Anda di halaman 1dari 125

TUGAS OTOMASI KELISTRIKAN INDUSTRI

“TRANSMISI (PLN, P2B, APB, GI KEBON AGUNG) ”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Otomasi Kelistrikan Industri

Disusun oleh:

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat, hidayah, sertainayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Otomasi
Kelistrikan Industri untuk menyusun makalah”Sub Transmisi” ini dengan baik.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan untuk junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir. Makalah mata kuliah Otomasi ini
saya susun untuk memenuhi tugas semester ganjil. Pada kesempatan ini kami juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen pembimbing mata kuliah Otomasi Kendali Industri.
2. Teman-teman yang selalu memberikan dorongan setiap kali melakukan praktikum.
3. Orang tua saya yang selalu memberikan dukungan baik secara materi maupun nonmateri.
4. Serta semua pihak yang turut membantu melancarkan dalam pelaksanaan tugas saya ini

Apabila dalam penyusunan tugas ini terdapat kesalahan kata-kata kami mohon maaf yang
setulus-tulusnya karena terbatasnya pengetahuan dan waktu dalam penyusunan laporan ini. Kritik
dan salam juga sangat saya harapkan dari Pembina demi tercapainya laporan yang baik. Akhir
kata terimakasih.

Malang, 10 Oktober 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem transmisi merupakan salah satu bagian dari bisnis jual beli tenaga listrik yang
selama ini dilakukan PT. PLN ( Persero ). Sistem ini berfungsi mentransmisikan energi
listrik yang dibangkitkan oleh sisi Pembangkitan ( power plant ) menuju sisi Distribusi.
Dalam hal ini, sisi transmisi juga tidak sembarangan menyalurkan tenaga listrik langsung
terhadap beban. Karena dalam hal ini, sisi transmisi juga harus berkoordinasi dengan sisi
Pembangkitan ( power plant ) dan Distribusi. dalam materi ini membahas proses transfer
energi listrik khususnya pada bagian transmisi. Khususnya adalah PT. PLN P2B (Pusat
Pengatur Beban Jawa Bali ), TJBTB (Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali).Mulai dari
gambaran umum perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi, layout pekerjaan, proses
bisnis dan lain-lain.
Pentingnya PT. PLN Persero bagian P2B khusunya APB Jatim yaitu pertama, dilihat
dari keandalan tugas mengatur beban ketersediaan energi listrik dari pembangkit untuk
masyarakat. Dimana pentingnya penyediaan, pengaturan dan penyaluran energi yang
berhubungan langsung terhadap kesejahteraan masyarakat sehingga akan membantu
pemerintah dan memajukan Indonesia melalui sektor pendidikan (sekolah, universitas dll),
kesehatan (puskesmas, rumah sakit dll), dan ekonomi (industri, supermarket, toko dll). APB
Jatim memiliki peran penting terhadap kelangsungan hidup lembaga-lembaga
pemerintahan maupun non pemerintahan yang ada di Jawa Timur. Sebagai contoh
pentingnya pengaturan energi listrik terhadap lembaga BRI(Bank Rakyat Indonesia), jika
pengaturan energi tidak tercapai maka pertumbuhan sektor ekonomi Indonesia akan
terganggu beberapa saat dan akan mempengaruhi kelangsungan masyarakat terhadap
keuangannya. Kedua yaitu dilihat dari tugas yang lain melakukan transaksi energi listrik di
pembangkitan. Disini pentingnya organisasi ini sebagai pengabdian dan membantu
masyarakat dalam menyejahterakan masyarakat melalui kebutuhan energi listrik
masyarakat. Dimana setiap listrik yang mengalir ke masyarakat akan bermanfaat dan
menimbulkan kebahagiaan bagi masyarakat, dari pendapat ini kebanggaan akan
manfaatnya organisasi ini dan mendapatkan pahala dari setiap listrik yang mengalir. Ketiga
yaitu penggunaan teknologi SCADA dan koordinasi dengan struktur organisasi yang lain.
Teknologi SCADA merupakan teknologi yang sangat membantu dalam melakukan
pekerjaan transmisi. Dengan teknologi rekayasa ini memudahkan pekerjaan manusia dan
secara realtime mendapatkan data yang diinginkan. SCADA juga digunakan untuk sarana
komunikasi antarstruktur organisasi transmisi sehingga dengan koordinasi antarstruktur
organisasi dapat menambah teman dan relasi sehingga apabila ada permasalahan dapat
melakukan kontak dengan orang yang tepat.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

a. Memperoleh pemahaman hubungan antara Politeknik dengan dunia usaha/


Industri.

b. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang

berkualitas.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mendapatkan pengetahuan tentang penerapan otomasi kelistrikan industri dari

perkuliahan dengan keadaan real di lapangan.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang keorganisasian industri dan ranah

bisnisnya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Kelistrikan

Secara umum sejarah kelistrikan di Indonesia di mulai pada tahun 1897 ketika berdiri perusahaan
listrik pertama yang bernama Nederlandche Indische Electriciteit Maatschappij [NIEM] di
Batavia dengan kantor pusatnya di Gambir. Sedangkan sejarah kelistrikan di Surabaya bermula
ketika perusahaan gas NIGM pada tanggal 26 April 1909 mendirikan perusahaan listrik yang
bernama Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij [ANIEM]. ANIEM
adalah salah satu perusahaan swasta yang di beri hak untuk membangun dan mengelola sistem
kelistrikan di Indonesia pada waktu itu.

Beberapa perusahaan sejenis misalnya Bandoenghsche Electriciteit Maatschappij [BEM], yang


mengelola tenaga listrik di Kota Bandung dan memiliki pusat listrik tenaga air di Sungai Cikapundung
dan di beri nama Waterkrachtwerk Pakar aan de Tjikapoendoengnabij Dago. BEM berdiri pada tahun
1913 tetapi pada tahun 1922 pengelolaan listrik di Kota Bandung dan sekitarnya di ambil alih oleh
Gemeenschappelijk Electrisch Bedrif Bandoeng en Omstreken [GEBEO].

ANIEM merupakan perusahaan yang berada di bawah NV Handelsvennootschap yang


sebelumnya bernama Maintz & Co. Perusahaan ini berkedudukan di Amsterdam dan masuk
pertama kali ke Kota Surabaya pada akhir abad ke-19 dengan mendirikan perusahaan gas yang
bernama Nederlandsche Indische Gas Maatschappij [NIGM]. Pada tahun 1909, perusahaan ini
diberi hak untuk membangun beberapa pembangkit tenaga listrik berikut sistem distribusinya ke
kota-kota besar di Jawa.

Dalam waktu yang tidak berapa lama, ANIEM berkembang menjadi perusahaan listrik swasta
terbesar di Indonesia dan menguasai sekitar 40% dari kebutuhan listrik di dalam negeri. ANIEM
juga melakukan percepatan ekspansi seiring dengan permintaan listrik yang tinggi. Pada 26
Agustus 1921 perusahaan ini mendapat konsesi di Banjarmasin yang kontraknya berlaku hingga
31 Desember 1960. Pada tahun 1937 pangelolaan listrik di Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Kalimantan diserahkan kepada ANIEM.

Sebagai perusahaan yang menguasal hampir 40% kelistrikan di Indonesia, ANIEM memiliki
kinerja yang cukup baik dalam melayani kebutuhan listrik. Sebagaimana telah disebutkan di atas,
ANIEM memiliki wilayah pemasaran di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan. Untuk
melayani wilayah pemasaran yang luas ini, ANIEM menerapkan kebijakan desentralisasi produksi
dan pemasaran dengan cara membentuk anak perusahaan. Dengan demikian maka listrik
diproduksi secara sendiri-sendiri di berbagai wilayah oleh perusahaan yang secara langsung
menangani proses produksi tersebut. Dengan demikian kinerja perusahaan menjadi amat efektif,
terutama dari segi produksi dan pemasaran.
Beberapa perusahaan yang merupakan bagian dari ANIEM [NV. Maintz & Co] antara lain :

NV ANIEM di Surabaya dengan perusahaan-perusahaan di Banjarmasin, Pontianak,


Singkawang, Banyumas dan Magelang.
NV Oost Java Electriciteits Maatschappij [OJEM] di Surabaya dengan perusahaan-
Perusahaannya di Lumajang, Tuban dan Situbondo.
NV Solosche Electriciteits Maatschappij [SEM] di Surabaya dengan perusahaan-
perusahaannya di Solo, Klaten, Sragen, Jogjakarta, Kudus dan Semarang.
NV Electriciteits Maatschappij Banjoemas [EMB] di Surabaya dengan perusahaan-
perusahaannya di Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Sokaraja, Cilacap, Gombong,
Kebumen, Wonosobo, Maos, Kroya , Sumpyuh dan Banjarnegara.
NV Electriciteits Maatschappij Rembang [EMR] di Surabaya dengan perusahaan-
perusahaannya di Blora, Cepu, Rembang, Lasem dan Bojonegoro.
NV Electriciteits Maatschappij Sumatera [EMS] di Surabaya dengan perusahaan-
perusahaannya di Bukit Tinggi, Payakumbuh, Padang Panjang dan Sibolga.
NV Electriciteits Maatschappij Bali & Lombok [EBALOM] di Surabaya dengan
perusahaan-perusahaannya di Singaraja, Denpasar, Gianyar, Tabanan, Klungkung,
Ampenan, Gorontalo, Ternate,

Seandainya sejarah bisa berandai-andai, tentu bangsa Indonesia akan dilayani oleh sistem
kelistrikan yang amat efektif dari sebuah sistem usaha peninggalan kolonial Belanda. Sayang,
kinerja yang amat baik dari ANIEM harus terputus karena pendudukan tentara Jepang di Indonesia
pada tahun 1942.

Berikut periode perkembangan Industri kelistrikan di Indonesia

1893-1943 Perusahaan Listrik Hindia Belanda Yaitu s’Lands Waterkracht Bedriven


(LWB)

1943-1945 Perusahaan Listrik Jaman Jepang Yaitu Djawa Denki Jogyosha Djakarta
Shisha

1945-1950 Perusahaan Listrik Pemerintah Indonesia Yang Dilakukan Oleh Jawatan


Listrik Dan Gas

1951-1984 Pengelola Industri Listrik Nasional Dilakukan Oleh Perusahaan Listrik


Negara. Pemerintag Membentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan
Listrik Negera (BPU – PLN ) Kemudian (BPU – PLN ) Dipecah Menjadi
Perusahaan Listrik Negara (PLN)Dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
1984 – sekarang Penyediaan Tenaga Listrik Dilakukan Oleh Prusahaan Umum (Perum)
Listrik Negara Yang Kemudian Pada Tanggal 1 Agustus 1994 Berganti
Nama Menjadi PT. PLN (Persero)
2. Perusahaan Listrik di Jaman Jepang

Sejak pendudukan tentara Jepang, perusahaan listrik diambil alih oleh pemerintah Jepang. Urusan
kelistrikan di seluruh Jawa kemudian ditangani oleh sebuah lembaga yang bernama Djawa Denki
Djigjo Kosja. Nama tersebut kemudian berubah menjadi Djawa Denki Djigjo Sja dan menjadi
cabang dari Hosjoden Kabusiki Kaisja yang berpusat di Tokyo. Djawa Denki Djigjo Sja dibagi
menjadi 3 wilayah pengelolaan yaitu Jawa Barat di beri nama Seibu Djawa Denki Djigjo Sja yang
berpusat di Jakarta, di Jawa Tengah diberi nama Tjiobu Djawa Denki Djigjo Sja dan berpusat di
Semarang, dan di Jawa Timur diberi nama Tobu Djawa Denki Djigjo Sja yang berpusat di
Surabaya.

Pengelolaan listrik oleh Djawa Denki Djigjo Sja berlangsung sampai Jepang menyerah kepada
Sekutu dan Indonesia merdeka. Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu, para pekerja yang
bekerja di Tobu Djawa Denki Djigjo Sja berinisiatif untuk menduduki lembaga pengelola listrik
tersebut dan mencoba mengambil alih pengelolaan. Untuk menjaga agar listrik tidak menjadi
sumber kekacauan, pada 2s Oktober 1945 pemerintah membentuk Djawatan Listrik dan Gas
Bumi yang bertugas untuk mengelola kelistrikan di Indonesia yang baru saja merdeka. Usaha
untuk mengelola kelistrikan ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah, di samping karena status
kepemilikan pembangkit-pembangkit yang belum jelas juga karena minimnya pengalaman
pemerintah dalam bidang kelistrikan. Sebagian besar pembangkit rusak parah karena salah urus
di masa pendidikan tentara Jepang

Dalam perang dunia ke dua semua perusahaan lustrik di wilayah Indonesia dengan
sendirinya berada di bawah pengawasan tentara jepang, antara lain perusahaan listrik belanda yang
berada dibawah oleh angkatan darat jepang, dijadikan perusahaan listrik jepang dengan nama
sebagai berikut :

Jawa denki jigyokoska dengan kantor pusat dijakarta


Seibu jawa denki sha di wliayah jawa barat
Chobu jawa denki sha di wilayah jawa tengah
Tobu jawa denki sha diwilayah jawa timur
Perusahaan listrik setelah proklamasi kemerdekaan

Perang dunia ke dua diakhiri dengan pernyataan menyerahnya jepang kepada sekutu. Pertama-
tama terjadi pada tanggal 21 september 1945 di pusat (jawa denki jigyokoska) Jakarta oleh
kesatuan aksi karyawan listrik, dan dalam hari berikutnya pengambilan meluas ke daerah lainnya
seperti Surabaya semarang, bandung, Yogyakarta dan berbagai kota di pulau jawa atau di luar
pulau jawa.

Kesatuan aksi para karyawan perusahaan listrik di seluruh Indonesia berhasil mengambil alih
pimpinan dari penguasaan jepang secara keseluruhan pada pertengahan bulan oktober 1945.
Perusahaan-perusahaan yang mengambil alih dari penguasa jepang kemudian oleh aksi kesatuan aksi
karyawan perusahaan listrik diserahkan kepada departemen pekerjaan umum dan tenaga di Jakarta.
Tanggal 27 oktober 1945, dengan dikeluarkannya ketetapan pemerintah no 1 SD/1945, merupakan
hari dan tangggal yang sangat bersejarah bagi karyawan listrik yang telah diperoleh melalui
perjuangan. Dalam salah satu persetujuan hasil konferensi meja bundar di negeri belanda
antara lain ditetapkan kembali bahwa kecuali perusahaan listrik milik pemerintahaan (lands
waterkracht bedrijven atau LWB), semua perusahaan listrik dikembalikan pada pemiliknya
sebelum perang yaitu perusahaan listrik belanda seperti NV. ANIEM, NV. GEBEO, NV. OGEM
dan lain-lain.

3. Perusahaan listrik di Awal Kemerdekaan

Setelah penyerahan kedaulatan dari pemerintahan belanda ke pemerintahan republic


Indonesia serikat yang kemudian menjadi Negara kesatuan republik Indonesia,perusahaan listrik
beroprasi di Indonesia adalah perusahaan listrik asing atau belanda antara lain NV. ANIEM,NV.
GEBEO,NV. OGEM dan lain-lain kecuali pembangkit tenaga listrik yang semula LWB tetap
dikuasai pemerintah republik Indonesia dengan nama PLN. Panupetel atau direksi pembangkitan
yang bernaung dibawah direktorat jendral ketenagaan kementrian PUT. Nasionalisasi Perusahaan
Listrik Indonesia Tuntutan nasionalisasi perusahaan listrik belanda merupakan salah satu program
organisasi buruh (SELGI) non-vaksentral. Pelaksanaan nasionalisasi terhadap perusahaan lisrik
NV. OGEM untuk Jakarta dan Cirebon terjadi pada tanggal 1 januari 1945 untuk NV. ANIEM
serta terjadi pada tanggal 1 november 1945 untuk pelistrikan diwilayah jawa timur dan jawa
tengah. Setelah kedua perusahaan listrik di nasionalisasikan, maka terbentuk “Penuditel” di mana
sebagai pusatnya adalah direksi distribusi dan “Penupetel” dengan pusatnya adalah direksi
pembangkkitan,, yang mana keduanya berada di bawah direktorat jendraal ketegangan kementrian
PUT. Pada tahun 1957, karena tuntutan kembalinnya irian barat menjadi sengketa dan
menimbulkan bentrokan senjata, maka semua perusahaan listrik yang masih berada dalam kendali
perusahaan asing segera diambil alih oleh karyawan, kemudian diserahkan kepada pemerintahaan
republic Indonesia. Untuk pengelolaan seanjutnya pemerintah membantu dewan direksi yang
angggotanya terdiri dari direktur pendumental, direktur penupetel, direktur eks. NV. GEBEO,
direktur eks NV. ANIEM dan sekjen PUT yang bertindak sebagai ketua direktur. Perkembangan
Organisasi Perusahaan Listrik Negara Hinggga Sekarang Sebagai tindak lanjut dari bentuknya
dewan direktur, maka untuk mempersatukan pengelolaan kelistrikan di seluruh Indonesia yang
semula terdiri dari PENUDITEL,PENUPETEL dan eks Perusahaan listrik yang diambil alih tahun
1957, maka pemeriktahan kemudian membentuk suatu wadah badan pimpinan umum perusahaan
listrik (BPU PLN ) yang dibentuk berlandaskan pada undang –undang no. 19 tahun 1960 dengan
keputusan mentri PUT No. 16/I/PO tanggal 20 mei 1961. Pada tahun 1965 struktur organisasi
perusahaan listrik Negara di seluruh wilayah Indonesia ditetapkan menjadi 14 kesatuan wilayah
dengan cabang – cabang yang terdiri dari :

1. 12 PLN Eksploitasi Distribusi

2. 1 PLN Ekspolitasi Pembangkitan

3. 1 PLN GAS
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
 Direktur Utama

Berikut adalah daftar Direktur Utama PLN :

No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan

1 Suryono 1979 1984

2 Sardjono 1984 1988

3 Ermansyah Jamin 1988 1992

4 Zuhal 1992 1995

5 Djiteng Marsudi 1995 1998

6 Adi Satria 1998 2000

7 Kuntoro Mangkusubroto 2000 2001

8 Eddie Widiono 2001 2008

9 Fahmi Mochtar 2008 2009

10 Dahlan Iskan 2009 2011

11 Nur Pamudji 2011 2014


12 Sofyan Basir 2014 Petahana

2.4 Makna Lambang

Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai
yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara
No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan Umum
Listrik Negara.

