Anda di halaman 1dari 6

JURNAL HIMASAPTA, Vol. 5, No.

3, Desember 2020 : 77-82

KAJIAN GEOTEKNIK TAMBANG KAOLIN PADA PT GARDA BUMI


ANUGRAH, KECAMATAN ASTAMBUL, KABUPATEN BANJAR,
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Muhammad Mustakim*, Marselinus Untung Dwiatmoko, Sari Melati
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat
Email : *h1c115012@mhs.ulm.ac.id

ABSTRAK
Sebelum melakukan perencanaan penambangan, diperlukan kajian geoteknik untuk menentukan geometri lereng yang aman dan
stabil. Lokasi penelitian merupakan daerah rawa dengan formasi geologi aluvium. Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mendapatkan
geometri lereng tunggal yang aman dan stabil.
Jumalah sampel yang diambil sebanyak tiga sampel di lokasi yang berbeda. Metode yang digunakan dalam pengambilan dan
pengujian sampel pada laboratorium adalah menggunakan standar ASTM (American Society for Testing and Material). Material
properties sampel 1 bobot isi (γ) 17,14 KN/m3 , kohesi (C) 18,62 KN/m2 dan sudut gesek dalam (ϕ) 34,28º, sampel 2 γ 16,58 KN/m3 , C
33,32 KN/m2 ϕ 28,14º dan sampel 3 γ 19,12 KN/m3 , C 13,72 KN/m2 ϕ 45,28. Analis kestabilan lereng menggunakan software slide
dengan metode kesetimbangan batas dan metode grafik Hoek-Bray. Tinggi muka air tanah mengacu pada analisis Hoek-Bray.
Berdasarkan dari analisis yang telah dilakukan, rekomendasi desain lereng bisa dibuat dengan dua opsi. Opsi pertama yaitu
desain lereng dibuat berbeda-beda di setiap zona sesuai dengan properties (kohesi dan sudut gesek dalam) masing-masing setiap sampel.
Akan tetpai jika ingin menerapkan desain yang sama diseluruh bukaan tambang maka dapat mengacu pada sampel yang memiliki
properties paling lemah yaitu pada sampel 3. Rekomendasi geometri lereng yang dihasilkan yaitu dengan analisis kesetimbangan batas
pada software slide kondisi lereng jenuh dengan tinggi lereng 5 m dan kemiringan lereng 42º.

Kata kunci : Bobot isi, kohesi, sudut gesek dalam, kesetimbangan batas, Hoek-Bray

