STUDI PUSTAKA
2.1 Lereng
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu
terhadap suatu bidang horisontal dan tidak terlindungi (Das 1985). Lereng yang ada secara
umum dibagi menjadi dua kategori lereng tanah, yaitu lereng alami dan lereng buatan. Lereng
alami terbentuk secara alamiah yang biasanya terdapat di daerah perbukitan. Sedangkan lereng
buatan terbentuk oleh manusia biasanya untuk keperluan konstruksi, seperti tanggul sungai,
bendungan tanah, tanggul untuk badan jalan kereta api. Lereng alami maupun buatan masih
Keruntuhan pada lereng bisa terjadi akibat gaya dorong yang timbul karena beban pada
tanah. Lereng secara alami memiliki kekuatan geser tanah dan akar tumbuhan yang digunakan
sebagai gaya penahan, apabila gaya penahan lebih kecil dibandingkan gaya pendorong maka
Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang
geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya kekuatan
geser suatu massa tanah. Longsoran terjadi karena adanya gerakan tanah. Gerakan tanah adalah
suatu prosesperpindahan massa tanah atau batuan dengan arah tegak, mendatar atau miring dari
kedudukan semula, karena pengaruh gravitasi, arus air dan beban luar. Dalam pengertian ini
tidak ermasuk erosi, aliran lahar, amblesan, penurunan tanah karena konsolidasi, dan
pengembangan. Dalam klasifikasi menurut Highway Research Board 1958 dan 1978 gerakan
a. Longsoran Translasi
Jenis longsoran ini berupa gerakan massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
a. Longsoran Rotasi
Jenis ini merupakan bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
b. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata.
Runtuhan batuan terjadi ketika sejumlah besar batuan atau mineral lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung
d. Rayapan Tanah
Rayapan tanah adalah jenis longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran
kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenal. Setelah waktu yang cukup
lama, longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon atau rumah miring
ke bawah.
Gambar 2.5 Rayapann tanah
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika masa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air serta jenis materialnya.
Gerakan terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa
tempat bisa mencapai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api.
Kontribusi pengurangan kuat geser tanah pada lereng alam yang mengalami longsor
disebabkan oleh faktor yang dapat berasal dari alam itu sendiri, erat kaitannya dengan kondisi
geologi antara lain jenis tanah, tekstur (komposisi) dari pada tanah pembentuk lereng sangat
berpengaruh terjadinya longsoran, misalnya sensivitas sifat-sifat tanah lempung, adanya lapisan
tanah shale, loess, pasir lepas, dan bahan organik. Bentuk butiran tanah (bulat, ataupun tajam)
berpengaruh terhadap friksi yang terjadi dalam tanah, pelapisan tanah, pengaruh gempa,
geomorfologi (kemiringan daerah), iklim, terutama hujan dengan intensitas tinggi atau sedang,
dengan durasi yang lama di awal musim hujan, atau menjelang akhir musim hujan, menimbulkan
perubahan parameter tanah yang berkaitan dengan pengurangan kuat gesernya (Suryolelono,
2003).
a. Faktor alam
Meliputi lereng terjal yang diakibatkan oleh patahan dan lipatan kulit bumi, erosi dan
pengikisan, daerah longsoran lama, ketebalan tanah pelapukan bersifat lembek, butiran halus,
jenuh karena air hujan, adanya retakan karena proses alam (gempa bumi, tektonik), air (hujan di
atas normal, susut air cepat, banjir, aliran air bawah tanah pada sungai lama), lapisan batuan
yang kedap air miring ke arah lereng yang berfungsi sebagai bidang longsoran.
