Anda di halaman 1dari 36

TUGAS TAKE HOME

TEKNOLOGI BAHAN
GEOSINTETIK

DISUSUN OLEH :
SUHERI HAMZAH
NIM. MTS153410820

YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TEKNIK SIPIL
SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya pada kami, salawat beserta salam semoga Allah limpah curahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya sampai akhir
zaman.
Upaya maksimal telah saya lakukan untuk menyelesaikan laporan tugas ini dengan
harapan dapat mencapai hasil sebaik mungkin. Saya menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih kurang dari harapan mengingat kemampuan yang dimiliki terbatas.
Sehingga, kritik dan saran kami harapkan untuk kemajuan pengetahuan serta
kemampuan kami untuk kedepannya. Laporan ini juga tidak akan berhasil tanpa berbagai
pihak yang telah rela membantu pembuatannya. Maka saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.
Akhirnya, saya berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan
pemikiran bagi saya khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Agustus 2106
Penulis

DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar ............................................................................................................ 1
Daftar Isi ..................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II

........................................................................................ 3

PEMBAHASAN......................................................................................... 4
A. PENGERTIAN DAN GAMBARAN UMUM GEOSINTETIK .......... 4
B. PENGGUNAAN GEOSINTETIK ...................................................... 9
1. Penggunaan Pada Perkerasan Jalan Tanah/JAPAT ....................... 10
2. Penggunaan Pada Perkerasan Jalan Permanen ............................. 10
3. Penggunaan Pada Lapis Ulang Perkerasan Aspal ........................ 10
4. Penggunaan Pada Jalan Kereta Api ...............................................11
5. Penggunaan Pada Reklamasi Pengurugan Diatas Tanah Lunak .. 12
6. Penggunaan Pada Embankment Tanah ..........................................13
7. Penggunaan Pada Lereng/Talud yang Diperkuat (Reinforced Slopes)
....................................................................................................... 14
8. Penggunaan Pada Pencegahan/Penahan Erosi.............................. 15
9. Penggunaan Pada Drainage Bawah Tanah ....................................16
C. KARAKTERISTIK TEKNIK GEOSYNTHETICS UNTUK
PERENCANAAN................................................................................16
1. Karakteristik Fisis ........................................................................ 16
2. Karakteristik Mekanis .................................................................. 17
3. Karakteristik Hidrolis ................................................................... 20
D. ASPEK DASAR PERENCANAAN GEOSYNTHETICS ................ 22
1. Geotextile Sebagai Drainage dan Filter (Filtration) .................... 22
2. Geotextile dan Geomembrane sebagai Separator ......................... 23
3. Geosynthetics sebagai Reinforcer ............................................... 24

BAB III

KESIMPULAN ....................................................................................... 36

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 37

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ilmu rekayasa teknik sipil seperti geoteknik salah satu permasalahan
yang terjadi adalah daya dukung tanah yang tidak sesuai dengan harapan. Dimana
kondisi ini dapat membahayakan struktur yang ditopangnya. Untuk itu perlu dilakukan
perbaikan atau perkuatan tanah agar daya dukung tanah bisa meningkat.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk melakukan hal tersebut. Seperti
compaction, sand drain, geosintetis dan lain-lain. Salah satu yang sering digunakan
adalah dengan geosintetis. Geosintetis
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalh ini adalah sebagai berikut :
a. Pengertian dan gambaran umum geosintetik.
b. Penggunaan geosintetik.
c. Karakteristik teknik Geosynthetics untuk perencanaan.
d. Aspek dasar perencanaan Geosynthetics
C. Metode Penulisan
Metode
penulisan

yang

dilakukan

adalah

studi

pustaka

dan

menginterpretasikannya dengan pengetahuan pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN GAMBARAN UMUM GEOSINTETIK
Geosintetik merupakan Istilah umum untuk produk berbentuk lembaran yang
terbuat dari bahan polimer lentur,digunakan dengan tanah, batuan, atau material
geoteknik lainnya, sebagai suatukesatuan pekerjaan buatan manusia, struktur, maupun
sistem (ASTM D 4439).
Geotekstil adalah Produk geosintetik yang terdiri dari jaringan yang beraturan
dan terhubung satu samalainnya, dengan ukuran bukaan lebih besar dari 6,35 mm
sehingga memungkinkanuntuk saling mengunci dengan tanah, batuan ataupun struktur
lain di sekitarnya sertamemiliki fungsi primer sebagai perkuatan (ASTM D
4439).Geosintetik (geosynthetic) adalah bahan sintetis (pada umumnya dari bahan
plastik) yang digunakan untuk aplikasi teknik sipil dalam lingkungan tanah.
Bahan geosintetik mulai dikenal dan digunakan di dunia pada awal tahun 1970an. Sejak tahun 1990-an, bahan geosintetik sudah mulai banyak digunakan pada
proyek-proyek di Indonesia.
Pada penggunaannya, bentuk geomembrane, geolinear element, geogrid dan
geocomposite. Bentuk-bentuk tersebut timbul karena fungsinya yang beragam yaitu
sebagai drainage, filtration, separation, protection and erosion control, dan
reinforcement. Disaimping itu, juga diberikan parameter-parameter teknik sipil dari
bahan geosynthetics yang diperilikan dalam perencanaan. Beberapa aspek dasar
perencanaan geosynthetics sebagai drainage, filtration, separation, dan reinforcement
diuraikan secara ringkas.
Pengertian Geosynthetics
Menurut ICI Fibres (1986) adalah "a synthetic material used in a soil (geo)
environment". Jadi semua bahan-bahan sintetis yang digunakan dalam pekerjaan
teknik bangunan dan bahan tersebut berada dalam lingkungan tanah dapat disebut
sebagai geosynthetic. Selain dari itu, istilah geosynthetics juga hanya diperuntukkan
5

