti pengisap debu, merupakan seperangkat pembangkit te-
msin jahit dan sejenisnya. naga listrik yang merupakan gabungan
antara mesin penggerak yang berupa
Motor universal bisa dioperasikan deng- mesin diesel sebagai penggerak mula dan
an sumber arus searah atau bolak-balik. generator sebagai mesin yang yang
Kecepatan motor bisa diatur dengan mengubah energi mekanik menjadi energi
menggunakan rheostat, penyearah, atau listrik. Pada umumnya generator yang
perubahan kedudukan sikat karbon yang digunakan adalah jenis generator sinkron
melewati jangkar motor. seperti telah dibahas pada sub bab
sebelumnya.
Perawatan motor universal relatif mudah,
kebanyakan motor tidak berfungsi dengan Genset biasanya dimanfaatkan sebagai
baik diakibatkan karena kontak sikat pembangkit energi listrik pada daerah-
karbon ke permukaan komutator tidak daerah atau lokasi yang belum ter-
baik, ini bisa dilihat dengan adanya spark jangkau oleh suplai listrik PLN, selain itu
pada permukaan komutator, sehingga genset banyak dimanfatkan sebagai
kontak listrik menjadi tidak sempurna. sumber daya darurat (catu daya darurat)
Apabila hal seperti ini terjadi, maka kita ketika PLN atau sumber utama daya listrik
mengalami pemadaman.

435
Pengertian dan definsi Genset darurat tempat ibadah, gelanggang olah raga,
menurut PUIL 2000 (Pasal 8.21.1.1) rumah sakit dan gedung lain yang
adalah : sejenisnya. Genset darurat dapat me-
”Keadaan darurat adalah keadaan yang nyediakan daya untuk beberapa ke-
tidak biasa atau tidak dikehendaki yang perluan seperti pendingin, pelayanan alat
membahayakan keselamatan manusia, bantu mekanis, ventilasi jika penting untuk
bahaya kebakaran dan keamanan ba- keselamatan jiwa, penerangan dan tenaga
ngunan serta isinya, yang ditimbulkan untuk kamar operasi di rumah sakit,
karena penyediaan listrik utama ter- sistem alarm kebakaran, proses industri
ganggu. Penerangan darurat biasanya yang bila aliran listrik terputus dapat
dipasang di gedung-gedung umum yang menyebabkan bahaya yang serius,
banyak dikunjungi orang seperti hotel, komunikasi dan hal yang sejenisnya”.
pasar, toserba, gedung pertunjukan,

Gambar 5.170 Contoh Generator Set


Sumber: http://www.chinapower-online.com/Mitsubishi_series.html

Pada pasal berikutnya (pasal 8.21.3.1.1) 5.10.2 Mesin Diesel


dijelaskan bahwa generator darurat harus
memenuhi beban sebagai berikut: Jika ditinjau dari cara memperoleh energi
 Kelengkapan penggerak utama yang termalnya, motor diesel atau mesin diesel
menggunakan tenaga listrik dan per- dikelompokan ke dalam mesin dengan
lengkapan pengasutan. pembakaran dalam mesin itu sendiri, yaitu
 Lift keadaan darurat dengan ang- proses pembakaran terjadi
gapan pada suatu kumpulan lift hanya di dalam silinder mesin, sehingga gas
satu lift yang bekerja. pembakaran yang terjadi sekaligus ber-
 Daya yang digunakan untuk menu- fungsi sebagai fluida kerja.
runkan lift.
 Kipas untuk mengisap asap. Motor menggunakan beberapa selinder,
 Pompa air untuk sistem pemadam dimana didalamnya terdapat torak yang
kebakaran saat terjadi kebakaran. bergerak secara translasi (bolak-balik). Di
 Pemanfaatan listrik yang digunakan dalam silinder inilah terjadi pem-bakaran
pada saat terjadi kebakaran. antara bahan bakar dengan oksigen dari
 Penerangan darurat yang dihubung- udara. Gas pembakaran yang dihasilkan
kan dangan generator tersebut. oleh proses tersebut mampu
 Jumlah beban lain yang dapat disuplai menggerakkan torak yang menyebabkan
dari sistem pembangkit tersebut gerakan rotasi pada poros engkol dan
kecuali yang tersebut dalam 8.21.3.1.1. sebaliknya gerak rotasi poros engkol
menimbulkan gerak translasi pada torak.

436
Gambar 5.171 Prinsip Kerja Mesin Diesel

Prinsip kerja mesin diesel bila ditinjau dari


sistem penyalaan bahan bakarnya, disebut 3. Langkah Ekspansi
motor penyalaan kompresi. Karena cara
penyalaan bahan bakarnya dilakukan Pada saat torak hampir mencapai TMA,
dengan menyemprotkan bahan bakar ke bahan bakar disemprotkan ke dalam
dalam silinder berisi udara bertemperatur silinder dan terjadilah proses pembakaran
dan bertekanan tinggi. Cara kerja mesin sehingga tekanan dan temperaturnya naik.
diesel dapat dijelaskan seperti pada Sementara itu torak masih bergerak
gambar 5.171. menuju TMA, berarti volume ruang bakar
menjadi semakin kecil sehingga tekanan
Proses pembakaran di dalam motor bakar dan temperatur udara bahan bakar di
terjadi secara berulang-ulang (periodik), dalam silinder menjadi semakin tinggi.
yaitu setiap satu siklus mengalami 2 kali Akhirnya torak mencapai TMA dan gas
putaran poros engkol dan membutuhkan 4 pembakaran mampu mendorong torak
langkah kerja. untuk bergerak kembali dari TMA ke TMB.
Pada saat yang sama, baik katup isap
1. Langkah Isap (intake valve) maupun katup buang
(exhaust valve) masih tertutup. Dalam
Pada awal langkah isap, piston berada proses ini volume gas pembakaran di
pada Titik Mati Atas (TMA) dan kecepatan dalam silinder bertam-bah besar dan
torak nol (belum bergerak). Torak bergerak tekanannya turun.
menuju Titik Mati Bawah (TMB), katup isap
(intake valve) terbuka, sehingga udara 4. Langkah Buang
bersih masuk ke dalam silinder. Langkah
isap ini berlangsung hingga piston Apabila totak telah mencapai TMB, katup
mencapai TMB. buang sudah terbuka sedangkan katup
isap tetap tertutup. Torak bergerak kembali
2. Langkah Kompresi ke TMA mendesak gas yang sudah
terbakar keluar dari dalam silinder melalui
Setelah mencapai TMB, torak bergerak saluran buang. Setelah langkah buang ini
kembali ke TMA, sementara katup isap selesai, siklus kerja baru dimulai lagi dari
dan katup buang tertutup. Udara yang langkah isap dan seterusnya.
telah ada di dalam silinder terkompresi
oleh torak yang bergerak ke TMA. Volume
udara kini menjadi kecil sehingga tekanan
dan temperaturnya naik.

437
5.10.2.1 Bagian-bagian Utama Diesel adalah sistem bahan bakar, sistem
pelumasan, sistem pendingin serta sistem
Mesin Diesel udara dan gas buang.
Bagian-bagian utama yang berfungsi
sebagai penunjang operasional Mesin

Sumber: http://www.cumminspower.com

Gambar 5.172 Bagian-bagian Utama Generator Set


1. Sistem Bahan Bakar pelumasan pada waktu mesin sedang
beroperasi.
Fungsi Sistem bahan bakar adalah
mengalirkan bahan bakar mulai dari tangki 4. Sistem Udara dan Gas Bekas
bahan bakar sampai menyemprotkan dari
pengabut pada waktu pembakaran di Fungsi sistem udara dan gas bekas
dalam silinder. Jenis bahan bakar yang (buang) adalah untuk mengatur udara
digunakan umumnya adalah minyak solar pembakar ke dalam ruang bakar atau
atau minyak IDO (Ignation Diesel Oil). silider diwaktu langkah isap, udara ini
dikompresikan waktu langkah kompresi
2. Sistem Pendingin
dan mengeluarkan gas bekas dari silinder
Saat genset beroperasi, maka temperatur waktu langkah buang.
kerja mesin akan meningkat, untuk Knalpot adalah bagian dari mesin diesel
menurunkannya diperlukan sistem pen- yang berfungsi untuk menyalurkan gas
dinginan dengan menggunakan air. bekas sisa pembakaran ke udara luar,
Air yang digunakan untuk sistem pen- selain itu knalpot berfungsi juga sebagai
dinginan adalah air murni yang tidak peredam geteran akibat ledakan pemba-
mengandung kotoran dan kadar garam aran dan tekanan gas buang.
untuk mencegah terjadinya korosi. Air
berfungsi untuk mendinginkan blok silin- 5.10.3 Mengoperasikan
der dan turbocharger . Generator Set
3. Sistem Pelumasan 5.10.3.1 Menganalisa Data
Pengoperasian
Fungsi sistem pelumasan adalah untuk
mengurangi keausan mesin dengan cara Saat melakukan pengoperasian generator
mengalirkan minyak pelumas dari karter ke set ada beberapa hal yang harus di-
bagian-bagian yang memerlukan perhatikan:

438
1) Menerapkan prosedur pengoperasian (Tipe Governor) ment System 1
generator set sesuai dengan kriteria
unjuk kerja yang mencakup peralatan Exhaust System
yang berkaitan dengan pengoperasian (Sistem Pembuangan)
dan diagram kerja dengan prinsip Exhaust Gas Flow : 52.2 m3/min
kerjanya. (Aliran Gas Buang)
2) Mengindentifikasi alat ukur dengan Exhaust Tempera- : 519° C
kriteria unjuk kerja yang mencakup ture ( Temperatur
instrumen yang berupa besaran listrik Pembuangan)
maupun besaran mekanik (arus, Max Back Pres- : 10kPA
tekanan, suhu, dll) diinterpretasi sesuai sure (Tekanan Balik
dengan prinsip kerja, prosedur dan Maksimum)
hasilkan dibandingkan dengan nilai /
angka yang ditetapkan dalam sistem Air Intake System
sesuai dengan batasan operasi. (Sistem Udara Masuk)
Max Intake Res- : 5kPA
3) Mengoperasikan generator set sesuai triction(Batas Pe-
dengan kriteria unjuk kerja yang masukkan Maks)
mencakup seluruh komponen dan Burning Capacity : 19.6m3/min
sistem pendinginan siap diope-rasikan (Kapasitas Pemba-
sesuai dengan standar. Sistem air karan)
pendingin dioperasikan dengan urutan Intake Flow : 456m3/min
kerja sesuai SOP. (Aliran Masuk)
Untuk meyakinkan bahwa mesin genset
Fuel System
dioperasikan sesuai dengan unjuk kerja-
(Sistem Bahan Bakar)
nya, maka perlu diamati data mesin genset
110%(Standby : 73.6 L/h
sebelum dioperasikan. Berikut ini contoh
Power) Load
data sebuah mesin genset :
100%(Prime : 66.3L/h
1. Engine Data (Data Mesin ) Power) Load
75%(Prime Power) : 49.2L/h
Manufacture/Type : POWERING/ Load
(Pabrikan/ Tipe) NEM 435 WA, Total Fuel Flow : 108L/h
4- cycle
Air Intake System : Turbo, Air/ Air Oil System
(Sistem Udara Cooling (Sistem Oli)
Masuk) Total Oil Capacity : 35L
Fuel System : Elec.Injection (Total Kapasitas
(Sistem Bahan Fuel System Oli)
Bakar) Oil Consumption : 0.04L/h
Cylinder Arrange- : 6 in line (Konsumsi Oli)
ment (Susunan Engine Oil Tank : 31L
Silinder) Capacity (Kapasi-
Bore and Stroke : 120×138mm tas Tangki Oli
Compression Ratio : 17.4 : 1 Mesin)
(Perban-dingan Oil Pressure at : 350kPA
Kompresi) Rated RPM
Rated RPM : 1500 (Tekanan Oli pada
(Kecepatan RPM) RPM nominal)
Governor Type : Engine Manage-