PENDAHULUAN
Kaolin merupakan suatu mineral lempung berwarna METODOLOGI
putih yang memiliki komposisi tersbesar berupa kaolinit Tahapan penelitan yang dilakukan dimulai dengan
melalui proses pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada mempersiapkan bahan-bahan pustaka berupa jurnal , buku
batuan beku felspartik dan mika. Kaolin biasanya berada tentang bahan galian kaolin dan geotek tambang terbuka serta
sebagai mineral kaolinit murni atau mineral yang berhubungan keadaan perusahaan secara umum untuk menunjang penelitian
misalnya haloisit, nakrit dan dikrit yang bergabung dengan yang akan dilakukan.
mineral lain seperti smektit, mika, kuarsa dan feldspar sebagai Tahapan selanjutnya yaitu observasi lapangan dengan
pengotor (Murray, 2004 dalam Nugraha, 2017). pengambilan sampel kaolin menggunakan metode hand boring
Dalam membuat rancangan suatu geometri lereng, standar ASTM D1425-Metode Uji Standar untuk Sampling
terlebih dahulu harus mengetahui nilai properties material yang Tanah dengan Hand Boring. Kegiatan hand boring dilakukan
akan dijadikan lereng tambang. Adapun nilai properties pada titik bor yang ditentukan berdsarkan lokasi yang dapat
material yang diperlukan adalah bobot isi natural (γ), kohesi (c) diakses serta dianggap representatif untuk mewakili semua
dan sudut gesek dalam (ϕ). Nilai properties dari material wilayah pada IUP PT Garda Bumi Anugrah. Pengambilan
didapatkan melalui uji sifat fisik dan uji sifat mekanik sampel dilakukan pada tiga titik yang berbeda dengan jumlah
dilaboratorium. Sifat fisik tanah yaitu sifat yang berhubungan sampel sebanyak tiga tabung.
dengan elemen penyusun massa tanah yang ada. Sedangkan Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data yaitu
sifat mekanis tanah merupakan sifat perilaku dari struktur dengan uji sampel di laboratorium. Uji sampel yang dilakukan
massa tanah apabila dikenai suatu gaya atau tekanan yang adalah uji bobot isi dan uji kuat geser untuk mendapatkan nilai
dijelaskan secara tenis mekanis bobot isi natural (γ), kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ϕ).
Kestabilan lereng, baik alami maupun buatan (buatan Standar yang digunakan dalam pengujian bobot isi dan kuat
manusia) serta lereng timbunan, dipengaruhi oleh beberapa geser adalah menggunakan standar ASTM.
faktor yang dapat dinyatakan secara sederhana sebagai gaya- Tahapan berikutnya adalah melakukan pengolahan
gaya penahan dan gaya-gaya penggerak yang bertanggung data yaitu dengan membuat rancangan geometri lereng.
jawab terhadap kestabilan lereng tersebut. Pada kondisi gaya Geometri lereng yang didesain adalah geometri lereng tunggal
penahan (terhadap lonsgsoran) lebih besar dari gaya penggerak, karena kadalaman batas penggalian belum dipastikan oleh
lereng tersebut akan berada dalam kondisi stabil (aman). pihak PT GBA. Faktor keamanan yang digunakan adalah ≤ 1,5.
Namun apabila gaya penahan lebih kecil dari gaya Metode yang digunakan dalam analisis lereng adalah metode
penggeraknya lereng tersebut tidak stabil dan akan terjadi kesetimbangan batas pada software 6.0 dan metode Hoek-Bray.
longsoran. Sebenarnya longsoran merupakan suatu proses yang Kondisi permukaan air tanah secara aktual di lapangan tidak
alami yang terjadi untuk mendapatkan kondisi kestabilan diketahui, sehingga untuk mengatasi kondisi permukaan air
lereng yang baru, dimana gaya penahan lebih besar dari gaya tanah pada lereng digunakan analisis kestabilan lereng metode
penggeraknya. Untuk menyatakan tingkat kestabilan suatu Hoek-Bray. Hoek-Bray membagi kondisi muka air tanah dalam
lereng, dikenal istilah faktor keamanan (safety faktor). Faktor lima kondisi. Kondisi pertama adalah pada saat lereng kering.
keamanan diperlukan untuk mengetahui kemantapan suatu Kondisi kedua adalah tinggi muka air 1/8 dari tinggi lereng.
lereng untuk mencegah bahaya longsoran diwaktu-waktu yang Kondisi ketiga adalah tinggi muka air ¼ dari tinggi lereng.
akan datang. kondisi empat adalah tinggi air ½ dari tinggi lereng dan kondisi
lima adalah kondisi pada saat lereng jenuh atau lereng penuh
dengan air.

77
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 5, No. 3, Desember 2020 : 77-82

