Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS AMDAL DAN UPAYA PENGELOLAAN

PT. BRANTAS
LINGKUNGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
ADYA SURYA
SURYA DESA MOTIHELUMO KAB.
ENERGI
GORONTALO UTARA

Dyah Ayu Puspagarini (14/363346/TK/41482)

Naomi Nuzulita Azis (14/363399/TK/41526)

Gilang Raka Rayuda Dewa (14/363401/TK/41528)

Wilda Yel Fitri (14/363404/TK/41531)

0
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 2


1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 2
1.2 Tujuan dan Manfaat Proyek ................................................................................................................ 3
1.2.1 Tujuan Proyek .............................................................................................................................. 3
1.2.2 Manfaat Proyek ............................................................................................................................ 3
1.3 Peraturan Perundang-undangan .......................................................................................................... 4
BAB II RONA LINGKUNGAN HIDUP................................................................................................................ 5
2.1 Komponen Geofisik Kimia ................................................................................................................. 5
2.1.1 Iklim ............................................................................................................................................. 5
2.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan.................................................................................................... 7
2.1.3 Kualitas Air .................................................................................................................................. 8
2.1.4 Medan Magnet dan Medan Listrik ............................................................................................. 10
2.2 Komponen Biotik .............................................................................................................................. 11
BAB III PENDUGAAN DAMPAK ........................................................................................................... 12
BAB IV KUANTISASI DAMPAK ............................................................................................................ 13
4.1 Kenaikan Kepadatan Penduduk ........................................................................................................ 13
4.2 Kualitas Udara .................................................................................................................................. 15
BAB V MITIGASI DAMPAK ................................................................................................................... 17
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................... 33
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 33
6.2 Saran ................................................................................................................................................. 33
BAB VII DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 34

1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan penduduk di Indonesia adalah hal yang tidak bisa dihindari, dimana
setiap ada pertambahan penduduk di Indonesia, maka kebutuhan dan konsumsi listrik akan
bertambah. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan pertambahan produksi listrik di
Indonesia. Padahal, kebutuhan listrik pada tahun ini saja masih belum bisa mencukupi
kebutuhan listrik semua penduduk Indonesia sehingga PLN sering melakukan pemadaman
listrik bergilir guna tercukupinya kebutuhan listrik. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua
wilayah di Indonesia mendapatkan pasokan listrik 24jam. Masih banyak daerah-daerah yang
hanya mendapatkan pasokan listrik 5-12 jam setiap harinya, bahkan di pelosok negeri ini
penduduk belum mengenal listrik dan menikmatinya.
Pembangunan pembangkit listrik di negeri ini masih berpusat pada daerah pulau Jawa,
Bali, dan Sumatra, sedangkan untuk pulau di wilayah Indonesia Timur dirasa masih kurang.
Padahal potensi dari Indonesia bagian Timur tidak kalah dengan di bagian barat. Selain itu,
listrik juga menjadi faktor berkembangnya suatu daerah dimana dengan listrik kualitas
fasilitas umum, mutu pendidikan dan kesehatan, dan kesejahteraan penduduk bisa
meningkat. Seperti yang telah diketahui, di Indonesia bagian Timur sangat tertinggal jika
dibandingkan dengan Indonesia bagian barat baik dari segi pembangunan maupun
penduduknya. Untuk mengejar ketertinggalannya, maka perlu dibangun listrik sebagai factor
penting yang menunjang berkembangnya daerah di Indonesia wilayah timur.
Pembangunan pembangkit listrik di daerah Timur tentu saja menimbulkan dampak
baik yaitu adanya pasokan listrik yang dapat dinikmati penduduk wilayah pelosok negeri.
Namun, proyek pembangunan listrik di Indonesia yang telah ada 70%nya merupakan
pembangkit listrik non-renewable energy yang rapat jenisnya kecil. Dimana pembangkit
non-renewable selain tidak bertahan lama juga mempunyai dampak negatif terhadap
lingkungan. Polusi baik udara, tanah, maupun air adalah efek samping dari setiap
pembangunan pembangkit listrik dengan non-renewable energy yang sudah seharusnya kita
hindari dan menggantinya dengan renewable energy.
Dengan karakteristik Indonesia yang dilewati garis khatulistiwa yang artinya
mendapatkan sinar matahari terus-menerus dalam setahun dan lama penyinaran harian di
Indonesia adalah setengah hari atau sekitar 12 jam. Berdasarkan karakteristik seperti itu,

2
tentu saja Indonesia mempunyai intensitas penyinaran yang sangat cukup di seluruh
negerinya. Intensitas yang besar ini bisa dimanfaatkan menjadi energi baru yaitu melalui
pembangunan pembangkit listrik surya sebagai pembangkit listrik di daerah Indonesia
bagian timur. Selain pembangkitkan pembangunan di daerah timur, pembangkit listrik
tenaga surya cocok dengan karakteristik Indonesia bagian Timur yang mempunyai lahan
savana dan sabana tidak seperti daerah Jawa, Bali, dan Sumatra yang terkenal dengan Hutan
Hujan Tropisnya.

