Disusun Oleh:
1. Rizki Dwi Novita 5111417008
2. Aang Ayu Khafifah 5111417029
3. Abdullah 5111417036
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami, selaku penyusun laporan ini dapat menyelesaikan tugas
Mata Analisis Stabilitas Lereng dan Perkuatan Tanah.
Laporan ini disusun sebagai syarat lulus dalam menempuh Mata Kuliah Analisis
Stabilitas Lereng dan Perkuatan Tanah. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dosen pengampu Mata Kuliah Analisis Stabilitas Lereng dan Perkuatan Tanah.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas besar ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Kestabilan lereng merupakan salah satu masalah yang penting yang harus diperhatikan
karena berkaitan dengan masalah keselamatan dalam konstruksi bangunan. Beberapa cara
mengurangi kegagalan dalam mengontrol stabilitas lereng antara lain dengan program
monitoring untuk pencegahan atau peringatan dini terhadap longsoran yang diperkirakan
akan terjadi ( Pulungan,2010).
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan
atau gumpalan tanah besar. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor pemicu. Analisis kestabilan lereng diperlukan untuk
memperhitungkan nilai faktor keamanan lereng (FS) dan desain lereng stabil, dengan
menggunakan bantuan software Rocscience Slide. Faktor Keamanan (Safety Factor)
merupakan perbandingan antara besarnya gaya penahan dengan gaya penggerak longsoran.
Apabila harga FS untuk suatu lereng > 1,0; yang artinya gaya penahan > gaya penggerak,
maka lereng tersebut berada dalam keadaan mantap/aman. Tetapi bila harga FS < 1,0; yang
artinya gaya penahan < gaya penggerak, maka lereng tersebut berada dalam kondisi tidak
aman dan mungkin akan terjadi longsoran pada lereng yang bersangkutan.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah bertujuan untuk mengevaluasi lereng dengan
menggunakan program Rocscience Slide v6.020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terzaghi (1923, dalam Craig, 1989 : 72) mengemukakan prinsip tegangan efektif yang
didasarkan pada data hasil percobaan. Prinsip tersebut hanya berlaku untuk tanah jenuh
sempurna. Tegangan-tegangan yang berhubungan dengan prinsip tersebut adalah :
a. Tegangan normal total (𝜎) pada bidang di dalam tanah, yaitu gaya per satuan luas yang
ditransmisikan pada arah normal bidang, dengan menganggap bahwa tanah adalah
maerial pada saja (fase tunggal).
b. Tekanan air pori (u), yaitu tekanan air pengisi pori-pori di antara partikel partikel padat.
c. Tegangan normal efektif (𝜎’) pada bidang, yang mewakili tegangan yang dijalarkan
hanya melalui kerangka tanah saja.
Hubungan dari ketiga tegangan di atas adalah sebagai berikut :
𝜎 = 𝜎’+ u
c = Kohesi (kN/m2)
Menurut Craig (1989 : 321), gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) cenderung
menyebabkan ketidakstabilan (instability) pada lereng alami (natural slope), pada lereng
yang dibentuk dengan cara penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan tanah (earth
dams).
a. Memperkecil gaya penggerak atau momen penggerak, yaitu dengan mengubah bentuk
lereng. Cara yang dilakukan yaitu :
1. Membuat lereng lebih datar, yaitu dengan mengurangi sudut kemiringan.
2. Memperkecil ketinggian lereng. Cara ini hanya dapat dipakai pada lereng yang
ketinggiannya terbatas, yaitu dalam hal kelongsoran yang bersifat “rational slide”.
Gambar 2. Memperkecil Sudut Kemiringan Lereng (Wesley, 1977)
b. Memperkecil gaya melawan, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Dengan memakai counterweight yaitu tanah timbunan pada kaki lereng.
