Anda di halaman 1dari 8

JURNAL DINTEK .

VOL 9 NO 2 SEPTEMBER 2016

ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG BATUBARA


SEAM 13 UTARA DI PT. KITADIN TANDUNG MAYANG
KALIMANTAN TIMUR

Wiro Indra Pranata* Muhammad Djunaidi**


*Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta
**Prodi Teknik Pertambangan UMMU Ternate

Abstrak

Tujuan penelitian untuk menganalisa kestabilan lereng bertujuan untuk


mengetahui nilai faktor keamanan lereng, dengan geometri lereng yang telah
terbentuk pada saat ini dan pengaruh tinggi muka air tanah. Analisis
kestabilan lereng dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng pada
daerah penelitian saat ini dan untuk pembanding bagi penerapan bentuk lereng
berikutnya. Geometri lereng yang ada di lokasi ini, untuk lereng tunggal
mempunyai ketinggian antara 6 – 21 meter dengan sudut kemiringan antara 24
20’ hingga 53 97’ dan untuk lereng total mempunyai ketinggian antara 15 – 65
meter dengan sudut kemiringan lereng antara 16 7’ sampai 37 54’. Dari hasil
analisis diketahui bahwa kondisi lereng tunggal daerah penelitian pada tingkat
kejenuhan air jenuh total, hampir seluruhnya tidak dalam keadaan mantap dengan
angka faktor keamanan di bawah 1,0 kecuali lereng f1. Untuk kondisi lereng total
yang relatif mantap adalah lereng FF’ pada kondisi jenuh total dengan faktor
keamanan di atas 1,0. Perhitungan untuk kondisi kering lereng tunggal umumnya
dalam keadaan mantap kecuali lereng tunggal A1, A4, C1 dan D1 dengan nilai
faktor keamanan di bawah 1,0 dan untuk lereng total semuanya dalam kondisi
mantap. Sifat dari kekerasan lapisan overburden yang beragam dan keterbatasan
dari peralatan mekanik yang dipergunakan mengakibatkan bentuk geometri lereng
tambang tidak teratur.

Kata Kunci: Kestabilan, lereng, Batubara

1. PENDAHULUAN tanah penutup saat ini berada lebih


Lokasi penambangan batubara kurang pada kedalaman 50 m dari
pada seam 13 Utara sebelumnya keadaan topografi awalnya. Analisis
berupa perbukitan dengan tumbuhan kestabilan lereng pada daerah ini
yang lebat. Kegiatan pengupasan dilakukan dengan tujuan untuk

1
25
JURNAL TEKNIK DINTEK, Vol. 09 No. 02, September 2016 : 25 - 32

mengetahui tingkat kestabilan lereng 2. METODOLGI


yang ditunjukkan oleh angka faktor Metode kesetimbangan batas
keamanan, sehingga dapat dilakukan digunakan untuk menentukan nilai
tindakan pencegahan untuk menghin kemantapan lereng di mana dalam
dari bahaya kelongsoran pada desain perhitungan menggunakan irisan untuk
berikutnya. mendapatkan hasil yang maksimal dan
Analisis dilakukan dengan melihat teliti. Penampang lereng yang terletak
kondisi daerah telitian yang ada saat di atas longsor potensial dibagi menjadi
ini, mengkaji dari teori-teori yang beberapa potongan vertikal, kemudian
sesuai dan mempelajari data-data momen-momen penahan dan peng
yang ada yang kemudian digunakan gerak dari setiap potongan dianalisis.
untuk menganalisa kestabilan lereng. Dari beberapa metode analisis yang ada
Hasil analisis yang diperoleh dapat untuk longsoran tersebut dipilih
digunakan untuk merencanakan lereng metode Janbu dan penggunaan soft
yang lebih stabil dan mengantisipasi were Galena untuk menganalisis keman
terjadinya bahaya kelongsoran tapan lereng.
sehingga kerugian – kerugian yang
Karakteristik Material
terjadi dapat diminimalkan Untuk mengetahui stratigrafi dari
Tujuan penelitian untuk lereng yang akan dianalisa dilakukan
menganalisa kestabilan lereng dengan membuat enam penampang
bertujuan untuk mengetahui nilai melintang yang mewakili lereng yang
faktor keamanan lereng, dengan terbentuk pada orientasi lereng yang
geometri lereng yang telah terbentuk sama dan masing-masing diberi simbol
pada saat ini dan pengaruh tinggi AA’, BB’, CC’, DD’ dan EE’ (Tabel
muka air tanah. 1) .