1.2 Tujuan dan Manfaat Proyek


Secara umum tujuan dan manfaat dari pembangunan PLTS Photovoltaic dengan
kapasitas 2 MWp adalah untuk memenuhi kebutuhan pasokan tenaga listrik untuk sektor
pembangunan di Gorontalo Utara.
1.2.1 Tujuan Proyek
Seiring dengan pertambahan penduduk dan laju pertumbuhan kebutuhan energi
listrik yang kurang merata di wilayah pelosok Sulawesi sedangkan kemampuan
pembangkit listrik yang ada menggunakan non-renewable energy dan kurang
mencukupi. Dengan demikian, PT. Brantas Adya Surya Energi perlu membangun
unit pembangkit listrik surya dengan kapasitas 2 MWp guna mencukupi kebutuhan di
Gorontalo Utara.
1.2.2 Manfaat Proyek
Manfaat dari proyek PLTS Photovoltaic 2 MWp mencakup kegunaan bagi
pemerintah, pemrakarsa, dan masyarakat.
A. Manfaat Bagi Pemerintah
Manfaat rencana pengembangan PLTS Photovoltaic 2 MWp bagi Pemerintah
adalah
a. Untuk menanggulangi kekurangan energi listrik di Gorontalo khususnya dan
Indonesia pada umumnya secara “crash program”.
b. Untuk meningkatkan dan pemerataan suplai energi listrik di Pulai Sulawesi.
c. Mengoptimalkan pemanfaatan renewable energy untuk menghasilkan tenaga
listrik melalui PLTS Photovoltac 2 MWp beserta sarananya bagi kepentingan
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

3
d. Melaksanakan kebijakan pemerintah tentang diversifikasi sumber daya energi
dalam upaya menghemat minyak bumi dan meningkatkan penggunaan
sumber daya energi alternatif.
e. Meningkatkan pendapatan Pemerintah pusat maupun daerah melalui
penerimaan pajak, retribusi, dan penerimaan bukan pajak.
B. Manfaat Bagi Pemrakarsa
Manfaat proyek PLTS Photovoltaic 2 MWp bagi Pemrakarsa adalah :
a. Meningkatkan keandalan sistem kelistrikan dan meningkatkan ketersediaan
tenaga di jaringan transmisi Pulau Sulawesi.
b. Melaksanakan kebijaksanaan Pemerintah mengenai diversifikasi energi untuk
penghematan bahan bakar dan meningkatkan sumber energi alternatif.
c. Menyediakan sumber energi listrik yang ekonomis untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi.
C. Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat pembangunan PLTS Photovoltaic 2 MWp bagi Masyarakat adalah :
a. Memperoleh sumber energi listrik sehingga akan dapat merangsang aktivitas
di bidang ekonomi.
b. Terbukanya lapangan perkerjaan dan usaha/jasa yang akan memberikan
dampak positif kepada pembangunan, khususnya di Gorontalo.
c. Meningkatkan mutu faislitas umum karena dampak positif pembangunan,
khususnya di Gorontalo.
d. Meningkatkan sector pariwisata, khususnya di Gorontalo.

1.3 Peraturan Perundang-undangan


Dalam rangka tujuan pembangunan berkesinambungan / sustainable development dan
analisis mengenai dampak lingkungan PLTS Photovoltaic 2 MWp, akan dirujuk pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.

4
BAB II RONA LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang akan dilakukan pada saat
kegiatan pra-kontruksi, kontruksi, operasional dan pasca operasional didasarkan pada rona awal
lingkungan dan standar baku mutu lingkungan berdasarkan aturan yang berlaku. Berdasarkan
uraian dampak yang terjadi pada lingkungan fisik adalah meliputi kualitas
udara,kebisingan,getaran,medan magnet dan medan listrik serta kualitas air dan lingkungan
sosial.
2.1 Komponen Geofisik Kimia
2.1.1 Iklim

A. Curah hujan dan jumlah hari hujan


Curah hujan disuatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,keadan
geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan
dan hari hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah
hujan berkisar 148 mm. Jumlah curah hujan tertinggi terjadi secara berturut-turut
pada bulan November, Juli, Juni dan terendah pada bulan Desember. Jumlah hari
hujan rata-rata 17.25 dengan jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan april dan
mei serta terendah pada bulan september. Adapun curah hujan dan hari hujan
disekitar lokasi pembangunan PLTS dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut

5
B. Suhu dan Kelembaban Udara
Suhu udara disuatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Suhu udara maksimum
rata-rata 32,460C sampai 34,20C, sedangkan suhu udara minimum rata-rata
22,990C. kelembaban udara rata-rata 82,58% dengan tekanan udara rata-rata adalah
1.009,59 mb

6
C. Arah dan Kecepatan angin
Keadaan angin terbesar yang tercatat pada stasiun meteorologi Gorontalo
umumnya merata disetiap bulannya, namun kecepatan angin tertinggi adalah 3m/s
yaitu pada bulan Agustus dan September. Terendah adalah 1 m/s. Sedangkan untuk
kecepatan angin sesaat yang diukur di lokasi pembangunan PLTS menggunakan
anemometer didapat 0.79-1.14 m/s dan dijalan masuk lokasi PLTS diperoleh hasil
pengukuran berkisar 0.72-1.34 m/s dengan arah angin dari barat ke timur.

