Anda di halaman 1dari 18

PAPER

DAYA DUKUNG TANAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Pondasi

Dosen Pengampu :
Aryanti Nur Hidayati, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh:

Eko Wahyu Rullu Prabowo


(K1515023)

PROGRAM S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan

syukur

kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat


menyelesaikan paper teknik pondasi ini.
Tersusunnya paper ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk
itu, tidaklah berlebihan jika kami ingin mengucapkan terimakasih yang setulustulusnya kepada :
1

Aryanti Nurhidayati, S.T., M.Eng., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah

Teknik Pondasi.
Semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya laporan penelitian
ini yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penyusunan paper ini. Oleh karena itu, kritik serta saran dari semua pihak
senantiasa kami harapkan untuk bisa memperbaiki karya ini.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi masyarakat pada
umumnya.

Surakarta, 29 Oktober 2016

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN
A
B
C
D

LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
METODE PENULISAN

1
2
2
2

BAB II PEMBAHASAN
A
E
F
G

KONDISI TANAH3
DAYA DUKUNG ULTIMIT
7
DAYA DUKUNG TANAH MENURUT TERZAGHI (1943) 8
DAYA DUKUNG TANAH MENURUT AHLI LAIN 10
1 MAYERHOF (1951, 1963) 10
2 HANSEN (1970)
11
3 VESIC (1973, 1974) 11
4 OHSAKI
12

BAB III PENUTUP 14


DAFTAR PUSTAKA

III

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kamus Webster (Neufeldt and Guralnik, 1991) menyebutkan kata pondasi
memiliki beberapa arti, antara lain adalah ... suatu lapisan atau tanah padat di
bawah bangunan atau ... bagian struktur paling bawah dari suatu bangunan.
Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia (Gogot Setyo Budi, 2011), pondasi
berarti dasar bangunan yang kuat, biasanya (terdapat) di bawah permukaan tanah
tempat bangunan itu didirikan.
Dari beberapa arti di atas maka pondasi dapat didefiniskan sebagai bagian
struktur paling bawah dari suatu bangunan yang tertanam di dalam lapisan tanah
yang kuat dan stabil (solid) serta berfungsi sebagai penopang bangunan.
Pondasi dangkal adalah struktur bangunan paling bawah yang berfungsi
meneruskan (mendistribusi) beban bangunan ke lapisan tanah yang berada relatif
dekat dengan permukaan tanah. yang termasuk dalam kategori pondasi dangkal
adalah pondasi setempat (spread footings) dan pondasi plat penuh (mat
foundations). Meskipun pondasi dangkal sangat umum dipakai namun pada
kondisi tertentu pondasi tersebut tidak cocok untuk dipergunakan. Sebagai contoh,
apabila lapisan tanah yang dekat permukaan sangat jelek (lembel) atau ada
kemungkinan terjadi gerusan dari air permukaan (erosi), genangan air atau bila
pondasi menahan beban lateral yang sangat besar maka pondasi dangkal kurang
cocok untuk digunakan.
Metode untuk mendapatkan daya dukung suatu tanah dasar fondasi selain
dari

hanya

sebagai

suatu

perkiraan,

seperti

teori-teori

daya

dukung

dan juga melalui hasil uji lapangan. Secara teoritis, beberapa ahli mekanika tanah
mengembangkan metode-metode untuk menganalisis daya dukung tanah
khususnya untuk fondasi dangkal. Metode-metode tersebut mempunyai anggapan/
asumsi yang berbeda. Metode untuk menganalisis daya dukung tanah pondasi
khususnya pondai dangkal antara lain ; Terzaghi, Meyerhof, Vesic, Hansen, dan
Ohsaki. Kelima metode tersebut mempunyai rumusan yang berbeda dan
anggapan-anggapan yang berbeda pula dan beberapa metode mempunyai
keterbatasan dalam penggunaanya. Apakah dari beberapa metode tersebut akan
menghasilkan nilai daya dukung yang hampir sama atau sangat berbeda. Selain itu
1