Selanjutnya adalah melakukan analisis data, analisis Rancangan geometri lereng dalam penelitian ini
dengan membandingkan hasil rancangan geometri lereng dibuat dengan variasi ketinggian 5 m, 10 m dan 15 m dengan
dengan menggunakan metode kesetimbangan batas dan metode variasi kermiringan lereng 10º-90º. Kondisi tinggi muka air
Hoek-Bray sehingga didapatkan rekomendasi geometri lereng tanah mengacu pada klasifikasi muka air tanah Hoek-Bray
yang aman dan stabil serta menganalisis pengaruh variasi yang membagi dalam lima kondisi yaitu kondisi lereng kering,
tinggi muka air tanah terhadap kemiringan lereng. kondisi air 1/8 dari tinggi lereng, kondisi air ¼ dari tinggi
Tahap akhir dari penelitian ini yaitu penyusunan atau lereng, kondisi air ½ dari tinggi lereng dan kondisi air jenuh.
pembuatan laporan dari data yang didapatkan dan telah diolah Akan tetapi pada penelitian ini tidak menggunakan kondisi
sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai hasil dari lereng kering karena kondisi daerah penelitian merupakan
penelitian ini. daerah rawa. Untuk klasifikasi kondisi air Hoek-Bray daapat
dilihat pada gambar 1.
HASIL dan PEMBAHASAN 1. Sampel 1
Adapun hasil dan pembahasan yang didapatkan pada Hasil rekomendasi kemiringan dan tinggi lereng yang
penelitian ini adalah sebagai berikut: aman dan stabil sesuai dengan kriteria nilai FK 1,5 pada
analisis lereng metode kesetimbangan batas menggunakan
Hasil Uji Bobot Isi software slide pada sampel 1 dapat diihat pada gambar 2.
Pengujian bobot isi didapat dengan penimbangan dan 2. Sampel 2
pembagian hasil berat tanah basah ( 𝑊𝑤𝑒𝑡 ) dengan volume Hasil rekomendasi kemiringan dan tinggi lereng yang
tanah basah (𝑉𝑤𝑒𝑡 ) sehingga diperoleh hasil bobot isi. Proses aman dan stabil sesuai dengan kriteria nilai FK 1,5 pada
pengujian bobot isi memiliki hasil dalam satuan gr/ 𝑐𝑚3 , analisis lereng metode kesetimbangan batas menggunakan
sementara untuk melakukan analisis kestabilan lereng software slide pada sampel 2 dapat diihat pada gambar 3.
dibutuhkan hasil bobot isi dalam satuan kN/𝑚3. Sehingga perlu 3. Sampel 3
dilakukan konversi satuan dari gr/𝑐𝑚3 menjadi kN/𝑚3 dengan Hasil rekomendasi kemiringan dan tinggi lereng yang
nilai gr/𝑐𝑚3 sama dengan 9,8 kN/𝑚3. Adapun nilai bobot isi aman dan stabil sesuai dengan kriteria nilai FK 1,5 pada
pada sampel 1, sampel 2 dan sampel 3 dapat dilihat pada tabel analisis lereng metode kesetimbangan batas menggunakan
1 berikut. software slide pada sampel 3 dapat diihat pada gambar 4.
Hasil rekomendasi tinggi dan kemiringan lereng yang
Hasil Uji Kuat Geser
didapatkan pada metode kesetimbangan batas menggunakan
Pengujian sifat mekanik tanah menggunakan uji kuat
software slide memiliki hasil antara satu kondisi lereng dengan
geser digunakan untuk menentukan nilai kohesi (c) dan sudut
kondisi lereng yang lain memiliki hasil rekomendasi yang
gesek dalam (ϕ). Pengujian dilakukan dengan menggunakan
lumayan jauh perbedaannya. Sebagai salah satu contoh
sampel tanah tak terganggu yang kemudian dilakukan preparasi
misalnya pada sampel 1 dengan ketinggian lereng 5 m, pada
menggunakan ring standar pengujian laboratorium.proses
kondisi lereng jenuh didapatkan hasil rekomendasi
pengujian kuat geser memiliki hasil kohesi dalam satuan
kemiringannya sebesar 49º sedangkan pada lereng dengan
Kg/𝑐𝑚2 sementara untuk melakukan analisis kestabilan lereng
kondisi tinggi muka air tanah seperdelapan dari tinggi lereng
dibutuhkan nilai kohesi dalam satuan kN/𝑚2. Sehingga perlu dengan tinggi lereng yang sama 5 m memiliki hasil
dilakukan konversi satuan dari Kg/ 𝑐𝑚 2 menjadi kN/ 𝑚2 , rekomendasi lereng sebesar 76º, sehingga memiliki selisih
dengan nilai 1 Kg/𝑐𝑚2 sama dengan 98 kN/𝑚2. Adapun hasil sebesar 24º. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada
uji kuat geser yang diperoleh dari ketiga sampel dapat dilihat analisis menggunakan metode kesetimbangan batas, kondisi
pada tabel 2 berikut ini. tinggi muka air tanah sangat berpengaruh dalam geometri
lereng.
Analisis Kestabilan Lereng Metode Kesetimbangan Batas

