Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN

PENGGUNAAN UJI POINT LOAD DALAM LINGKUP MEKANIKA


BATUAN

Disusun sebagai syarat untuk memenuhi nilai tugas kuliah Praktikum Mekanika Batuan

FAZA AULIYA MAZAYA


072002100016

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

2022
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Geologi adalah sebuah keilmuan yang mempelejari akan segala hal yang terkait dengan
Bumi, sesuai dengan makna harfiahnya yaitu Geo (Bumi) dan Logos (Ilmu). Geologi
mencakup berbagai macam cabang keilmuan yang beragam, yang membahas mulai dari
inti dari Bumi sampai ke permukaannya dan sekitarnya. Ilmu geologi seringkali dikaitkan
dengan batuan, yaitu salah satu diantara komponen penyusun Bumi yang sangat penting
untuk dipelajari. Salah satu keilmuan yang bercabang dari ilmu geologi secara
kesuluruhan adalah mekanika batuan, yang mempelajari perilaku atau behaviour dari
sebuah batuan ketika terdampak faktor eksternal, seperti misalnya gaya yang dapat
mempengaruhinya sehingga dapat terbentuk suatu deformasi.

Sebuah batuan memiliki karakteristik yang bermacam-ragam, diantaranya adalah


kekuatan batuan, yang sangat penting untuk diketahui dalam lingkup geologi teknik.
Diantara cara dan metode untuk mengetahui kekuatan suatu batuan adalah dengan Point
load test, yang merupakan cara alternatif dari analisa uniaxial compressive strength
(UCS), namun lebih sederhana dan ekonomis. Konsep dari metode ini adalah dengan
memberikan gaya terhadap batuan yang diuji yang diuji sampai terjadi deformasi (baik
terjadi kepatahan/pecah) dan dicatat sampai tekanan berapa sebelum deformasi terjadi.

Dalam point load test, beban diterapkan pada batuan dengan menggunakan alat uji khusus
yang disebut "point load tester". Alat ini menghasilkan beban pada titik kecil pada
permukaan batuan, dan kemudian mengukur nilai beban maksimum yang dapat ditahan
oleh batuan tersebut.

Hasil dari point load test dapat digunakan untuk memprediksi perilaku batuan dalam
situasi yang lebih kompleks, seperti pada konstruksi jalan, bangunan, atau proyek-proyek
geoteknik lainnya. Pengujian ini juga dapat membantu dalam menentukan kelayakan
penggunaan batuan untuk berbagai aplikasi teknik sipil.

1.1. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang sebelumnya sudah dijelaskan, dapat di rumuskan beberapa masalah
yang dapat diselesaikan:
1. Apa saja yang dilakukan dalam Point Load Test?
2. Apa korelasi Indeks Franklin terhadap kekuatan batuan?
3. Apa saja aplikasi hasil dari Point Load Test?
4. Apa hubungan antara Point Load Test dengan uji mekanika batuan lainnya?

1.2. Maksud dan Tujuan


Terdapat beberapa tujuan dilakukannya Point Load Test, yaitu:
1. Mengetahui praktik langsung pengujian lingkup mekanika batuan dalam bentuk point load
test
2. Mengetahui korelasi hasil Indeks Franklin serta penerapannya
3. Memahami hubungan Point Load Index dengan UCS
Tinjauan Pustaka
Penelitian yang digunakan dalam menyusun paper maupun resume ini adalah dengan
tinjauan pustaka, diambil dari beberapa literatur hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Sebagai tugas dari praktikum ini, disarankan menjadikan tiga atau lebih
research paper yang dijadikan rujukan utama. Paper yang digunakan adalah:

1. “Analisis Korelasi antara Uniaxial Compressive Strength dan Point Load Index pada
Batugamping di Pantai Ngrumput Yogyakarta” yang disusun oleh Danu Mirza Rezky
dan Andesta Granitio Irwan
2. “EVALUATION OF THE POINT LOAD TEST FOR ROCK” oleh Missouri Highway
and Transportation Department
3. “Using Point Load Index to determine the rock strength parameters in Norrnäs 1 and
2 orebodies” yang disusun oleh Sanna Hansson
Untuk memudahkan pengurutan masing-masing disingkat menjadi I, II, dan III.

Regional Daerah
Untuk geologi regional daerah, diurutkan dari I, II, dan III adalah sebagai berikut:

1. Yogyakarta, Indonesia
Yogyakarta merupakan suatu cekungan yang bagian utaranya dibatasi oleh Gunung
Merapi, bagian timurnya dibatasi oleh Pegunungan Selatan, bagian baratnya dibatasi
oleh Pegunungan Kulon Progo, dimana bagian timur dan barat diisi oleh batuan
berumur tersier, serta bagian selatannya dibatasi oleh Samudera Hindia. Batuan
berumur tersier yang ada di Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo terdiri
dari serial batuan klastik produk Gunungapi Purba (Formasi Nanggulan, Kebobutak,
Wuni, dan Sambipitu) dengan kisaran umur sekitar 18-57 juta tahun silam, yang
ditumpangi oleh serial batuan karbonat produk pengendapan laut dangkal (Formasi
Wonosari, Jonggrangan, Kepek dan Sentolo) dengan kisaran umur 1.6-20 juta tahun
silam (Husein & Srijono, 2010).