1. Bidang Persegi Panjang Vertikal


Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lalnnya,
melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau
organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik
mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning
juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya
di perusahaan ini.

2. Petir atau Kilat


Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai
produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun
mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam
memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah
melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik
pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan
serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman.

3. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga
bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan,
penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para
insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi
pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap)
seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru
juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan
layanan terbaik bagi para pelanggannya.

1.5 Bisnis PLN

Sesuai Undang-undang RI no. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan


berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, rangkaian kegiatan perusahaan adalah :

1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup:


 
 Pembangkitan tenaga listrik
 
 Penyaluran tenaga listrik
 
 Distribusi tenaga listrik
 
 Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik
 
 Pengembangan penyediaan tenaga listrik
 
Penjualan tenaga listrik

2. Menjalankan usaha penunjang listrik yang mencakup :


 
 Konsultasi ketenagalistrikan
 
 Pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan
 
 Pemeriksaan dan pengujian peralatan ketenagalistrikan
 
 Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan
 
 Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik
 
 Sertifikasi peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik
 
Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan

3. Kegiatan-kegiatan lainnya mencakup :




Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya untuk tenaga
 listrik

 retail 
Jasa operasi & pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, penyaluran, distribusi dan
tenaga listrik
 
 Industri perangkat keras, lunak & lainnya di bidang ketenagalistrikan

Kerjasama dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan di bidang
 pembangunan, 
operasional, telekomunikasi & informasi terkait dengan ketenagalistrikan
 
Usaha jasa ketenagalistrikan
Unit PT. PLN (Persero) dibagi dalam beberapa Wilayah untuk mengurusi
Pembangkitan, Penyaluran (Transmisi) dan Pengaturan Beban, dan Distribusi kepada
pelanggan. Namun khusus untuk kawasan dengan listrik terinterkoneksi Jawa - Bali bagian
unit-unit dibagi tersendiri, untuk Pembangkitan tersendiri, Penyaluran (Transmisi)
tersendiri, Pengaturan Beban tersendiri dan Distribusi tersendiri. Khusus untuk
pembangkitan listrik kebanyakan pembangkitan listrik di Indonesia dipasok oleh
Perusahaan Swasta walaupun ada beberapa milik PLN. Untuk transmisi Sumatera ada unit
induk PLN P3B Sumatera, namun untuk urusan Distribusi masih berada di unit induk
Wilayah (belum ada unit induk Distribusi). Unit bisnis PLN yang tersebar di Indonesia

4. Motto Visi Misi Tujuan Perusahaan PT.PLN (Persero)

a) Motto PT. PLN

Electricity for a Better Life (Listrik untuk kehidupan yang lebih baik).

b) Visi PT. PLN

“Diakui Sebagai Persuhaan Kelas Dunia Yang Bertumbuh Kembang, Unggul, dan Terpercaya
dengan Bertumpu Potensi Insani”

Konsekuensi Visi Terhadap Strategi Perusahaan :

 Mewujudkan kinerja perusahaan dengan kualitas setaraf kelas dunia dalam usaha
 bisnis kelistrikan
 Berfokus pada peningkatan kualitas proses secara terus menerus untuk memperoleh
 hasil yang maksimal.
 Membangun lingkungan kerja yang memungkinkan anggota perusahaan
mentransformasikan potensi mereka menjadi kinerja perusahaan yang dihargai tinggi

Bertumbuh-kembang

a. Antisipatif terhadap perkembangan lingkungan usaha dan selalu siap menghadapi


berbagai tantangan.
b. Secara konsisten menunjukkan kinerja yang lebih baik.

Unggul

a. Menjadi yang terbaik dalam bisnis kelistrikan dan memenuhi tolok ukur mutakhir dan
terbaik.
b. Memposisikan diri sebagai Perusahaan yang terkemuka dalam percaturan bisnis
kelistrikan dunia.
c. Mengelola usaha dengan mengedepankan pemberdayaan potensi insani secara
maksimal.
d. Meningkatkan kualitas proses, sistem, produk, dan pelayanan secara
berkesinambungan.

Terpercaya

a. Memegang teguh etika bisnis yang tertinggi.


b. Menghasilkan kinerja terbaik secara konsisten.
c. Menjadi Perusahaan pilihan.

Potensi Insani

a. Keberhasilan perusahaan lebih ditentukan oleh kesadaran anggota perusahaan untuk


memunculkan seluruh potensi mereka dalam wujud wawasan aspiratif dan etikal, rasa
kompeten, motivasi kerja, semangat belajar inovatif dan semangat bekerja sama.
b. Potensi insani diperkaya dengan kompetensi yang terbentuk dari pengetahuan
substantial, pengetahuan kontekstual, keterampilan, kemampuan, pengalaman, dan
jejaring kerja sama.

c) Misi PT PLN

Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain terkait yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan, karyawan, dan pemegang saham

Konsekuensi terhadap strategi korporat :

1. Mencari dan memanfaatkan peluang usaha secara berkesinambungan di bidang bisnis


kelistrikan dan usaha lain yang terkait.
2. Mengembangkan budaya pelayanan.
3. Menerapkan prinsip-prinsip penyelenggaraan perusahaan yang baik (good
corporate governance).
4. Anggota Perusahaan perlu menyadari bahwa bisnis kelistrikan adalah bagian
dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Berusaha secara konsisten untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kelistrikan.

Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Konsekuensi terhadap strategi korporat :


1. Mengembangkan dan menjalankan bisnis kelistrikan sesuai dengan harapan
dan aspirasi masyarakat.
2. Mengembangkan usaha kelistrikan yang selaras dengan kebutuhan
pertumbuhan ekonomi di pasar yang kompetitif.

Menguapayakan agar tenaga listrk menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

Konsekuensi terhadap strategi korporat :

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan produktif.


2. Memacu pemanfaatan energi listrik secara tepat guna dan memberikan nilai
tambah bagi sektor ekonomi.
3. Menjadi pelopor dalam membangun masyarakat yang sadar dan cinta lingkungan.

Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Konsekuensi terhadap strategi korporat :

1. Membangun dan mengoperasikan fasilitas kelistrikan yang akrab dengan


lingkungan alam dan lingkungan sosial.
2. Menjaga dan memelihara semua fasilitas kelistrikan sehingga tidak
mencemari lingkungan

d) Tujuan PT PLN

 Untuk menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan


pembangkitan, penyaluran, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan pembangunan
sarana penyediaan tenaga listrik.
 Untuk menjalankan usaha penunjang dalam penyediaan tenaga listrik yang meliputi
kegiatan konsultasi, pembangunan, pemasangan, pemeliharaan peralatan
ketenagalistrikan, Pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan
tenaga listrik.
 Untuk menjalankan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber energi lainnya untuk kepentingan penyediaan tenaga listrik, Melakukan
pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, penyaluran,
distribusi dan retail tenaga listrik, Menjalankan kegiatan perindustrian perangkat keras
dan perangkat lunak bidang ketenagalistrikan dan peralatan lain yang terkait dengan
tenaga listrik, Melakukan kerja sama dengan badan lain atau pihak lain atau badan
penyelenggara bidang ketenagalistrikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri di
bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi yang berkaitan
dengan ketenagalistrikan.

e) Falsafah Perusahaan

Kita, warga PLN yakin bahwa :


1. Perusahaan kita bukan sekedar penyedia energi akan tapi juga berkontribusi pada
pengembangan masyarakat produktif dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
2. Keberhasilan perusahaan bukan sekedar ditentukan oleh besarnya laba tetapi juga oleh
kemampuan perusahaan memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan,
sehingga mereka mampu ikut serta secara aktif dalam kegiatan produktif dan
memperoleh kehidupan sejahtera.
3. Pekerja PLN bukan faktor produksi, tetapi adalah manusia bermartabat yang memiliki
potensi, yang dapat dikontribusikannya untuk mewujudkan keberhasilan perusahaan.
4. Kegiatan Usaha dan Proses Kerja tidak sekedar dijalankan untuk mengejar efisiensi
melainkan juga untuk memungkinkan terjadinya kerjasama cerdas pembaharuan
perusahaan secara berkesinambungan, dalam penyelenggaraan bisnis secara etikal.

f) Panduan Tata Nilai Anggota Perusahaan PT PLN (Persero) mewujudkan


wawasan bersama dengan selalu menjunjung dan menerapkan nilai-nilai :

• Saling Percaya (mutual trust)


• Integritas (integrity)
• Peduli (care)
• Pembelajar (learner)

Saling Percaya

Suasana saling menghargai dan terbuka diantara sesama anggota Perusahaan yang dilandasi
oleh keyakinan akan integritas, itikad baik, dan kompetensi dari pihak-pihak yang saling
berhubungan dalam penyelenggaraan praktek bisnis yang bersih dan etikal. Nilai Saling Percaya
ini tercermin dalam :

• hubungan antara sesama anggota perusahaan.


• hubungan antara pimpinan dengan bawahan.
• berhubungan dengan pelanggan.
• berhubungan dengan pemasok dan mitra kerja lainnya.
• berhubungan dengan pemerintah/shareholder.
• berhubungan dengan masyarakat.
• berhubungan dengan Serikat Pekerja.

Sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh anggota perusahaan untuk mengaktualisasikan
Nilai Saling Percaya :

1. Berpikir dan berperilaku positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
2. Bersikap objektif dalam menilai, menganalisa, dan mengambil keputusan.
3. Terbuka terhadap kritik, saran, serta bersedia memberi informasi yang diperlukan sesama
anggota perusahaan sesuai dengan kewenangan dan batas-batas yang diijinkan.
4. Mampu berbagi pengalaman baik yang diperoleh dari diklat, seminar dan penugasan
diantara sesama anggota perusahaan.
5. Memberi semangat dan saling mendukung.
6. Bersikap arif dan adil dalam menanggapi kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.
7. Berani bertanggung-jawab atas keputusan yang diambil.
8. Siap memberi bantuan, baik diminta atau atas inisiatif sendiri.
9. Menjalin hubungan baik dan saling menghormati.
10. Bersedia menyampaikan informasi secara proporsional dan dapat dipercaya kepada
pihak yang berkepentingan.
11. Bersedia menerima kritik dan menghargai pendapat orang lain.
12. Berani menyampaikan pendapat dan gagasan secara etikal.
13. Memberikan kemudahan akses informasi bagi sesama anggota perusahaan sesuai
batas-batas kewenangan.
14. Menciptakan mekanisme kerja dan prosedur pelayanan yang jelas dan transparan.
15. Membuka kesempatan bagi bawahan untuk terlibat dalam proses pengambilan
keputusan.
16. Memberikan penilaian atas prestasi dan kemampuan anggota perusahaan harus
dilakukan secara objektif dan transparan.

Integritas

5T Wujud dari sikap anggota perusahaan yang secara konsisten menunjukan kejujuran,
keselarasan antara perkataan dan perbuatan, dan rasa tanggung jawab terhadap pengelolaan
perusahaan dan pemanfaatan kekayaan perusahaan untuk kepentingan baik jangka pendek
maupun jangka panjang, serta rasa tanggung jawab terhadap semua pihak yang berkepentingan.
Nilai Integritas ini diwujudkan dalam hubungan :

  antar sesama anggota perusahaan.


  antara pimpinan-bawahan.
  pemanfaatan aset perusahaan.
  dengan pelanggan, pemasok, dan mitra kerja lainnya.
  dengan pemerintah/ pemegang saham.
  dengan masyarakat umum.
 dengan lingkungan hidup.

Sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh anggota perusahaan untuk mengaktualisasikan Nilai
Integritas:

1. Menghormati dan mematuhi peraturan perundang-undangan dan kebijakan


Perusahaan dalam melaksanakan tugas.
2. Cerdas, bijak, adil, dalam menjalankan tugas Perusahaan.
3. Menghargai persamaan hak dan kewajiban untuk menciptakan hubungan kerja yang
harmonis.
4. Bertanggung-jawab terhadap keselamatan kerja dan menjaga kerahasiaan serta
keamanan dokumen Perusahaan.
5. Ikut bertanggung-jawab dalam usaha melestarikan lingkungan dalam kaitannya
dengan pembangunan dan kegiatan operasional prasarana kelistrikan.
6. Semua anggota Perusahaan tidak akan menyalahgunakan wewenang dan berupaya
mencegah KKN (korupsi, kolusi, nepotisme).
7. Bersedia bekerja keras.
8. Memegang teguh komitmen atas hasil keputusan yang telah disepakati bersama.
9. Konsisten dalam setiap langkah dan tindakan.
10. Selalu bertindak jujur, tertib, disiplin, dan transparan.
11. Setiap program dan kegiatan harus dihasilkan melalui proses analisis yang
mempertimbangkan tolok ukur normatif serta cost & benefit untuk memberikan
manfaat bagi perusahaan.
12. Bersedia berinovasi dalam menjalankan tugas.
13. Menghargai waktu dalam menjalankan tugas.
14. Melakukan pekerjaan secara cermat dan tepat.

Peduli

Cerminan dari suatu niat untuk menjaga dan memelihara kualitas kehidupan kerja yang
dirasakan anggota perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka bertumbuh
kembang bersama, dengan dijiwai kepekaan terhadap setiap permasalahan yang dihadapi
perusahaan serta mancari solusi yang tepat. Nilai Peduli ini ditunjukkan dalam:

• hubungan antara sesama anggota perusahaan.


• hubungan antara pimpinan-bawahan.
• menjaga kondisi dan pemanfaatan aset perusahaan.
• berhubungan dengan pelanggan/ pemasok dan mitra kerja lainnya.
• berhubungan dengan pemerintah/ pemegang saham.
• berhubungan dengan masyarakat umum.
• menjaga keselarasan lingkungan hidup.
• menjaga keamanan dan keselamatan kerja.

Sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh anggota perusahaan untuk mengaktualisasikan
Nilai Peduli:

1. Memahami kepentingan orang lain.


2. Mau membantu orang lain yang mengalami kesulitan dalam menangani pekerjaan.
3. Menghargai waktu dalam menjalankan tugas Perusahaan.
4. Menaruh perhatian dan mengambil inisiatif untuk mengatasi masalah-masalah yang
timbul di Perusahaan.
5. Sopan dan menghormati orang lain.
6. Memelihara, melengkapi, dan memperbarui informasi yang berhubungan dengan
bidang tugasnya.
7. Memberikan pelayanan sebaik mungkin, baik terhadap sesama anggota Perusahaan,
pelanggan, maupun mitra kerja.
8. Memberikan perhatian dan penghargaan terhadap prestasi.
9. Bersedia menerima dan memberi teguran sesuai dengan peraturan yang berlaku.
10. Menjaga dan memelihara sarana & fasilitas Perusahaan yang menjadi tanggung-
jawabnya.
11. Mengutamakan kepuasan pelanggan dan memperhatikan kepentingan stakeholder.
12. Menciptakan sistem dan prosedur yang tidak berbelit-belit (birokratis) dan cara kerja
yang memberikan kemudahan pada orang lain.
13. Mewaspadai dan mencermati gejala-gejala yang timbul di lingkungan kerja serta
berusaha melakukan tindakan yang diperlukan.
14. Membantu kesulitan rekan kerja dalam membangun semangat kebersamaan untuk
mencapai keberhasilan bersama.
15. Memberi perhatian dan menghargai pendapat orang lain serta bersedia melakukan
koreksi diri.
16. Berusaha mendapatkan masukan untuk meningkatkan mutu produk dan pelayanan

Pembelajar

Sikap anggota perusahaan untuk selalu berani mempertanyakan kembali sistem dan praktek
pembangunan, manajemen dan operasi, serta berusaha menguasai perkembangan ilmu dan
teknologi mutkhir demi pembaruan perusahaan secara berkelanjutan. Nilai Pembelajar ini harus
diwujudkan oleh seluruh anggota Perusahaan dalam:

• Pengembangan individu anggota perusahaan.


