OLEH :
L U T H F I Q O W Y Z H A F R A N I / 111 . 1 6 0 . 0 1 5 Pembimbing I : Dr. Ir. Purwanto, M.T.
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI Pembimbing II : Dr. Ir. Jatmiko Setiawan,
M.T.
FA K U LTA S T E K N O L O G I M I N E R A L
Pembahas I : Ir. Puji Pratiknyo, M.T.
U P N “ V E T E R A N ” Y O G YA K A RTA
Pembahas II : Dr. Herry Riswandi, S.T. M.T.
OUTLINE PRESENTASI
LATAR BELAKANG
Daerah penelitian termasuk ke dalam formasi Kompleks Ultramafik dan merupakan
bagian dari lajur Ofiolit Sulawesi Timur yang tersusun dari batuan ultramafik.
Batuan ultramafik yang telah terekspos ke permukaan rentan mengalami proses
lateritisasi. Hal ini menyebabkan terbentuknya endapan nikel laterit pada daerah
penelitian.
Dalam kegiatan penambangan nikel, salah satu metode yang sering digunakan adalah
metode tambang terbuka. Pada umumnya kegiatan penambangan nikel dengan metode
tambang terbuka akan berhadapan dengan permasalahan kestabilan lereng.
Pada kondisi aktual di daerah penelitian masih terdapat kejadian longsornya lereng yang
menunjukan masih adanya kondisi lereng yang tidak aman sehingga perlu dilakukannya
upaya untuk meningkatkan stabilitas lereng.
Berdasarkan aspek – aspek tersebut, pada daerah tersebut perlu dilakukan penelitian
dengan judul Geologi dan Evaluasi Kestabilan Lereng Pada Tambang Terbuka Nikel Pit B dan
Sekitarnya Blok Keuno, Desa Keuno, Kecamatan Petasia Timur Kabupaten Morowali Utara
Provinsi Sulawesi Tengah.
PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
1) Kondisi Geologi Daerah Penelitian
a. Bagaimana kondisi geomorfologi pada daerah penelitian?
b. Bagaimana tatanan stratigrafi daerah penelitian?
c. Bagaimana struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian?
d. Bagaimana sejarah geologi daerah penelitian?
e. Bagaimana potensi geologi pada daerah penelitian?
LOKASI PENELITIAN
KAJIAN PUSTAKA
Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih Nikel Laterit (Waheed,2008) :
KAJIAN PUSTAKA
Profil Endapan Laterit
KAJIAN PUSTAKA
Kriteria Keruntuhan Mohr Coloumb
Coulomb (1773), membuat sebuah
kriteria kuat geser yang cukup
sederhana tetapi sangat banyak
digunakan hingga saat ini. Coulomb
berpendapat bahwa runtuhan (failure)
sepanjang bidang permukaan geser
dapat ditahan oleh kohesi dan sudut
geser dalam material serta sebuah
konstanta yang dikalikan dengan
tegangan normal.
τ = c’ + σ tan ɸ’
KAJIAN PUSTAKA
Rock Mass Rating
Massa batuan adalah batuan yang mempunyai kerusakan secara struktural berupa
bidang diskontinuitas. Bidang diskontinuitas menyebabkan batuan bersifat tidak menerus.
Bidang tersebut berupa kekar, perlapisan, dll. Bieniawski (1976), mempublikasikan suatu
klasifikasi massa batuan yang disebut Rock Mass Rating (RMR). Parameter yang digunakan
dalam klasifikasi RMR yaitu:
(1) Kuat tekan uniaxial batuan utuh
(2) Rock Qualily Designation (RQD)
(3) Spasi bidang diskontinu
(4) Kondisi bidang diskontinu
(5) Kondisi air tanah
METODOLOGI & KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
Tabel Rock Mass Rating (Bienawski, 1989)
METODOLOGI & KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
Metode Kesetimbangan Batas
Salah satu metode analisis kestabilan lereng yang banyak digunakan adalah metode kesetimbangan
batas (Limit Equilibrium Method) /LEM. Metode kesetimbanagan batas adalah metode yang menggunakan
prinsip kesetimbangan gaya. Dalam menganalisis stabilitas lereng menggunakan metode kesetimbangan
batas diperlukan metode irisan untuk mendapatkan hasil faktor keamanan lereng. Material diatas
permukaan gelincir dibagi menjadi beberapa irisan tegak.
