Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERMEN PU NO.

22/PRT/M TAHUN2007,
METODE BISHOP, FINITE ELEMENT METHOD (FEM) MENGGUNAKAN
SOFTWARE PLAXIS 8.2 SERTA PERBAIKAN LERENG DENGAN SISTEM WALL
ANCHOR DAN MULTI SLOPE STUDY KASUS KABUPATEN WONOSOBO

Abel Agusta B(1) Alief Ricky W.A(2) Reni Bulandari(3) Pujo Triyono(4)
5113414060 5113414059 5113414020 5113414021
Desa Mulyoharjo Rt 01/03, Desa Muktiharjo, Kec. Jl. BKKBN no.30 Jl. Cempakasari III no.13,
Kec.Jepara, Kab.Jepara Morgorejo, Kab.Pati Mustikajaya, Kota Bekasi Sekaran, Semarang
Abl.agst@gmail.com Rickygeniuj@gmail.com Renibulan22@gmail.com Pujotriyono3@gmail.com

Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang


Gedung E3-E4 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229
Telepon/fax (024) 8508102-8508009
Laman : http://www.tekniksipil-unnes.ac.id,
Email : jts.unnes@gmail.com

ABSTRAK
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang
horisontal dan tidak terlindungi . Lereng yang ada secara umum dibagi menjadi dua kategori lereng tanah, yaitu
lereng alami dan lereng buatan. Lereng pada Kabupaten Wonosobo mempunyai sudut kemiringan 15-40
dengan penutup lahan berupa persawahan dan hutan pinus. Terdapat banyak metode analisis stabilitas lereng,
diantaranya adalah denga Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/PRT/M Th.2007, metode Bishop dan
Finite Element Method (FEM). PereMen PU mengklasifikasikan stabilitas lereng berdasarkan Zona Kemiringan
Lereng, sedangkan Bishop mengklasifikasikan stabilitas lereng berdasarkan Fs (Faktor Keamanan), dan FEM
menggunakan software Plaxis untuk menganalisis stabilitas lereng. Dari kedua metode, didapatkan hasil bahwa
lereng di Kabupaten Wonosobo termasuk dalam kategori resiko bencana longsor tingkat rendah karena
memiliki nilai Fs >1.5.
Kata Kunci: Stabilitas Lereng, Bishop, Finite Element Method (FEM), Software Plaxis, Faktor Keamanan

ABSTRACT
The slopes are a sloping ground surface and forming an angle to a horizontal plane and unprotected.
The slopes that exist are generally divided into two categories slope of the land , namely the natural slopes and
artificial slopes. The slope on Wonosobo District have angle of tilt between 15-40 with the land cover in the
form of rice fields and pine trees. There are many methods of slope stability analysis , such as Bishop method
and Finite Element Method (FEM). PerMen PU classify slope by Zone of slope. Bishop classify slope stability
by Fs, whereas FEM use Plaxis software to analyze slope stability. From the two methods , showed that the
slopes of Wonosobo District included in the category of low - level landslide risk because just have Fs >1.5.
Keyword: Slope Stability, Bishop, Finite Element Method (FEM), Software Plaxis, Safety Factor
1. PENDAHULUAN komputer, perhitungan stabilitas lereng dapat
1.1. Latar Belakang
dilakukan dengan lebih mudah menggunakan
Lereng adalah permukaan bumi yang
metode elemen hingga atau Finite Element Method
membentuk sudut kemiringan tertentu dengan
(FEM). Penggunaan metode elemen hingga sudah
bidang horizontal. Lereng dapat terbentuk secara
banyak dilakukan dalam rekayasa geoteknik..
alamiah karena proses geologi atau karena dibuat
1.2. Rumusan Masalah
oleh manusia. Lereng pada Kabupaten Wonosobo Menentukan parameter tanah c, , sat, w dan
mempunyai sudut kemiringan yang beragam yaitu , serta kemiringan lereng serta menggunakan
antara 15- 40 dengan penutup lahan berupa metode Bishop dan FEM maka nilai faktor
persawahan dan hutan pinus. Berdasarkan hasil keamanan lereng didaerah Kabupaten Wonosobo
pengamatan visual dan juga peta kemiringan dapat diketahui.
lereng, Kabupaten Wonosobo kemungkinan 1.3. Batasan Masalah
mengalami kelongsoran. Pembatasan masalah meliputi jenis tanah yang