• Pembaruan Perusahaan.
• Beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis.

Sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh anggota perusahaan untuk mengaktualisasikan Nilai
Pembelajar:

1. Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesama anggota Perusahaan.


2. Menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya inovatif.
3. Mendorong anggota Perusahaan untuk berinisiatif dalam pengembangan diri secara
terus-menerus.
4. Membiasakan diri untuk berbicara secara realistik yang didukung oleh data dan fakta.
5. Bekerja berdasarkan standar terbaik dan profesional sehingga didapatkan kualitas dan
kuantitas hasil pekerjaan yang berbobot.
6. Memelihara semangat untuk beradaptasi dalam mengelola perubahan secara
konstruktif.
7. Memelihara achievement motivation yang tinggi.
8. Proaktif mencari peluang pengembangan usaha serta memimpin dinamika perubahan
usaha.
9. Membangun semangat kerjasama untuk menumbuhkan sinergi antar fungsi dan antar
tim.
10. Memberdayakan orang lain untuk maju dan mandiri.
Komitmen Perusahaan Terhadap Pihak Yang Berkepentingan didalam berhubungan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan (Stakeholder) perusahaan memberikan komitmennya sebagai
berikut :

1. Konsumen
Konsumen adalah faktor penting yang harus diprioritaskan, dimana kepuasan pelanggan
berarti keuntungan bagi perusahaan.
2. Pesaing
Pesaing harus dijadikan motivator dan tolok ukur untuk meningkatkan kinerja perusahaan
3. Pemasok
Para pemasok adalah bagian dari proses bisnis kita sehingga harus dijadikan partner bisnis.
4. Pemegang Saham
PLN dalam pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan
nilai investasi dari Pemegang saham.
5. Mitra Usaha
PLN akan senantiasa menjalin hubungan bisnis untuk mengukuhkan keunggulan
kompetitif yang saling menguntungkan.
6. Potensi Insani
PLN meyakini bahwa karyawan merupakan manusia yang bersumberdaya dan kunci
keberhasilan dalam mencapai tujuan bisnis baik jangka pendek maupun jangka panjang,
oleh karena itu PLN bertekad untuk memberdayakan secara maksimal melalui sentuhan
manusiawi dan profesional sehingga merasa bangga menjadi anggota perusahaan dan mau
mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya demi keberhasilan perusahaan.
7. Pemerintah
PLN bertekad menjadi aset nasional yang keberadaannya memberi kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi.
8. Masyarakat
PLN memiliki kepedulian dan tanggap terhadap lingkungan sosial masyarakat
9. Lingkungan Hidup
PLN turut dan berperan memelihara kelestarian lingkungan hidup disetiap pembangunan
fasilitas kelistrikan.

Anak Perusahaan

Anak Perusahaan adalah perusahaan dimana PLN memiliki saham baik langsung maupun tidak
langsung Bersama Anak Perusahaan :

a. Perusahaan mengembangkan kerjasama untuk mencapai sinergi dalam setiap


kegiatan usaha dan kegiatan sosial.
b. Kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan usaha maupun kegiatan
sosial diberlakukan sama baik di Kantor Pusat maupun Anak Perusahaan.
c. Perusahaan mengutamakan kualitas produk sesuai dengan standar mutu.
d. Dalam menghadapi kompetisi, Perusahaan berusaha meningkatkan citra positif
dan kerjasama yang baik dengan mitra usaha.
e. Mendukung dan melaksanakan program-program pemerintah, khususnya
yang berkaitan dengan bisnis perusahaan.

5. GRUP USAHA PLN

PLN saat ini memiliki 12 anak usaha dengan kepemilikanmayoritas dan satu anak usaha
dengan kepemilikanminoritas. Bidang usaha anak perusahaan bervariasi,namun pada intinya
bergerak di sektor yang memberikanefek sinergi bagi Perseroan. Bidang usaha anak-
anakperusahaan PLN adalah pembangkit listrik, bidangkeuangan, rancang bangun, pemasokan
batu bara dankonstruksi. Grup usaha PLN saat ini terdiri atas:

6. STRUKTUR USAHA DAN ANAK PERUSAHAAN PLN


A. BIDANG USAHA

Sesuai Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentangKetenagalistrikan dan berdasarkan Anggaran


DasarPerusahaan, berikut adalah rangkaian kegiatan usaha Perseroan:
1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup:
- Pembangkitan tenaga listrik.
- Penyaluran tenaga listrik.
- Distribusi tenaga listrik.
- Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik.
- Pengembangan penyediaan tenaga listrik.
- Penjualan tenaga listrik.
2. Menjalankan usaha penunjang tenaga listrik yang mencakup:
- Konsultasi ketenagalistrikan.
- P embangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan.
- P emeliharaan peralatan ketenagalistrikan.
- P engembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.
Kegiatan-kegiatan lainnya mencakup:
- Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya
untuk kepentingan tenaga listrik.
- Pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, penyaluran,
distribusi dan retail tenaga listrik.
- Kegiatan perindustrian perangkat keras dan lunak di bidang ketenagalistrikan dan
peralatan lainterkait dengan tenaga listrik.
- Kerja sama dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan baik
dari dalam maupun luar negeri di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi
dan informasi terkait dengan ketenagalistrikan.
- Usaha jasa ketenagalistrikan.

B. Unit Bisnis PLN tersebar di Indonesia, terdiri dari :

1. Wilayah Aceh
2. Wilayah Sumatera Utara
3. Wilayah Sumatera Barat
4. Wilayah Riau dan Kepulauan Riau
5. Wilayah Bangka Belitung
6. Wilayah Sumatra Selatan, Jambi, dan Bengkulu
7. Wilayah Kalimantan Barat
8. Wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah
9. Wilayah Kalimantan Timur
10. Wilayah Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo
11. Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat
12. Wilayah Maluku dan Maluku Utara
13. Wilayah Nusa Tenggara Barat
14. Wilayah Nusa Tenggara Timur
15. Wilayah Papua dan Papua Barat
16. Distribusi DKI Jaya & Tangerang
17. Distribusi Jawa Barat dan Banten
18. Distribusi Jawa Timur
19. Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
20. Distribusi Bali
21. Distribusi Lampung

PLN Jasa
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan
3. Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan
4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan
5. Jasa Sertifikasi
6. Jasa Manajemen Konstruksi

PLN Pembangkitan
1. Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan
2. Pembangktian Sumatera Bagian Utara
3. Pembangkitan Lontar
4. Pembangkitan Tanjung Jati B
5. Unit Pembangkitan Jawa Bali

PLN Penyaluran & Pusat Pengatur Beban


1. Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P3B Jawa Bali)
2. Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (P3B Sumatera)

PLN Unit Induk Proyek (UIP)


1. UIP Pembangkitan Sumatera I (UIP I)
2. UIP Pembangkitan Sumatera II (UIP I)
3. UIP Jaringan Sumatera I (UIP II)
4. UIP Jaringan Sumatera III (UIP III)
5. UIP Transmisi Interkoneksi Sumatera Jawa (UIP IV)
6. UIP Jaringan Jawa Bali I (UIP V)
7. UIP Pembangkitan Hidro Jawa Bali (UIP VI)
8. UIP Jaringan Jawa Bali II (UIP VII)
9. UIP Pembangkitan Thermal Jawa Bali (UIP VIII)
10. UIP Pembangkitan Kalimantan (UIP IX)
11. UIP Jaringan Kalimantan (UIP X)
12. UIP Pembangkitan & Jaringan Nusa Tenggara (UIP XI)
13. UIP Pembangkitan Sulawesi Maluku Papua (UIP XII)
14. UIP Jaringan Sulawesi Maluku Papua (UIP XIII)
15. UIP Pembangkitan & Jaringan Sulawesi Maluku Papua (UIP XIV)
Bab III
Pembahasan

2.1 Undang Undang

Menurut Undang-Undang No.19 tahun 2000 PLN adalah Badan Usaha Milik Negara yang
berbentuk Persero berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum
dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan sesuai dengan

Kegiatan usaha PLN meliputi:

1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan pembangkitan,


penyaluran, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan
tenaga listrik.
2. Menjalankan usaha penunjang dalam penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan
konsultasi, pembangunan, pemasangan, pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan,
pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.
3. Menjalankan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
energi lainnya untuk kepentingan penyediaan tenaga listrik
4. Melakukan pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan,
penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik
5. Menjalankan kegiatan perindustrian peangkat keras dan perangkat lunak bidang
ketenagalistrikan dan peralatan lain yang terkait dengan tenaga listrik
6. Melakukan kerjasama dengan badan lain atau pihak lain atau badan penyelenggara bidang
ketenagalistrikan baik di dalam negeri maupun luar negeri di bidang pembangunan,
operasional, telekomunikasi dan informasi yang berkaitan dengan ketenagalistrikan

2.2 Undang Undang Ketenagalistrikan

Menurut Undang-undang ketenagalistrikan no. 30 tahun 2009 ketenagallistrikan adalah


segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang
tenaga listrik

Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari pembangkitan ke sistem distribusi
atau ke konsumen, atau penyaluran tenaga listrik antar sistem

Asas asas pembangunan ketenagalistrikan

a. Manfaat
b. Effisiensi berkeadilan
c. Berkelanjutan
d. Optimalisasi ekoonomi dalam pemanfaatan sumber daya energi
e. Mengandalkan kemamppuan diri sendiri
f. Kaisah usaha yang sehat
g. Keamanan dan keselamatan
h. Kelestarian fungsi lingkungan
i. Otonomi daerah
Tujuan pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk menjaminketersediaan tenaga listrik
dalam jumlah yang cukup,, kualitas tang baik, harga yang wajar dalam ranka meningkatkan
kesejahteraan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan

Undang undang ketenagalistrikan no. 30 tahun 2009 pasal 28 bagian kelima menyatakan
pemegang izin usaha penyediaan listrik wajib :

a. Menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standart mutu kehandalan yang berlaku
b. Memberikan pelayanan yang sebaik baiknya kepada konsumen dan masyarakat
c. Memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan
d. Mengutamakan produk kdan potensi dalam negeri

2.3 Peraturan Pemerintah

Meurut peraturan pemerintah no 03 tahun 2005 pasal 3a menyatakan bahwa usaha penyediaan
listrik kdilakukan oleh Negara dan diselenggarakan oleh badan usaha milik negara yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan untuk
melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.

Pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan atau pemegang izin
usaha keteangalistrikan untuk kepentingan umum yang memiliki jjaringan transmisi wajib
membuka kesempatan pemanfaatan bersama bersama jaringana transmisi

Menurut peraturan pemerintah noo 23 tahun 1994 menetapkan peraturan pemerintah republik
indonesia tentang pengalihan bentuk perusahaan umum (perum) listrik negara menjadi perusahaan
perseroan

Bab 1 ayat 1 Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara yang didirikan dengan Peraturan
Pemerintah No. 17 Tahun 1990 dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO)
Sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 9 Tahun 1969 sebagaimana Pemegang Kuasa
Usaha Ketenagalistrikan.

Bab 1 ayat 2 Dengan dialihkan bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara menjadi
Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Perusahaan Umum
(PERUM) Listrik Negara dinyatakan bubar pada saat pendirian Perusahaan Perseroan
(PERSERO) tersebut, dengan ketentuan bahwa segala hak dan kewajiban, kekayaan serta Pegawai
Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara yang ada pada saat pembubarannya, Beralih kepada
Perusahaan Perseroan (PERSERO) yang bersangkutan.
Bab 2 Pasal 2 Maksud dan tujuan Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 Adalah:

1) Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus memupuk


keuntunganBerdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan;
2) Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai dengan
tujuan untuk:
a) Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta
mendorong peningkatan kegiatan ekonomi;
b) Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan penyediaan tenaga
listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat.
3) Merintis kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik;
4) Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha penyediaan tenaga listrik Sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Permen ESDM pasal 1 ayat 4 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang selanjutnya
disebut PT PLN (Persero) adalah badan usaha milik negara yang didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik
Negara Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

Ayat ke 5 Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid Code) adalah seperangkat peraturan,
persyaratan, dan standar untuk menjamin keamanan, keandalan serta pengoperasian dan
pengembangan sistem yang efisien dalam memenuhi peningkatan kebutuhan tenaga listrik pada
Sistem Tenaga Listrik.

Ayat ke 6 Commercial Operation Date yang selanjutnya disingkat COD adalah tanggal mulai
beroperasinya pembangkit tenaga listrik untuk menyalurkan energi listrik ke jaringan tenaga listrik
milik PT PLN (Persero).

Peraturan Presiden

1. Peraturan Presiden no 04 tahun 2006


2. Peraturan Presiden no 06 tahun 2010
3.
Peraturan pemerintah yang mengatur ketenagalistrikan :

1. Peraturan Pemerintah no 03 tahun 2005


2. Peraturan Pemerintah no 14 tahun 2012
3. Peraturan Pemerintah no 20 tahun 2011
4. Peraturan Pemerintah no 23 tahun 2014
5. Peraturan Pemerintah no 25 tahun 1995
6. Peraturan Pemerintah no 26 tahun 2006
7. Peraturan Pemerintah no 62 tahun 2012
8.
Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral

1. Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral no 10 tahun 2017 (Pokok pokok
dalamperjanjian jual beli listrik)
2. Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral no 01 tahun 2015 (Kejasama
penyediaan tenaga listrik dan pemanfaatan bersama jaringantenaga listrik)
3. Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral no 18 tahun 2015 (Ruangbebas dan
jarak SUTT SUTET SUTTarus searah untuk penyaluran tenaga listrik)
4. Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral no 44 tahun 2015 (Pembelian tenaga
listrikoleh PT Perusahaan listrik negara dari pembangkit berbasis sampaph kota)
5. Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral no 08 tahun 2016 (tingkat mutu
pelayanan dan biaya yang terkait dengan penyaluran tenaga listrik oleh PT PLN Persero)
6. Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral no 3 tahun 2007 (Aturan JaringanSistem
tenaga listrik jawa madura bali)
Keputusan Direksi

1. Keputusan Direksi no. 0520-2.K/DIR/2014 (Pedoman Pemeliharaan Peralatan Gardu


Induk)
2. Keputusan Direksi no. 1486.K/DIR/2011 (Penertban pemakaian tenaga listrik)
3. Keputusan Direksi no. 011.K/DIR/2009 (Daftarsebutan jabatan pada organisasi unit PT
PLN Persero Penyaluran dan pusat pengaturbeban sumatera)

2.4 Peraturan Direksi 0.15 2015

Menurut Peraturan Direksi PT. PLN Persero no. 0100 P/DIR/2017 Tentang Organisasi PT PLN
Persero Pusat Pengatur Beban (P2B). P2B adalah unit pelaksana pengatur beban pada PT PLN
Persero hukum tersebut mengacu pada:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan
Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero);
5. Anggaran Dasar PT PLN (Persero) dan perubahannya;
6. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 304.K/DIR/2009 tentang Batasan
Kewenangan Pengambilan Keputusan di Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana
telah diubah 4 (empat) kali, terakhir dengan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
0313.K/DIR/2014;
7. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 299.K/DIR/2010 tentang Kewenangan
Penetapan Bidang Organisasi PT PLN (Persero);
8. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0015.P/DIR/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja PT PLN (Persero)
2..5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT.PLN (Persero ) sebagaimana diatur dalam keputusan direksi PT PLN
(Persero) nomor 023 K /DIR/2012 tentang organisasi dan tata kerja di PT PLN (Persero)
sebagaimana telah diubah dengan keputusan direksi PT PLN (Persero) nomor 271 K/ DIR/ 2013
dan nomor 443K/DIR/2013 dipandang perlu untuk disesuaikan dengan perubahan tersebut .
Menurut keputusan Direksi PT. PLN no. 959. K / DIR / 2014 dibentuklah pohon profesi PT PLN
Persero
Dari penjelasan tersebut terlihat jelas bahwa PT PLN bergerak dalam bidang pembangkitan,
penyaluran dan distribusi. Namun khusus untuk kawasan dengan listrik terinterkoneksi Jawa -
Bali bagian unit-unit dibagi tersendiri, untuk Pembangkitan tersendiri, Penyaluran (Transmisi)
tersendiri, Pengaturan Beban tersendiri dan Distribusi tersendiri. Khusus untuk pembangkitan
listrik kebanyakan pembangkitan listrik di Indonesia dipasok oleh Perusahaan Swasta walaupun
ada beberapa milik PLN. Untuk transmisi Sumatera ada unit induk PLN P3B Sumatera, namun
untuk urusan Distribusi masih berada di unit induk Wilayah (belum ada unit induk Distribusi)

1. Kelompok Unit Transmisi


Pada awalnya Unit Penyaluran dan Pengaturan Beban Jawa-Bali disatukan dalam satu unit dengan
nama PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (PLN P3B JB), namun pada akhir
2015 unit penyaluran dan pengaturan beban dipisah dengan pembagian 3 wilayah penyaluran dan
satu pusat pengaturan beban dengan 5 wilayah. Namun untuk Transmisi Interkoneksi Sumatera
tetap PLN P3B Sumatera karena unit nya masih dalam bentuk Wilayah. Unit induk transmisi
antara lain :

  PLN Transmisi Jawa Bagian Barat, berkedudukan di Depok


  PLN Transmisi Jawa Bagian Tengah, Berkedudukan di Bandung
 PLN Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali, berkedudukan di Sidoarjo

Unit di bawah PLN Transmisi / Penyaluran

Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (TJBTB) : melakukan pengembangan dan
pengelolaan asset
transmisi, pengendalian investasi dan
logistic transmisi, melaksanakan
pemeliharaan asset transmisi secara
efektif, efisien, andal dan ramah
lingkungan.

