PENDAHULUAN
Kuat geser tanah juga dipengaruhi iklim berubah dari waktu ke waktu
tergantung perubahan iklim. Beberapa jenis tanah mengembang pada saat
musim hujan dan menyusut pada musim kemarau. Pada musim hujan kuat
geser tanah menjadi sangat rendah dibandingkan musim kemarau sehingga
kuat geser tanah yang digunakan pada analisis stabilitas lereng harus
didasarkan pada kuat geser tanah di musim hujan atau kuat geser pada saat
tanah jenuh air.
Pengaruh aliran air atau rembesan menjadi faktor sangat penting dalam
stabilitas lereng. Jika pada lereng terjadi penurunan muka air tanah dalam
lereng atau sekitar lereng maka terjadi pengurangan gaya angkat air pada
massa tanah, yang menambah beban lereng. Kenaikan beban menyebabkan
kenaikan tegangan geser, jika tanahan geser tanah terlampaui akan
mengakibatkan longsor lereng. Biasanya terjadi pada lereng yang tanahnya
berpermeabilitas rendah.
Metode yang paling umum dari analisa stabilitas lereng didasarkan atas faktor
keamanaan . Pada analisis jenis ini faktor keamanan mengenai stabilitas dari
lereng diestimasikan dengan merencanakan jenis perkuatan yang akan
digunakan sehingga menikatkan faktor keamanan dari stabilitas lereng. Pada
penelitian kali ini yang akan dibahas yaitu perencanaan perkuatan stabilitas
lereng pada tanah tak jenuh menggunakan software yaitu Plaxis 3D V.2013.
1.2. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana faktor kemananan dari stabilisasi lereng menggunakan
perkuatan yang paling efisien dan efektif dengan PLAXIS 3D V.2013 ?
2. Bagaimana faktor keamanan dari stabilitas lereng ditinjau dari intensitas
curah hujan maksimum ?
3. Bagaimana faktor keamanan dari stabilitas lereng ditinjau dari data gempa
yang digunakan?
4. Berapa jumlah rancangan anggaran biaya (RAB) dan lama waktu
pengerjaan dari perkuatan yang lebih efisen dan efektif untuk stabilitas
lereng?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mendapatkan nilai dari faktor keamanan stabilisasi lereng dari perkuatan
yang paling efisien dan efektif dengan menggunakan Plaxis 3D .
2. Mendapatkan nilai dari faktor keamanan stabilitas lereng dari intensitas
curah hujan maksimum
3. Menentukan nilai dari faktor keamanan stabilitas lereng dari data gempa.
4. Mendapatkan nilai rancangan anggaran biaya (RAB) dan waktu
pengerjaan dari pembuatan perkuatan stabilitas lereng.
1.4. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup pembahasana adalah sebagai berikut:
a. Stabilitas lereng yang dianalisis di daerah Jonggol, Cariu-Bogor, Jawa
Barat.
b. Memeriksa angka keamanan dari lereng sesuai intesitas curah hujan
maksimum dan data gempa.
c. Metoda yang digunakan yaitu menggunakan software Plaxis 3D V. 2013.
d. Pemilihan perkuatan antara Soil nailing, Bore pile, Gabion yang efektif
dan efisien dari segi teknis, rancangan anggaran biaya (RAB) dan waktu
pengerjaan.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini mengacu pada petunjuk Tugas
Akhir yang dikeluarkan oleh program studi Teknik Sipil Institut Teknologi
Sumatera. Sistematika penulisan adalah sebagi berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian, batasan
masalah, sistematika penulisan dan Penjelasan Proyek.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan teori-teori yang mendukung studi tugas akhir ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas metode-metode yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV PROSEDUR DAN HASIL KERJA
Pada bab ini berisi prosedur perhitungan yang dilakukan dalam penelitian dan
hasil yang didapatkan.