Bentangalam kars Yogyakarta berkembang secara eksklusif di bagian selatan


Pegunungan Selatan, menempati kawasan yang dikenal sebagai Gunung Sewu.
Dibatasi di bagian barat oleh bentangalam struktural yang memisahkannya dengan
Dataran Rendah Yogyakarta, serta di bagian utara oleh Depresi Wonosari dan
Pegunungan Panggung. Secara stratigrafis, bentangalam kars Gunung Sewu tersusun
oleh satuan batugamping terumbu, batugamping berlapis bersifat tufan dan napalan
(Surono dkk, 1992; Rahardjo dkk, 1995).

2. Missouri, United States


Missouri terletak pada struktur geologis kuno yang disebut North American Craton,
yang merupakan inti basement rock yang membentuk benua Amerika Utara.
Basement rock adalah batuan yang membentuk inti dari semua benua, dan di
Missouri, basement rock ini pertama kali didorong ke North American Craton oleh
kekuatan tektonik untuk membentuk dasar Missouri. Selain itu, bedrock, yang
merupakan lapisan di atas basement rock, ditambahkan ke Craton seiring sejarah
geologi. Bedrock ini bukanlah sedimen; melainkan batuan yang padat dan keras,
paling sering berupa batuan beku atau metamorf. Kadang terlihat di permukaan, tetapi
biasanya tersembunyikan oleh lapisan tanah dan sedimen setebal ratusan atau ribuan
kaki. Missouri berisi masing-masing dari tiga kelas batuan yang membentuk basement
rock dan bedrock: batuan beku, metamorf, dan sedimen. Batuan beku yang paling
umum di Missouri adalah riolit, granit, diabas, dan tufa vulkanik, yang masing-masing
dapat terlihat di Pegunungan St. Francois. Untuk pembagian secara umurnya, terlihat
pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Generalized Geology Map of Missouri


(Missouri Geological Survey)

Ada beberapa struktur geologi umum di Missouri. Salah satu struktur tersebut adalah
lipatan, yang terbentuk karena batuan sedimen membengkok di bawah tekanan
daripada langsung pecah. Tekanan tektonik dari tabrakan benua selama Periode
Pennsylvania (yang secara bersamaan menciptakan Pegunungan Appalachian)
menyebabkan lapisan batuan membengkok ke dalam lipatan di Missouri. Lipatan
terlihat pada potongan jalan di lapisan batuan dalam dua orientasi: kubah ke atas
(antiklin) atau ke bawah (sinkron). Jika batuan tidak dapat merespon dengan menekuk
menjadi lipatan karena gaya terlalu tiba-tiba atau kuat, batuan pecah, membentuk
struktur yang disebut joint atau kekar. Ada dua orientasi kekar utama di Missouri:
Barat Laut-Tenggara dan Utara-Selatan. Kekar dan patahan terkadang sulit dibedakan,
namun karena erosi, kekar tersebut melebar dan terisi oleh kotoran dan sedimen,
membuat kekar semakin terlihat seiring berjalannya waktu (Spencer 2011).
3. Dannemora field, Sweden
Dannemora Field adalah sebuah bagian dari distrik pertambangan Bergslagen yang
terletak pada daerah timur Swedia, lebih tepatnya provinsi Svecofennian. Daerah ini
termasuk pada formasi batuan Svecoffenian supracrustal, yang didominasi oleh batuan
volcanic yang bersifat felsic, seperti yang terlihat pada Gambar 1.2. Batuan lain yang
dapat terdapat pada daerah ini adalah batuan sedimen seperti limestone dan argilites,
namun tidak tersebar seperti batuan volcanic. Terdapat pula formasi Leptite, yaitu
batuan metavolcanic yang diasumsikan terbentuk pada sebuah volcanic arc, sebagai
“pyroclastic flow deposit” dan “pyroclastic fall deposits”.