26
Penampang melintang dibuat Tabel 2. Data lubang bor pada daerah
penelitian
berdasarkan data dari peta topografi
dan data lubang bor pada daerah Penampang Lubang bor

penelitian. Penyelidikan geologi pada


AA’ Pry TM 65, TM 72, Pry
daerah penelitian menunjukkan untuk D227, Pry Y6
BB’ Pry TM 65, TM 72, Pry
mengetahui kondisi material dan D227, Pry Y6
adanya struktur regional. CC’ Pry TM 65, TM 72, Pry
D227, Pry Y6
Tabel 1. Geometri dan orientasi DD’ Pry TM 65, TM 72, Pry
kemiringan lereng D227, Pry Y6
EE’ Pry TM 65, TM 72, Pry
D227, Pry Y6

Penyelidikan hidrogeologi dimak


sudkan untuk mengetahui kondisi air
tanah mengenai tekanan dan tinggi
muka air tanah. Dalam hal ini
karena tidak adanya alat pengukur
tinggi muka air tanah ( piezometer ),
Penentuan sifat fisik dan mekanik
maka dalam melakukan analisa
dari batuan sepenuhnya diambil dari
kestabilan lereng digunakan asumsi
kesebandingan dengan hasil peneli
tingkat kejenuhan air tanah antara
tian geomekanika terdahulu oleh
kering 50% jenuh dan jenuh total,
Balai Pengujian dan Peralatan, Kan
baik untuk lereng tunggal maupun
tor Wilayah Pekerjaan Umum Propin
lereng total.
si Kalimantan Timur, tahun 1997
pada beberapa titik pemboran di
lokasi penelitian, dapat dilihat pada
Tabel 2.

27
JURNAL TEKNIK DINTEK, Vol. 09 No. 02, September 2016 : 25 - 32

keterbatasan dari alat mekanis yang


dipergunakan mengakibatkan bentuk
dari geometri lereng tidak teratur.
3) Pengaruh tinggi muka air tanah,
Kehadiran air tanah dalam badan
lereng yang selalu berfluktuasi (naik-
turun) pada penggantian musim
mengakibatkan kestabilan lereng
dapat berubah setiap saat.
Analisis Kestabilan Lereng
4) Sifat fisik dan mekanik tanah,
Berdasarkan pengamatan mengenai Material lereng yang terdiri dari
kondisi di lapangan pada daerah batulanau, batulempung, batupasir akan
seam 13 Utara daerah Tandung memberikan kestabilan lereng yang
Mayang PT. KITADIN, maka berbeda.
terdapat beberapa hal yang perlu Tingkat kestabilan lereng dalam
dilakukan analisis, yaitu: metode kesetimbangan batas
1) Hasil pengamatan di lokasi telitian ditunjukan dengan nilai faktor kea
menunjukkan struktur geologi yang manan yang merupakan
ada saat ini sudah sulit untuk perbandingan antara gaya penahan
dikenali, hal ini dikarenakan batuan dengan gaya penggerak. Analisa
awal pembentuk lereng sudah kestabilan lereng dengan metode
mengalami pelapukan menyerupai kesetimbangan batas cara Janbu
material tanah. digunakan untuk mengana lisa lereng
2) Geometri lereng yang terbentuk dari yang mempunyai bentuk longsoran
hasil penambangan. Perbedaan dari berupa busur yang terjadi pada
sifat kekerasan perlapisan material tanah atau material yang bersifat
tanah yang bervariasi dan seperti tanah dan terjadi pada daerah