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang analisis dan pembahasan dari hasil penelitian.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian dan
saran-saran penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan:
W = Berat total pada irisan
EL,ER = Gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal
dipenampang kiri dan kanan
XL,XR = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada
penampang kiri dan kanan
P = Gaya normal total pada irisan
T = Gaya geser pada dasar irisan
b = Lebar dari irisan
l = Panjang dari irisan
𝛼 = Sudut kemiringan lereng
Gambar xx. Lereng serta gaya-gaya yang bekerja untuk Metode Janbu
dengan:
W = Berat total pada irisan
EL,ER = Gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal dipenampang
kiri dan kanan
XL,XR = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang
kiri dan kanan
P = Gaya normal total pada irisan
T = Gaya geser pada dasar irisan
ht = Tinggi rata-rata dari irisan
hf = Asumsi letak thrust line
b = Lebar dari irisan
l = Panjang dari irisan
𝛼 = Kemiringan lereng
𝛼t = Sudut thrust line
Suatu lereng dengan sistem irisan untuk berat sendiri masa tanah (W) serta
analisis komponen gaya-gaya yang timbul dari berat massa tanah yaitu
gaya-gaya antar irisan yang bekerja disamping kanan irisan (Er dan Xt).
Pada bagian alas irisan, gaya berat (W) diuraikan menjadi gaya reaksi
normal Pw yang bekerja tegak lurus arah irisan dan gaya tangensial Tw
yang bekerja sejajar irisan. Besarnya lengan gaya (W) adalah 𝑥 = 𝑅 sin 𝛼,
Dimana R adalah jari-jari lingkaran longsor dan sudut 𝛼 adalah sudut pada
titik O yang dibentuk antara garis vertikal dengan jari-jari lingkaran
longsor.
𝛴[(𝑐 ′ 𝑙+{𝑃𝑤−𝑢𝑙} tan ∅
FK = 𝛴𝑊𝑠𝑖𝑛 𝛼
dengan:
W = Berat total pada irisan
EL,ER = Gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal
dipenampang kiri dan kanan
XL,XR = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada
penampang kiri dan kanan
P = Gaya normal total pada irisan
T = Gaya geser pada dasar irisan
R = Jari-jari lingkaran
𝛼 = Kemiringan lereng
dengan:
𝜏 = tahanan geser
𝜏𝑑 = tegangan geser
F = faktor aman
Menurut teoru Mohr-Coulomb, tahanan geser maksimum (𝜏) yang dapat
digerakkan oleh tanah, disepanjang bidang longsornya yang dinyatakan
oleh:
𝜏 = 𝑐 + 𝜎𝑡𝑔𝜑 2.7
dengan:
C = kohesi
𝜎 = tegangan normal
𝜑 = sudut gesek
Nilai-nilai c dan 𝜑 adalah parameter kuat geser tanah di sepanjang bidang
longsor. Dengan cara yang sama, dituliskan persamaan tegangan geser
yang terjadi (𝜏𝑑 ) akibat beban tanah dan beban-beban lain pada bidang
longsornya:
𝜏𝑑 = 𝑐𝑑 + 𝜎𝑡𝑔𝜑𝑑 2.8
dengan:
𝑐 + 𝜎𝑡𝑔𝜑 2.9
𝐹=
𝑐𝑑 + 𝜎𝑡𝑔𝜑𝑑
Untuk memberikan faktor aman terhadap masing-masing komponen kuat
geser, faktor aman dapat dinyatakan oleh:
𝑐 2.10a
𝐹𝑐 =
𝑐𝑑
𝑡𝑔𝜑 2.10b
𝐹𝜑 =
𝑡𝑔𝜑𝑑
dengan:
b. Bored Pile
Pondasi tiang merupakan salah satu metode dinding penahan tanah
sementara atau permanen yang efisien. Pondasi bored pile dapat
membantu untuk mencegah kelongsoran dan pergerakan tanah pada
lereng akubat adanya tekanan lateral tanah.
Beban ultimate yang ditanggung oleh sebuah bored pile sama dengan
jumlah tahanan dasar dan tahanan cerobong (shaft resistance).
