Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM PETROLOGI

METAMORPHIC ROCKS

FAZA AULIYA MAZAYA


072002100016

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN
ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

2022
TEKSTUR METAMORFIK
Batuan metamorf adalah salah satu jenis batuan yang paling unik, karena pembentukannya dengan
perubahan suhu dan tekanan, yang menyebabkan suatu batuan, baik batuan beku, batuan sedimen
silisiklastik, batuan karbonat, maupun batuan metamorfik untuk berubah (walau masih isokimia).
Batuan metamorf memiliki tekstur yang sangat unik pula, baik secara megaskopis seperti foliasi dan
juga secara mikroskopis. Tekstur-tekstur tersebut terbentuk sesuai dengan komposisi batuan itu
sendiri dan lingkungan pembentukannya (termasuk kondisi sekitarnya seperti suhu dan tekanan).

Berikut adalah beberapa penciri batuan metamorf dibawah pengamatan mikroskop:

- Grain Size Reduction & Recrystallization


Perubahan ukuran buutir penyusun menjadi lebih kecil dapat terjadi akibat deformasi yang
terjadi tehadap suatu batuan dalam proses metamorfisme. Dalam proses “annealing”, atau
proses dimana suhu diatas suhu untuk recrystallizatio, dapat mengakibatkan butiran (kristal)
kecil yang tidak terlalu stabil untuk “berkembang” membesar serta lebih “mature” secara
crystallography.

- Crenulation & Metamorphic Differentiation


Foliasi tentunya adalah fitur/kenampakan yang paling sering terlihat pada batuan metamorf,
yang terbentuk karena pengubahan orientasi sehingga butiran menjadi lebih parallel,
memperlihatkan differensiasi metamorfosis. Crenulasi adalah micro fold atau fold kecil yang
terbentuk ketikadeformasikan foliasi yang sebelumnya sudah ada,
- Foliation Development & Overgrowth
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, foliasi adalah sebuah tekstur yang terdapat pada
batuan metamorfik, terbentuk oleh perubahan tekanan maupun suhu. Namun, tanda-tanda
adanya foliasi dapat tertutup dengan adanya overgrowth oleh fragmen/matriks di
sekitarnya.

- Pressure Shadow
Prssure shadow terbentuk di sekitar butiran yang tergolong relatif rigid, terbentuk ketika
butir di sekitarnya. teregangkan di sektiarnya. Ketika batuan tersebut teregangkan di sekitar
butiran yang rigid tadi, fluida (jika ada) akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan. Pressure
shadow bisa berbentuk symmetrical (menunjukkan flattening atau perataan) dan
asymmetrical (menunjukkan shear atau perubahan arah).
- Bent and broken grains
Batuan yang mengalami deformasi dapat terpengaruh penyusunan porphyroblast beserta
dengan crystal lainnya, dengan terubah orientasinya tanpa mengalami perubahan signifikan
pada mineralnya sendiri. Namun, pada kondisi tertentu, baik mineral yang lemah bahkan
mineral kuat sekalipun dapat bengkok dan sampai rusak atau patah. Contohnya adalah sheet
silicates atau silika lembaran yang sering ditemukan dalam keadaan terbengkokkan di sekitar
porphyroblast atau crenulation hinge (seperti fold hinge).

Seperti batuan lainnya, batuan metamorfik memiliki tekstur yang bermacam ragam. Ada
yang berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfisme, dari yang sudah tidak terlihat
lagi tekstur asalnya karena proses rekristalisasi (dinamakan kristoblastik) dan yang masih
tahan (relict/sisa). Berdasarkan kesempurnaan bentuk ada Idioblastik (euhedral),
hypidioblastik (subhedral), dan xenoblastik (anhedral). Berdasarkan bentuknya ada
lepidoblastik (tabular), nematoblastik (prismatic), granoblastic (granular, equidimensional,
sutured), dan granuloblastik (seperti granoblastic namun unsutured, lebih teratur).

Terdapat pula tekstur khusus pada batuan metamorf, dirinci sebagai berikut:
1. Porfiroblastik, yaitu apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut
sering disebut porphyroblasts.
2. Poikiloblastik/Sieve texture, yaitu tekstur porfiroblastik dengan
porphyroblaststampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.

3. Mortar texture, yaitu apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa
dasar material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan
(crushing).