Tabel-1. Hasil Pengujian Bobot Isi


Sanpel Bobot Isi (gr/𝑐𝑚3 ) Bobot Isi (kN/𝑚3 )
1 1,74 17,14
2 1,69 16,58
3 1,95 19,12

Tabel-2. Hasil Pengujian Kuat Geser


Sudut
Kohesi Kohesi
Sampel Gesek
(Kg/𝑐𝑚2 ) (kN/𝑚2 )
Dalam (º)
1 0,19 18,62 34,28
2 0,34 33,32 28,14
3 0,14 13,72 45,28

Gambar-1. Kondisi Muka Air Tanah Hoek-Bray

78
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 5, No. 3, Desember 2020 : 77-82

Rekomendasi Kemiringan dan Tinggi Lereng


Rekomendasi Kemiringan dan Tinggi Lereng Berdasarkan Kohesi pada Sampel 1
pada Sampel 1
76 67 70 73
74 80 60
80

Kemiringan (º)
65 49 5m
Kemiringan (º)

60 4134 41
60 49 49 52 5m 3227 3634
40 40 10 m
36 36
40 27 25 10 m 20
20 15 m
0
20
15 m
0
1 0,5 0,25 0,125
Proporsi Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng Proporsi Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng
Gambar-5. Hasil Rekomendasi Geometri Lereng Berdasarkan
Gambar-2. Hasil Rekomendasi Geometri Lereng Metode Nilai Kohesi (c) pada sampel 1
Kesetimbangan Batas pada sampel 1
Rekomendasi Kemiringan dan Tinggi
Rekomendasi Kemiringan dan Tinggi Lereng Berdasarkan Kohesi pada Sampel 2
Lereng pada Sampel 2 84 83 84 85
100

Kemiringan (º)
90 80 50 52 61 62 5m
100 83 84 39 41 49
75 60 33
Kemiringan (º)

80 65 69 5m 40 10 m
54 48 53 20
60 40 10 m 0 15 m
36
40 27
20 15 m
0
1 0,5 0,25 0,125
Proporsi Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng Proporsi Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng

Gambar-6. Hasil Rekomendasi Geometri Lereng Berdasarkan


Gambar-3. Hasil Rekomendasi Geometri Lereng Metode Nilai Kohesi (c) pada sampel 2
Kesetimbangan Batas pada sampel 2

Rekomendasi Kemiringan dan Tinggi Lereng


Rekomendasi Kemiringan dan Tinggi Berdasarkan Kohesi pada Sampel 3
Lereng pada Sampel 3 68 71 72
80 60 58
Kemiringan (º)

4336 52 5m
69 73 60 40 39 40
80 29
59 40
Kemiringan (º)

57 5m 10 m
60 50 50 20
42 40 44
32 10 m 0 15 m
40 2925
20 15 m
0
1 0,5 0,25 0,125
Proporsi Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng
Proporsi Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng

Gambar-7. Hasil Rekomendasi Geometri Lereng Berdasarkan


Gambar-4. Hasil Rekomendasi Geometri Lereng Metode Nilai Kohesi (c) pada sampel 3
Kesetimbangan Batas pada sampel 3
tinggi dan kemiringan lereng dari metode Hoek-Bray
Analisis Kestabilan Lereng Metode Hoek-Bray berdasarkan nilai kohesi (c) pada sampel 1, sampel 2 dan
Dalam analisis kestabilan lereng metode Hoek-Bray sampel 3 dapat di lihat pada gambar 5, gambar 6 dan gambar 7.
yairu dengan menghitung nilai c/γHtanϕ kemudian menghitung Analisis Kestabilan Lereng Metode Hoek-Bray
nilai tanϕ/FK atau c/HFK. Setelah melakukan perhitungan, Dalam analisis kestabilan lereng metode Hoek-Bray
kemudian tentukan kondisi air tanah dan pilih grafik Hoek- yairu dengan menghitung nilai c/γHtanϕ kemudian menghitung
Bray yang sesuai dan selanjutnya ploting hasil perhitungan nilai tanϕ/FK atau c/HFK. Setelah melakukan perhitungan,
yang didapat ke dalam grafik. Hasil Kemiringan yang kemudian tentukan kondisi air tanah dan pilih grafik Hoek-
diperoleh dari analisis kestabilan lereng metode Hoek-Bray ada Bray yang sesuai dan selanjutnya ploting hasil perhitungan
dua jenis yaitu hasil kemiringan berdasarkan nilai kohesi (c) yang didapat ke dalam grafik. Hasil Kemiringan yang
sudut gesek dalam (ϕ). Kita dapat memilih salah satu nilai diperoleh dari analisis kestabilan lereng metode Hoek-Bray ada
kemiringan yang dirasa paling sesuai untuk lereng. dua jenis yaitu hasil kemiringan berdasarkan nilai kohesi (c)
1. Analisis Hoek-Bray Berdasarkan Nilai Kohesi (c) sudut gesek dalam (ϕ). Kita dapat memilih salah satu nilai
Hasil rekomendasi tinggi dan kemiringan lereng dari kemiringan yang dirasa paling sesuai untuk lereng.
analisis Hoek-Bray berdasarkan nilai kohesi (c) cenderung 2. Analisis Hoek-Bray Berdasarkan Nilai Kohesi (c)
memiliki selisih yang rendah antara empat kondisi lereng yang Hasil rekomendasi tinggi dan kemiringan lereng dari
dibuat. Misalnya pada sampel 1 dengan tinggi lereng 5 m analisis Hoek-Bray berdasarkan nilai kohesi (c) cenderung
kondisi lereng jenuh didapatkan hasil rekomendasi kemiringan memiliki selisih yang rendah antara empat kondisi lereng yang
lereng sebesar 60º, pada kondisi lereng setengah jenuh 67º, dibuat. Misalnya pada sampel 1 dengan tinggi lereng 5 m
pada kondisi tinggi muka air tanah seperempat dari tinggi kondisi lereng jenuh didapatkan hasil rekomendasi kemiringan
lereng 70º dan pada kondisi lereng tinggi muka air tanah lereng sebesar 60º, pada kondisi lereng setengah jenuh 67º,
seperdelapan adalah 73º.Utuk lebih jelasnya hasil rekomendasi pada kondisi tinggi muka air tanah seperempat dari tinggi

79
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 5, No. 3, Desember 2020 : 77-82

