Anda di halaman 1dari 32

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Lereng

2.1.1 Definisi Lereng

Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu

terhadap suatu bidang horisontal dan tidak terlindungi (Das 1985). Lereng yang ada secara

umum dibagi menjadi dua kategori lereng tanah, yaitu lereng alami dan lereng buatan. Lereng

alami terbentuk secara alamiah yang biasanya terdapat di daerah perbukitan. Sedangkan lereng

buatan terbentuk oleh manusia biasanya untuk keperluan konstruksi, seperti tanggul sungai,

bendungan tanah, tanggul untuk badan jalan kereta api. Lereng alami maupun buatan masih

dibagi lagi dalam dua jenis (Soepandji, 1995), yaitu :

1. lereng dengan panjang tak hingga (infinite slopes),

2. lereng dengan panjang hingga (finite slopes).

Keruntuhan pada lereng bisa terjadi akibat gaya dorong yang timbul karena beban pada

tanah. Lereng secara alami memiliki kekuatan geser tanah dan akar tumbuhan yang digunakan

sebagai gaya penahan, apabila gaya penahan lebih kecil dibandingkan gaya pendorong maka

akan timbul keruntuhan pada lereng.8


2.2 Kelongsoran dan Pengelompokannya

2.2.1 Definisi Kelongsoran

Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang

geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya kekuatan

geser suatu massa tanah. Longsoran terjadi karena adanya gerakan tanah. Gerakan tanah adalah

suatu prosesperpindahan massa tanah atau batuan dengan arah tegak, mendatar atau miring dari

kedudukan semula, karena pengaruh gravitasi, arus air dan beban luar. Dalam pengertian ini

tidak ermasuk erosi, aliran lahar, amblesan, penurunan tanah karena konsolidasi, dan

pengembangan. Dalam klasifikasi menurut Highway Research Board 1958 dan 1978 gerakan

tanah dikelompokkan menjadi enam,yaitu runtuhan, jungkiran, longsoran, penyebaran lateral,

aliran dan majemuk.9

2.2.2 Jenis – Jenis Tanah Longsor

“Nandi (2007) mengklasifikasikan tanah longsor menjadi enam jenis yaitu:

a. Longsoran Translasi

Jenis longsoran ini berupa gerakan massa tanah dan batuan pada bidang gelincir

berbentuk merata atau menggelombang landai.


Gambar 2.1 Longsoran Translasi

a. Longsoran Rotasi

Jenis ini merupakan bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir

berbentuk cekung.

Gambar 2.2 Longsoran Rotasi

b. Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir

berbentuk rata.

Gambar 2.3 Pergerakan blok


c. Runtuhan Batu

Runtuhan batuan terjadi ketika sejumlah besar batuan atau mineral lain bergerak ke

bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung

terutama di daerah pantai.

Gambar 2.4 Runtuhan batu

d. Rayapan Tanah

Rayapan tanah adalah jenis longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran

kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenal. Setelah waktu yang cukup

lama, longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon atau rumah miring

ke bawah.
Gambar 2.5 Rayapann tanah

e. Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika masa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan

aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air serta jenis materialnya.

Gerakan terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa

tempat bisa mencapai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api.

Gambar 2.6 Aliran bahan rombakan

2.2.3 Faktor yang Menyebabkan longsor

Kontribusi pengurangan kuat geser tanah pada lereng alam yang mengalami longsor

disebabkan oleh faktor yang dapat berasal dari alam itu sendiri, erat kaitannya dengan kondisi

geologi antara lain jenis tanah, tekstur (komposisi) dari pada tanah pembentuk lereng sangat

berpengaruh terjadinya longsoran, misalnya sensivitas sifat-sifat tanah lempung, adanya lapisan

tanah shale, loess, pasir lepas, dan bahan organik. Bentuk butiran tanah (bulat, ataupun tajam)

berpengaruh terhadap friksi yang terjadi dalam tanah, pelapisan tanah, pengaruh gempa,

geomorfologi (kemiringan daerah), iklim, terutama hujan dengan intensitas tinggi atau sedang,

dengan durasi yang lama di awal musim hujan, atau menjelang akhir musim hujan, menimbulkan
perubahan parameter tanah yang berkaitan dengan pengurangan kuat gesernya (Suryolelono,