KAJIAN PUSTAKA
Metode Kinematik
Berbagai jenis longsoran/keruntuhan
lereng (slope failure) berhubungan dengan
struktur – struktur geologi yang mengakibatkan
adanya suatu diskontinuitas pada suatu massa
batuan. Dalam memperhitungkan stabilitas
lereng batuan, data kedukan bidang-bidang
diskontinuitas hasil pengukuran scanline
sampling digunakan di dalam stereoplot. Hasil
ploting sangat berguna untuk dapat memilih
antara bidang-bidang yang berpotensi
mengalami keruntuhan, dengan bidang-bidang
yang kemungkinan tidak akan terlibat di dalam
longsoran.
FISIOGRAFI REGIONAL
Secara umum daerah Sulawesi dapat
dikategorikan dalam tatanan geologi yang
kompleks, karena terletak pada zona
konvergen di antara tiga lempeng lithosfer,
yaitu lempeng Australia yang bergerak ke
utara, lempeng pasifik yang bergerak ke
barat, dan lempeng Eurasia di bagian
selatan – tenggara. Sulawesi Tengah
tersusun oleh Kompleks Pompangeo,
batugamping malih, dan ofiolit. Ofiolit
juga disebut Lajur Ofiolit Sulawesi Timur,
yang didominasi oleh batuan ultramafik,
basal, sedimen pelagik. Batuan ultramafik
terdiri atas harzburgit, dunit, werlit,
lerzolit, websterit, serpentinit, dan
peridotit (Simandjuntak dkk., 1997, Dalam
Surono, 2013).
Gambar. Peta Geologi Sulawesi (Parkinson,1996)
GEOLOGI REGIONAL
TEKTONIK REGIONAL
(a) Pembentukan MOR pada zaman Kapur
Awal – Kapur Akhir.
(b) Obduksi pada kala Eosen – Oligosen.
(c) Subduksi pada kala Miosen Awal.
(d) Kolisi pada kala Miosen Akhir.
STRATIGRAFI REGIONAL
Gambar. Daerah Penelitian dalam Peta Geologi Gambar. Korelasi Satuan Peta dari Peta Geologi Lembar
Lembar Bungku (Simandjuntak dkk, 1993) Bungku (Simandjuntak dkk, 1993)
GEOLOGI DAERAH KEUNO
GEOLOGI DAERAH KEUNO
GEOMORFOLOGI DAERAH KEUNO
Tabel. Geomorfologi Daerah Keuno (mengacu pada Van Zuidam, 1983)
Tabel. Tabulasi Data Pengukuran Kedudukan Kekar Gambar. Kenampakan Kenampakan Struktur Geologi Kekar
Pada LP 2 (arah kamera foto A N271oE)
Satuan Serpentinit
Didominasi litologi serpentinit dengan kehadiran
peridotit di beberapa tempat, berumur Kapur
Awal - Kapur Akhir. (Simandjunak,dkk. 1993)
Gambar. Kenampakan Bidang Sesar Dengan Gores Garis pada LP 62 (arah kamera Gambar. Hasil Analisa Stereografis Sesar LP 62
N097oE)
PETA GEOLOGI DAERAH KEUNO
SEJARAH GEOLOGI DAERAH KEUNO
Kapur Awal – Kapur Akhir
(A)
Daerah Keuno tersusun dari peridotit dan
serpentinit yang mulai terbentuk pada zaman
Kapur Awal (120 Ma.), batuan ini diperkirakan
terbentuk dari pembekuan magma pada Mid
Oceanic Ridge Samudra Pasifik yang dikenal
dengan nama Pacific Superplume (Kadarusman et
al., 2004). Kerak samudera yang membentuk
sekuen ofiolit merupakan penyusun utama batuan
peridotit dan serpentinit pada daerah penelitian.
