Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STABILITAS LERENG

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Tanah II

Dosen Pengampu :
H. Umar Abdul Aziz, MT

Disusun oleh :
1. Muhammad Dian Perjuangan (192510097)
2. Dedy Yuda Dyantoro (192510098)
3. Wanda Mafrukhul Fitroh (202510101)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH PURWOREJO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Akustik Alami” ini. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih
banyak terdapat kekurangannya.

Purworejo, 21 Juni 2021

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lereng adalah sesuatu permukaan tanah miring dan membentuk suatu sudut terhadap
bidang horizontal. Dalam keadaan dua permukaan tanah yang memiliki elevasi berbeda
seperti ini, terdapat dua gaya yang bekerja pada tanah tersebut. Salah satunya adalah
gaya yang mendorong tanah berupa gaya berat dan gaya akibat beban konstruksi atau
beban luar lainnya yang berada di permukaan tanah yang lebih tinggi dan akan
berpotensi menyebabkan longsor. Selain itu, gaya lain yang bekerja adalah gaya yang
menahan terjadinya kelongsoran berupa kekuatan geser tanah, lekatan/kohesi, dan gaya
gesekan. Kelongsoran disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internalnya adalah gaya dorong yang bekerja pada tanah, besarnya kuat geser
yang pengaruhi oleh nilai kohesi dan sudut geser dalam tanah, dan sedangkan faktor
eksternalnya dapat berupa beban luar di permukaan tanah, gempa, serta kondisi
vegetasi atau keadaan lingkungan sekitar lereng tersebut.

Perkuatan lereng adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya
kelongsoran pada lereng. Salah satu caranya adalah dengan membuat suatu konstruksi
yang mampu meningkatkan stabilitas lereng tersebut. Konstruksi yang biasanya
digunakan berupa dinding penahan tanah, dinding turap, terasering lereng, dan
perkuatan dengan menggunakan geosintetik. Geogrid adalah salah satu jenis material
geosintetik yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah yang dikaitkan
dengan pekerjaan teknik sipil. Geogrid merupakan sistem perkuatan yang cocok
digunakan untuk memperkuat lereng atau tanggul dan dinding tegak. Mekanisme
perkuatan yang dihasilkan oleh sistem geogrid ini dapat meningkatkan kuat geser pada
tanah.

2
Dari keterangan diatas, dapat dipahami bahwa analisis kemantapan lereng
merupakan suatu bagian yang penting untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap
kelancaran produksi maupun terjadinya bencana yang fatal. Dalam keadaan tidak
terganggu (alamiah), tanah atau batuan umumnya berada dalam keadaan seimbang
terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam. Kalau misalnya karena sesuatu sebab
mengalami perubahan keseimbangan akibat pengangkatan, penurunan, penggalian,
penimbunan, erosi atau aktivitas lain, maka tanah atau batuan itu akan berusaha untuk
mencapai keadaaan yang baru secara alamiah. Cara ini biasanya berupa proses
degradasi atau pengurangan beban, terutama dalam bentuk longsoran-longsoran atau
gerakan-gerakan lain sampai tercapai keadaaan keseimbangan yang baru. Pada tanah
atau batuan dalam keadaan tidak terganggu (alamiah) telah bekerja tegangan-tegangan
vertikal, horisontal dan tekanan air dari pori. Ketiga hal di atas mempunyai peranan
penting dalam membentuk kestabilan lereng

Sedangkan tanah atau batuan sendiri mempunyai sifat-sifat fisik asli tertentu,
seperti sudut geser dalam (angle of internal friction), gaya kohesi dan bobot isi yang
juga sangat berperan dalam menentukan kekuatan tanah dan yang juga mempengaruhi
kemantapan lereng. Oleh karena itu dalam usaha untuk melakukan analisis kemantapan
lereng harus diketahui dengan pasti sistem tegangan yang bekerja pada tanah atau
batuan dan juga sifat-sifat fisik aslinya. Dengan pengetahuan dan data tersebut
kemudian dapat dilakukan analisis kelakuan tanah atau batuan tersebut jika digali atau
“diganggu”. Setelah itu, bisa ditentukan geometri lereng yang diperbolehkan atau
mengaplikasi cara-cara lain yang dapat membantu lereng tersebut menjadi stabil dan
mantap.

3
B. Kasus yang Diangkat

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji


masalah - masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Stabilitas lereng/longsor?