Tahanan dasar merupakan hasil kali luas dasar (Ab) dan daya dukung
ultimate (qf) pada elevasi dasar lorong. Tahanan cerobong adalah
hasil kali luas keliling cerobong (As) dan nilai rata-rata tahanan geser
ultimate tiap satuan luas (fs) yang sering disebut ‘friksi kulit’ (skin
friction) antara bored pile dan tanah. Berat tanah yang dipindahkan
atau disingkirkan biasanya diasumsikan sama dengan berat bored pile.
Pilihan dari masin gmasing tipe tiang tergantung dari jenis tanah
(granular atau kohesif, lunak atau keras), profil muka air tanah, tinggi
tanah maksimum yang ditahan, waktu konstruksi yang tersedia, biaya
dan umur rencana.
Analisisa daya dukung tanah (Bearing Capasity) dengan metode
Mayerhorf
Adapun persamaan yang digunakan dalam persamaan ini
(Meyerhorf, 1976)
Qpl = Ap x qp
= Ap x q’ x Nq
dengan:
Qp = daya dukung ujung tiang (t/m2)
Qp = q’ x Nq* = daya dukung per satuan luas
Ap = luas penampang ujung tiang (m2)
q’ = tegangan vertikal efektif
Nq = faktor daya dukung ujung
Harga qp tidak dapat melebihi daya dukung batas ql, karena itu
daya dukung ujung tiang perlu ditentutkan pada persamaa
(Meyerhorf, 1976)
Qp2 = Ap x ql
= Ap x 5 x Nq* x tan ∅
dengan:
Qp2 = daya dukung ujung tiang (t/m2)
Ap = luas penampang ujung tiang (m2)
Nq = faktor daya dukung ujung
∅ = sudut geser dalam
ql = daya dukung batas
Untuk lebih mempermudah, harga Qp1 dan Qp2 dibandngkan dan
diambil harga yang lebih kecil sebagai daya dukung ujung tiang.
Harga Nq* ditentukan sebagai fungsi dari sudut geser dalam
tanah(∅).
Daya dukung ijin tiang grup
Dalam pelaksanaan jarang ditemukan pondasi tiang berdiri
sendiri tetapi terdiri dari beberapa kelompok, nilai daya dukung
ijin grup dikalikan dengan faktor efisien.
Q = Qult
dengan:
Eff 𝜃 (𝑛−1)𝑚+(𝑚−1)𝑛
= 1- (
90 𝑚.𝑛
Hs 𝐻𝑢
= 𝐹
Pn 2
2 0,85 𝑥 𝑒 𝜌𝑔𝑚𝐷𝑠
= 0,85 fc h ( √ − 0,38) + −
ℎ 2,5ℎ
0,85 𝑥 𝑒
( − 0,38)
ℎ
h = diameter penampang
e = eksentrisitas terhadap pusat tulangan terjauh
dari sumbu
m 𝑓𝑦
= 0,85 𝑓𝑐
dengan:
Ag = berat kotor
Ac = luas silinder
Asp = luas tulangan geser
Dc = tinggi efektif
S = jarak antar tulangan geser
c. Gabion
Gabion sama halnya dengan sebutan bronjong. Geogrid dipakai
seperti kawat kasa pada bronjong, dan kemudian diisi batu-batu.
Sistem gabion ini dapat dipakai untuk konstruksi penahan tanah
(Mochtar 1990)
Gabion umumnya dianalisis sebagai dinding penahan gravitasi yaitu
dinding yang menggunakan berat sendiri untuk menahan tekanan
tanah lateral. Gabion bisa difungsikan dengan penampang miring
didepan maupun penampang miring dibelakang dan kedua jenis itu
didasarkan pada prinsip yang sama
Gaya utama yang bekerja pada dinding gabion adalah gaya vertikal
dari berat gabion dan tekanan lateral yang bekerja dibelakang dinding.
Apabila beban gempa maka beban-beban tersebut harus dimasukkan
dalam analisis.