Pliosen (B)
PENELITIAN
PENELITIAN
Gambar. Analisa Stereografis Potensi Longsoran Bidang Gambar. Analisa Stereografis Potensi Longsoran Jungkiran
EVALUASI KESTABILAN LERENG
Gambar. Korelasi Bawah Permukaan Penampang A-A’ Gambar. Nilai FK Lereng A (1,770)
Gambar. FK Per Single Slope Tanpa Beban (FK 1,908–3,012) Gambar. Nilai FK Overall Slope Tanpa Beban (FK 1,540)
Gambar. FK Per Single Slope Dengan Beban (FK 1,889–2,847) Gambar. Nilai FK Overall Slope Dengan Beban (FK 1,376)
REKOMENDASI LERENG C PENAMPANG A – A’
Gambar. FK Per Single Slope Tanpa Beban (FK 1,895–3,334) Gambar. Nilai FK Overall Slope Tanpa Beban (FK 1,348)
Gambar. FK Per Single Slope Dengan Beban (FK 1,823–3,102) Gambar. Nilai FK Overall Slope Dengan Beban (FK 1,262)
EVALUASI KESTABILAN LERENG
EVALUASI KESTABILAN LERENG PENAMPANG B – B’
Material Properties
Lereng penampang B-B’ disusun oleh variasi zonasi berupa top soil, limonit, saprolit, dan bedrock. material properties yang
didapatkan dari hasil analisa laboratorium bor geotek yang dilintasi / terdekat dari sayatan yakni bor geotek GT-05 untuk nilai berat
volume, kohesi, sudut geser dalam, dan UCS. Sedangkan nilai GSI didapatkan dari pembobotan massa batuan di lapangan.
Gambar. Korelasi Bawah Permukaan Penampang B-B’ Gambar. Nilai FK Lereng Penampang B – B’ (1,343)
REKOMENDASI LERENG PENAMPANG B – B’
Gambar. FK Per Single Slope Tanpa Beban (FK 1,310–2,987) Gambar. Nilai FK Overall Slope Tanpa Beban (FK 1,348)
Gambar. FK Per Single Slope Dengan Beban (FK 1,262–2,947) Gambar. Nilai FK Overall Slope Dengan Beban (FK 1,258)
EVALUASI KESTABILAN LERENG
EVALUASI KESTABILAN LERENG PENAMPANG C – C’
Material Properties
Lereng penampang B-B’ disusun oleh variasi zonasi berupa top soil, limonit, saprolit, dan bedrock. material properties yang
didapatkan dari hasil analisa laboratorium bor geotek yang dilintasi / terdekat dari sayatan yakni bor geotek GT-03 dan GT-06 untuk
nilai berat volume, kohesi, sudut geser dalam, dan UCS. Sedangkan nilai GSI didapatkan dari pembobotan massa batuan di lapangan.
Gambar. Korelasi Bawah Permukaan Penampang C-C’ Gambar. Nilai FK Lereng Penampang C – C’ (1,072)
EVALUASI KESTABILAN LERENG
Gambar. FK Per Single Slope Tanpa Beban (FK 1,687–2,653) Gambar. Nilai FK Overall Slope Tanpa Beban (FK 1,781)
Gambar. FK Per Single Slope Dengan Beban (FK 1,539–2,486) Gambar. Nilai FK Overall Slope Dengan Beban (FK 1,577)
REKOMENDASI LERENG B PENAMPANG C – C’
Gambar. FK Per Single Slope Tanpa Beban (FK 1,887–3,339) Gambar. Nilai FK Overall Slope Tanpa Beban (FK 2,002)
Gambar. FK Per Single Slope Dengan Beban (FK 1,675–3,230) Gambar. Nilai FK Overall Slope Dengan Beban (FK 1,798)
KESIMPULAN
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Kondisi Geologi Daerah Penelitian
a. Kondisi geomorfologi dibagi menjadi dua bentukasal dan empat bentuklahan. Bentukasal antropogenik terdiri dari
lahan bukaan tambang dan waiste dump. Bentukasal denudasional terdiri dari bukit laterit dan lereng laterit.