Area Pelaksana Pemeliharaan (APP) : Sub-Unit untuk melakukan pemeliharaan

peralatan Penyaluran Energi Listrik


(Transmisi)
Area Pengaturan Beban (APB) : Sub-unit untuk melakukan pengaturan
beban secara keseluruhan dari
Pembangkitan, Transmisi dan sampai ke
konsumen dengan komunikasi dengan
APD dan Gardu Induk.

Basecamp : Sub-Unit di bawah APP

Basecamp tempat mentransformasikan


energi listrik atau sub-station listrik dari
pembangkitan untuk sampai ke pelanggan.
Gardu Induk : Gardu Induk ada di bawah APP
2. Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali
 Dasar Hukum yang mengatur TJBTB
1. Pancasila
Sila ke-5 “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
2. UUD 1945
Bab 14 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial”
Pasal 33 ayat 3 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.”
3. UU Ketenagalistrikan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan;
4. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1994 tentang
Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero).
5. Peraturan menteri ESDM
Permen ESDM Nomor 01 tahun 2015
Permen ESDM Nomor 12 tahun 2016
Permen ESDM Nomor 43 tahun 2017
6. Peraturan Direktur
Per.Dir Nomor 020.P/DIR/2015 Tentang Organisasi PT. PLN (Persero)
Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali
Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0015.P/DIR/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero).
7. Keputusan Direksi
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 304.K/DIR/2009 tentang
Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di lingkungan PT PLN
(Persero) sebagaimana telah diubah 4 (empat) kali, terakhir dengan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0313.K/DIR/2014.
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 299.K/DIR/2010 tentang
Kewenangan Penetapan Bidang Organisasi PT PLN (Persero).

 Ruang lingkup usaha pokok (TJBTB)


1. Penyaluran tenaga listrik termasuk layanan penyambung ke sistem
pengaturan.
2. Perencanaan sistem tenaga listrik yang terdiri dari indikasi kebutuhan
pembangkitan dan pengembangan sistem penyaluran.
3. Operasi sitem tenaga listrik, yaitu perhitungan dan pengelolaan tagihan
transmisi
4. Transmisi tenaga listrik yang meliputi, penyediaan informasi sistem tenaga
listrik dan pengelolaan transaksi tenaga listrik.
5. Setelmen transaksi tenaga listrik, yaitu perhitungan dan pengelolaan tagihan
transmission charges, sistem service charges dan tenaga listrik termasuk
pengelolaan sistem.
 Visi, Misi dan Tugas Utama

Visi:
Menjadi pengelola transmisi
yang Efisien, Efektif, Andal & Ramah
Lingkungan dengan Standar
Internasional

APP-i

Tata Nilai : Saling Percaya, Intgritas, Peduli, Pembelajar

Moto : Andal – Profesional – Proaktif – inovatif


 Struktur Organisasi TJBTB
 Uraian fungsi dan tugas pokok TJBTB
1. General Manager
Bertanggung jawab atas pengelolaan transmisi Regional Jawa Bagian Timur
dan Bali termasuk didalamnya, tersedianya analisa dan mitigasi risiko, mengelola
kebijakan dan program pemeliharaan transmisi dan gardu induk secara efisien,
andal dan ramah lingkungan, mengelola pemeliharaan aset transmisi,
meningkatkan mutu dan keandalan pelayanan serta memastikan terlaksananya
Good Corporate Governance (GCG) di Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali,
dengan tugas pokok sebagai berikut:
a. Memastikan kebijakan dan rencana strategis terkait pemeliharaan aset transmisi
dilaksanakan sesuai dengan RUPTL, RJP, dan RKAP yang telah ditetapkan
Direksi;
b. Memastikan terlaksananya pemeliharaan transmisi dan gardu induk termasuk
Pemeliharaan Dalam Keadaan Bertegangan untuk mendukung kinerja transmisi
secara andal, efisien dan aman;
c. Memastikan terlaksananya pengelolaan aset system transmisi dan fasilitas
penunjang, inspeksi dan asesmen instalasi sistem transmisi, pemeliharaan alat uji
dan transmisi (preventif dan korektif), dan pengelolaan data instalasi;
d. Memastikan tersusunnya rencana pelaksanaan pengembangan instalasi transmisi;
e. Memastikan pengelolaan peralatan kerja dan materialdengan menerapkan
administrasi logistik untuk pelaksanaan pemeliharaan instalasi sesuai kaidah
lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan;
f. Menetapkan rencana, evaluasi dan monitoring kinerja operasi dan keuangan,
melakukan pemetaan dan mitigasi risiko, pengendalian sistem manajemen mutu
serta laporan manajemen
2. Bidang Perencanaan
Bertanggung jawab dan menjamin tersedianya Perencanaan Unit,
Penyusunan Rencana danPengendalian Investasi dan Operasi, Pengelolaan
Teknologi Informasi, Perencanaan danPelaksanaan Pengadaan, Pengelolaan
Kinerja dan Mutu, dengan tugas pokok sebagai berikut:
a. Menyusun perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi strategi jangka
panjang dan RKAP Unit, pengembangan aset dan rencana kebutuhan transmisi,
termasuk untuk kebutuhan penyusunan RUPTL;
b. Menyusun dan mengevaluasi peta risiko dan mitigasinya serta memantau
implementasi manajemen risiko, pengelolaan kinerja dan manajemen mutu;
c. Menyusun dan mengevaluasi anggaran investasi dan operasi;
d. Menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi pengelolaan enjiniring dan
perencanaan material/ logistik;
e. Menyusun dan mengevaluasi Asset Management Plan termasuk pengelolaan
seluruh spare part dan renewal asset (Run, Repair, Refurbish, Replace);
f. Menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan
pengadaan sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
3. Bidang Konstruksi dan Pemeliharaan Transmisi
Bertanggung jawab dan menjamin terlaksananya pengendalian pekerjaan
penggantian danpenambahan instalasi meliputi perencanaan program,
pengelolaan kontrak pengembangantransmisi Unit, serta menyusun perencanaan
dan pelaksanaan Pemeliharaan meliputi Jaringan,Gardu Induk dan peralatan
penunjang Gardu Induk, dengan tugas pokok sebagai berikut:
a. Merencanakan dan mengevaiuasi pengelolaan anggaran investasi untuk
pengembangan transmisi;
b. Merencanakan dan mengevaiuasi pengelolaan anggaran operasi dan
pemeliharaan meliputi Jaringan, Gardu Induk, serta aset terkait;
c. Menyusun, melaksanakan dan mengevaiuasi pengelolaan kontrak meliputi
approval drawing, monitoring ketepatan mutu, waktu dan biaya, serta pelaporan
hasil pekerjaan pengembangan transmisi;
d. Menyusun, melaksanakan dan mengevaiuasi pengelolaan Pemeliharaan meliputi
Pemeliharaan Jaringan, Gardu Induk, dan peralatan penunjang Gardu Induk
sesuai kaidah Keselamatan, Kesehatan Kerja, Keamanan dan Lingkungan;
e. Menyusun, melaksanakan dan mengevaiuasi pengelolaan kontrak dan
administrasi kontrak;
f. Menyusun dan mengevaiuasi pengelolaan pelaporan manajemen terkait
konstruksi dan pemeliharaan.
4. Bidang Keuangan, SDM dan Administrasi
Bertanggung jawab dan menjamin terlaksananya pengelolaan manajemen
keuangan yang mencakup perencanaan, pengendalian anggaran investasi dan
operasi, manajemen kas dan terselenggaranya laporan keuangan, menjamin
terlaksananya pengembangan sumber daya manusia, pengelolaan kegiatan
komunikasi masyarakat, hukum, serta pengelolaan administrasi dan
kesekretariatan termasuk pengelolaan keamanan, sarana dan prasarana kantor,
dengan tugas pokok meliputi:
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaiuasi pengelolaan dan pengendalian
anggaran investasi dan operasi untuk pelaksanaan kegiatan Unit;
b. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaiuasi Rencana Cash Flow dan
laporan keuangan Unit;
c. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaiuasi pengelolaan akuntansi,
perpajakan, dan asuransi;
d. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaiuasi pengelolaan pengembangan
kompetensi dan karir, mengelola administrasi SDM, serta mengelola hubungan
industrial;
e. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaiuasi pengelolaan administrasi
kesekretariatan dan umum, serta keamanan;
f. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaiuasi pengelolaan komunikasi
internal dan eksternal serta program Corporate Social Responsibility,
g. Mengelola dan mengevaiuasi penyelesaian permasalahan hukum dan
memberikan advokasi hukum di Unit;

 Wilayah Kerja TJBTB

ke UNGARAN
KEREK
MLWNG
TJ.AWAR2
TUBAN3 TUBAN
PCRAN SMNEP
BJGRO APP SURABAYA
ke CEPU BABAT PKMIA GRBRUGRLMA GLMUR
BKLAN
LNGAN SMSIK

SGMDU SKREPUDAAN
BRATA
NGIMBANG
MNYAR ALTAP GBONG
PMKSN APP Surabaya:
TNDES PERAK
SAMPG
APP MADIUN CERME
KJTIM KRBAN UJUNG
SWHAN KJRAN
1. Base Camp Surabaya
PLOSO NGORO DARMO
SIMPG
KPANG NGAGL 2. Base Camp Gresik
ke PALUR JTGDG RNKUT
SBBRT SLILO
KLANG
NGAWI SKTIH WARU SBSEL
ke PEDAN WKRMO
JMBNG MPION
BLBND ISPDO
AJMTO BDRAN
CRBAN DRIYO BBDANSDRJO GRATI
NGJUK TARIK PRONG
MGTAN CKMIA MIWON
BNGUN
JKTAS MJAGN BNGIL GDTAN
KTSNO BCKRO
MRGEN SIMAN APP MALANG PIER GDING PITON STBDO
PBLGO
MNRJO PARE MDLAN BLKDN PDAAN RJOSO
SLRJO KRSAN
SYZAG SKRJO
LWANG PWSRI
DLOPO SKLNG
BNRAN BLBNG
GGRAM BDWSO
PAKIS
GLANG
GRNGN KDIRI KBAGN PMRON
PLHAN
NGBEL CLBWG
TUREN LJANG GLNUK
BLTRU BRITI
PNRGO TRGLK
ke NGTRDI WLNGI TNGUL JMBER NGARA
APP BALI
NEW PCTAN TLGNG GPGAN PNGAN
BWNGI
GTENG GNYAR
PLTU PCTAN LDOYO STAMI AMPRA
TLGPA ASARI
KKTES KAPAL
SGRUH APP PROBOLINGGO PBIAN
SANUR

PSGRN

BNDRA
APP Madiun: APP Malang:
NSDUA
1. Base Camp Madiun 1. Base Camp Malang
2. Base Camp Kediri 2. Base Camp Mojokerto APP Bali
APP Probolinggo:
1. Base Camp Probolinggo
2. Base Camp Jember
Wilayah Kerja Trans-JBTB meliputi:
 5 (APP) yang membawahi 9 (BC)
 Trans-JBTB bertanggung jawab untuk mengelola, memelihara dan mengoperasikan GI
dan Jaringan yang membentang dari Jawa Timur, Madura dan Bali(500 kV, 150 kV dan
70 kV)
1. APP Probolinggo

2.

3. Kelompok Unit Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban

 PLN Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (P2B Jawa Bali), berkedudukan di Gandul,
 Jakarta (Jawa-Bali Control Center / JCC)
 PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (P3B Sumatera), berkedudukan di
Pekanbaru
Unit di bawah PLN Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali

Area Pengaturan Beban (APB) : Sub-unit untuk melakukan pengaturan beban secara keseluruhan
dari Pembangkitan, Transmisi dan sampai ke konsumen dengan komunikasi dengan APD dan
Gardu Induk. ada 5 wilayah di bawah P2B JB yaitu :

 PLN Area Pengaturan Beban Jakarta dan Banten, berkedudukan di Cawang, Jakarta
 (Region Control Center / RCC Cawang)
 PLN Area Pengaturan Beban Jawa Barat, berkedudukan di Bandung (Region Control
 Center / RCC Cigereleng)
 PLN Area Pengaturan Beban Jawa Tengah dan DIY, berkedudukan di Semarang (Region
 Control Center / RCC Ungaran)
 PLN Area Pengaturan Beban Jawa Timur, berkedudukan di Sidoarjo (Region Control
 Center / RCC Waru)
 PLN Area Pengaturan Beban Bali, berkedudukan di Denpasar (Region Control Center /
RCC Bali)
Menurut surat keputusan manager PT PLN (Persero) Area penyaluran dan pengatur beban (P2B)
sistem Kalimantan Barat no 0012.K/MAN-AP2B/2017 memiliki tugas / tanggung jawab :

1. Dalam kasus gangguan total proses pemulihan harus dilakukan secara bertahap
2. Black start pembangkit
3. Pengiriman tegangan (back feeding) ke unit pembangkit / gardu induk
4. Pemulihan sistem jaringan tenaga listrik denganmelakukan pembebanan Gardu Induk
5. Keberhasilan di dalam mengasut (start) unit pembangkit sepenuhnya bergantung kepada
enjinir dan operator unit pembangkit
6. Pengiriman tegangan ke unit pembangkit untuk keperluan start dan pemulihan sistem
dengan melakukan langkah langkag pembebanan secara bertahap sehingga membentuk
sub sistem kecil dan kemudian dirangkai dengan subsistem kecil lainnya hingga
membentuk sistem interkoneksi utuh seperti sediakala
7. Mengivestigasi setiap gangguan yang terjadi di sistem katulistiwa yangmenyebabkan
padam meluas
8. Membuat laporan kronoligis gangguan yang terjadi di sistem katulistiwa kepada Manager
TND PLN
9. Membuat rekomendasi untuk mengatasi gangguan padam meluas di sistem katulistiwa
korektif
10. Membuat rekomendasi agar kejadian gangguan padam meluas di sistem katulistiwa tidak
terulang kembali (Prefentif)
Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN Persero no. 011.K/DIR/2009 tentang daftar
sebutanjabatan pada organisasi unit PT PLN Persero Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban
Sumatera
Penyaluran bertugas memelihara asset trasnmisi, sedangkan P2B bertugas mengatur system
interkoneksi kelistrikan sejawa bali.Daerah wewenang operasi dari P2B sendiri mulai dari sisi
incoming GI pembangkitan sampai sisi outgoing penyulang.

Gambar 2.1 Daerah Wewenang Operasi P2B.


4. Visi, Misi, dan Tugas Utama Transmisi
Menurut Peraturan Direksi PT. PLN Persero no. 0100 P/DIR/2017 Tentang Organisasi
PT PLN Persero Pusat Pengatur Beban (P2B).
 
 Visi
“Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem, dan transaksi tenaga listrik
dengan kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan
stakeholders dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat.”

 
 Misi
1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal.
2. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara
efisien, handal dan akrab lingkungan.
3. Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil.
4. Melaksanakan pembangunan instalasi sistem transmisi tenaga listrik.

 
 Tugas Utama
1. Mengoperasikan sistem tenaga listrik.
2. Memelihara instalasi sistem transmisi tenaga listrik.
3. Mengelola pelaksanaan jual beli tenaga listrik di sisi tegangan tinggi sistem.
4. Merencanakan pengembangan sistem tenaga listrik.
5. Menjaga kualitas tegangan dan frekuensi.