439
Cooling System (charging) secara baik sehingga dapat
(Sistem Pendinginan) menunjang keandalan dan kesiapan
Total Coolant : 41L penyalaan mula (start up).
Capacity (Kapasi-
tas Total Pendi- Saat pemeriksaan harus diperhatikan juga
nginan) mur baud yang ada pada bagian: mesin,
Thermostat : 82-92°C fuel injection pump, cylinder heads, timing
Max Water Tem- : 103°C gear, crankshaft pulley, coupling-drive
perature ( Tempe- shaft, mounting bracket, turbo charger, dan
ratur Air Maks) exhaust pipe. Perha-tikan jangan sampai
ada mur baud yang lepas atau longgar.
2. Alternator Data (Data Alternator)
Manufacture/Type : POWERING/ Bagian-bagian lain yang harus diperiksa
(Pabrikan/ Tipe) PWR 888P3 sebelum genset dioperasikan adalah:
Number of Phase : 3  Sistem Bahan Bakar (Fuel System)
(Jumlah Fasa)  Sistem Pelumasan (Lubrication System)
Connecting Type : 3 Phase and 4  Sistem Pendingin (Cooling System)
(Tipe Hubungan) Wires, “Y” type  Sistem Udara Masuk (Air Inlet System
connecting  Sistem Kelistrikan (Electrical System)
Power Factor : 0.8
(Faktor Daya) 1) Pemeriksaan Sistem Bahan Bakar
Protection Grade : IP23 Sebelum melakukan pengisian bahan
(Kelas Proteksi) bakar pada tangki, periksa terlebih dahulu
Exciter Type : Brushless, self- kondisi tangki dan pipa-pipanya bersih dari
(Tipe Penguatan) exciting air, kotoran, dan bahan lainnya yang akan
Insulation Class/ : H/H mengganggu sistem pembakaran mesin.
Temperature Rise Setelah pemeriksaan selesai dilakukan,
( Kelas Isolasi) baru lakukan pengisian bahan bakar.
Voltage Regulation : ≤± 1% Setelah pengisian, yakinkan bahan bakar
(Pengaturan berada pada batas level yang mencukupi
Tegangan) dengan cara mengamati penunjukan level
Alternator Capacity : 325 KVA gauge bahan bakar.
(Kapasitas Alterna- Selanjutnya sebelum pompa bahan bakar
tor) dioperasikan, lakukan pemeriksaan
Alternator : 93.3% terlebih dahulu pada bagian saringan
Efficiencies (filter) bahan bakar dengan cara sebagai
(Efisiensi Alterna- berikut :
tor)
Air Cooling Flow : 0.486m3/s a. Fuel Filters (Wire Element Type)
(Aliran Pendingin-
an Udara)

5.10.3.2 Mempersiapkan
Pengoperasian Genset

Langkah-langkah persiapan yang harus


dilakukan adalah memeriksa kondisi mesin
dan sistem pendukungnya. Yakinkan
sistem baterai (accumulator) dalam Gambar 5.173 Fuel Filters (Wire-element Type)
keadaan stand by dan harus selalu diisi

440
 Buka tutup venting udara (1) dari filter sebelum pengencangan penutup venting
 Buka priming handle pump (2) dari terakhir.
pompa bahan bakar dengan memutar
berlawanan arah jarum jam, periksa filter 2) Pemeriksaan Sistem Pelumasan
dan coba operasikan. (Lubrication System)
 Kencangkan kembali penutup (1), Tujuan pemeriksaan sistem pelumasan
indikator penutup tersebut baik ketika adalah untuk memastikan bahwa mesin
ada aliran bahan bakar, maka tidak terisi pelumas dengan cukup sehingga
terjadi gelembung udara. bisa melumasi bagian-bagian mesin
secara baik, untuk menghindari terjadinya
b. Fuel Filter (Paper Element Type) keausan pada bagian-bagian mesin.

Pemeriksaan minyak pelumas dilakukan


dengan cara mencabut tuas duga minyak
pelumas (oil level) berada pada level
sekitar tigaperempat dari level yang
seharusnya seperti yang diperlihatkan
pada gambar 5.176. Bila level tidak
mencukupi maka lakukan menambahan
minyak pelumas dengan menggunakan
penuang yang bersih dengan minyak
Gambar 5.174 Fuel Filters (Paper Element Type) pelumas sesuai standar/ direko-
mendasikan pembuat mesin.
 Longgarkan penutup venting udara (3)
dari fuel filter
 Operasikan priming pump handle (2)
 Kencangkan kembali (3) ketika aliran
bahan bakar tidak terjadi gelembung
udara

c. Pompa Injeksi Bahan Bakar (Fuel


Injection Pumps)

Gambar 5.176 Pemeriksaan Minyak Pelumas

3) Pemeriksaan Sistem Pendingin


(Coolant System)
Tujuan pemeriksaaan sistem pendingin
adalah untuk memastikan bahwa mesin
beroperasi dengan pendinginan yang
memadai sehingga terhindar dari proses
keausan dan tidak terjadi pemanasan yang
berlebihan yang bisa mengakibatkan
Gambar 5.175 Pompa Injeksi Bahan Bakar kerusakan pada mesin atau menurunnya
efisiensi mesin.
 Longgarkan penutup venting udara (4)
pompa injeksi bahan bakar Pemeriksaan sistem pendingin dilakukan
 Operasikan priming pump sampai aliran dengan cara sebagai berikut :
bahan bakar pada penutup tidak terjadi
gelembung udara. Kencangkan priming a. Periksa dan yakinkan tidak ada ke-
pump dengan cara memutar searah bocoran atau rembesan air secara teliti
jarum jam dan lakukan penekanan

441
pada setiap bagian sistem pendingin nya pasokan tegangan/tenaga dari
terutama di bagian radiator . baterai (accumulator).
b. Periksa level air pada radiator dan
pastikan bahwa level pendingin
(coolant level) mencukupi, bila kurang
tambahkan air sampai level yang
mencukupi.
c. Engkol (Cranking) mesin dengan
menutup bahan bakar selama 30 detik
untuk meyakinkan tekanan minyak
menunjukkan normal. Jika tekanan
minyak tidak naik dalam 30 detik,
biarkan 1 menit sebelum dilakukan Gambar 5.178 Pemeriksaan Baterai
cranking kembali.
d. Jalankan mesin dengan kecepatan 600 Langkah-langkah pemeriksaan yang harus
sampai 700 rpm dalam tiga sampai dilakukan adalah sebagai berikut:
lima menit. a. Buka tutup baterai (accumulator), lalu
e. Hentikan mesin dan periksa level air periksa level larutan elektrolit pada
pendingin . Bila level air menunjukan masing-masing sel, pastikan berada
penurunan (rendah) tambahkan pada 1 cm diatas lempeng-lempeng
kembali air pendingin. sel.
f. Periksa kembali radiator dan yakinkan b. Bila level terlalu rendah tambahkan
tidak ada rembesan dan kebocoran air larutan elektrolit pada sel-sel yang
dari sambungan-sambungan dan memiliki level rendah.
penutup radiator. c. Periksa semua terminal-terminal ba-
terai, bila ada yang longgar lakukan
pengencangan.
d. Setelah selesai operasi genset, periksa
kembali level elektrolit, bila ada rendah
tambahkan air murni.
e. Periksa Spesific Gravity (SG) elektrolit
bila dibawah ketentuan, isi (charge)
kembali baterai.
Gambar 5.177 Pemeriksaan Sistem Pendingin
5.10.3.3 Melaksanakan
4) Sistem Udara Masuk (Air Inlet) Pengoperasian Genset
Tujuan pemeriksaan sistem udara ma- Untuk mengoperasikan genset harus
suk adalah untuk memastikan bahwa dilakukan sesuai dengan SOP ( Standard
sistem saringan udara pembakaran da- Operation Procedure) yang berlaku pada
lam kondisi optimal sehingga debu/ institusi/perusahaan pengguna genset
kotoran dapat tersaring dan tidak masuk tersebut.
ke ruang bakar. Secara umum prosedur/tahapan peng-
operasian genset adalah : tahap penga-
5) Pemeriksaan Sistem Kelistrikan sutan awal (start up), tahap pemanasan
(Electrical System) (warming up), tahap pembebanan
Tujuan pemeriksaan sistem kelistrikan (loading), dan tahap penghentian (stop).
adalah untuk memastikan start up mesin
diesel dapat dilakukan tanpa mengalami 1) Tahap Pengasutan Awal (Start Up)
kesulitan yang diakibatkan oleh kurang- Cara pengasutan mesin diesel genset
dapat dilakukan dengan tiga sistem, yaitu

442
pengasutan sistem manual, elektrik, dan ditentukan, maka kompressor akan secara
kompresi. otomatis menaikkan tekanan udara di
dalam tabung hingga tekanan dalam
a. Sistem Pengasutan Manual tabung mencukupi dan siap dipakai untuk
Cara untuk menghidupkan mesin diesel melakukan pengasutan mesin diesel.
pada sistem ini adalah dengan meng- Berikut ini contoh langkah pengasutan
gunakan penggerak engkol pada poros mesin diesel genset :
engkol atau poros hubung yang akan a. Masukkan semua MCB yang ada di
digerakkan oleh tenaga manusia. Jadi panel kontrol mesin diesel ke posisi
sistem pengasutan ini sangat tergantung “ON”
pada faktor manusia sebagai operatornya. b. Masukkan Toggle Switch (TSW) ke
Sistem ini biasanya digunakan untuk atas “alarm normal”.
menjalankan mesin diesel dengan daya c. Putar kunci starter pada posisi “ON”
yang relatif kecil. dan akan terlihat lampu tekanan mi-
nyak pelumas, lampu suplai baterai
b. Sistem Pengasutan Elektrik “DC ON” dan lampu Water High Level
Sistem ini menggunakan motor arus menyala.
searah (DC) dengan suplai listrik dari d. Putar kunci stater pada posisi
baterai (accumulator) 12 atau 24 volt untuk “START”, setelah mesin diesel hidup,
mengasut mesin diesel. Saat pengasutan lepaskan pegangan tangan pada
dilakukan motor DC mendapat suplai listrik kunci, maka kunci akan kem-bali pada
dari baterai dan menghasilkan torsi yang posisi “ON”.
timbul pada poros motor diguankan untuk e. Jangan lakukan penyalaan dengan
mengge-rakkan mesin diesel sampai cara mengoperasikan kunci stater
mencapai putaran tertentu. Baterai yang terus menerus tanpa berhenti selama
diguna-kan harus bisa dimanfaatkan untuk lebih dari 10 detik. Bila mesin belum
me-ngasut mesin beberapa kali tanpa hidup lakukan penyalaan berulang–
harus diisi kembali. Pengisian ulang ulang dalam jangka waktu sekitar 1
baterai dilakukan dengan menggunakan menit. Hal ini dilakukan untuk menjaga
battery charger. Pada saat mesin diesel agar umur baterai tahan lama.
tidak bekerja maka battery charger f. Setelah mesin diesel hidup dan
mendapat pasokan listrik dari PLN, putarannya stabil pada 1500 rpm,
sedangkan pada saat mesin diesel bekerja maka lampu tekanan minyak pelumas
maka pasokan untuk battery charger akan mati dan lampu “Radiator Fan
diperoleh dari generator set. Run” akan menyala.
g. Pastikan bahwa genset hidup tidak ada
c. Sistem Pengasutan Kompresi gangguan dan kipas Radiator sudah
Sistem pengasutan ini menggunakan berputar.
motor dengan udara bertekanan tinggi h. Masukkan MCCB yang berada di panel
untuk mengasut mesin diesel. Adapun ara kontrol genset, maka lampu “CB ON”
kerjanya adlah dengan menyimpan udara akan menyala dan lampu “G” juga
ke dalam suatu tabung udara. menyala.
Kemudian udara tersebut dikompresikan
sehingga menjadi udara panas dan ba-han 2) Tahap Pemanasan (Warming Up)
bakar dimasukkan ke dalam pompa injeksi Setelah proses pengasutan selesai dila-
bahan bakan serta disemprotkan lewat kukan biarkan mesin bekerja selama
nozzle dengan tekanan tinggi. Proses ini kurang lebih 10 menit dalam kondisi
mengakibatkan terjadinya pengkabutan generator tidak dibebani, langkah ini
dan pembakaran di ruang bakar. Pada dilakukan untuk pemanasan (warming up)
saat tekanan di dalam tabung turun dengan tujuan pelumasan pada bagian-
sampai batas minimum yang telah