2.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan


A. Kualitas Udara
Penelitian dan pengujian untuk beberapa parameter kualitas udara yang dianggap
berbahaya adalah Karbon Monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur
Dioksida (SO2), partikel atau debu (TSP) dan kebauan (H2S). Pengambilan sampel
kualitas udara dilokasi studi dilakukan pada 2 titik yaitu di lokasi pembangunan
PLTS dan lokasi jalan masuk tapak kegiatan. Adapun kondisi kualitas udara dapat
dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian kualitas udara ambien


disekitas lokasi proyek adalah : Partikel debu berkisar antara 45-57 µg/Nm3, Karbon
Monoksida (CO) berkisar antara 23-48 µg/Nm3, Sulfur Dioksida (SO2) berkisar 12-
21 µg/Nm3 dan Nitrogen Dioksida (NO2) berkisar antara 8-11 µg/Nm3 . Nilai-nilai
tersebut diatas menunjukkan bahwa kualitas udara dilokasi tersebut masih berada
dibawah baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang
Baku Mutu Udara Ambien.

7
B. Kebisingan dan Getaran
Hasil pengukuran kebisingan dilokasi kegiatan pada dua titik pengukuran, yaitu di
lokasi pembangunan PLTS dan jalan akses masuk lokasi pembangunan PLTS. Hasil
pengukuran tingkat kebisingan dan getaran disekitar lokasi rencana pembangunan
PLTS diperoleh hasil pengukuran tingkat kebisingan berkisar antara 49.6-52.8 dBA.
Hasil pengukuran tingkat getaran pada tapak proyek dan jalan akses masuk tidak
terdeteksi. Kebisingan yang terukur berasal dari aktifitas masyarakat dan transportasi
dimana lokasi pembangunan PLTS berada didekat jalan masuk. Secara rinci hasil
pengukuran kebisingan disajikan pada tabel dibawah ini

Berda
sarkan hasil pengukuran laboratorium maka tingkat kebisingan maupun getaran
tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu keputusan MEN-LH
No. 48/MEN-LH/11/1996 untuk tingkat kebisingan dan keputusan MEN-LH No.
48/MEN-LH/11/1996.

2.1.3 Kualitas Air


Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air, sehingga tercapai kualitas air
yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam
kondisi alamiahnya. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air
agar sesuai dengan baku mutu air. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas
air turun sampai ke tingkat tertetu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (PP No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air ).

8
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan
tertentu dalam kehidupan manusia, seperti untuk mengairi tanaman,minuman ternak dan
kebutuhan manusia langsung seperti untuk minum ,mandi , mencuci dan sebagainya.
Kualitas air ditentukan oleh kandungan sedimen tersuspensi dan bahan kimia yang terlarut
didalam air terrsebut. Parameter kualitas air yang dianalisis adalah parameter yang
diprakirakan mengalami perubahan sebagai dampak dari adanya kegiatan pembangunan
PLTS. Sampel air diambil dari 2 titik sampling yang diprakirakan akan menerima dampak
dari kegiatan pembangunan. Lokasi pengambilan sampel adalah sumber air penduduk
(sumur) dan satu sampel dialiran air Motihelumo salah satu anak sungai dari sungai
buladu. Hasil analisis laboratorium kualitas air disajikan pada tabel berikut

9
2.1.4 Medan Magnet dan Medan Listrik
Kegiatan operasional PLTS yang menghasilkan tenaga listrik, maka juga akan
memberikan efek akan munculnya medan magnet dan medan listrik. Untuk itu maka untuk
mengetahui kondisi lingkungan awal dari kegiatan tersebut. Maka telah dilakukan
pengukuran komponen medan magnet dan medan listrik dengan hasil analisis laboratorium
disajikan pada tabel berikut:

10
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa medan listrik dan medan magnet belum
terdeteksi pada lokasi kegiatan pembangunan PLTS.

2.2 Komponen Biotik


Flora dan fauna yang ditemukan di kawasan hutan KPHP unit IV Gorontalo Utara
merupakan flora fauna hutan dataran rendah. Untuk jenis vegetasi, hutan dataran rendah di
KPHP unit IV Gorontalo Utara didominasi oleh family; Dipterocarpaceae terutama anggota
genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatica, Dryobalonops, dan Cotylelobium. Beberapa
pakar menyebutkan hutan dataran rendah juga sering disebut dengan hutan
Dipterocarpaceae. Selain terdapat pohon famili Dipterocarpaceae juga terdapat anggota
family Lauraceae, Myrtaceae, Miristicaceae, dan Ebenaceae serta pohon-pohon anggota
genus Agathis, Kompassia, Altingia, Duabanga, Gosanepinus, Octomeles, dan Dyera.
Sedangkan jenis satwa yang bisa ditemukan di hutan KPHP unit IV Gorontalo Utara antara
lain Dihe atau Kera Hitam Sulawesi (Macaca heckii) yang juga salah satu jenis primata
endemik Gorontalo. Jenis primata lain yang bisa ditemukan adalah, Tarsius spectrum atau
oleh masyarakat setempat diberikan nama mimito, Rusa (Cervus timorensis), Babi rusa, Babi
(Sus celebensis), Anoa (Bubalus sp) Rangkong (Rhyticeroscassidix), Trichoglossus ornatus,
burung Punai, Corvus advena. Keanekaragaman hayati di KPHP Gorontalo Utara tidak
terlepas dari teori Alfred Russel Wallace yang mengatakan bahwa pulau Sulawesi memiliki
keanekaragaman hayati dan endemisitas flora fauna tertinggi. Kekayaan flora fauna ini
dipengaruhi karena pulau Sulawesi merupakan pulau yang terisolir selama ribuan tahun.