2.6 Struktur Organisasi


2.7 APB (Area Pengatur Beban)

Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengoperasian sistem penyaluran di wilayah kerja


Area Pengatur Beban. APB berfungsi merencanakan dan evaluasi pengoperasian sistem
yang meliputi pengendalian operasi sistem, upervisioperasi, dan rencana operasi,
pemeliharaan SCADATEL dan otomasi.
Area Pengatur Beban adalah Sub-unit untuk melakukan pengaturan beban secara
keseluruhan dari Pembangkitan, Transmisi dan sampai ke konsumen dengan komunikasi
dengan APD dan Gardu Induk. Ada 5 wilayah dibawah P2B yaitu :
1. PLN Area Pengaturan Beban Jakarta dan Banten, berkedudukan di Cawang, Jakarta
(Region Control Center / RCC Cawang)
2. PLN Area Pengaturan Beban Jawa Barat, berkedudukan di Bandung (Region Control
Center / RCC Cigereleng)
3. PLN Area Pengaturan Beban Jawa Tengah dan DIY, berkedudukan di Semarang
(Region Control Center / RCC Ungaran)
4. PLN Area Pengaturan Beban Jawa Timur, berkedudukan di Sidoarjo (Region
Control Center / RCC Waru)
5. PLN Area Pengaturan Beban Bali, berkedudukan di Denpasar (Region Control Center
/ RCC Bali)
Adapun batas wewenang operasi dari APB itu sendiri, yaitu sebagai berikut :

Gambar Batas Wewenang Operasi


Tugas Utama

1. Merencanakan, dan mengendalikan operasi sistem tegangan tinggi di daerah


kerjanya serta membuat analisa dan evaluasi terhadap realisasi operasi sistem.
2. Menyusun Standar Operation Procedure ( SOP ) operasi sistem untuk mencapai
kondisi sistem yang andal, berkualitas dan efisien.
3. Melakukan koordinasi dengan Area Pelaksana Pemeliharaan saat pemeliharaan
instalasi.
4. Mengkoordinir proses niaga TSA, PSA dan MVA Available sesuai yang telah di
tetapkan P2B.
5. Melaksanakan pemeliharaan SCADATEL dan otomasi sesuai RKAP untuk
menjaga kesiapan operasi sistem.
6. Mengelola dan memelihara fasilitas operasi ( Master Station ) dan sarana
pendukung lainnya.
7. Melaksanakan kebijakan pada fungsi Administrasi dan Kepegawaian.
8. Mengelola anggaran dan keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku untuk
mendukung kinerja Area Pengatur Beban.
9. Memonitor Pengelolaan sistem pengamanan instalasi, fungsi seketariat dan
hubungan masyarakat untuk meningkatkan keamanan dan pelayanan.

2.8 Struktur Organisasi


Tugas dan Tanggung Jawab :

 
General Manager
Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh sumber daya secara
efisien, efektif dan sinergis; menjamin terselenggaranya operasi dan penyaluran tenaga listrik
Jawa Bali yang andal dan akrab terhadap lingkungan; meningkatkan mutu dan keandalan serta
pelayanan dan memastikan terlaksananya Good Coorporate Govermance (GCG) di PT. PLN
P3B Jawa Bali. Adapun rincian tugas pokoknya sebagai berikut:
1. Memastikan perencanaan strategis sistem tenaga listrik Jawa Bali dilaksanakan sesuai
dengan road map yang telah ditetapkan Direksi.
2. Mengusulkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PT. PLN P3 B Jawa
Bali.
3. Memastikan RKAP dilaksanakan sesuai dengan penetapan Direksi.
4. Menetapkan kebijakan strategis terkait pengoperasian dan pemeliharaan instalasi
sistem transmisi tenaga listrik Jawa Bali.
5. Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu termasuk menetapkan
target kinerja unit-unit dibawah koordinasinya, memonitor dan mengendalikan
pelaksanaannya.
6. Memastikan pelaksanaan kebijakan pokok pengembangan mekanisme niaga dan
operasi yang telah ditetapkan oleh Direksi.
7. Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan
8. manajemen risiko PT. PLN P3B Jawa Bali.
9. Mengembangkan dan memelihara kompetensi organisasi dan anggota organisasi.
10. Menetapkan laporan manajemen PT. PLN P3B Jawa Bali.

 
Bidang Perencanaan
Bertanggung jawab menjamin tersedianya rencana pengembangan sistem tenaga listrik Jawa
Bali termasuk rencana sistem transmisi dan indikasi kebutuhan operasi sistem, rencana
pengembangan sistem SCADA dan telekomunikasi yang dilengkapi dengan analisis
keekonomian sistem dan kajian resiko dengan mengutamakan optimalisasi pemanfaatan
sumber daya perusahaan dan merencanakan, mengelola, memelihara dan mengembangkan
fasilitas teknologi informasi dan sistem informasi manajemen. Rincian tugas pokok sebagai
berikut:
1. Menyusun rencana sistem pengembangan tenaga listrik Jawa Bali yang mencakup
antara lain; rencana kebutuhan pembangkitan, transmisi, SCADA, dan telekomunikasi
termasuk untuk kebutuhan penyusunan RUPTL.
2. Menyusun usulan rencana kerja dan anggaran perusahaan disertai analisa kelayakan
finansial, investasi dan risikonya.
3. Merumuskan strategi jangka panjang.

 
Bidang Operasi Sistem
Bertangggung jawab menjamin terlaksananya pengelolaan dan pengembangan proses bidding
energi; perencanaan dan analisa evaluasi operasi sistem; pengaturann dan pengendalian sistem
tenaga listrik; pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan SCADA TEL, fasilitas operasi
sistem transmisi 500 KV; pengelolaan proses pembacaan meter, proses setelmen, penerbitan
tagihan pembayaran serta penyelesaian permasalahan transaksi. Rincian tugas pokok sebagai
berikut:
1. Menyusun RKA terkait dengan kegiatan bidding dan operasi sistem.
2. Mengelola operasi sistem tenaga listrik untuk memperoleh sistem yang andal, aman,
bermutu dan ekonomis, dengan berbasis teknologi,sesuai dengan standar dan peraturan
yang berlaku.
3. Mengelola proses bidding dan melaksanakan koordinasi pelaksanaan operasi sistem
tenaga listrik dan perencanaan operasi tahunan hingga pelaksanaa operasi real time.

 
Bidang Fasilitas Operasi
Bertanggung jawab menyusun kebijakan operasi dan pemeliharaan instalasi transmisi,
enjiniring transmisi dan proteksi; menyusun program pembinaan operasi dan pemeliharaan,
lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan, pengendalian aset transmisi dan logistik dengan
memperhatikan aspek tekno ekonomis dan strategi pengelolaan sistem transmisi untuk
menjamin keandalan dan ketersediaan transmisi. Rincian tugas sebagai berikut:
1. Menyusun RKA terkait operasi dan pemeliharaan instalasi transmisi, proteksi serta
lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan.
2. Menetapkan kebijakan enjiniring terkait operasi dan pemeliharaan transmisi, proteksi
untuk perbaikan dan peningkatan kinerja peralatan sistem transmisi PLN P3B Jawa
Bali.
3. Merekomendasikan penerapan pengembangan teknologi peralatan terkait operasi dan
pemeliharaan transmisi dan proteksi untuk meningkatkan keamanan, keandalan dan
efisiensi.

 
Bidang Keuangan
Bertanggung jawab menyusun proyeksi keuangan, program pengelolaan anggaran sesuai RKA
PLN P3B Jawa Bali dan Unit-Unitnya; menjamin terselenggaranya pengelolaan pendanaan dan
pengelolaan arus kas secara akurat, pengelolaan pajak dan asuransi, pembinaan dan pengembangan
sistem manajemen keuangan dan akuntansi sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan dan
akuntansi yang baik untuk memastikan akurasi dan ketepatan waktu penyajian akuntansi dan
pelaporan keuangan; menyusun, memantau dan mengevaluasi kinerja keuangan PLN P3B Jawa
Bali serta unit-unitnya. Rincian tugas pokok sebagai berikut:
1. Menyusun RKA PLN P3B Jawa Bali.
2. Menetapkan strategi dalam pengoptimalan sumber dan penggunaan dana PLN P3B.
3. Mengelola pendapatan dan pembayaran sesuai ketentuan yang berlaku.

 
Bidang SDM dan Organisasi
Bertanggung jawab menjamin tersedianya SDM yang berkualitas serta memiliki kompetensi
sesuai bidang tugasnya meliputi penyelenggaraan rekruitmen dan seleksi, penempatan
pembinaan dan pengembagan SDM secara komprehensif dan terencana; mengelola kegiatan
administrasi kepegawaian berbasis sistem informasi kepegawaian yang terpadu,
menyelenggarakan hubungan industrial, serta pengembangan organisasi sesuai kebutuhan dan
penyempurnaan tata laksanannya termasuk penyelenggaraan analisa jabatan dan evaluasi
jabatan, perencanaan tenaga kerja, manajemen karir dan kinerja SDM. Rincian tugas pokok
sebagai berikut:
1. Merekomendasikan strategi pengembangan organisasi sesuai kebijakan perseroan.
2. Menyusun kebijakan sistem manajemen mutu.
3. Menetapkan rencana pengembangan kompetensi.

 
Bidang Umum
Bertanggung jawab menyusun perencanaan dan melaksanakan pengelolaan administrasi
perkantoran, prasarana kantor beserta fasilitasnya dan transportasi serta keamanan serta
kebijakan dalam menghadapi masalah hukum yang timbul selama kegiatan perusahaan,
kebijakan dan strategi komunikasi, hubungan masyarakat dan program bina lingkungan serta
pengelolaan permasalahan sosial terkait Right of Way (ROW). Rincian tugas pokok sebagai
berikut:
1. Menyusun RKA Terkait dengan sarana dan fasilitas kerja, program bina lingkungan,
serta pengelolaan permasalahan sosial terkait ROW, kebijakan hukum, humas dan
komunikasi.
2. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan sarana dan fasilitas kerja sesuai dengan
kewenangan yang telah ditetapkan.
3. Menentukan kebijakan penyelesaian permasalahan sosial, hukum serta masalah intern
yang terkait dengan rumah dinas/instansi untuk pedoman penyelesaian permasalahan
tersebut.

Peraturan Direksi PT. PLN Persero no. 0151 P/DIR/2016 Tentang Formasi Jabatan
Unit Pelaksana Area Pengatur Beban Pada PT PLN Persero Pusat Pengatur Beban

(terlampir)
Peraturan Direksi PT. PLN Persero no. 0011 P/DIR/2017 Tentang Pedoman Pelayanan
Penyambungan Konsumen Bisnis Dan Industri Daya 100 – 200 kVA

(terlampir)

Keputusan Menteri Energi Dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia 1404 K/20/
MEM / 2017 Besaran Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan Pt Perusaan Listrik
Negara (Persero)

(terlampir)

Daftar RUKN 2015 -2034

(terlampir)

Daftar RUPTL 2017 – 2026

(terlampir)

Peraturan Pemerintah no. 23 tahun 1994

(terlampir)

Wilayah Kerja PLN APB Jateng

(terlampir)

Contoh surat Jual Beli P2B dengan PJB

(terlampir)
BAB IV
SARANA & PRASARANA

Tersedianya sarana dan fasilitas pelayanan merupakan suatu daya tarik tersendiri untuk
para pelanggan di PT PLN ( Persero ). Dengan adanya fasilitas dan sarana yang ada di PT. PLN
(Persero) diharapkan dapat menjadi penunjang pelayanan yang diberikan oleh PT. PLN kepada
para pelanggannya. Untuk mewujudkan pelayanan yang baik agar dapat memuaskan konsumen
atau pelanggannya, maka PT. PLN (Persero) berusaha memperhatikan dan memahami apa saja
kehendak para pelanggan yaitu adanya kenyamanan dalam memproses administrasi tentang
penyambungan listrik baru

Lalu-Lintas Data Dan Informasi Sistem tenaga listrik yang terdiri dari banyak GI dan banyak Pusat
Listrik, pengoperasiannya dikoordinir oleh Pusat Pengatur Beban yang dalam bahasa Inggris
disebut System Control Centre atau Load Dispatch Centre. Dalam pelaksanaan operasi ini timbul
lalu lintas data dan informasi antara Pusat Pengatur Beban dengan gardugardu induk dan Pusat-
pusat Listrik yang ada dalam kawasan operasinya.

Pelaksanaan dan pengendalian operasi didasarkan pada rencana operasi. Dispatcher dan Pusat
Pengatur Beban memberikan perintah operasionil kepada PusatPusat Listrik dalam sistem seperti
berapa daya yang harus dibangkitkan dan juga kepada operator-operator GI misalnya mengenai
pengaturan tap transformator untuk keperluan pengaturan tegangan. Sebaliknya operator Pusat-pusat
Listrik dan operator GI melaporkan kepada dispatcher mengenai pelaksanaan perintah dispatcher serta
kesulitan-kesulitan operasionil yang dihadapi terutama apabila terjadi gangguan. Dari uraian ini
terlihat adanya laiu lintas data dan informasi antara dispatcher dan operator Pusat Listrik serta operator
GI. Apabila ada 2 control hirarchi-maka juga ada laiu lintas data dan informasi antar dispatcher dan
Pusat-pusat Pengatur Beban. Yang dimaksudkan dengan informasi adalah hasil pengolahan data yang
memberikan suatu pengertian.

Makin besar suatu sistem tenaga listrik yang dioperasikan makin banyak data dan
informasi yang lalu-lalang dan juga data dan informasi ini menyangkut biaya operasi sistem tenaga
listrik yang paling besar yaitu biaya bahan bakar. Oleh karenanya dalam mengoperasikan sistem
tenaga listrik haruslah ada sarana untuk lalu-lintas data dan informasi operasi yang diperlukan
untuk memonitor situasi operasi serta dan informasi operasi yang diperlukan untuk memonitor
situasi operasi serta untuk mengambil langkah-langkah operasionil. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam masalah lalulintas data dan informasi untuk keperluan operasi sistem tenaga
listrik adalah :

a) Kecepatan dan kemudahan memperoleh data dan informasi yang diperlukan setiap saat.
b) Cara-cara penyajian data dan informasi bagi dispatcher, sehingga dispatcher dapat cepat
mengerti serta menarik kesimpulan mengenal situasi dalam sistem, kemudian dispatcher
dapat segera memerintahkan atau melakukan tindakan operasionil. Untuk keperluan
penyajian data selain dibutuhkan perangkat keras .(hardware) juga diperlukan perangkat
lunak (soft ware) agar data dan informasi dapat disajikan kepada dispatcher dalam bentuk-
bentuk yang diperlukan untuk mengambil langkah operasionil.
c) Keandalan saluran data dan informasi, karena terganggunya saluran data dan informasi
akan langsung mengganggu jalannya operasi sistem tenaga listrik karena dispatcher tidak
dapat mengetahui keadaan sistem tenaga listrik secara tepat.
d) Kualitas data dan informasi perlu dijaga, jangan ada data atau informasi yang kurang jelas
sehingga menyulitkan dispatcher untuk mengambil langkah operasionil. Berdasakan
uraian di atas maka sarana yang utama untuk operasi sistem tenaga listrik adalah :
1. Sistem telekomunikasi untuk keperluan penyaluran data dan informasi.
2. Alat-alat pengolah data untuk menyimpan serta mengolah data dan informasi dari
sistem tenaga listrik.
3. Perangkat lunak atau software untuk mengolah data dan informasi agar dapat disajikan
dalam bentuk-bentuk yang diperlukan untuk mengambil langkah operasionil.

Saat pengendalian operasi sistem di Jawa Bali dilakukan melalui 6 (enam) control
center, 1 Inter Regional Control Centre yang bertugas melakukan energy management system
dan switching 500 kV dan 5 Regional Control Centre yang bertugas melakukan switching
150/70 kV.
RCC yang dimaksud adalah APB Jakarta & Banten, APB Jawa Barat, APB
Jateng & DIY, APB Jawa timur, dan APB Bali.

IRCC/JCC saat ini terhubung dengan 40 lokasi 500kV remote station (RTU), RCC
RJKB terhubung dengan 127 lokasi 150/70kV remote station (RTU), RCC RJBR terhubung
dengan 88 lokasi 150/70kV remote station (RTU), RCC RJTB terhubung dengan 118 lokasi
150/70kV remote station (RTU) dan RCC Bali terhubung dengan 14 lokasi 150/70kV
remote station (RTU).
IRCC/JCC berada diwilayah kendali Bidang Operasi Sistem yang merupakan
salah satu bidang di PLN TJBTB, sedangkan masing-masing RCC dibawah manajemen
Area Pengatur Beban (APB).
Dalam melakukan pengendalian operasi, Asmen Operasi dibantu 5 dan 3
shift dispatcher.

Pengendalian Operasi Sistem tersebut menggunakan alat yang bernama


SCADA, yang mana akan memberikan data-data dari Gardu Induk dan pembangkitan
yang berada pada ranah kerja wilayah APB itu sendiri, data data tersebut akan
ditampilkan di monitor yang berada di control room, dan akan dipantau langsung oleh
Dispatcher.
1. Pengenalan SCADA

SCADA kependekan dari Supervisory Control and Data Acquisition merupakan sebuah
sistem yang mengawasi dan mengendalikan peralatan proses yang tersebar secara geografis.
Alasan digunakannya SCADA adalah karena adanya kebutuhan untuk melakukan pengawasan
langsung dari penyaluran tenaga listrik, yaitu dengan melakukan pengumpulan informasi keadaan
peralatan atau perangkat di lapangan dan mengambil tindakan atas informasi tersebut secara
remote atau jarak jauh secara real time dan terpusat.