Jenis tanah pada Kabupaten Wonosobo yaitu terdapat didaerah Kabupaten Wonosobo. Faktor

tanah lempung medium. Jenis tanah lempung ini keamanan dihitung menggunakan metode Bishop

mempunyai sifat kembang susut yaitu tanah yang dengan bidang longsor berbentuk lingkaran dan

akan mudah berubah kadar airnya. Perubahan kadar gaya-gaya antar irisan adalah nol, serta dihitung

air pada tanah lempung ini akan menurunkan menggunakan Metode FEM dengan program

kekuatan geser dan akan menambah beban tanah Plaxis 8.2. Tanah dianggap 1 lapisan sesuai dengan

yang ditahan oleh lereng pada bidang longsornya. analisis metode Peraturan Menteri PU. Pengaruh

Pada umumnya kelongsoran terjadi pada saat gempa dan beban bangunan tidak diperhitungkan.

musim hujan karena pada saat musim penghujan air 1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
akan masuk ke permukaan tanah yang akan
penelitian ini adalah mendapatkan mendapatkan
menambah tekanan air pori dan berat volume tanah
tipe lereng sesuai dengan PERMEN PU dan
yang memicu gerakan tanah longsor.
mendapatkan faktor keamanan pada lereng
Analisa stabilitas lereng merupakan analisa
didaerah Kabupaten Wonosobo dengan
yang sering kali perlu dilakukan, karena hampir
menggunakan metode Bishop dan FEM apakah
setiap pekerjaan konstruksi sering kali melibatkan
masih memenuhi syarat atau tidak. Jikalau tidak
pembuatan lereng, seperti: galian, timbunan dan
memenuhi maka, solusinya adalah penggunaan
konstruksi diatas lereng. Metode analisis stabilitas
multi slope dan penggunaan Wall Anchored.
lereng dapat menggunakan Peraturan Menteri PU
1.5. Manfaat Penelitian
yang mengklasifikasikan kestabilan lereng Manfaat penelitian ini adalah untuk
berdasarkan dengan Zona Kemiringan Lereng mengetahui desain paling efektif untuk lereng yang
selain itu ada metode Bishop, metode ini dilakukan terdapat didaaerah Kabupaten Wonosobo serta
dengan cara analisis lereng menggunakan beberapa mengaplikasikan program komputasi yaitu Plaxis
potongan atau slice yang didasarkan pada variabel- 8.2 dalam menganalisis kestabilan lereng.
variabel yang ditentukan dari hasil analisis dari
kondisi lereng. Pada saat ini, dengan kemajuan
2. TINJAUAN PUSTAKA 2. Lereng yang dibuat dalam pada tanah asli
2.1. Longsor misalnya bilamana tanah dipotong untuk
2.1.1. Pengertian Longsor pembuatan jalan atau saluran air irigasi
longsor adalah suatu pergerakan tanah 3. Lereng yang dibuat dari tanah yang
dari atas ke bawah pada ketinggian dipadatkan misalnya tanggul atau
tertentu.Umumnya suatu longsor mempunyai bendungan urugan tanah.
bidang kelongsoran, dan pada umumnya terdapat 2 2.2.2. Cara Menstabilkan Lereng
macam bentuk bidang longsor, yaitu: Ada beberapa cara menstabilkan lereng
1. Bidang Longsor Berbentuk Datar yang mungkin akan terjadi kelongsoran, yaitu :
2. Bidang Longsor berbentuk Lingkaran 1. Membuat lereng lebih datar atau
2.1.2. Klasifikasi Longsor mengurangi sudut kemiringan dari
MenurutVarnes (1978), dan Hansen lereng tersebut. Ini cocok untuk lereng
(1984) longsoran diklasifikasikan menjadi: Jatuhan yang tidak terlalu tinggi,
(Fall), Longsoran-longsoran gelinciran (Slides), 2. Memperkecil ketinggian lereng,
Aliran (Flow), Longsoran majemuk (Complex 3. Merubah lereng menjadi multy slope
landslide). 4. Dengan menambah counter weight
2.1.3. Penyebab Longsor yaitu tanah timbunan pada kaki lereng
Faktor penyebab Longsor dapat 5. Pemasangan Wall Anchor, dll