11
BAB III PENDUGAAN DAMPAK

12
BAB IV KUANTISASI DAMPAK

4.1 Kenaikan Kepadatan Penduduk


Salah satu faktor yang perlu guna dikaji ialah meningkatnya kepadatan penduduk akibat
adanya proyek. Secara ekplisit, peningkatan kepadatan penduduk dikibatkan oleh dua faktor.
Faktor pertama yaitu tren dan ladang penghidupan yang lebih baik di daerah sekitar proyek.
Faktor kedua berkaitan dengan menurunnya jumlah lahan akibat adanya konstruksi PLTS.
Untuk melakukan kuantisasi dampak, maka kita memerlukan beberapa data yang menunjang
pengkajian. Data yang diperlukan antara lain data kependudukan dan data luas lahan daerah
Gorontalo Utara. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo Utara didapatkan
data kependudukan sebagai berikut :
Tahun Laki-laki Perempuan Total
2010 53.128 51.489 104.617
2011 53.698 52.061 105.759
2012 54.295 52.797 107.092
2013 54.902 53.422 108.324
2014 55.504 53.998 109.502
2015 56.090 54.610 110.700

Selain data kependudukan, didapatkan pula data jumlah penduduk sebagai berikut :
Luas
No Kecamatan
Km2 %
1 Atinggola 264,55 14,89
2 Gentuma Raya 100,34 5,65
3 Kwandang 190,74 10,73
4 Tomilito 99,31 5,59
5 Ponelo Kepulauan 7,82 0,44
6 Anggrek 141,51 7,96
7 Monano 144,02 8,10
8 Sumalata 305,59 17,20

13
9 Sumalata Timur 197,55 11,12
10 Tolinggula 213,89 12,04
11 Biau 111,69 6,29
Kab. Gorontalo Utara 1.776,995 100

Data kedua merupakan data mengenai luas wilayah dari Kabupaten Golontaro Utara dan
didapatkan nilai 1776,995 km2. Denga kedua data tersebut, dapat dilakukan analisis
mengenai pengaruh proyek terhadap kenaikan kepadatan penduduk. Sebelumnya perlu
didefinisikan beberapa nilai yang dibutuhkan guna analisis. Variabel pertama yang perlu
didefinisikan ialah Pt. Pt ialah jumlah penduduk pada tahun tertentu. Terdapat pula Po. Po
ialah kepadatan penduduk mula-mula. Nilai r juga akan sering muncul dalam analisis untuk
melihat seberapa besar laju trend pertumbuhan penduduk.
Guna melakukan analisis, maka diperlukan menghitung terlebih dahulu besar laju
pertumbuhan penduduk. Untuk mendapatkan hal tersebut, maka dapat dilakukan dengan
perhitungan sebagai berikut:

Misal, kita tentukan Po pada 2010 dan Pt pada 2015, maka


Pt = 110700 ; Po = 104617 ; dan t = 2015-2010 = 5
Dan analisisnya ialah :

Dari perhitungan, didapatkan bahwasanya besar laju kependudukan dengan sampel 5


tahun ialah mencapai 0,011. Guna mendapatkan kenaikan kepadatan penduduk, maka
dilakukan perhitungan kepadatan penduduk sebelum adanya proyek dan sesudah adanya

14
proyek. Hal ini berguna untuk memahami sejauh mana terjadi perubahan akibat adanya
proyek. Data perhitungan kepadatan penduduk sebelum adanya proyek ialah,

Pada kasus serupa, setiap terdapat PLTS baru maka terjadi peningkatan laju pertumbuhan
mencapai 0,04 atau 4 %. Selain itu terjadi penyusutan lahan sesuai dengan lahan yang
dipakai guna PLTS. Pada PLTS ini, diperkirakan akan dibangun sekitar 50000 m 2 atau
sekitar 0,05 km2. Sehingga besar luas yang masih bisa dipakai untuk daerah bukan PLTS
ialah 1776,995 – 0,05 = 1776,990 km2. Dengan data-data tersebut, maka kepadatan
penduduk setelah adanya proyek ialah,

Sehingga didaptkan perubahan kepadatan penduduk setelah adanya proyek ialah sebagai
berikut :

Dari data tersebut dipahami jika telah terjadi kenaikan kepadatan penduduk sebesar 7,34
orang/km2. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan proyek berimplikasi terhadap
kepadatan penduduk.