b. Faktor manusia
Lereng menjadi terjal akibat pemotongan lereng dan penggerusan oleh air saluran di
tebing, tanah lembek dipicu oleh perubahan tata lahan menjadi lahan basah, adanya kolam ikan,
genangan air, retakan akibat getaran mesin, ledakan, beban masa yang bertambah dipicu oleh
beban kendaraan, bangunan dekat tebing, tanah kurang padat karena material urugan atau
material longsoran lama pada tebing, bocoran air saluran, luapan air saluran, kolam ikan,
Pada permukaan tanah yang tidak horizontal, komponen gravitasi cenderung untuk
menggerakkan tanah ke bawah. Jika komponen gravitasi sedemikian besar sehingga perlawanan
terhadap geseran yang dapat dikerahkan oleh tanah pada bidang longsornya terlampaui, maka
akan terjadi kelongsoran lereng. Analisis stabilitas pada permukaan tanah yang miring ini,
disebut analisis stabilitas lereng. Umumnya analisis stabilitas dilakukan untuk mengecek
keamanan dari lereng alam, lereng galian, dan lereng urugan tanah.
2.3.1 Teori Analisis Stabilitas Lereng
Analisis stabilitas lereng tidak mudah, karena terdapat banyak faktor yang sangat
mempengaruhi hasil hitungan. Faktor-faktor tersebut misalnya, kuat geser tanah yang
anisotropis, aliran rembesan air dalam tanah dan lain-lainnya. Terzaghi (1950) membagi
penyebab kelongsoran lereng terdiri dari akibat pengaruh dalam (internal effect) dan pengaruh
luar (external effect). Pengaruh luar, yaitu pengaruh yang menyebabkan bertambahnya gaya
geser dengan tanpa adanya perubahan kuat geser tanah. Contohnya, akibat perbuatan manusia
mempertajam kemiringan tebing atau memperdalam galian tanah dan erosi sungai. Pengaruh
dalam, yaitu longsoran yang terjadi dengan tanpa adanya perubahan kondisi luar atau gempa
bumi.
Dalam praktek, analisis stabilitas lereng didasarkan pada konsep keseimbangan plastis
batas (limit plastic equilibrium). Adapun maksud analisis stabilitas adalah untuk menentukan
faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Dalam analisis stabilitas lereng, beberapa
Kelongsoran lereng terjadi di sepanjang permukaan bidang longsor tertentu dan dapat
dianggap sebagai masalah bidang 2 dimensi. Massa tanah yang longsor dianggap sebagai benda
massif. Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor tidak
tergantung dari orientasi permukaan longsor, atau dengan kata lain kuat geser tanah dianggap
isotropis . Faktor aman didefinisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-rata sepanjang
bidang longsor potensial, dan kuatgeser tanah rata-rata sepanjang permukaan longsoran. Jadi
kuat geser tanah mungkin terlampaui di titik-titik tertentu pada bidang longsornya, padahal
faktor aman hasil hitungan lebih besar, Penentuan bidang runtuh kritis yang menghasilkan faktor
keamanan minimum adalah salah satu tahap penting dalam analisis kestabilan lereng
menggunakan metode irisan. Lokasi dari bidang runtuh kritis tersebut dapat ditentukan dengan
coba-coba atau dengan metode optimasi. Prinsip dasarnya yaitu sebuah bidang runtuh yang
masuk akal dibuat kemudian dihitung faktor keamanannya. Kemudian proses tersebut diulangi
untuk sejumlah bidang runtuh yang masuk akal lainnya. Dari semua bidang runtuh yang dicoba
kemudian dipilih bidang runtuh yang menghasilkan faktor kemaanan terkecil, bidang runtuh ini
hitungan analisis stabilitas secara matematik, dan dipertimbangkan mendekati bentuk sebenarnya
dari bidang longsor yang sering terjadi di alam. Kesalahan analisis stabilitas lereng tidak banyak
disebabkan oleh bentuk anggapan bidang longsornya, akan tetapi kesalahan banyak disebabkan
pada penentuan sifat-sifat tanah dan pencarian longsoran kritisnya (Bowles, 1984). Bentuk
model keruntuhan biasanya dapat ditentukan dengan baik walaupun demikian untuk pusat rotasi
mungkin memerlukan beberapa kali percobaan (titik pusat dan jari-jari lingkaran ditentukan
dengan cara coba-coba) untuk mendapatkan kasus terburuk, angka keamanan yang paling
Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya
τ
F= (2.1)
τd
dengan τ adalah tahanan geser maksimum (kPa) yang dapat dikerahkan oleh tanah, dan τd adalah
tegangan geser (kPa) yang terjadi akibat gaya berat tanah yang akan longsor, dan F adalah faktor
aman.