bagi yang terbuat dari bahan sintetis (tiruan/buatan) saja. Hal ini untuk membedakan
dengan bahan-bahan lain yang bukan dari bahan sintetis yang sebelumnya juga telah
banyak dibuat orang untuk maksud-maksud yang hampir sama dengan salah satu
fungsi geosynthetics. Misalnya sebagai geotextile, sering digunakan anyaman bambu
dan rerumputan sebagai lapisan penguat di bawah timbunan tanah atau badan jalan.
Meskipun dapat dianggap sebagai geotextile, yang disebut terakhir tersebut tidak
dapat digolongkan sebagai geosynthetics.
Geosynthetics

merupakan

produk

modern

karena

penggunaan

bahan

geosynthetics baru mulai dirintis pada dekade tahun 1960-an. Pada tahun 1970-an
barulah dimulai penggunaan bahan-bahan geosynthetics pada banyak proyek-proyek
sipil, dan untuk pertama kalinya diadakan seminar masalah ini pada International
Conference on tile Use of Fabrics in Geosynthetics di Paris, tahun 1977. Sejak itulah
penggunaan geosynthetics meluas keseluruh dunia. Pada tahun 1983 barulah dibentuk
International Geotextile Society (IGS), sebagai hasil dari the Second International
Cenference on Geotextile di Las Vegas, tahun 1982, yang diikuti oleh wakil-wakil dari
42 negara di dunia.
Pada perkembangannya timbul bermacam-macam bentuk geosynthetics sesuai
dengan fungsi dan penggunaannya. Dari berbagai variasi bentuk geosynthetics
tersebut, dapat digolongkan beberapa bentuk dasar yaitu (ICI Fibres, 1986)
1. Geotextile : yaitu yang berbentuk menyerupai bahan textil (rajutan seperti bahan
kain).
2. Geomembrane :yaitu yang berbentuk lapisan tipis yang kedap air dan berfungsi
menyerupai membrane.
3. Geo-linear elements : yaitu yang bentuknya berupa lajur-lajur tunggal berdiri
sendiri-sendiri, baik berwujud pipih maupun seperti pipa, yang umumnya
berfungsi untuk memperkuat tanah.
4. Geogrids : yaitu yang berbentuk seperti anyaman dalam grid besar-besar
menyerupai bentuk jaring (net).
5. Geocomposites : yaitu bahan sintetis yang terdiri dari dua atau lebih kombinasi dari
bahan-bahan geosynthetics yang berbeda, atau juga bahan-bahan sintetis yang
bentuknya tidak termasuk dalam empat bentuk geosynthetics tersebut di atas.
Bentuk geocomposites ini juga dikenal sebagai bentuk hybrid.
6

Bahan dasar geosynthetics pada umumnya adalah serat sintetis seperti :


polypropylene, polyethylene, polyester, dan polyamide, namun demikian serat buatan
seperti cellulose dan rayon juga banyak digunakan. Sebagian dari manufacture bahan
geosynthetics bahkan juga menggunakan bahan serat alam seperti kapas dan jute
(bahan karung goni) sebagai bahan campuran serat. Keunggulan penggunaan bahan
serat sintetis dibanding bahan-bahan yang lain ialah terutama ketahanannya terhadap
pelapukan/umur merupakan syarat utama bagi bahan-bahan konstruksi dalam tanah
(harus tahan lama).
Dari fungsinya, bahan geosynthetics umumnya digunakan untuk lima tuiuan
dasar, yaitu untuk fungsi :
1. Drainage sebagai pengalir air tanah yang baik.
2. Filtration, sebagai penyaring dan penahan partikel tanah halus supaya tidak terbawa
oleh aliran rembesan air tanah.
3. Separation, sebagai pemisah dua lapisan (tanah dengan tanah, atau tanah dengan
cairan) supaya tidak bercampur
4. Protection and erosian control, sebagai pencegah erosi dan gerusan.
5. Reinforcement, sebagai penguat dan pemegang tanah.
Pada pelaksanaannya, geosynthetics hampir selalu digunakan untuk lebih dari
satu fungsi, kecuali geolinear element yang berfungsi hanya untuk reinforcement saja.
Untuk itu, dapat diringkas bermacam-macam aplikasi geosynthetics berdasarkan
bentuk dan fungsinya seperti pada tabel berikut:
Pada dasarnya, geosintetik terbagi menjadi dua yaitu tekstil dan jaring (web).
Berdasarkan bahannya, kedua jenisgeosintetik dibagi menurut bahan sintetik dan
alami. Sebagian besar geosintetikterbuat dari polimer sintetik seperti polipropilena
(PP), poliester (PET) atau polietilena(PE). Material polimer tersebut sangat tahan
terhadap degradasi biologis dan kimiawi.Jenis lain yang jarang digunakan adalah
poliamida (PA) atau nilon dan serat kaca.Bahan alami (seperti serat kapas, rami) juga
dapat digunakan seperti geotekstil,terutama untuk aplikasi yang bersifat sementara.
Berdasarkan sifat permeabilitas, geosintetik terbagi menjadi kedap air dan lolos
air. Geotekstil adalah jenis geosintetik yang lolos air yang berasal dari bahan

