PEMBAHASAN
Untuk itu analisis tentang kemantapan lereng sangat penting untuk dilakukan. Dalam
tanah terhadap kestabilan lereng, juga besarnya kemiringan lereng terhadap jumlah
tentang target produksi yang dicapai suatu perusahaan serta merupakan jaminan
keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan yang harus diperhatikan oleh suatu
perusahaan.
Adapun metode yang akan yang akan dipakai dalam menganalisisi suatu
kemantapan lereng yaitu dengan menggunakan metode Hoek & Bray yang dalam hal
ini menggunaan beberapa diagram sesuai dengan kondisi lapangan yang ada serta
Air tanah merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian gerakan tanah. Air
tanah dapat mempengaruhi kemantapan lereng dalam beberapa hal, antara lain:
5-1
- Menimbulkan erosi.
Dari hasil pengamatan kondisi di lapangan sesuai keadaan pola air tanah
- Asumsi kedua : lereng dalam kondisi peralihan antara kering ke kondisi jenuh
air.
- Asumsi ketiga : lereng dalam kondisi jenuh (lereng penuh berisi air).
Dalam merancang lereng pada metode Hoek & Bray menggunakan chart
nomor 1 (satu) untuk menggambarkan kondisi lereng kering dan chart nomor 3 (tiga)
untuk kondisi lereng peralihan antara kering dan jenuh sedangkan chart nomor 5
pada :
adalah faktor keamanan kurang dari 1,07 sedangkan lereng dengan faktor keamanan
1,07 – 1,25 lereng pernah longsor dan faktor keamanan di atas 1,25 jarang terjadi
longsor.
5-2
Dari kedua metode yang digunakan telah menunjukkan bahwa terjadinya
penurunan nilai faktor keamanan lereng yang diteliti. Dengan demikian dari asumsi
di atas menunjukkan bahwa kestabilan lereng sangat dipengaruhi oleh keadaan air
tanah yang terdapat pada lereng Quarry Andesit PT. Pro Intertech Indonesia Saoka,
Sorong serta dari kedua metode tersebut dapat pula dilihat perbedaan nilai dari faktor
keamanan yang dihasilkan yaitu untuk lereng individu adalah untuk kondisi kering
selisih FK sebesar 0,19, untuk kondisi permukaan air 4 x ketinggian bench selisih FK
sebesar 0,99 sedangkan kondisi lereng jenuh air selisih FK sebesar 0,68 sedangkan
untuk lereng total nilai selisih FK untuk kondisi kering sebesar 0,09, untuk kondisi
permukaan air 4 x ketinggian bench selisih FK sebesar 0,02, dan lereng jenuh sebesar
0,14, dimana dalam hal ini nilai faktor keamanan dengan metode Bishop lebih besar
daripada metode Hoek & Bray kecuali pada kondisi jenuh untuk lereng total karena
pada kondisi tersebut keadaan air tanah dianggap cukup besar. Akan tetapi walaupun
terjadi perbedaan tetapi masing-masing dari metode ini masih dapat dipertanggung
jawabkan.
beberapa faktor. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh adalah air tanah
dimana dalam hal ini air menyebabkan penurunan daya tahan tanah atau batuan
Pada prinsipnya, cara yang dipakai untuk menjadikan lereng supaya lebih
5-3
5.2.1 Memperkecil Gaya Pengerak atau Momen Penggerak
Gaya atau momen penggerak dapat diperkecil hanya dengan cara merubah
a. Membuat lereng lebih datar, yaitu mengurangi sudut kemiringan (Lihat gambar
5.1a).
Gaya melawan atau momen melawan dapat ditambah dengan beberapa cara,
pada kaki lereng seperti diperlihatkan pada Gambar 5.1c. Dengan penambahan
penggerak dan factor keamanan menjadi lebih kecil. Cara ini mudah
dilaksanakan asal ada tempat pada kaki lereng yang dipakai untuk keperluan ini.
Dengan membuat selokan secara teratur (drainage) pada lereng, kita dapat
mengurangi tegangan air pori pada tanah. Dengan demikian kekuatan geser
tanah akan naik dan gaya melawan kelongsoran akan ikut naik. Cara pembuatan
Selokan tersebut dibuat pada arah memanjang lereng (bukan arah melintang) dan
pada dasar selokan dipasang pipa, dengan sambungannya terbuka supaya air
dapat masuk. Di atas pipa tersebut, selokan diisi kembali dengan batu-batu dan
5-4
kerikil. Sebaiknya selokan-selokan ini dibuat lebih dalam dari pada bidang
gelincir, tetapi ini tidak merupakan syarat mutlak. Cara ini masih dapat berhasil
biarpun selokan tidak dapat digali sampai sedalam bidang gelincir. Jarak antara
L=4D
D = dalam selokan
c. Dengan mekanis.
Cara ini dapat dilakukan dengan membuat penahan atau dengan memancangkan
tiang, hal ini hanya dapat dilakukan pada lereng atau kelongsoran yang agak
kecil. Umumnya pada lereng yang tinggi, tekanan dari tanah yang longsor sangat
besar sekali dibandingkan dengan gaya yang dapat ditahan oleh dinding atau
Kadang-kadang lereng dapat dijadikan stabil dengan memakai cara injeksi, yaitu
bahan kimia atau semen dipompa melalui pipa supaya masuk kedalam lereng
yang bersangkutan. Cara ini hanya dapat dipakai bilamana lereng terdiri dari
tanah dengan daya rembesan yang tinggi (permeable). Bahan injeksi tidak dapat
dimasukkan kedalam lereng yang terdiri dari lempung atau lanau karena daya
rembesan terlampau kecil. Oleh karena itu maka cara ini sangat terbatas
gunanya.
5-5
(Sumber : Dr. L. D. Wesley, “Mekanika Tanah”, 1977)
Gambar 5.1
5-6