Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUGAS BESAR

ANALISIS STABILITAS LERENG & PERKUATAN TANAH

Disusun Oleh:
1. Rizki Dwi Novita 5111417008
2. Aang Ayu Khafifah 5111417029
3. Abdullah 5111417036

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami, selaku penyusun laporan ini dapat menyelesaikan tugas
Mata Analisis Stabilitas Lereng dan Perkuatan Tanah.

Laporan ini disusun sebagai syarat lulus dalam menempuh Mata Kuliah Analisis
Stabilitas Lereng dan Perkuatan Tanah. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Dosen pengampu Mata Kuliah Analisis Stabilitas Lereng dan Perkuatan Tanah.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas besar ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan


ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari rekan mahasiswa khususnya dan para pembaca pada umumnya,
agar dalam penyusunan laporan selanjutnya akan menjadi lebih baik. Harapan kami semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kestabilan lereng merupakan salah satu masalah yang penting yang harus diperhatikan
karena berkaitan dengan masalah keselamatan dalam konstruksi bangunan. Beberapa cara
mengurangi kegagalan dalam mengontrol stabilitas lereng antara lain dengan program
monitoring untuk pencegahan atau peringatan dini terhadap longsoran yang diperkirakan
akan terjadi ( Pulungan,2010).

Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan
atau gumpalan tanah besar. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor pemicu. Analisis kestabilan lereng diperlukan untuk
memperhitungkan nilai faktor keamanan lereng (FS) dan desain lereng stabil, dengan
menggunakan bantuan software Rocscience Slide. Faktor Keamanan (Safety Factor)
merupakan perbandingan antara besarnya gaya penahan dengan gaya penggerak longsoran.
Apabila harga FS untuk suatu lereng > 1,0; yang artinya gaya penahan > gaya penggerak,
maka lereng tersebut berada dalam keadaan mantap/aman. Tetapi bila harga FS < 1,0; yang
artinya gaya penahan < gaya penggerak, maka lereng tersebut berada dalam kondisi tidak
aman dan mungkin akan terjadi longsoran pada lereng yang bersangkutan.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah bertujuan untuk mengevaluasi lereng dengan
menggunakan program Rocscience Slide v6.020.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tegangan Efektif

Terzaghi (1923, dalam Craig, 1989 : 72) mengemukakan prinsip tegangan efektif yang
didasarkan pada data hasil percobaan. Prinsip tersebut hanya berlaku untuk tanah jenuh
sempurna. Tegangan-tegangan yang berhubungan dengan prinsip tersebut adalah :

a. Tegangan normal total (𝜎) pada bidang di dalam tanah, yaitu gaya per satuan luas yang
ditransmisikan pada arah normal bidang, dengan menganggap bahwa tanah adalah
maerial pada saja (fase tunggal).
b. Tekanan air pori (u), yaitu tekanan air pengisi pori-pori di antara partikel partikel padat.
c. Tegangan normal efektif (𝜎’) pada bidang, yang mewakili tegangan yang dijalarkan
hanya melalui kerangka tanah saja.
Hubungan dari ketiga tegangan di atas adalah sebagai berikut :
𝜎 = 𝜎’+ u

2.2 Kuat Geser Tanah


Kuat geser tanah menurut (Hardiyatmo, 2002a : 283), adalah gaya perlawanan yang
dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Parameter kuat geser tanah
diperlukan untuk analisis-analisis kapasitas dukung tanah, stabilitas lereng, dan gaya dorong
pada dinding penahan tanah. Coulomb (1776, dalam Hardiyatmo, 2002a : 283),
mendefinisikan fungsi linear terhadap tegangan normal (𝜎) pada bidang tersebut pada titik
yang sama, sebagai berikut :
𝜏 = c + 𝜎 tg 𝜑
dengan :

𝜏 = Kekuatan geser tanah (kN/m2)

c = Kohesi (kN/m2)

𝜎 = Tegangan normal (kN/m2)

𝜑 = Sudut geser dalam tanah (°)

2.3 Lereng dan Longsoran


Kelongsoran dapat terjadi pada setiap macam lereng, akibat berat tanah sendiri, ditambah
dengan pengaruh yang besar dari rembesan air tanah, serta gaya lain dari luar lereng. Wesley
(1977 : 461) membagi lereng menjadi 3 macam ditinjau dari segi terbentuknya, yaitu :
a. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk akibat kegiatan alam, seperti erosi, gerakan
tektonik dan sebagainya.
b. Lereng yang dibuat manusia, akibat penggalian atau pemotongan pada tanah asli.
c. Lereng timbunan tanah, seperti urugan untuk jalan raya.