2. Jenis- jenis lereng/longsor?

3. Apa saja pencegahan terjadinya lereng/longsor?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan apa itu Stabilitas lereng/longsor

2. Menjelaskan beberapa jenis- jenis lereng/longsor

3. Menjelaskan pencegahan terjadinya lereng/longsor

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STABILITAS LERENG/LONGSOR

Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu


dengan bidang horizontal Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi
ataukarena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng
bukitdan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan
timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul sungai
dan kanal sertatambang terbuka.Suatu longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah
yang terletak pada sebuahlereng sehingga terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan
ke luar. Longsoran dapatterjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau
mendadak serta denganataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.Setelah gempa bumi,
longsoran merupakan bencana alam yang paling banyak mengakibatkan kerugian
materi maupun kematian. Kerugian dapat ditimbulkan oleh suatulongsoran antara lain
yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah, bangunan, jalurtransportsi serta sarana
komunikasi.Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan model yang akurat mengenai
kondisimaterial bawah permukaan, kondisi air tanah dan pembebanan yang mungkin
bekerja padalereng. Tanpa sebuah model geologi yang memadai, analisis hanya dapat
dilakukandengan menggunakan pendekatan yang kasar sehingga kegunaan dari hasil
analisis dapatdipertanyakan.Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan metode-metode seperti : metode Taylor, metode janbu, metode
Fenellius, metode Bishop, dll

Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor


keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang
menahan gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap
stabil, bila dirumuskan sebagai berikut:

5
Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak

Dimana untuk keadaan :

• F > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap

• F = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk longsor

• F < 1,0 : lereng tidak mantap

Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan


perhitungan untuk mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain :

a. Penyebaran batuan
Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan kemantapan
lereng, ini karena kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis batuan berbeda
dengan batuan lainnya. Penyamarataan jenis batuan akan mengakibatkan
kesalahan hasil analisis. Misalnya, kemiringan lereng yang terdiri dari pasir
tentu akan berbeda dengan lereng yang terdiri dari lempung atau campurannya.
b. Struktur geologi
Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng dan perlu
diperhatikan dalam analisis adalah struktur regional dan lokal. Struktur ini
mencakup sesar, kekar, bidang perlapisan, sinklin dan antiklin,
ketidakselarasan, liniasi, dll. Struktur ini sangat mempengaruhi kekuatan
batuan karena umumnya merupakan bidang lemah pada batuan tersebut, dan
merupakan tempat rembesan air yang mempercepat proses pelapukan.
c. Morfologi
Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan
lereng didaerah tersebut. Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik, karakteristik
dan bentuk permukaan bumi, sangat menentukan laju erosi dan pengendapan

6
yang terjadi, menent ukan arah aliran air permukaan maupun air tanah dan
proses pelapukan batuan.
d. Iklim
Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh pula
pada proses pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan curah hujan
tinggi akan menyebabkan proses pelapukan batuan jauh lebih cepat daripada
daerah sub-tropis. Karena itu ketebalan tanah di daerah tropis lebih tebal dan
kekuatannya lebih rendah dari batuan segarnya.
e. Tingkat pelapukan
Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan, misalnya angka
kohesi, besarnya sudut geser dalam, bobot isi, dll. Semakin tinggi tingkat
pelapukan, maka kekuatan batuan akan menurun.
f. Hasil kerja manusia
Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil.
Misalnya, suatu lereng yang awalnya mantap, karena manusia menebangi
pohon pelindung, pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air yang tidak baik,
penggalian / tambang, dan lainnya menyebabkan lereng tersebut menjadi tidak
mantap, sehingga erosi dan longsoran mudah terjadi.

Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya tegangan
geser (shear strees) dan menurunnya kekuatan geser (shear strenght). Adapun faktor
yang dapat menaikkan tegangan geser adalah :

a. Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi, longsoran terdahulu


yang menghasilkan lereng baru dan kegiatan manusia.
b. Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan beban, tekanan air
rembesan, dan penumpukan.
c. Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran lainnya.
d. Pengangkatan atau penurunan regional, yang disebabkan oleh gerakan
pembentukan pegunungan dan perubahan sudut kemiringan lereng.

7
e. Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan tebing oleh sungai,
pelapukan dan erosi di bawah permukaan, kegiatan pertambangan dan
terowongan, berkurangnya/hancurnya material dibagian dasar.
f. Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di rekahan serta pembekuan
air, penggembungan lapisan lempung dan perpindahan sisa tegangan.