2003).

a. Faktor alam

Meliputi lereng terjal yang diakibatkan oleh patahan dan lipatan kulit bumi, erosi dan

pengikisan, daerah longsoran lama, ketebalan tanah pelapukan bersifat lembek, butiran halus,

jenuh karena air hujan, adanya retakan karena proses alam (gempa bumi, tektonik), air (hujan di

atas normal, susut air cepat, banjir, aliran air bawah tanah pada sungai lama), lapisan batuan

yang kedap air miring ke arah lereng yang berfungsi sebagai bidang longsoran.

b. Faktor manusia

Lereng menjadi terjal akibat pemotongan lereng dan penggerusan oleh air saluran di

tebing, tanah lembek dipicu oleh perubahan tata lahan menjadi lahan basah, adanya kolam ikan,

genangan air, retakan akibat getaran mesin, ledakan, beban masa yang bertambah dipicu oleh

beban kendaraan, bangunan dekat tebing, tanah kurang padat karena material urugan atau

material longsoran lama pada tebing, bocoran air saluran, luapan air saluran, kolam ikan,

penggundulan hutan sehingga terjadi pengikisan oleh air permukaan.

2.3 Stabilitas Lereng

Pada permukaan tanah yang tidak horizontal, komponen gravitasi cenderung untuk

menggerakkan tanah ke bawah. Jika komponen gravitasi sedemikian besar sehingga perlawanan

terhadap geseran yang dapat dikerahkan oleh tanah pada bidang longsornya terlampaui, maka

akan terjadi kelongsoran lereng. Analisis stabilitas pada permukaan tanah yang miring ini,

disebut analisis stabilitas lereng. Umumnya analisis stabilitas dilakukan untuk mengecek

keamanan dari lereng alam, lereng galian, dan lereng urugan tanah.
2.3.1 Teori Analisis Stabilitas Lereng

Analisis stabilitas lereng tidak mudah, karena terdapat banyak faktor yang sangat

mempengaruhi hasil hitungan. Faktor-faktor tersebut misalnya, kuat geser tanah yang

anisotropis, aliran rembesan air dalam tanah dan lain-lainnya. Terzaghi (1950) membagi

penyebab kelongsoran lereng terdiri dari akibat pengaruh dalam (internal effect) dan pengaruh

luar (external effect). Pengaruh luar, yaitu pengaruh yang menyebabkan bertambahnya gaya

geser dengan tanpa adanya perubahan kuat geser tanah. Contohnya, akibat perbuatan manusia

mempertajam kemiringan tebing atau memperdalam galian tanah dan erosi sungai. Pengaruh

dalam, yaitu longsoran yang terjadi dengan tanpa adanya perubahan kondisi luar atau gempa

bumi.

Dalam praktek, analisis stabilitas lereng didasarkan pada konsep keseimbangan plastis

batas (limit plastic equilibrium). Adapun maksud analisis stabilitas adalah untuk menentukan

faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Dalam analisis stabilitas lereng, beberapa

anggapan dibuat, yaitu:

Kelongsoran lereng terjadi di sepanjang permukaan bidang longsor tertentu dan dapat

dianggap sebagai masalah bidang 2 dimensi. Massa tanah yang longsor dianggap sebagai benda

massif. Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor tidak

tergantung dari orientasi permukaan longsor, atau dengan kata lain kuat geser tanah dianggap

isotropis . Faktor aman didefinisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-rata sepanjang

bidang longsor potensial, dan kuatgeser tanah rata-rata sepanjang permukaan longsoran. Jadi

kuat geser tanah mungkin terlampaui di titik-titik tertentu pada bidang longsornya, padahal

faktor aman hasil hitungan lebih besar, Penentuan bidang runtuh kritis yang menghasilkan faktor

keamanan minimum adalah salah satu tahap penting dalam analisis kestabilan lereng
menggunakan metode irisan. Lokasi dari bidang runtuh kritis tersebut dapat ditentukan dengan

coba-coba atau dengan metode optimasi. Prinsip dasarnya yaitu sebuah bidang runtuh yang

masuk akal dibuat kemudian dihitung faktor keamanannya. Kemudian proses tersebut diulangi

untuk sejumlah bidang runtuh yang masuk akal lainnya. Dari semua bidang runtuh yang dicoba

kemudian dipilih bidang runtuh yang menghasilkan faktor kemaanan terkecil, bidang runtuh ini

disebut bidang runtuh kritis.