Menurut Craig (1989 : 321), gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) cenderung
menyebabkan ketidakstabilan (instability) pada lereng alami (natural slope), pada lereng
yang dibentuk dengan cara penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan tanah (earth
dams).

Ada 3 tipe utama dari kelongsoran tanah yaitu sebagai berikut :


a. Kelongsoran rotasi (rotational slips), yaitu kelongsoran yang bentuk permukaan runtuh
pada potongannya dapat berupa busur lingkaran atau kurva bukan lingkaran.
b. Kelongsoran translasi (translational slips), cenderung terjadi bila lapisan tanah yang
berbatasan berada pada kedalaman yang relatif dangkal di bawah permukaan lereng.
c. Kelongsoran gabungan (compound slips), terjadi bila lapisan tanah yang berbatasan
berada pada kedalaman yang lebih dalam. Hal ini umumnya terjadi karena runtuhnya
terdiri dari potongan kurva dan bidang.

Gambar 1. Tipe-tipe Keruntuhan Lereng (Craig, 1989:21)

2.4 Mengatasi Kelongsoran Lereng

Dalam menghadapi persoalan bagaimana caranya memperbaiki atau menstabilkan lereng


pada suatu daerah yang terjadi kelongsoran. Menurut (Wesley, 1977) ada dua cara untuk
membuat lereng supaya menjadi lebih aman dan mantap, yaitu :

a. Memperkecil gaya penggerak atau momen penggerak, yaitu dengan mengubah bentuk
lereng. Cara yang dilakukan yaitu :
1. Membuat lereng lebih datar, yaitu dengan mengurangi sudut kemiringan.
2. Memperkecil ketinggian lereng. Cara ini hanya dapat dipakai pada lereng yang
ketinggiannya terbatas, yaitu dalam hal kelongsoran yang bersifat “rational slide”.
Gambar 2. Memperkecil Sudut Kemiringan Lereng (Wesley, 1977)

Gambar 3. Memperkecil Ketinggian Lereng (Wesley, 1977)

b. Memperkecil gaya melawan, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Dengan memakai counterweight yaitu tanah timbunan pada kaki lereng.
2. Dengan mengurangi tegangan air pori di dalam lereng.

Gambar 4. Penanganan dengan Counterweight (Wesley, 1977)


Gambar 5. Mengurangi Tegangan Air Pori (Wesley, 1977)

3. Dengan cara injeksi, yaitu dengan menambah tanah timbunan pada kaki lereng,
membuat selokan secara teratur pada lereng dengan mengurangi tegangan air pori
pada tanah, dengan menambahn bahan kimia atau semen dipompa melalui pipa
suapaya masuk ke dalam lereng.
4. Dengan cara mekanis, yaitu dengan membuat dinding penahan atau dengan
memancang tiang. Cara ini dilakukan jika lereng tersebut mempunyai tingkat
kelongsoran yang kecil.

2.5 Metode Bishop


Metode Bishop umumnya dipakai untuk menganalisis permukaan gelincir (slip surface)
yang berbentuk circular. Dalam metode ini diasumsikan bahwa gaya normal total berada
atau bekerja dipusat alas potongan dan bisa ditentukan dengan menguraikan gaya-gaya pada
potongan secara vertikal ataupun normal.

Gambar 6. Gaya-gaya yang Bekerja pada Suatu Potongan

Dengan memperhitungkan seluruh keseimbangan gaya maka rumus untuk faktor


keamanan (Fk) Metode Bishop diperoleh sebagai berikut (Anderson dan Richards,1987):
c l+(P−Ui)tan α
𝐹=
W sin α
dengan:
W = Berat total pada irisan
El, Er = Gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal pada penampang kiri
dan kanan
Xl, Xr = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang kiri dan
kanan
P = Gaya normal total pada irisan
T = Gaya geser pada dasar irisan
b = Lebar dari irisan
l = Panjang dari irisan
α = Sudut Kemiringan lereng

2.6 Metode Janbu


Pada tahun 1954 Janbu membuat metode analisa yang dapat digunakan pada permukaan
longsor yang berbentuk circular dan non-circular. Rumus-rumus dasar telah dikembangkan
untuk menganalisa daya dukung dan masalah tekanan tanah oleh Janbu 1957. Ini merupakan
metode irisan (slice). Janbu merumuskan persamaan umum keseimbangan dengan
menyelesaikan secara vertical dan sejajar pada dasar tiap-tiap irisan. Dengan
memperhitungkan seluruh keseimbangan gaya maka rumus untuk faktor keamanan F f
diperoleh sebagai berikut (Anderson dan Richards, 1987):

∑ ( c i l+ ( P−ul ) tanθ 1 ) secα


F=f
∑ ¿¿¿
Gambar 7. Lereng serta Gaya-gaya yang Bekerja untuk Metode Janbu

dengan:

W = Berat total pada irisan

EL = Gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal pada penampang kiri

ER = Gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal pada penampang kanan

XL = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertical pada penampang kiri

XR = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertical pada penampang kanan

P = Gaya normal total pada irisan

T = Gaya geser pada dasar irisan

ht = Tinggi rata-rata dari irisan

hf = Asumsi letak thrust line

b = Lebar dari irisan

α = Kemiringan lereng

αt = Sudut thrust line


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Timbunan

30m

5m

Gambar 1. Potongan Melintang Timbunan

Suatu jalan tol dibangun dengan lebar jalan 30 m dengan tebal perkerasan 30 cm
(berat jenis beton = 24 kN/m3) dan tebal subgrade 10 cm (berat jenis subgrade = 18
kN/m3), besar beban lalu lintas yang bekerja sebesar 15 kN/m 3dan tinggi timbunan 5
mdengan kemiringan lereng tepi badan jalan adalah 1 : 2 (Vertikal : Horizontal).

Dengan Spesifikasi Timbunan:


Berat Jenis (γ) = 22 kN/m3
Kohesi (c) = 65 kPa
Sudut geser (ϕ) = 65°

Perhitungan Beban
Beban mati :
Beban beton = Berat jenis x tebal = 24 x 0.3 = 7.2 kN/m2
Beban subgrade = Berat jenis x tebal = 17 x 01 = 1.8 kN/m2

Beban hidup :
Beban kendaraan = 15 kN/m2

Beban total = Beban mati + beban hidup = 24 kN/m2


1. Kondisi Tanah Dasar
Tabel Boring Log
SPT SPT Diagram Sample No.
Thickness ( m )
Elevation ( m )

Depth ( m )
Casing ( m )

Legend

Description
Depth Blow Count N - Value / 30 cm
N Depth ( m )
(m)
N0 N1 N2 10 20 30 40 50 60
Lanau lempung pasiran, warna
1,00 coklat, konsistensi sedang
-1,00 1,0
Lanau pasiran, warna putih keabu-
abuan, konsistensi sedang
2,0 1.55 - 2.00 2 3 3 6
2,00

3,0 UDS1 (55,0 cm)


-3,00
Lanau pasiran, warna coklat, 3,00 - 3,55
1,00 konsistensi kaku
-4,00 4,0 3.55 - 4.00 3 5 7 12

Lanau pasiran, warna coklat kemerah-


merahan, konsistensi kaku
5,0
2,00

-6,00 6,0 5.55 - 6.00 2 4 6 10

Lanau pasiran, warna putih kekuning-


kuningan, konsistensi kaku UDS2 (55,0 cm)
CASING UP TO 15 m

7,0
7,00 - 7,55

8,0 3,55 7.55 - 8.00 2 3 6 9

9,0
-9,55

10,0 Lanau pasiran, warna putih, 9.55 - 10.00 3 4 6 10


konsistensi kaku
2,00
11,0 DS1 (55,0 cm)
-11,55 11,00 - 11,55

12,0 Lanau pasiran, warna coklat 11.55 - 12.00 4 9 11 20


kekuning-kuningan, konsistensi
sangat kaku
2,00
13,0
-13,55

14,0 Lanau batu lempung, warna abu- 13.55 - 13.80 17 50/10 >50
abu, konsistensi sangat keras

