Anda di halaman 1dari 9

ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.

ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE


JANBU SIMPLIFIED PADA LERENG CBP-03 PT. CAHAYA BUMI
PERDANA, KECAMATAN TALAWI, KOTA SAWAHLUNTO,
SUMATERA BARAT
Excell Vicky Satria1*, Yoszi Mingsi Anaperta1**
1Jurusan Tenik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang, Indonesia

*excellvickysatria@gmail.com
*yoszimingsianaperta@yahoo.com

Abstract. PT. Cahaya Bumi Perdana merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan dan telah berinvestasi di Kota Sawahlunto. Bahan galian yang telah ditambang
adalah batubara. Secara administrasi lokasi KP Eksploitasi tersebut berada di Kumanis, Desa
Tumpuk Tangah, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat dengan luas
103,10 Ha. Pada PT. Cahaya Bumi Perdana, terdapat lereng dengan ketinggian sekitar ±35 m
dengan kemiringan 750 dengan material penyusun batuan terlapukkan (siltstone) yang
berkemungkinan akan terjadinya longsor, dengan kondisi lereng tersebut berpotensi
membahayakan pekerja dan menghambat produksi. Berdasarkan data hasil pengujian sifat fisik
dan mekanik batuan siltstone mendapatkan nilai bobot isi asli 21,87 KN/m 3, nilai bobot isi jenuh
22,14 KN/m3, nilai bobot isi kering 20,85 KN/m3, kohesi (c) = 0.0434 Mpa dan sudut geser dalam
(ϕ) = 45°. Analisis nilai faktor keamanan (FK) dan rekomendasi geometri lereng aktual
menggunakan metode Janbu simplified dengan ketinggian 35 m dan kemiringan 62˚ sehingga di
peroleh FK sebesar 1,313. Untuk rekomendasi geometri lereng dalam keadaan jenuh
menggunakan metode janbu simplified dengan ketinggian 35 m dan kemiringan 62˚ diperoleh FK
sebesar 1.307.

Keywords: Sifat Fisik, Sifat Mekanik Batuan, Geometri Lereng, Janbu Simplified, Faktor Keamanan

1. Pendahuluan parameter untuk menentukan kemantapan lereng


tersebut.
PT. Cahaya Bumi Perdana (CBP) merupakan Longsoran merupakan suatu bencana alam
perusahaan yang bergerak dibidang jasa yang sering terjadi pada lereng-lereng alami
pertambangan yang melakukan penambangan maupun buatan kebanyakan longsor tejadi pada
batubara dengan luas WIUP PT. CBP ±71,96 Ha. saat tekanan air tanah meningkat yang
Jenis penyangga yang digunakan oleh PT. CBP mengakibatkatkan penurunan kuat geser 2 tanah
adalah penyangga kayu. Dari susunan (c), dan sudut geser dalam (α) yang menyebabkan
pemasangan penyangganya, penyangga kayu kelongsoran (Bria, Kornelis 2017). Longsoran dapat
berbentuk three pieces set. Three pieces set terdiri terjadi pada hampir setiap kemungkinan, perlahan-
dari tiga bagian utama yaitu satu bagian atas (cap) lahan ataupun secara tiba-tiba dan dengan atau
dan dua bagian samping tiang (side post). tanpa adanya suatu peringatan yang nyata.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan Berdasarkan hasil pengamatan aktual di lapangan,
dalam sistem operasi tambang adalah faktor-faktor penulis melakukan penelitian pada lereng CBP 03
geoteknik pada litologi batuan di daerah dimana tinggi lereng (H) = 35 m dan kemiringan (α)
penambangan. Karena pada saat proses desain = 75°. Penulis juga menemukan banayak batuan
suatu lereng sangat banyak faktor - faktor yang hasil dari longsoran lereng tersebut disekitar lubang
mempengaruhi dan harus diinput sebagai tambang CBP 03 yang sangat berisiko apabila

35
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No. 4

batuan tersebut masuk kedalam lubang tambang sedangkan pada bulan September sampai dengan
CBP 03 bulan Desember beriklim hujan.