Bentuk anggapan bidang longsor berupa lingkaran dimaksudkan untuk mempermudah

hitungan analisis stabilitas secara matematik, dan dipertimbangkan mendekati bentuk sebenarnya

dari bidang longsor yang sering terjadi di alam. Kesalahan analisis stabilitas lereng tidak banyak

disebabkan oleh bentuk anggapan bidang longsornya, akan tetapi kesalahan banyak disebabkan

pada penentuan sifat-sifat tanah dan pencarian longsoran kritisnya (Bowles, 1984). Bentuk

model keruntuhan biasanya dapat ditentukan dengan baik walaupun demikian untuk pusat rotasi

mungkin memerlukan beberapa kali percobaan (titik pusat dan jari-jari lingkaran ditentukan

dengan cara coba-coba) untuk mendapatkan kasus terburuk, angka keamanan yang paling

minimum. (Bowles, 1984).

Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya

yang menggerakkan, atau:

τ
F= (2.1)
τd

dengan τ adalah tahanan geser maksimum (kPa) yang dapat dikerahkan oleh tanah, dan τd adalah

tegangan geser (kPa) yang terjadi akibat gaya berat tanah yang akan longsor, dan F adalah faktor

aman.
Menurut teori Mohr-Coulomb, tahanan geser (τ) yang dapat dikerahkan oleh tanah,

disepanjang bidang longsornya, dinyatakan oleh:

τ =c +σ tg φ (2.2)

Dengan c = kohesi (kPa), σ = tegangan normal (kPa), dan ϕ = sudut gesek dalam tanah ( o ).

Nilai-nilai c dan ϕ adalah parameter kuat geser tanah di sepanjang bidang longsor.

Dengan cara yang sama, dapat dituliskan persamaan tegangan geser yang terjadi (τd) akibat

beban tanah dan beban-beban lain pada bidang longsornya:

τ d=c d +σ tg φd (2.3)

Dengan cd dan ϕd adalah kohesi (kPa) dan sudut gesek ( o ) dalam yang terjadi atau yang

dibutuhkan untuk keseimbangan pada bidang longsornya.

Sehingga apabila disubsitusikan didapatkan persamaan faktor aman sebagai berikut

c+ σ tg φ
F=
c d +σ tg φ

(2.4)

2.3.1.1 Kuat Geser Tanah

Kuat geser tanah ialah gaya-gaya perlawanan yang dibuat oleh butiran tanah terhadap

tarikan. Dalam kaitannya dengan analisis stabilitas lereng, menentukan kuat geser tanah adalah

merupakan hal terpenting. Keamanan lereng akan ditentukan oleh nilai perbandingan antara

kekuatan tanah yang menahan beban geser dengan tegangan yang dapat menyebabkan

pergerakan. Kekuatan tanah (strength) dinyatakan dalam kekuatannya menahan tekanan dan

geseran. Kekuatan geser tanah adalah bagian yang lemah dari tanah untuk menahan beban. Yang
berarti bahwa butir-butir tanah lebih cenderung lepas bergeser ketimbang hancur tertekan. Selain

itu tanah adalah merupakan material berbutir yang saling lepas dimana bila diberi tekanan,

masing-masing butir akan lebih mudah untuk saling bergeser.

Tahanan geser tanah adalah nilai tegangan geser tanah (τ), yang merupakan penjumlahan

dari sifat rekat tanah (c = kohesi) dengan perkalian dari koefisien geser tanah (tan υ) dengan

tegangan normal (σ) yang bekerja sehingga dapat dituliskan seperti persamaan. Persamaan

tersebut bila diplotkan dalam bidang tegangan normal– tegangan geser, adalah merupakan

persamaan garis lurus yang dinyatakan sebagai garis batas keruntuhan (failure line atau

envelope). Nama lain dari garis tersebut adalah garis Mohr-Coulomb. Dalam ilmu mekanika di

bidang lainnya, nilai tan υ dikenal dengan koefisien geser material dari sebuah bidang geser.