Sedangkan faktor yang mengurangi kekuatan geser adalah :

a. Keadaan atau rona awal, memang sudah rendah dari awal disebabkan oleh
komposisi, tekstur, struktur dan geometri lereng.
b. Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik, yang menyebabkan
lempung berposi menjadi lunak, disinteggrasi batuan granular, turunnya kohesi,
pengggembungan lapisan lempung, pelarutan material penyemen batuan
c. Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandungan air dan tekanan air
pori.
d. Perubahan struktur, seperti terbentuknya rekahan pada lempung yang terdapat
di tebing / lereng.
B. JENIS-JENIS LERENG/LONGSOR

Dalam bidang teknik sipil ada dua jenis lereng, yaitu :

1. Lereng Alam (Natural Slopes)

Lereng alam terbentuk karena proses alam. Gangguan terhadap kestabilan


terjadi bilamana tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gaya-gaya yang
menyebabkan gelincir pada bidang longsor. Lereng alam yang telah stabil selama
bertahun-tahun dapat saja mengalami longsor akibat hal-hal berikut :

a. Gangguan luar akibat pemotongan atau timbunan baru.


b. Gempa.

8
c. Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena hujan
yang berkepanjangan, pembangunan dan pengisian waduk, gangguan pada
sistem drainase dan lain-lain.
d. Penurunan kuat geser tanah secara progresif akibat deformasi sepanjang
bidang yang berpotensi longsor.
e. Proses pelapukan. Pada lereng alam, aspek kritis yang perlu dipelajari
adalah kondisi geologi dan topografi, kemiringan lereng, jenis lapisan
tanah, kuat geser, aliran air bawah tanah dan kecepatan pelapukan.

2. Lereng Buatan (Man Made Slopes)

Lereng buatan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Lereng buatan tanah asli / lereng galian (Cut Slope)


Lereng ini dibuat dari tanah asli dengan memotong dengan kemiringan
tertentu. Untuk pembuatan jalan atau saliran air untuk irigasi. Kestabilan
pemotongan ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah, tekanan air
akibat rembesan, dan cara pemotongan.
b. Lereng Buatan Tanah yang Dipadatkan/lereng timbunan (Embankment)
Tanah dipadatkan untuk tanggul-tanggul jalan raya, bendungan, badan
jalan kereta api. Sifat teknis tanah timbunan dipengaruhi oleh cara
penimbunan dan derajat kepadatan tanah.

Klasifikasi Longsor

Suatu keruntuhan teknis yang paling umum adalah longsornya suatu galian atau
timbunan. Apabila terjadi suatu longsoran dalam tanah lempung, seringkali didapat
merupakan sepanjang suatu busur lingkaran. Busur lingkaran ini dapat memotong
permukaan lereng, melalui titik kaki lereng (toe) atau memotong dasar lereng (deep
seated) dan menyebabkan peningkatan pada dasar.

9
Sharpe (1938) telah mengklasifikasikan longsor berdasar material dan
kecepatan pergerakan tanah dengan siklus geomorfologi serta faktor cuaca.

Sedangkan Savarenski dari Soviet (1939) membagi kelongsoran kedalam 3


kelompok sebagai berikut:

a. Longsor Aseqvent
Longsor Aseqvent terjadi pada tanah kohesif yang homogen dan bidang
longsornya hampir mendekati lingkaran.
b. Longsor Conseqvent
Longsor conseqvent terjadi bilamana bergerak diatas bidang-bidang lapis
atau sesar (joint).
c. Longsor Insiqvent
d. Pada longsor insiqvent tanah biasanya bergerak secara transversal terhadap
lapisan dan umumnya memiliki ukuran yang luas serta bidang runtuhnya
panjang menembus kedalam tanah.

Nemcok, Pasek, dan Rybar dari Cekoslowakia (1972) telah mengusulkan untuk
memperbaiki klasifikasi dan terminologi longsor berdasarkan mekanisme dan
kecepatan pergerakan. Pengelompokkannya berdasarkan empat katagori dasar yaitu:

a. Rangkak (Creep)
Rangkak (creep) meliputi berbagai macam pergerakan yang lambat dari
rangkak talud sampai pergerakan lereng gunung akibat gravitasi dalam
jangka waktu yang panjang atau lama.
b. Aliran (flowing)
Bila tanah yang terbawa longsor banyak mengandung air, maka perilaku
longsor seperti aliran. Contoh aliran tanah (earthflow) atau aliran lumpur
(mudflow).