4.2 Kualitas Udara


Salah satu komponen yang bisa dilakukan pengkajian ialah berkaitan dengan kualitas
udara. Secara sistem, PLTS tidak mengeluarkan emisi berlebihan. Sehingga pengkajian ini
lebih mengarah ke komponen yang benar-benar terjadi perubahan, yaitu kuantitas debu.
Lokasi Baku
No Parameter Satuan Keterangan
Lokasi 1 Lokasi 2 Mutu
0
1 Suhu C 31,4 31,1 -
Partikel/Debu Di bawah
2 µg/Nm3 45 57 230
(TSP) Baku Mutu
Karbon
Di bawah
3 Monoksida µg/Nm3 23 48 30.000
Baku Mutu
(CO)

15
Sulfur
Di bawah
4 Dioksida µg/Nm3 12 21 900
Baku Mutu
(SO2)
Nitrogen
Di bawah
5 Dioksida µg/Nm3 8 11 400
Baku Mutu
(NO2)

Kuantitas debu merupakan salah satu faktor yang sangat mudah mengalami penaikan
akibat PV. Kenaikan debu secara langsung mengakibatkan berkurangnya efisiensi PV.
Berdasarkan J Zorrilla Casanova, M. Piliougin, dkk dalam tulisannya mengenai Akumulasi
debu pada permukaan modul fotovoltaik, menjelaskan bahwa pasti terjadi pengurangan
efisiensi modul fotovoltaik yaitu sebesar 4,4%. Dengan membuat asumsi jika pengurangan
efisien sebanding dengan peningkatan debu, maka didapati bahwa meningkatnya debu
sebesar

Berdasarkan perhitungan, maka dengan adanya proyek secara kumulatif meningkatkan


produksi debu per hari mencapai 46,98 -59,508 µg/Nm3. Pengaruh peningkatan debu ini
tentu akan mengurangi kualitas udara, namun jika disandarkan pada Baku Mutu terjelaskan
bahwa peningkatan debu masih berada di dalam standar batas yang ditentukan.

16
BAB V MITIGASI DAMPAK

Dampak Upaya Upaya


Lingkungan Pengelolaan Pemantauan
yang Lingkungan Lingkungan
Ditimbulkan Hidup Hidup
Tahap Pra
Konstruksi
Sumber Jenis Besaran Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode
Dampak Dampak Dampak Upaya Pengelolaan Pengelolaan Upaya Pemantauan Pemantauan
Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Pemantauan Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Hidup Lingkungan Hidup Hidup
Hidup Hidup
Survei Perubahan Kecil  Melakukan Wilayah Selama Melakukan Pemukiman Sekali
lapangan dan persepsi sosialisasi Desa berlangsung- pemantauan warga di setelah
penetapan sikap Perubahan dan Motihelumo nya kegiatan sikap dan wilayah Desa kegiatan
lokasi masyarakat persepsi konsultasi Kab. penetapan presepsi yang Motihelumo penetapan
masyarakat publik Gorontalo lokasi. berkembang Kab. lokasi
dengan jumlah mengenai Utara dalam Gorontalo dilakukan
penduduk rencana masyarakat Utara
Gorontalo kegiatan.
sekitar 110.700  Menjelas-
kan
rencana
kegiatan
yang akan
dilakukan
serta

17
dampak
yang
mungkin
timbul dari
kegiatan.
 Memperha-
tikan saran
dan
masukan
yang
disampai-
kan oleh
penduduk
di wilayah
studi.
Kegiatan Pengalihan Kecil  Desain Wilayah Selama masa Melakukan Pemukiman Sekali
pembebasan fungsi lahan konstruksi Desa pembebasan pemantauan warga di setelah
lahan pertanian dan yang Motihelumo lahan. perubahan wilayah Desa kegiatan
pemukiman direncana- Kab. peruntukan Motihelumo pembebasan
penduduk kan perlu Gorontalo lahan dan Kab. lahan
menyedia- Utara ruang Gorontalo dilakukan
kan ≥ 30% mengguna- Utara
lahan untuk kan metode
peruntukan observasi.
ruang
terbuka
hijau.
 Memberi-
kan

18
kepastian
kepada
masyarakat
dan
instansi
terkait
bahwa
kegiatan
proyek
tidak akan
terlalu
merubah
peruntukan
lahan.
Penerimaan Kecil Melakukan Wilayah Selama masa Melakukan Wilayah Sekali
masyarakat pendekatan Desa pembebasan pemantauan Desa setelah
Sebagian dan negosiasi Motihelumo lahan. kepada Motihelumo kegiatan
masyarakat pada Kab. masyarakat Kab. pembebasan
belum masyarakat Gorontalo sekitar Gorontalo lahan.
menyetujui pemilik lahan Utara mengguna- Utara
ganti rugi terkait ganti kan metode
lahan rugi lahan. wawancara.
Kegiatan Perubahan Kecil  Melakukan Wilayah Selama Melakukan Wilayah Minimal
sosialisasi persepsi sosialisasi Desa kegiatan pemantauan Desa sekali setelah
program masyarakat Jumlah dan Motihelumo sosialisasi kepada Motihelumo kegiatan
masyarakat advokasi Kab. program. masyarakat Kab. sosialisasi
yang kepada Gorontalo dengan Gorontalo program.
berpersepsi seluruh Utara metode Utara
negatif pihak yang wawancara.