15,0 DS2 (55,0 cm)


15,00 - 15,55

16,0 15.55 - 15.69 50/14 >50

17,0 6,45

18,0 17.55 - 17.85 16 50 >50

19,0 DS3 (55,0 cm)


19,00 - 19,55

-20,00 20,0 19.55 - 19.79 19 50/14 >50


-24,00
Diketahui bahwa muka air tanah berada pada kedalaman 1,25 m dari permukaan,
sedangkan sistem pelapisan tanah yang dideskripsikan secara visual di lapangan diperoleh
seperti tabel berikut:

Deskripsi
Kedalaman
Jenis Tanah Relative Density
0,00 - 1,00 Lempung Medium
1,00 - 3,00 Lanau Pasir Medium
3,00 - 4,00 Lanau Pasir Stiff
4,00 - 6,00 Lanau Pasir Stiff
6,00 - 9.55 Lanau Pasir Stiff
9.55 - 11.55 Lanau Pasir Stiff
11.55 - 13.55 Lanau Pasir Very Stiff
13.55 - 20,00 Batu Lempung Hard

Tabel hasil boring log diatas menunjukkan nilai N-SPT terhadap kedalaman untuk
boring dengan menganggap untuk mencapai tanah keras nilai SPT lebih besar atau sama
dengan 50 pukulan/30 cm, maka untuk boring log tersebut kedalaman tanah keras
ditemukan pada kedalaman 13,55 m.
Resume Tabel Hasil Uji Laboratorium (Tanah Tak Terganggu)
Berdasarkan Resume Laboratorium Tes diatas dapat simpulkan bahwa tanah pada
kedalaman 3,00 - 3,55 memiliki berat jenis (Gs) 2,68 adalah jenis tanah pasir, karena
rentan berat jenis pasir dari 2,65-2,68. Dengan batas cair 26,76% dan index plastitas
18,47% serta analisis butiran sand (pasir) mencapai 49,53 %. Lalu pada tanah kedalaman
7,00 - 7,55 memiliki berat jenis (Gs) 2,67 adalah jenis tanah pasir, karena rentan berat jenis
pasir dari 2,65-2,68. Dengan batas cair 35,03% dan index plastitas 8,17% serta analisis
butiran sand (pasir) mencapai 47,73 %
Jenis Tanah Berat jenis, Gs
Kerikil 2,65 – 2,68
Pasir 2,65 – 2,68
Lanau anorganik 2,62 – 2,68
Lempung anorganik 2,58 – 2,65
Lempung organik 2,68 – 2,75

Stratigrafi (Sistem Pelapisan) Tanah Dasar


Dalam penyelidikan geoteknik (perencanaan pondasi tiang pancang) salah satu
tujuannya yaitu dapat mengetahui stratigrafi atau sistem pelapisan tanah pada lokasi yang
ditentukan. Stratigrafi tanah dapat diperoleh berdasarkan hasil boring di lapangan hingga
kedalaman tanah keras dengan nilai N-SPT > 50 (Kohesif) dan N-SPT > 30 (Non-kohesif).

Tabel Korelasi N-SPT untuk Tanah Lempung


Nilai N-SPT Relative Density ɣ CC CV ɸ c
<2 Very Soft 14 4,5 2,7 <25 12,5
2-4 Soft 18 1 2,7 20-50 12.5-25
4-8 Medium 16-18 0,15 2,7 30-60 25-50
8-15 Stiff 16-18 0,06 2,7 60 50-100
15-30 Very Stiff 16-20 0,15 2,7 200 100-200
>30 Hard >20 0,06 2,7 >100 >200