masalah yang ditinjau adalah ketepatan penggunaan metode berdasarkan kondisi


yang ada.
Hasil dari analisis ini bertujuan untuk memperoleh nilai daya dukung
tanah untuk kasus yang sama berdasarkan metode-metode Terzaghi, Meyerhof,
Vesic, Hansen dan Ohsaki. Serta mendapatkan perbandingan besaran nilai daya
dukung tanah dari beberapa metode tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud daya dukung tanah?
2. Apa saja yang mempengaruhi daya dukung tanah?
3. Bagaimana metode yang dipakai untuk menganalisis daya dukung tanah
pondasi yang digunakan para ahli?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan paper ini bertujuan agar pembaca khususnya mahasiswa:
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud daya dukung tanah.
2. Dapat mengetahui apa saja yang mempengaruhi daya dukung tanah.
3. Dapat mengetahui bagaimana metode yang dipakai untuk menganalisis daya
dukung tanah pondasi yang digunakan para ahli.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode
kepustakaan dengan telaah pada buku-buku atau sumber. Hal ini dapat dijadikan
sumber atau referensi serta memiliki ketersambungan atau keterkaitan materi
dengan kajian atau pokok bahasan dalam makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Tanah
Pada dasarnya daya dukung tanah adalah kemampuan tanah memikul
tekanan atau tekanan maksimum yang diijinkan bekerja pada tanah pondasi. Daya
dukung ultimit (ultimit bearing capacity) (qult) = daya kemampuan pada batas
runtuh.
Daya dukung tanah yang diijinkan = qall ada faktor aman dimana:
q all=

q ult
SF

SF

= 3 untuk beban normal

SF

= 2 untuk beban darurat

Terdapat beberapa bentuk pondasi langsung:


Persegi (square footing)
Bulat (round)
Lajur (continuous), sangat panjang misal pondasi dinding.
Besarnya qall ditentukan dan dibatasi oleh:
-

Aman terhadap runtuhnya tanah


Aman terhadap penurunan akibat konsolidasi tanah
Penurunan total tidak terlalu besar
Penurunan / defleksion sangat tidak merata

Yang mempunyai pengaruh terhadap daya dukung tanah ultimit suatu tanah:
-

Nilai parameter tanah ( , c ,


Kedalaman pondasi (Df)
Ukuran dan bentuk pondasi
Sifat tanah terhadap penurunan
Kedalam muka air tanah

Berdasarkan lunak kerasnya tanah atau padat kurang padatnya tanah


terdapat dua kondisi sifat penurunan jika diberi beban berangsur naik.
Muka mula dengan beban kecil penurunan kecil, setelah mencapai ultimit,
terus cepat turun (kondisi General Shear). Hal ini terjadi pada tanah yang cukup
keras (padat).
Tidak jelas batas ultimit, dan penurunan relatif besar (Kondisi Local
Shear). Ini terjadi pada tanah lunak atau kurang padat.

Gambar 2.1. Pengaruh penurunan tanah terhadap tekanan.


Pengaruh Air Tanah

Air tanah mengurangi kapasitas dukung tanah tergantung


posisi muka air tanah.
a) 0 D1 Df

q = D1. + D2.
= sat - w
Dapat dipakai untuk d = 0 (posisi mata air tanah berhimpitan
dengan dasar pondasi)

b) D1 Df , 0 d B

q = Df.
x = 1/B {.d + (B-d)}
d B, muka air tanah tak berpengaruh pada kapasitas dukung.
Faktor Keamanan

Biasanya SF = 3 tak berlebihan


-

tanah tak homogen dan tak isotropis


banyak ketidakpastian pengambilan parameter tanah ( dan c)

Tiga definisi kapasitas dukung ijin fondasi dangkal:


1. gross allowable bearing capacity
2. net allowable bearing capacity
3. gross allowable bearing capacity dengan faktor keamanan
dikaitkan dengan keruntuhan geser.

a) gross allowable bearing capacity qall = qult/SF


qall = beban yang diijinkan pada fondasi dengan harapan tak
akan terjadi kegagalan bearing capacity.
- beban: mati dan hidup di atas muka tanah W(D+L)
- berat sendiri fondasi (WF)
- berat tanah di atas fondasi (WS)
(W(D+L) + WF + WS)/A qall
A = luas dasar fondasi atau:

A (W(D+L) + WF

b) net allowable bearing capacity beban tambahan yang diijinkan


(per satuan luas) selain berat sendiri tanah (tegangan yang telah ada)
pada level dasar fondasi.
qult(net) = cNc + q(Nq-1) + 1/2.B.. N (strip footing)
qult(net) = qult - q
qall(net) = qult(net)/ SF

Dalam praktek qall(net) digunakan terhadap beban bangunan atas saja

berat fondasi + tanah di atasnya dianggap = berat tanah saja (q)


q = .Df (WS+WF)/A
W(D+L)/A qall(net)

A W(D+L)/qall(net)

c) gross allowable bearing capacity dengan faktor keamanan pada


kuat geser tanah ( & c)
o cd = c/SF
o tand = tan/SF d dihitung
o dengan d Nc, Nq, dan N (dari grafik/tabel)
o qall = cdNc + qNq + 1/2.B.. N
o SF untuk penyelesaian ini = 2-3 kira-kira hasil sama dengan
cara a) dan b) dengan SF = 3-4
Catatan:
o Kapasitas dukung (dengan rumus-rumus di atas) harus dicek
terhadap settlement yang diijinkan.
o Rumus kapasitas dukung batas tersebut di atas settlement:
o 5 - 25 % B untuk pasir (B= lebar fondasi)
o 3 - 15 % B untuk lempung
o Untuk fondasi yang sangat lebar settlement bisa sangat besar.
o Nc, Nq (Meyerhof, dll) relatif tak jauh berbeda, N bervariasi.
B. Daya Dukung Ultimit
Pola Keruntuhan:

Gambar 2.2. Jenis pola keruntuhan


General shear failure

Gambar 2.3. General Shear Failure

Kondisi kesetimbangan plastis penuh di atas failure plane

Muka tanah di sekitar menggembung (naik)

Keruntuhan (slip) terjadi di satu sisi fondasi miring (tilting)

Terjadi pada tanah yang kompresibilitas rendah (padat atau kaku)

Kekuatan batas (qult) bisa diamati dengan baik

Local shear failure

Gambar 2.3. Local Shear Failure

Terjadi desakan besar di bawah fondasi (lokal)

failure surface tak sampai ke permukaan (muka tanah hanya sedikit


mengembang)

miring fondasi tak terjadi

terjadi pada tanah yang kompresibilitas tinggi settlement relatif besar

kekuatan batas sulit dipastikan dibatasi settlement

Punching shear failure

Gambar 2.3. Punchingl Shear Failure

desakan di bawah pondasi

pergeseran arah vertikal di sepanjang tepi

tak terjadi miring (tilting)

muka tanah tak menggembung

penurunan besar

terjadi pada tanah yang kompresibilitas rendah dengan fondasi agak dalam

kekuatan batas tak bisa dipastikan

C. Daya Dukung Tanah Menurut Terzaghi (1943)


Beberapa asumsi yang dipakai oleh Terzaghi dalam menurunkan perumusan
antara lain sebagai berikut.
1. Besarnya sudut kemiringan pasak (wedge) dibawah dasar pondasi adalah
.
2. Kedalaman pondasi (D) lebih kecil atau sama dengan dimensi lebar pondasi

(B) sehingga komponan gesekan tanah du daerah sedalam D diabaikan.


3. Dasar pondasi kasar sehingga diasumsikan tidak ada pergerakan horizontal
(sliding) antara dasar pondasi dengan tanah.
4. Lapisan tanah di bawah pondasi homogen.
5. Kekuatan geser tanah mengikuti pola keruntuhan Mohr-Coulomb
=c+ tan .
6. Pola keruntuhan pondasi adalah general shear failure.
7. Tidak ada penurunan akibat konsolidasi.
8. Pondasi relatif kaku dibandingkan tanah yang mendukung.
a. General shear failure
Pondasi menerus :
Bujur sangkar

qult = c.Nc + q.Nq + 0.5.B..N


qult = 1,3 c.Nc + q.Nq + 0.4.B..N

Lingkaran

qult = 1,3 c.Nc + q.Nq + 0,3.B..N

b. Local shear failure


Pondasi menerus :