dikategorikan sebagai berikut :Perubahan 2.2.3. Analisis Stabilitas Lereng
lereng suatu tebing, perubahan tinggi suatu Analisis stabilitas lereng merupakan suatu
tebing, peningkatan beban permukaan, perubahan perhitungan analisis yang dilakukan pada daerah
kadar air, aliran air tanah, pengaruh getaran, lereng suatu konstruksi bangunan atau pada kondisi
penggundulan daerah tebing, pengaruh pelapukan tanah asli untuk memberikan gambaran mengenai
secara teknis dan kimia. tingkat kestabilan lereng yang sering kali
2.2. Lereng dinyatakan dalam suatau koefisien dengan
2.2.1. Pengertian Lereng membandingkan jumlah gaya atau momen yang
Lereng adalah bidang miring yang mendorong dan jumlah gaya atau momen yang
menghubungkan bidang-bidang lain yang menahan.Dalam perhitungan stabilitas lereng
mempunyai elevasi yang berbeda. Lereng dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: adanya
terbentuk secara alamiah maupun dengan bantuan faktor beban dan adanya rembesan yang melalui
manusia. Ditinjau dari jenisnya, secara umum tanah.Analisa Stabilitas Lereng dibagi menjadi 2
lereng terbagi atas 3 bagian yaitu : macam, yaitu:
1. Lereng alam yaitu lereng yang terjadi 1. Analisa Stabilitas Lereng Tak Terbatas
akibat proses-proses alamiah, misalnya (Infinite Slope)
lereng pada perbukitan 2. Analisa Stabilitas Lereng Terbatas (Finite Slop
2.3. Faktor Keamanan 2.4.2. Metode Bishop
Faktor keamanan (Fs) didefinisikan sebagai Bishop mengembangkan cara yang lebih
perbandingan dari kekuatan geser yang diperlukan kompleks lagi dengan memasukkan gaya yang
agar seimbang terhadap kekuatan geser material bekerja di sekitar bidang irisan, namun tetap
yang ada. Menurut Suyono Sosrodarsono faktor melakukan perhitungan dengan kesetimbangan
keamanan dirumuskan sebagai berikut : momen. Metode ini sering digunakan dalam analisa
stabilitas lereng dikarenakan perhitungannya
Fs =,
sederhana, cepat dan memberikan hasil perhitungan
dengan :
faktor keamanan yang cukup teliti.
Fs = Faktor keamanan terhadap kekuatan
Rumus Bishop :
tanah
f = Kekuatan geser rata-rata tanah
d = Tegangan geser rata-rata yang bekerja
sepanjang bidang longsor.
Dimana :
Fs = 1 , maka tanah dalam keadaan akan
Fs = Faktor keamanan
longsor. Umumnya, harga 1,5 untuk
c = Kohesi tanah efektif (kN/m2)
angka keamanan terhadap kekuatan geser
= Sudut geser tanah
dapat diterima untuk merencanakan
bi = Lebar irisan ke-i (m)
stabilitas suatu lereng.
Wi = Berat irisan tanah ke-i (kN)
Secara teoritis tingkat nilai faktor keamanan
Tabel 1. Tingkat nilai Fk Teoritis i = Sudut dari metode bishop
Fk Keterangan
ui = Tekanan air pori pada isisan ke-i (kN/m2)
>1 Stabil
=1 Kritis h = Tinggi irisan rata-rata dibawah MAT (m)
<1 Labil 2.4.3. Metode Elemen Hingga (Finite
Dalam praktek (Bowles,1984) tingkat nilai faktor
Element Method)
keamanan
Tabel 2. Tingkat nilai Fk dalam praktek Dalam metoda elemen hingga atau FEM,
Fk Keterangan
tidak dilakukan asumsi bidang longsor. Faktor
>1,5 Stabil
1,07<Fk<1,5 Kritis keamanan dicari dengan mencari bidang lemah
<1,07 Labil pada struktur lapisan tanah.Faktor keamanan
2.4. Metode Untuk Analisis Stabilitas pada
didapatkan dengan cara mengurangi nilai kohesi (c)
Lereng
dan sudut geser dalam tanah (), secara bertahap
2.4.1. Analisis dengan Peraturan Menteri
hingga tanah mengalami keruntuhan. Nilai faktor
Pekerjaan Umum No.22/PRT/M
keamanan kemudian dihitung sebagai berikut:
Th.2007
= =
Metode ini mengklasifikasikan ketsabilan reduced