Tabel Korelasi N-SPT untuk Tanah Berpasir


Nilai N-SPT Relative Density ɣ CC ɸ
0-4 Very Loose 12 0,025 32
4-10 Loose 16 0,05 25
10-30 Medium 14-18 0,05 28-36
30-50 Dense 16-20 0,0005 30-40
>50 Very Dense >20 0,01 >35
Setelah dikorelasi, statigrafi lapisan tanah disajikan dalam tabel:
Kedalaman Deskripsi ɣ ɸ c
0,00 - 1,00 Lempung 17 9 7
1,00 - 3,00 Lanau Pasir 16 8 6
3,00 - 13,55 Lanau Pasir 17 22 18,6
13,55-20,00 Batu Lempung 22 60 63

3.2 Modelling
Rocscience slide adalah salah satu software geoteknik yang mempunyai spesialisasi
sebagai software perhitungan kestabilan lereng. Padadasarnya Rocscience slide adalah
swedge, roclab, phase2, rocplane, dan rocdata. Secara umum langkahan analisis kestabilan
lereng dengan Rocscience slide adalah pemodelan, identifikasi metode dan parameter
perhitungan, identifikasi material, penentuan bidang gelincir, running/kalkulasi, dan
interpretasi nilai FoS dengan software komplemen slide bernama slide interpret.
Analisis kestabilan lereng mempunyai tingkat kerumitan yang cukup tinggi dan
mempunyai banyak variabel. Selain itu akurasi kestabilan lereng juga sangat dipengaruhi
oleh akurasi parameter yang dimasukkan terkait kondisi sebenarnya. Perhitungan detail dan
unsure ketidak pastiannya cukup besar (diwakilioleh parameter probality) sehingga jika
perhitungan dilakukan manual akan memakan waktu yang cukup lama dan akurasinya tidak
maksimal. Oleh Karena itu analisis kestabilan lereng semakin banyak digunakan di dunia
industry maupun pendidikan. Tetapi yang menjadi syarat utama seseorangs ebelum
menggunakan Software adalah pemahaman terhadap konsep perhitungan tersebut.
Rocscience slide banyak digunakan di industry khususnya pertambangan dan kontruksi
khususnya tanggul, bendungan, dan lereng pada sisi jalan.
3.2.1 Pemodelan
Pemodelan geometri yang akan dianalisis biasa dilakukan langsung
Rocscience slide. Tetapi untuk memenuhi geometri sesuai denah kondisi asli cara
ini kurang teliti. Untuk itu pemodelan dilakukan dengan software lain seperti
AutoCAD. Selanjutnya section tersebut dimodifikasi dengan AutoCAD sesuai
dengan geometri desain yang diinginkan. Section yang akan disajikan ke
Rocscience slide juga bias dipersempit hanya pada bagian yang akan dianalisis.
Setelah geometri siap selanjutnya adalah memasukkan geometri tersebut ke
Rocscience slide. Setelah aplikasi Rocscience slide dibuka langkah pertama adalah
membuat nama file baru, kemudian mengambil gambar dalam format DXF melalui
langkah file-import-import DXF.

