Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN BAB I

Metode Analisis Kestabilan Lereng (Circular Failure) dengan


Metode Grafis (Hoek & Bray)
Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Praktikum Geoteknik
Pertambangan pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:
Nama : Gilang Amanda Muhtar
NIM : 11190980000008
Kelompok : 6 (Enam)
Nama Asisten Dosen: 1. Rendy Adrista Farrand, S.T
2. Ananda Riandini Dae Dore
3. Krisna Bayu Kartawinata
4. Luthfi Adnantio Reksadipo
5. Muhammad Afifi Sartana
6. Mutiara Nur Alifia
7. Raihana Herawisista Afifa

Program Studi Teknik Pertambangan


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2022M/1443H
BAB I
Metode Analisis Kestabilan Lereng (Circular Failure) dengan
Metode Grafis (Hoek & Bray)

1.1. Hari dan Tanggal Praktikum

Kamis, 10 Maret 2022

1.2. Tujuan Praktikum

Praktikan mampu melakukan analisis kestabilan lereng menggunakan


metode grafis (Hoek & Bray) dengan berbagai kondisi air tanah pada
lereng.

1.3. Abstrak

Metode grafis hoek & bray adalah metode analisis kestabilan lereng
menggunakan sebuah grafik, sebatas hanya untuk menganalisis material
homogen dan kontinu yang di dalamnya menganalisis longsoran busur
(longsoran yang bidang luncurnya berbentuk busur atau hampir
mendekati). Praktikum ini menganalisis kestabilan lereng dengan
berbagai keadaan muka air tanah menggunakan metode hoek and bray
yang menghasilkan nilai faktor keamanan tertinggi 2,25 (lereng relatif
stabil) dan terendah 1,39 (lereng kritis). Agar kepada pengawas serta
geotechnical engineer terkait untuk mengawasi nilai faktor keamanan
pada lereng sehingga perlu untuk membuat perbaikan seperti menyunting
geometri lereng secara berkala jika terdapat kerusakan dan membangun
sistem penyaliran dan penirisan tambang yang ideal untuk mencegah
lereng terendam air.

Kata kunci : Muka air tanah, Faktor keamanan, Grafik hoek & bray
1.4. Dasar Teori

Beberapa ahli geologi lebih lanjut membatasi istilah untuk batuan


sedimen yang terutama terdiri dari partikel berukuran tanah liat (diameter
kurang dari 1/256 milimeter) dan tidak dilaminasi atau mudah dipecah
menjadi lapisan tipis; batuan seperti itu yang memperlihatkan belahan
yang kira-kira sejajar dengan bidang perlapisan sering diklasifikasikan
sebagai serpih lempung. Batu lempung yang masif dan bergumpal kadang-
kadang disebut batulumpur, tetapi beberapa ahli geologi menggolongkan
batulumpur sebagai lumpur yang mengeras sebagian yang mengendur saat
dibasahi, menggunakan istilah batulempung untuk material yang mengeras
sepenuhnya.(Rodriguez, 2016)

Sebuah desain lereng yang digunakan didasarkan pada evaluasi terbaik


dari jenis dan karakteristik batuan, geologi struktural, dan kondisi air tanah
terkait. Bahkan desain lereng terbaik pun memerlukan beberapa rata-rata
dari semua informasi ini, dan variasi lokal dalam geologi atau kondisi air
tanah tidak dimasukkan ke dalam desain.(Hustrulid et al., 2001)

Circular failure adalah longsoran permukaan yang berbentuk circular


atau berbentuk busur atau yang mendekati bentuk busur yang banyak
terjadi pada lereng tanah atau batuan yang lapuk atau sangat terkekarkan
dan di lereng-lereng timbunan (Disposal). (Arif, 2016) Jalur longsoran
biasanya diketahui dari satu atau lebih bidang diskontinuitas. Dalam kasus
material tanah, pola struktur yang terdefinisi kuat tidak ada lagi dan
permukaan runtuh bebas untuk menemukan garis dengan tahanan paling
kecil melalui lereng..(Hoek and Bary, 1974). Circular failure akan terjadi
ketika partikel individu dalam tanah atau massa batuan sangat kecil
dibandingkan dengan ukuran lereng dan ketika partikel-partikel ini tidak
saling terkait sebagai akibat dari bentuknya.(Hoek and Bary, 1974)
Kadang-kadang diasumsikan bahwa muka air tanah mewakili elevasi
saturasi dalam tanah, tetapi itu tidak benar, karena tanah di atas muka air
tanah juga dapat jenuh oleh aksi kapiler, karena air dapat ditarik ke dalam
tabung gelas kecil. Jumlah kenaikan kapiler kecil di pasir, tetapi bisa
menjadi besar ketika pori-pori lebih halus, seperti di tanah liat. Muka air
tanah didefinisikan sebagai tingkat di mana air tanah akan naik di lubang
bor terbuka di mana aksi kapiler tidak berpengaruh.(Handy & Spanger,
2007)

