Anda di halaman 1dari 6

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Kemantapan Lereng

Kestabilan lereng pada suatu lereng penambangan sangat penting untuk

diperhatikan karena hal tersebut menyangkut tentang keamanan dalam berproduksi.

Untuk itu analisis tentang kemantapan lereng sangat penting untuk dilakukan. Dalam

beberapa masalah yang ditemukan dimana pertimbangan menyangkut pengaruh air

tanah terhadap kestabilan lereng, juga besarnya kemiringan lereng terhadap jumlah

produksi andesit merupakan faktor yang harus diperhatikan karena menyangkut

tentang target produksi yang dicapai suatu perusahaan serta merupakan jaminan

keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan yang harus diperhatikan oleh suatu

perusahaan.

Adapun metode yang akan yang akan dipakai dalam menganalisisi suatu

kemantapan lereng yaitu dengan menggunakan metode Hoek & Bray yang dalam hal

ini menggunaan beberapa diagram sesuai dengan kondisi lapangan yang ada serta

metode Bishop yang akan digambarkan dengan pengandaian bidang gelincir.

Air tanah merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian gerakan tanah. Air

tanah dapat mempengaruhi kemantapan lereng dalam beberapa hal, antara lain:

- Mengubah kandungan mineral dalam batuan/tanah.

- Mengubah berat isi batuan/ tanah.

- Menimbulkan tekanan pori.

5-1
- Menimbulkan erosi.

Dari hasil pengamatan kondisi di lapangan sesuai keadaan pola air tanah

dapat diperoleh tiga asumsi :

- Asumsi pertama : lereng dalam kondisi kering (lereng kering total).

- Asumsi kedua : lereng dalam kondisi peralihan antara kering ke kondisi jenuh

air.

- Asumsi ketiga : lereng dalam kondisi jenuh (lereng penuh berisi air).

Dalam merancang lereng pada metode Hoek & Bray menggunakan chart

nomor 1 (satu) untuk menggambarkan kondisi lereng kering dan chart nomor 3 (tiga)

untuk kondisi lereng peralihan antara kering dan jenuh sedangkan chart nomor 5

(lima) untuk menggambarkan lereng dalam kondisi jenuh. Adapun perhitungan

dengan menggunakan metode Hoek & Bray ini tergantung pada ;

- Jenis tanah, dalam hal ini dianggap homogen dan kontinyu.

- Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran.

- Tinggi permukaan air tanah pada lereng

Sedangkan perhitungan dengan menggunakan metode Bishop tergantung

pada :

- Penggambaran bidang gelincir dengan sistem coba-coba.

- Kondisi air tanah pada suatu lereng yang akan dianalisis.

Menurut “Browles” kelongsoran yang biasa terjadi pada lereng penambangan

adalah faktor keamanan kurang dari 1,07 sedangkan lereng dengan faktor keamanan

1,07 – 1,25 lereng pernah longsor dan faktor keamanan di atas 1,25 jarang terjadi

longsor.

5-2
Dari kedua metode yang digunakan telah menunjukkan bahwa terjadinya

penurunan nilai faktor keamanan lereng yang diteliti. Dengan demikian dari asumsi

di atas menunjukkan bahwa kestabilan lereng sangat dipengaruhi oleh keadaan air

tanah yang terdapat pada lereng Quarry Andesit PT. Pro Intertech Indonesia Saoka,

Sorong serta dari kedua metode tersebut dapat pula dilihat perbedaan nilai dari faktor

keamanan yang dihasilkan yaitu untuk lereng individu adalah untuk kondisi kering

selisih FK sebesar 0,19, untuk kondisi permukaan air 4 x ketinggian bench selisih FK

sebesar 0,99 sedangkan kondisi lereng jenuh air selisih FK sebesar 0,68 sedangkan

untuk lereng total nilai selisih FK untuk kondisi kering sebesar 0,09, untuk kondisi

permukaan air 4 x ketinggian bench selisih FK sebesar 0,02, dan lereng jenuh sebesar

0,14, dimana dalam hal ini nilai faktor keamanan dengan metode Bishop lebih besar

daripada metode Hoek & Bray kecuali pada kondisi jenuh untuk lereng total karena

pada kondisi tersebut keadaan air tanah dianggap cukup besar. Akan tetapi walaupun

terjadi perbedaan tetapi masing-masing dari metode ini masih dapat dipertanggung

jawabkan.