28
yang perlapisan tanahnya tidak Hasil perhitungan faktor keamanan
seragam . Selanjutnya terdapat bebe lereng, baik lereng tunggal maupun
rapa tahap yang harus ditempuh, total pada lokasi penelitian di daerah
yaitu : seam 13 Utara Tandung Mayang
 Penentuan geometri lereng dan dengan menggunakan perhitungan
bidang perlapisan metode Janbu dengan beberapa asumsi
 Penentuan sifat-sifat fisik dan tingkat kejenuhan air (keadaan jenuh
mekanik tanah air, setengah jenuh dan kering ), adalah
 Penentuan kondisi air tanah sebagai berikut :

 Perhitungan faktor keamanan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Perhitungan Faktor Keamanan Kondisi tambang batubara di seam
13 utara yang telah setahun tidak
Perhitungan faktor keamanan
berproduksi lagi dan kedalamannya
lereng dilakukan dengan cara Janbu
telah mencapai 50 meter di atas
dengan cara menghitung faktor kea
permukaan air laut dengan posisi
manan pada model lereng dan diban
tertinggi terletak pada ketinggian 115
dingkan dengan hasil perhitungan
meter. Sifat dari kekerasan lapisan
program softwere galena. Perhitungan
overburden yang beragam dan keter
faktor keamanan untuk lereng tunggal
batasan dari peralatan mekanik yang
menggunakan data kuat geser sisa dan
dipergunakan mengakibatkan bentuk
untuk lereng total menggunakan data
geometri lereng tambang tidak teratur.
kuat geser puncak. Sedangkan untuk
Geometri lereng yang ada di lokasi
lereng total digunakan hasil kuat geser
ini, untuk lereng tunggal mempunyai
puncak. Hal ini dikarenakan jenjang
ketinggian antara 6 – 21 meter dengan
tunggal lebih banyak mengalami
sudut kemiringan antara 24 20’ hingga
gangguan dari aktivitas penambangan
53 97’ dan untuk lereng total
maupun pengaruh cuaca

29
JURNAL TEKNIK DINTEK, Vol. 09 No. 02, September 2016 : 25 - 32

mempunyai ketinggian antara 15 – 65 faktor keamanannya mengasumsikan


meter dengan sudut kemiringan lereng pada kondisi kering, setengah jenuh
antara 16 7’ sampai 37 54’. dan jenuh air total. Analisis dilakukan
Analisis kestabilan lereng dilakukan pada enam penampang melintang yang
untuk mengetahui tingkat kestabilan dianggap dapat mewakili keadaan
lereng pada daerah penelitian saat ini lokasi penelitian dan perhitungan faktor
dan untuk pembanding bagi penerapan keamanan dilakukan menggunakan
bentuk lereng berikutnya. Hal ini metode Janbu.
dilakukan mengingat pada lokasi Dari hasil analisis diketahui bahwa
penelitian sebelumnya telah terjadi kondisi lereng tunggal daerah pene
beberapa kali longsoran dengan bentuk litian pada tingkat kejenuhan air jenuh
longsoran tidak berupa busur. total, hampir seluruhnya tidak dalam
Material yang ada pada lokasi keadaan mantap dengan angka faktor
penelitian adalah terdiri dari siltstone, keamanan di bawah 1,0 kecuali lereng
sandstone, mudstone dan sisa batubara f1. Untuk kondisi lereng total yang
yang belum di tambang. Kondisi relatif mantap adalah lereng FF’ pada
material di beberapa tempat telah kondisi jenuh total dengan faktor
mengalami pelapukan, hal ini dapat keamanan di atas 1,0. Perhitungan
dilihat dengan kondisi batuan yang untuk kondisi kering lereng tunggal
telah menyerupai tanah di beberapa umumnya dalam keadaan mantap
lokasi penelitian. kecuali lereng tunggal A1, A4, C1 dan
Berdasarkan data-data dari curah D1 dengan nilai faktor keamanan di
hujan, logging dan test air tanah yang bawah 1,0 dan untuk lereng total
ada di perusahaan maka kondisi yang semuanya dalam kondisi mantap.
paling mungkin adalah kondisi kering 4. Kesimpulan
sampai setengah jenuh. Meskipun Berdasarkan hasil pengamatan dan
demikian penulis dalam perhitungan hasil analisis yang dilakukan pada