Gambar permodelan timbunan dan tanah dasar


3.2.2 Identifikasi Metodedan Parameter Perhitungan
Pada anallisis kestabilan lereng terdapat beragam metode dengan parameter
yang berbeda. Metode dengan parameter perhitungan tersebut harus di
identifikasikan dengan tepat. Langkah pertama untuk menentukan metode
perhitungan adalah klik menu analysis-project settings.
Project setting terdiri dari beberapa bagian yaitu general, methods,
groundwater, statistics, dan random numbers. General adalah pengaturan umum
tentang judul, satuan, arah longsoran, dan beberapa data penunjang.
 Methods adalah pengaturan metode perhitungan yang digunakan. Pada
umumnya metode yang digunakan adalah bishop simplifield dan
ordinary/fellenius.
 Groundwater adalah pengaturan tentang pengaruh air di dalam kestabilan
lereng. Setiap groundwater method akan meminta parameter yang berbeda.
 Dua kolom terakhir pada bagian kanan adalah statistic dan random numbers.
Menu ini tidak harus pilih (biasa dikosongkan). Statistic berisi pilihan tentang
metode sampling yang digunakandan parameter yang menyertainya harus
dimasukkan pada random numbers.
3.2.3 Identifikasi Material
Material pembentuk lereng yang akan dianalisis harus dimasukkan kedalam
data Rocscience slide. Langkah untuk mengatur material adalah klik menu
properties-define material.
 Setiap material biasa diatur warna dan warnanya untuk memudahkan dalam
penyajian.
 Karakteristik pertama yang harus dimasukkan adalah bobot isi/unit weight.
 Setelah itu pilih jenis analisis kekuatan.
 Setiap jenis akan meminta parameter yang berbeda.
 Misalkan jika digunakan mohr-coulumb maka parameter yang harus dilengkapi
adalah kohesi dan sudut geser dalam.
 Sedangkan water parameters berupa nilai Ru hanya akan muncul jika dalam
groundwater method digunakan Ru coefficient.
 Langkah selanjutnya adalah menempatkan material pada gambar berdasarkan
material boundary dengan karakteristik yang telah dibuat.
 Tampilkan lereng akan berubah dengan warna sesui materialnya.
 Penentuan bidang gelincir kemungkinan bidang gelincir yang akan terjadi pada
lereng yang dianalisis dapat dipilih dengan klik menu surface – surface options
kemudian akan muncul top up.
 Setelah surface type dipilih curcular selanjutnya adalah mengatur metode
pencarian kemungkinan bidang gelincir.
 Radius increment menunjukan jumlah interval antara radius terbesar dan
terkecil pada setiap titik pusat gelincir.
 Sedangkan composite surface adalah bidang gelincir berbentuk busur lingkaran
yang melewati lebih dari satu jenis material.
 Sedangkan tension crack dipilih karena kemungkinan bidang gelincir pada
failure hanya akan melewati failed material.
 Selanjutnya klik auto grid untuk membuat grid yang memuat kemungkinan
pusat gelincir. Jika dipilih auto grid maka Rocscience slide akan membuat
sebuah kotak dengan kemungkinan bidanglongsoran.
 Metodeiniadalahmetode paling lengkap dan efektif. Sebenarnya ada metode lain
yang konvesional yaitu dengan menggambar sendiri kemungkinan busur
lingkarannya. Jumlah kemungkinan pusat gelincir pada kota tersebut biar di atur
dengan memilih grid spacing.
3.2.4 Running/Kalkulasi
Langkah terakhir dalam Rocscience slide adalah memulai perintah running.
Cara nya adalah menekan toolbar kemudian Rocscience slide akan melakukan
perhitungan. Proses perhitungan tersebut memerlukan waktu beberapa menit
(tergantung kecepatan bekerja computer).
 Top up menu slope stability compute akan otomatis tertutup setelah proses
perhitungan mencapai 100%.
 Selanjutnya adalah melakukan interpretasi nilai FoS dengan Rocscience slide
interpret.
3.2.5 Interpretasi Nilai Fos
Rocscience slide interpret adalah software komplemen slide yang berfungsi
untuk melakukan interpretasi nilai fos hasil kalkulasi dengan Rocscience slide.
Ketika pertama kali dibiak dari file Rocscience slide yang sedang dikerjakan
skala Rocscience slide interpret akan menunjukan nilai FoS terkecil.
 Pada gambar terlihat di dalam kotak di atas lereng terdapat warna. Setiap warna
menunjukkan nilai skala FoS tertentu sesuai dengan petunjuk di bagian kiri.
 Nilai FoS pada semua kemungkinan pusat gelincir yang terdapat pada skala
warna tersebut dapat diketahui.
 Pada gambar diatas juga terlihat pada failed material terdapat bentuk busur
lingkaran. Busur tersebut akan berubah jika dipilih pusat gelincir yang berbeda.
3.3 Langkah Kerja
1. Buka Aplikasi Slide
 Klik analysis pada toolbar.
 Pilih project settings.
 Maka akan muncul dialog project settings.
 Klik general
 stress units : metric
 time units : days
 permeability : meters/second
 failure : right to left
 data output : maximum

 Klik Methods.
 Bishop simplified
 Janbu corrected
 Groundwater :
 Method dipilih Steady State FEA