2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di PT. Cahaya Bumi
Perdana yang memiliki izin usaha penambangan
seluas 103,1 Ha. Kegiatan penambangan dilakukan
dengan sistem tambang bawah tanah
Menggunakan metode room and pillar serta
penambangan lubang maju. Untuk wilayah izin
usaha pertambangan PT. Cahaya Bumi Perdana
dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2. Peta Geologi Sawahlunto

3. Kajian Teori
Gambar 1. Peta IUP PT. CBP 3.1 Konsep kestabilan lereng

Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Kestabilan lereng baik lereng alami maupun
Cahaya Bumi Perdana, secara administrasi berada buatan (buatan manusia) serta lereng timbunan
di Kumanis Atas, Desa Tumpuk Tangah, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto. Secara dinyatakan secara sederhan sebagai gaya-gaya
geografis lokasi tersebut berada pada koordinat 00° penahan dan gaya- gaya penggerak yang
34’ 33.60” - 00° 34’ 57.42” Lintang Selatan dan bertanggung jawab terhadap kestabilan lereng
100° 47’ 57.80” - 100° 48’ 47.84” Bujur Timur. tersebut. Pada kondisi gaya penahan (terhadap
Lokasi kegiatan penambangan dapat ditempuh dari longsoran) lebih besar dari gaya pengerak, lereng
pusat Kota Sawahlunto (Talawi) ke Kumanis ( + tersebut akan berada dalam kondisi yang stabil
25Km jalan kota beraspal) ke Lokasi ( + 2,5Km (aman). Namun, apabila gaya penahan menjadi
jalan tanah diperkeras). lebih kecil dari gaya penggeraknya, lereng tersebut
Tanah formasi Sawahlunto mengandung akan menjadi tidak stabil dan akan terjadi
butiran pasir yang dapat mengalirkan air. Akan longsoran.
tetapi dari gambar penampang geologi ombilin Suatu cara yang umum untuk menyatakan
diduga air itu lolos ke tempat yang lain. Aspek kestabilan suatu lereng batuan atau tanah adalah
geologi yang perlu mendapat perhatian yang dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan
sangat serius dalam perencanaan dan perbandingan antara gaya penahan yang membuat
pengembangan kota Sawahlunto adalah : sesar, lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang
gempa, dan gerakan tanah. menyebabkan terjadinya longsor. Secara
Daerah tambang PT. Cahaya Bumi Perdana matematis faktor kestabilan lereng dinyatakan
beriklim tropis dengan suhu berkisar antara 220 sebagai berikut:
sampai 330 C dan terbagi dalam dua musim yaitu F=R/Fp
musim hujan dan musim kemarau. Iklim dan cuaca Keterangan:
sangat berpengaruh dalam kegiatan perindustrian. F = faktor kestabilan lereng
Dalam industri pertambangan, pada kawasan R = gaya penahan, berupa resultan gaya-
pertambangan bawah tanah air hujan akan masuk gaya yang membuat lereng tetap stabil
ke wilayah penambangan melalui impermeabilitas Fp = gaya penggerak, berupa resultan gaya-
lapisan tanah diatasnya, sehingga air akan masuk gaya yang menyebabkan lereng
dan memenuhi cekungan di dalam lubang. Kondisi longsor
iklim dan curah hujan di kumanis Batu Tanjung Pada keadaan:
Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto dikategorikan F > 1,0 = lereng dalam keadaan stabil
dengan tingkat curah hujan sedang. Bulan Januari F = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang
sampai dengan bulan Agustus beriklim kemarau (akan longsor)