30
lokasi telitian seam 13 Utara daerah kondisi jenuh air total kecuali
Tandung Mayang penambangan lereng F1 dan pada kondisi
batubara PT. KITADIN dapat kering hampir seluruhnya dalam
diambil beberapa kesimpulan, keadaan mantap kecuali lereng
diantaranya yaitu : A1, A4, C1 dan D1.
3) Material penyusun lereng pada
1) Untuk hasil analisis lereng total
menunjukan bahwa hampir lokasi penelitian terdiri dari

seluruh lereng total berpotensi batupasir, batulempung dan


batulanau yang sebagian telah
tidak mantap dengan nilai faktor
mengalami pelapukan dibeberapa
keamanan di bawah 1,0 kecuali
lokasi telitian dan struktur kekar
lereng FF’ mempunyai nilai
faktor keamanan di atas 1,0 pada sulit untuk dikenali, hal ini

kondisi jenuh air. Dan untuk diketahui dari pengamatan di

kondisi kering seluruh lereng lapangan, dimana material pe


nyusun lereng tertutup material
dalam keadaan stabil.
lepas menyerupai tanah yang ber-
2) Hasil analisis lereng tunggal
asal dari pelapukan batuan yang
seam 13 Utara juga menun
jukkan hampir seluruhnya ber tererosi.

potensi tidak mantap pada

DAFTAR PUSTAKA

Yanto Indonesianto, Ir. Msc (2000), ”Pemindahan Tanah Mekanis”,UPN


“Veteran” Yogyakarta,200,hal 42-45.

Drevdal Jr., “Profitable Use Of Excavation Equipment” Technical


Publication, Desert Laboratories Inc., Tucson Arisona, 1970,
Section 1.9

31
JURNAL TEKNIK DINTEK, Vol. 09 No. 02, September 2016 : 25 - 32

Hartman, Howard L., “Introductory Of Mining Engineering”, The University


Of Alabama Tuscaloosa, Alabama, John Wiley & Sons, New
Yoerk, 1987.

Melnikov And Chesnokov, “Safety In Open Cast Mining” Foreign Languages


Publishing House, Moscow.

Shevyakov, L., “Mining Of Mineral Deposits”, Foreign Languages Publishing


House, Moscow.

Pfleider, Eugene P., “Survace Mining” The Institute Of Mining,


Metallurgical And Petroleum Engineers Inc., New York, 1973.

Thomas L J., “An Introduction To Mining”, Exploration, Feasibil8ity


Extraction, Rock Mecanics, Hicks Smith and Sons, Sidney, 1973.

Herbert. L. Nichols, Jr and Dvid. A. Day, P.E, (19 ), “ Moving the Earth The
Work Book of Excavation Fourth Edition”, ……………

Bruce A Kennedy, Surface Mining, Second Edition, Publised by Society for


Mining, Metallurgi and Exploration Inc., Littleton, Colorado,
USA, 1990.

R. L. Peurifoy (1970), “Construction Planning, Equipment, and Methods”,


Second Edition, International Student Edition, Texas USA, 1970.

Atkinson, T.(1983), Design Layout and Roads for Surface Mine; Second
International Surface Mining and Quarrying Symposium,
Departement of Mining University of Nottingham, England.

Kaufman, Walter W, and James C. Ault (1977), Design of Surface Mine


Haulage Road a Manual, Department of The Interior, Berau of
Mine.

32

Anda mungkin juga menyukai