10
c. Gelincir (Sliding)
Untuk pergerakan tanah yang relatif cepat sepanjang bidang longsor yang
tertentu dikelompokkan kedalam kategori ini.
d. Tanggal (Fall)
Pergerakan batuan padat / pejal (solid) yang cepat dengan sifat utamanya
tanggal bebas (free fall).

Longsoran Translasi

Tanah longsor yang terjadi pada bidang gelincir yang hampir tegak lurus dan
sejajar dengan muka tanah yang bersifat bergerak dalam suatu jurusan.

Analisa Terjadinya Longsor

Untuk ketepatan suatu analisis keamanan dan pengamanan suatu lereng


terhadap bahaya longsor, perlu dilakukan diagnosis terhadap faktor-faktor
kelongsoran. Dari pengamanan, maka perlu diketahui lebih rinci penyebab terjadinya
suatu longsor, antara lain:

a. Perubahan lereng suatu tebing, secara alami karena erosi dan lain-lain atau
secara disengaja akan mengganggu stabilitas yang ada, karena secara logis
dapat dikatakan semakin terjal suatu lereng akan semakin besar
kemungkinan untuk longsor.
b. Perubahan tinggi suatu tebing, secara alami karena erosi dan lain-lain atau
disengaja juga akan merubah stabilitas suatu lereng. Semakin tinggi lereng
akan semakin besar longsornya.
c. Peningkatan beban permukaan ini akan meningkatkan tegangan dalam
tanah termasuk meningkatnya tegangan air pori. Hal ini akan menurunkan
stabilitas lereng dan sering terjadi karena adanya pembangunan didaerah
tebing seperti : jalan, gedung dan lain-lain.

11
d. Perubahan kadar air, baik karena air hujan maupun resapan air tempat lain
dalam tanah. Ini akan segera meningkatkan kadar air dan menurunkan
kekuatan geser dalam lapisan tanah.
e. Aliran air tanah akan mempercepat terjadinya longsor, karena air bekerja
sebagai pelumas. Bidang kontak antar butiran melemah karena air dapat
menurunkan tingkat kelekatan butir.
f. Pengaruh getaran, berupa gempa, ledakan dan getaran mesin dapat
mengganggu kekuatan geser dalam tanah.
g. Penggundulan daerah tebing yang digundul menyebabkan perubahan
kandungan air tanah dalam rongga dan akan menurunkan stabilitas tanah.
Faktor air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan dalam tanah.
Disamping itu, kestabilan lapisan permukaan tanah juga tergantung adanya
penggundulan.
h. Pengaruh pelapukan, secara mekanis dan kimia akan merubah sifat
kekuatan tanah dan batuan hingga mengganggu stabilitas lereng.Kekuatan
Geser Tanah dan Hubungannya Dengan Kemantapan Lereng Jika tanah
dibebani, maka akan mengakibatkan tegangan geser. Apabila tegangan
geser akan mencapai harga batas, maka massa tanah akan mengalami
deformasi dan cenderung akan runtuh. Keruntuhan tersebut mungkin akan
mengakibatkan longsoran timbunan tanah. Keruntuhan geser dalam tanah
adalah akibat gerak relatif antara butir-butir massa tanah. Jadi kekuatan
geser tanah ditentukan untuk mengukur kemampuan tanah menahan
tekanan tanpa terjadi keruntuhan.Cara-cara Menstabilkan LerengPada
prinsipnya, cara yang dipakai untuk menjadikan lereng supaya lebih aman
(lebih mantap) dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :Memperkecil gaya
penggerak atau momen penggerak

12
Dinding Penahan Tanah

Gaya atau momen penggerak dapat diperkecil hanya dengan cara merobah
bentuk lereng yang bersangkutan. Untuk itu ada dua cara:

a. Membuat lereng lebih datar, yaitu mengurangi sudut kemiringan.


b. Memperkecil ketinggian lereng.

Memperbesar gaya melawan atau momen melawan

Gaya melawan atau momen melawan dapat ditambah dengan beberapa cara;
yang paling sering dipakai ialah sebagai berikut :

a. Dengan memakai “counterweight”, yaitu tanah timbunan pada kaki


lereng.
b. Dengan mengurangi tegangan air pori di dalam lereng.
c. Dengan cara mekanis, yang dengan memasang tiang atau dengan
membuat dinding penahan.
d. Dengan cara injeksi.

