Anda di halaman 1dari 7

MINERAL, April 2022, Vol.

7 (1), Halaman 29 - 35

Penilaian Tingkat Kestabilan Lereng De ngan Metode Slope Mass Rating (SMR)
pada Bench S dan J PT Tanjung Bukit Nunggal Kabupaten Bangka Tengah
(Slope Stability Assessment Using Slope Mass Rating (SMR) Method at Bench S and J
PT Tanjung Bukit Nunggal Central Bangka Regency)
1* 1 1
Evrantino Insani Sitohang , Janiar Pitulima , Haslen Oktarianty
1
Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Bangka Belitung
*Korespondensi E-mail : acvranmilan@gmail.com

Abstrak
Kegiatan penggalian pada kegiatan penambangan menyebabkan perubahan tegangan pada tanah
yang memicu terjadinya deformasi kemudian diikuti perubahan kestabilan lereng. Jika kestabilan
lereng terganggu maka akan menyebabkan kemungkinan terjadinya longsoran, hal ini tentu akan
mengakibatkan terganggunya kegiatan penambangan kegiatan penambangan yang membahayakan
pekerja yang berada pada kawasan lereng yang berpotensi terjadinya longsoran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui parameter RMR dasar dan nilai pembobotan RMR dasar pada bench S
dan J, mengetahui tingkat kestabilan lereng menggunakan SMR pada bench S dan J, dan
menanggulangi ketidakstabilan lereng berdasarkan nilai SMR. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif yaitu metode scanline sampling dan pengujian
sifat fisik batuan berupa uji kuat tekan uniaksial (UCS), serta pengukuran Rock Quality Designation
(RQD). Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi batuan pada bench S dan J masih baik dengan nilai
RMR sekitar 71 – 73, kemungkinan terjadinya longsoran sangat rendah karena nilai SMR berkisar 71
– 73, serta perlu dilakukan pemotongan pada blok yang terindikasi akan terjadi runtuhan.
Kata Kunci: SMR, RMR, Lereng, Scanline

Abstract
Excavation activities on mining activities cause tension changes on the ground that trigger the
occurrence of deformation then followed by changes in slope stability. If slope stability is impaired then
it will lead to the possibility of an avalanche, this will certainly result in the disruption of mining
activities that endanger workers who are on the slope area with potential for avalanches. This study
aims to find out parameters of basic RMR and deflection values of basic RMR at bench S and J, find
out the values of slope stability using SMR at bench S and J, and cope with slope instability based on
SMR values. The methods used in this study are quantitative and qualitative methods namely scanline
sampling and rock physical test that is Uniaxial Compressive Strenght (UCS) tests, and Rock Quality
Designation (RQD) measurements. The results of this study show that the rock conditions at the
bench S and J are still good with RMR values of approximately 71 ± 73, the probability of avalanche
occurrence is very low as SMR values range 71 ± 73, but still it needs to be carried out cutting on
blocks indicated to ruins.
Keywords: SMR, RMR, Slope, Scanline

1. Pendahuluan
Kegiatan penambangan di PT Tanjung Bukit Faktor lain yang mempengaruhi kestabilan
Nunggal ini dilakukan dengan menggunakan lereng yaitu topografi, vegetasi, karakteristik
metode tambang terbuka (quarry), yang terdiri tanah/batuan penutup lereng, dan juga pengaruh
dari kegiatan pengupasan tanah penutup lingkungan sekitar lereng lokasi penambangan
(stripping overburden), kegiatan pemboran, (Cheng, 2008). Selain itu kegiatan penggalian
peledakan serta kegiatan pemuatan dan menyebabkan perubahan tegangan pada tanah
pengangkutan. Penggalian yang dilakukan terus yang menyebabkan terjadinya deformasi yang
menerus akan menambah front penambangan, diikuti perubahan kestabilan lereng (Hoek dkk,
bertambahnya kedalaman ini menyebabkan 1995). Jika kestabilan lereng terganggu maka
lereng yang berhubungan langsung dengan front akan menyebabkan kemungkinan terjadinya
penambangan tidak stabil karena setiap longsoran, hal ini tentu akan mengakibatkan
penggalian yang dilakukan akan merubah terganggunya kegiatan penambangan kegiatan
dimensi lereng baik pada bidang gelincir, tinggi penambangan yang membahayakan pekerja
lereng maupun sudut lereng pada tambang. yang berada pada kawasan lereng yang
Metode penggalian yang diterapkan dalam berpotensi terjadinya longsoran. Tujuan dari
pembentukan lereng juga mempengaruhi lereng. penelitian ini adalah untuk mengetahui parameter