SCADA sudah ada di PLN Distribusi Jatim sejak tahun 1987 tepatnya di APD Jatim. Awal
berdirinya SCADA di APD Jatim adalah untuk memonitor Gardu Induk (GI) di wilayah
Metropolis (Surabaya Selatan, Surabaya Barat, Sidoarjo, Gresik). Dalam perkembangannya
dibangun juga SCADA untuk wilayah Pasuruan (tahun 1998) dan Malang (tahun 2002). Sehingga
sampai saat ini APD Jatim bisa memantau 34 GI yang berada di wilayah tengah, 32 GI di wilayah
barat, dan 29 GI di area timur. Dengan total penyulang yang terus bertambah yang pada saat ini
mencapai lebih dari 980 penyulang yang ada di Jawa Tmur.

Adanya sistem SCADA memudahkan operator untuk memantau keseluruhan jaringan


tanpa harus melihat langsung ke lapangan. Ketidakadaan SCADA dapat diibaratkan seseorang
yang berjalan tanpa dapat melihat. Sistem SCADA sangat dirasakan manfaatnya terutama pada
saat pemeliharaan dan saat penormalan bila terjadi gangguan. Sistem SCADA tidak dapat
berdiri sendiri, namun harus didukung oleh berbagai macam infrastruktur, yaitu:
1. Telekomunikasi
2. Master Station
3. Remote Terminal Unit
4. Protokol Komunikasi
Dalam operasi sistem tenaga listrik diperlukan media komunikasi yang berfungsi pula sebagai
media komunikasi yang digunakan pada system SCADA antara lain :
1. Radio data : peralatan ardio yang digunakan adalah radio modem dengan system
MARS (Multiple Access radio Sistem)
2. Pilot Calbe
3. Fiber Optic
4. PLC (Power Line Carrier)
5. Wifi
Konfigurasi Media komunikasi sebagai media transmisi data antara master station di
control center dengan RTU seperti gambar dibawah ini:

Sistem telekomunikasi data yang dipilih haruslah menjamin keamanan dan mempunyai
distorsi rendah sehingga data yang diterima dapat diproses lebih lanjut. Komunikasi data antara
RTU dan Master Station dapat dilakukan secara komunikasi langsung (slave) atau melalui proses
pengumpulan data pada RTU tertentu (RTU data concentrator) yang kemudian, setelah melalui
seleksi maka data yang penting saja yang dikirimkan ke master station. Dengan demikian,
pemakaian kanal komunikasi data dapat di optimumkan
2. Fungsi Dasar SCADA

a. Telemetering (TM)

Mengirimkan informasi berupa pengukuran dari besaran-besaran listrik pada suatu saat
tertentu, seperti : tegangan, arus, frekuensi. Pemantauan yang dilakukan oleh dispatcher
diantaranya menampilkan daya nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam KV,
dan arus dalam A. Dengan demikian dispatcher dapat memantau keseluruhan informasi yang
dibutuhkan secara terpusat.

b. Telesinyal (TS)

Mengirimkan sinyal yang menyatakan status suatu peralatan atau perangkat. Informasi yang
dikirimkan berupa status pemutus tegangan, pemisah, ada tidaknya alarm, dan sinyal-sinyal
lainnya. Telesinyal dapat berupa kondisi suatu peralatan tunggal, dapat pula berupa
pengelompokan dari sejumlah kondisi. Telesinyal dapat dinyatakan secara tunggal (single
indication) atau ganda (double indication). Status peralatan dinyatakan dengan cara indikasi
ganda. Indikasi tunggal untuk menyatakan alarm.

c. Telekontrol (TC)

Perintah untuk membuka atau menutup peralatan sistem tenaga listrik dapat dilakukan oleh
dispatcher secara remote, yaitu hanya dengan menekan salah satu tombol perintah buka/tutup yang
ada di dispatcher.

3. Fungsi Utama SCADA

Untuk dapat menjalankan tugasnya, dispatcher dibantu oleh sistem SCADA yang
terintegrasi yang berada di dalam suatu ruangan khusus yang disebut Control Center. Ruangan
tersebut adalah ruangan dimana ditempatkannya perangkat-perangkat komputer yang disebut
Master Station. Sedangkan fungsi utama dari sistem SCADA adalah sebagai berikut:

a. Akuisisi Data

Informasi pengukuran dari sistem tenaga listrik seperti tegangan, daya aktif, dan frekuensi
disimpan dan diproses secara real time, sehingga setiap ada perubahan nilai dari pengukuran dapat
langsung dikirim ke master station.

b. Konversi Data

Data pengukuran dari sistem tenaga listrik seperti tegangan, daya aktif, dan frekuensi yang
diperoleh tranducer awalnya berupa data analog untuk kemudian data tersebut dikirim oleh
tranduser ke RTU. Oleh RTU data yang awalnya berupa data analog diubah menjadi data digital.
Sehingga data yang dikirimkan ke master station berupa data digital.

c. Pemrosesan Data
Setiap data yang dikirim oleh RTU akan diolah di master station, sehingga data tersebut bisa
langsung ditampilkan ke layar monitor dan dispatcher bisa membaca data-data tersebut.

d. Supervisory Data

Dispatcher dapat mengawasi dan mengontrol peralatan sistem tenaga listrik. Supervisory
control selau menggunakan operasi dua tahap untuk meyakinkan keamanan operasi, yaitu pilihan
dan tahap eksekusi.

e. Pemrosesan Event dan Alarm

Event adalah setiap kejadian dari kerja suatu peralatan listrik yang dicatat oleh SCADA.
Misalnya, kondisi normally close (N/C) dan kondisi normally open (N/O). Sedangkan alarm
adalah indikasi yang menunjukkan adanya perubahan status di SCADA. Semua status dan alarm
pada telesinyal harus diproses untuk mendeteksi setiap perubahan status lebih lanjut untuk event
yang terjadi secara spontan atau setelah permintaan remote control yang dikirim dari control
center.

f. Tagging (Penandaan)

Tagging adalah indikator pemberi tanda, seperti tanda masuk atau keluar. Tagging sangat
bermanfaat untuk dispatcher di control center. Tagging digunakan untuk menghindari
beroperasinya peralatan yang diberi tanda khusus, juga untuk memberi peringatan pada kondisi
yang diberi tanda khusus.

g. Post Mortem Review

Melakukan rekonstruksi bagian dari sistem yang dipantau setiap saat yang akan digunakan
untuk menganalisa setelah kejadian. Untuk melakukan hal ini, control center mencatat terus
menerus dan otomatis pada bagian yang telah didefinisikan dari data yang diperoleh. Post mortem
review mencakup dua fungsi, yaitu pencatatan dan pemeriksaan.
Power Line Carrier

Power Line carrier merupakan system komunikasi yang paling banyak ditemukan pada
system tenaga listrik. Penggunaan PLC banyak digunakan untuk keperluan SCADA,
komunikasi suara, teleproteksi dan pembacaan-pembacaan meter-meter secara remote. Lebar
bidang frekuensi yang umum dipergunakan berkisar mulai dari 30 kHz sampai dengan 500
kHz. Pembatasan lebar bidang tersebut tergantung pada :
 Konstruksi dari filter frekuensi tinggi dan rendah.

 Pengaruhnya pada radio-radio broadcasting.

 Pengaruhnya pada radi pelayanan system navigasi udara.

 Menghindari interferensi diantara sesama jalur transmisi yang berdekatan perlu membuat
isolasi sedemikian rupa untuk menghindari penggunaan frekuensi yang sama
tidak saling mengganggu.
Sinyal telekomunikasi yang disalurkan harus ada peralatan khusus yang berfungsi
memasukkan (mencampur) dan mengeluarkan (memisahkan) sinyal telekomunikasi di ujung-
ujung SUTT dari frekuensi 50 Hz atau frekuensi enegi listrik yang disalurkan melalui SUTT.
Secara konfigurasi sistem PLC dapat digambar seperti dibawah ini.

Fiber Optic
Saat ini serat optik merupakan sarana komunikasi mulai dari jaringan komunikasi yang
sederhana sampai yang komplek. Dalam sistem tenaga listrik penggunaan fiber optik sebagai
sarana komunikasi juga ikut berkembang. Transmisi-transmisi baru dirancang dengan
menggunakan fiber optic yang diletakkan di dalam ground wire. Macam-macam fiber optic
yang dipergunakan di dalamsistem tenaga listrik terbagi dalam beberapa macam yaitu :
 OPGW (Optical Fiber Ground Wire)

Jenis Fiber Optic yang ditanam ditengah-tengah kawat tanah.

 ADSS (All Dielectric Self Supporting)

Jenis Fiber Optic yang dipasang dan ditarik antara tiang transmisi atau distribusi.
Pemasangan fiber optic ini dipasang pada kuat medan yang paling rendah untuk
menghindari efek gap tegangan pada permukaan fiber optic yang dapat merusak kabel.

 GWWOP (Ground Wire Wrap Optical Fiber)
Jenis fiber optic ini dililitkan pada kawat tanah dan dipasang untuk saluran transmisi
yang sudah ada.
Beberapa kelebihan dan keuntungan penggunaannya adalah sebagai berikut :
 Mempunyai lebar bidang frekuensi yang sangat tinggi hingga mencapai 2,5 GBps.
Dengan demikian satu serat optic dapat dipergunakan untuk menampung ratusan
saluran komunikasi, jauh lebih besar dibandingkan dengan pilot kabel atau radio
gelombang mikro.

 Relatif lebih kecil dan ringan dibandingkan pilot kabel, sehingga pemasangannya
jauh lebih mudah.

 Bebas dari gangguan interferensi gelombang elektromagnetik.

 Dari segi security sangat aman.

 Mempunyai rugi-rugi transmisi yang kecil.

 Kemampuan mekanis yang baik sehingga mampu self supporting.

 Biaya per bit informasi lebih murah.

 Keandalan yang tinggi dan pemeliharaan yang murah.

 Life time dapat mencapai 30 tahun.

Wifi (Wireless Fidelity)


Wireless Fidelity adalah radio dengan menggunakan gelombang mikro pada frekuensi
2,4 GHz dan 5,5 GHz. Radio gelombang mikro bekerja berdasarkan hubungan langsung
berhadap-hadapan antara antenna parabola pada jarak line of sight.

Wifi pada dasarnya berbasis peralatan Wireless LAN, yang sesuai dengan standar
802.11b atau IEEE 802.11a dan berjalan pada kecepatan 11 Mbps yang jauh lebih tinggi bila
dibandingkan dengan koneksi yang lain seperti line telepon. Peralatan ini banyak disuport
oleh vendor.
Sistem komunikasi ini berbasis Internet Protokol (IP Based) dan banyak dipergunakan
sebagai infrastruktur internet karena :
 Dapat menekan cost biaya line telepone.

 Mudah instalasinya dan jangka panjang biaya lebih rendah dibandingkan line telepon.

 Kecepatan bit mencapai 1 – 11 Mbps jika mengacu standard IEEE 802.11b.

 Merupakan standard yang open peralatan banyak tersedia di pasaran.

Media telekomunikasi yang umum digunakan adalah PLC (Power Line Communication),
Fiber Optik, dan Radio link. Pada awalnya penggunaan radio link dan PLC banyak digunakan,
terutama karena penggunaan PLC yang tidak memerlukan jaringan khusus namun cukup
menggunakan saluran transmisi tenaga listrik yang ada. Namun pada perkembangannya
penggunaan PLC mulai beralih ke Fiber Optik dikarenakan kecepatan bit per second yang jauh di
atas PLC. Pada kenyataannya ketiga media tersebut di atas digunakan secara bersama-sama,
sebagai main dan backup. Master station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak yang ada
di control center. Biasanya desain untuk sebuah master station tidak akan sama, namun secara garis
besar desain dari sebuah master station terdiri atas:
1. Server
1. Workstation
2. Historikal data
3. Projection mimic, dahulu masih menggunakan mimic board
4. Peripheral pendukung, seperti printer, logger
5. Recorder
6. Global Positioning System untuk referensi waktu, dahulu masih menggunakan master
clock
7. Dispatcher training simulator
8. Aplikasi SCADA dan Energy Management System
a. 10.Uninterruptable Power Supply (UPS) untuk menjaga ketersediaan daya
listrik
b. 11. Automatic Transfer Switch (ATS) dan Static Transfer Switch (STS) untuk
mengendalikan aliran daya listrik menuju master station.
Agar dapat melakukan akuisisi data maupun pengontrolan sebuah Gardu Induk maka
dibutuhkan suatu terminal yang dapat memenuhi persyaratan tersebut, yaitu Remote Terminal
Unit (RTU). Penggunaan RTU berawal dari RTU dengan 8 bit, hingga sekarang telah
dikembangkan RTU dengan 16 bit, bahkan sudah hamper menyerupai sebuah komputer. RTU
tersebut harus dilengkapi dengan panel, transducer, dan wiring.
Pada masa lampau, RTU dikembangkan oleh pabrikan secara sendiri-sendiri, juga dengan
protokol komunikasi yang tersendiri sehingga tidak ada standarisasi. Sebagai contoh ada RTU
dengan protokol komunikasi HNZ, Indactic, dan sebagainya. Penggunaan protokol yang
berbeda-beda ternyata menimbulkan masalah di kemudian hari ketika akan dilakukan
penggantian. Hal ini dikarenakan produk lama sudah tidak diproduksi lagi, sedangkan produk
baru sudah mengikuti standarisasi. Oleh karena itu dalam pembuatan maupun pengembangan
sistem SCADA harus mengacu pada standarisasi tersebut.
SCADA sendiri mempunyai fungsi pokok seperti Telecontrolling, Telesignalling, dan
Telemetering

Fungsi Tele Control Control,Tele Signal, Tele Metering

Untuk fungsi Distribusi fungsional RTU yang terpasang lokasi ditentukan sebagai berikut :

1. Gardu Induk
 Telecontrol : pemutus beban, pemisah, pengaturan posisi tap changer trafo.
 Telemeasurement : tegangan. arus, kwh, power factor, kvarh untuk masing-masing
penyulang masuk dan keluar, busbar dan trafo.
 Telesignalling : peralatan pemutus, posisi tap changer, dan pengaman (ground
fault, over current, DC source fault, buchholz, transformator
temperature trip/alarm atau peralatan pengaman lain).

2. Gardu Trafo Distribusi (Key Point).


 Telecontrol : pemutus beban, pemisah
 Telemeasurement : tegangan. arus, kwh, power factor, kvArh untuk penyulang trafo.
 Telesignalling : peralatan pemutus, pengaman (ground fault, over current, DC
fault atau peralatan lain).

3. Pole Mounted Swithes (recloser, loadbreak switch dll.)


 Telecontrol : pemutus beban, pemisah
 Telesignalling : peralatan pemutus dan pengaman (ground fault, over current, DC
fault, atau peralatan lain).

4. Pole Mounted Capasitor Bank


 Telemetering : capasitive current, power factor, daya reaktif, tegangan.
 Telesignalling : open close status.
Sedangkan untuk fungsi Penyaluran fungsional RTU adalah sebagai berikut :

 Telecontrol : pemutus beban, tap changer Trafo


 Telemeasurement : KV, A, MW,MVAR, Cos Phi,.

 Telesignalling : status peralatan pemutus, peralatan pengaman (ground fault, over


current, DC fault atau peralatan lain).
 Load Frequency Control
A. TELEMETERING

Telemetering adalah suatu proses pengiriman besaran ukur jarak jauh melalui media
komunikasi data. Pada sistem scada, RTU memiliki fungsi sebagai telemetering. Telemetering
pada RTU adalah RTU mengirimkan data hasil pengukuran pada CT (Current Transformator) dan
PT (Potential Transformator). Pada proses ini data hasil pengukuran oleh transducer pada RTU
akan dikirimkan ke master station pada SCADA.
Salah satu fungsi RTU (Remote Terminal Unit) untuk mengakuisisi data analog dan
meneruskan hasil-hasil pengukuran ke master station. Diagram alur data SCADA untuk
telemetering dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

busbar

modem

Alur SCADA pada proses Telemetering

 
Transducer
Mengubah satuan besaran ke besaran lain yang dibutuhkan agar dapat diproses
untuk berbagai keperluan, contohnya dari suhu ke tegangan).
 
CT/PT
Menkorversi arus dan tegangan dari sisi tegangan tinggi menjadi tegangan dan arus yang
dibutuhkan oleh transduser.
 
RTU
RTU (Remote Terminal Unit) merupakan microposessor yang bertugas melakukan
scanning, pengolahan dan penyimpanan data sementara sebelum diminta oleh pusat control
dan melakukan kendali sesuai perintah.