36
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No. 4

F < 1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil Secara umum tujuannya sebagai berikut:
a. Menentukan kondisi kestabilan lereng
3.2 Klasifikasi Longsoran b. Memperkirakan bentuk keruntuhan atau
longsoran yang mungkin terjadi.
Berdasarkan kedudukan bidang lemah pada c. Memprediksi tingkat kerawanan lereng
batuan, longsoran yang sering terjadi adalah terhadap resiko longsor.
longsoran busur (circular failure) yaitu longsoran d. Merancang suatu lereng yang optimal
yang berbentuk busur biasanya terbentuk pada dan memenuhi kriteria keamanan dan
material yang umumnya homogen sedangkan pada kelayakan yang ekonomis.
material dengan heterogenitas kompleks sering
terjadi longsoran bidang (plane failure), longsoran Maka penyelidikan lapangan dan laboratorium
baji (wedge failure) dan juga longsoran toppling. seperti yang telah di paparkan diatas harus
Berdasarkan proses longsornya,longsoran dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan data-
batuan dapat dibedakan menjadi empat macam, data yang diperlukan. Dalam penyelidikan tersebut
yaitu: juga harus dilakukan investigasi dan pemantauan
a. Longsoran Bidang (plane failure) lapangan secara rutin untuk mengevaluasi potensi-
Longsoran bidang merupakan suatu potensi bahaya pada lereng
longsoran batuan yang terjadi sepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang 3.4 Klasifikasi Massa Batuan
luncur tersebut dapat berupa sesar, kekar
(joint) maupun bidang perlapisan batuan. a. Rock Mass Rating System (RMR)
b. Longsoran Baji (Wedge Failure)
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu Rock Mass Rating System (RMR), atau sering
batuan jika terdapat lebih dari satu bidang juga dikenal sebagai Geomechanics Classification
lemah yang bebas dan saling berpotongan. telah dimodifikasi berulang kali begitu informasi
Sudut perpotongan antara bidang lemah baru dari studi–studi kasus diperoleh dan
tersebut harus lebih besar dari sudut geser menjadikannya sesuai dengan International
dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat Standard and Procedure. RMR terdiri dari 5
berupa bidang sesar (fault), kekar (joint) parameter utama dan 1 parameter pengontrol
maupun bidang perlapisan. Persyaratan sebagai berikut:
lainnya yang harus dipenuhi untuk terjadinya
longsoran baji adalah bila sudut lereng lebih 1) Kuat tekan batuan utuh (UCS).
besar dari pada sudut garis potong kedua 2) Rock Quality Designation (RQD).
bidang lemah tersebut (ψfi > ψi), dan sudut 3) Jarak discontinue/kekar.
garis potong kedua bidang lemah lebih besar 4) Kondisi discontinue/kekar.
daripada sudut geser dalamnya. 5) Kondisi air tanah.
c. Longsoran Busur (Circular Failure) 6) Koreksi dapat dilakukan apabila
Longsoran busur hanya terjadi pada diperlukan untuk orientasi
tanah atau material yang bersifat seperti diskontiniutas/ kekar.
tanah. Antara partikel tanah tidak terikat satu
sama lain. Dengan demikian, longsoran busur b. Rock Quality Designation(RQD)
juga dapat terjadi pada batuan yang sangat
lapuk serta banyak mengandung bidang Kehadiran bidang diskontinuitas didalam
lemah maupun tumpukan (timbunan) batuan massa batuan sering memberi pengaruh buruk
hancur. pada sifat mekaniknya sehingga parameter
d. Longsoran Guling (topling) kuantitatif bidang diskontinuitas perlu diketahui.
Longsoran guling terjadi apabila bidang- Parameter yang dapat menunjukkan kualitas
bidang lemah yang hadir di lereng mempunyai massa batuan sebelum penggalian dilakukan
kemiringan yang berlawanan dengan adalah RQD yang dikembangkan oleh Deere
kemiringan lereng dimana struktur bidang (1964) yang mana datanya diperoleh dari
lemahnya berbentuk kolom. Keadaan tersebut pengeboran eksplorasi dalam bentuk inti bor.
dapat digambarkan dengan balok-balok yang RQD dihitung dari persentase bor inti yang
diletakkan diatas sebuah bidang miring. diperoleh dengan panjang minimum 10 cm dan
jumlah potongan inti bor tersebut biasanya diukur
3.3 Analisis Stabilitas Lereng pada inti bor sepanjang 2 m, potongan akibat
penanganan pemboran harus diabaikan dari
Pada dasarnya seluruh metoda analisis perhitungan dan inti bor yang lembek dan tidak baik
kemantapan lereng memiliki tujuan yang sama berbobot RQD = 0 (Bieniaewski,1989). Made
yaitu untuk memperoleh kestabilan dengan cost Astawa Rai dkk (2011, hal. 398).
yang sedikit dalam kegiatan penambangan maupun Apabila bor inti tidak tersedia, RQD dapat
kontruksi teknik sipil. dihitung secara tidak langsung dengan melakukan
pengukuran orientasi dan jarak diskontinuitas pada