lereng berdasarkan persentase kemiringan lereng Dengan MSF = factor Keamanan , creduced dan

untuk kemudian dikelompokkan didalam beberapa reduced = nilai c dan terendah yang didapat

zona diantaranya Zona A, B atau C. pada saat program Plaxis mengatakan tanah
mengalami keruntuhan (soil body collapse).
2.5. Program Plaxis 8.2 2 Dimensi
Program Plaxis merupakan rangkaian program Mengingat analisis hanya didasarkan pada
untuk menganalisa deformasi dan stabilitas dalam Peraturan Mendtri Pekerjaan Umum
geoteknik. Prosedur input data (rock No.22/prt/m/2007 tanpa mengetahui kondisi asli
properties) yang sederhana memudahkan lapangan maka penampang profil tanah hanyalah
menciptakan model elemen yang kompleks dan pendekatan seperti pada Gambar 9. Kedalaman
tersedianya tampilan output secara detail berupa muka air tanah (mat) yang digunakan dalam
hasil perhitungan. Diharapkan dengan kelebihan analisis ini adalah asumsi karena pada kondisi
ini didapat mempermudah analisa dan mendapat dilapangan tidak dilakukan penelitian lebih lanjut.
hasil yang akurat. Dalam analisis, data yang Adapun data parameter tanah yang digunakan
dibutuhkan sebagai input-an program Plaxis untuk input perhitungan stabilitas lereng disajikan
diantaranya : pada Tabel 3.
1. Nilai parameter tanah yang didapat dari
hasil analisis tanah
2. Beban yang ada dilokasi kelongsoran
3. Rembesan air yang meluber dilokasi
kelongsoran
3. METODOLOGI
Lokasi studi terletak di Kabupaten Wonosobo.
Pendugaan jenis tanah dalam studi ini didasarkan
pada hasil analisis lereng yang didasarkan pada
Peraturan Mendtri Pekerjaan Umum
Gambar1. Lokasi Observasi
No.22/prt/m/2007. Analisis stabilitas lereng
menggunakan 3 cara yaitu dengan Peraturan
Mendtri Pekerjaan Umum No.22/prt/m/2007,
metode Bishop dan metode elemen hingga atau
Finite Element Method (FEM) menggunakan
Plaxis 8.2.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penampang Profil Tanah
Gambar 2. Posisi Lereng yang Ditinjau
Lokasi Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada
Tabel 3. Parameter tanah dari hasil analisis
Gambar 1. Dari hasil analisis tanah yang dilakukan Berdasarkan Permen PU dan Braja M.DAS
dapat diinterpresentasikan penampang profil sat w ' c'
tanahnya berdasarkan Peraturan Mendtri 20.75 10 17 20 30
Pekerjaan Umum No.22/prt/m/2007.
4.2. Analisis Stabilitas Lereng
Metode Analisis stabilitas lereng yang
digunakan pada studi ini adalah dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No.22/PRT/M Th.2007,
metode Bishop dan Finite Element Method (FEM).
4.2.1. Analisa dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.22/PRT/M Th.2007
4.2.1.1. Permodelan Gambar 5. Permodelan Lereng 1
Pertama permodelan untuk metode ini
dilakukan dengan menggambar pada autocad
dengan menggunakan data kontur yang telah
didapat sebelumnya. Gambar kontur dan gambar
permodelan dapat dilihat pada Gambar 3 dan
Gambar 4.