Namun telah menjadi kebiasaan di bidang mekanika tanah bahwa koefisien geser tanah tidak

disebutkan secara langsung akan tetapi disebutkan sudut yang dibentuk garis keruntuhan

terhadap bidang horizontal.

Dapat dijelaskan sebagai batasan dari kombinasi tegangan-tegangan (geser dan normal)

yang bekerja di dalam tanah. Kombinasi tegangan yang berada diantara garis keruntuhan dengan

sumbu tegangan normal (yang berarsir pada gambar) masih mampu ditahan oleh tanah (atau

tidak terjadi keruntuhan geser). Kombinasi tegangan yang berada tepat di garis keruntuhan akan

mengakibatkan terjadinya keruntuhan (geser) pada tanah. Sedangkan kombinasi tegangan geser

dan normal yang berada diatas garis keruntuhan dan sumbu tegangan geser, secara teoritis tidak

mungkin terjadi sebab tahanan geser tanah telah terlampaui sebelumnya.

2.3.1.2 Sudut Geser Dalam


Sudut geser dalam tanah adalah sudut yang dibuat di atas kertas dalam menggambarkan

tegangan-tegangan yang terjadi pada tanah. Sudut geser dalam tanah adalah sudut yang dibentuk

oleh garis batas keruntuhan (failure envelope) dengan sumbu mendatar (tegangan normal).

Perkembangan ilmu mekanika tanah telah didasarkan pada penggunaan garis keruntuhan

tersebut. Nilai ini juga didapatkan dari pengukuran engineering properties tanah dengan Direct

Shear Test. Adapun hubungan antara sudut geser dalam dan tingkat kepadatan dari suatu tanah

dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 2.1 berikut Tabel 2.1 Hubungan Sudut Geser Dalam dengan Kepadatan (Mayerhof, 1965)

Kepadatan Kuat Geser

Very Loose (Sangat Lepas) < 30

Loose (Lepas) 30-35

Medium Dense (Agak Kompak) 35-40

Dense (Kompak) 40-45

Very Dense (Sangat Kompak) >45

2.3.1.3 Kohesi

Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah. Kohesi yang ada di dalam

tanah diakibatkan oleh kekuatan tarikan ion-ion yang membentuk mineral tanah. Bersama

dengan sudut geser dalam, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang menentukan

ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah dalam hal ini

berupa gerakan lateral tanah. Deformasi ini terjadi akibat kombinasi keadaan kritis pada

tegangan normal dan tegangan geser yang tidak sesuai dengan faktor aman dari yang

direncanakan. Nilai ini didapat dari pengujian Direct Shear Test.


2.3.2 Metode Irisan (Method of Slice)

Analisis stabilitas dengan metode irisan (method of slice) lebih cocok untuk tanah yang

tidak homogen dan ada aliran air tidak menentu. Gaya normal suatu titik dilingkaran bidang

longsor dipengaruhi oleh berat tanah di atas titik tersebut. Metode ini, tanah yang akan longsor

dipecah-pecah menjadi bebrapa irisan vertikal, kemudian keseimbangan tiap irisan diperhatikan.

Gambar 2.7 Gaya-gaya yang bekerja pada irisan. (Hardiyatmo, 2010)

Dimana :

X1, Xr = gaya geser efektif disepanjang sisi irisan

E1, Er = gaya normal efektif disepanjang sisi irisan

Ti = resultan gaya geser efektif yang bekerja sepanjang dasar irisan

Ni = resultan gaya normal efektif yang bekerja sepanjang dasar irisan

U1, Ur = tekanan air pori yang bekerja dikedua sisi irisan

Ui = tekanan air pori di dasar irisan

2.3.3 Metode Fellenius

Metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) diperkenalkan pertama kali oleh Fellenius

(1927,1936) bahwa gaya memiliki sudut kemiringan paralel dengan dasar irisan faktor keamanan
dihitungn dengan keseibangan momen. Fellenius menganggap gaya –gaya yang bekerja pada sisi

kanan-kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah tegak lurus bidang longsor.