Figure 1.2 Bedrock map of Dannemora field and its surroundings. In addition to rock
types the map also displays the structural geology of the area
(SGU-kartgeneratorn, 2013)

Daerah tersebut juga telah terkena pengaruh tektonik yang telah menghasilkan
sejumlah sesar. Banyak dari sesar ini telah menyebabkan displacement yang
signifikan. Menurut Lager (2001), ini menandakan bahwa batuan dasar di lapangan
Dannemora hanya termetamorfosis lemah, dan struktur primer terawetkan dengan
baik. Dari struktur yang terpelihara dengan baik dan tekstur batuan dasar
dimungkinkan untuk membuat analisis dan interpretasi fasies lingkungan
pengendapan asli.
BAB II
METODOLOGI

Metodologi
Dalam ketiga paper yang diringkas secara komprehensif, metodologi yang dilakukan dalam
penelitian masing-masing memliki kesamaan, dengan menggunakan uji Point Load Test lalu
di bandingkan dengan hasil UCS. Untuk perinciannya, dengan urutan penelitian I, II, dan III
adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan Sampel
Jumlah sampel yang digunakan pada masing-masing penelitian berbeda, dirinci
sebagai berikut:
I. Sampel yang diambil di lokasi adalah batugamping dalam bentuk bongkah.
Sampel kemudian dipotong menjadi bentuk persegi panjang sebelum
dilakukan pengujian. Total sampel yang diambil ada 8 sampel yang
diambil pada 4 titik di area pantai Ngrumput. Dari total 8 sampel batuan, 4
sampel akan dilakukan uji kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive
strength), dan 4 akan dilakukan uji beban titik (point load strength test)
(Danu & Andesta, 2020).
II. Sampel yang diambil di lokasi berupa berbagai macam batuan terutama
batuan sedimen yang umum ditemukan di Missouri (Claystone, Sandy
Shale, Limey Shale, Sandstone, Dolomitic Limestone, Argillaceous
Limestone, Limestone, Granite) dengan total 366 spesimen, ditambah pula
dengan 270 mortar kalibrasi dengan kadar semen 10%, 20%, dan 30%.
Sampel terbagi lagi ada yang diametral dan axial.
III. Sampel terbagi menjadi Limestone, Skarn, Volcanic Rocks, dan
Magnetite, yang diambil dari bagian-bagian tiga drill core (Drill Core
3141, 3152, dan 3153), dengan 75 grouping sample, masing-masing 10
spesimen (5 diametral dan 5 axial), maka total ada 750 spesimen secara
keseluruhan.

2. Metodologi dan Prosedur


Ketiga penelitian menggunakan Point Load Test sebagai pengujian utamanya,
dengan prosedur pengujian seperti berikut:

- Persiapan sampel: Pertama, sampel batuan harus dipersiapkan dengan cara


dipotong menjadi ukuran yang sesuai dan dihaluskan untuk menghasilkan
permukaan yang rata dan halus.
- Penempatan sampel: Setelah sampel dipersiapkan, sampel ditempatkan di
bawah dua plat baja dengan jarak tertentu dan diberi beban pusat pada titik
tengahnya.
- Pemberian beban: Beban diberikan melalui alat uji point load test yang
terdiri dari dua roll yang menekan sampel pada titik tengahnya. Beban
ditingkatkan secara bertahap hingga terjadi kerusakan atau retak pada
sampel batuan.
- Pengukuran: Saat terjadi retak atau kerusakan pada sampel, beban dan jarak
antara plat baja dicatat. Hasil ini kemudian digunakan untuk menghitung
nilai point load strength index (Is50) yang merupakan ukuran kekuatan
batuan.
- Analisis data: Hasil pengujian kemudian dianalisis untuk menentukan
kekuatan batuan dan sifat-sifat mekaniknya seperti modulus elastisitas,
deformasi, dan fraktur.

Perbedaan antara ketiga penelitian adalah pada bagian analisa dengan masing-
masing penelitian memiliki metode yang berbeda untuk mencari korelasi antara
nilai Point Load Index dengan parameter lainnya, seperti UCS, dirinci sebagai
berikut.

I. Untuk analisa penelitian ini lebih menggunakan metode statistika untuk


mencari korelasi, seperti menggunakan rumus mencari linear regression.
Untuk mengestimasi kesalahan dari hasil analisis regresi, penulis
menggunakan RMSE (root mean square error) yang digunakan untuk
membandingkan kesalahan model regresi linear yang dipakai dengan 2
model regresi lain yang umum digunakan untuk mengestimasi nilai UCS
melalui PLI, yaitu model regresi eksponensial dan model regresi power
(Chae dan Draxler, 2014). RMSE dihitung dengan menggunakan
persamaan:

Keakuratan model regresi diindikasikan dengan nilai RMSE yang kecil.