C. PENCEGAHAN TERJADINYA LERENG/LONGSOR

Upaya pencegahan longsor sebenarnya sudah banyak dilakukan dari metode


tradisional atau sederhana dan berkembang hingga metode berteknologi canggih yang
rumit dan mahal. Yang paling sederhana adalah membuat terasering. Namun, upaya
ini hanya terfokus pada minimalisasi erosi akibat limpasan air hujan.

Untuk metode pencegahan longsor dengan cara yang lebih rumit, diantaranya
adalah dengan pembangunan turap, retaining wall maupun sheet pile pada lereng. Cara-
cara ini mampu meng-counter gaya yang timbul akibat perubahan morfologi lereng,
yang kebanyakan dibuat lebih curam maupun lebih tinggi. Namun, penggunaan cara
ini belum mampu mengantisipasi adanya longsoran-longsoran kecil, karena cara-cara

13
di atas belum ada yang mampu mengikat tiap butir tenah secara baik. Yang dilindungi
hanya tepi lereng yang diberi dinding penahan, sedangkan lapisan atas tanah dibiarkan
terbuka.

Metode pencegahan longsor lainnya menggunakan lapisan geosintetik yang


belakangan banyak dilakukan. Pada prinsipnya, metode ini dilakukan untuk mengikat
butir-butir tanah dengan memberikan lapisan selimut lolos air (permeable) untuk
menutupi seluruh permukaan tanah. Pada daerah dengan lereng curam, biasanya
lapisan geosintetik diikat ke lapisan tanah keras menggunakan angkur. Namun,
kelemahan dari metode ini, selain biaya yang mahal dan proses yang rumit, lapisan
tanah yang tertutup menjadi tidak produktif dan hanya mungkin ditumbuhi oleh
rerumputan.

Pada daerah pertanian dan perkebunan seperti Lembang dan sekitarnya, metode
geosintetik tentu saja tidak dapat diterapkan dalam skala yang luas untuk melindungi
lereng secara keseluruhan. Walaupun di atas lapisan geosintetik dapat ditutup dengan
lapisan tanah, namun pasti tingkat produktifitasnya tidak sebaik tanah asli. Akar-akar
tanaman yang ada dapat merusak lapisan geosintetik. Metode ini hanya cocok
diterapkan pada bangunan infrastruktur sipil yang memang memerlukan kestabilan
lereng yang baik, seperti :jalan, lining pada sungai, dan sebagainya

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting


dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah, batuan
dan bahan galian, karena menyangkut persoalan keselamatan manusia (pekerja),
keamanan peralatan serta kelancaran produksi. Keadaan ini berhubungan dengan
terdapat dalam bermacam-macam jenis pekerjaan, misalnya pada pembuatan jalan,
bendungan, penggalian kanal, penggalian untuk konstruksi, penambangan dan lain-
lain.

Dalam operasi penambangan masalah kemantapan lereng ini akan diketemukan


pada penggalian tambang terbuka, bendungan untuk cadangan air kerja, tempat
penimbunan limbah buangan (tailing disposal) dan penimbunan bijih (stockyard).
Apabila lereng-lereng yang terbentuk sebagai akibat dari proses penambangan (pit
slope) maupun yang merupakan sarana penunjang operasi penambangan (seperti
bendungan dan jalan) tidak stabil, maka akan mengganggu kegiatan produksi.

Lereng alam terbentuk karena proses alam. Gangguan terhadap kestabilan


terjadi bilamana tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gaya-gaya yang
menyebabkan gelincir pada bidang longsor. Lereng buatan tanah asli / lereng galian
(Cut Slope), Lereng ini dibuat dari tanah asli dengan memotong dengan kemiringan
tertentu. Untuk pembuatan jalan atau saliran air untuk irigasi. Kestabilan pemotongan
ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah, tekanan air akibat rembesan, dan
cara pemotongan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dakung, S, 1987, Stabilitas lereng/longsor , Mekanika Tanah, Daerah Istimewa


Yogyakarta, Depdikbud,.

Sardjono, Agung B, 1996, Mekanika Tanah, Tesis Program

Pascasardjana UGM, Yogyakarta.

Tjahjono, Gunawan, 1989, Mekanika Tanah, Semarang

https://www.neliti.com/id/publications/77250/

www.google.com & www.wikipedia .com

16

Anda mungkin juga menyukai