443
bagian mesin dapat berlangsung dengan penunjukan alat ukur (arus, tekanan,
baik. suhu, dll) diindetifikasi dengan
memperhatikan toleransi yang
ditetapkan sesuai dengan instruction
3) Tahap Pembebanan (Loading)
manual, penyimpangan yang terinden-
Setelah tahap pemanasan selesai dila-
tifikasi dianalisa penyebabnya dan
kukan maka genset dapat dibebani.
ditetapkan alternatif penanggulangan;
Selama genset dioperasikan pastikan
masalahnya dikonsultasikan kepada
bahwa tidak terdapat suara-suara yang
pihak yang terkait dengan memper-
tidak normal dan getaran yang besar,
hatikan spesifikasi standar yang berlaku
warna gas buang normal tidak terlalu pekat
dan penanggulangan masalah yang
atau keputihan. Selanjutnya periksa semua
telah disetujui; diterapkan sehingga
meter dan indikator menujukkan normal,
gangguan teratasi.
meter dan indikator yang perlu diamati
adalah :
2) Membuat laporan gangguan dengan
 Tachometer
kriteria unjuk kerja yang mencakup
 Indikator tekanan minyak laporan dan dibuat dengan format dan
 Indikator/Meter suhu air pendingin prosedur yang ditetapkan oleh insti-
 Ammeter berada pada (+) tusi/lembaga.
 Indikator/Meter suhu minyak pelumas
 Filter minyak alarm tidak menyala. Tabel 5.9 memperlihatkan contoh
pelacakan gangguan pada genset dan
4) Tahap Penghentian langkah perbaikan yang perlu dilakukan
Langkah yang harus diperhatikan saat untuk mengatasinya.
menghentikan/mematikan genset yaitu
janganlah menghentikan/mematikan 5.10.3.5 Membuat Laporan
genset secara mendadak dalam kondisi Pengoperasian
beban penuh, kurangilah beban secara Pada saat mesin diesel dioperasikan harus
bertahap hingga genset beroperasi tanpa dilakukan pemantauan yang teliti sehingga
beban. Biarkanlah genset hidup tanpa terjadinya kerusakan saat mesin
beban beberapa saat, agar susut yang dioperasikan dapat dihindari, yang bisa
tinggi karena adanya beban berangsur mengakibatkan pada ketidaksiapan mesin
turun secara perlahan lahan. Hal ini juga untuk beroperasi. Hal-hal yang harus
mengurangi regangan pada konstruksi tercatat dalam laporan operasi adalah
mesin diesel karena adanya beban dan sebagai berikut:
panas. 1) Lama pengoperasian;
5.10.3.4 Mengamati dan 2) Banyaknya minyak pelumas, bahan
Menanggulangi Masalah bakar dan air pendingin yang
ditambahkan;
Operasi 3) Penggantian minyak pelumas dan air
Apabila genset saat dioperasikan timbul pendingin;
gangguan atau masalah maka lakukan 4) Tekanan minyak pelumas, temperatur
segera langkah-langkah untuk menga- gas buang (exhaust) dan temperatur
tasinya sesuai dengan SOP yang berlaku. suhu udara masuk;
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan 5) Bagian-bagian yang diganti, jenis
diantaranya adalah: perbaikan yang dilakukan dan hasil
perbaikan;
1) Mengindentifikasi dan menanggulangi 6) Unjuk kerja selama mesin dioperasi-
masalah operasi sesuai dengan kriteria kan seperti “Putaran mesin tidak stabil
unjuk kerja yang mencakup gangguan ” dan lain-lain.
yang berkaitan dengan penyimpangan

444
Hasil pemantauan oleh operator harus untuk dilakukan evaluasi.
dilaporkan kepada pengawas operasi
Tabel 5.9 Pelacakan Gangguan pada Genset
Jenis Gangguan Diagnosa Perbaikan

Mesin tidak bisa berputar Tidak ada tenaga putar pada  Periksa amper baterai
motor starter  Periksa mesin diesel
Mesin hidup kemudian 1. Solar habis  Periksa level bahan bakar
berhenti lagi  Buka kran bahan bakar
2. Sistem injeksi  Pompa bahan bakar sampai
udara keluar
Mesin berputar tidak normal 1. Filter bahan ba-kar kotor  Ganti filter bahan bakar
2. Saluran bahan bakar  Periksa saluran dan pompa
tersumbat keluar
Mesin berputar sangat 1. Throttle terlalu  Longgarkan bukaan throttle
cepat membuka
2. Beban turun drastis  Periksa Governor
 Periksa Voltmeter & Amper-meter
Mesin berhenti secara tiba- Mesin mengalami beban  Periksa sistem pendinginan
tiba lebih  Periksa Circuit Breaker
 Kurangi Beban listriknya
Mesin tenaganya hilang 1. Saluran udara ter-tutup  Periksa sistem saluran udara
2. Gas buang me-nekan masuk
masuk  Periksa sistem pembuangan gas
3. Kompressi hilang buang
 Periksa dan test kompresi
 Periksa dudukan klep dan ring
torak
Gas buang hitam 1. Ada pelumas ter-bakar  Periksa level pelumas Crank-
case
 Periksa ring torak
2. Injektor bahan bakar  Periksa dinding mesin dan seal
kotor  Bongkar dan bersihkan injektor
Suara Mesin berisik 1. Ada asoseris me-sin  Periksa semua baut dan dudukan
yang longgar/ lepas mesin
2. Katup longgar  Periksa jarak katup
3. Bearing longgar  Periksa hubungan Poros dan
bearing crankshaft
Tegangan hilang 1.Gangguan AVR  Periksa komponen pada AVR
2.Belitan hubung singkat  Periksa belitan denganMegger

Untuk mencapai tujuan tersebut, suatu


5.11 Memperbaiki Motor kebijakan perawatan dan perbaikan harus
Listrik diarahkan pada efisiensi dan efektifitas
kerja, tidak bersifat reaktif (bertindak
5.11.1 Pendahuluan apabila peralatan mengalami kerusakan)
melainkan harus bersifat proaktif
Salah satu tujuan perawatan dan per- (bertindak/merencanakan suatu tindakan
baikan adalah agar peralatan mencapai sebelum peralatan rusak atau tidak dapat
umur maksimum daripada mengganti melaksanakan fungsinya sama sekali).
dengan yang baru. Namun hal ini tidak
dapat diberlakukan secara umum ter- Tindakan perbaikan merupakan konse-
gantung dari macam dan jenis serta kuensi logis dari usaha perawatan dan
teknologi dari peralatan tersebut. perbaikan dikategorikan menjadi :

445
 Perbaikan darurat (Perbaikan tak te- penggantian sukucadang yang dilakukan
rencana) secara berkala, misalnya penggantian oli
 Perbaikan berdasarkan permintaan mesin, penggantian bearing, penggantian
 Trouble Shooting (Breakdown) terminal dan lain-lain.
 Penggantian sebagian
 Penghapusan 5) Penghapusan

1) Perbaikan Darurat Memindahkan peralatan yang rusak dari


tempat kerja. Penghapusan dilakukan
Perbaikan darurat artinya perbaikan yang melalui pertimbangan matang, dan setelah
harus segera dilaksanakan untuk segala usaha-usaha perawatan
mencegah akibat yang lebih berat dan
parah, atau kerusakan yang bisa me- tidak mungkin lagi dapat memperbaiki
ngakibatkan kecelakaan pada pemakai peralatan tersebut, atau bila peralatan
dan menyebabkan kerusakan lebih besar tersebut telah mencapai batas usia
pada peralatan. pakainya.

2) Perbaikan Berdasarkan permintaan


5.11.2 Perbaikan Dasar
Motor Induksi
Perbaikan yang dilakukan terhadap
peralatan yang tidak bekerja dengan Konstruksi motor induksi relatif seder-
normal. Peralatan tersebut biasanya masih hana bila dibandingkan dengan motor arus
bisa digunakan, tetapi tidak dapat searah atau motor sinkron, sehingga
dioperasikan. Usaha perbaikan yang prosedur pemeliharaannya tidak terlalu
dilakukan akan meningkatkan kembali sulit. Apabila dirawat dengan baik dan rutin
daya guna peralatan. motor induksi bisa dipergunakan bertahun-
tahun.
3) Trouble Shooting (Breakdown)

Prinsipnya hampir sama dengan per- Walaupun demikian tidak menutup ke-
baikan berdasarkan permintaan, yaitu mungkinan meskipun telah dilakukan
kerusakan terjadi tanpa terduga. Trouble perawatan secara rutin, gangguan atau
shooting juga bertujuan untuk mening- kerusakan masih mungkin terjadi, baik
katkan daya guna peralatan, yang berbeda kata faktor usia, hubung singkat pada
adalah waktu perbaikan. Kalau perbaikan lilitan, dan sebagainya.
berdasarkan permintaan adalah perbaikan
yang hanya akan dilaksanakan setelah Gangguan/kerusakan pada motor induk-si
ada permintaan untuk itu, sedangkan hampir sama dengan gangguan mesin-
trouble shooting adalah perbaikan yang mesin listrik lainnya, ialah gangguan
tidak boleh ditunda dan segera dilakukan elektris dan mekanis, seperti:
pada saat terjadinya breakdown  Kumparan stator terhubung singkat
(kerusakan). Dengan kata lain trouble dengan rangka;
shooting itu adalah perbaikan darurat.  Kumparan stator terhubung singkat
satu dengan lainnya;
4) Penggantian Sebagian  Kumparan stator terputus;
 Hubungan dari kumparan stator ke
Dilakukan apabila sukucadang yang rusak terminal terputus;
tidak dapat diperbaiki lagi sehing-ga  Bantalan aus;
bagian tersebut harus diganti dengan yang  Poros motor tidak lurus.
baru, atau bila biaya perbaikan lebih tinggi
dari pada biaya penggantian. Atau

446
Untuk menentukan jenis kerusakan yang stator. Dalam keadaan baik, nilai
terjadi pada motor induksi tiga fasa dapat resistansi antar kumparan hampir
dilakukan dengan langkah sebagai berikut sama.
:

1. Putar poros motor dengan menggu-


nakan tangan, lalu rasakan apakah
ringan atau berat. Kalau terasa berat
kemungkinan ada kerusakan pada
bantalan atau adanya gesekan antara
bagian rotor dengan stator;
2. Kalau poros dapat diputar secara
normal (tidak berat), kemungkinan Gambar 5.180 Pengujian Belitan Stator
kerusakan ada pada terminal motor Dengan AVO Meter
atau belitan stator.
Periksa nilai resistansi antara terminal:
U ↔ X = ...............Ohm
V ↔ Y = .............. Ohm
W ↔ Z = .............. Ohm
Bila nilai tahanannya tidak sama, maka
ada beberapa kemungkinan:
 Nilai resistansi antar ujung kumparan
yang sama mendekati tak terhingga,
Gambar 5.179 Menguji Poros Motor kemungkinan ada belitan putus.
 Nilai resistansi tidak sama, kemung-
5.11.2.1 Memeriksa Kumparan kinan terjadi hubung singkat antar
Stator Motor kumparan atau dari kumparan ke
rangka motor.
Untuk memeriksa belitan stator motor,
peralatan yang dibutuhkan adalah : Selanjutnya bila berdasarkan pengujian
 Satu buah AVO meter ada indikasi kumparan putus atau hubung
 Satu buah Megger ± 500 s.d 1000 V singkat, maka lakukan pembongkaran
 Satu buah kunci pas motor untuk mengetahui kondisi bagian
 Satu buah palu dalam dari belitan stator.
 Sebilah kayu Berikut ini langkah-langkah untuk mem-
 Treker ( Ulir Penarik) bongkar motor dan menguji bagian dalam
belitan stator.
Adapun langkah pengukurannya adalah: 1. Lepaskan mur-mur yang ada pada
1. Periksa terlebih dahulu apakah ada bagian penutup rangka motor dengan
kawat dari terminal motor ke bagian menggunakan kunci pas;
dalam motor yang terputus;
2. Selanjutnya periksa, untuk mengeta-
hui apakah ada kawat antar fasa yang
terhubung;
3. Bila berdasarkan hasil pengamatan
pada langkah (1) dan (2) tidak ada
kawat yang putus atau hubung singkat,
maka lanjutnya dengan langkah (4);
4. Gunakan AVO meter untuk menguji
apakah ada kumparan yang putus atau
terjadi hubung singkat antar belitan Gambar 5.181 Melepas Mur Tutup Rangka Motor