37
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No. 4

singkapan batuan. Priest & Hudson (1976) Dilakukan dengan melakukan pengamatan
mengajukan sebuah persamaan untuk secara langsung dan seksama dilapangan untuk
menentukan RQD dari data garis bentangan. mengetahui masalah yang akan dibahas,
khususnya di area Blok Bukit Tambun.
Tabel 1. Hubungan antara RQD, Kualitas Batuan Peninjauan lapangan untuk melakukan
dan Indeks Kecepatan pengamatan langsung terhadap topografi
Kualitas RQD (%) FF (m-1) Indeks
daerah dan data-data penunjang lainnya dari
massa kecepatan masalah yang akan dibahas.
Sangat buruk 0 >15 < 0.2
Buruk 25 – 50 15 – 8 0.2 – 0.4 c.Pengambilan Data
Sedang 50 – 75 8–5 0.4 – 0.6
Baik 75 – 90 5–1 0.6 – 0.8 Pengambilan data langsung di lapangan
Sangat baik 90 - 100 <1 0.8 – 1.0
dipakai sebagai salah satu bahan untuk
4. Metode Penelitian mengetahui permasalahan yang ada sehingga
dapat diambil suatu solusi yang tepat. Namun
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian karena beberapa alasan dan pertimbangan
maka untuk melakukan pengambilan data
a.Waktu Penelitian dilapangan tidak bisa dilakukan sepenuhnya.
Data yang diambil berupa data primer dan data
Kegiatan observasi lapangan dilaksanakan pada sekunder.
tanggal 12 Oktober 2020 dan kemudian akan
dilanjutkan kegiatan pengambilan data yang 1) Data primer adalah data yang diambil
dilakukan mulai tanggal 09 November sampai 09 langsung dari pengamatan lapangan, yaitu:
Desember 2020.
a) Peta geologi regional
b.Lokasi Penelitian b) Geometri lereng aktual.
Pengambilan data dilaksanakan di wilayah Data yang diambil yaitu pengukuran
penambangan PT. Cahaya Bumi Perdana. strike and dip batuan penyusun lereng.
Penelitian kemudian dibatasi dan difokuskan pada c) Bidang diskontinu.
lereng CBP 03 PT. Cahaya Bumi Perdana, Data yang diambil yaitu strike/dip dari
Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi kekar, jarak /spasi bidang diskontinu dan
Sumatera Barat. Jumlah kekar permeter.
d) Measuring stratigrafi.
4.2 Jenis Penelitian e) Sampel batuan untuk uji sifat fisik dan
mekanik.
Penelitian ini lebih terarah ke penelitian terapan f) Data hasil pengujian sifat fisik dan
(Applied Research), yaitu salah satu jenis mekanik batuan.
penelitian yang bertujuan untuk mengaplikasikan
teori yang didapat dibangku perkuliahan terhadap Data sifat fisik dan sifat mekanik batuan yang
kondisi aktual dilapangan. diperoleh dari hasil uji laboratorium kemudian
diolah dengan menggunakan bantuan Microsoft
Dalam melaksanakan penelitian permasalahan Excel untuk mengetahui nilai rata-rata, ukuran
ini, penulis menggabungkan antara teori dengan dispersi, dan distribusi data hasil uji.
data-data lapangan, sehingga dari keduanya
diperoleh pendekatan penyelesaian masalah. 2) Data sekunder adalah data yang
Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu : dikumpulkan berdasarkan literatur dari
bebagai referensi dan arsip-arsip laporan
a.Studi literatur perusahaan, seperti peta topografi.
Studi literatur dilakukan dengan mempelajari d.Pengolahan Data
teori-teori yang berhubungan dengan masalah
yang akan dibahas di lapangan melalui bahan- 1) Data sifat fisik batuan
bahan pustaka yang dapat menunjang diperoleh
dari: Pengujian bobot isi (γ) bertujuan untuk
mendapatkan berat isi/ bobot isi tanah yang
1) Deskripsi umum perusahaan merupakan perbandingan antara berat batuan
2) Teori kestabilan lereng basah dengan volumenya (gram/cc).
3) Teori mengenai metode-metode analisis Bobot isi asli = Wn/(Ww-Ws)
kestabilan lereng
4) Teori sifat fisik dan sifat mekanik batuan Bobot isi kering = Wo/(Ww-Ws)
5) Teori analisis data statistik
Bobot isi jenuh = Ww/(Ww-Ws)
b.Pengamatan Lapangan
2 )Uji point load index

38
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No. 4

Menurut ISRM (1985), tipe dan syarat contoh


batuan untuk uji Point Load Index adalah
sebagai berikut :