q'ult = c.Nc + q.Nq + 0.5.B..N

Bujur sangkar

q'ult = 1,3 c.Nc + q.Nq + 0,4 B..N

Lingkaran

q'ult = 1,3 c.Nc + q.Nq + 0.3.B..N

Dimana:
c

= 2/3.c

tan = 2/3.tan
c. Kondisi khusus:
a) tanah pasir murni (non kohesif), c = 0
qult = q.Nq + 1/2 B..N
b) lempung murni jenuh air, = 0 Nc = 5,7, Nq = 1, N=0
qult = c.Nc + q atau qult = 5,7 c + q
c) beban di muka tanah, Df = 0 q = 0
qult = c.Nc + . B..N

Tabel 2.1. Faktor-Faktor Kapasitas Dukung Tanah (Terzaghi, 1943)


(..o)

General shear
Nc

Nq

5.7

1.0

0.0

7.3

1.6

9.6

Local shear
Nc

Nq

5.7

1.0

0.0

0.5

6.7

1.4

0.2

2.7

1.2

10

8.0

1.9

0.5

12.9

4.4

2.5

15

9.7

2.7

0.9

17.7

7.4

5.0

20

11.8

3.9

1.7

25.1

12.7

9.7

25

14.8

5.6

3.2

37.2

22.5

19.7

30

19.0

8.3

5.7

52.6

36.5

35.0

34

23.7

11.7

9.0

57.8

41.4

42.4

35

25.2

12.6

10.1

95.7

81.3

100.4

40

34.9

20.5

18.8

D. Daya Dukung Tanah Menurut Ahli Lain


1. Mayerhof (1951, 1963)
Mayerhof dalam Bowles (1992) menyarankan persamaan daya dukung yang
mirip dengan rumus Terzaghi tetapi memasukan suatu faktor bentuk sq, faktor
kedalaman di dan faktor kemiringan ii.
Beban vertikal:
qu =c N c Sc d c + D f N q Sq d q +0,5 B N S d
Beban miring:
qu =c N c i c d c + D f N q i q dq + 0,5 B N i d
2. Hansen (1970)
Hansen dalam Bowles (1992) menyarankan persamaan daya dukung tanah
sebagai berikut:
qu =c N c sc i c d c gc bc + Df N q s q iq d q gq b q+ 0,5 B N s i d g b
Bila, = 0
qu =5,14 Su ( 1+ s ' c + dc ic g c bc ) + q
Persamaan Hansen secara mutlak memberi kelonggaran suatu D/B dan
dapat dipakai baik untuk alas yang dangkal (telapak) maupun alas yang dalam
(tiang pancang, kaison bor). Pemeriksaan atas ketentuan qNq mengandung
arti suatu penambahan yang besar dalam qult seiring dengan kedalaman yang
jauh. Untuk membuat batas-batas yang sederhana atas hal ini, Hansen
menggunakan persamaan:

10

d c =1+0,4

Df
B

Df
1
B

d q=1+2 tan (1sin)2


d c =1+0,4 tan1

Df
B

Df
B

Df
>1
B

d q=1+2 tan (1sin)2 tan 1

Df
B

Hal ini menghasilkan suatu keputusan pada Df/B = 1; namun demikian,


perhatikanlah pemakaian dan >. Untuk =0 diperoleh:
Df
B 0 1 1,1 2
5 10 20 100
d ' c 0 0,4 0,33 0,44 0,55 0,59 0,61 0,62
3. Vesic (1973, 1974)
Metode Vesic dalam Bowles (1992) yang pada dasarnya pengembangan
metode Hansen, memiliki perbedaan pada pemakaian N menggunakan
persamaan N = 2 (Nq + 1) tan , dan variasi atas beberapa faktor
i i , gi , dan bi .
Beberapa faktor Vesic itu kurang konservatif daripada faktor-faktor Hansen
dan kedua metode tersebut tidak ada yang telah diuji kebenarannya secara
luas memakai pengujian-pengujian lapangan berskala penuh, maka harus
sangat berhati-hati dalam pemakaiannya.
Tabel 2.2. Faktor daya dukung Meyerhof, Hansen, dan Vesic (Bowles, 1992)