Dengan anggapan ini keseimbangan arah vertikal dan gaya-gaya yang bekerja dengan

memperhatikan tekanan air pori sebagai berikut:

Ni + Ui = Wi cos θi …………………………………………………………………….

(2.5)

Atau

Ni = Wi cos θi – Ui 17

= Wi cos θi – uiai ………………………………………..……………………..

(2.6)

Faktor aman didefinisikan :

Jumlah momen tahan geser sepanjang bidang longsor


F=
Jumlah momen berat massa tanah yang longsor

F=
∑ Mr …………………………………………………………………………..…
∑ Md
(2.7)

Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin θ, maka momen dari massa tanah

yang akan longsor adalah:

i=n

∑ M d =R ∑ W i sinθ i ………………………………………………………………(2.8)
i=1

dengan :
R = jari-jari lingkaran bidang longsor (m)

n = jumlah irisan

Wi = berat massa tanah irisan ke-I (kN)

θi = sudut yang didefinisikan pada Gambar 3.2a ( o )

Momen penahan longsor adalah.

i=n

∑ M r =R ∑ ¿ ¿ ………………………………………………….……..(2.9)
i=1

i=n

∑ ( ca1 + N 1 tgφ )
F= i=1i=n ………………………………………………………………(2.10)
∑ W i sinθi
i=1

Bila terdapat air pada lereng akibat pengaruh tekanan air pori, maka persamaan menjadi:

i=n

∑ Ca1 ( W i 1 cosθi −ui a1 ¿ tgφ )


i=1
F= i =n ………………………………….………………(2.11)
∑ W i sinθi
i=1

dengan :

F = faktor aman

c = kohesi tanah (kN/m2 )

φ = sudut gesekan dalam tanah (o )

ai = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m)


Wi = berat irisan tanah ke-i (kN)

μi = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2 )

θi = sudut yang didefinisikan pada Gambar 3.2 ( o )

Jika terdapat gaya-gaya lain selain berat tanahnya sendiri, misalnya bangunan di atas

lereng, maka momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai Md. Metode Fellenius banyak

digunakan dalam prakteknya, karena cara hitungan sederhana dan kesalahan hitungan yang

dihasilkan masih pada sisi aman.

2.3.4 Metode Elemen Hingga

Metode Analisis stabilitas lereng yang digunakan pada studi ini adalah teknik reduksi

kekuatan geser metode elemen hingga (SSR-FEM). Dalam metode ini, parameter kekuatan geser

tanah yang tersedia berturut-turut direduksi secara otomatis hingga kelongsoran terjadi. Sehingga

faktor aman (SF) stabilitas lereng menjadi:

∑ M sf = tanφ input /tanφ reduksi

= c input /creduksi ………………………………………………….………….(2.12)

Dengan :

cinput = kohesi tanah (kN/m2 )

φinput = sudut geser dalam tanah (o )

creduksi = kohesi tanah tereduksi (kN/m2 )

φreduksi = sudut geser dalam tereduksi (o )


2.3.5 Program Plaxis 2 Dimensi Versi 8.6

Program Plaxis merupakan suatu program yang dibuat berdasarkan perhitungan metode

elemen hingga yang digunakan untuk menganalisis deformasi dan stabilitas struktur geoteknik.

Plaxis mempunyai banyak kemampuan menganalisa, seperti kestabilan konstruksi, faktor

keamanan, deformasi, analisis konstruksi yang digunakan dalam aplikasi konstruksi timbunan,

dinding penahan tanah dan terowongan. Oleh karena itu, penulis memilih program Plaxis untuk

menganalisis kestabilan lereng yang terjadi pada lokasi kajian.

2.3.6 Soil Nailing

Soil nailing adalah suatu metode perbaikan tanah asli yang pertamakali di aplikasikan

pada tahun 1961. soil nailing adalah metode yang mengkombinasikan perkuatan pasif dari

batangan baja dan adukan beton (schorete).

2.3.6.1 Kelebihan Soil Nailing

1. Penggunaan metode soil nailing lebih hemat, ini dikarenakan penggunaan material dan

volume baja yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode lain seperti grand

anchors. Pengerjaan soil nailing yang lebih cepat menjadi faktor yang dapat lebih

menghemat biaya dalam pekerjaan perkuatan lereng.