Gambar 3. Tipe dan Syarat Sampel Uji PLI Gambar 4. Pengambialan Data Kekar

Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut: Setelah data bidang diskontinuitas yang telah
diambil dari hasil pengamatan dilapangan berupa
a) Ambil bongkah batu yang akan diuji. strike, dip, dip direction serta kondisi bidang
diskontinu menggunakan metode scanline maka
b) Tempatkan percontoh batu diantara dua
selanjutnya adalah melakukan pengolahan data
konis penekan, naikkan konis bagian bawah
dengan menggunakan perangkat lunak Stereonets
hingga menempel pada percontoh.
Dips untuk melihat orientasi penyebaran bidang
c) Jarak antara dua konis penekan pada saat diskontinuitas pada stereonets.
itu diukur dengan jangka sorong (D).
Tujuan utama dari pengeplotan data
d) Naikkan konis bagian bawah hingga diskontinuitas ini adalah untuk melihat arah umum
percontoh batu pecah dan baca besarnya dan orientasi mayor dan minornya. Selanjutnya
beban pada alat (P). setelah dilakukan pengeplotan maka membuat set
diskontinuitasnya dari contour plot nya.
3) Uji geser langsung (direct shear strength test)
Untuk menetukan pola set diskontinuitasnya
Kriteria keruntuhan geser yang paling dilakukan berdasarkan penyebaran orientasi
banyak dipakai adalah kriteria mohr-coulomb bidang diskontinu pada bidang stereonet. Bidang
yang ditulis dalam persamaan : bidang diskontinu yang membentuk satu kelompok
dikelompokkan dalam satu set bidang diskontinu.
τ = c + σn (tan Ø). Kemudian dilakukan pengeplotan kedudukan set
Hasil pengujian ini untuk mengetahui kuat diskontinuitasnya, orientasi lereng berupa dip dan
geser batuan pada tegangan normal tertentu. dip direction nya serta sudut geser dalamnya pada
Dari hasil pengujian dapat ditentukan: stereonet.

Maka dari hasil pengeplotan tersebut nantinya


a) Kurva intrinsik (Strength envelope) dapat diketahui potensi potensi longsoran paada
b) Kuat geser (τ – Shear strength) masing-masing scanline dengan cara point station
c) Sudut geser dalam (Ø) berdasarkan kriteria pola utama longsoran yang
d) Tegangan normal (σn) dikemukakan Hoek dan Bray pada tahun 1981.
e) Kohesi (c) Pengamatan lereng dilokasi penelitian
menggunakan scanline point station sehingga
5. Hasil dan Pembahasan mendapat model dan arah longsoran pada bidang
scanline point station tersebut.
5.1 Pengolahan Data Kekar untuk Metode
Stereografis Analisa Kinematik Setelah seluruh data kekar diambil maka
dilakukan proses pengelompokan data kekar
Untuk menghindari terjadinya longsoran maka dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
dilakukannya analisis terhadap geometri lereng Stereonets dan Dips. Untuk mendapatkan set
yang ada dengan melakukan analisis kestabilan diskontinuitas pada kekar, berikut ditampilkan pada
lereng. gambar 5.

39
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No. 4

c.Pengujian Kuat Geser Batuan


Pengujian kuat geser langsung ditujukan
untuk mendapatkan nilai kohesi (c) dan sudut
geser dalam (Ø) dalam bentuk nilai puncak
(peak) dan residual. Hasil uji kuat geser
langsung dapat dilihat pada gambar 6 dan
tabel 4.

Gambar 5. Flexural Toppling

Berdasarkan pola set diskontinu dan kedudukan


lereng pada stereonets dapat dilihat bahwa adanya
model keruntuhan guling. Kerutuhan guling (flexural
toppling) pada lereng berdasarkan pola set
diskontiniu diatas memiliki presentase 47,22 %.

5.2 Parameter Pengujian Laboratorium


Gambar 6. Grafik Hasil Uji Kuat Geser
Geoteknik
a.Pengujian Sifat Fisik Batuan Tabel 4. Hasil Uji Kuat Geser