Namun pada Gardu Induk di Kebonagung, kWh meter yang digunakan adalah yang tipe PM,
maka untuk mengirim data ke RTU, tidak diperlukan adanya transducer, karena data yang
dihasilkan sudah digital dan sudah dapat diproses oleh RTU. Sehingga gambar diagramnya
menjadi seperti berikut :

busbar kWh meter

modem

modem

Dispatcher memanfaatkan Telemetering untuk kebutuhan pemantauan meter, baik daya


nyata dalam MW, daya reaktif dalam MVAR, tegangan dalam kV, dan arus dalam A. Dengan
demikian dispatcher dapat memantau meter dari keseluruhan jaringan hanya dengan duduk di
tempatnya, tentu saja dengan bantuan peralatan pendukung lainnya seperti telepon. Data
pengukuran yang ada di GI sendiri didapat dari CT dan PT yang mana berfungsi sebagai sensor.
CT dan PT tersebut dipasang di busbar (primary technology). CT dan PT tersebut dipasang pada
sisi incoming kubikel dari sekunder trafo (cara pemasangan CT dan PT tersebut dibaut pada
busbar). Setelah itu hasil sensing dengan CT dan PT akan dikirimkan ke kWh meter 3 fasa, kWh
meter (disini berfungsi sebagai IED /Intelligent Electronic Device) .Setelah data sampai di kWh
meter 3 fasa, RTU akan meneruskan data tersebut ke modem, kemudian modem akan mengirim
data melalui media komunikasi yang dapat berupa radio, kabel control, serat optic, dll.
Pada single line diagram di GI, kWh meter pembangkit-transmisi berada pada sisi
incoming kubikel 20 kV , sedangkan kWh meter transmisi-distribusi berada di sisi outgoing
kubikel 20 kV. Pada realnya di lapangan, kWh meter berada di control room seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini (GI Kebonagung) :


Gambar kWh meter pembangkit-transmisi.

Gambar kWh meter pembangkit-transmisi. SUTAMI 1.


Gambar kWh meter pembangkit-transmisi. SUTAMI 2.

Gambar kWh meter transmisi-distribusi penyulang Bumiayu, MOG, Wagir.


Gambar kWh meter transmisi-distribusi penyulang MOG

Gambar kWh meter IBT.


Gambar kWh meter IBT.
B. TELESIGNALLING
Dispatcher dapat memanfaatkan TS untuk mendapatkan indikasi dari semua alarm
dan status peralatan tertentu yang bisa dibuka (open) dan ditutup (close). Prinsip kerjanya sama
seperti pada telemetering, hanya saja sensor yang digunakan beda, pada kali ini sensor yang
digunakan adalah relay, relay tersebut akan memberikan status on/off nya suatu peralatan kepada
RTU untuk diteruskan ke modem dan kemudian dikirim ke master station. Data yang dihasilkan
dari relay sudah berbentuk digita, sehingga bias langsung diproses oleh RTU.
Telesignaling adalah pengambilan status peralatan tenaga listrik di Gardu Induk
atau Pusat Pembangkit untuk dapat dimonitor di Pusat Pengatur, berupa sinyal Alarm dan Indikasi
yang terhubung ke modul digital input pada RTU (Remote Terminal Unit). Sinyal Alarm memiliki
satu keadaan , yaitu keadaan ON atau OFF. Sedangkan Indikasi memiliki dua keadaan, dimana
satu keadaan tertutup (close) dan terbuka (open), seperti pada PMT, PMS rel, PMS line, dan PMS
tanah
Fungsi Telesignaling pada RTU yaitu untuk mengumpulkan status-status peralatan
misal PMT/PMS ataupun alarm peralatan dan kemudian mengirimkannya ke master station.
Bagian RTU yang menerima input signal ini adalah card DI (Digital Input). Signal yang berupa
status memakai
TeleSignal Double (TSS), sedangkan berupa alarm memakai TeleSignal Single (TSS).
Adapun alur data TS SCADA dapat digambarkan sebagai berikut:
Telesignaling juga mengumpulkan informasi mengenai kondisi sistem dan indikasi operasi,
kemudian menampilkannya pada pusat kontrol (JCC maupun RCC)

Indikasi-indikasi yang dapat dipantau dari pusat kontrol yaitu :

1. Status PMT/PMS.
2. Alarm-alarm seperti proteksi dan peralatan lain.
3. Posisi kontrol jarah jauh.
4. Posisi perubahan tap transformator.
5. Titik pengesetan unit pembangkit tertentu

Cara pengambilan data tersebut pada awalnya dilakukan oleh CT dan PT sebagai
sensing, yang dipasang pada Bay (busbar). Pada hal ini, spesifikasi CT yang digunakan
sangatlah penting, terutama pada Burdennya, Burden sendiri adalah batasan max CT ke alat
ukur.

Contoh spesifikasi kelas akurasi dan burden berdasarkan ANSI/IEEE untuk trafo pengukuran :

B0.2 adalah burden untuk trafo pengukuran dengan nilai impedansi nya 0.2 Ohm dan nilai VA
maxnya adalah 5 VA, maka dengan begitu pemasangan CT dengan alat ukur jaraknya tidak
boleh sampai mengakibatkan rugi sebesar 5 VA, Karena efeknya akan menyebabkan terjadinya
drop tegangan yang mana akan mempengaruhi keakuratan dari alat ukur tersebut.

TELECONTROLLING

Telecontroling adalah pengendalian atau pengoperasian peralatan switching pada Gardu


Induk yang jauh dari pusat kontrol. Telekontrol yang dapat dilakukan adalah open-close
PMT/PMS, start-stop PLTD, perubahan tap transformator, dan sebagainya.

Fungsi kontrol sistem tenaga listrik terbagi menjadi 4 bagian, yaitu kontrol individu, kontrol
perintah untuk pengaturan peralatan, pola kontrol otomatis dan pola kontrol berurutan. Kontrol
individu merupakan perintah langsung peralalatan sistem tenaga listrik, seperti perintah buka/tutup
PMT atau PMS, dan perintah start/stop unit pembangkit. Sedangkan kontrol perintah untuk
pengaturan peralatan merupakan fungsi kontrol yang berhubungan dengan pusat pembangkit untuk
menaikkan atau menurunkan daya pembangkitan. Kontrol otomatis adalah perintah kontrol dari
substation automation misalnya untuk load shading. Kontrol berurutan adalah kontrol otomatis
dengan menggunakan aplikasi distribusi Managemen System (DMS).

Cara kerjanya adalah CT dan PT akan menyensing arus pada Bay di GI, hasil sensing
tersebut diteruskan relay bantu yang berada di control panel, relay bantu inilah yang nantinya akan
memberikan status on off peralatan PMT/PMS. Setelah itu data yang dihasilkan dari relay bantu
tersebut dimasukkan terlebih dahulu ke transducer untuk diolah agar dapat di proses oleh RTU.
Setelah itu RTU akan mengirimkan data tersebut ke master station. Dispatcher dapat melakukan
kontrol secara remote, hanya dengan menekan satu tombol, untuk membuka atau menutup peralatan
sistem tenaga listrik. Dispatcher tinggal menekan tombol pada simbol PMT di single line diagram
suatu GI, kemudian master station mengirim sinyal perintah tersebut ke RTU. RTU meneruskan
perintah tersebut melalui card DO (Digital Output) ke PMT. Hal ini bisa dilakukan dengan bantuan
Telesinyal yang memberikan status on/off nya suatu peralatan
di pembangkit, proses pengontrollannya pun juga menggunakan relay yang memberikan status
dari peralatan itu sendiri.

PERALATAN SISTEM SCADA

Peralatan system SCADA PLN telah diatur pada POLA SCADA, yang merupakan
standardisasi peralatan baku .Kompleksitas peralatan SCADA ditentukan oleh pada level
organisasi operasi sistem tenaga listrik mana akan dioperasikan, sehingga akan didapat
keseragaman pola peralatan SCADA di PLN. Dengan adanya Philosophy ini maka tahap
selanjutnya yaitu penyusunan Functional Requirement akan lebih terarah dan lebih pasti,
mengacu kepada kebutuhan operasional sistem yang akan dioperasikan antara lain :

1. Melengkapi alat operasional jaringan tegangan menengah serta meningkatkan


kemampuan manjemen operasi sistem tenaga listrik.
2. Meningkatkan reliabilitas sistem tenaga listrik.
3. Memperbaiki kualitas jaringan tenaga listrik.
4. Menyediakan data yang akurat/tepat untuk proses lanjutan, seperti: optimisasi
operasi jaringan, perencanaan dan perawatan jaringan; maupun untuk pelayanan
pelanggan serta peningkatan kinerja manajemen operasi sistem tenaga listrik..

Dengan memperhatikan tujuan dan sasaran tersebut maka peralatan SCADA-meliputi:

  Remote Terminal Units (RTUs)


  Sistem Komunikasi.
  Master Station (Ruang Kontrol)
 Peralatan Interfacing dengan peralatan jaringan .
Master Station

Master Station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak yang ada di
control center, pada umumnya konfigurasi sebuah master station tidak akan sama, disesuaikan
dengan kebutuhan system scadanya.Namun secara garis besar konfigurasi dari sbuah master
station terdiri dari:

  Komputer Front End


  Komputer Server
  Komputer Human Machine Interface
  Komputer Database server
  Komputer Engineering
  Swicth atau HUB LAN
  Radio Master
  Recorder
  Global Position Sistem untuk referensi waktu
  DTS ( Dipatcher Training Simulator)
  UPS
  Projector
  Wall Display.
  Peripheral pendukung seperti Printer, logger
 Sofware Aplikasi SCADA untuk Server maupun HMI

Front End

Front End adalah peralatan komputer yang berfungsi sebagai peralatan komunikasi /
menghubungkan antara Master Terminal Unit dengan Remote Terminal unit, dimana fungsi
dari Front end adalah sebagai pengolah komunikasi dan menyimpan data sementara diantaranya
:Pengambilan Data dari RTU, yaitu pengambilan status dan pengukuran dapat diambil secara
polling, untuk mempercepat pengambilan data maka hanya data yang berubah yang saja yang
diambil.Penyimpan data, yaitu data status dan pengukuran yang telah di proses, disimpan di
file server, atau dikirim ke HMI.

Pengiriman data, yaitu sebagai alat mengirim data dari server ke RTU atau sebaliknya.

Pengiriman data ke HMI yaitu ketika permintaan data status RTU diterima Front End dari HMI,
maka seluruh data RTU tersebut akan dikirim ke HMI dan data ini diambil dari file Server.

Penyesuaian Waktu dari setiap RTU yaitu mempunyai fungsi agar setiap RTU mempunyai
waktu yang sama dengan Master Terminal Unit, maka secara priodik mengirim data waktu yang
diterima dari MTU ke setiap RTU yang dikelolanya.
Diagnosa RTU yaitu untuk memeriksa apabila setiap RTU masih bekerja atau tidak, maka
secara periodik dikirim data khusus ke setiap RTU. Bila RTU tidak memberikan jawaban
setelah beberapa kali pengulangan, maka Front End akan mengirimkan berita ke Master bahwa
RTU tersebut tidak berfungsi.

HMI (Human Machine Interface)

Human Machine Interface atau Man Machine Interface merupakan sarana atau perangkat
yang sangat penting dalam Pusat Pengatur Beban sebagai media komunikasi antara
Operator/Dispatcher dengan komputer, dimana operator dapat langsung memantau dan
mengomando elemen-elemen yang berada di gardu Induk k yang masuk dalam system SCADA.
Selain itu dapat juga menyimpan data data dan informasi system secara real time untuk
dijadikan bahan analisa selanjutnya.Banyaknya operator yang bekerja dalam ruangan pusat
pengatur menentukan banyaknya workstation/terminal yang diperlukan.

Sistem HMI meliputi semua peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi
kepada operator/dispatcher dan dapat dipakai oleh operator/dispatcher untuk mengoperasikan
sistem.

Secara garis besar fungsi HMI adalah sebagai berikut :

  Melihat/memantau kondisi sistem distribusi.


  Memasukkan atau merubah data.
  Melakukan navigasi diantara fungsi-fungsi SCADA.
  Memonitor dan mengendalikan peralatan Sistem Jaringan Distribusi.
 Memonitor dan Mengendalikan konfigurasi sistem jaringan distribusi.

Media Komunikasi

Kebutuhan media komunikasi dipertimbangkan berdasarkan konfigurasi antara master


computer yang berada di pusat pengendali dengan RTU. Konfigurasi yang diperlukan antara
Master Komputer dengan RTU berbentuk star atau gabungan bentuk pohon bintang .

Dengan spesifikasi media komunikasi sebagai berikut :

Low Data Speed (300 s/d 9600 bps)

Mode transmisi sinkronus atau asinkronus

Prosedur Transmisi Master-Slave

Untuk keandalan diperlukan duplikasi link komunikasi.


Media komunikasi yang dipergunakan dapat bermacam-macam diantaranya Radio Data, Pilot
Calbe, Fiber Optic, PLC (Power Line Carrier), Microwave atau Saluran Telepon ( Leased Line).

RTU

RTU adalah suatu peralatan yang terpasang pada gardu yang mana didalamnya terdapat
processor yang berfungsi untuk mengambil data baik status maupun data pengukuran secara
scanning ( polling), serta fungsi lainnya adalah melaksanakan perintah-perintah dari HMI yaitu
seperti Buka tutup CB, melaporkan realisasi apa yang diperintahkan HMI lengkap dengan
keadaan RTU saat itu (real time).

Semua rangkaian proses di sisi site atau gardu baik metering maupun status cb yang diproses
oleh RTU , selajutnya data tersebut disimpan dalam data memory (RAM) sebelum diminta oleh
Front End pada control center, selain itu juga Rtu berfungsi untuk melaksanakan komando (
Buka Tutup CB) dengan permintaan dari HMI .

Adaptation Work/Interfacing

Interfacing adalah sebuah Panel yang berisi rele-rele bantu /AUX dan terminal terminal antara
RTU dengan peralatan yang akan di kontrol oleh system SCADA.

Tele informasi Data

Besar kecilnya sistem SCADA ditentukan dari jumlah teleinformasi yang direncanakan.
Analisa kebutuhan Sistem SCADA juga mengacu pada besar kecilnya teleinformasi, karena
akan menentukan kapasitas dari master komputer yang ada.

Macam-macam teleinformasi ditinjau dari bentuknya adalah :

Digital Output, merupakan sinyal digital yang dikirim dari master komputer dan berupa sinyal
perintah seperti telekontrol.

Digital Input, merupakan sinyal digital yang dikirim dari peralatan remote ke master komputer
setelah melalui RTU yang berupa sinyal indikasi. Sinyal ini terbagi dalam 2 (dua) macam yaitu
single signalling dan double signalling yang membedakan keduanya adalah penggunaannya
misalnya untuk keakuratan posisi PMT diperlukan double signalling.

Analog Input, merupakan sinyal analog yang dikirim dari meter-meter analog yang mangalami
proses Analog to Digital Converter di RTU sebelum dikirim ke master komputer untuk diproses
lebih lanjut.
Tele informasi data dituangkan pada tele information plan untuk dapat menyusun data basenya.
Tele informaton plan di bedakan antara Tele information plan untuk SCADA, dan tele
information plan untuk pemeliharaan. Contoh Tele information plan untuk sistem Distribusi
untuk SCADA Gardu Induk.

Perangkat Lunak Sistem SCADA

Perangkat lunak Sistem SCADA sesuai dengan kebutuhan dapat dibagi dalam dua kelompok
yaitu :

1. Data Base

Seluruh informasi yang digunakan fungsi SCADA, program aplikasi sistem distribusi dan tampilan
diagram jaringan distribusi harus disimpan dalam sistem manajemen database. Untuk keperluan
khusus dapat digunakan penyimpanan berupa tabel dan flat-file di program aplikasi.

Data harus diduplikasi pada dua file server di Master Station untuk mencapai derajat
ketersediaan sistem yang tinggi. Database teleinformasi harus dapat didefinisikan dan
dimodifikasi dengan cara yang inter-aktif tetapi cukup sederhana. Sistem harus dapat
melakukan verifikasi terhadap konsistensi database RTU untuk mencegah kesalahan operasi
atau alarm yang salah.

2. Antarmuka Pemakai Grafik.

Antarmuka dengan pemakai harus berbasis grafik bit-map, interaksi dilakukan melalui alat
penunjuk.Antarmuka ini harus berupa WIMPS (Windows, Icons, Mouse and Pointer
System).Perangkat lunak antarmuka pemakai harus dapat dijalankan dalam workstation berdiri
sendiri atau bagian dari jaringan client-server. Antarmuka pemakai harus menyediakan fungsi-
fungsi untuk pemakai maupun pengembangan aplikasi sebagai berikut :

  Fasilitas untuk mendesain diagram secara dinamis.


  Fasilitas untuk me-link objek grafis dengan item database.
  Fasilitas untuk mengambil diagram secara dinamis dan untuk mengalihkan diagram ke
  layar lain atau ke workstation lain dalam jaringan.
 Fasilitas untuk menghubungkan objek grafis dengan perintah sistem.