447
resistansi isolasi antar belitan fasa dan
2. Bila mur-mur sudah dilepas semua- antara masing-masing belitan dengan
nya, gunakan treker (penarik ulir) untuk rangka motor.
melepas rotor dari rangka motor, Nilai resistansi isolasi belitan yang
alternatif lain gunakan palu dan bilah baik, minimum sebesar 1KOhm/Volt,
kayu untuk mendorong penutup motor jadi kalau tegangan kerja motor 220
dari rangka, dengan cara memukul Volt, maka resistansi isolasinya harus
poros motor secara perlahan-lahan. 220 KOhm. Bila resistansi isolasinya
kurang dari 220 KOhm, maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Perhatikan apakah ada kawat yang
terkelupas atau cacat, kalau kerusa-
kan isolasinya tidak terlalu serius,
perbaikan dapat dilakukan dengan
cara memberi vernish lagi pada
permukaan belitan.
Gambar 5.182 Melepas Penutup Motor
dengan Treker

Gambar 5.185 Pemeriksaan Belitan Stator


Gambar 5.183 Melepas Penutup Motor dengan Megger
dengan Palu
3. Setelah terbuka lepas bagian rotor dari 5.11.3 Membongkar
rangka motornya. Kumparan Motor
Apabila sesudah dilakukan pengukuran
ternyata kumparan sudah rusak, maka
cara yang paling baik adalah mengganti
kumparan stator dengan yang baru.
Sebelum melakukan pembongkaran la-
kukan pemeriksaan dan catat data-data
yang berkaitan dengan langkah pem-
bentukan kumparan, seperti :
 Jumlah grup kumparan;
 Setiap kumparan terdiri dari berapa
koil;
 Berapa jumlah koil pada tiap kum-
paran dan jumlah lilitan pada tiap alur;
 Bagaimana bentuk sambungan antar
kumparan;
Gambar 5.184 Memisahkan Bagian Rotor  Bagaimana langkah koil dan bentuk
dari Rangka Motor kumparannya;
 Lakukan pengukuran diameter kawat;
4. Selanjutnya dengan menggunakan  Berapa tegangan kerja motor;
Megger atau Insulation Tester ukur

448
 Hitung jumlah alur, bila perlu buat penampang kawat yang akan diper-
gambar bentangan dari kumparan. gunakan.

Bila proses pencatatan data telah dila-  Jarak Alur dalam derajat listrik
kukan baru laksanakan pembongkaran 360 0
kumparan motor. Cara membongkar  xPasang _ Kutub
Jml _ Alur
kumparan motor adalah sebagai berikut:
1. Potong semua kawat pada masing- pada sistem tiga fasa antar fasa U ke V
masing kumparan sampai kedekat , V ke W, dan W ke U harus berbeda
inti/kern motor dengan menggunakan 120 derajat .
tang pemotong ;
 Jumlah alur pada tiap fasa
Jml _ Alur(G )

Jml _ Fasa
 Jumlah alur tiap fasa tiap kutub
Jml _ Alur / Fasa

Jml _ Kutub
 Jumlah koil tiap kumparan
Jml _ Alur

Jml _ KutubxJml _ Fasa
Gambar 5.186 Pemotongan Kawat Kumparan

2. Apabila semua kawat pada masing  Penyambungan antara Kumparan


kumparan telah dipotong, lalu tarik Untuk melakukan penyambungan antara
kawat dari sisi yang berlawanan kumparan dapat dilakukan berdasarkan
dengan menggunakan tang penjepit arah polaritas arusnya. Setiap kumparan
seperti diperlihatkan pada gambar mempunyai dua ujung kawat, dengan arah
5.186; polaritas arus masuk dan keluar.
3. Sesudah semua kawat selesai dile- Sebagai contoh apabila kita mempunyai
pas, selanjutnya bersihkan semua dua buah kumparan A dan B yang akan
alur dari bekas potongan kawat atau dibentuk menjadi empat buah kutub maka
kotoran lainnya; yang harus dilakukan adalah menyambung
4. Amati semua alur dan inti motor se- ujung A.2 dengan B.1 seperti untuk
cara seksama, kalau ada yang rusak hubungan seri dab A.1 dengan B.1 untuk
atau renggang lakukan perbaikan. hubungan paralel seperti diperlihatkan
Apabila alur atau inti motor rusak, pada gambar 5.187
maka motor tidak akan beroperasi
secara baik, misalnya kerugian pada  Kawat Kumparan
inti jadi naik atau suara motor saat Jenis kawat yang biasa digunakan pada
beroperasi jadi mendengung. kumparan motor adalah kawat yang ter-
buat dari tembaga karena bahan temba-
5.11.4 Pelilitan Kumparan Motor ga mempunyai tahanan jenis lebih kecil
bila dibandingkan dengan kawat alumi-
5.11.4.1 Menentukan Langkah
nium dan dari segi pengerjaannya juga
Melilit Kumparan lebih mudah.
Sebelum melaksanakan pelilitan kum-
paran pada alur motor, maka terlebih
dahulu harus dilakukan perhitungan
dengan jumlah alur, jumlah kutub, dan luas

449
1
q  .d 2 mm 2
4

Berikut ini contoh untuk membuat ben-


tangan kumparan dari sebuah motor
induksi tiga fasa :

a. Hubungan Seri Sebuah motor induksi tiga fasa, 4 kutub


mempunyai jumlah alur 36 buah. Buat
gambar bentangan kumparannya dengan
hubungan seri berdasarkan hasil
perhitungan.

Jawab :
 Jarak Alur dalam derajat listrik
b. Hubungan Paralel 360 0
Gambar 5.187 Hubungan Kumparan
 x2  20 0
36
 Jumlah alur pada tiap fasa
Bentuk kawat ada dua macam yaitu ber-
bentuk persegi panjang dan bulat. Kawat
36
dengan bentuk bulat banyak digunakan   12 alur
pada motor dengan daya kecil dengan 3
tegangan kerja rendah, sedangkan kawat  Jumlah alur tiap fasa tiap kutub
bentuk persegi panjang digunakan untuk 36 / 3
  3 alur
motor daya besar dengan tegangan kerja 4
menengah.
Berdasarkan perhitungan diatas setiap
Kawat yang digunakan untuk kumparan kutub akan dibentuk oleh 3 (tiga) buah
mempunyai standar ukuran berdasarkan alur, setiap kumparan terdiri dari 6 (enam)
diameternya, seperti contoh berikut ini : alur, dan setiap fasa mempunyai 2(dua)
kumparan.
0,05 mm 0,30 mm 0,55 mm
0,10 mm 0,35 mm 0,60 mm Untuk membentuk 4 (empat) buah kutub
0,15 mm 0,40 mm 0,65 mm pada setiap fasanya, maka dapat dilaku-
0,20 mm 0,45 mm 0,70 mm kan hubungan kumparan seperti terlihat
0,25 mm 0,50 mm dst pada gambar 5.188 dan bentangan
kumparan secara lengkapnya ditunjukkan
Berdasarkan diameter bisa ditentukan luas
pada gambar 5.189.
penampang kawatnya berdasarkan rumus
:

a. Hubungan Seri b. Hubungan Paralel


Gambar 5.188 Hubungan Kumparan 4 (Empat) Kutub

450
Gambar 5.189 Bentangan Kumparan Motor Induksi 3 Fasa, 4 Kutub

5.11.4.2 Penyekatan Alur Stator


Keuntungan proses melilit secara lang-
Sebelum melilitkan kumparan pada alur sung adalah tidak ada sambungan dian-
stator motor, alur terlebih dahulu harus tara kumparan, melilit dimulai dari ukuran
diberi kertas penyekat yang berfungsi kumparan yang paling kecil ke kumparan
sebagai isolasi antara kawat dengan yang paling besar.
permukaan alur.
Ukur panjang alur dan dalamnya alur,
sebelum kertas dipotong untuk panjang-
nya tambahkan ± 1cm , tujuannya untuk
dilipat pada kedua ujung stator, sehingga
saat kawat ditekuk tidak mengenai inti
stator.

Gambar 5.191 Melilit Kumparan Langsung

2) Melilit Kumparan Menggunakan Mal

Untuk melilit kumparan dengan menggu-


nakan mal ukur panjang dan lebar kum-
paran yang akan dililit, selanjutnya siap-
kan mal sesuai dengan ukuran. Dengan
Gambar 5.190 Penyekatan Alur menggunakan mal buat lilitan dengan
jumlah lilitan dan luas penampang kawat
5.11.4.3 Membuat Cetakan sesuai dengan hasil perhitungan.
Kumparan Setelah selesai, ikat kumparan dengan
Untuk membuat cetakan kumparan se- menggunakan tali, kemudian lepaskan
buah motor dapat dilakukan dengan cara : dari malnya untuk dimasukan ke dalam
 Langsung alur motor.
 Menggunakan mal
 Lilitan Pintal
1) Melilit Kumparan Secara Langsung

451
Gambar 5.192 Contoh Mal untuk Melilit
Kumparan

3) Melilit Kumparan Cara Lilitan Pintal

Gambar 5.193 memperlihatkan cara melilit


kumparan dengan cara lilitan pintal, pada
dasarnya cara ini hampir sama dengan
menggunakan mal.

Gambar 5.193 Cara Lilitan Pintal Gambar 5.194 Memasang Kumparan pada Alur.

5.11.4.4 Memasang Kumparan Lakukan secara bertahap, bila satu


Pada Alur kumparan sudah dimasukan kedalam alur,
rapihkan ujung-ujungnya untuk me-
Setelah kumparan jadi, tahap selanjut- mudahkan melakukan hubungan antar
nya adalah memasukan kumparan-kum- kumparan. Gambar 5.194 memperlihatkan
paran tersebut kedalam alur. Proses ini cara memasang kumparan kedalam alur.
harus dilakukan secara hati-hati jangan
sampai isolasi kawat terkelupas/ tergo- 5.11.4.4 Menyambung Ujung
res yang bisa mengakibatkan terjadinya Kumparan
hubung singkat antar kumparan atau
Masing-masing ujung kumparan harus
kumparan ke inti. disambungkan seperti yang telah dibuat
pada gambar bentangan. Saat melakukan
penyambungan perhatikan pasangan
kumparan pada tiap-tiap fasa, jangan
sampai tertukar. Baru lakukan penyam-
bungan sebaik mungkin supaya tidak
mudah putus, sebelum disambung ujung-
ujungnya diberi selongsong dan bersihkan
emailnya baru di solder.

Selanjutnya pasang kertas isolasi diantara


grup kumparan, kumparan yang tidak ada
ujungnya harus diikat dan dirapikan

452
supaya terlihat rapi dan tidak tergores oleh 1) Masukan rotor secara hati-hati keda-
penutup rangka motor. lam rangka motor;
2) Pasang tutup motor sesuai dengan
Bila seluruh kumparan telah dimasukan kedudukan semula;
kedalam alur lakukan pemeriksaan : 3) Pasangkan baut penguat pada bagian
 Periksa resistansi kumparan, apakah depan menutup motor, lalu kuatkan
resistansi pada setiap fasa sudah dengan menggunakan kunci pas.
sama; 4) Coba putar kembali poros motor
 Periksa resistansi isolasi, baik antar dengan menggunakan tangan,yakin-
fasa maupun dari masing-masing fasa kan tidak ada yang mengganggu
ke rangka motor; gerakan poros.
 Yakinkan semua kumparan sudah
rapih, jangan ada bagian yang me- 5.11.4.7 Pemeriksaan Akhir
nonjol sehingga bisa tergores oleh
rotor. Setelah selesai dirakit, lakukan kembali
pengukuran resistansi pada masing-
5.11.4.6 Memberi Lak Isolasi masing kumparan dan pengukuran re-
sistansi isolasi, bila sudah baik coba
Setelah langkah pemeriksaan selesai hubungkan terminal motor dengan suplai
dilakukan, langkah selanjutnya adalah tegangan yang ada.
memberi lak isolasi. Bagian-bagian yang Pada saat menguji dengan sumber
perlu diberi isolasi adalah semua alur tegangan, jangan lupa catat nilai :
tempat kumparan diletakan dan kepala-  Tegangan (Volt)
kepala kumparan. Pemberian lak isolasi  Arus (A)
dilakukan dengan cara menuangkan cairan  Putaran (Rpm)
isolasi ke dalam alur-alur sampai penuh
dan kemudian dikeringkan.
5.11.5 Laporan Pelaksanaan
Untuk mengeringkan lak isolasi dapat di- Pekerjaan
lakukan dengan beberapa cara, seperti
 Menggunakan tungku pemanas Setelah pekerjaan perbaikan motor sele-
 Dijemur dengan panas matahari sai dilakukan, maka buat laporan pelak-
 Menggunakan panas lampu pijar. sanaan pekerjaan sesuai dengan format
yang berlaku pada institusi/perusahaan.
Lakukan pemanasan secukupnya, bila Isi laporan merupakan rangkuman dari
telah kering bersihkan bagian stator yang seluruh proses perbaikan motor listrik, dari
kena isolasi dengan obeng atau pisau, mulai pemeriksaan awal sampai dengan
sehingga rotor motor bisa dimasukan pemeriksaan akhir.
dengan mudah

Setelah proses pemberian isolasi dan


pengeringan selesai dilakukan, sekali lagi
lakukan pengukuran resistansi pada
masing-masing kumparan dan pengu-
kuran resistansi isolasi, bila hasilnya sudah
baik maka langkah perakitan motor bisa
dilakukan.