Bobot isi merupakan salah satu parameter Tegangan Kohesi Sudut Geser
dari hasil uji sifat fisik yang penting dalam Geser (Mpa) Dalam(°)
analisis kestabilan lereng. Nilai bobot isi dapat
dibagi atas nilai bobot isi asli, bobot isi kering Puncak 0.0434 45
(dry density) dan bobot isi jenuh (saturated
density). Orientasi discontinuitas merupakan strike
atau dipsdiscontinuitas (dips/dips direction).
Tabel 2. Hasil Uji Sifat Fisik Batuan Orientasi bidang discontinuitas dilapangan
didapat dengan mengukur strike dan dips
Uji Sifat Fisik Kode Sampel Rata-rata kekar dengan menggunakan kompas geologi.
NO
(gr/cm3) 1 2 3 (gr/cm3) Untuk mementukan arah orientasi strike dan
1 Bobot Isi Asli 2.127 2.353 2.215 2,23 dips secara umum pada joint set penulis
2 Bobot Isi Kering 2.034 2.242 2.107 2,13 menggunakan software dips
3 Bobot Isi Jenuh 2.159 2.379 2.240 2,26 Berdasarkan hasil dari pembobotan rock
mass rating system yang telah di lakukan
Dari tabel diatas range bobot isi dalam maka didapat hasil dari pembobotan klasifikasi
gr/cm3 yaitu berada dikisaran 2,1 – 2,2 massa batuan seperti pada tabel 5 berikut:
gr/cm3, sehingga batuan terlapukkan penulis
siltstone tersebut terbukti. Berdasarkan Tabel 5. Klasifikasi Kelas Massa Batuan
densities of sedimentary rock pada website berdasarkan RMR-Sistem
Geophysics for Practicing Geoscientists
Parameter Klasifikasi RMR Sistem
(https://bit.ly/3uhi5M7) batuan yang berada
No Parameter Rating
pada range 1,80 – 2,30 gr/cm3 merupakan 1 Point Load Indeks 4
tipe batuan siltstone. 2 RQD 20
3 Spasi Diskontiniuitas 10
b.Pengujian Point Load Index Kekerasan 3
Kemenerusan 6
Pengujian point load index dilakukan untuk 4 Kondisi Bidang Diskontinuitas Lebar Rongga 1
mendapatkan nilai kuat tekan (σc) dari Tingkat Pelapukan 3
material. Material Pengisi 6
5 Muka Air Tanah 10
Tabel 3. Hasil Uji Point Load Index 6 strike dan Dip Of Joint Set 0
Total Rating 63
Parameter Nomor Kelas Massa Batuan II
No D P Is σc σc
(cm) F Berdasarkan hasil perhitungan klasifikasi
(Kg) (kg/cm²) (kg/cm²) (MPa)
1 3 0.79 123.9 10.939 251.608 24.658 massa batuan diatas maka diketahui nilai rock
2 3.2 0.82 128.1 10.234 235.374 23.067 mass rating (RMR) di area kajian yakni
3 3.3 0.83 148.4 11.303 259.973 25.477 sebesar 63. Berikut adalah arti dari nilai rock
RATA-RATA 248,985 24,401 mass rating (RMR) tersebut:

40
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No. 4

Tabel 6. Nilai Kelas Batuan dalam kondisi jenuh sebesar 1,112 yang berarti
lereng dalam keadaan tidak aman.
KELAS PEMBOBOTAN MASSA/BATUAN
Oleh karena itu, penulis akan melakukan
Rating 100-80 80-61 60-41 40-21 <21 modifikasi/perubahan pada geometri lereng.
Sudut lereng yang aman untuk tinggi lereng
No Kelas I II III IV V
tertentu dipengaruhi oleh karakteristik material
Keterangan Sangat Bagus Bagus Sedang Buruk
Sangat penyusun lereng.
Buruk
Berdasarkan hasil dari pengolahan orientasi
5.3 Analisis Kestabilan Lereng bidang diskontinu menggunakan analisis
a. Analisis Kestabilaan Lereng Aktual stereografis arah dan tipe longsoran adalah
longsoran guling dan hasil analisis kestabilan
Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan lereng aktual diperoleh faktor keamanan pada
menggunakan metode kesetimbangan batas kondisi jenuh sebesar 1,112 dengan ketinggian
yaitu metode Janbu Simplified dimana lereng 35 meter dan kemiringan lereng 75o
penggambaran disajikan dalam bentuk tabel dengan nilai parameter yaitu sudut geser dalam
atau grafik. Serta penyelesaian perhitungan 45o, kohesi 43,4 KN/m2 dan bobot isi asli 21,87
dibantu dengan menggunakan perangkat lunak KN/m3.
(software Roscience Slide). Nilai Faktor
Keamanan Statis Minimum berdasarkan pada Nilai faktor keamanan tersebut menunjukkan
metode Bowles untuk menilai stabilitas model lereng dalam keadaan tidak aman. Hal tersebut
lereng tunggal (Single slope) yang dapat dapat disebabkan karena geometri lereng yang
diterima ialah (FK) ≥ 1,3. curam menyebabkan lereng dalam keadaan
tidak aman (FK < 1,3). Oleh karena itu
Untuk mendapatkan rancangan lereng yang diperlukan upaya atau solusi agar lereng tetap
optimum, lereng dianalisis dengan target FK 1,3 dalam keadaan aman walaupun saat keadaan
dengan pemilihan tinggi lereng utamanya jenuh dengan melakukan modifikasi pada
dipengaruhi oleh kemampuan alat gali yang geometri lereng pengamatan sehingga FK > 1,3.
akan digunakan. Untuk tambang terbuka skala
besar, tinggi lereng yang umum dipilih adalah 10 Berdasarkan hasil analisis diatas dengan
– 18 m, dengan tinggi paling umum 15 m (Read modifikasi geometri lereng untuk mendapatkan
& Stacey, 2009: 239, Hustrulid et al. 2001: 27 geometri lereng dengan kondisi lereng aman
dalam Edi Setiawan 2016). dapat dilihat pada tabel 17, dibawah ini