 Transient : next
 Random numbers : next
 Design standars : next
 Advancecd : next
 Project summary : next
Klik OK.
2. Memasukkan Angka Jenjang
 Klik boundaries pada toolbar.
 Pilih Add external boundary.
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel]: 0,0
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,0
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,3
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,8
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,14
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,18.45
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,20
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,25
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 30,25
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 20,20
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 0,20
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : c (enter)
3. Membuat Dimension Length, Dimension Angle, Dimension x dan y
 Pilih dimension length pada Toolbar, lalu klik crest dan toe pada setiap bagian
panjang dan lebar jenjang sehingga di peroleh hasil seperti di bawah ini.
 Pilih dimension angle pada toolbar, lalu klik crest dan toe pada tangga jenjang
yang miring untuk mengetahui titik sudutnya maka akan diperoleh hasil seperti
ini.

4. Membuat Beban
 Pilih loading.
 Add distributed load.
 Magnitude : 24 kN/m2.
 Klik OK.
Enter firstpoint on boundary [esc = quit]: 30,25.
Enter first point on boundary [esc = quit]: 50,25.
5. Membuat Antar Material
 Klik boundaries pada toolbar.
 Pilih Add material boundary.
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel]: 0,9 (Tekan kiri/tengah mouse
bottom, geser tegak lurus hingga ke ujung lainnya) [enter/esc = done.]
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel]: 0,17 (Tekan kiri/tengah
mouse bottom, geser tegak lurus hingga ke ujung lainnya) [enter/esc =
done.]
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel]: 0,19 (Tekan kiri/tengah
mouse bottom, geser tegak lurus hingga ke ujung lainnya) [enter/esc =
done.]
 Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel]: 0,20 (Tekan kiri/tengah
mouse bottom, geser tegak lurus hingga ke ujung lainnya) [enter/esc =
done.]

6. Membuat Material Properties


 Klik properties pada toolbar.
 Pilih Define material .
 Material 1
 Name : Timbunan
 Colour : default
 Unit weight : 22
 Kohesion : 65
 Phi : 65

 Material 2
 Name : Lempung
 Colour : pale green
 Unit weight : 17
 Kohesion :7
 Phi :9
 Material 3
 Name : Lanau Pasir
 Colour : Light orange
 Unit weight : 16
 Kohesion :6
 Phi :8
 Material 4
 Name : Lanau Pasir2
 Colour : Gold
 Unit weight : 17
 Kohesion : 18,6
 Phi : 22
 Material 3
 Name : Batu Lempung
 Colour : Pink
 Unit weight : 22
 Kohesion : 63
 Phi : 60
 Klik OK.
7. Menampilkan Material Pada Jenjang
 Klik kanan pada area jenjang yang ingin di tampilkan materialnya.
 Pilih Assign materials.
 Pilih materialsoil 1, maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini.
 Pilih materialsoil 2, maka akan muncul tampilan seperti ini.
 Pilih material batubara, maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini.

 Klik surface di toolbar lalu pilih auto grid maka akan muncul kotak dialog
seperti ini
 Lalu isi kotak dialog tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
 Number of interval in x direction : 20
 Number of interval in y direction: 20
 Klik OK.

8. Menambahkan Muka Air Tanah (MAT)


 Pilih Steady State Groundwater
 Klik Mesh – Mesh Up – pilih Discreate – Mesh – OK

 MAT ditentukan
 Mesh > Set boundary conditions
Tombol paling kiri klik > isi Total Head> klik di bagian garis batas kanan >
apply
Tombol paling kiri klik > isi 5 > klik di bagian garis batas kiri > apply
Tombol vertikal > isi 0.01 (prediksi beban) > klik di batas garis paling atas >
apply
9. Mengetahui Nilai FS (Factor Keselamatan) 1, Analisis Pertama (Bishop
Simplified)
 Klik analysis di toolbar.
 Lalu pilih compute, lalu ganti nama file dan save.
 Setelah selesai tercompute maka, klik Analysis lagi pada toolbar.
 Pilih Interpret.
 Maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini.

 Klik querry pada toolbar.