lereng 70º dan pada kondisi lereng tinggi muka air tanah dengan kondisi lereng jenuh, hal tersebut mempertimbangkan
seperdelapan adalah 73º.Utuk lebih jelasnya hasil rekomendasi kondisi lapangan yang merupakan daerah rawa dengan kondisi
tinggi dan kemiringan lereng dari metode Hoek-Bray air tanah yang cukup tinggi terutama pada saat musim hujan
berdasarkan nilai kohesi (c) pada sampel 1, sampel 2 dan serta hasil rekomendasi kemiringan lereng menggunkan
sampel 3 dapat di lihat pada gambar 5, gambar 6 dan gambar 7. metode kesetimbangan batas dalam kondisi jenuh memiliki
hasil yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan
3. Analisis Hoek-Bray Berdasarkan Sudut Gesek Dalam analisis menggunakan metode Hoek-Bray. Untuk lebih
Hasil rekomendasi tinggi dan kemiringan lereng dari jelasnya perbandingan rekomendasi kemiringan lereng metode
analisis Hoek and Bray berdasarkan sudut gesek dalam (ϕ) kesetimbangan batas dan analisis dengan metode Hoek-Bray
cenderung memiliki selisih yang rendah antara empat kondisi berdasarkan sudut gesek dalam dapat dilihat pada gambar 11
lereng yang dibuat. Misalnya pada sampel 1 dengan tinggi dan gambar 12.
lereng 5 m kondisi lereng jenuh didapatkan hasil rekomendasi
kemiringan lereng sebesar 70º, pada kondisi lereng setengah Pengaruh Variasi Tinggi Muka Air Tanah di Lereng
jenuh 71º, pada kondisi tinggi muka air tanah seperempat dari Terhadap Kemiringan Lereng
tinggi lereng 72º dan pada kondisi lereng tinggi muka air tanah
seperdelapan adalah 73º. Hasil rekomendasi tinggi dan Pengaruh variasi tinggi muka air tanah di lereng
kemiringan lereng dari analisis Hoek and Bray berdasarkan terhadap nilai kemiringan lereng dapat di lihat pada data
sudut geser dalam (ϕ) pada sampel 1, sampel 2 dan sampel 3 sampel 1 menunjukan korelasi antara pengaruh tinggi muka air
dapat di lihat pada gambar 8, gambar 9 dan gambar 10. tanah dilereng terhadap kemiringan lereng pada tinggi 5 m
adalah 0,89 pada tinggi lereng 10 m 0,95 dan pada tinggi
Perbandingan Analisis Metode Kesetimbangan Batas dan lereng 15 m adalah 0,96 yang berarti bahwa hasil tersebut
Hoek-Bray menunjukan korelasi yang sangat kuat. Begitu juga pada
Pada analisis menggunakan metode kesetimbangan sampel 2 yang menunjukan korelasi tinggi muka air tanah
batas pada software slide dan analisis menggunakan metode terhadap kemiringan lereng pada tinggi lereng 5 m adalah 0,88
Hoek-Bray berdasarkan nilai kohesi memiliki perbedaan hasil yang berarti bahwa korelasinya adalah kuat, pada tinggi lereng
rekomendasi kemiringan untuk FK ≥ 1,5 yang cukup besar 10 m adalah 0,99 dan pada tinggi lereng 15 m adalah 0,97.
selisihnya. Misalnya pada sampel 1 dengan kondisi lereng Pada sampel 3 korelasi pengaruh tinggi muka air tanah
jenuh berdasarkan metode kesetimbangan batas cenderung terhadap kemiringan lereng memiliki korelasi yang sangat kuat,
memiliki hasil rekomendasi kemiringan lebih rendah dibanding pada tinggi lereng 5 m adalah 0,94, pada tinggi lereng 10 m
dengan analisis Hoek and Bray berdasarkan nilai kohesi. Pada adalah 0,99 dan pada tinggi lereng 15 m adalah 0,98.
sampel 1 kondisi lereng jenuh dengan tinggi lereng 5 m Berdasarkan nilai korelasi pengaruh tinggi muka air
memiliki selisih sebesar 11º pada tinggi lereng 10 m memiliki tanah di lereng terhadap kemiringan lereng pada sampel 1,
selisih 5º dan pada tinggi lereng 15 m memiliki selisih 7º. Akan sampel 2 dan sampel 3 tersebut dapat diketahui bahwa
tetapi hasil tersebut tidak sama halnya apabila kondisi tinggi korelasinya sangat kuat karena mendekati 1.
muka air tanah seperdelapan dari tinggi lereng. Pada analisis Berdasarkan hasil tesebut, maka kondisi tinggi muka
menggunakan metode kesetimbangan batas memiliki hasil air tanah di lereng sangat mempengaruhi pada nilai kemiringan
rekomendasi kemiringan lereng yang cenderung lebih tinggi yang di dapatkan. Semakin tinggi muka air tanah pada lereng
dibandingkan dengan analisis Hoek-Bray berdasarkan nilai maka semakin rendah nilai kemiringan lereng yang harus di
kohesi. Pada tinggi lereng 5 m memiliki selisih 3º, pada tinggi buat agar kondisi lereng aman dan stabil sesuai dengan kriteria
lereng 10 m memiliki selisih 3º dan pada tinggi lereng 15 m standar nilai FK. Semakin tinggi lereng maka korelasi
memiliki selisih 1º. pengaruh tinggi muka air di lereng terhadap kemiringan lereng
Berdasarkan dari hasil rekomendasi kemiringan yang adalah sangat kuat. Untuk lebih jelasnya korelasi pengaruh
didapatkan, baik dari analisis mengguakan metode tinggi muka air tanah di lereng terhadap kemiringan lereng
kesetimbangan batas maupun analisis menggunkan metode dapat di lihat pada gambar 13, gambar 14 dan gambar 15.
Hoek-Bray, maka penulis lebih menyarankan atau
merekomendasikan untuk menggunakan hasil kemiringan
berdasarkan metode kesetimbangan batas pada software slide
Rekomendasi Kemiringan dan Tinggi Lereng
Rekomendasi Kemiringan dan Tinggi Lereng Berdasarkan Sudut Gesek Dalam pada
Berdasarkan Sudut Gesek Dalam pada Sampel 2
100 81 82 83 84
Sampel 1 80 62 64
70 71 72 73 50 51 49
80 60 40
Kemiringan (º)