tekstil.Geomembran merupakan jenis geosintetik kedap air yang biasa digunakan


sebagaipenghalang zat cair.
Dalam proses pembuatan geotekstil, elemen tekstil seperti serat-serat atau
beberapauntaian serat (yarn) dikombinasikan menjadi struktur tekstil lembaran.
Elemen tersebutdapat berupa filamen (serat menerus) berbentuk benang polimer tipis
dan panjangatau serabut serat (staple fiber) berbentuk filamen pendek dengan panjang
antara 20-150 mm. Elemen tekstil tersebut juga dapat dibuat dengan memotong suatu
lembaranplastik atau film untuk membentuk pita tipis datar. Pada filamen dan
potongan film (slitfilm), proses pengeluaran atau penarikan akan memanjangkan
polimer dalam arahpenarikan sehingga meningkatkan kekuatan filamen.
Jenis geotekstil kemudian dibagi berdasarkan metode yang digunakan
untukmengkombinasikan filamen atau pita menjadi struktur lembaran. Jenis geotekstil
yangutama adalah tak-teranyam (non-woven) dan teranyam (woven). Geotekstil
teranyamterbuat dari monofilamen, multifilamen, fibrillated yarns atau dari potongan
film danpita. Proses penganyaman untuk geosintetik teranyam sama dengan
pembuatan tekstilbiasa. Geotekstil tak-teranyam dilakukan dengan teknologi canggih
dimana seratpolimer atau filamen didesak keluar dan dipuntir secara menerus, ditiup
atauditempatkan pada suatu sabuk berjalan. Kemudian massa filamen atau serat
tersebut. Disatukan dengan proses mekanis dengan tusukan jarum-jarum kecil atau
disatukandengan panas dimana serat tersebut dilas oleh panas dan/atau tekanan pada
titikkontak serat dengan massa teksil tak-teranyam.
Geogrid merupakan suatu contoh dari jenis geosintetik yang berbentuk jaring
(web). Fungsi geogrid yang utama adalah sebagai perkuatan. Geogrid dibentuk oleh
suatujaring teratur dengan elemen-elemen tarik dan mempunyai bukaan berukuran
tertentusehingga saling mengunci (interlock) dengan bahan pengisi di sekelilingnya.

Tabel 1. Hubungan Antara Bentuk dan Fungsi Geosynthetics.

B. PENGGUNAAN GEOSYNTHETICS

Geosynthetics telah digunakan secara luas di lapangan. Berikut ini diberikan


beberapa contoh penggunaan bahan geosynthetics (ICI Fibres, 1985) sebagai berikut :
Penggunaan Geotextiles :
Geotextiles merupakan bahan geosynthetics yang paling luas penggunaannya
dalam bidang teknik sipil. Penggunaan geotextile yang paling umum adalah untuk
hal-hal sebagai berikut :
1. Penggunaan pada Perkerasan Jalan Tanah/JAPAT (sementara)
Disini geotextile dihamparkan di atas tanah dasar yang lunak dan kemudian
di atas geotextile ditimbunkan bahan-bahan granular (bergradasi kasar). Fungsi
geotextile disini adalah sebagai separator (pemisah), reinforcer (penguat) dan
filter (penyaring). Sebagai separator, geotextile mencegah bercampurnya bahan
dengan tanah subgrade yang lunak dengan bahan timbunan di atasnya. Sebagai
reinforcer, geotextile berfungsi sebagai lapisan penahan tegangan tarik dari
lapisan perkerasan. Tegangan tarik tersebut terjadi karena adanya deformasi dari
lapisan perkerasan akibat beban roda kendaraan sehingga terjadilah tegangan tarik
pada geotextile tersebut. Adanya tegangan tersebut menaikkan daya dukung
perkerasan tersebut. Sebagai filter, bahan geotextile tersebut menahan butiran
tanah dasar supaya tidak "lari" (keatas) kearah bahan timbunan yang bergradasi
kasar bilamana ada aliran air tanah keatas akibat "pumping" oleh roda kendaraan,
terutama kendaraan berat. Penggunaan geotextile ini dapat dilihat pada Gambar
1.a.
2. Penggunaan Pada Perkerasan Jalan Permanen
Geotextile dihamparkan antara lapisan tanah subgrade yang lunak dan
berbutir halus dan lapisan base course dari tanah granular (pasir atau kerikil).
Disini bahan geotextile tersebut berfungsi terutama untuk separator filter.
Bilamana pada tanah dasar terjadi deformasi, misalnya akibat muatan roda truck
yang berlebihan atau akibat adanya konsolidasi yang tidak sama dari tanah
subgrade, geotextile juga berfungsi sebagai reinforcer. Contoh penggunaannya
seperti pada Gambar 1.b.
10