Langkah perakitan kembali adalah seba-


gai berikut :

453
seperti logika, sekuensial, pewaktuan,
6. PROGRAMMABLE pencacahan dan aritmatika untuk
LOGIC CONTROLLER mengendalikan mesin dari proses.”

6.1 Pendahuluan
Sebelum otomatisasi industri berkem-
bang, proses industri menggunakan me-
sin-mesin yang dikontrol secara lang-
sung oleh pekerja-pekerja dan melibat-
kan berbagai komponen mekanik.
Sistem kontrol kemudian beralih ke sis-
tem yang menggantikan sebagian atau
seluruh tugas operator. Sejumlah ele- Gambar 6.1 Ilustrasi Konseptual Aplikasi PLC
men mekanik atau listrik dihubungkan
membentuk sistem kontrol yang ber-
fungsi permanen (hardwired control).
Sistem kontrol hardwired yang umum
digunakan di industri antara lain sistem
kontrol logika relai, elektronik, pneu-
matik, hidrolik, dan elektronik analog.

Kompleksitas sambungan antara ele-


men pembentuk sistem kontrol sangat
tergantung pada kompleksitas proses Gambar 6.2 Contoh PLC
pada suatu industri. Pada sistem kon-
trol kompleks, modifikasi sambungan Sehingga operasi PLC terdiri dari eva-
dan konfigurasi elemen maupun “trou- luasi masukan dari proses industri,
bleshooting” pada kegagalan sistem memproses masukan sesuai dengan
kontrol sangat sulit dilakukan. program yang ada di memorinya, dan
menghasilkan keluaran untuk mengge-
Perkembangan komponen mikroelektro- rakkan peralatan-peralatan proses. PLC
nika, terutama yang bersifat dapat di- secara langsung dapat dihubungkan ke
program, menghasilkan sistem kontrol aktuator dan transduser dalam proses
elektronik yang sangat fleksibel (prog- industri, karena berbagai jenis antar-
rammable control). Sistem kontrol prog- muka standar terdapat pada PLC.
rammable yang pertama sekali diguna-
kan sebagai pengganti sistem kontrol 6.1.1 Sejarah Perkembangan
berbasis logika relai adalah Program-
mable Logic Controller (PLC). PLC
Pada tahun 1960, perlunya pengu-
Definisi PLC menurut National Electrical rangan biaya proses produksi dan
Manufactures Association (NEMA) pemeliharan peralatan sistem kontrol
adalah “suatu alat elektronika digital berbasis relai elektromekanik di industri
yang menggunakan memori yang dapat Amerika telah mendorong lahirnya PLC.
diprogram untuk menyimpan instruksi- PLC MODICON (Modular Digital Con-
instruksi dari suatu fungsi tertentu troller) merupakan jenis pertama PLC

455
yang dipergunakan pada proses produk-
si untuk tujuan komersial. Selanjutnya pada tahun 1980 an mulai
digagas standardisasi komunikasi deng-
Dalam waktu singkat programmable an protokol otomasi pabrik milik General
controller (pengontrol terprogram) mulai Motor. Ukuran PLC diperkecil dan pem-
digunakan secara meluas di industri. rograman PLC dengan perangkat lunak
Di tahun 1971, PLC telah banyak meng- melalui Personal Computer mulai diper-
ganti sistem kontrol relai, yang meru- kenalkan.
pakan langkah awal menuju otomasi
kontrol di industri lainnya, seperti indus- Tahun 1990-an dilakukan reduksi proto-
tri makanan dan minuman, pabrik baja, kol baru dan modernisasi lapisan fisik
pabrik pembuat kertas, dan lain seba- dari protokol-protokol populer yang telah
gainya. digunakan sejak tahun 1980 an.
IEC berusaha untuk menggambungkan
Pada tahun 1973, perkembangan PLC bahasa pemrograman PLC dibawah
di tandai dengan munculnya PLC Mod- satu Standar Internasional. Gambar 6.3
bus yaitu PLC yang mempunyai kemam- memperlihatkan perkembangan standar-
puan berkomunikasi dengan PLC lain- disasi bahasa pemrograman PLC.
nya dan bisa diletakan lebih jauh dari
lokasi mesin yang akan dikontrol.

Gambar 6.3 Standardisasi Bahasa Pemrograman PLC

Saat ini banyak pengembangan tekno- Sehingga sebuah PLC mempunyai ope-
logi di industri pengontrol terprogram rasi program yang lebih cepat, ukuran
Pengembangan ini tidak hanya me- lebih kecil dengan harga lebih murah,
nyangkut rancangan pengontrol terprog- jumlah masukan-keluaran yang lebih
ram, tetapi juga pendekatan filosofis banyak, perangkat antarmuka khusus
arsitektur sistem kontrol. Perubahan me- yang memungkinkan piranti dihubung-
liputi perangkat keras dan perangkat kan langsung ke pengendali, dan sistem
lunak PLC. komunikasi dengan perangkat lain.

456
Dimasa mendatang produsen pengon-  Bila diperlukan perubahan pada
trol terprogram tidak hanya mengem- urutan operasional, proses atau apli-
bangkan produk baru saja, tetapi juga kasi dapat dilakukan dengan lebih
akan mengintegrasikan PLC dengan mudah, hanya dengan melakukan
peralatan kontrol dan manajemen pab- pergantian program, baik dengan
rik. PLC akan terhubung pada sistem menggunakan handheld atau de-
jaringan melalui computer-integrated ngan komputer(PC);
manufacturing (CIM) systems, meng-  Tidak membutuhkan suku cadang
kombinasikannya dengan kontrol nume- yang banyak;
rik, robot, sistem CAD/CAM, personal  Bila perlu menggunakan instrumen
computer, sistem informasi manajemen, I/O yang cukup banyak dan fungsi
hierarchical computer based systems. operasional proses cukup kompleks.
menggunakan PLC lebih mudah di-
Perkembangan baru dalam teknologi bandingkan dengan menggunakan
PLC meliputi juga perangkat antar mu- sistem konvensional.
ka dengan operator yang lebih baik,
graphic user interfaces (GUIs), dan 6.1.3 Penggunaan PLC di
human-oriented man/machine interfa- Industri
ces. Juga meliputi pengembangan an- PLC sudah sukses digunakan di berba-
tar muka yang memungkinkan berkomu- gai sektor industri seperti industri pengo-
nikasi dengan peralatan, perangkat ke- lahan baja, pabrik pembuatan kertas,
ras, dan perangkat lunak yang mendu- pabrik pengolah makanan,industri kimia,
kung kecerdasan buatan (artificial intelli- pembangkit tenaga listrik.
gence), seperti sistem I/O logika fuzzy. Unjuk kerja pemanfaatan PLC mulai dari
Instruksi PLC baru akan terus berkem- kontrol bersifat ON/OFF sampai dengan
bang sesuai kebutuhan dan untuk me- manufaktur yang memerlukan kontrol
nambah kecerdasan pada pengendali. yang sophisticated.
Tipe instruksi Knowledge-based and
process learning mungkin akan dikenal- Berikut ini daftar industri yang meng-
kan untuk menambah kemampuan sis- gunakan PLC untuk kontrol proses pro-
tem. duksi, dan beberapa tipikal pengguna-
annya.
6.1.2 Keuntungan
Penggunaan PLC  CHEMICAL/PETROCHEMICAL
Berikut ini beberapa kelebihan sistem  Batch process
kontrol berbasis PLC dibandingkan de-  Finished product handling
ngan sistem kontrol konvensional :  Materials handling
 Mixing
 Jumlah kabel yang dibutuhkan dapat  Off-shore drilling
dikurangi;  Pipeline control
 Konsumsi daya PLC lebih rendah di-  Water/waste treatment
bandingkan dengan sistem kontrol  GLASS/FILM
proses berbasis relai;  Cullet weighing
 Fungsi diagnostik pada sistem  Finishing
kontrol dengan PLC dapat mende-
 Forming
teksi kesalahan dengan lebih mudah
 Lehr control
dan cepat;
 Packaging

457
 Processing  Burner control
 FOOD/BEVERAGE  Coal handling
 Accumulating conveyors  Cut-to-length processing
 Blending  Flue control
 Brewing  Load shedding
 Container handling  Sorting
 Distilling  Winding/processing
 Filling  Woodworking
 Load forming
 Metal forming loading/unloading 6.2 Konsep Logika
 Palletizing
 Product handling Untuk memahami pengontrol terprogram
 Sorting conveyors dan aplikasinya, maka harus dipahami
 Warehouse storage/retrieval terlebih dahulu konsep logika, karena ini
 Weighing menjadi dasarnya.
 LUMBER/PULP/PAPER 6.2.1 Fungsi Logika
 Batch digesters
Konsep biner menunjukan bagaimana
 Chip handling
kuantitas phisikal (variabel biner) bisa
 Coating
direpresentasikan oleh 1 atau 0, atau
 Wrapping/stamping seperti sebuah saklar yang mempunyai
 MANUFACTURING/MACHINING dua keadaan yaitu ON atau OFF.
 Assembly machines Pengontrol terprogram membuat suatu
 Boring keputusan berdasarkan hasil pernyata-
 Cranes an logika seperti ini.
 Energy demand
 Grinding Pada sub bab ini akan dijelaskan tiga
 Injection/blow molding fungsi logika dasar yaitu AND, OR, dan
 Material conveyors NOT. Fungsi ini mengkombinasikan va-
 Metal casting riabel biner ke dalam bentuk pernya-
 Milling taan. Masing-masing fungsi mempunyai
 Painting aturan untuk diterjemahkan kedalam
 Plating bentuk pernyataan (TRUE atau FALSE)
 Test stands dan simbol untuk merepresentasikan-
 Tracer lathe nya.
 Welding 6.2.1.1 Fungsi AND
 METALS
 Blast furnace control
 Continuous casting
 Rolling mills
 Soaking pit Gambar 6.4 Gerbang AND
 MINING
 Bulk material conveyors Gambar 6.4 memperlihatkan simbol ger-
 Loading/unloading bang AND, digunakan untuk merepre-
 Ore processing sentasikan fungsi AND. Keluaran AND
 Water/waste management adalah 1(TRUE) hanya jika semua ma-
 POWER sukan TRUE(1).

458
Fungsi AND dapat mempunyai jumlah
masukan yang tidak terbatas, tetapi te-
tap keluarannya hanya satu.
Gambar 6.7 Gerbang OR

Gambar 6.5 Gerbang AND dengan 2 Masukan


dan Tabel Kebenaran
Gambar 6.8 Gerbang OR dengan 2 Masukan dan
Gambar 6.6 memperlihatkan contoh Tabel Kebenaran
penggunaan gerbang AND, untuk mem-
bunyikan Alarm (sebagai keluaran)
dengan menggunakan dua buah Push
Button PB1 dan PB2 (sebagai masuk-
an).

Gambar 6.9 Contoh Aplikasi Gerbang OR

Gambar 6.7 memperlihatkan simbol ger-


Gambar 6.6 Contoh Aplikasi Gerbang AND bang OR, digunakan untuk merepre-
sentasikan fungsi OR. Keluaran OR
6.2.1.2 Fungsi OR

459
adalah 1 (TRUE) bila salah satu atau
semua masukan TRUE (1).

Sama seperti fungsi AND, fungsi


gerbang OR dapat mempunyai jumlah
masukan yang tidak terbatas, tetapi te-
tap keluarannya hanya satu.

Gambar 6.9 memperlihatkan contoh


penggunaan gerbang OR, untuk mem-
bunyikan Alarm (sebagai keluaran)
dengan menggunakan dua buah Push
Button PB1 dan PB2 (sebagai masu-
kan).