2. Dengan mengurangi tegangan air pori di dalam lereng.
3. Dengan cara injeksi, yaitu dengan menambah tanah timbunan pada kaki lereng,
membuat selokan secara teratur pada lereng dengan mengurangi tegangan air pori
pada tanah, dengan menambahn bahan kimia atau semen dipompa melalui pipa
suapaya masuk ke dalam lereng.
4. Dengan cara mekanis, yaitu dengan membuat dinding penahan atau dengan
memancang tiang. Cara ini dilakukan jika lereng tersebut mempunyai tingkat
kelongsoran yang kecil.
dengan:
EL = Gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal pada penampang kiri
ER = Gaya antar irisan yang bekerja secara horizontal pada penampang kanan
XL = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertical pada penampang kiri
XR = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertical pada penampang kanan
α = Kemiringan lereng
30m
5m
Suatu jalan tol dibangun dengan lebar jalan 30 m dengan tebal perkerasan 30 cm
(berat jenis beton = 24 kN/m3) dan tebal subgrade 10 cm (berat jenis subgrade = 18
kN/m3), besar beban lalu lintas yang bekerja sebesar 15 kN/m 3dan tinggi timbunan 5
mdengan kemiringan lereng tepi badan jalan adalah 1 : 2 (Vertikal : Horizontal).
Perhitungan Beban
Beban mati :
Beban beton = Berat jenis x tebal = 24 x 0.3 = 7.2 kN/m2
Beban subgrade = Berat jenis x tebal = 17 x 01 = 1.8 kN/m2
Beban hidup :
Beban kendaraan = 15 kN/m2
Depth ( m )
Casing ( m )
Legend
Description
Depth Blow Count N - Value / 30 cm
N Depth ( m )
(m)
N0 N1 N2 10 20 30 40 50 60
Lanau lempung pasiran, warna
1,00 coklat, konsistensi sedang
-1,00 1,0
Lanau pasiran, warna putih keabu-
abuan, konsistensi sedang
2,0 1.55 - 2.00 2 3 3 6
2,00
7,0
7,00 - 7,55
9,0
-9,55
14,0 Lanau batu lempung, warna abu- 13.55 - 13.80 17 50/10 >50
abu, konsistensi sangat keras
17,0 6,45
Deskripsi
Kedalaman
Jenis Tanah Relative Density
0,00 - 1,00 Lempung Medium
1,00 - 3,00 Lanau Pasir Medium
3,00 - 4,00 Lanau Pasir Stiff
4,00 - 6,00 Lanau Pasir Stiff
6,00 - 9.55 Lanau Pasir Stiff
9.55 - 11.55 Lanau Pasir Stiff
11.55 - 13.55 Lanau Pasir Very Stiff
13.55 - 20,00 Batu Lempung Hard
Tabel hasil boring log diatas menunjukkan nilai N-SPT terhadap kedalaman untuk
boring dengan menganggap untuk mencapai tanah keras nilai SPT lebih besar atau sama
dengan 50 pukulan/30 cm, maka untuk boring log tersebut kedalaman tanah keras
ditemukan pada kedalaman 13,55 m.
Resume Tabel Hasil Uji Laboratorium (Tanah Tak Terganggu)
Berdasarkan Resume Laboratorium Tes diatas dapat simpulkan bahwa tanah pada
kedalaman 3,00 - 3,55 memiliki berat jenis (Gs) 2,68 adalah jenis tanah pasir, karena
rentan berat jenis pasir dari 2,65-2,68. Dengan batas cair 26,76% dan index plastitas
18,47% serta analisis butiran sand (pasir) mencapai 49,53 %. Lalu pada tanah kedalaman
7,00 - 7,55 memiliki berat jenis (Gs) 2,67 adalah jenis tanah pasir, karena rentan berat jenis
pasir dari 2,65-2,68. Dengan batas cair 35,03% dan index plastitas 8,17% serta analisis
butiran sand (pasir) mencapai 47,73 %
Jenis Tanah Berat jenis, Gs
Kerikil 2,65 – 2,68
Pasir 2,65 – 2,68
Lanau anorganik 2,62 – 2,68
Lempung anorganik 2,58 – 2,65
Lempung organik 2,68 – 2,75
3.2 Modelling
Rocscience slide adalah salah satu software geoteknik yang mempunyai spesialisasi
sebagai software perhitungan kestabilan lereng. Padadasarnya Rocscience slide adalah
swedge, roclab, phase2, rocplane, dan rocdata. Secara umum langkahan analisis kestabilan
lereng dengan Rocscience slide adalah pemodelan, identifikasi metode dan parameter
perhitungan, identifikasi material, penentuan bidang gelincir, running/kalkulasi, dan
interpretasi nilai FoS dengan software komplemen slide bernama slide interpret.