Gambar 6. Permodelan Lereng 2


Setelah dilakukan permodelan selanjutnya
dilakukan perhitungan kemiringan lereng untuk
mengklasifikasikan kedalam beberapa Zona.
Didapat nilai kemiringan Lereng 1 = 24.36% dan
Lereng 2 = 27.41, sehingga kedua jenis lereng
tersebut termasuk kedalam Zona B ( 20%-40%).
Gambar 3. Kontur Kabupaten Wonosobo 4.2.1.3. Penentuan Tingkat Kelongsoran Tiap
Zona
Dari analisis sebelumnya yang menyatakan
bahwa kedua lereng tersebut termasuk kedalam
Zona B kemudian dilakukan analisis untuk
Gambar 4. Permodelan Lereng dengan ACAD memntukan tingkat kerawanan longsor. Dalam
4.2.1.2. Penentuan Zona Longsor analisis ini terdapat 2 kriteria untuk Zona B, dan
Analisis pada metode ini dilakukan pada pada setiap kriteria memiliki sub kriteria yang
jenis lereng yang dianggap paling curam, dalam tentunya memiliki nilai untuk menentukan tingkat
permodelan di atas terdapat 2 lereng yang dianggap kelongsoran. 2 kriteria tersebut adalah :
curam. Permodelan lereng dapat dilihat pada 1. Kriteria Fisik Alami : Kemiringan
Gambar 5 dan Gambar 6. lereng, Kondisi tanah, Batuan penyusun
lereng, Curah hujan, Tata air lereng,,
kegempaan, Vegetasi.
2. Kriteria Manusia : Pola tanam, Tabel 4. Parameter Perhitungan Bishop
Lereng 1 Lereng 2
Slice
Penggalian dan Pemotongan Lereng, b (m) h1 (m) h2 (m) i b (m) h1 (m) h2 (m) i
1 3.5 1.5 0 -40 6 1.5 2.5 -50
2 5 4.0 1 -20 5 5.5 4 -30
Pencetakan kolam, Drainase, 3 5 4.5 3.5 -10 5 7.5 5 -20
4 5 5.0 4.5 10 5 9.5 7 -10
Pembangunan Konstruksi, Kepadatan 5 5 5.0 4.5 20 5 10.0 8 0
6 5 2.5 5.5 40 5 9.5 9.5 10
penduduk, Usaha Mitigasi. 7
8
4 0.5 4.5 60 5
5
8.0
6.0
11
12.5
20
30
9 5 2.5 14 50
Setelah semua kriteria di isi, maka didapat 10 6.5 0.0 10.5 60