Model regresi yang mempunyai RMSE lebih kecil dikatakan lebih akurat
daripada model regresi yang mempunyai RMSE lebih besar.
II. Untuk analisa penelitian ini selain menggunakan statistika, ditambah pula
dengan menggunakan rumus Is yang berbeda, yaitu Is = P/A dan juga Is
dengan koreksi setelah kalibrasi alat dengan sample mortar dengan kadar
semen yang berbeda.
III. Untuk analisa penelitian ini menggunakan pula nilai Is yang telah
terkoreksi, serta mengaplikasikan pula Strength Anisotropy Index (Ia50)
(ISRM, 1985).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan


I. Didapatkan hasil dari pengujian terlihat pada Tabel 3.1 dengan regresi linearnya
pada Grafik 3.1.

Tabel 3.1 Statistik UCS dan PLI (IS50)

Grafik 3.1 Analisis Regresi

Lalu untuk perhitungan RMSE terlihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Statistik UCS dan PLI (IS50)

Hasil penelitian di Pantai Ngrumput, Yogyakarta dengan sampel batugamping


adalah sebagai berikut: (i) nilai UCS batugamping berkisar antara 12.96 –37.06
MPa, dan nilai PLI dari batugamping berkisar antara 3.08 –5.7 MPa; (ii) korelasi
antara nilai UCS dan PLI ditunjukkan lewat persamaan UCS=7.1916Is50-8.4321;
(iii) model regresi linier adalah model paling cocok untuk mengekspresikan
hubungan antara UCS dan PLI, dibuktikan dari hasil perhitungan RMSE (root
mean square error) dimana model regresi linier memiliki tingkat kesalahan
terkecil dibanding metode lainnya; (iv) diperoleh hubungan yang kuat antara nilai
UCS dan PLI, nilai koefisien korelasinya yaitu 0.8772 atau 87.72 %.

II. Didapatkan hasil dari pengujian seperti berikut,:

Tabel 3.3 Summary of Test Data on NX Cores Using the P/d² Method of
Calculating Is (source)

Tabel 3.4 Summary of Test Data on NX Cores Using the P/A Method of
Calculating Is

Didapatkan untuk kedua metode baik yang menggunakan P/d² maupun P/A nilai
regresi senilai 0.68 pada pengujian diametral, dan pada axial adalah 0.79 untuk
P/d² dan 0.78 untuk P/A.
III. Didapatkan hasil nilai Is50 dari pengujian seperti berikut:

1. Limestone
- Diametral: 2.43-10.89
- Axial: 1.86-11.20

2. Skarn
- Diametral: 3.22-15.54
- Axial: 4.24-15.27

3. Volcanic Rocks
- Diametral: 9.13-13.40
- Axial: 6.48-14.52

4. Magnetite
- Diametral: 1.11-8.56
- Axial: 1.52-6.52

Didapatkan pula nilai mean untuk masing-masing hasil terlihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Mean Is50 values for different rock types (source)

Diantara ke-empat macam batuan yang di ujikan menggunakan metode Point


Load Test, hasil nilai Is untuk batuan Skarn yang paling bervariasi, menunjukkan
ketidakstabilan data hasil penelitian, dengan beda nilai minimum terhadap
maksimum yang cukup berbeda. Pada penelitian ini juga dapat terlihat bahwa
hasil Is untuk axial lebih rendah dibanding diametrical, karena adanya pengaruh
anisotropy pada batuan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dalam bentuk rigkasan dari beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, baik local maupun luar, dapat diambil beberapa kesimpulan, seperti:
- Persebaran data antara hasil PLI dan UCS tidak jauh berbeda, walau variabilitas
data dari PLI lebih baik dibanding UCS, karena titik pengambilan sampel yang
berbeda, dan juga faktor porositas tiap sampel yang berbeda.
- Pada percobaan II, terlihat bahwa pada pengujian Point Load terhadap sample
batuan asli lebih tepat dan akurat dibanding dengan sample mortar, namun
dengan kalibrasi sample mortar dapat lebih akurat lagi pengujian terhadap batuan
asli.
- Posisi sample dapat mempengaruhi nilai hasil akhir dalam pengujian Point Load,
seperti terlihat pada perbedaan yang signifikan antara axial dan diametrical.

Saran
Untuk penelitian seperti ini kedepannya, terdapat beberapa saran dari hasil penelitian ini,
seperti:
- Lebih menyebar mencari sumber agar lebih luas lagi datanya.
- Lebih teliti dalam permasalahan format laporan.
- Lebih dapat memahami secara keseluruhan sumber-sumber yang dipakai

DAFTAR PUSTAKA
- Gregory, H. 2020. Geology of Missouri. Washington University in St. Louis, Missouri,
United States
- Hanson, Sanna. 2015. Using Point Load Index to determine the rock strength
parameters in Norrnäs 1 and 2 orebodies. University of Gothenburg, Goteborg,
Sweden
- Mirza R., Danu, Granitio I., Andesta. 2020. Analisis Korelasi antara Uniaxial
Compressive Strength dan Point Load Index pada Batugamping di Pantai Ngrumput
Yogyakarta. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta,
Indonesia
- Missouri Highway and Transportation Department. 1981. EVALUATION OF THE
POINT LOAD TEST FOR ROCK. US Department of Transportation, Missouri, United
States

Anda mungkin juga menyukai