Analisis kestabilan lereng mempunyai tingkat kerumitan yang cukup tinggi dan
mempunyai banyak variabel. Selain itu akurasi kestabilan lereng juga sangat dipengaruhi
oleh akurasi parameter yang dimasukkan terkait kondisi sebenarnya. Perhitungan detail dan
unsure ketidak pastiannya cukup besar (diwakilioleh parameter probality) sehingga jika
perhitungan dilakukan manual akan memakan waktu yang cukup lama dan akurasinya tidak
maksimal. Oleh Karena itu analisis kestabilan lereng semakin banyak digunakan di dunia
industry maupun pendidikan. Tetapi yang menjadi syarat utama seseorangs ebelum
menggunakan Software adalah pemahaman terhadap konsep perhitungan tersebut.
Rocscience slide banyak digunakan di industry khususnya pertambangan dan kontruksi
khususnya tanggul, bendungan, dan lereng pada sisi jalan.
3.2.1 Pemodelan
Pemodelan geometri yang akan dianalisis biasa dilakukan langsung
Rocscience slide. Tetapi untuk memenuhi geometri sesuai denah kondisi asli cara
ini kurang teliti. Untuk itu pemodelan dilakukan dengan software lain seperti
AutoCAD. Selanjutnya section tersebut dimodifikasi dengan AutoCAD sesuai
dengan geometri desain yang diinginkan. Section yang akan disajikan ke
Rocscience slide juga bias dipersempit hanya pada bagian yang akan dianalisis.
Setelah geometri siap selanjutnya adalah memasukkan geometri tersebut ke
Rocscience slide. Setelah aplikasi Rocscience slide dibuka langkah pertama adalah
membuat nama file baru, kemudian mengambil gambar dalam format DXF melalui
langkah file-import-import DXF.
Klik Methods.
Bishop simplified
Janbu corrected
Groundwater :
Method dipilih Steady State FEA
Transient : next
Random numbers : next
Design standars : next
Advancecd : next
Project summary : next
Klik OK.
2. Memasukkan Angka Jenjang
Klik boundaries pada toolbar.
Pilih Add external boundary.
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel]: 0,0
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,0
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,3
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,8
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,14
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,18.45
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,20
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 50,25
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 30,25
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 20,20
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : 0,20
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel] : c (enter)
3. Membuat Dimension Length, Dimension Angle, Dimension x dan y
Pilih dimension length pada Toolbar, lalu klik crest dan toe pada setiap bagian
panjang dan lebar jenjang sehingga di peroleh hasil seperti di bawah ini.
Pilih dimension angle pada toolbar, lalu klik crest dan toe pada tangga jenjang
yang miring untuk mengetahui titik sudutnya maka akan diperoleh hasil seperti
ini.
4. Membuat Beban
Pilih loading.
Add distributed load.
Magnitude : 24 kN/m2.
Klik OK.
Enter firstpoint on boundary [esc = quit]: 30,25.
Enter first point on boundary [esc = quit]: 50,25.
5. Membuat Antar Material
Klik boundaries pada toolbar.
Pilih Add material boundary.
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel]: 0,9 (Tekan kiri/tengah mouse
bottom, geser tegak lurus hingga ke ujung lainnya) [enter/esc = done.]