5m 31 37 5m
Kemiringan (º)

60 4337 49 40
40 4136 39
30 10 m 20 10 m
40
0 15 m
20 15 m
0

Proporsi Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng


Proporsi Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng Gambar-9. Hasil Rekomendasi Geometri Lereng Berdasarkan
Sudut Gesek Dalam (ϕ) pada sampel 2
Gambar-8. Hasil Rekomendasi Geometri Lereng Berdasarkan
Sudut Gesek Dalam (ϕ) pada sampel 1

80
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 5, No. 3, Desember 2020 : 77-82

Rekomendasi Kemiringan dan Tinggi Pengaruh Tinggi Muka Air di Lereng terhadap
Lereng Berdasarkan Sudut Gesek Dalam Kemiringan pada Tinggi 5, 10, dan 15 meter
Sampel 1
pada Sampel 3 100
66 70 y = -12,98ln(x) + 52,5

Kemiringan (º)
80 60 62 76 74
53 46
Kemiringan (º)

60 40 42 36 45 39 5m 65 R² = 0,8921
32 52 49
40 50 49 y = -12,7ln(x) + 27,8
10 m 40 36 36
20 R² = 0,9537
25 27
0 15 m 20
y = -10,24ln(x) + 19,6
0 R² = 0,9666
0 0,5 1 1,5
Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng
5m 10 m 15 m
Proporsi Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng
Gambar-10. Hasil Rekomendasi Geometri Lereng Gambar-13. Pengaruh Tinggi Muka Air di Lereng Terhadap
Berdasarkan Sudut Gesek Dalam (ϕ) pada sampel 3 Kemiringan pada Sampel 1
Pengaruh Tinggi Muka Air di Lereng terhadap
Perbandingan Kemiringan Analisis Slide dan Kemiringan pada Tinggi 5, 10, dan 15 meter
Hoek-Bray Kohesi Pada Sampel 1 Kondisi Lereng Sampel 2
Jenuh

Kemiringan (º)
100
90 90 y = -7,502ln(x) + 76,7
80 83 R² = 0,8837
60 75
Kemiringan (º)

69 65
60 49 Jenuh-Slide 53 48 54
50 y = -14,14ln(x) + 42,3
40 2732 27 36 40
27 R² = 0,949
20
20 11 7 Jenuh-Hoek and
5 0
Bray y = -12,98ln(x) + 27,5
0 0 0,5 1 1,5 R² = 0,9783
5m 10 m 15 m Jenuh-Perbedaan
Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng
Tinggi Lereng 5m 10 m 15 m

Gambar-14. Pengaruh Tinggi Muka Air di Lereng Terhadap


Gambar-11. Perbandingan Kemiringan Analisis
Kemiringan pada Sampel 2
Kesetimbangan Batas dan Hoek-Bray Kondisi Lereng Jenuh
Pengaruh Tinggi Muka Air di Lereng terhadap
Perbandingan Kemiringan Analisis Slide dan Kemiringan pada Tinggi 5, 10, dan 15 meter
Hoek- Bray Kohesi Sampel 1 Kondisi Lereng 1:8 Sampel 3
7673 100
y = -15,15ln(x) + 44,5
Kemiringan (º)