Tampilan harus dapat berupa diagram skematik atau diagram layout geografis yang
terdiri dari objek statik dan dinamik. Diagram harus dapat didesain berdasarkan primitif (busur,
lingkaran, elips, garis, marker, poligon, polyline, persegi panjang, bujursangkar, kotak text, dan
text), warna, dan atribut (jenis garis, tebal garis, visibilitas, font, blockfill). Harus ada
fasilitas decluterring untuk diagram yaitu pengurangan detail yang berlebihan untuk layer yang
berbeda.

Aplikasi SCADA

Fasilitas dasar fungsi SCADA memiliki software yang mampu berintegrasi untuk melakukan
fungsi :

1. Pengendalian dan Akuisisi.

Akuisisi data dilaksanakan oleh subsistem akuisisi yang berinter-aksi dengan server SCADA.
Fungsi akuisisi data meliputi : pengukuran analog (tegangan, arus, MVAR, MW dan tap trafo),
input/status digital, dan pulsa dari RTU dan sistem komputer eksternal.Pengendalian harus
dilengkapi mekanisme sekuriti sekuen pengendalian meliputi keadaan awal, antara, dan
keadaan final.

2. Manajemen Event dan Alarm.

Perangkat lunak memproses seluruh perubahan data untuk mendeteksi alarm, kemudian
memberikan tanda kepada operator bila batas-batas alarm dilampaui. Perangkat lunak harus
dilengkapi daftar alarm dengan prioritas yang teratur dan fasilitas acknowledge alarm secara
interaktif. Perangkat lunak penanganan alarm harus berintegrasi dengan database relasional
sehingga memungkinkan pengambilan histori alarm dan event secara fleksibel

3. Perhitungan.

Perhitungan dilakukan atas data-data yang diperoleh dari fungsi akuisisi data. Perhitungan
meliputi fungsi-fungsi aritmetik dan logika untuk mendapatkan 'derived data'.

4. Pembagian Wilayah Kerja Operator.

Pembagian wilayah kerja operator secara geografis atau topologis harus dapat dilakukan secara
fleksibel melalui 'operator workstation'. Wilayah dan kewenangan operator harus dapat
ditentukan secara dinamis bila perubahan kondisi operasi menuntut perubah

5. Trend dan Peng-arsipan.

Perangkat lunak pengarsipan harus memungkinkan untuk memilih pengukuran diambil dan
disimpan dalam interval waktu tertentu yang bisa diubah sesuai kebutuhan.Data arsip melalui
database relasional harus dapat diambil dan diproses untuk membuat laporan menggunakan
alat/perangkat lunak standard.Harus ada juga fasilitas untuk mem-plot data arsip untuk
mengetahui trend perubahan data yang disample secara grafis.

6. Antarmuka Client (dalam 'Client-Server' SCADA).

Perangkat lunak SCADA harus diimplementasikan menggunakan teknik 'object oriented


program'. Fungsi SCADA dan element data merupakan objek. Objek ini dengan atribut fungsi
antarmuka client memberikan Application Program Interface (API) SCADA. Antarmuka
'client' memungkinkan integrasi aplikasi yang terdistribusi dengan fungsi dasar SCADA.

7. Program Aplikasi

Untuk sistem Distribusi program Aplikasi yang di implementasikan untuk pengelolaan jaringan
Distribusi adalah Distribution Management System (DMS ) . Sedangkan untuk Sistem
Penyaluran program aplikasi pengelolaan jaringan sistem tenaga listrik dengan SCADA adalah
Energy Managemen System ( EMS ) . Agar program Aplikasi dapat berfungsi dengan sempurna
maka kedisiplinan dalam menjaga kelengkapan peralatan SCADA khususnya pada saat ada
penambahan perlatan di lapangan ( Penyulang, trafo,kapasitor dll ) harus konsisten. Demikian
pula penyesuaian data base di Master Station.

Sistem Scada Jawa Bali

Data Sistem scada MASTER STATION terdiri dari 6 Control Center :

  JCC GANDUL (Gandul, Depok) Tugas switching 500 Kv Jawa Bali.


 RCC CAWANG (APB DKI JAKARTA dan BANTEN) Tugas pengaturan sistem
 150/70kV DKI Jakarta dan Banten.
  RCC CIGELENG (APB Jawa Barat) Pengaturan sistem 150/70KV Jawa Barat
 RCC UNGARAN (APB Jawa Tengah dan DIY) Pengaturan sistem 150/70kV Jawa
 Tengah dan DIY
  RCC WARU (APB Jawa Timur) Pengaturan 150/70kV Jawa Timur
 RCC BALI (APB Bali) Pengaturan sistem 150/70kV Bali.

REMOTE STATION

Link Komunikasi SCADA

Media komunikasi yang digunakan untuk SCADA Jawa Bali adalah :

  Fiber Optic
  PLC
  Pilot Cable
 Radio Microwave
KONFIGURASI LINK KOMUNIKASI UNTUK SISTEM SCADA 500 KV
KONFIGURASI SCADA JAWA TIMUR
Remote Terminal Unit (RTU)

RTU (Remote Terminal Unit) adalah salah satu komponen dari suatu sistem pengendali tenaga

listrik yang merupakan perangkat elektronik yang dapat diklasifikasikan sebagai perangkat

pintar. RTU biasanya ditempatkan di gardu induk, gardu hubung, gardu distribusi, maupun

pusat – pusat pembangkit sebagai perangkat yang diperlukan oleh Control Centre untuk

mengakuisisi data-data rangkaian proses dalam melakukan telecontrol, telesignal dan

telemetering. RTU merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pengendalian,

sehingga RTU ini harus mempunyai tingkat keandalan dan ketepatan (akurasi) yang tinggi, dan

tidak boleh terpengaruh oleh gangguan-gangguan, misalnya noise, guncangan tegangan catu,

dsb.

Remote Terminal Unit atau RTU mempunyai fungsi yang sangat penting bagi komunikasi SCADA

di gardu induk, umumnya untuk mengontrol peralatan dan memantau status peralatan. RTU

mengumpulkan data pada kubikel dan mengirimkan data tersebut ke master station menggunakan

komunikasi data DNP 3.0 Serial melalui Cloud Icon +. Cloud Icon+ adalah jaringan yang

digunakan pada sistem SCADA di PT PLN (Persero) sebagai jalur komunikasi antara RTU dengan

master station. RTU juga mengolah kontrol dari master station kepada peralatan di kubikel seperti

kontrol open/close PMT, reset relay, reset panel/annunciator, dll. Protokol yang digunakan untuk

komunikasi RTU ke IED biasanya adalah Modbus.


Gambar Skema RTU di Gardu Induk

Tugas pokok RTU adalah :

 Mengumpulkan data Status/Alarm dan Pengukuran kemudian mengirimkannya ke

Control Center.

 Meneruskan perintah Control Center.

Pada prinsipnya RTU mempunyai fungsi dasar sebagai berikut :

 Mengakuisisi data analog maupun sinyal digital.


 Melakukan kontrol buka/tutup kontak, naik/turun start/stop setting atau fungsi-fungsi

set point lainnya.

 Meneruskan hasil-hasil pengukuran (daya aktif, daya reaktif, frekuensi, arus,

tegangan, energi) dan sebagainya ke pusat pengendali/Control Centre.



 Sebagai data logging, RTU berfungsi untuk merekam semua kejadian, termasuk apabila

terdapat kelainan dari sistem maupun sinyal yang sedang dipantau. Data logging disini dapat

bersifat pengarsipan. Laporan dapat diperoleh dari layar monitor atau dari printer, dalam

bentuk kumpulan data berdasarkan tanggal/bulan sesuai yang diminta untuk keperluan

pengecekkan atau perbaikan.



 Sebagai Event recording. Agak berbeda dengan data logging, Event recording

merekam setiap kejadian sesuai dengan prosedur yang ada atau sesuai dengan yang

diperintahkan/diprogram dari pusat pengendali, misalnya perintah buka/tutup pemutus

hubungan beserta reaksinya (sudah dilaksanakan, gagal dsb), hasil – hasil pengukuran beserta

komentarnya (nilai pengukuran atau berita khusus bila batas terlampaui, dsb).

 Berkomunikasi dengan lokal personal komputer untuk keperluan supervisi dan

pengendalian secara lokal serta untuk keperluan pemeliharaan (commisioning).

Bagian utama pada RTU adalah :

 
Modul CPU

Fungsi Modul Mikroprosessor adalah organisasi aliran data. Sinkronisasi waktu dengan GPS

lokal atau GPS di Control Centre, Sinkronisasi komunikasi serial atau field bus.
 
Modul I/O

Fungsi utama dari I/O adalah sebagai media masukan besaran analog, sinyal digital, transduser,

akumulator, dan sumber sinyal lainnya dari rangkaian proses. Disamping itu, I/O juga

merupakan perangkat-perangkat yang melakukan dan meneruskan perintah kendali seperti

untuk pegoperasian relay, pemutus daya, motor start/stop unit dan lain sebagainya termasuk

kendali set point. Modul I/O harus dapat berfungsi sebagai :

1. Restitusi Logic

Sinyal dengan restitusi logic digunakan untuk pengendalian jarak jauh. Seperti

peralatan pemutus rangkaian, switchgear, isolators dll. Peralatan yang dituju dapat diaktifkan

dengan mengirimkan perintah tutup/buka dari pusat kendali. Pengendalian satu atau lebih

peralatan (tergantung dari kemampuan modul) dapat dilakukan serempak untuk sebuah

perintah open/close.

2. Restitusi Analog

Pusat kendali (Control Centre) memberikan besaran analog tertentu yang dikirimkan ke

Control Unit dalam bentuk digital. Kemudian oleh modul khusus untuk restitusi analog ini,

data digital yang dikirimkan dari Central Unit dikembalikan kedalam bentuk analog, yang

dipakai sebagai besaran referensi pada peralatan yang dikendalikan.

3. Keluaran Logic untuk Animasi Diagram Mimic

Diagram mimic bermanfaat untuk melihat secara visual keadaan kerja sistem jaringan listrik

yang dikontrol dan ditandai dengan indikator lampu menyala (steady/flashing) atau mati.

Modul I/O memberikan keluaran logic yang urutan operasi indikatornya dikontrol oleh

software yang ada pada Central Unit. Sinyal ini biasanya digunakan untuk pengendali animasi

diagram mimic yang terletak di Control Centre atau Substation.

4. Akuisisi Counting
Modul dengan fungsi akuisisi Counting ini digunakan untuk menerima data yang dihasilkan

oleh pengukur daya (misalnya: KwH, dsb), ini dipergunakan untuk bukti transaksi jumlah daya

yang dipergunakan.
 
Modul Komunikasi

Fungsi modul komunikasi yaitu dapat berkomunikasi menggunakan protokol sesuai dengan

standar, memiliki fungsi http dan ftp (opsional), dapat melakukan switch secara otomatis.
 
Modul Power Supply (Catu Daya)

Power Supply Unit adalah modul yang menyediakan catu daya untuk keperluan operasi.
Lampiran
TRANSMISI
\\\\\\\\\\\\\\\\\
Banda Aceh
Rencong
Sigli PLTU 30 MW
Bireueun Panton Labu
PLTG
2X50 MW
Lhokseumawe

Seulawah Idie
PLTG
2X55 MW ACEH Takengon

Langsa
Talang Cut
PLTA
2x21 MW Kuta Cane P.Brandan
Meulaboh 2x22 MW PLTG/U
PLTU Binjai Belawan
2X100 MW Sei.Rotan PLTU
P. Geli
Perbaungan 2X100 MW
Blangpidie
Titi Kuning K.Tanjung

SUMBAGUT Tapaktuan
Brastagi
T.Tinggi

Galang
G.Para Asahan III
154 MW
Kisaran

P.Siantar Aek Kanopan


Sidikalang
Subussala
m SUMUT Tele
Porsea
R.Prapat
Bagan
Siapiapi
Asahan I
Simangkok
Ke MALAYSIA
Tarutung
180 MW Dumai
PLTP K.Pinang
PLTA Sarula
6x55 MW G.Tua
Sipan
s Sibolga Duri
Sipahora
PLTU Bagan Batu Garuda
Teluk Perawang
Labuanangin Sakti
2x 100 MW Pasir Lembu
Pd. Sidempuan Pangarairan
Bangkinang
Panyabungan Kulim
Kt.Panjang
Rangakaian
Simpang Empat Kerinci

Pd. Luar Payakumbuh RIAU Rengat


Tembilahan

Maninja Batusangkar
T.Kuantan
u Ombilin Kuala Tungkal
Lubuk Singkarak PLTU
Alung HPP Indarun
Pauh Limo
g Salak SUMBAGTENG Kiliranjao
Cirenti
2x150 MW

S.Haru Solok Aur Duri


Payo Selincah
Bungus Muara bungo

SUMBAR
PLTG
Sangeti

PLTU
Pesisir
JAMBI Muara Bulian
28 MW PLTGU
Pal Timur
150 MW
2x100 MW S.Penuh Borang 1. PLTG Apung
Bangko 2. PLTG Ex Pulo Gadung
Sorolangun Tl.Duku 3. IPP Palembang Timur
PLTA
Tl.Kelapa
Meerangin 3 Excess Power
350 MW 2
PLTU Betung PERTAMINA+PUSRI
2x100 MW 4 5 (2001)
PLTU 1
PLTA
Banjarsari Keramasan 6
Lebong 7
12 MW 2x100 MW Bukit Prabu

SUMBAGSELSUMSEL
Lubuk mulih Mariana
Asam PLTGU
Linggau
Tes Sp Tiga120 MW
Kayu
Muara Agung
Pekalongan Enim Gunungmegang
Sukamerindu Lahat PLTU
Sp. Surabaya
Musi 400 MW
Gumawang

BENGKULU Baturaja Blambangan


Umpu
PLTU
Pagar Alam Baturaja Bukit Kemuning Menggala Sukadana
2x100 MW

Mann PLTA Sribawono


a Besai Bandar Kotabumi
Agung Tegineneng
PLTA Metro
Adijaya
B.Tegi Natar
Krui
Pagelaran Sutami
PLTP

LAMPUNG
Ulubelu Gd. Tataan
2x55 MW Tl. Betung
Kota
Agung Tarahan
New Kalianda
Tl. Ratai Tarahan

Bakauhun
i

PRO
IK MKRNG
S LAYA U SLR
IA
GU GU
C LGON
JTAKE TGRNG
ASAH I ACC BKAS I GUU
M TWAR
KKSTL SRANG KMBNG CW ANG
KSBRU HRGLS
CBATU JTBRG
GNDU L JTLHR A
JVA
H
A SRAG I JPARA
CBBAT TBROK
BGBRU CB
I NG A
CRATA UBRNG GU PAT I
MADURA
PDLRG KUDUS GRS K
I
CRBON RBANG
BDSLN PMLNG BABAT
P SG LNG A KRPYK ACC BLORA LNGAN U
KBSEN GU GLTMR BKLAN
SALAK ACC PKLON W LER I CEPU
KM JNG UNGAR SPANG PMKSN
CN JUR CGR LG P BMAYU
UNGAR A
B JGRO U PERAK
GARUT MRCI A SGMDU
KDMBO
DR JAT P M JNNG G ARNG
RW ALO A
CAM SI SGRAH
JELOK
KR AI N ACC
A SRGEN
W SOBO
TSMYA BN JAR PWR JO BO JL I JAJAR
NGAW I W ARU
LMN SI KNTUG BNG LI
G GBONG PEDAN MKRTO GRAT I PI
PALUR SURYA
U
MNR JO
BNTUL KLTEN MGUNG KBAGN PBLGO
KDBRU
W
L ANG
B
A A
W LNG I KKTES LM JNG

12
2
PConsumers
Penyaluran
5 Unit
DISTRIBUSI
PEMBANGKI
PENYALURA
e dan
Distribusi
Pusat
TAN
N
r Pengatur
u Beban
s (P3B) Jawa
a Bali
h
a
a
n

-
P
T
I
P
,
P
T
P
J
B

-
K
I
T
S
w
a
s
t
a

12
3
NUTUP
LINGKUP KERJA
P3B SUMATRA

LINGKUP KERJA
P3B JAWA BALI

APB
(ArePengaturBeban)
6.1 Kesimpulan

B
A
B
V
I
P
E

12
4
Dari hasil pembuatan Pengembangan Sistem Informasi Pemeliharaan
Gardu Induk di Wilayah PLN APP Malang, dapat diambil kesimpulan berikut.
Sistem informasi pemeliharaan gardu induk telah diimplementasikan
di wilayah PLN APP Malang untuk menggantikan fungsi Microsoft Excel..

6.2 Saran
Dalam laporan akhir ini diajukan beberapa saran untuk pengembangan sistem
infromasi pemeliharaan gardu induk selanjutnya.
1. Sebaiknya tampilan data agenda kegiatan dimunculkan dalam pop-up
window.
2. Sebaiknya laporan agenda kegiatan dapat dicetak berdasarkan bulan.

12
5

Anda mungkin juga menyukai