3. Pada Lapis Ulang Perkerasan Aspal


Disini geotextile diletakkan di bawah lapis ulang aspal, di atas muka jalan
aspal yang lama. Fungsi geotextile disini adalah untuk penguat dan pemegang
permukaan aspal yang lama. Adanya geotextile disini mencegah menjalarnya
retak (cracking) pada lapisan aspal lama kepada lapisan tambahan yang baru,
sebagaimana halnya sering terjadi pada perkerasan lapis ulang tanpa bahan
geotextile. Jadi geotextile disini berfungsi sebagai reinforcer. Contohnya dapat
dilihat pada Gambar 1.c.

Gambar 1. Penggunaan Goetextile pada Perkerasan Jalan.

4. Penggunaan Pada Jalan Kereta Api


Geotextile diletakkan diantara lapisan balast dan tanah dasar yang lunak.
Tujuannya ialah supaya jangan sampai terjadi penyampuran antara tanah dasar
11

yang berbutir, halus dengan lapisan kerikil balast. Juga bilamana terjadi banjir
pada badan balast, dapat dicegah larinya partikel halus tanah dasar menuju lapisan
balast. Disini geotextile berfungsi sebagai separator dan filter, seperti pada
gambar berikut

Gambar 2. Penggunaan Geotextile pada Jalan Kereta Api.

5. Penggunaan Pada Reklamasi Pengurugan Diatas Tanah Lunak


Reklamasi dengan cara pengurugan pada tanah lunak/rawa-rawa biasanya
harus dilakukan sepotong demi sepotong, dan tidak dapat sekaligus. Disamping
itu, untuk pekerjaan pengurugan diperlukan alat-alat berat. Problema yang timbul
dengan tanah lunak ialah bahwa alat-alat berat tersebut biasanya tidak dapat
beroperasi di atas tanah yang lunak dan berlumpur karena roda-roda kendaraan
mudah ter "jeblos" dalam lumpur. Disamping itu, pada pengurugan tanah
sepotong demi sepotong biasanya sukar dilaksanakan karena urugan tersebut
mudah "ambles" kedalam tanah dasar akibat daya dukung tanah dasar yang sangat
kecil. Biasanya di tepi-tepi urugan, tanah dasar tersebul keluar akibat adanya
"bearing-capacity failure". Penghamparan lapisan geotextile di atas tanah dasar
umumnya menyebabkan alat-alat berat dapat berjalan di atasnya tanpa terperosok.
Selain itu sistem pengurugan juga dapat diatur sehingga tidak terjadi bearing
capacity failure sebagaimana terlihat pada gambar dibawah. Disini geotextile
berfungsi sebagai reinforcer dan separator.

12

Gambar 3. Penggunaan geotextile pada reklamasi diatas tanah lunak.

6. Penggunaan Pada Embankment Tanah


Geotextile umumnya dihamparkan di dasar embankment yang harus
dibangun di atas tanah lunak. Fungsi geotextile disini adalah sebagai separator
dan reinforcer. Adanya geotextile sebagai pemisah memudahkan pengurugan
embankment tersebut karena tidak banyak material timbunan yang hilang karena
masuk kedalam lapisan tanah dasar. Sedangkan sebagai reinforcer, adanya
geotextile juga meningkatkan daya dukung tanah dasar sehingga timbunan dapat
dibuat lebih tinggi. Embankment juga dapat diletakkan di atas tiang-tiang
pancang (atau sand column dan stone column). Fungsi geotextile adalah untuk
memindahkan beban timbunan keatas tiang-tiang pancang tersebut seperti terlihat
pada gambar berikut

Gambar 4. Penggunaan geotextile di bawah embankment.

7. Pada Lereng/Talud yang Diperkuat (Reinforced Slopes) :


Bahan geotextile dapat dipakai sebagai reinforcer pada tanah di talud yang
relatip curam sehingga talud tersebut tidak dapat runtuh sebagaimana terlihat pada
Gambar 5. Bilamana bahan geotextile tersebut cukup tebal, masing-masing
lembaran geotextile tersebut juga dapat berfungsi sebagai pengalir air tanah
13

(drainage) arah horizontal. Akan tetapi fungsi geotextile sebagai drainage murni
seperti ini praktis sudah tidak diabaikan orang lagi karena sudah ada jenis-jenis
geocomposite yang jauh lebih effective sebagai drainage.

Gambar 5. Penggunaan Geotextile pada Talud Tanah yang Diperkuat

8. Pada Pencegahan/Penahan Erosi


Disini geotextile bukan benar-benar sebagai pencegah erosi langsung tetapi
geotextile lebih berfungsi sebagai filter atau juga sebagai pembungkus.
Contohnya seperti terlihat pada gambar berikut

Gambar 6. Penggunaan geotextile pada struktur pencegah erosi.