tingkat kerawanan longsor untuk kedua jenis lereng Dari parameter diatas kemudian dilakukan
yaitu sedang. Jadi keua Lereng Termasuk Zona B perhitungan dengan Metode Bishop menggunakan
kerawanan Sedang dengan nilai 1.87. rumus yang telah dicantumkan sebelumnya.
4.2.2. Analisa dengan Metode Bishop Perhitungan dilakukan pada kedua jenis lereng pada
Tabel parameter terdapat pada Tabel 3. permodelan sebelumnya dan didapatlah nilai Fs
4.2.2.1. Permodelan untuk kedua permodelan diatas. Nilai Fs lereng 1
Untuk analisis metode Bishop langkah sebesar 2.83 dan lereng 2 sebesar 2.738. Hasil
pertama adalah permodelan lereng secara manual analisis Metode Bishop dapat dibandingkan dengan
dengan menggunakan bidang gelincir melingkar. Metode FEM untuk mengetahui tingkat kesalahan
Permodelan Metode Bishop dilakukan hanya pada dari Metode Bishop. Dari nilai Fs yang telah di dapat
lereng yang dianggap curam. Gambar permodelan dapat dikategorikan kedua lereng yang telah di
Metode Bishop dapat dilihat pada gambar 7 dan analisis pada kategori STABIL karena nilai Fs >
gambar 8. 1.5.
4.2.3. Analisa dengan Metode Elemen Hingga
(Finite Element Method) dengan
Software Plaxis 8.2 .
Dalam metode elemen hingga atau
FEM,tidak dilakukan asumsi bidang longsor. Faktor
keamanan dicari dengan mencari bidang lemah pada
Gambar 7. Permodelan Metode Bishop 1 struktur lapisan tanah. Berdasarkan persamaan
tegangan geser tanah ()Mohr-Colomb (1776),
kekuatan geser tanah yang tersedia atau yang dapat
dikerahkan oleh tanah adalah:
t= c + (s - u).tan
Dalam metode ini,parameter kekuatan geser
tanah yang tersedia berturut turut direduksi secara
Gambar 8. Permodelan Metode Bishop 2
otomatis hingga kelongsoran terjadi. Sehingga
4.2.2.2. Perhitungan Metode Bishop
Dari permodelan Metode Bishop kemudian faktor aman (Fs) stabilitas lereng menjadi :

di dapat beberapa parameter untuk selanjutnya Msf = tan input/ tan reduksi

digunakan dalam perhitungan/analisis lereng. = cinput/ creduksi

Parameter tersebut dapat dilihat pada tabel 4.


Kekuatan geser yang tersedia 4.2.3.2. Diskritisasi Model
Fs = Kekuatan geser saat longsor Diskritisasi model merupakan tahapan
Dengan: yang penting dalam melakukan analisa metode
elemen hingga. Dalam analisis mekanika tanah,
input = sudut geser dalam tanah
diskritisasi dilakukan dengan membentuk beberapa
cinput = kohesi tanah
segitiga kecil yang saling terhubung satu sama lain
reduksi = kohesi tanah reduksi menyerupai jarring (mesh). Semakin kecil ukuran
creduksi = sudut geser dalam tereduksi segitiga tiap elemen yang dibentuk maka akan
Adapun kriteria keamanan nilai faktor aman semakin teliti analisisnya. Dalam plaxis mesh
(Fs) stabilitas lereng menurut SNI (03-1962-1990) tersedia 5 pilihan yaitu : very coarse , coarse,
ditunjukkan pada tabel 5. medium fine, fine very fine. Dipilih model mesh
Tabel 5. Nilai Faktor Aman (Fs) kategori medium.

Gambar 10. Diskritisasi Model (Mesh) kategori


(Sumber: SNI (03-1962-1990) medium
4.2.3.1. Permodelan 4.2.3.3. Penentuan Kondisi Awal
Analisis stabilitas lereng dengan FEM Dalam analisis ini kondisi awal muka air
dalam studi ini menggunakan software Plaxis 8.2. tanah berada pada kedalaman 15 m. sedangkan nilai
Langkah permodelan dimulai dari penggambaran koefisien tekanan tanah (K0) ditentukan bersarkan
model plane stain 2D dengan 1 lapisan tanah saja perhitungan dari plaxis 8.2
(Medium Clay) seperti pada Gambar 7, pemasukan
input parameter tanah dengan model tanah Mohr-
Coulombdan dengan nilai yang sama saat analysis
dengan Metode Bishop.