4. Decussate texture, yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak


menunjukkan keteraturan orientasi.

5. Saccharoidal Texture, yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.


FASIES METAMORFIK
Dalam setiap lingkungan metamorfik tertentu dapat ditemukan berbagai jenis protolith yang
terkena proses metamorf. Walau batuan ini kemungkinan terpengaruhi kisaran tekanan dan
kondisi suhu yang sama dalam lingkungan tersebut, batuan metamorf yang dihasilkan akan
bergantung pada protolith yang ada. Cara mudah untuk menunjukkan kisaran kemungkinan
batuan metamorf dalam pengaturan tertentu adalah dengan mengelompokkan
kemungkinan tersebut ke dalam fasies metamorf. Maka oleh karena itu, disimpulkan bahwa
fasies metamorf tertentu mengelompokkan batuan metamorf yang terbentuk di bawah
kondisi tekanan dan suhu yang sama, tetapi memiliki protolit yang berbeda sehingga
hasilnya pun berbeda.

Grafik diatas menunjukkan fasies metamorf yang berbeda menggunakan indikator warna
yang berbeda. Sumbu pada diagram adalah suhu dan kedalaman (kedalaman Bumi akan
menentukan seberapa besar tekanan di bawah batuan, sehingga sumbu kedalaman vertikal
juga merupakan sumbu tekanan). Setiap petak warna mewakili kisaran suhu dan kondisi
tekanan di mana jenis batuan metamorf tertentu akan terbentuk. Fasies metamorfik diberi
nama untuk batuan yang terbentuk dalam kondisi tertentu (misalnya, fasies eklogit, fasies
amfibolit, dll.), tetapi nama tersebut tidak berarti bahwa fasies tersebut terbatas pada satu
jenis batuan saja.

Garis putus-putus berwaran kuning, hijau, dan biru mewakili gradien panas bumi di
lingkungan yang berbeda, karna gradien panas bumi menggambarkan seberapa cepat suhu
meningkat dengan kedalaman di Bumi. Di sebagian besar wilayah (garis putus-putus hijau),
laju kenaikan suhu dengan kedalaman adalah 30 °C/km. Dengan kata lain, jika seseorang
turun 1.000 m ke dalam tambang, suhunya kira-kira 30 °C lebih hangat daripada suhu rata-
rata di permukaan. Di daerah vulkanik (garis putus-putus kuning), gradien panas bumi sekitar
40 hingga 50 °C/km, sehingga suhu naik lebih cepat saat Anda turun. Di sepanjang zona
subduksi (garis putus-putus biru), litosfer samudra yang dingin menjaga suhu tetap rendah,
sehingga gradien biasanya kurang dari 10 °C/km.
Garis putus-putus kuning, hijau, dan biru menandakan fasies metamorf apa yang akan
ditemukan pada batuan dari kedalaman tertentu di lingkungan tertentu. Kedalaman 15 km
di wilayah vulkanik jatuh pada fasies amfibolit. Dalam kondisi yang lebih typical (mendekati
garis putus hijau) ini adalah fasies sekis hijau, dan di zona subduksi ini adalah fasies sekis
biru. Grafik dibawah menunjukkan lingkungan-lingkungan fasies, dapat disamakan hurufnya
dengan grafik sebelumnya untuk memudahkan visualisasi.

Ada pula beberapa mineral yang sering ditemukan pada batuan metamorf, dengan suhu
tertentu dimana mineral-mineral tersebut berada pada kondisi paling stabil, walaupun batas
awal dan akhirnya tidak dapat dipastikan karena faktor eksternal yang dapat
mempengaruhinya seperti tekanan, banyaknya air, dan komposisi umum batuan tersebut.
CONTOH MINERAL METAMORFIK
1. Epidote
Epidote adalah sebuah mineral silika yang sering ditemukan pada batuan metamorfik yang
terbentuk oleh metamorfisme regional, umumnya pada grade rendah sampai menengah,
dan sering terasosiasi dengan mineral lainnya seperti amphibole, feldspar, quartz, maupun
chlorite.

Color: pale yellow, pale green


Form: fine to coarse aggregate are common
Cleavage: basal cleavage (001) perfect
Interference colors: mild to strong birefringence. the colors often vary within the same crystal
(harlequin colors)
Relief: high

2. Kyanite
Kyanite adalah sebuah mineral yang dapat ditemukan pada batuan metamorfik, terbentuk
oleh alterasi mineral-mineral lempung lempung karena tekanan tinggi ketika metamorfisme
batuan sedimen. Mineral ini dapat ditemukan pada schists dan gneiss pada daerah
metamorfisme regional, dan juga pada quartzite dan eclogite walau jarang.

Color: Colourless or pale blue


Form: Usually found as subhedral blade-like prisms
Cleavage: (100) and (010) very good
Interference colors: Low to moderate (pale yallow-red-blue)
Relief: High

3. Glaucophane
Glaucophane adalah mineral metamorfik yang dapat ditemukan pada batuan metamorfik,
khususnya batuan bersifat basaltic. Mineral ini terbentuk pada schist yang dihasilkan oleh
proses metamorf suhu relatif rendah (200 celsius) pada sedimen yang kaya akan sodium.
Mineral yang sering terasosiasi dengan glaucophane adalah jadeite, epidote, almandine, dan
chlorite.

Color: Blue.
Form: Acicular to columnar crystals.
Cleavage: Typical amphibole cleavage intersect at about 58° and 122°.
Pleochroism: From blue to violet.
Interference colors: Low, from I order to II order.
Relief: Moderate.
4. Chlorite
Chlorite sebenarnya adalah nama sekelompok mineral silika lembaran yang terbentuk pada
tahap-tahap awal metamorfosme terjadi pada sebuah batuan, khususnya pada batuan yang
teralterasi oleh burial yang sangat dalam, tumbukan tektonik, aktifitas hydrothermal,
maupun metamorfisme kontak. Mineral-mineral ini dapat juga ditemukan sebagai mineral-
mineral metamorfik bersifat retrograde pada batuan beku maupun metamorfik yang telah
terlapukkan. Batuan yang banyak mengandung Chlorite diantaranya adalah greenschist,
phyllite, chloriteschist, dan greenstone.

Color: Colourless ore green, pale green


Habit: Tabular crystals with pseudo-hexagonal shape
Cleavage: (001) perfect
Interference colors: Very weak (brown, deep green, gray), usually with anomalous deep berlin
blue
Relief: Low to moderate

5. Garnet
Garnet adalah nama dari suatu kelompok mineral rock-forming, atau penyusun batuan.
Mineral-mineral ini dapat ditemukan pada batuan beku, metamorphic, bahkan batuan
sedimen. Mineral ini terbentuk ketika suatu batuan sedimen dengan kandungan aluminum
yang tinggi dan terpengaruhi metamorfisme dari perubahan suhu dan tekanan yang cukup
tinggi sehingga terbentuk schist dan gneiss. Garnet juga dapat ditemukan pada batuan yang
terbentuk dari metamorfisme kontak, magma chamber, aliran lava, dan lainnya.

Color: Colourless
Form: Garnets are high in the crystalloblastic series and appear most commonly as euhedral
crystals of dodecahedron or trapozohedron habit.
Interference colors: Isotropic

6. Silimanite
Silimanite adalah sebuah mineral penyusun batuan yang terbentuk dari sebagai konstituen
dari proses metamorf suhu tinggi pada batuan yang mengandung lempung. Silimanite dapat
ditemukan pada batuan gneiss yang bersifat semi-pelitic, membentuk fiber-fiber pada gneiss
fasies amphibolite dan kristal prismatic pada gneiss fasies granulite.

Color: Colourless
Form: Usually found as elongate prisms or in fibrous crystals
Cleavage: (010) perfect: thus a basal section of sillimanite, wich is diamond shaped, has
cleavage parallel to the long axis.
Interference colors: Low (pale yellow)
Relief: high.
DAFTAR PUSTAKA

- Hollocher, Kurt. 2022. Petrology: Metamorphic Microstructures. New York.


- Nelson, Stephen A. 2012. Metamorphic Rock Textures. Tulane University, New Orleans
- Earle, Steven. 2019. Physical Geology: Metamorphic Facies and Index Minerals. BCcampus,
Canada
- Modul Petrografi Batuan Metamorf. Universitas Gadjah Mada
- Yardley, B.W.D, Mackenzie, W.S., Guilford, C. 1990. Atlas of metamorphic rocks and their
textures. Longman Scientific & Technicil, Essex, England

Anda mungkin juga menyukai