Gambar a menunjukkan penggunaan geotextile di tepi lereng pantai. Batu-batu


besar berfungsi sebagai pemecah combak sehingga tidak menggerus pantai.
Geotextile disini berfungsi sebagai filter mencegah larinya partikel tanah dasar
keluar kearah lapisan batuan proteksi lereng pantai. Pada Gambar.b terlihat
14

penggunaan geotextile pada tanggul pemecah gelombang. Geotextile disini


berfungsi sebagai filter dan separator. Ada kalanya untuk menghindarkan erosi
akibat gelombang dan aliran air yang cukup deras (pada sungai-sungai misalnya)
digunakan lapisan geotextile sebagai pembungkus beton tak bertulang. Bahan
geotextile dapat dirakit dan dijahit sesuai dengan design yang diinginkan seperti
terlihat pada Gambar.c.
9. Pada Drainage Bawah Tanah
Disini geotextile digunakan terutama sebagai filter dari suatu sistem
drainage bawah tanah seperti terlihat pada gambar berikut

Gambar 7. Penggunaan geotextile pada drainage bawah tanah.

C. KARAKTERISTIK TEKNIK GEOSYNTHETICS UNTUK PERENCANAAN


Untuk perencanaan, perlu diketahui bagaimana memilih bahan geosynthetics.
Pilihan tersebut umumnya berdasarkan karakteristik teknik bahan geosynthetis.
Karakteristik teknik tersebut meliputi antara lain karakteristik fisis (physical
characteristics), mekanis (mechanical characteristics), dan hidrolis (hydraulic
characteristics).
1. Karakteristik Fisis
Karakteristik Fisis yang pokok meliputi :
a. Berat,
b. Ketebalan, dan
c. Berat satuan atau juga berat jenis.

15

Berat dan ketebalan bahan biasanya merlipakan satu bagian dari kekuatan
bahan. Makin tinggi kekuatan bahan biasanya juga makin berat dan tebal
bahannya. Berat jenis bahan diperlukan kadang-kadang untuk mengetahui apakah
bahan tersebut tenggelam atau mengapung dalam air. Hal ini terutama untuk
pekerjaan di bawah air.
Selain karakteristik pokok di atas, beberapa pembuat bahan geosynthetics
juga memberikan karakteristik tambahan seperti : lebar gulungan untuk bahan
geotextile, titik leleh (temperatur leleh) bahan, panjang bahan per gulungan,
temperatur lapangan maximun/minimum yang disarankan untuk aplikasi bahan
geosynthetics tersebut, dan lain-lain. Karakteristik ini biasanya relative tidak
terlalu penting untuk perencanaan.

2. Karakteristik Mekanis
Karakteristik Mekanis merupakan karakteristik yang sangat penting untuk
perencanaan. Karakteristik mekanis ini meliputi :
a. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
Yaitu besamya gaya untuk menarik bahan Geosynthetics sampai putus.
Sifat

ini

diperlukan

gaya/tegangan tarik.

untuk

mengetahui

kekuatan

bahan

terhadap

Biasanya juga diberikan besamya pertambahan

panjang/lebar (oloran) pada saat tarik maksimum.


Karena aplikasinya yang bermacam-macam di lapangan, bahan
geotextile dan geomembrane di syaratkan untuk dilengkapi dengan berbagai
macam kekuatan tarik dari bermacam-macam test tarik, diantaranya (ICI
Fibres, 1986)

50 mm strip tensile strength : untuk menentukan kuat-tarik bahan dengan


lebar sempit.

Grab tensile strength : untuk mengetahui kemampuan bahan geotextile


dalam menyebarkan muatan (tarik) terpusat dengan arah sejajar lembaran
geotextile.

Wide width tensile strength : memberikan kemampuan tarik bahan


dengan deformasi lateral sekecil-kecilnya.
16

Test untuk ini biasanya dilakukan pada lebar lembaran 200 mm sampai
1000 mm. Test ini biasajuga disebut sebagai Plain Strain Tensile Test.
Pada test kekuatan tarik biasanya juga diberikan sifat-sifat creep
(rangkak) dari bahan pada tegangan/beban tetap.
b. Kekuatan Pecah (Burst Strength)
Yang dimaksud kekuatan pecah disini adalah kekuatan bahan dalam
menerima beban terpusat dalam arah tegak lurus lembaran geotextile. Beban
terpusat ini dapat berupa busting load atau puncturing load. Bursting load
terjadi bila geotextile harus menerima beban terpusat pada luasan yang relatip
sempit, arah tegak lurus lembaran geotextile. Seperti terlihat pada Gambar
17 (dari Giroud, 1982), kemungkinan bursting terjadi pada lengkunganlengkungan diantara batuan atau lubang kecil.
Puncturing load (beban "coblos") adiah beban tegak lurus lembaran
geotextile akibat muatan yang bersudut runcing yang cenderung mencoblos
lembaran. Kondisi ini dapat timbul akibat sudut-sudut yang runcing dari
batuan/agregat dimana bahan geotextile tersebut berfungsi sebagai separator,
filter, ataupun reinforce (Gambar 17). Oleh sebab itu kekuatan pecah dapat
dicari dengan beberapa cara antara lain :

Mullen bursting test dilakukan dengan memaksa sebuah bola tertentu


menekan permukaan geotextile sampai bahan geotextile sampai bahan
geotextile pecah (burst).