Nilai yang didapatkan dari faktor keamanan mempengaruhi faktor


ekonomis suatu lereng, dengan meningkatkan faktor keamanan sedikitnya
0,5 dapat menambah biaya secara substansial, sehingga sering kali
menguntungkan untuk mencoba dan memangkas faktor keamanan dengan
melakukan lebih banyak uji tanah dan meningkatkan keandalan statistik
hasil. Jadi, tes murah yang dilakukan berkali-kali mungkin lebih akurat
dan menciptakan lebih banyak kepercayaan daripada tes mahal dan lebih
canggih yang dapat dilakukan hanya beberapa kali dengan jumlah uang
yang sama.Faktor keamanan juga mungkin lebih rendah di mana
kegagalan sesekali dapat diterima. Contohnya adalah lereng tambang, di
mana perbaikan berkala dari titik-titik lemah lebih hemat biaya daripada
overdesign seluruh proyek. Di sisi lain, bendungan bumi yang
kegagalannya akan membahayakan ribuan nyawa jelas membutuhkan
penyelidikan dan faktor keamanan yang lebih andal dan konservatif.
(Handy & Spanger, 2007)
Diagram yang digunakan pada metode grafis, berguna untuk menentukan
kestabilan lereng pada tahap awal ataupun untuk mengevaluasi hasil
perhitungan detail yang telah dilakukan secara sederhana.(Arif, 2016)

1.5. Langkah Kerja


1.5.1. Alat dan Bahan Praktikum

1.5.1.1. Alat Praktikum


1) Laptop
2) Print out grafik Hoek & Bray
3) Alat tulis bertinta biru
4) Penggaris
5) Kalkulator

1.5.1.2. Bahan Praktikum


1) Data karakter fisik dan mekanik pembentuk lereng
2) Data geometri lereng

1.5.2. Diagram Alir Praktikum

Praktikum dimulai.

1.6. Temuan dan Hasil Praktikum


1.6.1. Temuan Praktikum
1) Tabel 1.1. Karakter fisik dan mekanik pembentuk lereng
Disiapkan alat-alat praktikum seperti laptop,
2) Tabel
print 1.2. Data
out grafik hoekgeometri
& bray, lereng
kalkulator, alat
tulis bertinta biru, penggaris , serta kalkulator.

3) Grafik keadaan muka air tanah completely dry

Disiapkan bahan-bahan praktikum seperti data


karakter fisik dan mekanik pembentuk lereng
serta data geometri lereng terkait.
Gambar 1.1. Hasil sketsa grafik keadaan completely dry
No No Karakteristik
Karakteristik NilaiNilai
1 1 Material
Kohesi lereng
(C) Claystone
34,76 kN/m2
2 Tinggi lereng (H) 22,5 m
2 Sudut geser dalam 21°
3 kemiringan lereng (α) 17°
3 Bobot isi basah ( y saturated) 19,25 kN/m2
4 Bobot isi kering ( y dry ) 11,03 kN/m2
5 Bobot natural 14,76 kN/m2

4) Grafik keadaan muka air tanah damp

Gambar 1.2. Hasil sketsa grafik keadaan damp


5) Grafik keadaan muka air tanah wet
Gambar 1.3. Hasil sketsa grafik keadaan wet
6) Grafik keadaan muka air tanah dripping

Gambar 1.4. Hasil sketsa grafik keadaaan dripping

7) Grafik keadaan muka air tanah flowing

Gambar 1.5. Hasil sketsa grafik keadaan flowing


1.6.2. Hasil praktikum
1. Tabel 1.3. Hasil Praktikum

No Grafik FS Terendah Keadaan Lereng


Completely
1 2.25 Relatif stabil
dry
2 Damp 1.6 Relatif stabil
3 Wet 1.54 Relatif stabil
4 Dripping 1.47 Kritis
5 flowing 1.39 Kritis

1.7. Bahasan Pertanyaan pada Modul

1) Apa itu metode grafis di dalam analisis kestabilan lereng?

Metode grafis di dalam analisis kestabilan lereng merupakan


metode yang menggunakan grafik atau diagram dalam
menganalisis kestabilan lereng. Diagram ini dapat digunakan
untuk menentukan kestabilan lereng pada tahap awal ataupun
untuk mengevaluasi hasil perhitungan detail yang telah
dilakukan secara sederhana.