6.2.1.3 Fungsi NOT

Gambar 6.10 Gerbang OR dan Tabel Kebenaran

Gambar 6.10 memperlihatkan simbol


NOT, digunakan untuk merepresentasi-
kan fungsi NOT. Keluaran NOT adalah
1(TRUE) bila masukan FALSE(0).
Hasil dari operasi NOT selalu kebalikan-
nya dari masukan, oleh karena itu ka-
dang-kadang disebut inverter. Gambar 6.11 Contoh Aplikasi Gerbang NOT
Catt: CR1 = Relai Bantu
Fungsi NOT tidak seperti fungsi AND
atau OR, hanya boleh punya satu ma- Gambar 6.12 memperlihatkan contoh
sukan saja. penggunaan gerbang NOT, Alarm akan
berbunyi apabila Push Button PB1 dite-
Gambar 6.11 memperlihatkan gerbang kan dan PB2 tidak ditekan.
logika, tabel kebenaran, representasi
logika, untuk katup selenoid(V1) yang
akan membuka(ON) bila sakelar pemi-
lih(S1) ON dan bila sakelar pembatas
(level switch) L1 NOT ON(cairan tidak
sampai menyentuh pembatas).

460
Gambar 6.13 Gerbang NAND

Gerbang NOR merupakan kebalikan da-


ri gerbang OR. Gerbang NOR merupa-
kan penggabungan antara gerbang OR
dengan NOT, sehingga hasilnya adalah
keluaran gerbang OR yang dibalik.
Gambar 6.14 memperlihatkan gerbang
logika NOR.

Gambar 6.14 Gerbang NOR

6.2.2 Rangkaian PLC dan


Gambar 6.12 Contoh Aplikasi Gerbang NOT Simbolik Kontak
Logika
6.2.1.4 Fungsi NAND dan NOR Dengan logika hardwired untuk mengim-
plementasikan fungsi kontrol logika(pe-
Dua contoh sebelumnya memperlihat-
waktuan,sekuensial, dan kontrol) dilaku-
kan simbol NOT diletakan dibagian ma-
kan dengan cara melakukan hubungan
sukan gerbang. Bila simbol NOT dileta-
antar piranti tersebut. Sedangkan pada
kan dibagian keluaran gerbang AND,
PLC yang menggunakan fungsi logika
maka hasil akan sebaliknya.
terkendali.
Gambar 6.13 memperlihatkan gerbang
Pada rangkaian dengan logika hard-
NAND, gerbang NAND merupakan ke-
wired perubahan rangkaian bisa dilaku-
balikan dari gerbang AND. Gerbang
kan dengan cara mengubah hubungan
AND merupakan penggabungan antara
hubungan antara piranti atau kabel
gerbang AND dengan NOT, yang berar-
penghubung secara langsung, sedang-
ti keluaran gerbang logika AND yang
kan pada PLC cukup dilakukan dengan
dibalik.
perangkat lunak.

Fungsi utama PLC adalah untuk meng-


gantikan kontrol logika hardwired dan

461
mengimplementasikan fungsi kontrol un- rangkaian hardwired, sedangkan gam-
tuk sistem yang baru. bar 6.15b memperlihatkan sebuah rung
untuk rangkaian PLC.

6.3 Arsitektur PLC


6.3.1 Perangkat Keras

Programmable logic controller (PLC)


adalah sebuah pengontrol berbasis mik-
roprosesor yang memanfaatkan memo-
ri yang dapat diprogram untuk menyim-
pan instruksi-instruksi dan untuk meng-
implementasikan fungsi-fungsi, seperti
Gambar 6.15 Contoh Rangkaian dengan Logika sekunsial, logika,pewaktuan, pencacah-
Hardwired dan Diagram Tangga PLC an, dan aritmatika untuk mengontrol
mesin-mesin atau suatu proses.
Gambar 6.15a memperlihatkan tipikal
rangkaian logika relai dengan hardwired, PLC dirancang untuk bisa dioperasikan
dan gambar 6.15b implementasi rang- oleh para operator/pengguna dengan
kaian dengan diagram tangga PLC. sedikit pengetahuan mengenai kom-
puter dan bahasa pemrograman.
Untuk mengimplementasikan hubungan
diagram tangga dari rangkaian relai PLC di dalamnya telah dilengkapi de-
hardwired ke PLC dilakukan melalui ngan program awal, sehingga memung-
instruksi perangkat lunak, jadi semua kinkan program-program kontrol
pengawatan dapat diwujudkan secara dimasukkan dengan menggunakan
softwired (kebalikan hardwired). Bahasa suatu bahasa pemrograman yang
pemrograman yang paling umum digu- sederhana dan intuitif.
nakan adalah diagram tangga.
PLC hampir sama dengan komputer,
Kompleksitas diagram tangga tergan- yang membedakannya komputer diop-
tung pada sistem yang akan dikontrol, timalkan untuk tugas-tugas yang ber-
tapi biasanya masing-masing rangkaian hubungan dengan perhitungan dan pe-
mempunyai satu keluaran. nyajian data, sedangkan PLC dioptimal-
Masing-masing rangkaian biasa disebut kan untuk tugas-tugas yang berhubung-
rung (atau network), rung adalah sim- an dengan pengontrolan dan pengope-
bolik kontrol yang dibutuhkan untuk me- rasian di dalam lingkungan industri.
ngontrol sebuah keluaran di dalam PLC.
Lihat kembali gambar 6.15, gambar
6.15a memperlihatkan sebuah rung dari

462
Gambar 6.16 Sistem PLC

Sebuah PLC dirancang dengan memi- balik (ac) dari sumber menjadi tega-
liki karakteristik sebagai berikut : ngan arus searah(dc) yang dibutuh-
kan oleh prosesor dan rangkaian-
 Kokoh dan dirancang untuk tahan rangkaian di dalam modul-modul
terhadap getaran, suhu, kelembab- antarmuka masukan dan keluaran;
an, dan kebisingan;
 Antarmuka untuk masukan dan ke-
luaran built-in di dalamnya; 3) Perangkat Pemrograman digunakan
 Mudah diprogram dan menggunakan untuk memasukan program yang di-
bahasa pemrograman yang mudah butuhkan ke dalam memori. Prog-
dipahami, yang sebagian besar ber- ram-program tersebut dibuat dengan
hubungan dengan operasi-operasi menggunakan perangkat pemogra-
logika dan penyambungan. man dan selanjutnya dipindahkan ke
dalam unit memori PLC;
Pada umumnya, sebuah PLC mempu- 4) Unit memori merupakan tempat me-
nyai lima komponen dasar (Gambar nyimpan program yang akan diguna-
6.16), yaitu : kan untuk melaksanakan tindakan-
tindakan pengontrolan yang disim-
1) Unit prosesor atau central proce- pan mikroprosesor;
ssing unit (CPU) yang di dalamnya 5) Bagian masukan dan keluaran meru-
berisi mikroprosesor yang mampu pakan antarmuka dimana prosesor
menginterpretasikan sinyal-sinyal menerima informasi dari dan meng-
masukan dan melakukan tindakan- komunikasikan informasi kontrol ke
tindakan pengontrolan, sesuai de- perangkat-perangkat diluar. Sinyal-
ngan program yang tersimpan di sinyal masukan dapat berasal dari
dalam memori, lalu meng komuni- saklar-saklar, sensor-sensor, dan
kasikan keputusan-keputusan yang sebagainya. Sinyal-sinyal keluaran
diambilnya sebagai sinyal-sinyal bisa diberikan pada alat pengasut
kontrol ke antarmuka keluaran; motor, katup, lampu, dan sebagai-
2) Unit catu daya yang diperlukan un- nya.
tuk mengubah tegangan arus bolak-

463
6.3.2 Arsitektur Internal

Gambar 6.17 Arsitektur PLC


Gambar 6.17 memperlihatkan arsitektur
internal sebuah PLC. Arsitektur ini terdi-
ri dari sebuah central processing unit
(CPU) yang berisi sistem mikroprosesor,
memori, dan rangkaian masukan/keluar-
an. CPU bertugas mengontrol dan men-
jalankan semua operasi di dalam PLC.
Perangkat ini dihubungkan ke sebuah
piranti pewaktu(clock) dengan frekuensi
antara 1 s.d 8 MHz. Frekuensi ini me-
nentukan kecepatan operasi PLC. Infor-
Gambar 6.18 Komponen Utama CPU
masi di dalam PLC disalurkan melalui
sinyal-sinyal digital. Jalur-jalur internal
yang dilalui sinyal-sinyal digital tersebut 6.3.2.1 Memori
disebut bus. Secara fisik sebuah bus
merupakan sejumlah konduktor yang
Ada beberapa elemen memori di dalam
dapat dilalui sinyal-sinyal listrik. CPU
PLC, yaitu :
menggunakan bus data untuk mengirim-
kan data ke elemen-elemen PLC, bus
 Random Access Memory (RAM)
alamat untuk mengirimkan alamat ke
RAM adalah memori internal CPU,
lokasi–lokasi penyimpanan data, se-
di-mana isinya dapat dimodifikasi
dangkan bus kontrol untuk sinyal-sinyal
dengan cepat dan secara berulang-
yang berhubungan dengan proses kon-
ulang. Ukur-an memori dapat
trol internal. Bus sistem digunakan untuk
dispesifikasikan dalam Kilobytes, 1
komunikasi antara port-port masukan/
Kilobytes sama dengan 1024 bytes
keluaran dengan unit masukan/keluar-
sedangkan 1 byte sama de-ngan 8
an.
bit. Sebuah memori yang besar-nya
10 Kilobytes sama dengan sebuah
memori.

464
RAM sering disebut juga read-write Sebuah PROM writer diperlukan
memory karena data secara untuk memprogram kembali memori.
konstan dapat ditulis ke dalam
memori atau dapat dibaca dari  Electrically Erasable Programmable
memori. RAM biasanya dilengkapi Read-Only Memory (EEPROM)
battery back-up agar isi memori EEPROM merupakan kombinasi
dapat dipertahankan selama PLC fleksi-bilitas akses dari RAM dan
tidak dicatu oleh sistem daya utama. non-volatility dari EEPROM. Isi
memorinya bisa diha-pus dan
 Memory Program diprogram ulang secara elek-tris,
Program kontrol disimpan pada tetapi tetap mempunyai batas dalam
tempat cadangan di dalam RAM. jumlah program ulang.

 Proses Image I/O 6.3.2.2 Unit Masukan/Keluaran


Proses image keluaran berfungsi
untuk menerima informasi dari Unit masukan/keluaran merupakan sis-
masukan dan meneruskannya ke tem mikroelektronika dengan transduser
modul keluaran dan dan aktuator yang berhubungan dengan
mengembalikan informasi dari peralatan-perlatan industri. Unit
alat keluaran ke CPU. Keadaan- masukan PLC terdiri dari unit yang
keadaan masukan tersimpan mampu mempresentasikan dua level
dalam masukan image tabel. sinyal (masukan level logika) atau
mempresentasikan sejumlah level si-
 Read Only Memory (ROM) nyal (level sinyal analog). Unit keluaran
Informasi yang ada di dalam ROM yang umumnya digunakan untuk meng-
ha-nya dapat dibaca saja. Informasi gerakkan aktuator berfungsi sebagai
dima-sukkan ke dalam ROM oleh saklar ON/OFF (keluaran level logika)
pabrik pembuat untuk digunakan atau sebagai penggerak yang level
oleh CPU. Salah satu jenis dari keluarannya dapat diatur dalam jang-
ROM adalah PROM (Programmable kauan (range) dan langkah (step) terten-
Read Only Me-mory), PROM adalah tu (keluaran level analog).
merupakan cara yang sederhana
untuk menyimpan kumpulan Selain Unit masukan/keluaran seperti
program. Untuk melakukan pem- dijelaskan diatas ada juga unit masu-
rograman PROM membutuhkan kan/keluaran yang mempunyai fungsi
suatu unit khusus yang menerima khusus seperti PID controller, control
program ha-sil pengembangan CPU, motor, high speed counter, dll.
yang kemudian dipanggil ke dalam Unit masukan/keluaran yang memerlu-
programmer PROM. kan proses relatif banyak lebih sering di-
lengkapi prosesor sendiri agar penggu-
 Erasable Programmable Read Only naannya tidak menyita waktu CPU PLC.
Memory (EPROM) Setiap jenis masukan/keluaran mempu-
EPROM menyimpan data secara nyai rangkaian penyesuaian sinyal dan
per-manen seperti ROM, tetapi ROM rangkaian isolasi.
tidak membutuhkan battery backup.
Isi me-mori EPROM bisa dihapus Hubungan CPU dengan proses masu-
dengan pe-nyinaran sinar Ultraviolet. kan/keluaran terbatas pada pengiriman
parameter operasi dan informasi status.