5.2 Cara-Cara Untuk Menstabilkan Lereng

Stabil atau tidaknya suatu lereng penambangan sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh adalah air tanah

dimana dalam hal ini air menyebabkan penurunan daya tahan tanah atau batuan

untuk menahan beban.

Pada prinsipnya, cara yang dipakai untuk menjadikan lereng supaya lebih

aman (lebih mantap) dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :

5-3
5.2.1 Memperkecil Gaya Pengerak atau Momen Penggerak

Gaya atau momen penggerak dapat diperkecil hanya dengan cara merubah

Geometri lereng yang bersangkutan. Untuk itu ada dua cara :

a. Membuat lereng lebih datar, yaitu mengurangi sudut kemiringan (Lihat gambar

5.1a).

b. Memperkecil ketinggian lereng (Lihat gambar 5.1b).

5.2.2 Memperkecil Gaya Melawan atau Momen Melawan.

Gaya melawan atau momen melawan dapat ditambah dengan beberapa cara,

yang paling sering dipakai adalah sebagai berikut :

a. Dengan memakai “counterweight”.

Cara Counterweight ini dapat dilakukan dengan menambahkan tanah timbunan

pada kaki lereng seperti diperlihatkan pada Gambar 5.1c. Dengan penambahan

tersebut maka momen melawan bertambah besar dibandingkan dengan momen

penggerak dan factor keamanan menjadi lebih kecil. Cara ini mudah

dilaksanakan asal ada tempat pada kaki lereng yang dipakai untuk keperluan ini.

b. Dengan mengurangi tegangan air pori didalam lereng.

Dengan membuat selokan secara teratur (drainage) pada lereng, kita dapat

mengurangi tegangan air pori pada tanah. Dengan demikian kekuatan geser

tanah akan naik dan gaya melawan kelongsoran akan ikut naik. Cara pembuatan

selokan-selokan ini dapat dilihat pada gambar 5.1d.

Selokan tersebut dibuat pada arah memanjang lereng (bukan arah melintang) dan

pada dasar selokan dipasang pipa, dengan sambungannya terbuka supaya air

dapat masuk. Di atas pipa tersebut, selokan diisi kembali dengan batu-batu dan

5-4
kerikil. Sebaiknya selokan-selokan ini dibuat lebih dalam dari pada bidang

gelincir, tetapi ini tidak merupakan syarat mutlak. Cara ini masih dapat berhasil

biarpun selokan tidak dapat digali sampai sedalam bidang gelincir. Jarak antara

setiap selokan baiknya dibuat sebesar empat kali dalamnya,

L=4D

di mana : L = jarak antara selokan

D = dalam selokan

c. Dengan mekanis.

Cara ini dapat dilakukan dengan membuat penahan atau dengan memancangkan

tiang, hal ini hanya dapat dilakukan pada lereng atau kelongsoran yang agak

kecil. Umumnya pada lereng yang tinggi, tekanan dari tanah yang longsor sangat

besar sekali dibandingkan dengan gaya yang dapat ditahan oleh dinding atau

tiang, sehingga dinding atau tiang tersebut tidak akan berpengaruh.

d. Dengan cara injeksi.

Kadang-kadang lereng dapat dijadikan stabil dengan memakai cara injeksi, yaitu

bahan kimia atau semen dipompa melalui pipa supaya masuk kedalam lereng

yang bersangkutan. Cara ini hanya dapat dipakai bilamana lereng terdiri dari

tanah dengan daya rembesan yang tinggi (permeable). Bahan injeksi tidak dapat

dimasukkan kedalam lereng yang terdiri dari lempung atau lanau karena daya

rembesan terlampau kecil. Oleh karena itu maka cara ini sangat terbatas

gunanya.

5-5
(Sumber : Dr. L. D. Wesley, “Mekanika Tanah”, 1977)

Gambar 5.1

Cara Menstabilkan Lereng

5-6

Anda mungkin juga menyukai