Anda di halaman 1dari 2

POTENSI PEMANFAATAN ENERGI GEOTHERMAL SECARA LANGSUNG MAUPUN

TIDAK LANGSUNG
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak potensi panas bumi yang nantinya
dapat digunakan dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik. Menurut pasal 1 Undang-Undang
No.27 Tahun 2003 tentang panas bumi, panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di
dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik
semua tidak dapat dipisahkan dalam sistem panas bumi dan untuk pemanfaatnya diperlukan proses
penambangan. Sejak tahun 1992 kebutuhan energi listrik nasional meningkat mencapai 18% rata-
rata per tahun, atau sekitar dua kali lebih tinggi dari skenario yang dibuat pada tahun 1990. Hal ini
disebabkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi nasional kaitannya dengan pertumbuhan industri
dan jasa konstruksi apabila keadaan ini terus bertahan, berarti diperlukan upaya untuk
mengembangkan energi alternatif yang bersifat renewable resources atau renewable energy.

Potensi sumber daya energi panas bumi yang dimiliki Indonesia mencapai sekitar 40% dari potensi
panas bumi dunia yang telah dimanfaatkan, tersebar di Jawa, Bali dan Sumatera (Geothermal
Indonesia, 2017). Menurut Badan Geologi ESDM (2011) menjelaskan bahwa potensi panas bumi di
Indonesia tersebar di 285 titik daerah sepanjang busur vulkanik dengan total potensi sebesar 29,215
GW (Fandari, 2014). Berdasarkan tinjauan geologi, sumber panas bumi yang paling prospek
terdapat pada daerah aktivitas vulkanik resen antara lain daerah pengangkatan kwarter atau daerah
kwarter dan juga daerah amblesan tersier (Solia, 1976 dalam Ernesia, 2013).

Panas bumi telah dimanfaatkan sampai dengan saat ini, baik untuk pemanfaatan langsung
maupun pemanfaatan tidak langsung yaitu untuk pembangkit listrik (Fridleifsson, 2001).
Kementerian ESDM telah menetapkan di dalam roadmap pengembangan panas bumi tahun 2004-
2025, bahwa target pengembangan PLTP sampai dengan tahun 2025 adalah sebesar 9.500 MW,
dengan tahapan 2.000 MW (tahun 2008), 3.442 MW (tahun 2012), 4.600 MW (tahun 2016), dan
9.500 MW (tahun 2025). Namun sampai saat ini berdasarkan data Kementerian ESDM, kapasitas
terpasang PLTP pada 2020 mencapai 2.130,7 MW, tidak berubah dari kapasitas terpasang pada
2019. Bila 196 MW beroperasi tahun ini, berarti total kapasitas terpasang PLTP hingga 2021 ini
akan meningkat menjadi 2.326,7 MW, yang baru dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, sehingga
diperlukan percepatan pengembangan panas bumi untuk mencapai target di atas.

Operasional PLTP tidak memerlukan energi primer untuk menggerakkan turbin, hal ini karena uap
air diekstraksi dari perut bumi melalui sumur produksi. Uap yang dihasilkan oleh sumur dipisahkan
oleh separator, sehingga menghasilkan uap dan brine. Brine merupakan fasa cair dari hasil
pemisahan uap panas bumi diseparator. Uap dipergunakan untuk memutar turbin. Setelah memutar
turbin uap tersebut terkondensasi menjadi air. Air hasil kondensasi iniseharusnya diinjeksikan
kembali ke dalam reservoir untuk menjaga keberlanjutan reservoir sehingga sumber daya panas
bumi dapat terus terjaga keberlanjutannya.Ketika air dan brine yang dihasilkan oleh PLTP ini tidak
diinjeksikan kembali, maka air dan brine tersebut menjadi limbah.

Pemanfaatan langsung panas bumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan, antara lain
pertanian, perikanan dan wisata. Pemanfaatan langsung panas bumi temperatur 20 ºC hingga lebih
dari 100 ºC. Sesuai perkembangan teknologi saat ini, pemanfaatan langsung panas bumi ini dapat
juga untuk pembangkit listrik. Air panas yang berasal dari manifestasi panas bumi dapat digunakan
untuk menghasilkan listrik. Air panas atau uap yang dihasilkan dari manifestasi mata air panas dan
fumarola dapat dimanfaatkan secara langsung, misalnya :

1). Pemandian air panas, Air yang muncul dari mata air panas memiliki temperatur sekitar 300 C.
Air tersebut dapat langsung dimanfaatkan untuk pemandian, atau dialirkan langsung ke rumah-
rumah penduduk. Hal ini dimungkinkan karena daerah yang berhawa dingin. Di samping itu,
dengan adanya kandungan mineral yang ada dalam air atau uap, dapat dimanfaatkan untuk
menyembuhkan penyakit kulit, melegakan otot-otot yang kaku dan bahkan untuk spa kesehatan
(balnelogi). 2). Kolam renang, Daerah prospek panas bumi, akan lebih baik jika pada daerah
tersebut dibangun kolam renang air hangat, dengan memanfaatkan air yang ada di sekitar mata air.
Hal ini dapat meningkatkan minat wisatawan sekaligus menambah nilai tambah bagi perkembangan
wisata di daerah tersebut. 3). Pengeringan produk pertanian, Banyaknya produk pertanian yang
dihasilkan oleh para petani di sekitar daerah prospek, memungkinkan untuk mengembangkan
potensi energi panas bumi untuk mengolah produk pertanian terutama paska panen, baik itu berupa
pengeringan atau yang lainnya sehingga dapat meningkatkan mutu dan daya simpan. 4). Budidaya
perikanan, Keberadaan air panas memungkinkan masyarakat sekitar untuk mengembangkan
perikanan, dengan cara mengalirkan air panas ke dalam kolam penakaran yang digunakan untuk
menjaga kestabilan suhu sehingga pertumbuhan ikan dapat optimal. 5). Pemanas ruangan,
Banyaknya rumah penduduk dan bangunan hotel yang ada di sekitar daerah prospek serta suhu
udara yang relatif dingin, memungkinkan fluida panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai
penghangat ruangan.

Tindakan dalam memaksimalkan potensi geothermal tentunya tidak mudah. Untuk itu perlu
adanya studi lanjut tentang bagaimana cara mengeksplorasi sumber geothermal di Indonesia. Kita
harus memahami bagaimana cara kerja dari pemanfaatan geothermal agar dihasilkan energi secara
maksimal dengan metode yang tepat. Alat yang digunakan juga perlu dirancang sedemikian rupa
dalam jumlah yang besar. Hal-hal lain seperti keselamatan kerja dan dampak lingkungan juga perlu
dikaji lebih dalam agar tidak menimbulkan masalah yang sama pada pembangkit listrik tenaga uap
dengan batu bara.

Anda mungkin juga menyukai