19
terhadap diperkira-
pembangunan kan terkena
PLTS dampak.
 Mengajak
seluruh
pihak yang
berkepen-
tingan
untuk
terlibat
dalam
kegiatan
sosialisasi.
Tahap
Konstruksi
Kegiatan Terbukanya Kecil  Memprio- Di sekitar Selama tahap Melakukan Di sekitar Minimal
rekruitmen kesempatan ritaskan lokasi konstruksi. pemantauan lokasi sekali setelah
tenaga kerja kerja dan Peningkatan penduduk proyek. tenaga kerja proyek. kegiatan
usaha bagi kesempatan lokal dan usaha rekruitmen
penduduk kerja bagi untuk masyarakat
sekitar penduduk diterima melalui
sekitar untuk sebagai observasi dan
menjadi tenaga wawancara.
karyawan kerja pada
maupun kegiatan
membuka konstruk-
usaha di si sesuai
sekitar proyek dengan
keteram-

20
pilan
yang
dimiliki.
 Secara
berkala
memberi-
kan
arahan
kepada
pekerja
agar tetap
memba-
ngun
kebersa-
maan
antara
pekerja
lokal dan
pekerja
yang
berasal
dari luar
lokasi.
 Memper-
timbang-
kan
pemberi-
an
asuransi

21
kecelaka-
an kepada
tenaga
kerja.
 Menem-
patkan
tenaga
kerja
sesuai
dengan
keteram-
pilan dan
kemampu
-an yang
dimiliki.
 Memberi-
kan
kesem-
patan
kepada
masyara-
kat sekitar
untuk
membuka
usaha
untuk
memenuh
-i
kebutuh-

22
an
pekerja.
Peningkatan Kecil Memberikan Di sekitar Selama tahap Melakukan Di sekitar Minimal
pendapatan upah yang lokasi tapak konstrusi. pemantauan lokasi tapak sekali setelah
masyarakat Meningkatnya layak proyek. pendapatan proyek. rekruitmen
sekitar pendapatan minimal masyarakat
proyek masyarakat sesuai UMP dengan
akibat Provinsi mengguna-
meningkatnya Gorontalo kan metode
kesempatan dan wawancara.
kerja dan membuka
usaha di peluang
sekitar proyek. kepada
penduduk
setempat
untuk
memanfaat-
kan
kesempatan
berusaha di
sektor
informal di
dalam dan
sekitar lokasi
proyek.

Kegiatan Meningkat- Sedang Membatasi Di sekitar Selama tahap Melakukan Di jalur Selama
mobilisasi nya jumlah lokasi tapak konstrusi. pemantauan pengangkut- mobilisasi
alat dan kepadatan Peningkatan kendaraan proyek. kondisi lalu an alat dan peralatan dan

23
material lalu lintas di jumlah berat yang lintas melalui material material
sekitar kendaraan berlalu lintas metode
proyek yang melalui di sepanjang observasi
jalanan proyek jalur proyek
sehingga
menimbulkan
kemacetan
Terjadinya Kecil  Melaku- Di sepanjang Selama Melakukan Di sepanjang Minimal
kebisingan kan jalur kegiatan pemantauan jalur sekali selama
dan getaran Peningkatan aktivitas pengangkut- mobilisasi tingkat pengangkut- mobilisasi
akibat kebisingan dan mobilisasi an. alat dan kebisingan an. alat dan
pengangkut- getaran dari pada material. (PERMEN material.
an alat dan kendaraan siang hari LH 48/1996)
material yang melintasi sehingga dan tingkat
jalanan proyek tidak getaran
menimbul (PERMEN
kan LH 49/1996).
gangguan
kebising-
an pada
masyara-
kat.
 Membata
si
kecepatan
kendaraan
maksi-
mum 40
Km/Jam

24
Meningkat- Sedang Membatasi Di sekitar Selama tahap Melakukan Di jalur Selama
kan emisi jumlah lokasi tapak konstrusi. pemantauan pengangkut- mobilisasi
CO2 dari Peningkatan kendaraan proyek. kondisi lalu an alat dan peralatan dan
proses emisi CO2 dari berat yang lintas melalui material material
transportasi pembakaran berlalu lintas metode
alat dan BBM di sepanjang observasi
material kendaraan jalur proyek
pengangkut
Meningkat- Kecil  Memba- Di sepanjang Selama Melakukan Di sepanjang Minimal
nya resiko tasi jalur kegiatan pemantauan jalur sekali selama
kecelakaan Peningkatan kecepatan pengangkut- mobilisasi arus lalu pengangkut- masa
lalu lintas lalu lintas kendaraan an. alat dan lintas melalui an. mobilisasi.
maksi- material. observasi.
mum 40
Km/Jam.
 Menghin-
dari jalan
yang
berdekat-
an dengan
pemukim-
an
penduduk
Rusaknya Kecil  Memba- Di sepanjang Selama Melakukan Di sepanjang Selama
fasilitas jalan tasi jalur kegiatan pemantauan jalur kegiatan
akibat dilalui Jalanan yang kecepatan pengangkut- mobilisasi kepadatan pengangkut- mobilisasi
kendaraan berlubang kendaraan an. alat dan lalu lintas an. alat dan
berat akibat dilalui maksimu material. melalui material.
kendaraan 40