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 29


MINERAL, April 2022, Vol. 7 (1), Halaman 29 - 35

dan nilai pembobotan RMR dasar pada bench S rangka untuk memandu metode penggalian dan
dan J, mengetahui tingkat kestabilan lereng juga untuk memberikan rekomendasi
menggunakan SMR, dan menanggulangi pertambangan mendukung.
ketidakstabilan lereng berdasarkan nilai SMR. Menurut Bieniawski (1989) dan Giani (1992),
Menurut Palmstorm (2001), konsep massa spasi merupakan jarak antara diskontinuitas
batuan yang idealnya merupakan susunan dari terdekat yang diukur secara tegak lurus.
sistem blok–blok dan fragmen–fragmen batuan Diskontinuitas memiliki frekuensi kemunculan
yang dipisahkan oleh bidang–bidang diskontinu. yang menunjukkan jumlah jarak setiap unit
Adanya bidang diskontinu ini membedakan berbanding terbalik terhadap spasi. Spasi
kekuatan massa batuan dengan kekuatan batuan dipetakan dari permukaan batuan dan core bor,
utuh atau intact rock. Kurang tersedianya data dan spasi sebenarnya dihitung dari spasi semu
geologi untuk pengkarakterisasian dari suatu untuk diskontinuitas yang miring terhadap
lokasi batuan akan memberikan halangan utama permukaan. Pengukuran spasi set kekar
terhadap proses desain, kontruksi dan operasi memberikan ukuran dan bentuk blok.
penggalian batuan. Menurut Bieniawski (1989) SMR dapat
Menurut Priest (1993), bidang diskontinu memberikan panduan awal dalam analisis
adalah setiap bidang lemah yang terjadi pada kestabilan lereng, memberikan informasi yang
bagian yang memiliki kuat tarik paling lemah berguna tentang tipe keruntuhan serta hal–hal
dalam batuan. Wyllie dan Mah (1999) yang diperlukan untuk perbaikan lereng. Slope
mengatakan bahwa ada beberapa macam tipe Mass Rating merupakan modifikasi dari sistem
diskontinuitas yang perlu diketahui saat kita Rock Mass Rating (RMR).
melakukan suatu investigasi. Adanya bidang
diskontinu pada batuan akan mempengaruhi 2. Metode
banyak hal yang berhubungan dengan aktivitas Penelitian berlokasi di perusahaan PT
penambangan diantaranya adalah pengaruh Tanjung Bukit Nunggal yang terletak di Desa Air
terhadap kekuatan dari batuan. Mesu, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten
Menurut Bieniawski (1979) klasifikasi RMR Bangka Tengah. Daerah penelitian dapat
merupakan metode yang sederhana dalam ditempuh melalui jalur darat menggunakan
penggunaannya, dan parameter–parameter yang kendaraan roda dua atau roda empat dengan
digunakan dalam metode ini dapat diperoleh baik rute Pangkalpinang – Air Mesu yang dapat
dari data lubang bor maupun dari pemetaan ditempuh kurang lebih 30 menit perjalanan. PT
struktur bawah tanah. Metode ini dapat Tanjung Bukit Nunggal secara geografis terletak
o o
diaplikasikan dan disesuaikan untuk situasi yang pada posisi 106 09’08,57” BT – 106 09’52,13” BT
o o
berbeda–beda seperti tambang batubara, dan 02 12’55,79” LS – 02 13’54,43” LS. Waktu
tambang pada batuan kuat (hard rock) kestabilan penelitian dilaksanakan pada tanggal 09 Maret –
lereng, kestabilan pondasi, dan untuk kasus 10 April 2021. Peta lokasi penelitian dapat dilihat
terowongan. Tujuan dari sistem RMR adalah pada Gambar 1.
untuk mengklasifikasikan kualitas massa batuan
dengan menggunakan data permukaan, dalam