CBR plunger test : Dilakukan dengan cara menekankan batang penetrasi


CBR secara tegak lurus kepermukaan geotextile yang dijepit disinya
sampai bahan pecah dan batang, penetrasi CBR (diamater 3 cm)
menembus bahan.

17

Gambar 8. (a) Di atas lapisan batuan;


(b) Pada lubang-lubang gap/celah kecil ; (c) Batuan terisolir.

Kekuatan bahan terhadap coblosan menipakan bagian dari kekuatan robek


(tear strength) yang akan dibahas berikut.
c. Kekuatan Robek (Tear Strength)
Kekuatan Robek perlu diketahui untuk mendapatkan ketahanan bahan
terhadap menjalarnya robekan dalam kondisi menahan tensile. Juga tear
strength diperlukan pada saat bahan menerima beban coblos (puncture).
Untuk maksud tersebut, tear strength diberikan dari hasil :

Trape zoidal tear test : Test ini dilakukan dengan menarik bahan
geotextile yang sudah dirobek dengan pola tertentu. Kekuatan robek
merupakan gaya dimana robekan mulai menjalar keseluruh lembaran.

Cone drop test : Test ini dilaktikan dengan menjatuhkan sebuah kerucut
berujung runcing tegak lurus keatas lembaran geotextile yang dijepit
sisinya. Test ini untuk mendapatkan kekuatan coblos (Puncturing
strength) dari bahan geotextile, meniru coblosan batuan runcing di
lapangan.

18

d. Kekuatan Geser terhadap Bahan Butiran (Granular) Tanah


antara bahan geosynthetics dan tanah.Yang diukur disini adalah
besarnya tahanan geseran maksimum yang dapat terjadi antara baban
geosynthetics dengan tanah. Biasanya yang diberikan adalah sudut geser
dalam
3. Karakteristik Hidrolis
Bilamana bahan geosynthetics diperlukan sebagai filter dan drainage perlu
diketahui karakteristik hidrolisnya lebih dahulu.

Yang termasuk dalam

karakteristik hidrolis adalah:


a. Apparent Opening Size (AOS)
Bahan geotextile sebagai filter dan drainage umumnya berwujud seperti
penyaring dimana permukaan geotextile tersebut mempunyai lubang-lubang
dengan diameter kecil. Lubang-lubang tersebut juga sangat bervariasi
besarnya mengingat bahwa bahan geotextile dibuat dengan mesin. Dengan
suatu test khusus dapat diketahui variasi ukliran lubang-lubang pada
geotextile tersebut. AOS menunjukkan suatu diameter tertentu pada lubanglubang filter geotextile, yang dinyatakan dalam symbol On. Untuk AOS pada
O95 artinya diameter tersebut merupakan diameter lubang yang relatip
terbesar pada filter geotextile sedemikian rupa sehingga 95% dari lubanglubang filter yang lain mempunyai diameter yang lebih kecil dari O95
tersebut. Disamping 095 juga dikenal O95, dan O50 yang biasa disebut
sebagai Equvalent Opening Size (EOS = O50).
b. Permeability arah Normal Bidang Geosynthetics
Yang ditentukan disini ialah koefisien rembesan air tanah tegak furus
bidang geotextile.
c. Transmissivity
Ini adalah koefisien rembesan air araii sejajar bidang geosynthetics,
untuk tebal tertentu dan geosynthetics yang digunakan.

19

d. Permittivity
Adalah harga koefisien permeability arah normal bidang untuk tiap
satuan tebal geotextile. Perlu diketahui bahwa makin, tebal geotextile makin
kecil permeabilitasnya. Biasanya harga permittivity ini agak konstan. Hargaharga Permeability dan Transmissivity biasanya juga tergantung pada
besarnya tekanan tanah pada bidang geotextile. Makin besar tekanan tanah,
harga permeability dan transmissivity makin berkurang.
Pada Tabel berikut diberikan rentang harga-harga dari beberapa
karakteristik geosynthesis yang ada di pasaran.

Tabel 2. Rentang Harga-harga dari Beberapa Karakteristik Teknik Geosynthetics yang ada di
Pasaran (Sumber ICI Fibres, 1986).

dimana :
*) Arah tegak lurus bidang geosynthetics dengan constant head sebesar 10
cm.
#) Not Applicable.
Selain dari ketiga karakteristik teknik di atas, untuk geomembrane
biasanya juga diberikan hal-hal antara lain :

Ketahanan terhadap berbagai bahan-bahan kimia,

Ketahanan terhadap senyawaan Ozone,

Ketahanan terhadap tekanan hidrostatis, dan

Ketahanan terhadap penyerapan air.