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel]: 0,17 (Tekan kiri/tengah
mouse bottom, geser tegak lurus hingga ke ujung lainnya) [enter/esc =
done.]
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel]: 0,19 (Tekan kiri/tengah
mouse bottom, geser tegak lurus hingga ke ujung lainnya) [enter/esc =
done.]
Enter vertex [ = table, cirle =, esc = cancel]: 0,20 (Tekan kiri/tengah
mouse bottom, geser tegak lurus hingga ke ujung lainnya) [enter/esc =
done.]
Material 2
Name : Lempung
Colour : pale green
Unit weight : 17
Kohesion :7
Phi :9
Material 3
Name : Lanau Pasir
Colour : Light orange
Unit weight : 16
Kohesion :6
Phi :8
Material 4
Name : Lanau Pasir2
Colour : Gold
Unit weight : 17
Kohesion : 18,6
Phi : 22
Material 3
Name : Batu Lempung
Colour : Pink
Unit weight : 22
Kohesion : 63
Phi : 60
Klik OK.
7. Menampilkan Material Pada Jenjang
Klik kanan pada area jenjang yang ingin di tampilkan materialnya.
Pilih Assign materials.
Pilih materialsoil 1, maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini.
Pilih materialsoil 2, maka akan muncul tampilan seperti ini.
Pilih material batubara, maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini.
Klik surface di toolbar lalu pilih auto grid maka akan muncul kotak dialog
seperti ini
Lalu isi kotak dialog tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
Number of interval in x direction : 20
Number of interval in y direction: 20
Klik OK.
MAT ditentukan
Mesh > Set boundary conditions
Tombol paling kiri klik > isi Total Head> klik di bagian garis batas kanan >
apply
Tombol paling kiri klik > isi 5 > klik di bagian garis batas kiri > apply
Tombol vertikal > isi 0.01 (prediksi beban) > klik di batas garis paling atas >
apply
9. Mengetahui Nilai FS (Factor Keselamatan) 1, Analisis Pertama (Bishop
Simplified)
Klik analysis di toolbar.
Lalu pilih compute, lalu ganti nama file dan save.
Setelah selesai tercompute maka, klik Analysis lagi pada toolbar.
Pilih Interpret.
Maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini.
3.4 Hasil
Dengan menggunakan program Slide 6.0 dapat diperoleh nilai FS (Faktor
Keamanan). Dengan parameter-parameter yang telah diketahui maka didapat nilai FS
berdasarkan 2 analisis yaitu Analisis Bishop Simplified dan Analisis Janbu Simplified.
Hasil Analisis Bishop Simplified
Didapat FS=1.622
Hasil Analisis Janbu Simplified
Didapat FS=1.786
Menurut Bowles (1984), apabila suatu lereng memiliki nilai FS > 1.25 yang
berarti gaya penahan lebih besar dari pada gaya penggerak, maka lereng tersebut berada
dalam keadaan stabil. Tetapi jika suatu lereng memiliki nilai 1.07 < FS < 1.25, maka
lereng tersebut berada dalam keasaan kritis. Dan bila suatu lereng memiliki nilai FS <
1.07, maka lereng tersebut berada dalam keadaan tidak stabil dan rawan terjadi longsor.
Inayatillah Attiya dan Darmadi. Ir. 2010. Analisis Kestabilan Lereng dengan Software
Rocscience Slide.
Permana Giwa W. 2016. Analisis Stabilitas Lereng dan Penanganan Longsoran Menggunakan
Metode Elemen Hingga Plaxis V.8.2 (Studi Kasus: Ruas Jalan Liwa – Simpang Gunung
Kemala STA.263+650). Skripsi Teknik Sipil Universitas Lampung.
Sarajar Alva N., Thyac Korah, dan Turangan A.E. 2014. Analisis Kestabilan Lereng dengan
Metode Janbu (Studi Kasus : Kawasan Citraland). Jurnal Sipil Statik Vol.2, No.1, Hal
22-28.