80
Kemiringan (º)

5249 7369 R² = 0,9459


60 1/8-Slide 59
4041 50 57
5050
44 y = -14,43ln(x) + 29,5
40 40 42
1/8-Hoek and Bray 32 29 R² = 0,998
20 25
3 3 1 (Ɵ) y = -12,55ln(x) + 24,7
0 1/8-Perbedaan
0 R² = 0,9836
5m 10 m 15 m 0 0,5 1 1,5
Tinggi Lereng Tinggi Muka Air : Tinggi Lereng
5m 10 m 15 m
Gambar-12. Perbandingan Kemiringan Analisis Gambar-14. Pengaruh Tinggi Muka Air di Lereng Terhadap
Kesetimbangan Batas dan Hoek-Bray Kondisi Lereng Jenuh Kemiringan pada Sampel 3\
semakin kering kondisi lereng maka kemiringan lereng bisa
KESIMPULAN lebih curam.
Pada penelitian ini telah dianalisis FK menggunakan
metode kesetimbangan batas dan chart failure Hoek-Bray
terhadap 3 lokasi yang diwakili Sampel 1, Sampel 2, dan UCAPAN TERIMA KASIH
Sampel 3. Variasi tinggi lereng 5,10, dan 15 m serta variasi Terima kasih diucapkan kepada PT Garda Bumi
tinggi muka air tanah di lereng : tinggi lereng 1, 1/2, ¼, dan Anugrah yang telah memfasilitasi serta memberikan bantuan
1/8. moril dan materiil dalam kegiatan penelitian ini.
1. Rekomendasi kemiringan lereng tunggal dengan kriteria
FK 1,5, menghasilkan konfigurasi kemiringan lereng pada DAFTAR PUSTAKA
rentang : [1] Adha, Idharmahadi. 1992. Penuntun Praktikum
a. Metode kesetimbangan batas 20º - 90º Mekanika Tanah
b. Metode chart failure Hoek-Bray 31º - 85º
2. Apabila kondisi lereng dalam keadaan jenuh, pada analisis [2] Arif, I. 2016. Geoteknik Tambang: Mewujudkan
lereng menggunakan metode kesetimbangan batas hasil Produksi Tambang yang Berkelanjutan dengan Menjaga
kemiringan yang didapatkan akan lebih landai daripada Kestabilan Lereng. PT Gramedia Pustaka Utama.
analisis Hoek-Bray akan tetapi apabila kondisi lereng [3] Das, B. M. 1993. Mekanika Tanah. (Prinsip – prinsip
semakin kering maka pada analisis metode kesetimbangan Rekayasa Geoteknis). Jilid I Penerbit Erlangga, Jakarta.
batas hasil kemiringan yang didapatkan adalah lebih curam
dibandingkan analisis Hoek-Bray. [4] Hoek, E and Bray, J.W. 1983. Rock Slope Engineering.
3. Semakin tinggi muka air tanah pada lereng maka The Institution of Mining and Metallurgy. 3rd edition :
kemiringan lereng akan semakin landai, begitu sebaliknya London.

81
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 5, No. 3, Desember 2020 : 77-82

[5] Menteri ESDM.2018. Keputusan Menteri Energi Kalimantan Selatan. Jurusan Teknik Pertambangan
danSumber Daya Mineral Nomor 1827 K /30/NEM/2018. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Jakarta.
[8] Rai, Made Astawa. 2008. Batuan dan Mekanika Batuan.
[6] Nugraha, Irwan. 2017. Sintesis dan Karakterisasi Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Material Komposit Kaolin-ZVI (Zero Valent Iron) serta
Uji Aplikasinya sebagai Adsorben Kation Cr (VI). [9] Sukandarrumidi, 2009. Bahan Galian Industri. Gadjah
Program Studi Kimia UIN Sunan Kalidjaga. Yogyakarta. Mada University Press. Yogyakarta.

[7] Raban, Jhon Andrean Paul Yc. 2019. Pengaruh Kondisi [10] Yuliadi. 2006. Buku Ajar Geoteknik Tambang. Jurusan
Geoteknik Lapis Subgrade Tanah Lempung Untuk Jalan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung.
Tambang Tanpa Lapis Pondasi Di Desa Limamar Bandung.
Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Provinsi

82

Anda mungkin juga menyukai