20

D. ASPEK DASAR PERENCANAAN GEOSYNTHETICS


1. Geotextile Sebagai Drainage dan Filter (Filtration) :
Penggunaan geotextile sebagai drainage tidak dapat terlepas dari fungsinya
sebagai filter, dan sebaliknya. Kalau drainage dibiarkan tanpa filter, rembesan air
akan membawa partikel-partikel tanah yang halus sehingga terjadi "piping", yaitu
"penggontoran" partikel-partikel halus dari dalam tanah sedikit demi sedikit oleh
aliran air sehingga lapisan tanah asli dapat kehilangan kestabilannya. Peristiwa
piping ini cenderung memperbesar ruang-ruang kosong diantara partikel tanah
dan memudahkan terjadinya erosi dalam (internal erosion).
Menurut Giroud (1982), geotextile sebagai drainage dan Filter harus memenuhi
dua persyaratan sebagai berikut :
a. Persyaratan Permeability (Rembesan) :
Bahan geotextile harus cukup mudah dirembesi air sedemikian rupa
sehingga koeffisien rembesan pada arah tegak lurus bahan haruslah lebih
besar dari koefisien rembesan tanahnya. Jadi lubang-lubang pori pada bahan
geotextile harus cukup besar untuk mengalirkan air sebanyak-banyaknya.
b. Persyaratan Retention (Penyaringan) :
Bahan geotextile harus memiliki lubang-lubang pori yang cukup kecil
sehingga dapat menyaring hampir semua partikel-partikel tanah dari tanah
yang dilindunginya.
Untuk persyaratan rembesan dan penyaringan tersebut, cukup banyak
ahli yang mengusulkan ketentuan-ketentuan menurut pengamatan mereka
masing-masing. Tetapi umumnya mereka mengikuti perumusan sebagai
berikut :

Persyaratan Rembesan kg > A ks . [1]

Persyaratan Penyaringan Oa

B Dn [2]

Dimana kg dan ks merupakan koefisien rembesan pada bahan (arah


tegak lurus bidang) dan koefisien rembesan pada tanah yang difilter. Oa
merupakan Apparent Opening Size (AOS) berupa diameter dari lubang pada
bahan geotextile dimana a% dari lubang-lubang lainnya lebih kecil dari
21

diameter lubang tersebut. Dn adalah diameter butiran tanah yang didapat dari
analisa sadngan tanah tersebut dimana n % dari partikel tanah mempunyai
diameter lebih kecil dari Dn. Harga yang umum dipakai untuk Oa adalah
O95, O90, dan O50; sedang harga Dn yang umum adalah D50, D85, dan
D90. Harga A pada Persamaan 1 merupakan angka keamanan, sedangkan
harga B merupakan sebuah koefisien yang tergantung dari harga Dn, sifatsifat tanah dasar, dan kondisi hidrolis yang ada. Pada Tabel berikut diberikan
sejumlah persyaratan yang umum dipakai dalam perencanaan geotextile
sebagai drainage dan filtration.
Sebagai catatan dapat ditambahkan disini bahwa harga kg dan On dari
bahan geotextile (biasanya geotextile) dapat berubah dengan adanya tekanan
tanah arah normal dari bidang geotextile.
Dalam perencanaan, harga kg dan On harus dipilih pada kondisi
tekanan tanah terbesar yang diterima oleh bahan geotextile tersebut.

Tabel 3. Berbagai Persyaratan Untuk Geotextile sebagai Drainage dan Filtration untuk Aliran
Air Tegak Lurus Bahan.

Catatan : POA : Percent Open Area


2. Geotextile dan Geomembrane sebagai Separator
Seperti terlihat pada Gambar 17, bahan geotextile dan geomembrane
sebagai separator akan menerima gaya-gaya terpusat tegak lurus bidangnya yang
berasal dari tanah di satu sisi dan butiran-butiran kasar disisi yang lain. Gayagaya tersebut dapat menyebabkan tarikan pecah (bursting) karena adanya gap
diantara butiran (batu), dan dapat menyebabkan efek "coblos" (puncturing effect)
22