2. Dinding soil nailing lebih fleksibel terhadap penurunan karena memiliki bentuk

kontruksi yang lebih tipis apabila dibandingkan dengan dinding gravitasi

3. Tahan gempa
4. Penggunaan peralatan yang relatif kecil

5. Pekerjaan kontruksi soil nailing tidak mengganggu lingkungan dikarenakan bebas dari

getaran dan memiliki tingkat suara pekerjaan yang kecil

6. Luas area yang diperlukan dalam pekerjaan tidak terlalu besar, sehingga dapat

digunakan pada pekerjaan yang memilki area pekerjaan yang kecil.

7. Dapat digunakan sebagai kontruksi sementara maupun permanen.

2.3.7 Program Geoslope

Geoslope office adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan

geolingkungan. software ini melingkupi slope w, seep w, sigma w, quake w, temp w, dan ctran

w. Aplikasi ini bersifat terintegrasi sehingga memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu

produk ke dalam produk yang lain. pada penelitian ini digunakan software dengan kategori slope

w karena sesuasi dengan kebutuhan penelitian. Slope w merupakan produk perangkat lunak

untuk membuat pemodelan lereng, menghitung faktor keamanan tanah dan kemiringan batuan.

Aplikasi slope w yang digunakan dapat menganalisis masalah baik secara sederhana maupun

kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan batas untuk

berbagai permukaan yang miring, kondisi tekanan pori-air, sifat tanah dan beban terkonsentrasi.

Pada penggunaan aplikasi geoslope dibagi beberapa bagian yaitu pengaturan awal, pembuatan

sketsa gambar, pengaturan analisys, menentukan parameter tiap lapisan tanah, menggambar,

menentukan bidang longsor, penggambaran beban merata, penggambaran soil nailing, dan

solving the problem.


2.4 Rencana dalam Melakukan Stabilitas Lereng

2.4.1 Data Perancangan

Data Penyelidikan Tanah

Dalam perencanaan konstruksi penanggulangan kelongsoran di samping jalan Cineam

Citalahab Kabupaten Tasikmalaya diperlukan data-data yang berkaitan dengan keadaan tanah

setempat.

Data-data tersebut meliputi :

a. Data Boring

Data tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan informasi mengenai lapisan tanah,

mendapatkan klasifikasi visual dan lapisan tanah pada setiap lapisan, ketinggian permukaan

tanah, muka air dan mengambil “undisturbed sample” yang kemudian diuji di laboratorium.

b. Data Sondir

Diambil untuk mengetahui nilai perlawanan konus dan tahanan geser untuk setiap lapisan

tanah dengan variasi kedalaman sampai lapisan tanah keras.

c. Data Hasil Pengujian Laboratorium.

Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium diperlukan untuk mengetahui sifat-fisik dan

sifat mekanis tanah.

Data Penunjang
a. Data geometrik lereng.

Berupa bentuk lereng (kedalaman lereng) untuk keakuratan dalam perencanaan dan

analisa stabilitas lereng, data ini didapat dari hasil pengukuran.

1. Beban

Data ini diperlukan untuk menentukan pembebanan yang terjadi pada permukaan tanah,

berupa beban mati berupa muatan yang berasal dari konstruksi atau unsur konstruksi itu,

termasuk segala unsur tambahan yang merupakan satu kesatuan dengannya. Beban hidup

merupakan semua muatan yang tidak tetap, kecuali muatan angin, muatan gempa dan pengaruh-

pengaruh khusus.

2.5 Kajian Pustaka

Stabilitas Lereng

Apabila permukaan cenderung membentuk lereng, maka tegangan geser karena gaya

berat atau gaya air rembesan dan gaya gempa timbul di dalam tanah. Bila tegangan geser

melampaui tahanan geser tanah maka tanah mulai runtuh dan akhirnya terjadi keruntuhan tanah

sepanjang bidang yang menerus dan massa tanah di atas bidang menerus ini akan longsor.

Peristiwa ini disebut sebagai keruntuhan lereng dan bidang yang menerus ini biasanya disebut

bidang gelincir.