b. Startigrafi pada daerah penelitian disusun oleh satuan Peridotit, dan satuan Serpentinit. Kedua satuan ini termasuk
dalam formasi Komplek Ultramafik yang terbentuk akibat pemekaran lantai samudera pada Kapur Awal – Kapur Akhir.
c. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian yakni kekar dengan arah tegasan utama relatif barat -
timur, Sesar Mendatar Kiri berkedudukan N109°E/74° dengan nama Left Slip Fault (Rickard, 1972), Sesar Naik Kanan
berkedudukan N200°E/72° dengan nama Right Reverse Slip Fault (Rickard, 1972).
d. Sejarah geologi Daerah Keuno tersusun dari peridotit dan serpentinit yang mulai terbentuk pada zaman Kapur Awal
(120 Ma.), batuan ini diperkirakan terbentuk dari pembekuan magma pada Mid Oceanic Ridge Samudra Pasifik. Pada
kala Oligosen (30 Ma.) daerah Keuno mengalami obduksi dengan batas kerak samudra sehingga terdapat beberapa
bagian mengalami pengangkatan di permukaan pada bagian barat. Pada kala Miosen Akhir (10 Ma.) daerah Keuno
mengalami kolisi akibat adanya pergerakan mikrokontinen Banggai-Sula kearah barat sehingga menyebabkan daerah
Keuno terbentuk sesar naik yang dapat dijumpai di daerah penelitian. Saat Pliosen, seluruh area didominasi oleh block
faulting dan sesar utama seperti sesar Matano.
e. Potensi geologi positif pada daerah penelitian yakni terdapatya endapan nikel laterit yang bernilai ekonomis.
Potensi negatif pada daerah penelitian yakni dearah rawan gerakan massa tanah dan perubahan bentuk morfologi
akibat kegiatan penambangan nikel.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
2. Kajian Kestabilan Lereng
a. Kelas massa batuan pada zona bedrock memiliki nilai 50 dengan nilai Geological Strength
Index sebesar 45.
b. Potensi longsor pada daerah penelitian berupa longsoran tipe baji, tipe bidang, dan tipe
jungkiran
c. Untuk intensitas kelongsoran berdasarkan nilai faktor keamanan (Bowles,1991) dengan nilai
minimal FK 1,25 untuk kelas stabil, pada lereng aktual penampang A – A’ untuk lereng A
tergolong dalam kelas stabil (FK >1,25), lereng B tergolong pada kelas kritis (FK 1,07 – 1,25), dan
lereng C tergolong dalam kelas labil (<1,07). Pada lereng aktual penampang B – B’ tergolong
dalam kelas stabil (FK >1,25). Sedangkan pada lereng aktual penampang C – C’ tergolong
dalam kelas kritis (FK 1,07 – 1,25).
d. Rekomendasi yang diberikan yakni mengubah geometri lereng dengan lebar tiap bench
selebar 3,5 m, beda tinggi crest dan toe setinggi 6 meter, dan sudut single slope sebesar 55 o.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, I., 2016. Geoteknik Tambang: Mewujudkan Produksi Tambang yang Berkelanjutan dengan
Menjaga Kestabilan Lereng. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bieniawski, Z.T., 1976. Rock Mass Classification in Rock Engineering. Symposium Proceedings of Exploration
for Rock Engineering, Cape Town, Vol. 1, pp. 97106.
Bieniawski, Z.T., 1989. Engineering Rock Mass Classification. Canada: John Willey & Sons, Inc.
Bowles, J. E., 1991. Sifat – Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Jakarta : Erlangga.
Giani., G.P. 1992. Rock Slope Stability Analysis. Turin: A.A.Balkema Publishers.
Hardiyatmo, H.C., 1994. Mekanika Tanah 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Herman, D., Sidi, H. F., 2000. An Outline Of The Geology of Indonesis. Jakarta : Ikatan Ahli Geologi Indonesia.
Hoek, E., and Bray, J.W., 1974. Rock Slope Engineering (3rd ed.). London: The Institution of Mining &
Metallurgy.
Hoek, E., and Brown, E.T., 1980. Empirical Strength Criterion for Rock Masses. Journal of the Geotechnical
Engineering Division: Proceedings of American Society of Civil Engineers, Vol. 106, Issue 9, pp. 1013-1035.