25
berat untuk Km/jam. observasi.
pengangkutan  Sedapat
alat dan mungkin
material memba-
tasi beban
angkutan
sesuai
dengan
kemampu
an jalan.
 Melaku-
kan
perbaikan
jalan-
jalan yang
rusak
akibat
mobilisasi
peralatan
berat dan
material.
Menurunnya Sedang  Menutup Di sepanjang Selama Melakukan Di sepanjang Selama
kualitas udara bak jalur kegiatan pemantauan jalur kegiatan
akibat Peningkatan kendaraan pengangkut- mobilisasi kadar debu di pengangkut- mobilisasi
aktivitas kadar debu pengangkut an. alat dan udara sesuai an. alat dan
mobilisasi akibat lalu material material. baku mutu material.
alat lintas dengan udara
kendaraan terpal. ambient
proyek  Penggunaa nasional PP

26
n kenalpot 41/1999.
standar
pada
kendaraan
pengangkut
alat dan
material.
 Melakukan
penyiraman
jalan yang
dilintasi
kendaraan
pengangkut
 Membatasi
kecepatan
kendaraan
40 Km/jam
 Membatasi
muatan
kendaraan
sesuai
dengan
kapasitas
kendaraan
dan jalan
 Segera
memperba-
iki jalan
yang rusak

27
akibat
mobilisasi
alat dan
material.
Kegiatan Meningkat- Kecil Melakukan Di lahan Selama masa Melakukan Di lahan Selama
persiapan nya kadar penyiraman proyek. persiapan pemantauan proyek. kegiatan
lahan proyek debu di udara Meningkatnya lahan proyek. lahan. kadar debu di persiapan
kadar debu di udara sesuai lahan.
udara akibat baku mutu
kegiatan udara ambien
pembersihan nasional PP
lahan proyek 41/1999.

Hilangnya Kecil Menyiapkan Di lahan Selama masa Pemantauan Di lahan Selama masa
spesies lahan sekitar persiapan spesies sekitar persiapan
hewan dan Jumlah hewan konservasi proyek. lahan. hewan dan proyek. lahan.
tumbuhan dan tumbuhan lain untuk tumbuhan
tertentu yang hilang hewan dan berdasarkan
akibat tumbuhan. observasi.
pembersihan
lahan yang
menghilangkan
habitat hewan
dan tumbuhan
sekitar
Terjadinya Kecil Melakukan Di sekitar Selama Melakukan Di sekitar Setelah masa
erosi pada reboisasi lokasi kegiatan pemantauan lokasi persiapan
lapisan tanah Peningkatan pada lahan- proyek. persiapan terjadinya proyek. lahan.
bagian atas erosi tanah lahan lahan. erosi di

28
pada lahan terbuka. sekitar
sekitar proyek proyek
mengguna-
kan metode
pengukuran.

Peningkatan Kecil  Melaku- Sekitar lokasi Selama masa Melakukan Sekitar lokasi Setelah masa
kemungkinan kan proyek. persiapan pemantauan proyek. persiapan
terjadinya Peningkatan reboiasai lahan. curah hujan lahan.
banjir kemungkinan di sekitar dan
terjadinya lahan permukaan
banjir akibat proyek. air dengan
hilangnya  Memba- metode
tanaman di ngun pengukuran.
sekitar saluran
kawasan air di
proyek sekitar
lahan
proyek.
Peningkatan Kecil Mengguna- Di sekitar Selama Melakukan Di sekitar Setelah masa
kekeruhan kan struktur lokasi kegiatan pemantauan lokasi persiapan
dan sedimen Peningkatan sistem proyek. persiapan terjadinya proyek. lahan.
pada sungai kekeruhan dan penahan lahan. sedimentasi
sekitar sedimen yang sedimen di sekitar
proyek diakibatkan untuk lokasi proyek
material erosi meminimal- dengan
dari tanah kan sedimen metode
proyek yang yang keluar pengukuran.
terbawa hingga

29
ke sungai dari lokasi.

Tahap
Operasional
Tahap Peningkatan Kecil Di sekitar Selama tahap Melakukan Di sekitar Minimal 6
penerimaan kesempatan lokasi PLTS operasi pemantauan lokasi PLTS bulan sekali
tenaga kerja kerja bagi Peningkatan tenaga kerja selama tahap
dan usaha operasi
penduduk jumlah
dengan
sekitar penduduk yang menggunaka
bekerja n metode
sebagai observasi dan
karyawan di wawancara
proyek
maupun yang
membuka
usaha di
sekitar proyek
Kegiatan Menurunya Kecil Di sekitar Selama Melakukan Di sekitar Minimal 6
pengoperasi- kualitas udara lokasi mesin kegiatan pemantauan lokasi mesin bulan sekali
an akibat Peningkatan pembagkit operasi kadar gas di pembangkit selama tahap
bertambah- kandungan gas mesin udara sesuai operasi
pembangkit
nya kadar gas dari kondisi pembangkit Baku Mutu
di udar awal Udara
Ambient
Nasional
PP41/1999
Meningkat- Sedang Memberikan Di sekitar Selama tahap Melakukan Di sekitar Minimal 6
kan upah yang lokasi PLTS operasi pemantauan lokasi PLTS bulan sekali
pendapatan Meningkatkan layak pendapatan selama tahap
minimal masyarakat operasi
penduduk pendapatan
sesuai UMP dengan