Tekanan tanah akrig Pa, menurut kolom adalah:
Pa = ½ Ka Ws H2
Apabila terdapat beban merata dipermukaan urungan, maka
persamaan dimodifikasi menjadi:
Pa 𝑊𝑠𝐻 2
= Ka ( + 𝑞𝐻)
2
dengan:
Ws = berat volume tanah
Ka = koefisien tekanan tanah aktif
H = tinggi dinding gabion
q =beban terbagi merata
Ka adalah koefisien tekanan tanah aktif, dimana menurut Coulomb
harganya adalah (Modular Gabion Systems):
Ka 𝑐𝑜𝑠2 (∅−𝛽)
= sin(∅+𝛿)sin(∅−𝛼) 2
𝑐𝑜𝑠2 𝛽 cos(𝛿+𝛽)[1+√ ]
cos(𝛿+𝛽)cos(𝛼−𝛽)
dengan:
𝛼 = sudut kemiringan pada permukaan urungan belakang
dinding gabion
𝛽 = sudut kemiringan bagian belakang dinding gabion
𝛿 = sudut geser antara tanah dan dinding gabion
∅ = sudut geser tanah
Adapun nilai ∅ untuk jenis tanah terapat dalam tabel. Nilai Ka untuk
berbagai kombinasi 𝛽,𝛼, 𝛿.
Nilai Pa membentuk sudut 𝛿 terhadap bidang yang tegak lurus pada
bagian belakang dinding gabion.pengaruh gesekan dinding kecil,
maka 𝛿 dianggap nol.
Komponon horizontal dari Pa ditulis sebagai berikut:
Ph = Pa cos𝛽
Komponen vertikal Pa diabaikan dalam desain karena mengurangi
momen guling dan meningkatkan ketahanan geser.
Tabel xx Nilai ∅ untuk berbagai jenis tanah (Merrit 1983)
Soil Type Soil Condition ∅(deg) 𝛾(lb/ft3)
Course sand, sand, gravel Compact soil 40 140
Loose 35 90
dengan:
da = jarak vertikal pada H/3
H = tinggi dinding gabion
Q = beban tambahan (surcharge)
Ws = berat volume tanah
𝛽 = sudut kemiringan bagian belakang gabion
2. Stabilitas terhadap geser
Stabilitas terhadap geser dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝜇𝑊𝑔 ≥ SFs Ph
dengan:
𝜇 = koefisien gesekan (tan ∅)
𝑊𝑔 = berat sendiri gabion
SFs = faktor keamanan (1,5)
3. Stabilitas terhadap daya dukung
Nilai eksentrisitas dapat ditentukan sebagai berikut:
e 𝐵 (𝑀𝑟−𝑀𝑜)
=2− 𝑊𝑔
dengan:
d = curah hujan rata-rata daerah (mm)
n = banyaknya titik penangkar hujan
d1,d2,dn = curah hujan yang tercatat di pos
Data curah hujan harian dijadikan data hujan jam dengan rumus
Mononobe (Soemarto,1995:15) sebagai berikut:
i 𝑅24 24
= 24 ( 𝑡 )2/3
dengan:
i = intensitas hujan (mm/jam;m/jam)
t = waktu (durasi) curah hujan (jam)
R24 = tinggi hujan maksimum 24 jam (mm)
Intensitas hujan yang terjadi di Indonesia rata-rata mempunyai durasi
antara 5-7 jam. Sehingga nilai tengah dari interval tersebut sering
digunakan sebagai acuan dalam menghitung intensitas hujan jam-jaman
yang berasala dari data hujan harian.
Metode Fellenius
F 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑟
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑎𝑏 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑟
Bila terdapat air pada lereng, akibat pengaruh tekanan air pori persamaan
menjadi.