Data awal berupa parameter geoteknik Tabel 7. Rekomendasi Geometri Lereng


didapatkan berdasarkan data hasil uji batuan di Kondisi Analisis Tinggi Sudut Lebar Bench Faktor
laboratorium. Parameter geoteknik ini Lereng Slpoe Lereng Lereng (m) Keamanan
merupakan parameter geoteknik yang tidak (m) ( o)
Jenuh Single 35 62 10 1,307
terganggu (undisturbed). Berikut merupakan
Overall 17,5 74 x 2 (57) 5x2 1,306
gambaran dari bentuk lereng actual CBP 03 Natural Single 35 62 10 1,313
yang dibuat dengan slide 6.0. Overall 17,5 74 x 2 (57) 5x2 1,311
Kering Single 35 62 10 1,337
Overall 17,5 74 x 2 (57) 5x2 1,334

6.Kesimpulan dan Saran


6.1 Kesimpulan

a. Arah dan tipe longsoran Berdasarkan hasil


dari pengolahan orientasi bidang diskontinu
menggunakan analisis stereografis arah dan
tipe longsoran adalah N 307O E 67O dan
longsoran guling.
b.Hasil pengujian sifat fisik dan mekanik batuan.
Gambar 7. FK Lereng Aktual CBP 03
1) Pengujian Sifat Fisik
Geometri untuk lereng tunggal dengan tinggi
lereng 35 meter dan sudut sebesar 75° dengan a) Nilai rata-rata bobot isi asli dari material
lebar jenjang sebesar 10 meter. Berdasarkan siltstone yaitu, 21,87 KN/m3.
analisis menggunakan Software slide 6.0 b) Nilai rata-rata bobot isi kering dari material
diperoleh nilai faktor keamanan lereng tunggal siltstone yaitu, 20,85 KN/m3.