Menurut teori Mohr-Coulomb, tahanan geser (τ) yang dapat dikerahkan oleh tanah,
τ =c +σ tg φ (2.2)
Dengan c = kohesi (kPa), σ = tegangan normal (kPa), dan ϕ = sudut gesek dalam tanah ( o ).
Nilai-nilai c dan ϕ adalah parameter kuat geser tanah di sepanjang bidang longsor.
Dengan cara yang sama, dapat dituliskan persamaan tegangan geser yang terjadi (τd) akibat
τ d=c d +σ tg φd (2.3)
Dengan cd dan ϕd adalah kohesi (kPa) dan sudut gesek ( o ) dalam yang terjadi atau yang
c+ σ tg φ
F=
c d +σ tg φ
(2.4)
Kuat geser tanah ialah gaya-gaya perlawanan yang dibuat oleh butiran tanah terhadap
tarikan. Dalam kaitannya dengan analisis stabilitas lereng, menentukan kuat geser tanah adalah
merupakan hal terpenting. Keamanan lereng akan ditentukan oleh nilai perbandingan antara
kekuatan tanah yang menahan beban geser dengan tegangan yang dapat menyebabkan
pergerakan. Kekuatan tanah (strength) dinyatakan dalam kekuatannya menahan tekanan dan
geseran. Kekuatan geser tanah adalah bagian yang lemah dari tanah untuk menahan beban. Yang
berarti bahwa butir-butir tanah lebih cenderung lepas bergeser ketimbang hancur tertekan. Selain
itu tanah adalah merupakan material berbutir yang saling lepas dimana bila diberi tekanan,
Tahanan geser tanah adalah nilai tegangan geser tanah (τ), yang merupakan penjumlahan
dari sifat rekat tanah (c = kohesi) dengan perkalian dari koefisien geser tanah (tan υ) dengan
tegangan normal (σ) yang bekerja sehingga dapat dituliskan seperti persamaan. Persamaan
tersebut bila diplotkan dalam bidang tegangan normal– tegangan geser, adalah merupakan
persamaan garis lurus yang dinyatakan sebagai garis batas keruntuhan (failure line atau
envelope). Nama lain dari garis tersebut adalah garis Mohr-Coulomb. Dalam ilmu mekanika di
bidang lainnya, nilai tan υ dikenal dengan koefisien geser material dari sebuah bidang geser.
Namun telah menjadi kebiasaan di bidang mekanika tanah bahwa koefisien geser tanah tidak
disebutkan secara langsung akan tetapi disebutkan sudut yang dibentuk garis keruntuhan
Dapat dijelaskan sebagai batasan dari kombinasi tegangan-tegangan (geser dan normal)
yang bekerja di dalam tanah. Kombinasi tegangan yang berada diantara garis keruntuhan dengan
sumbu tegangan normal (yang berarsir pada gambar) masih mampu ditahan oleh tanah (atau
tidak terjadi keruntuhan geser). Kombinasi tegangan yang berada tepat di garis keruntuhan akan
mengakibatkan terjadinya keruntuhan (geser) pada tanah. Sedangkan kombinasi tegangan geser
dan normal yang berada diatas garis keruntuhan dan sumbu tegangan geser, secara teoritis tidak
tegangan-tegangan yang terjadi pada tanah. Sudut geser dalam tanah adalah sudut yang dibentuk
oleh garis batas keruntuhan (failure envelope) dengan sumbu mendatar (tegangan normal).