2) Mengapa metode Hoek & Bray hanya bisa digunakan untuk


lereng yang homogen dan kontinu?

Karena metode ini adalah metode yang sederhana dan diagram


nya hanya dapat memperkirakan kelongsoran dari pensifatan
material yang sejenis serta tanpa ada bidang diskontinu nya dan
hanya dapat digunakan untuk menganalisis kelongsoran busur
saja, yang mana longsoran yang bidang luncurnya berbentuk
busur atau hampir menyerupainya, dapat terjadi pada material
homogen dan kontinu.

3) Bagaimana pengaruh muka air tanah terhadap kestabilan


lereng, jika dilihat dari segi lingkungan?

Dari segi lingkungan, suatu lereng akan mengalami


peningkatan muka air tanah dengan berbagai keadaan hingga
mengeringnya, yang mana berpengaruh pada kenaikan
tegangan pori pada tanah dan batuan pembentuk lereng. Pada
kondisi jenuh, maka lereng akan mengalami penurunan nila
faktor keamanan dan akan menambah beban lereng sehingga
kemungkinan lereng untuk longsor akan semakin tinggi.

4) Sebutkan metode grafis lainnya yang dapat digunakan selain


Hoek & Bray!

Metode Taylor, Metode Janbu, Metode Cousins dan Metode


Morganstren

5) Jelaskan apa itu circular failure!

Longsoran busur (circular failure) adalah salah satu dari jenis


longsoran yang banyak terjadi pada lereng tanah dan batuan
yang lemah , lapuk atau sangat terkekarkan dan di lereng-
lereng timbunan (disposal). Bentuk bidang luncur nya
menyerupai sebuah busur atau hamper mendekati bentuk
sebuah busur. Longsoran jenis ini juga sering terjadi apabila
ukuran fragmen tanah atau massa batuan sangat kecil
dibandingkan dengan ukuran lereng. Oleh karena itu, lereng
yang tersusun dari material pasir (sand), lanau (clay) atau
partikel lain yang ukurannya lebih kecil dapat mengalami
longsoran busur (Kemungkinan besarnya).

1.8. Pembahasan

Dari hasil yang didapatkan serta analisis yang dilakukan, jika suatu
lereng, dimana karakter fisik dan mekanik pembentuk lereng serta
geometri lerengnya menjadi variable bebas sedangkan keadaan muka air
tanah sebagai variable terikatnya (Completely dry, damp,wet,dripping &
flowing) , maka nilai faktor keamanan akan terus berkurang dari keadaan
muka air tanah kering total hingga ke keadaan jenuh total.
Metode grafis adalah metode yang menggunakan diagram atau grafik
untuk menganalisis kestabilan suatu lereng contoh nya lereng timbunan
(disposal). Metode yang digunakan adalah metode grafis Hoek & Bray.
Metode ini hanya dapat digunakan untuk material tanah atau batuan yang
lapuk , homogen serta kontinu. Sehingga hanya dapat digunakan untuk
menganalisis kemungkinan longsoran busur, yaitu longsoran yang bidang
luncur nya berbentuk busur atau hampir mendekati. Metode ini dinilai
kurang akurat karena masih berprinsip manual serta riskan akan kesalahan
pembacaan skala pada grafik terkait atau bahkan kesalahan penggunaan
jenis grafik nya serta berfungsi untuk menganalisis kestabilan suatu lereng
pada tahap awal ataupun untuk mengevaluasi hasil perhitungan detail yang
telah dilakukan, dengan cara yang sederhana dan memiliki 5 (lima)
parameter yang mempengaruhi nilai faktor keamanannya suatu lereng
terkait, yaitu ketinggian lereng (H), tinggi muka air tanah , kohesi tanah
(c), dan sudut geser dalam.