−=𝑛
∑𝑖=1
F 𝑐𝑎1+(𝑊𝑖𝑐𝑜𝑠[(𝜃𝑖−𝜇𝑖𝑎𝑖)𝑡𝑔𝜑)]
= ∑𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑊𝑖𝑠𝑖𝑛𝜃𝑖
dengan:
F = faktor aman
c = kohesi (kN/m)
𝜑 = sudut gesek dalam tanah (°)
Wi = berat irisan tanah ke-i (KN)
ai = lengkungan irisan ke-I (m)
𝜇𝑖 = tekanan air pori ke-I
𝜃𝑖 = sudut antara jari-jari lengkung dengan garis kerja massa
tanah
Rasio tekanan air pori:
𝜇
ru =𝑊
𝜇
=
𝛾ℎ
dengan:
Ru = rasio tekanan air pori
𝜇 = tekanan air pori (KN/m2)
b = lebar irisan ke-i (m)
𝛾 = berat volume tanah (KN/m2)
h = tinggi irisan rata-rata (m)
Tekanan air pori positif
Apabila tekanan air pori (u) naik, maka tegangan normal efektif dalam
tanah berkurang dan kuat geser tanah menurun, menurut Hardiyatmo,
2012. Kenaikan air pori lebih cepat selama periode hujan lebih (hujan
menerus). Salah satu dari hal inilah yang menyebabkan terjadinya
kelongsoran.
Kuat geser tanah (𝜏) dinyatakan dalam persamaan berikut.
𝜏 = 𝑐 ′ + (𝜎 − 𝑢) tan ∅
dengan:
c = kohesi efektif
𝜎 = tegangan normal
∅ = sudut geser dalam
𝑢 = tekanan air pori
Tekanan air pori negatif
Butiran tanah yang kecil akan meningkatkan tekanan kapiler dan juga
tekanan air pori negatif. Tekanan air pori negatif menambah stabilitas
lereng (Hardiyatmo, 2012). Untuk tanah tak jenuh digunakan persamaan
C = 𝑐 ′ + (𝑢𝑎 − 𝑢𝑤)𝑡𝑔 ∅𝑏
dengan:
C = kohesi total tanah
c’ = kohesi efektif
(ua-uw) = matrix suction
∅𝑏 = sudut geser matriks
𝜏r 1
= 𝐹𝑆 (𝑐𝐵𝑛 sec 𝛼 + 𝑊𝑛 cos 𝛼𝑛 tan ∅
atau
∑𝑃𝑛=1(𝐶𝐵𝑛 + sec ∝ +𝑊𝑛 cos 𝛼𝑛 tan ∅)
𝐹𝑠 =
𝐿
∑𝑃𝑛=1[𝑊𝑛 sin 𝛼𝑛 + 𝑘ℎ 𝑊𝑛 ( 𝑛 )]
𝑅
dengan:
Kh = koefisien gaya gempa horizontal
W = luas tiap irisan
c = kohesi
R = jari-jari longsor
h = tinggi rata-rata
b = lebar irisan
x = jarak horizontal dari pusat massa irisan terhadap pusat
momen
∝ = sudut kemiringan
Untuk faktor aman didefinisikan dengan memperhatikan tegangan
geser rata-rata sepanjang bidang longsor yang potensial dan kuat geser
tanah rata-rata sepanjang permukaan longsoran. Jadi kuar geser tanah
mungkin terlampauin di titik-titik tertentu bidang longsornya. Padahal
faktor aman hasil hitungan lebih besar 1. Lereng dianggap stabil jika
faktor amannya memenuhi syarat yang ditentukan, yaitu:
1. 𝐹 ≥ 1.5 tanpa gempa
2. 𝐹 ≤ 1.2 dengan gempa
Dengan:
FS : Faktor keamanan
𝜏𝑓 : Kuat geser tanah rata-rata (KN/m2)
𝜏𝑑 : Tegangan geser disepanjang bidang longsor (KN/m2)
Pada prisnipnya, cara yang dipakai untuk menjadika lereng lebih aman
dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu:
a. Memperkecil gaya penggerak atau momen penggerak. Momen
penggerak diperkecil dengan cara mengubah bentuk lereng tersebut
dengan cara berikut:
1. Membuat lereng lebih datar dengan cara mengurangi sudut
kemiringan
2. Mengurangi ketinggian lereng
b. Memperbesar gaya melawan atau momen lawan. Momen melawan
dapat di tingkatkan dengan cara berikut:
1. Menggunakan counterweight, yaitu tanah timbunan pada kaki
lereng
2. Mengurangi tegangan air pori dalam lereng
3. Secara mekanis, memasang perkuatan berupa dinding penahan
tanah
4. Secara injeksi
BAB III
METODE PENELITIAN