465
Berdasarkan parameter dari CPU, pro- raman PLC. Seperti telah disampaikan
sesor masukan/keluaran akan melaku- di bagian awal IEC telah mengajukan
kan tugas atau sejumlah tugas. Informa- sebuah standar, yaitu IEC 1131 bagian
si status atau data hasil operasi diberi- 3 (1993), tentang pemograman PLC.
kan CPU agar dapat digunakan dalam Standar ini mengklasifikasikan metode
program utama PLC. pemrograman ke dalam dua katagori
umum: bahasa tekstual dan bahasa
Jumlah masukan/keluaran yang diidenti- grafis. Bahasa tekstual melibatkan
fikasikan pada suatu PLC umumnya bu- penggunaan teks sedangkan bahasa
kan merupakan jumlah unit masukan/ grafis melibatkan penggunaan gambar-
keluaran yang terpasang, tetapi jumlah gambar grafis seperti diagram tang-
unit masukan/keluaran maksimum yang gambar grafis, seperti diagram tangga
dapat ditangani oleh CPU. Unit masu- dan diagram blok. Bahasa tekstual dua
kan/keluaran umumnya dirancang mo- metode yang spesifik, yaitu daftar ins-
dular agar penggunaannya dapat dise- truksi dan teks terstruktur. Bahasa grafis
suaikan terhadap kebutuhan industri juga memiliki dua metode, yaitu diagram
yang dikontrol. tangga dan diagram blok fung-si.
Standar-standar disusun untuk mem-
bantu penulisan program-program de-
6.4 Pemrograman PLC ngan menggunakan keempat metode ini
6.4.1 Bahasa Pemograman dengan menyertakan contoh-contohnya.
PLC Dalam bab ini yang akan dibahas hanya
Masing-masing produsen memiliki ide pemograman PLC dengan mengguna-
yang berbeda-beda mengenai pemrog- kan diagram tangga.

Gambar 6.19 Bahasa Pemrograman Menurut Standar IEC

466
pada tiap rung (network) dan dari rung
6.4.2 Operasi Pembacaan paling atas sampai rung paling bawah.
Operasi pembacaan adalah suatu pro-
ses pembacaan program oleh PLC.
Operasi siklus pembacaan adalah seba-
gai berikut (Gambar 6.20) :

Gambar 6.20 Operasi Pembacaan

 Pembacaan masukan;
 Eksekusi program;
 Update keluaran.
Gambar 6.21 Ilustrasi Proses Beberapa Eksekusi
Relai pada Diagram Tangga
Lama waktu dari pembacaan masukan
sampai update tergantung pada kece-
patan prosesor dan panjangnya prog- 6.4.3 Instruksi Dasar PLC
ram dibuat. Pada sub bab ini akan dikenal instruksi
Selama masukan dibaca, terminal- ter- dasar yang digunakan pada bahasa
minal masukan dibaca dan dimasukkan pemrograman untuk PLC OMRON
dalam tabel status masukan yang di menggunakan CX Programmer.
update secara bertahap menurut urutan
pembacaan masukan.  LOAD(LD)
Selama proses pembacaan program, Intruksi ini diperlukan bila urutan kerja
data yang dibaca dan masukan dalam pada suatu sistem kontrol hanya mem-
tabel status masukan kemudian diterje- butuhkan satu kondisi logik saja dan
mahkan pada pengguna program. Saat sudah diharuskan untuk mengeluarkan
program dieksekusi, tabel status keluar- satu keluaran. Logikanya seperti kontak
an di update secara cepat sesuai de- NO relai.
ngan perubahan.

Ketika terjadi proses pembacaan, data


yang terkumpul dalam tabel status ke- Gambar 6.22 Simbol Load (LD)
luaran dipindahkan ke terminal-terminal
keluaran.  LOAD NOT (LDNOT)
Intruksi ini diperlukan apabila urutan ker-
Proses pembacaan suatu program ada ja pada suatu sistem kontrol hanya
dua macam, yaitu dari kiri ke kanan membutuhkan satu kondisi logik saja

457
dan sudah diharuskan mengeluarkan  OUT
keluaran. Logikanya seperti kontak NC
Intruksi ini berfungsi untuk mengeluar-
relai.
kan keluaran bila semua kondisi logika
diagram tangga telah terpenuhi.
Logikanya seperti kontak NO rele.

Gambar 6.23 Simbol Load Not (LDNOT)


 AND
100 .00

Gambar 6.27 Simbol OUT


Instruksi ini diperlukan bila urutan kerja
(sekuensial) pada suatu sistem kontrol  OUT/OUT NOT
memerlukan lebih dari satu kondisi logik Instruksi OUT/OUT NOT ini digunakan
yang harus terpenuhi semuanya untuk untuk mengeluarkan keluaran apabila
mengeluarkan satu keluaran. Logikanya semua kondisi logika ladder telah
seperti kontak NO relai. terpenuhi. Simbol dari instruksi dasar
OUT NOT adalah sebagai berikut:

Gambar 6.24 Simbol And


 OR
Intruksi ini diperlukan apabila urutan
kerja pada suatu sistem kontrol hanya Gambar 6.28. Instruksi Out Not
membutuhkan salah satu saja dari be-  TIMER (TIM)
berapa kondisi logik untuk mengeluar-
kan satu keluaran. Logikanya seperti Seperti fungsi ON-delay pada relai,
kontak NO relay. instruksi timer ini digunakan dengan
fungsi yang sama, sehingga tidak lagi
diperlukan timer konvensional pada
suatu proses. Simbol dari instruksi dasar
Timer adalah sebagai berikut:
Gambar 6.25 Simbol OR
 OR NOT
Intruksi ini diperlukan apabila urutan
kerja pada suatu sistem kontrol hanya
membutuhkan salah satu saja dari be-
berapa kondisi logika untuk mengeluar-
kan satu keluaran. Logikanya seperti
kontak NC relay.
Gambar 6.29. Instruksi Timer
 COUNTER (CNT)
Instruksi counter merupakan salah satu
instruksi untuk mengubah sinyal masu-
Gambar 6.26 Simbol OR NOT kan dari kondisi OFF Ke ON sebagai
pemicu proses pencacahan. Masukan
reset, angka counter, dan nilai set (SV)

468
dapat diatur dalam program. Nilai set Gambar 6.32. Instruksi Compare
dapat diberikan antara 0000-9999.
Simbol dari instruksi dasar counter
 Kontak Less Than (LT)
adalah sebagai berikut:
Kontak Less Than (LT) akan berlogika 1
saat nilai dari comparison data 1 lebih
kecil dari nilai pada comparison data 2.
Berikut contoh penggunaan Less Than
(LT) :

Gambar 6.30. Instruksi Counter


 Move
Gambar 6.33. Instruksi Less Than
Instruksi Move adalah satu instruksi  Kontak Greater Than (GT)
yang digunakan untuk memindahkan
data dari satu register ke register lain Kontak Greater Than (GT) akan ber-
dalam hal ini dari source word ke logika 1 saat nilai dari comparison data
destination word. Simbol dari instruksi 1 lebih besar dari nilai pada com-parison
move adalah sebagai berikut : data 2. Berikut contoh peng-gunaan
Greater Than (GT) :

Gambar 6.34. Instruksi Greater Than


Gambar 6.31. Instruksi Move
 Compare  END

Instruksi Compare digunakan memban- Untuk mengakhiri semua instruksi yang


dingkan nilai dari satu register terhadap diberikan pada logika pemrograman,
satu nilai baik itu desimal maupun instruksi End diberikan sehingga prog-
heksadesimal, tergantung dari nilai yang ram dapat di eksekusi. Biasanya instruk-
keluar pada saat instruksi tersebut si End ini sudah tersedia, sehingga tidak
digunakan. Simbol dari instruksi com- perlu dibuat.
pare adalah sebagai berikut :

Gambar 6.35 Instruksi End

469
6.4.4 Pemograman dengan CX Programmer

CX- Programmer merupakan sebuah perangkat lunak Produksi Omron Corporation.


Program ini dapat digunakan untuk PLC Omron C series, CV series, dan SR series.

 Menginstal CX – Programmer
Untuk menginstal CX- programmer terbagi atas dua komponen yaitu CX- Server
dan Cx-Programmer. Fasilitas autorun, maka tahap instalasi dapat langsung
dilanjutkan dengan langsung memilih icon setup yang muncul pada layer pertama
kali. Kemudian dilanjutkan dengan memilih install Cx-Programmer yang selanjutnya
akan menampilkan pilihan bahasa. Setelah mengikuti instruksi yang ada lakukan
pengisian nomor lisensi yang dapat diisi dengan memasukan 16 angka yang
terdapat pada cover CD CX-Programmer. Selanjutnya proses penginstalan ber-
langsung.

 Memulai Pemograman dengan Cx- programmer


Setelah Proses Instalasi selesai maka dapat dilakukan pembuatan program
pengontrolan pada CX – programmer, bagian Utama dari CX – Programmer adalah
seperti terlihat pada gambar 6.36.

Gambar 6.36 Menu Utama CX-Programmer


Beberapa bagian utama CX-Programmer berikut fungsinya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

470
Tabel 6.1 Bagian dan Fungsi CX – Programmer
Nama Bagian Fungsi
Title Bar Menunjukan nama file atau data tersimpan dan dibuat pada CX-
Programmer
Menus Pilihan Untuk memilih Menu
Toolbar Pilihan untuk memilih fungsi dengan menekan tombol. Select[view]
 Toolbar
Kemudian dapat memilih toolbar yang ingin ditampilkan.
Section Dapat membagi program kedalam beberapa blok. Masing- masing
blok dapat dibuat atau ditampilkan.
Project Mengatur program dan data. Dapat membuat duplikat dari setiap
WorkSpace elemen dengan melakukan Drag dan Drop diantara proyek yang
Project Tree berbeda atau melalui suatu proyek.
Ladder Window Layar sebagai tampilan atau membuat diagram tangga.
Output Window  Menunjukan informasi error saat melakukan compile (error
check).
 Menunjukan hasil dari pencarian kontak / koil didalam list form.
 Menunjukan detail dari error yang ada pada saat loading suatu
proyek.
Status Bar Menunjukan suatu informasi seperti nama PLC, status on line
/offline, lokasi dari cell yang sedang aktif.
Information Menampilkan window yang menunjukan shortcut key yang
Window digunakan pada CX –Programmer.
Symbol Bar Menampilkan nama, alamat atau nilai dan comment dari simbol
yang sedang dipilih cursor.

Isikan informasi pada tempat yang telah


disediakan antara lain nama Project dan
type Device.

 Pengiriman Program Ke PLC

Setelah penulisan diagram tangga sele-


sai dan disimpan, maka selanjutnya
PLC dapat di download. Pertama-tama
program yang telah selesai di compile
dengan menekan tombol pada menu
Toolbar, dan periksa apakah terdapat
error pada program yang telah dibuat.
Gambar 6.37 CX-Programmer New Project.

Setelah mengetahui bagian serta fungsi Ada tiga cara untuk fungsi Online, yaitu
utama dari pemogram PLC menggu- sebagai berikut:
nakan CX-Programmer, maka klik New  Normal Online, yaitu oneline pada
maka akan muncul windows seperti ter- saat project masih aktif, yaitu de-
lihat pada gambar 6.37. ngan menekan tombol
 Auto Online, yaitu online yang
secara otomatis mengenali PLC
yang terhubung dan memungkin-

471
kan untuk PLC online, yaitu de- Untuk memulai proses pengisian dan
ngan menekan tombol pengosongan tangki air, tekan Tombol
 Online with simulator, yaitu dengan T1 yang akan mengakibatkan Katup V1
menekan tombol membuka sehingga air akan mulai me-
ngalir ke dalam tangki dan pada saat
Setelah Online kita dapat melihat hasil bersamaan Motor Pencampur (Mixer)
dari program setelah terlebih dahulu mulai bekerja. Bila level permukaan air
menekan tombol. Perlu diperhatikan pada tangki sudah terpenuhi, yang diin-
saat akan online yaitu memilih port yang dikasikan dengan bekerjanya Sensor
digunakan untuk berkomunikasi dari PC S1, maka Katup V1 tertutup dan motor
ke PLC, dari menu Auto online akan pencampur berhenti bekerja. Selanjut-
terdapat menu pilihan jenis port yang nya Katup V2 terbuka dan air mulai
dapat digunakan seperti gambar diper- mengalir keluar tangki. Bila level air
lihatkan pada gambar 6.38. turun sampai dengan Sensor S2, maka
Katup V2 akan ter-tutup.