Pada praktikum ini, digunakan acuan faktor keamanan menurut Bowles


(1991) Didapatkan nilai faktor keamanan tertinggi berada pada skema
lereng keadaan kering total sebesar 2,25 (lereng relatif stabil) dan yang
terendah pada skema lereng keadaan jenuh total sebesar 1,39 (lereng
kritis). Secara runut, penurunan nilai faktor keamanan paling mencolok
adalah antara skema muka air tanah 1 ke skema muka air tanah 2. Dimana
selisih nya mendekati angka 0,65 yang mana hal ini dapat dianggap wajar
disebabkan mulai berubah nya skema dengan adanya faktor muka air
tanah, karena salah satu faktor yang dapat menyebabkan longsor adalah
meningkatnya kandungan air pada lereng. Diketahui pula, selisih dari
skema 2 terhadap skema 3 dan skema 3 terhadap skema 4 serta skema 4
terhadap skema 5 adalah berturut-turut 0,06 , 0,07 , 0,08. Sehingga
penurunan nya relatif menerus dan sesuai dengan prinsip bahwa semakin
besar kandungan air pada lereng serta semakin tinggi muka air tanah nya,
maka kemungkinan longsor akan semakin tinggi dan nilai faktor
keamanan akan semakin berkurang. Pada skema lereng jenuh total,
diketahui bahwa lereng masih dalam keadaan kritis belum mencapai
keadaan labil yang kemungkinan untuk dapat menaikkan nila faktor
keamanannya, dapat direkayasa tinggi serta sudut kemiringan lerengnya.
Pada skema lereng kering total, diketahui lereng dalam keadaan stabil
yang menjabarkan bahwa geometri lereng sudah cukup ideal sebagai
lereng disposal dengan sudut kemiringan lereng sebesar 17°. Selain itu,
diketahui material lereng nya adalah claystone yang mempunyai sifat tidak
dapat mengalirkan air dan tidak dapat menyerapnya.

Faktor utama penentu geometri lereng adalah struktur geologi, sifat fisik,
sifat mekanik batuan, dan kondisi air tanah. Sehingga dapat diasumsikan,
pada skema 2 hingga 5 terjadi akibat adanya pengurangan nilai kohesi
tanah yang menyebabkan keseimbangan daya dukung berubah, maka
kelongsoran dapat terjadi nantinya.(Syam et al., 2021)

Pemantauan lereng, baik secara manual ataupun otomatis dapat


dilakukan untuk membantu mengawasi kemungkinan-kemungkinan
terjadinya longsor terlebih di musim penghujan nantinya serta dapat
mengevaluasi desain yang telah dibuat sehingga dapat diperbaiki setiap
kerusakan dengan baik. Tindakan preventif lainnya adalah dengan
memperbaiki sistem penyaliran serta penirisan yang dijalankan, sehingga
meminimalisir masuknya air dalam jumlah yang banyak kembali.
Perhitungan intensitas hujan juga berpengaruh dalam sistem penyaliran
dan penirisan yang dijalankan.

1.9. Kesimpulan dan Saran

1.9.1. Kesimpulan
Analisis kestabilan lereng dengan metode grafis hoek & bray
digunakan pada tahap awal ataupun untuk mengevaluasi hasil
perhitungan detail sebelumnya serta hanya dapat digunakan untuk
menganalisis material homogen dan kontinu contoh nya longsoran
busur, skema 1 atau kering total menunjukan nilai faktor keamanan
tertinggi yaitu 2.25 sedangkan skema 5 atau jenuh total
menunjukan nilai faktor keamanan terendah yaitu 1.39 .

1.9.2. Saran

Agar kepada pengawas serta geotechnical engineer terkait untuk


mengawasi nilai faktor keamanan pada lereng sehingga perlu untuk
membuat perbaikan seperti menyunting geometri lereng secara
berkala jika terdapat kerusakan dan membangun sistem penyaliran
dan penirisan tambang yang ideal untuk mencegah lereng terendam
air.
1.10. Daftar Pustaka

Arif, I. (2016). Geoteknik Tambang . Gramedia Pustaka Utama.


Handy, R., & Spanger, M. . (2007). Soil and Foundations Principles and Practice
- 5th edition.
Hoek and Bary. (1974). [Rock Mechanics] E. Hoek and J.W. Bray - Rock slope
engineering (1981, The Institution of Mining and Metallurgy)
Hustrulid, W. A., Mccarter, M. K., & Zyl, D. J. A. Van. (2001). SME-Slope
Stability in Surface Mining.
Rodriguez, E. (2016). Clay and Claystone. Petrology.
https://www.britannica.com/science/claystone diakses pada 13 Maret 2022
Syam, M. A., Heriyanto, H., & Umar, H. (2021). Analisis Kestabilan Lereng
Highwall Menggunakan Metode Bishop Simplified Pada Pit 13 Pt Belayan
Internasional Coal Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara.
Jurnal Geocelebes, 5(1), 46–54.
https://doi.org/10.20956/geocelebes.v5i1.13108
1.11. Lampiran

Lampiran I Sketsa grafik 1


Lampiran II Sketsa grafik 2
Lampiran III Sketsa grafik 3
Lampiran IV Sketsa grafik 4
Lampiran V Sketsa grafik 5
Lampiran VI Perhitungan rumus FS 1
Lampiran VII Perhitungan rumus FS 2 & 3
Lampiran VII Perhitungan rumus FS 3 & 4

Mengetahui,
Asisten Dosen PJ

Luthfi Adnantio R

Anda mungkin juga menyukai