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 30


MINERAL, April 2022, Vol. 7 (1), Halaman 29 - 35

Metode yang digunakan pada penelitian ini Schmidt Hammer tipe L. Pengujian ini bersifat
adalah metode kuantitatif dan kualitatif yaitu insitu karena langsung diuji di lapangan. Data
metode scanline sampling dan pengujian sifat perhitungan nilai dari Schmidt Hammer kemudian
fisik batuan berupa uji kuat tekan uniaksial dikorelasikan untuk diperoleh nilai UCS. Dari
(UCS), serta pengukuran Rock Quality perhitungan, didapatkan hasil nilai Uniaxial
Designation (RQD). Pada penelitian ini akan Compressive Strenght (UCS) untuk masing–
diketahui nilai UCS, nilai RQD, kondisi masing scanline adalah sebagai berikut:
diskontinuitas, dan data orientasi lapangan
(Wyllie dan Mah, 1999). Tabel 1. Nilai UCS
Data-data yang dikumpulkan dari studi Nilai UCS
lapangan berupa data UCS dengan metode Scanline Terminologi Rating
(MPa)
Schmidth hammer, data kualitas massa batuan,
Sangat
data spasi bidang diskontinuitas, data S1 134.54 12
Kuat
pengamatan kondisi kekar, dan data kondisi air
S2 Sangat
serta orientasi diskontinuitas (Palmstorm, 2001). 151.63 12
Kuat
Data-data tersebut diolah untuk diperoleh Sangat
karakteristik massa batuan berupa nilai UCS, S3 149.19 12
Kuat
RQD, dan spasi diskontinuitas. Data tersebut Sangat
kemudian dilakukan pembobotan dan J 138.53 12
Kuat
perhitungan total nilai parameter RMRdasar. Nilai
RMRdasar menjadi acuan untuk mendapatkan Berdasarkan nilai UCS dari Tabel 1 dapat
nilai SMR suatu lereng. dikatakan bahwa kekuatan batuan untuk semua
scanline adalah sangat kuat, sehingga untuk
3. Hasil dan Pembahasan pemberian bobot dalam menghitung RMRdasar
Parameter Rock Mass Rating (RMR) Dasar ratingnya adalah 12.
Struktur geologi yang dijumpai di daerah Nilai RQD didapatkan dengan dilakukan
penelitian adalah struktur lipatan pada batuan pengamatan pada tiap-tiap lokasi scanline
batu pasir dengan kemiringan antara 18 –75
0 0 dengan mengukur spasi, jumlah dan lebar
dengan sumbu lipatan berarah timur laut – barat bukaan diskontinuitas (Deere, 1964). Nilai RQD
daya. Berdasarkan peta geologi PT Bukit dapat diperkirakan dari jumlah kekar per unit
Tanjung Nunggal, lokasi penelitian termasuk volume (Jv).
kedalam Batuan Granit Klabat (Tarbuck, 2008).
Batuan penyusun yang dijumpai di daerah Tabel 2. Nilai Jv dan RQD
penelitian adalah Granit dan pasir kuarsa Scanline Jv RQD Deskripsi Bobot
(Mangga dan Djamal, 1994). S1 7.59 90.08 Sangat Baik 20
Lereng yang dilakukan penelitian adalah S2 9.98 82.07 Baik 17
lereng yang terbentuk akibat dari adanya S3 7.93 88.83 Baik 17
kegiatan peledakan. Lokasi pengambilan data J 8.66 86.42 Baik 17
dilakukan di 2 lokasi lereng berbeda dikarenakan
adanya perbedaan arah atau kedudukan dari Spasi diskontinuitas yang didapat di daerah
lereng tersebut. Pengambilan data lereng penelitian bervariasi mulai dari sedang sampai
dilakukan secara umum dikarenakan itu sudah sangat lebar. Pengambilan data spasi
mewakili dari kondisi lereng tersebut (Bieniawski, diskontinuitas adalah tegak lurus antar satu
1979). bidang diskontinuitas yang berada sepanjang
garis scanline.

Tabel 3. Nilai Spasi (m)


Scanline set Deskripsi Bobot
S1 0.57 Sedang 10
S2 0.95 Lebar 15
S3 0.6 Lebar 15
J 2.97 Sangat Lebar 20

Data persisten didapat berdasarkan scanline,


Gambar 2. Kondisi Bench S dan J dimana persisten yang memotong scanline akan
dihitung. Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
Pengujian pada setiap scanline dilakukan panjang rata–rata persisten umumnya berkisar
sebanyak 10 pukulan dengan menggunakan dari 6 – 17 m yang dapat dilakukan pengukuran.
Persisten yang lebih pendek ditemukan pada

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 31


MINERAL, April 2022, Vol. 7 (1), Halaman 29 - 35

scanline J, sedangkan yang paling panjang lereng dan diskontinuitasnya sudah lapuk maka
ditemukan pada scanline S1 dan pembobotan pembobotannya adalah 3.
pada setiap scanlinenya adalah 4. Infilling atau pengisi pada lokasi penelitian
kebanyakan tidak diisi dikarenakan baru
Tabel 4. Panjang Persisten (m) terbentuk akibat peledakan. Infilling juga
Scanline panjang Bobot ditemukan tetapi sedikit, infillingnya berupa
S1 10.42 1 batupasir dan kuarsa. Adapun nilai pembobotan
infilling berdasarkan panduan klasifikasi kondisi
S2 10.18 1
kekar untuk scanline S1 dan S2 pembobotannya
S3 8.33 2 6 karena hampir tidak ada isiannya sedangkan
J 7.74 2 untuk scanline S3 dan J pembobotannya adalah
4 karena cukup banyak infillingnya ditemukan
Aperture atau rongga yang terdapat di lokasi pada beberapa kekarnya.
penelitian ada yang tertutup dan terbuka. Kekasaran permukaan lereng didapatkan
Rongga yang terbuka umumnya ada yang terisi secara pengamatan langsung di lapangan
dan tidak, hal ini dikarenakan rongga tersebut dengan cara merasakan kondisi permukaan
terbentuk baru akibat dari adanya peledakan lereng menggunakan tangan dan penggaris
terhadap kondisi batuan tersebut. Berdasarkan sebagai alat bantu. Kondisi kekasaran lereng di
pembobotan pada Tabel 5 diketahui bahwa lapangan adalah kebanyakan sedikit kasar
umumnya aperture atau rongga dari persisten karena saat dirasakan di tangan sedikit seperti
pada lokasi penelitian memiliki lebar bukaan bergelombang. Pemberian bobot untuk tingkat
adalah berkisar dari 0,43 – 1,46 mm dengan kekasaran muka lereng adalah 3.
pembobotan 1 untuk aperture dibawah 1 mm dan Deskripsi kondisi umum air tanah akan
pembobotan 4 untuk aperture diatas 1 mm. memberikan parameter kering, lembab, berair,
atau mengalir. Dari hasil pengamatan
Tabel 5. Jarak Aparture (mm) didapatkan kondisi umum air tanah adalah
Scanline panjang Bobot lembab dan basah, hal ini dikarenakan
S1 0.74 4 pengambilan data dilakukan pada musim hujan.
S2 Sehingga keadaan lereng di lokasi penelitian
0.59 4
dalam keadaan lembab dan basah. Berdasarkan
S3 0.93 4 parameter kondisi air tanah dapat dikatakan
J 0.99 4 bahwa bobot untuk kondisi air tanah secara
umum pada scanline S1, S2, dan S3 adalah 10
Kondisi batuan granit dilokasi penelitian karena kondisi keairannya lembab, sedangkan
sebagian besar masih agak segar akan tetapi scanline J bobotnya adalah 7 karena keairannya
bagian atasnya sudah mengalami pelapukan sebagian besar basah.
terutama pada scanline J sebagaian sudah Perhitungan Rock Mass Rating (RMR) Dasar
lapuk. Warna dinding lereng yang ditemukan ada Berikut diuraikan hasil pembobotan Rock
yang berwarna orange atau sedikit coklat, hal ini Mass Rating dasar untuk masing– masing
karena batuan bagian luar sudah nampak scanline. Perhitungan nilai RMRdasar ini tanpa
mengalami sedikit pelapukan. Jadi dapat dilihat memperhatikan kondisi diskontinuitasnya. Hasil
bahwa keadaan secara umum pelapukan di perhitungan RMRdasar dari semua parameter
lereng tersebut adalah sedikit terlapuk pada yang telah dilakukan pembobotan maka akan
permukaan lereng serta diskontinuitas scanline dijumlahkan secara menyeluruh seperti yang
S1,S2 dan S3 dengan pembobotannya adalah 5, didapatkan pada Tabel 6.
sedangkan untuk scanline J rata-rata bagian

Tabel 6. Perhitungan RMR Dasar


Bobot
Parameter Kondisi
S1 S2 S3 J
Kekuatan Batuan UCS (MPa) 12 12 12 12
RQD Nilai RQD 20 17 17 17
Spasi ei e 10 15 15 20
e i e 1 1 2 2
aperture 4 4 4 4
Diskontinuitas Pelapukan 5 5 5 3
Pengisian 6 6 4 4
Kekasaran 3 3 3 3
Air Tanah Lembab 10 10 10 7
Jumlah Bobot 71 73 72 72

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 32


MINERAL, April 2022, Vol. 7 (1), Halaman 29 - 35

Dari Tabel 6 menunjukkan nilai RMRdasar tersebut adalah sangat baik dengan sifat sangat
paling kecil terdapat pada scanline S1 dengan stabil.
jumlah bobot RMRdasar adalah 71 dimana Pada Scanline S2 hasil pengukuran didapatkan
pengaruh dari nilai rata-rata spasi nilai tiap kedudukan umum diskontinuitas joint set 1 dip
0 0 0
setnya yang memiliki bobot 10 sehingga nilai 84 / dip direction 282 , joint set 2 dip 86 / dip
0 0
total pembobotan RMRdasarnya jauh lebih kecil direction 21 , dan joint set 3 dip 66 / dip direction
0
dibanding scanline lainnya dengan pembobotan 231 . F1 dipengaruhi be udu A = (−130°)
15-20, sedangkan untuk RMRdasar paling besar lebih kecil dari 5° dengan tipe sangat tidak
terdapat pada scanline S2 dengan jumlah bobot bagus, maka F1 bobotnya 1. F2 besar sudut =
RMRdasar adalah 73 dimana pengaruh dari (78,67°) lebih besar dari 45° dengan tipe sangat
besarnya nilai bobot pengisi yaitu 6. tidak bagus, maka F2 bobotnya 1. F3 besar
sudut ( ) = 11,67° lebih besar dari 10°
Perhitungan Slope Mass Rating (SMR) dengan tipe sangat bagus, maka F3 bobotnya 0.
Nilai SMR dapat dihitung berdasarkan joint F4 berada pada tipe peledakan mekanis, maka
set kekar yang didapatkan dari data kekar F4 nilai bobotnya 0.
(strike/dip) setipa scanlinenya (Romana, 1985). Dari hasil perhitungan yang dilakukan
Perhitungan SMR dilakukan pada lampiran D didapatkan nilai SMR scanline S2 sebesar 73
dengan pengaruh besar nilai strike/dip kekar dan dapat dikatakan bahwa keadaan lereng
terhadap strike/dip lereng. Nilai SMR yang tersebut adalah sangat baik dengan sifat sangat
didapatkan juga dipengaruhi dari cara stabil.
terbentuknya lereng, dimana untuk semua Pada Scanline J hasil pengukuran didapatkan
scanline pada penelitian ini lereng terbentuk dari data kedudukan umum diskontinuitas joint set 1
0 0 0
hasil peledakan dinamis, sehingga untuk bobot dip 87 / dip direction 14 , joint set 2 dip 86 / dip
0 0
F4 pada perhitungan SMR nilai adalah 0. direction 311 , dan joint set 3 dip 80 / dip
0
Pada Scanline S1 hasil pengukuran direction 294 . F1 dipengaruhi besar sudut A =
didapatkan kedudukan umum diskontinuitas joint (12,33°) berada diantara 20°−10° de g i e
set 1 dip 84° /dip direction 21°, joint set 2 dip 84° standar, maka F1 bobotnya 0,7. F2 besar sudut
/dip direction 335°, dan joint set 3 dip 83° /dip = (84,33°) lebih besar dari 45° dengan tipe
direction 288°. F1 dipengaruhi besar sudut A = sangat tidak bagus, maka F2 bobotnya 1. F3
(−30.33°) lebih kecil d i 5° de g i e g besar sudut ( ) = 24,33° lebih besar dari
tidak bagus, maka F1 bobotnya 1. F2 besar 10° dengan tipe sangat bagus, maka F3
sudut = (83,67°) lebih besar dari 45° dengan bobotnya 0. F4 berada pada tipe peledakan
tipe sangat tidak bagus, maka F2 bobotnya 1. F3 mekanis, maka F4 nilai bobotnya 0.
besar sudut ( ) lebih besar dari 10° dengan Dari hasil perhitungan yang dilakukan
tipe sangat bagus, maka F3 bobotnya 0. F4 didapatkan nilai SMR scanline S2 sebesar 73
berada pada tipe peledakan mekanis, maka F4 dan dapat dikatakan bahwa keadaan lereng
nilai bobotnya 0. tersebut adalah sangat baik dengan sifat sangat
Dari hasil perhitungan yang dilakukan stabil.
didapatkan nilai SMR scanline S1 sebesar 71 Tabel 7 dibawah ini menampilkan hasil
dan dapat dikatakan bahwa keadaan lereng perhitungan nilai SMR untuk masing–masing
tersebut adalah sangat baik dengan sifat sangat scanline. Hasil perhitungan ini berdasarkan
stabil. pengukuran data orientasi dari kekar–kekarnya.
Berdasarkan Scanline S2 perhitungan maka
didapatkan kedudukan umum diskontinuitas joint Tabel 7. Perhitungan SMR
0 0 0
set 1 dip 85 / dip direction 9 , joint set 2 dip 75 / Scanline SMR Deskripsi Kelas Stabilitas
0 0
dip direction 272 , dan joint set 3 dip 85 / dip S1 71 Baik II Stabil
0
direction 244 . F1 dipengaruhi besar sudut A = S2 73 Baik II Stabil
(−9°) lebih kecil dari 5° dengan tipe sangat tidak S3 72 Baik II Stabil
bagus, maka F1 bobotnya 1. F2 besar sudut = J 72 Baik II Stabil
(81,67°) lebih besar dari 45° dengan tipe sangat
tidak bagus, maka F2 bobotnya 1. F3 besar Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 7
sudut ( ) = 19,67° lebih besar dari 10° dapat dikatakan bahwa lereng pada semua
dengan tipe sangat bagus, maka F3 bobotnya 0. scanline adalah dalam keadaan stabil.
F4 berada pada tipe peledakan mekanis, maka Kemungkinan terjadinya longsor hanya beberapa
F4 nilai bobotnya 0. blok tertentu saja. Sehingga untuk penangannya
Dari hasil perhitungan yang dilakukan hanya bersifat kadang–kadang saja.
didapatkan nilai SMR scanline S2 sebesar 73
dan dapat dikatakan bahwa keadaan lereng

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 33


MINERAL, April 2022, Vol. 7 (1), Halaman 29 - 35

Penanganan Kemungkinan Longsoran bahaya runtuhan pada bidang lereng scanline S3


Terdapat blok yang terindikasi akan akan berkurang dan aktivitas penambangan
mengalami runtuhan pada scanline S3 seperti disekitar area lereng bisa berjalan dengan baik
yang terlihat pada Gambar 3. tanpa perlu khawatir akan adanya runtuhan.

Gambar 4. Kondisi Blok Lereng

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa kondisi struktur batuan
Gambar 3. Kondisi blok batuan yang terdapat pada wilayah penambangan bench
S dan J pada PT Tanjung Bukit Nunggal masih
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa blok baik ataupun masih fresh. Hal ini ditunjukkan dari
batuan sudah menggantung dengan indikasi nilai UCS terminologi sangat kuat (134 Mpa –
sewaktu waktu batuan akan mengalami 150 Mpa), RQD baik sampai sangat baik (82 –
runtuhan, yang mana bisa dipicu oleh getaran 91), spasi antar kekarnya sedang sampai sangat
dari aktivitas penambangan baik akibat lebar (0,57 m – 2,97 m), panjang persisten
pergerakan alat berat maupun dari getaran dari berkisar antara 7,74 m sampai 10,42 m,
peledakan disekitar area lereng. Untuk itu perlu aperture/rongga masih tertutup, keadaan batuan
dilakukan penanganan terhadap longsoran yang kasar, mengalami sedikit pelapukan dan
tersebut demi keselamatan para pekerja kondisi air tanah lembab sampai basah,
tambang khususnya operator backhoe, driller diperkuat dari hasil nilai RMRdasar berkisar
dan bagian peledakan. Para pekerja diharapkan antara 71 – 73 dengan deskripsi kelas massa
tidak bekerja terlalu dekat dengan blok tersebut batuan baik. Pada bench J dan S kemungkinan
karena kemungkinan sewaktu-waktu blok terjadinya longsoran sangat rendah dan hanya
tersebut akan mengalami runtuhan tanpa ada beberapa blok mengalami runtuhan, dikarenakan
batas waktu yang pasti (bersifat tiba-tiba). nilai SMR yang didapat berkisar antara 71 – 73
Dalam hal penanganan kemungkinan dengan deskripsi kelas massa batuan baik. Perlu
longsoran yang dilihat dari kelas ataupun nilai dilakukan pemotongan blok (scalling) pada blok
SMRnya untuk penangan terhadap runtuhan yang menggantung di scanline S3, dengan besar
yang menggantung seperti pada Gambar 3, maka sudut potong 57° (besar sudut antara lereng
untuk penanganan runtuhan blok tersebut dengan blok menggantung) mengikuti arah
adalah bersifat kadang-kadang (Occasioanally). rekahan yang terbentuk pada blok yang
Berdasarkan nilai SMR lereng penanganan dapat menggantung.
dilakukan dengan cara metode scaling atau
pemotongan blok seperti pada Gambar 4. Blok Ucapan Terimakasih
lereng yang berpotensi runtuh tersebut bisa Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada
dilakukan pemotongan sewaktu–waktu jika PT Tanjung Bukit Nunggal yang telah
memang sering adanya aktivitas manusia yang memberikan saya izin untuk melakukan
bekerja dibawahnya. Pemotongan untuk blok penelitian di wilayah pertambangan perusahaan.
yang menggantung pada Gambar 4 bagian A
mengikuti pola runtuhan dari blok tersebut,
sehingga pemotongan batuan akan lebih mudah
Daftar Pustaka
Bieniawski, Z.T., 1989, Engineering Rock Mass
dan akan dihasilkan bentukan lereng yang baru
Classifications, New York: Wiley.
seperti pada Gambar 4 bagian B. Pemotongan
Cheng, Y.M. dan Lau, C.K., 2008, Slope Stability
terhadap bidang yang berpotensi runtuhan
Analysis and Stabilization, Routledge :
tersebut dapat dilakukan dengan bantuan alat
berat backhoe sebagai pemotong bloknya London and New York.
Deere, D.U., 1964, Rock Quality Designation
dengan mengikuti arah rekahan yang terbentuk
(RQD) After Twenty Years, Florida : U.S.
pada daerah potensi runtuhan bloknya. Setelah
pemotongan (scaling) dilakukan maka resiko Department of Commerce National Techinal
Information ServiceSpringfield.

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 34


MINERAL, April 2022, Vol. 7 (1), Halaman 29 - 35

Endartyanto, A., 2007, Analisis Kestabilan Priest, S.D. dan J.A. Hudson, 1993,
Lereng dengan Menggunakan Metode “Discontinuity spacing in rock,” International
Kinematika dan Klasifikasi Massa Batuan; Journal of Rock Mechanics and Mining
Studi kasus di Area Penambangan Andesit, Sciences & Geomechanics Abstracts, Vol. 13,
Desa Jelekong, Kecamatan Bali Indah, pp. 135-148.
Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Teknik Romana, M., 1985, New Adjustment ratings for
Geologi Institut Teknologi Bandung. application of Bienawski classification to
Hoek, E dan Bray, J., 1981. Rock Slope slopes, In International Symposium on the
Engineering. 3th ed. London: The Institution Role of Rock Mecahnics, Zacatecas, Mexico.
of Mining and Metallurgy. Tarbuck, J.E dan Lutgens, K., F., 2008, Earth :
Mangga, A. S. dan Jamal, B., 1994, Peta Geologi An Introduction to Physical Geology,
Bangka Utara Sumatra, Pusat Penelitian dan Pearson, Prentice Hall : United States.
Pengembangan Geologi, Bandung. Wyllie, D. C. dan Mah, C, W., 2004, Rock Slope
Palmstrom, A., 1982, The Volumetric Joint Count Engineering-Civil and minig. Based on the
– a useful and simple measure of the degree third edition by E. Hoek dan J. Bray, London :
of Rock Jointing. Proc. 4th congr. Int. Assn Spon Press, Taylor dan Francis Group.
Engng Geol., Delhi 5,221-228.

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 35

Anda mungkin juga menyukai