41
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No. 4

c) Nilai rata-rata bobot isi jenuh dari material Transaction of the South of African Intitution
siltstone yaitu, 22,14 KN/m3. of Civil Engineering.
[4] Bieniawski, Z.T., 1989. Engineering Rock
2) Pengujian Sifat Mekanik
Mass Classification. John Wiley & Sons.
a) Pengujian point load index ISBN 0-471-60172-1.
[5] Brady, B. H. G. and Brown, E. T. 2004. Rock
Nilai rata-rata hasil pengujian point load
Mechanics. New York: Kluwer Academic
index (σc) adalah 24,42 Mpa.
Publishers.
b) Hasil nilai pengujian kuat geser batuan [6] Cherianto, Octovian Parluhutan Rajagukguk,
Turangan A.E, Sartje Monintja. 2014.
Nilai rata-rata hasil pengujian kuat geser Analisis Kestabilan LerengDengan Metode
batuan yaitu kohesi (c) 0,04 Mpa dan Bishop(Studi Kasus: Kawasan Citraldan
sudut geser dalam (Ø) 45o. sta.1000m). Jurnal Sipil Statik. Vol.2 No.3.
c) Rekomendasi geometri lereng. [7] Deere, D.U. 1989. Rock quality designation
(RQD) after 20 years. U.S. Army Corps
Rekomendasi geometri lereng CBP 03 Engrs. Contract Report GL-89-1. Vicksburg,
adalah sebagai berikut: MS: Waterways Experimental Station.
1) Kondisi kering dengan ketinggian 35 [8] Duncan, J.M. 2000. Factors of safety and
meter dan single slope angle 62o dengan reliability in geotechnical engineering. J.
FK 1,337. Tinggi lereng keseluruhan 35 Geotechnical & Geoenvironmental
meter dan sudut kemiringan lereng Engineering.
keseluruhan 57° di peroleh FK = 1,334. [9] Faradibah, Nabila, Yayuk Aprriyanti, dan
Irvani. 2016. Analisis kestabilan lereng
2) Kondisi natural dengan ketinggian 35 menggunakan metode slope mass rating
meter dan single slope angle 62o dengan (SMR) dan software geoslope/W 2007 pada
FK 1,313. Tinggi lereng keseluruhan 35 tambang air laya selatan lokasi suban di PT
meter dan sudut kemiringan lereng Bukit Asam (persero) Tbk.Jurnal Mineral. Vol
keseluruhan 57° di peroleh FK = 1,311. 1 No.1.
3) Kondisi Jenuh dengan ketinggian 35 [10]Herlambang, A. 2014. Analisis Distribusi
meter dan single slope angle 62˚ dengan Rekahan dan Stilolyte Menggunakan Data
FK 1.304. Tinggi lereng keseluruhan 35 Singkapan dan Data Sumur Pada
meter dan sudut kemiringan lereng Batugamping Formasi Rajamandala di Area
keseluruhan 57° di peroleh FK = 1,306. Cikamuning, Padalarang, Jawa Barat,
Indonesia. Bandung.
6.2 Saran [11]Husein, Dasri, Bambang Heriyadi dan Yoszi
Mingsi Anaperta. 2018. Analisis Kestabilan
Saran yang dapat diberikan penulis pada Tugas Lereng Pit AI-Blok B di PT. Anugerah Alam
Akhir ini adalah sebagai berikut : Danalas Desa Muara Ketalo, Kelurahan
a.Perubahan geometri lereng hal ini dilakukan Sungai Bengkal, Kecamatan Tebo Ilir,
dengan memperbaiki geometri lereng yang Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Jurnal Bina
ada dengan mengikuti rekomendasi desain Tambang. Vol.3 No.1.
yang telah dibuat untuk menjaga kestabilan [12]ISRM. 1980. Suggested Methods for The
lereng dengan nilai FK > 1.3. Qualitative Description of Discontinuities in
Rock. Int. Journal Rock Mechanics, Mining
b.Perlunya ketelitian pada saat melakukan Sciences & Geomechanical Abstr. 17.
pengujian sampel di laboratorium agar hasil [13]Korah, Thyac ,Turangan A. E., dan Alva N.
yang didapatkan lebih akurat. Sarajar. 2014. Analisis Kestabilan Lereng
Dengan Metode Janbu (Studi Kasus :
c.Langkah pemeliharaan, pemantauan, dan Kawasan Citraldan). Jurnal Sipil Statistik.
penanganan pada lereng tambang sangat Vol.2 No.1.
diperlukan untuk menjaga agar lereng tetap [14] Kuntjojo. 2009. Metode Penelitian.
dalam kondisi aman. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
[15] L, Robert Bates and Julia A. Jackson. 1984.
Daftar Pustaka Dictionary of geological terms.American
[1] Arif Irwandi. 2016. Geoteknik Tambang. Geological Institute
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [16]Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
[2] Bates, R.L.& Jackson, J.A. 1987. Glossary of Republik Indonesia. 2018. Kepmen ESDM RI
Geology, 1997, 3rdedition. American Nomor 1827 K/30/MEM/2018: Pedoman
Geological Institute: Virginia. Pelaksanaan KaidahTeknik Pertambangan
[3] Bieniawski, Z.T., 1973. Engineering yang Baik. Lampiran II.
Classification of Jointed Rock Mass.

42
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No. 4

[17]Priest, S. D., dan Hudson, J. A. 1976.


Discontinuity Spacing in Rock. Int. J. Rock
Mech. Min. Sci. Geomech. Abstr. 13.
[18]Rahim, Azhary, Bambang Heriyadi, dan
Yoszi Mingsi Anaperta. 2015. Analisis
Kestabilan Lereng Untuk Menentukan
Geometri Lereng Pada Area Penambangan
Pit Muara Tiga Besar Selatan Pt. Bukit Asam
(Persero) Tbk, Tanjung Enim, Sumatera
Selatan. Jurnal Bina Tambang. Vol.2, No. 1
[19]Sahmijar, Sahmijar, dan Bambang Heriyadi.
2019. Analisa Kestabilan Lereng Studi Kasus
Kelongsoran Ruas Jalan Mdaneh-Sungai
Nyalo Kecamatan Koto Xl Tarusan,
Kabupaten Pesisir Selatan.Jurnal Bina
Tambang. Vol.4, No. 2.
[20]Saputri, Oktaviana, Bambang Heriyadi, dan
Yoszi Mingsi Anaperta. 2018. Analisis
Kestabilan Lereng Untuk Sistem
Penambangan Overburden (Soil) Di Area Iup
412 Ha Bukit Tajarang Indarung Pt. Semen
Padang Sumatera Barat. JurnalBina
Tambang. Vol.3, No. 1.

43

Anda mungkin juga menyukai