Gambar 11. Penentuan Kondisi Awal

Gambar 9. Permodelan Lapisan Tanah


4.2.3.4. Perhitungan (Calculation)
Tahap perhitungan meliputi penentuan tipe
perhitungan , tipe pembebanan , fase perhitungan
dan titik tinjauan. Plaxis dapat melakukan
perhitungan dengan jenis perhitungan yang Gambar 14. Deformasi Total pada Tanah
berbeda- beda. Dalam analisis tegangan
perpindahan maka digunakan tipe perhitungan
plastic. Sedangkan untuk analisis factor keamanan
(SF) digunakan tipe perhitungan Phi-c/reduction.
Gambar 15. Bidang Gelincir Tanah

Gambar 12. Proses Perhitungan Faktor Keamanan Gambar 16. Grafik Nilai Fs
(Fs) Tabel 6. Nilai Faktor Keamanan (Fs)
4.2.3.5. Keluaran Data (Output)
Pada tahapan ini, plaxis akan menampilkan
hasil analisis perhitungan yang telah dilakukan.
Data keluaran dapat disajikan dalam beberapa
macam antara lain: gambar deformasi (Gambar 13),
gambar deformasi total pada tanah (Gambar 14),
gambar bidang gelincir (Gambar 15) , gambar nilai
Fs (Gambar 16).
Dengan Analisa Metode FEM dengan Plaxis
8.2 didapatkan nilai Fs sebesar 2.747 dengan
deformasi total sebesar 13m dan dapat
dikategorikan lereng stabil. Walaupun
termasuk dalam kategori stabil tetapi deformasi
dirasa cukup besar, maka akan dilakukan
Gambar 13. Perilaku Deformasi pada Tanah
perbaikan lereng dengan menggunakan Wall
Anchore dan merubah lereng menjadi Multi
Slope.
4.3. Perbaikan Lereng
4.3.1. Permodelan
Perbaikan Lereng dilakukan dengan
Metode FEM mengguanakan Plaxis 8.2.
Permodelan sama dengan permodelan sebelumnya
hanya saja pada lereng yang akan di perbaiki diubah
bentuk lerengnya menjadi Multi Slope, dan di
tambah dengan dipasangkan Wall Anchor. Gambar 19. Diskritisasi Anchore
DataPemasangan Wall Anchor sebagai berikut :
1. Panjang : 3.5 m
2. Jarak antar Anchore : 1 m
3. Kapasitas : 210 kN
4. Jumlah : 9 buah
Permodelan Lereng dan detail Wall
Anchore dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar Gambar 20. Diskritisasi Model kategori medium
18. 4.3.3. Penentuan Kondisi Awal
Dalam analisis ini kondisi awal muka air
tanah berada pada kedalaman 15 m. sedangkan nilai
koefisien tekanan tanah (K0) ditentukan bersarkan
perhitungan dari plaxis 8.2

Gambar 17. Permodelan Perbaikan Lereng

Gambar 21. Penentuan Kondisi Awal


4.3.4. Perhitungan (Calculation)
Tahap perhitungan meliputi penentuan tipe
Gambar 18. Detail Pemasangan Wall Anchore perhitungan , tipe pembebanan , fase perhitungan
4.3.2. Diskritisasi Model dan Anchor dan titik tinjauan. Plaxis dapat melakukan
Sama dengan tahap sebelumnya diskritisasi perhitungan dengan jenis perhitungan yang
dilakukan pada model dan juga Anchor, semua berbeda- beda. Dalam analisis kali ini ada untuk
diskritisasi dilakukan pada level medium. Detail Wall, dan Anchor menggunakan tipe perhitumham
diskritisasi dapat dilihat pada Gambar 19 dan plastic dan untuk analisis factor keamanan (Fs)
Gambar 20. digunakan tipe perhitungan Phi-c/reduction.
Gambar 25. Deformasi Total pada Tanah

Gambar 22. Proses Perhitungan Wall dan Anchor

Gambar 26. Bidang Gelincir Tanah

Gambar 23. Proses Perhitungan Faktor Keamanan


(Fs)
4.3.5. Keluaran Data (Output)
Pada tahapan ini, plaxis akan menampilkan
hasil analisis perhitungan yang telah dilakukan. Gambar 27. Grafik Nilai Fs
Data keluaran dapat disajikan dalam beberapa Tabel 7. Nilai Faktor Keamanan (Fs)
macam antara lain: gambar deformasi (Gambar 24),
gambar deformasi total pada tanah (Gambar 25),
gambar bidang gelincir (Gambar 26) , gambar nilai
Fs (Gambar 27).