Hoek, E., Kaiser, P.K., and Bawden, W.F. 1995. Support of Underground Excavations in Hard Rock.
Rotterdam: Balkema.
Hoek, E., Carranza-Torres, C., and Corkum, B. 2002. Hoek Brown Failure Criterion. Proceedings of the 5th
North American Rock Mechanics Symposium and 17th Tunnelling Association of Canada Conference, Toronto,
Vol. 1, pp. 267-273.
DAFTAR PUSTAKA
Kadarusman, A., Miyashita, S., Maruyama, S., Parkinson, C. D., Ishikawa, A., 2004. Petrology, Geochemistry and
paleogeographic Reconstruction of the East Sulawesi Ophiolite, Indonesia, Techtonophysics Vol 392, pp 55-83,
2004.
Karnawati, D., 2005. Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Parkinson, C.D., 1996. Emplacement of the East Sulawesi Ophiolite : Evidence from Subophiolite Metamorphic
Rocks. Journal of Asian Earth Sciences, Vol. 16, No. 1, pp. 13-28, 1998, hal 11.
Pasha, S. R., Sunarwan, B., Syaiful, M., 2019. Analisis Potensi Longsor Menggunakan Metode Kinematik Pada
Tambang Terbuka Limestone Narogong PT Holcim Indonesia Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Bogor : Fakultas Teknik Universitas Pakuan.
Prijono, A., 1977. The Indonesian Mining Industry : Its Present and Future. Jakarta : Indonesian Mining Association.
Rickard, M.J. 1972. Fault Classification: Discussion. Geological Society of America Bulletin, Vol. 83, Issue 8, pp.
2545-2546.
Rocscience Inc. 2010. Slide Version 6.0 [Software]. Rocscience Inc., Toronto.
Simandjuntak, T.O., E. Rusmana, J.B. Supandjono, A. Koswara, 1993. Peta Geologi Lembar Bungku, skala 1 : 250.000.
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, hal 12, 13, 34 & 36.
Smith, R. E., Anand R. R., Churcward, H. M., Robertson, I. D. M., Grunsky, E. C., Laterite Geochemistry for
Detecting Concealed Mineral Deposits, Yilgran Craton, Western Australia – Final Report. Perth : CSIRO Division of
Exploration Geoscience, Restricted Report 236R (Reissued as Open File Report 50, CRC LEMME, Perth, 1998).
DAFTAR PUSTAKA
Sompotan, A. F., 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Bandung : Perpustakaan Sains dan
Kebumian Isntitut Teknologi Bandung.
Surono., 2013. Geologi Sulawesi. Jakarta : LIPI Press, hal 11 &12.
Van Zuidam, R.A., 1983. Guide to Geomorphologic Interpretation and Mapping, Section of
Geology and Geomorphology. Amsterdam : ITC Finschede The Nederland.
Van Zuidam, R.A. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and
Geomorphologic Mapping. Amsterdam: Smith Publisher.
Waheed, A., 2002. Nickel Laterite – A Short Course On The Chemistry, Mineralogy And
Formation Of Nickel Laterites. Sorowako : PT INCO Indonesia.
Waheed, A., 2008. Nickel Laterite – Fundamentals of Chemistry, Mineralogy, Weathering
Processes, and Laterite Formation. Sorowako : PT INCO Indonesia.
Wyllie, D.C dan Mah, C., 2004. Rock Slope Engineering Civil and Mining 4th Edition. London
: Spon Press Taylor and Francis Group.
TERIMAKASIH 🙏
Metode ini adalah salah satu metode yang
berdasarkan prinsip kesetimbangan batas yang
dikembangkan oleh Morgenstern dan Price
pada tahun 1965, dimana proses analisanya
merupakan hasil dari kesetimbangan setiap
gaya-gaya normal dan momen yang bekerja
pada tiap irisan dari bidang kelongsoran lereng
tersebut. Dalam metode ini, dilakukan asumsi
penyederhanaan untuk menunjukkan
hubungan antara gaya geser di sekitar irisan
(X) dan gaya normal di sekitar irisan (E).
X= λ. f(x). E