Nc

Nq

N(H)

N(M)

11

N(V)

Nq/Nc

2tan(1-sin)2

5,14

1,0

0,0

0,0

0,0

0,195

0,000

6,49

1,6

0,1

0,1

0,4

0,242

0,146

10

8,34

2,5

0,4

0,4

1,2

0,296

0,241

15

10,97

3,9

1,2

1,1

2,6

0,359

0,294

20

14,83

6,4

2,9

2,9

5,4

0,431

0,315

25

20,71

10,7

6,8

6,8

10,9

0,514

0,311

26

22,25

11,8

7,9

8,0

12,5

0,533

0,308

28

25,79

14,7

10,9

11,2

16,7

0,570

0,299

30

30,13

18,4

15,1

15,7

22,4

0,610

0,289

32

35,47

23,2

20,8

22,0

30,2

0,653

0,276

34

42,14

29,4

28,7

31,1

41,0

0,698

0,262

36

50,55

37,7

40,0

44,4

56,2

0,746

0,247

38

61,31

48,9

56,1

64,0

77,9

0,797

0,231

40

75,25

64,1

79,4

93,6

109,3

0,852

0,214

45

133,73

134,7

200,5

262,3

271,3

1,007

0,172

50

266,50

318,5

567,4

871,7

761,3

1,195

0,131

4. Ohsaki
Analisis daya dukung Ohsaki merupakan modifikasi dari rumus Terzaghi.
Ohsaki dalam Sosrodarsono (1990) mengusulkan rumus daya dukung batas
yaitu;
qu = . c. Nc + Df . . Nq + . . B . N
Dengan , adalah suatu faktor bentuk yang mempunyai harga seperti
diberikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.3. Koefisien daya dukung dari Ohsaki (Sosrodarsono, 1990)

0
5
10
15
20
25

Nc

5,3
5,3
5,3
6,5
7,9
9,9

0
0
0
1,2
2,0
3,3

Nq
1,0
1,4
1.9
2,7
3,9
5,6

28
32
36
40
45
50

Nc

Nq

11,4
20,9
42,2
95,7
172,3
347,5

4,4
10,6
30,5
115,7
325,8
1073,4

7,1
14,1
31,6
81,3
173,3
415,1

Tabel 2.4. Faktor bentuk (Sosrodarsono, 1990)

12

Faktor
bentuk

Bentuk fondasi
Menerus Bujur Sangkar
1,0
0,5

1,3
0,4

13

Persegi

Lingkaran

1,0 + 0,3 (B/L)


0,5 0,1 (B/L)

1,3
0,3

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Banyak ahli yang mengemukakan pendapat dan metode untuk
menganalisis daya dukung tanah pondasi khususnya pondai dangkal antara lain ;
Terzaghi, Meyerhof, Vesic, Hansen, dan Ohsaki. Kelima metode tersebut
mempunyai rumusan yang berbeda dan anggapan-anggapan yang berbeda pula
dan beberapa metode mempunyai keterbatasan dalam penggunaanya.
Dari beberapa metode tersebut akan menghasilkan nilai daya dukung yang
hampir sama ataupun sangat berbeda. Selain itu masalah yang ditinjau adalah
ketepatan penggunaan metode berdasarkan kondisi yang ada. Maka dari itu
haruslah sangat berhati-hati dalam pemakaiannya.

14

DAFTAR PUSTAKA

Anonym.

Tanpa

Tahun.

BAB

Daya

Dukung

Pondasi.

http://elearning.gunadarma
.ac.id/docmodul/dasar_mekanika_tanah/bab8_daya_dukung_tanah.pdf.
Didownload tanggal 24 November 2016.
Anonym. Tanpa Tahun. Fondasi Dangkal.
Gogot S.B. 2011. Pondasi Dangkal Ed. I. Yogyakarta: ANDI.
Laula Imelda. 2009. Analisis Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal dengan
Beberapa Metode. https://www.academia.edu/5894208/ANALISIS_DAYA_
DUKUNG_TANAH_PONDASI_DANGKAL_DENGAN_BEBERAPA_MET
ODE. Diakses tanggal 24 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai