Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Mekanika Batuan
Menurut Coates (1981) mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari efek dari gaya
terhadap batuan. Efek utama yang menarik bagi para Geologiwan adalah perubahan bentuk.
Sedangkan bagi para insinyur, mekanika batuan adalah analisis dari beban atau gaya yang
dikenakan pada batuan; analisis dari dampak dalam yang dinyatakan dalam tegangan (stress),
regangan (strain); dan analisis akibat dari dampak dalam tersebut, yaitu rekahan (fracture),
aliran atau deformasi dari batuan.
Dan menurut Hudson & Harrison (1990), mekanika batuan adalah ilmu yang
mempelajari reaksi batuan yang apabila padanya dikenai suatu gangguan. Dalam hal material
alam, ilmu ini berlaku untuk masalah deformasi suatu struktur geologi, seperti bagaimana
lipatan, patahan, dan rekahan berkembang begitu tegangan terjadi pada batuan selama proses
geologi. Beberapa tipe rekayasa yang melibatkan mekanika batuan adalah pekerjaan sipil,
tambang dan perminyakan. Topik utama mekanika batuan adalah batuan utuh, struktur
batuan, tegangan, aliran air, dan rekayasa.
Di alam, massa batuan terdiri dari sekelompok batuan utuh dan masing-masing
dipisahkan oleh diskontinuitas yang diakibatkan oleh adanya kekar, fissure, skistositas,
rekahan, lubang kecil, dan lain-lain. Massa batuan perlu dikarakteristikkan untuk proyek-
proyek rekayasa. Ini melibatkan pendefinisian pertama model geologi yang mewakili
hubungan antara berbagai satuan batuan di sebuah tempat. Batas antara bebatuan dari
berbagai usia mungkin sesuai, tidak sesuai, salah atau mengganggu seperti yang dibahas
dalam Bab 3. Batu induk yang mungkin dapat lapuk secara lokal dan tingkat dan sifat
pelapukan sering menjadi pertimbangan penting.
1.2. Beberapa Ciri dari Mekanika Batuan
Di alam, massa batuan terdiri dari sekelompok batuan utuh dan masing-masing dipisahkan
oleh diskontinuitas. Sedangkan dalam skala mikro, batuan utuh tidak homogen karena adanya
perbedaan tekstur dan mineral. Kekuatan massa batuan dalam skala yang lebih besar
dikontrol oleh karakteristik diskontinuitas (lihat gambar )
Dalam ukuran besar, padat, dan keras/kuat maka massa batuan dapat dianggap kontinu.
Tetapi karena keadaan alamiah dan lingkungan geologi, maka batuan bersifat diskontinu dan
hal ini diakibatkan oleh adanya kekar, fissure, skistositas, rekahan, lubang kecil, dan
diskontinuitas lainnya. Untuk kondisi tertentu, dapat dikatakan bahwa mekanika batuan
adalah mekanika diskontinu atau mekanika dari struktur batuan, sehingga dapat dianggap
sebagai sistem “multiple body” (lihat gambar )
1.3. Ruang Lingkup Mekanika Batuan
Menurut (jumikis, 1983)
 Menyelenggarakan penyelidikan yang bersifat keteknikan batuan utuh dan
massa batuan.
 Mengembangkan cara pengambilan contoh batuan utuh secara rasional dan
metode identifikasi serta klasifikasi batuan.
 Mengembangkan peralatan uji batuan yang baik dan metode standar pengujian
untuk kuat tekan (unconfined dan triaksial), kuat tarik, dan kuat geser batuan.
 Mengembangkan metode dan penentuan hubungan efelk skala pada berbagai
sifat mekanik dengan mempertimbangkan gaya-gaya luar seperti pemboran,
peledakan, dan rock cutting.
 Mengumpulkan dan mengklasifikasikan informasi batuan, sifat fisik, sifat
mekanik.
 Mempelajari perilaku elastisitas, plastisitas, dan keruntuhan berdasarkan hasil
pengujian sifat fisik, sifat mekanik, dan kondisi beban statik dan dinamik yang
bekerja pada batuan tersebut.
 Mempelajari perilaku batuan berstruktur akibat kondisi statik dan dinamik.
 Mengembangkan metode dan melakukan penelitian yang berhubungan dengan
pengukuran deformasi statik dan dinamik untuk pendugaan perekahan termasuk
tegangan in-situ di lapangan
 Melakukan penelitian yang berhubungan dengan mekanisme kerusakan,
kehancuran, dan keruntuhan batuan.
 Mengembangkan metode ilmiah untuk membuat hubungan berbagai sifat,
perilaku, dan kemantapan sebuah struktur massa batuan antara analitik,
observasi, dan temuan empirik lainnya.
 Merangsang dan menyebarkan ilmu pengetahuan tentang batuan dan mekanika
batuan.
1.4. Pengertian Rekayasa Geoteknik
Rekayasa geoteknik, sesuai dengan namanya, merupakan aplikasi rekayasa teknologi yang
diterapkan di bumi (Holtz, 1981). Dalam mempelajari geoteknik selalu akan berhubungan
dengan meterial alam, baik dari permukaan maupun dari dalam bumi, dalam bentuk tanah
dan batuan. Untuk keperluan teknik, tanah dapat diartikan sebagai lepasan aglomerasi
mineral, material organik, dan sedimen dengan cairan dan gas yang mengisi rongga (Das,
2002), sedangkan batuan adalah kumpulan dari bermacam-macam mineral yang kompak
(Giani, 1992).
1.5. Karakteristik Rekayasa Geoteknik
Dalam rekayasa geoteknik, kita akan banyak berhubungan dengan hasil-hasil empiris, yang
disebabkan oleh prilaku alamiah dari material tanah dan batuan. Kedua material tersebut
mengandung banyak variabel, bahkan dalam jarak beberapa milimeter saja dapat memiliki
karakteristik material yang berbeda. Dapat dikatakan tanah dan batuan merupakan material
yang sangat heterogen. Sifat materialnya sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain. Di
sisi lain, kedua material ini tidaklah bersifat isotropik, melainkan memiliki sifat material yang
tidak sama pada semua arah (anisotropik). Berbeda dengan ilmu mekanika lain yang
menganut hukum tegangan-regangan yang linier, dalam rekayasa geoteknik material awalnya
diasumsikan mengikuti hukum tegangan-regangan linier, tetapi diperlukan tambahan koreksi
empiris agar hasil yang diperoleh mendekati keadaan sebenarnya (Holtz dan Kovacs, 1981).
1.6. Ruang Lingkup Geoteknik

Gambar.
Lingkup pembahsan geologi, dalam hal ini meliputi materi dan proses-proses alam/geologi,
untuk diinformasikan pada perekayasa keteknikan, agar dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam upaya perekayasaannya. Sehingga para perekayasa dapat menentukan solusi
keteknikan yang terbaik (engineering best solution).
Material dalam ruang lingkup geologi teknik adalah masa padat kerak bumi yang terdiri dari
batuan dan tanah, di mana karya rekayasa keteknikan didirikan. Masa padat ini meliputi
material padat beserta dengan habitnya (bentuk dan strukturnya), yang keduanya perlu
dipelajari sifat-sifat fisik dan mekanisnya. Sedangkan proses alam/geologi, terutama yang
aktif berjalan, termasuk reaksi dan perubahannya sebagai akibat proses rekayasa, perlu
diinformasikan pula untuk dipertimbangkan.
Informasi-informasi tentang geologi bagi rekayasa keteknikan tersebut itulah yang menjadi
ruang lingkup ilmu geologi teknik, yang seyogyanya sedapat mungkin disampaikan dalam
bentuk nilai-nilai kuantitatif parameter keteknikan.
1.7. Pengaruh Geologi Batuan Terhadap Rekayasa Batuan
Diantara ketiga kategori umum batuan (komposisi, tekstur, mineral), batuan-batuan metamorf
memiliki tingkat anisotropi tertinggi dan segregasi dari mineral-mineral penyusun sebagai
respons kepada tekanan tinggi dan gradient suhu berhubungan dengan evolusi tektonik dan
pembentukan lapisan-lapisan dengan susunan mineralogi yang berbeda.
Batuan-batuan mengalir dan mengalami rekristalisasi akibat tegangan-tegangan tektonik baru
dan membentuk bidang-bidang perlapisan yang lemah dan bidang-bidang lemah ini (misalnya
bidang sekistositi) mempengaruhi kekuatan dan perilaku deformasi batuan rekatif terhadap
arah tegangan yang bekerja.
Prediksi respons anisotropik kekuatan dan deformasi batuan dilakukan menggunakan contoh-
contoh dengan sudut orientasi, β (sudut antara arah tegangan utama mayor dan bidang foliasi)
yang berbeda-beda. Anisotropi, yang merupakan karakteristik batuan-batuan metamorf
seperti sekis, disebabkan karena adanya proses metamorfosa yang berbeda. Orientasi yang
lebih disukai oleh mineral-mineral seperti mika dan klorit dalam bereaksi terhadap tegangan-
tegangan tektonik membuat batuan-batuan kelompok sekis menjadi foliasi. Maka, batuan
anisotropik akan memiliki variasi sifat-sifat keteknikan terhadap arah pembebanan.

Anda mungkin juga menyukai