Proses ini akan berulang sampai empat


kali, Lampu I1 (END) akan menyala
apabila siklus(4x) telah tercapai, dan
untuk memulai tekan kembali Tombol
T1.

Gambar 6.38 Select Serial Port

6.4.5 Contoh Program


Pengisian dan Pengosongan Tangki Air

Gambar 6.39 Pengisian dan Pengosongan


Tangki Air

472
 Pengepakan Buah Apel

Gambar 6.41 Pengepakan Buah Apel

Dengan menekan tombol START, motor


penggerak akan bekerja dan konveyor
pembawa kotak (box) buah apel akan
berjalan sampai mengenai limit swith
(sen-sor for box), apabila limit switch
tersen-tuh kotak maka konveyor pemba-
wa kotak akan berhenti berjalan. Satu
detik kemudian konveyor pembawa
buah apel akan berjalan dan
menjatuhkan buah apel kedalam kotak.

Dibawah konveyor buah apel diletakan


sensor cahaya yang berfungsi untuk
mendeteksi setiap apel yang jatuh
kedalam kotak. Apabila apel yang
dimasukan kedalam kotak sudah
berjumlah 10 (sepuluh) buah, maka
konveyor buah apel akan berhenti dan
konveyor pembawa kotak kembali
berjalan. Siklus operasi konveyor ini
akan terus berulang sampai Tombol
STOP ditekan.

473
Gambar 6.42 Diagram Tangga Pengepakan Buah Apel

474
DAFTAR PUSTAKA

1. A R Bean, Lighting Fittings Performance and Design, Pergamou Press,


Braunschweig, 1968
2. A.R. van C. Warrington, Protective Relays, 3rd Edition, Chapman and Hall, 1977
3. A. Daschler, Elektrotechnik, Verlag – AG, Aaraw, 1982
4. A.S. Pabla, Sistem Distribusi Daya Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994
5. Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta, 2000
6. Abdul Kadir, Pengantar Teknik Tenaga Listrik, LP3ES, 1993
7. Aly S. Dadras, Electrical Systems for Architects, McGraw-Hill, USA, 1995
8. Badan Standarisasi Nasional SNI 04-0225-2000, Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2000, Yayasan PUIL, Jakarta, 2000
9. Bambang, Soepatah., Soeparno, Reparasi Listrik 1, DEPDIKBUD Dikmenjur,
1980.
10. Benyamin Stein cs, Mechanical and Electrical Equipment for Buildings, 7th
Edition Volume II, John Wiley & Sons, Canada, 1986
11. Bernhard Boehle cs, Switchgear Manual 8th edition, 1988
12. Brian Scaddam, The IEE Wiring Regulations Explained and Illustrated, 2nd
Edition, Clags Ltd., England, 1994
13. Brian Scaddan, Instalasi Listrik Rumah Tangga, Penerbit Erlangga, 2003
14. By Terrell Croft cs, American Electrician’s Handbook, 9th Edition, McGraw-Hill,
USA, 1970
15. Catalog, Armatur dan Komponen, Philips, 1996
16. Catalog, Philips Lighting.
17. Catalog, Sprecher+Schuh Verkauf AG Auswahl, Schweiz, 1990
18. Cathey, Jimmie .J, Electrical Machines : Analysis and Design Applying
Matlab, McGraw-Hill,Singapore,2001
19. Chang,T.C,Dr, Programmable Logic Controller,School of Industrial
Engineering Purdue University
20. Diesel Emergensi, Materi kursus Teknisi Turbin/Mesin PLTA Modul II, PT PLN
Jasa Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta 1995.
21. E. Philippow, Taschenbuch Elektrotechnik, VEB Verlag Technik, Berlin, 1968
22. Edwin B. Kurtz, The Lineman’s and Cableman’s Handbook, 7th Edition, R.
R. Dournelley & Sons, USA, 1986
23. Eko Putra,Agfianto, PLC Konsep Pemrograman dan Aplikasi (Omron CPM1A
/CPM2A dan ZEN Programmable Relay). Gava Media : Yogyakarta,2004
475
24. Ernst Hornemann cs, Electrical Power Engineering proficiency Course, GTZ
GmbH, Braunschweigh, 1983
25. F. Suyatmo, Teknik Listrik Instalasi Penerangan, Rineka Cipta, 2004
26. Friedrich, “Tabellenbuch Elektrotechnik Elektronik” Umuler-Boum, 1998
27. G. Lamulen, Fachkunde Mechatronik, Verlag Europa-Lehrmittel, Nourenweg,
Vollmer GmbH & Co.kc, 2005
28. George Mc Pherson, An Introduction to Electrical Machines and Transformers,
John Wiley & Sons, New York, 1981
29. Graham Dixon, Electrical Appliances (Haynes for home DIY), 2000
30. Gregor Haberk, Etall, Tabelleubuch Elektroteknik, Verlag, GmbH, Berlin, 1992
31. Gunter G.Seip, Electrical Installation Hand Book, Third Edition, John Wiley &
sons, Verlag, 2000
32. H. R. Ris, Electrotechnik Fur Praktiker, AT Verlag Aarau, 1990.
33. H. Wayne Beoty, Electrical Engineering Materials Reference Guide, McGraw-
Hill, USA, 1990
34. Haberle Heinz, Etall, Fachkunde Elektrotechnik, Verlag Europa – Lehr Mittel,
Nourwey, Vollmer, GmbH, 1986
35. Haberle, Heinz,Tabellenbuch Elektrotechnik, Ferlag Europa-Lehrmittel, 1992
36. Hutauruk, T.S., Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan
Peralatan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999.
37. Iman Sugandi Cs, Panduan Instalasi Listrik, Gagasan Usaha Penunjang
Tenaga Listrik - Copper Development Centre South East Asia, 2001.
38. Instruksi Kerja Pengujian Rele, Pengoperasian Emergency Diesel Generator,
PT. Indonesia Power UBP. Saguling.
39. B. Gupta, Utilization of Electric Power and Electric Traction, 4th Edition, Jullundur
City, 1978
40. 40 Jerome F. Mueller, P.E, Standard Application of Electrical Details, McGraw-
Hill, USA, 1984
41. Jimmy S. Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga,
2004.
42. John E. Traister and Ronald T. Murray, Commercial Electrical Wiring, 2000.
43. Kadir, Abdul, Transformator, PT Elex Media Komputindo, Jakarta,1989.
44. Karyanto, E., Panduan Reparasi Mesin Diesel. Penerbit Pedoman Ilmu Jaya,
Jakarta, 2000.
45. Klaus Tkotz, Fachkunde Electrotechnik, Verlag Europa – Lehrmittel, Nourney,
Vollmer GmBH & Co. kG., 2006

476
46. L.A. Bryan, E.A. Bryan, Programmable Controllers Theory and
Implementation, Second Edition, Industrial Text Company, United States of
America, 1997
47. M. L. Gupta, Workshop Practice in Electrical Engineering, 6th Edition,
Metropolitan Book, New Delhi, 1984
48. Michael Neidle, Electrical Installation Technology, 3rd edition, dalam bahasa
Indonesia penerbit Erlangga, 1999
49. Nasar,S.A, Electromechanics and Electric Machines, John Wiley and Sons,
Canada, 1983.
50. P.C.SEN, Principles of Electric Machines and Power Electronics, Canada, 1989.
51. P. Van Harten, Ir. E. Setiawan, Instalasi Listrik Arus Kuat 2, Trimitra Mandiri,
Februari 2002.
52. Peter Hasse Overvoltage Protection of Low Voltage System, 2nd, Verlag GmbH,
Koln, 1998
53. Petruzella, Frank D, Industrial Electronics, Glencoe/McGraw-
Hill,1996.
54. PT PLN JASDIKLAT, Generator. PT PLN Persero. Jakarta,1997.
55. PT PLN JASDIKLAT, Pengoperasian Mesin Diesel. PT PLN Persero. Jakarta,
1997.
56. R.W. Van Hoek, Teknik Elektro untuk Ahli bangunan Mesin, Bina Cipta, 1980
57. Rob Lutes, etal, Home Repair Handbook, 1999
58. Robert W. Wood, Troubleshooting and Repairing Small Home Appliances, 1988
59. Rosenberg, Robert, Electric Motor Repair, Holt-Saunders International Edition,
New York, 1970.
60. Saptono Istiawan S.K., Ruang artistik dengan Pencahayaan, Griya Kreasi, 2006
61. SNI, Konversi Energi Selubung bangunan pada Bangunan Gedung, BSN, 2000
62. Soedhana Sapiie dan Osamu Nishino, Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik,
Pradya Paramita, 2000
63. Soelaiman,TM & Mabuchi Magarisawa, Mesin Tak Serempak dalam Praktek,
PT Pradnya Paramita, Jakarta,1984
64. Sofian Yahya, Diktat Programmable Logic Controller (PLC), Politeknik
Negeri Bandung, 1998.
65. Sumanto, Mesin Arus Searah, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 1995.
66. Theraja, B.L, A Text Book of Electrical Tecnology, Nirja, New Delhi,
1988.
67. Thomas E. Kissell, Modern Industrial / Electrical Motor Controls, Pretience
Hall,New Jersey, 1990

477
68. Trevor Linsley, Instalasi Listrik Dasar, Penerbit Erlangga, 2004
69. T. Davis, Protection of Industrial Power System, Pregamon Press, UK, 1984
70. Zan Scbotsman, Instalasi Edisi kelima, Erlangga, 1993
71. Zuhal, Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Gramedia, Jakarta, 1988.
72. http://www.howstuffworks.com
73. http://www.reinhausen.com/rm/en/products/oltc_accessories/, oil
+breather
74. http://www.myinsulators.com/hungary/busing.html
75. http://www.geindustrial.com/products/applications/pt-optional-
accessories.htm
76. http://www.reinhausen.com/messko/en/products/oil_temperature/
77. http://www.abb.com/cawp/cnabb051/
21aa5d2bbaa4281a412567de003b3843.aspx
78. http://www.cedaspe.com/prodotti_ing.html
79. http://www.eod.gvsu.edu/~jackh/books/plcs/
80. http://www.answers.com/topic/motor
81. http://kaijieli.en.alibaba.com/product/50105621/50476380/Motors/
Heavy_Duty_Single_Phase_Induction_Motor.html
82. http://www.airraidsirens.com/tech_motors.html
83. http://smsq.pl/wiki.php?title=Induction_motor
84. http://www.allaboutcircuits.com/vol_2/chpt_13/11.html
85. http://www.tpub.com/neets/book5/18d.htm
86. http://www.ece.osu.edu/ems/
87. http://www.eatonelectrical.com/unsecure/html/101basics/Module04/Output/
HowDoesTransformerWork.html
88. http://www.dave-cushman.net/elect/transformers.html
89. http://www.eng.cam.ac.uk/DesignOffice/mdp/electric_web/AC/AC_9.html
90. http://claymore.engineer.gvsu.edu/~jackh/books/plcs/file_closeup/ =>clip arts
91. http://img.alibaba.com/photo/51455199/Three_Phase_EPS_Transformer.jpg
92. http://micro.magnet.fsu.edu/electromag/electricity/generators/index.html
93. http://www.e-leeh.org/transformer/
94. http://www.clrwtr.com/product_selection_guide.htm
95. http://www.northerntool.com/images/product/images
96. http://www.alibaba.com
97. http://www.adbio.com/images/odor
478
98. http://www.dansdata.com/images/2fas
99. http://www.samstores.com/_images/poducts
100. http://www.wpclipart.com/tools/drill
101. http://www.atm-workshop.com/images
102. http://www.oasis-engineering.com
103. http://www.mikroelektronika.co.yu/english/index.htm
104. http://www.industrialtext.com
105. http://www.pesquality.com
106. http://www.abz-power.com/en_25e7d4dc0003da6a7621fb56.html
107. http://www.usace.army.mil/publications/armytm/tm5-694/c-5.pdf
108. http://www.cumminspower.com/www/literature/technicalpapers
109. http://www.cumminspower.com/www/literature/technicalpapers/ 1538-
DieselMaintenance.pdf
110. http://www.sbsbattery.com/UserFiles/File/Power%20Qual/PT-7004-
Maintenance.pdf

479
480

Anda mungkin juga menyukai