 Lalu Pilih show slices, maka akan muncul tampilan seperti ini.
 Klik data pada toolbar, lalu pilih all surfaces maka muncul tampilan seperti di
bawah ini.

10. Mengetahui Nilai FS (Factor Keselamatan) 2, Analisis Kedua (Janbu Simplified)


 Masih pada mode/page Slide Interpret.
 Klik querry pada toolbar.
 Lalu Pilih show slices, maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini.
 Klik data pada toolbar, lalu pilih all surfaces maka muncul tampilan seperti ini.

3.4 Hasil
Dengan menggunakan program Slide 6.0 dapat diperoleh nilai FS (Faktor
Keamanan). Dengan parameter-parameter yang telah diketahui maka didapat nilai FS
berdasarkan 2 analisis yaitu Analisis Bishop Simplified dan Analisis Janbu Simplified.
Hasil Analisis Bishop Simplified

Didapat FS=1.622
Hasil Analisis Janbu Simplified
Didapat FS=1.786

Menurut Bowles (1984), apabila suatu lereng memiliki nilai FS > 1.25 yang
berarti gaya penahan lebih besar dari pada gaya penggerak, maka lereng tersebut berada
dalam keadaan stabil. Tetapi jika suatu lereng memiliki nilai 1.07 < FS < 1.25, maka
lereng tersebut berada dalam keasaan kritis. Dan bila suatu lereng memiliki nilai FS <
1.07, maka lereng tersebut berada dalam keadaan tidak stabil dan rawan terjadi longsor.

Klasifikasi faktor keamanan (Bowles, 1984)


FS KONDISI
FS < 1.07 Labil (Longsor biasa terjadi)
1.07 < FS < 1.25 Kritis (Longsor pernah terjadi)
FS > 1.25 Stabil (Longsor jarang terjadi)

Berdasarkan klarifikasi diatas, hasil perhitungan komputer menggunakan program


Slide 6.0 menunjukkan kondisi stabil.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Permodelan kondisi timbunan dan tanah dasar (Data Bor dan Lab 30) sebagai
berikut:

Dengan Spesifikasi Timbunan:


Berat Jenis (γ) = 22 kN/m3
Kohesi (c) = 65 kPa
Sudut geser (ϕ) = 65°
Tampilan Slide 6.0 Slope Stability sebelum di-running:

Tampilan Slide 6.0 Steady State Groundwater sebelum di-running:


Dari hasil analisis perhitungan komputer lereng tepi badan jalan menggunakan
program Slide 6.0 menunjukkan nilai Faktor Keamanan dari lereng menggunakan Data
Lab dan Bor 30 adalah 1,622 (dengan Analisis Bishop Simplified) dan 1,786 (dengan
Analisis Janbu Simplified). Itu berarti lereng pada Data 30 tersebut dalam kondisi stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Budhu, Muni. 2000. Soil Mechanics and Foundations(3rd ed.). United States of America:
Hamilton Printing Company.
Bowles, Joseph E., Hainim Johan K., 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika
Tanah), Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hardiyati Siti, Rahmawan Bagus P., Imam M.M., dan Indrastono D.A. 2014. Analisis Stabilitas
Lereng dan Alternatif Penanganannya (Studi Kasus Longsoran Jalan Alternatif
Tawangmangu STA 3+150 – STA 3+200, Karanganyar). Jurnal Karya Teknik Sipil,
Vol. 3, No. 3, Hal 573-585.

Inayatillah Attiya dan Darmadi. Ir. 2010. Analisis Kestabilan Lereng dengan Software
Rocscience Slide.

Permana Giwa W. 2016. Analisis Stabilitas Lereng dan Penanganan Longsoran Menggunakan
Metode Elemen Hingga Plaxis V.8.2 (Studi Kasus: Ruas Jalan Liwa – Simpang Gunung
Kemala STA.263+650). Skripsi Teknik Sipil Universitas Lampung.

Sarajar Alva N., Thyac Korah, dan Turangan A.E. 2014. Analisis Kestabilan Lereng dengan
Metode Janbu (Studi Kasus : Kawasan Citraland). Jurnal Sipil Statik Vol.2, No.1, Hal
22-28.

Anda mungkin juga menyukai