pada bahan geotextile. Kemudian bahan geotextile yang melengkung dan


menyangga pada 2 buah butiran batu besar keiiiudian mendapat. beban tekanan
tanah akan menerima tegangan tarik (tensile) dalam tiga kondisi berbeda yaitu :
a. Grabbing effect :
Dihasilkan dari adanya dlia beban terpusat oleh butiran batu. Kondisi ini
menyerupai Grab tensile test di laboratorium.
b. Snagging effect :
Dihasilkan karena adanya coblosan kecil pada bahan geotextile dan kemudian
bahan yang sudah tercoblos tersebut masih harus menerima beban tarikan.
Kondisi ini serupa dengan Cone Plunger Test atall CBR Plunger Test di
laboratorium.
c. Tearing effect :
Dihasilkan dengan asumsi bahwa geotextile telah mempunyai robekan
(guntingan) akibat instalasinya. Ada kemungkinan robekan tersebut melebar
karena tarikan akibat beban tanah. Kondisi ini seperti pada trapezoidal tear
test di laboratorium.
Jadi untuk merencanakan kekuatan geotextile dan geomembrane sebagai
separator perlu dilakukan analisa : bursting, puncturing, grabbing, snagging,
dan tearing. Analisa tersebut tidak dapat diberikan pada makalah ini, karena
terbatasnya waktu.
3. Geosynthetics sebagai Reinforcer
Geosynthetics sebagai reinforcer adalah geotextile, geogrid, dan geo linear
element. Untuk perencanaan geosynthetics sebagai reinforcer perlu diketahui
parameter-parameter sebagai berikut:
a. Besarnya gaya tarik atau tegangan tarik maximum yang akan bekerja pada
geosynthetics tersebut.
b. Besarnya tegangan geser maximum yang bekerja pada sisi bidang kontak
antara geosynthetics dengan tanah.
c. Gaya/tegangan tarik maximum diperlukan untuk mendapatkan jenis
geosynthetics yang sesuai, sedangkan tegangan geser maximum untuk
menentukan "minimum length of embedment jarak minimum masuknya
(geosynthetics) kedalam tanah yang stabil dari bahan geosynthetics. Bila
jarak minimum tersebut memenuhi, bahan geosynthetics tersebut tidak akan
tercabut keluar dari tanah akibat tegangan tarik yang bekerja.
23

Sebagai contoh untuk design diberikan kondisi sliatu tembok penahan tanah
dengan sistem soil reinforcement pada Gambar 18 mengglinakan geolinear
elemen (strip elemen). Gaya T pada setiap elemen geolinear diketahui dengan
cara sebagai berikut :
T = besarnya gaya aktif pada bidang ab
= (luas diagram tegangan tanah aktif abdc) x (lebar horizontal panel dinding).

Gambar 9. Dasar Perencanaan Tegangan Tarik dan "Panjang Lengan Penjangkar" pada Turap
Sistem Reinforced Earth.

Kemudian dari keseimbangan gaya yang bekerja pada elemen geolinear didapat :

24

Prinsip serupa dapat diterapkan pada sistem-sistem reinforcement oleh


geossynthetics yang lain seperti pada Websol System, geosynthetics di bawah
embankment, dan lain-lain.

Contoh penggunaan bahan geosintetik untuk perbaikan tanah

25

Perbaikan subgrade dengan penggunaan geotextile

Tanpa geotextile :
Material tanah timbunan bercampur dengan material tanah dasar lunak sehingga :
o Terjadi kehilangan volume material timbunan
o Pemadatan sulit dilakukan
o Alat berat sulit beroperasi diatasnya
Dengan geotextile :
Material tanah timbunan terpisah (tidak bercampur) dengan material tanah dasar
lunak sehingga :
o Tidak terjadi kehilangan volume material timbunan
o Pemadatan relatif mudah dilakukan (baca juga : Teknologi pemadatan tanah)
o Alat berat dapat beroperasi diatasnya
Metoda pemasangan geotextile

26

27

Tebal minimum timbunan tanah untuk roda 88,95 kn ~ 9,0 ton

28

Persyaratan overlaping sambungan pemasangan geotextile

Keuntungan adanya geotextile pada jalan tanah

29

Konsep desain stabilitas timbunan yang diperkuat dengan bahan geotextile

Internal stability

Kondisi internal stability tercapai bila tidak terjadi longsor pada lereng ac, dan
bila perlu digunakan beberapa lapis geotekstile

30

Overall stability

Tanpa geotextile :

Dengan geotextile :

Foundation stability
31

Kondisi foundation stability terpenuhi bila ;

Dimana, su = cu = undrained shear strength dari tanah lunak.

Faktor-faktor pengurangan kekuatan geotekstile

32

Contoh Perbaikan menggunakan geosintetik


Ruas jalan ponorogo - pacitan

33

34

BAB III
KESIMPULAN

Geosintetik merupakan Istilah umum untuk produk berbentuk lembaran yang terbuat
dari bahan polimer lentur, digunakan dengan tanah, batuan, atau material geoteknik
lainnya, sebagai suatu kesatuan pekerjaan buatan manusia, struktur, maupun sistem
(ASTM D 4439).
Geotekstil adalah Produk geosintetik yang terdiri dari jaringan yang beraturan dan
terhubung satu sama lainnya, dengan ukuran bukaan lebih besar dari 6,35 mm sehingga
memungkinkan untuk saling mengunci dengan tanah, batuan ataupun struktur lain di
sekitarnya serta memiliki fungsi primer sebagai perkuatan (ASTM D 4439).
Pada dasarnya, geosintetik terbagi menjadi dua yaitu tekstil dan jaring (web).
Berdasarkan bahannya, kedua jenis geosintetik dibagi menurut bahan sintetik dan alami.

35

DAFTAR PUSTAKA
DPU. 2002b. Pt T-10-2002-B. Panduan Geoteknik 4: Desain dan Konstruksi. Departemen
Pekerjaan Umum (DPU), Indonesia.
DPU. 2009. Perencanaan dan Perkuatan Tanah dengan Geosintetik. Departemen
Pekerjaan Umum (DPU). Indonesia
http://www.ilmukonstruksi.com/2015/11/geosintetik.html

36

Anda mungkin juga menyukai