30
daerah sekitar penduduk Provinsi mengguna-
dalam Gorontalo kan metode
penyelenggara dan wawancara
membuka
an pariwisata
peluang
energi kepada
terbarukan penduduk
setempat
untuk
memanfaat-
kan
kesempatan
berusaha di
sektor
informasi di
dalam dan
sekitar lokasi
PLTS.
Kenaikan Sedang Melakukan Di sekitar Selama tahap Melakukan Di sekitar Minimal 6
suhu penghijauan lokasi operasi pemantauan lokasi bulan sekali
lingkungan Peningkatan di sekitar pemukiman suhu secara pemukiman selama tahap
pemukiman penduduk berkala penduduk operasi
sekitar suhu
warga yang
lingkungan berada di
sekitar akibat kisaran
naiknya daerah
intensitas operasi
matahari di PLTS. Hal
daerah proyek ini bertujuan
untuk
menjaga
suhu udara di
sekitar lokasi

31
operasi
pembangkit.
Pencemaran Kecil Membuat Di sekitar Selama tahap Melakukan Di sekitar Minimal 6
air tanah saluran lokasi PLTS operasi pemantauan lokasi PLTS bulan sekali
sekitar Pencemaran pembuangan kualitas air selama tahap
tersendiri tanah di operasi
proyek air tanah oleh
untuk sekitar lokais
zat-zat yang mengakomod PLTS secara
terlarut di asi limbah- berkala
panel surya limbah PV
saat proses yang
pembersihan dihasilkan
panel surya agar tidak
bercampur
dengan air
tanah yang
dikonsumsi
oleh warga.

32
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kebutuhan listrik semakin hari semakin menuntut untuk dipenuhi guna menjaga
stabilitas kemadirian energi terutama di daerah Indonesia Timur. Salah satu cara guna bisa
mengakomodasi kebutuhan listrik tersebut ialah dengan pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya. Seiring dengan pertambahan penduduk dan laju pertumbuhan kebutuhan
energi listrik yang kurang merata di wilayah pelosok Sulawesi sedangkan kemampuan
pembangkit listrik yang ada menggunakan non-renewable energy dan kurang mencukupi.
Dengan demikian, pembangunan PLTS dengan kapasitas 2MWp yang diinsiasi oleh PT.
Brantas Adya Surya Energi menjadi solusi yang cukup cerdas.
Setiap pembangunan tentu ada beberapa manfaat dan dampak. Begitu juga dengan
pembangunan PLTS PT. Brantas Adya Surya Energi ini. Beberapa manfaat seperti
minimnya menimbulkan polusi telah menjadi nilai plus untuk pembangunan PLTS ini.
Namun, beberapa dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan PLTS tak bisa diabaikan
begitu saja. Guna sebagai salah satu penanggulangan dampak penting, dilakukan
inventarisasi dampak akibat pembangunan PLTS. Inventarisasi dampak ini yang akan diolah
secara lengkap dan diolah untuk memberikan mitigasi. Sehingga setiap dampak yang timbul
akan ditanggulangi dengan metode mitigasi secara berkala guna meminimalisir hal tersebut.
Semua itu merupakan usaha guna memenuhi kebutuhan energi dan tetap menjaga stabilitas
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

6.2 Saran
1. Pada pembangunan selanjutnya diharapkan juga fokus terhadap mitigasi atas manfaat
guna menambah kebermanfaatan dan konsistensi kebergunaan PLTS,
2. Diperlukan kajian mengenai budaya setempat dan kajian mengenai pekerja dari luar yang
akan bekerja di daerah tersebut. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman
budaya.
3. Diharapkan pembangunan dan pengembangan PLTS di seluruh pelosok negeri ini.

33
BAB VII DAFTAR PUSTAKA

 http://www.slideshare.net/hexamitra/katalog-plts-terpusat-hexamitracoid-rev1 (diakses
terakhir Senin, 10 Oktober 2016)

 http://pslh.ugm.ac.id/id/wp-content/uploads/PermenLH-05-Tahun-2012.pdf (diakses terakhir


Senin, 10 Oktober 2016)

 http://esdm.go.id/news-archives/323-energi-baru-dan-terbarukan/6258-maksimalkan-produksi-
listrik-energi-surya-dengan-solar-tracker.html (diakses terakhir Senin, 10 Oktober 2016)

 http://www.mmindustri.co.id/olah-potensi-112-000-gwp-dengan-fotovoltaik/ (diakses terakhir


Senin, 10 Oktober 2016)

 https://www.academia.edu/20148838/Kajian_Kebijakan_Pembangunan_Energi_Terbarukan_Pe
mbangkit_Listrik_Tenaga_Surya_IPP_PLTS_Kupang_Nusa_Tenggara_Timur_Dalam_Perspektif_P
embangungan_Perkelanjutan (diakses terakhir Senin, 10 Oktober 2016)

 http://iif.co.id/wp-content/uploads/2016/05/UKL%20UPL%20PLTS.pdf (diakses terakhir Rabu,


12 Oktober 2016)

 http://kph.dephut.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=310:kphp-gorontalo-
utara&catid=139:gorontalo&Itemid=409 (diakses terakhir Rabu, 12 Oktober 2016)

34

Anda mungkin juga menyukai