Lereng adalah suatu permukaan tanah yang tidak horizontal, yang membentuk

kemiringan atau sudut terhadap garis horizontal. Gaya-gaya gravitasi dan gaya air rembesan

(seepage) cenderung menyebabkan ketidakstabilan pada lereng alami ataupun pada lereng yang

akan dibentuk dengan cara penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan tanah.
Pada bidang rekayasa sipil ada beberapa lereng yang kita kenal yaitu:

a. Lereng Alam, lereng terbentuk karena proses alam.

b. Lereng yang dibuat dari tanah asli, misalnya lereng gunung dipotong untuk pembuatan

jalan.

c. Lereng dari tanah asli yang dipadatkan.


Ada 3 (tiga) jenis kelongsoran yang sering terjadi pada lereng yaitu :

Kelongsoran lereng atau talud dangkal (shallow slope failure). Merupakan kelongsoran

yang terjadi sepanjang bidang gelincir yang masih dalam batas lereng.

Gambar 2.8

Kelongsoran Lereng atau Talud Dangkal (shallow slope failure)

Kelongsoran ujung kaki atau talud (toe failure). Merupakan kelongsoran yang terjadi

pada ujung bawah lereng.

Gambar 2.9 Kelongsoran Ujung

Kaki Lereng atau Talud (toe failure)


Kelongsoran dasar lereng merupakan kelongsoran yang terjadi pada bidang gelincir

melewati ujung bawah lereng.

Gambar 2.10 Kelongsoran Dasar Lereng


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Pembahasan

Sebelum melakukan analisis perkuatan tanah, diperlukan pengujian lapangan dan

laboratorium. Hasil dari kajian ini adalah sebagai berikut ini.

a. Kondisi Longsor

Tanah longsor di ruas jalan Cineam - Citalahab terjadi pada bulan Februari tahun 2022

dengan menimpa badan jalan sepanjang 40 meter. Jalan dibangun disamping tebing dengan

tinggi tebing sekitar 8 meter dan bawah tebing sedalam kurang lebih 100 meter. Kondisi

keruntuhan lereng dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2
Gambar 3.1 Longsor yang menimpa seluruh badan jalan ruas jalan Cineam - Citalahab
Gambar 3.2 Kondisi tebing longsor dari atas dan ke bawah pada ruas jalan Cineam –

Citalahab

3.2 TahapanPenelitian

Untuk mendapatkan data yang akan digunakan pada penelitian ini, dilakukan penelitian
dan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung, tahapan penelitian yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Kegiatan ini merupakan tahapan awal sebelum kegiatan lapangan yang melliputi:

a. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dilakukan untuk mengetahui masalah apa yang akan digunakan
sebagai penelitian dalam penyusunan skripsi. Rumusan masalah ini juga akan menjadi batasan
dalam melakukan penelitian.
b. Studi Pustaka

Tahap ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai teori mengenai sifat fisik dan
mekanika batuan, struktur geology dan analisis geometri lereng. Studi literatur ini diperoleh dari
berbagai sumber, baik dari buku, jurnal, artikel, laporan terdahulu maupun sumber-sumber lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian di Lapangan

Dalam melaksanakan penelitian di lapangan dilakukan beberapa tahap, yaitu :

a. Observasi lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan yang


akan dibahas dan mencari informasi-informasi pendukung yang berkaitan dengan
masalah.
b. Penentuan batas lokasi pengamatan Mencocokkan dengan perumusan masalah yang
bertujuan agar penelitian yang dilakukan tidak meluas, data yang diambil dapat
dipergunakan secara efektif.

3. Pengambilan Data

Data yang digunakan sebagai parameter dalam penelitian ini, yaitu:

a. Data Geoteknik

Data geoteknik pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung
dilapangan dan studi literatur. Data geoteknik berupa data geometri lereng diperoleh dengan
melakukan analisis data DEM pada perangkat lunak ArcGIS dan data litologi diperoleh dengan
melakukan pengambilan sampel berupa parit uji dan sumur uji, serta berdasarkan studi literatur.

b. Data Pengukuran

Data pengukuran merupakan data hasil pengukuran langsung dilapangan. Data


pengukuran berupa pengambilan sampel tanah untuk analisis sifat fisik dan mekanik tanah pada
daerah penelitian.

4. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa perhitungan dan penggambaran, selanjutnya
disajikan dalam betuk tabel-tabel, grafik, rangkaian perhitungan maupun dalam bentuk simulasi
atau pemodelan dalam menyelesaikan suatu proses tertentu. Data geoteknik dan data pengukuran
dilapangan yang diperoleh kemudian dianalisis untuk memperoleh data sifat fisik dan mekanik
tanah serta data geometri lereng. Data geometri lereng, sifat fisik dan mekanik batuan diolah
dengan bantuan software ArcGIS dan software GEO5 untuk melakukan analisis kestabilan
lereng.

5. Analisis Data

Analisis stabilitas pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan lereng pada
rencana pembangunan saluran pembawa air. Analisis stabilitas lereng akan memberikan hasil
berupa faktor keamanan yang menunjukkan apakan lereng tersebut stabil ataupun tidak stabil.
Standar faktor keamanan yang digunakan adalah ≥ 1,3.

Apabila geometri lereng yang ada dalam keadan tidak stabil atau tidak aman maka perlu
dilakukan kajian dan desain geometri ulang, untuk mendapatkan nilai faktor keamanan yang
stabil. Pada penelitian ini, analisis kestabilan lereng dilakukan dengan metode Fellenius yang
menggambarkan bidang gelincir pada lereng. Analisis kestabilan dilakukan dengan bantuan
software GEO5 dengan menggunakan geometri lereng (tinggi, lebar dan sudut lereng), berat isi
tanah, berat isi tanah jenuh, kohesi dan sudut gesek dalam.

Maka dari itu sesuai dengan alasan yang sudah dijelaskan diatas maka perlu adanya
penelitian yang dilakukan di ruas jalan Kabupaten Tasikmalaya mengenai analisis stabilitas
lereng ruas jalan Cineam - Citahalab Kabupaten tasikmalaya.

3.3 Analisi Data

Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilanjutkan dengan penganalisaan data yang

ditujukan untuk perencanaan konstruksi penanggulangan kelongsoran yang aman. Kegiatan ini

meliputi :

a. Analisa data tanah, penentuan klasifikasi, sifat rekayasa tanah yang dipakai pada

perhitungan
b. Perhitungan beban luar berupa beban mati dan beban hidup

c. Pradesain analisa kelongsoran lereng

d. Perancangan konstruksi penahan kelongsoran lereng.

Untuk menganalisa stabilitas lereng menggunakan perhitungan manual metode irisan Bishop

yang kemudian dibandingkan dengan aplikasi komputer menggunakan software XTABL.


DAFTAR PUSTAKA

1. H Kara OAMA. 済無 No Title No Title No Title. Pap Knowl Towar a Media Hist Doc.
2014;7(2):107–15.

2. Fitria. Lereng dan Kategorinya. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689–99.

3. Nugroho U, Tri Cahyo HA, Mego Purnomo dan. Mekanisme Longsoran Lereng pada
Ruas Jalan Raya Sekaran Gunungpati Semarang. J Tek Sipil Perenc. 2012;14(1):71–80.

4. Pertanian FT. Mekanika tanah (sil211) .

5. Metode M, Hingga E, Hamdhan IN, Pratiwi DS. Analisis Stabilitas Lereng dalam
Penanganan Longsoran. J Rekayasa Hijau ISSN 2550-1070. 2017;I(2):100–11.

6. Hartini R, Wardana IWRIGN, Columb M. SUKASADA – CANDI KUNING SLOPE ’ S


LANDSLIDE SUSCEPTIBILITY STUDY CASE SUKASADA – CANDIKUNING
ROAD SECTION Abstract : Slope stability analysis along roads Denpasar – Singaraja
have been calculated using. J Spektran. 2014;2(2):10–5.

7. Banjang K. LERENG PADA RUAS JALAN ABDUL AZIS KARIAS ( PASAR


AMUNTAI ), Akhmad Gazali Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary Email :
akhmadgazali.ftsuniska@gmail.com Analisis Stabilitas Lereng Dan Pena. :64–74.

8. Iii BAB, Teori L. Momen Penahan Momen Penggerak ோ ೎ .௅. :14–26.

9. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah. 2012;5–11.

Anda mungkin juga menyukai