Setelah perbaikan dan dihitung menggunakan


Metode FEM dengan Plaxis 8.2 didapatkan
nilai Fs yang lebih besar yaitu 2.921 dengan
Gambar 24. Perilaku Deformasi pada Tanah
deformasi total yang lebih kecil yaitu 1.2 m.
5. PENUTUP f. Hasil analisis Bishop dan Finite Element
5.1. Kesimpulan Methode (FEM) memiliki kesamaan yaitu
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi kondisi lereng di Kabupaten Wonosobo
kelongsoran pada Kabupaten Wonosobo adalah : termasuk pada kategori resiko kelongsoran
a. Hasil analisis menggunakan Peraturan Menteri rendah sedangkan pada metode Peraturan
No.22/PRT/M Th.2007 mengklasifikasian Menteri No.22/PRT/M Th.2007 memiliki
Lereng pada daerah Kabupaten Wonosobo sedikit perbedaan yaitu berada pada tingkat
termasuk dalam Zona B dengan tingkat kerawanan longsor sedang.
kerawaan longsor sedang. 5.2. Saran
b. Hasil analisis Bishop Lereng 1 didapatkan nilai Karena terdapat sedikit perbedaan maka kami
Fs = 2.83 sedangkan untuk Lereng 2 memberikan saran yaitu perlu dilakukan analisis
didapatkan nilai Fs= 2.738. Hal ini lanjut dengan metode lain untuk membandingkan
menunjukkan bahwa lereng di Kabupaten hasil analisis tingkat kerawanan kelongsoran pada
Wonosobo termasuk pada kategori resiko di Kabupaten Wonosobo. Selain itu pada analisis
kelongsoran Rendah dan termasuk kategori selanjutnya sebaiknya dilakukan penyelidikan
Stabil. tanah lebih lanjut untuk mengurangi tingkat dari
c. Hasil analisis Finite Element Methode (FEM) resiko kesalahan dari analisis lereng. Karena
pada kondisi tanah normal (sebelum perbaikan analisis ini berpengaruh terhadapat proses
lereng) didapatkan nilai Fs = 2.747 dan nilai pembangunan khususnya di Kabupaten Wonosobo.
Total Deformasi sebesar 13 m.Hal ini DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa lereng di Kabupaten Hanggoro, T. C. A. 2006, Studi Kelongsoran pada
Wonosobo termasuk pada kategori resiko Lereng Terbebani Silo dengan SSR-FEM pada
kelongsoran Rendah, tetapi tetap dilakukan Lokasi Sinar Mas Argo Resource-Sungai
perbaikan lereng dengan Multi Slope dan Buaya Mill Lampung, Dinamika Teknik Sipil,
Anchor untuk memperkecil total deformasi. Volume 6/Nomor
d. Hasil analisis Finite Element Methode (FEM) 2, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
pada kondisi setelah perbaikan lereng Hanggoro, T.C.A, 2011, Hand Out Komputasi
didapatkan nilai Fs = 2.921 dan nilai Total Geoteknik, Lab. Mekanika Tanah
Deformasi sebesar 1.2 m.Hal ini menunjukkan UNNES, Semarang
Plaxis, 2008, Reference Manual
bahwa setelah perbaikan lereng dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
menggunakan Multi Slope dan Anchor dapat
No.22/PRT/M/2007 tentang Pedoman
memperbesar Fs dan memperkecil nilai Total
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana
Deformasi.
Longsor. Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum
e. Data Pemasangan Wall Anchore :
Braja M.Das. (2011). Principles of Geotechnical
1. Panjang : 3.5 m
Engineering, seventh edition. Canada:
2. Jarak antar Anchore :1m
Thomson Canada Limited.
3. Kapasitas : 210 kN
4. Jumlah : 9 buah

Anda mungkin juga menyukai