Perkembangan ilmu mekanika tanah telah didasarkan pada penggunaan garis keruntuhan
tersebut. Nilai ini juga didapatkan dari pengukuran engineering properties tanah dengan Direct
Shear Test. Adapun hubungan antara sudut geser dalam dan tingkat kepadatan dari suatu tanah
Tabel 2.1 berikut Tabel 2.1 Hubungan Sudut Geser Dalam dengan Kepadatan (Mayerhof, 1965)
2.3.1.3 Kohesi
Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah. Kohesi yang ada di dalam
tanah diakibatkan oleh kekuatan tarikan ion-ion yang membentuk mineral tanah. Bersama
dengan sudut geser dalam, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang menentukan
ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah dalam hal ini
berupa gerakan lateral tanah. Deformasi ini terjadi akibat kombinasi keadaan kritis pada
tegangan normal dan tegangan geser yang tidak sesuai dengan faktor aman dari yang
Analisis stabilitas dengan metode irisan (method of slice) lebih cocok untuk tanah yang
tidak homogen dan ada aliran air tidak menentu. Gaya normal suatu titik dilingkaran bidang
longsor dipengaruhi oleh berat tanah di atas titik tersebut. Metode ini, tanah yang akan longsor
dipecah-pecah menjadi bebrapa irisan vertikal, kemudian keseimbangan tiap irisan diperhatikan.
Dimana :
Metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) diperkenalkan pertama kali oleh Fellenius
(1927,1936) bahwa gaya memiliki sudut kemiringan paralel dengan dasar irisan faktor keamanan
dihitungn dengan keseibangan momen. Fellenius menganggap gaya –gaya yang bekerja pada sisi
kanan-kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah tegak lurus bidang longsor.
Dengan anggapan ini keseimbangan arah vertikal dan gaya-gaya yang bekerja dengan
Ni + Ui = Wi cos θi …………………………………………………………………….
(2.5)
Atau
Ni = Wi cos θi – Ui 17
(2.6)
F=
∑ Mr …………………………………………………………………………..…
∑ Md
(2.7)
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin θ, maka momen dari massa tanah
i=n
∑ M d =R ∑ W i sinθ i ………………………………………………………………(2.8)
i=1
dengan :
R = jari-jari lingkaran bidang longsor (m)
n = jumlah irisan
i=n
∑ M r =R ∑ ¿ ¿ ………………………………………………….……..(2.9)
i=1
i=n
∑ ( ca1 + N 1 tgφ )
F= i=1i=n ………………………………………………………………(2.10)
∑ W i sinθi
i=1
Bila terdapat air pada lereng akibat pengaruh tekanan air pori, maka persamaan menjadi:
i=n
dengan :
F = faktor aman
Jika terdapat gaya-gaya lain selain berat tanahnya sendiri, misalnya bangunan di atas
lereng, maka momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai Md. Metode Fellenius banyak
digunakan dalam prakteknya, karena cara hitungan sederhana dan kesalahan hitungan yang
Metode Analisis stabilitas lereng yang digunakan pada studi ini adalah teknik reduksi
kekuatan geser metode elemen hingga (SSR-FEM). Dalam metode ini, parameter kekuatan geser
tanah yang tersedia berturut-turut direduksi secara otomatis hingga kelongsoran terjadi. Sehingga
Dengan :
Program Plaxis merupakan suatu program yang dibuat berdasarkan perhitungan metode
elemen hingga yang digunakan untuk menganalisis deformasi dan stabilitas struktur geoteknik.
keamanan, deformasi, analisis konstruksi yang digunakan dalam aplikasi konstruksi timbunan,
dinding penahan tanah dan terowongan. Oleh karena itu, penulis memilih program Plaxis untuk
Soil nailing adalah suatu metode perbaikan tanah asli yang pertamakali di aplikasikan
pada tahun 1961. soil nailing adalah metode yang mengkombinasikan perkuatan pasif dari
1. Penggunaan metode soil nailing lebih hemat, ini dikarenakan penggunaan material dan
volume baja yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode lain seperti grand
anchors. Pengerjaan soil nailing yang lebih cepat menjadi faktor yang dapat lebih
2. Dinding soil nailing lebih fleksibel terhadap penurunan karena memiliki bentuk
3. Tahan gempa
4. Penggunaan peralatan yang relatif kecil
5. Pekerjaan kontruksi soil nailing tidak mengganggu lingkungan dikarenakan bebas dari
6. Luas area yang diperlukan dalam pekerjaan tidak terlalu besar, sehingga dapat
Geoslope office adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan
geolingkungan. software ini melingkupi slope w, seep w, sigma w, quake w, temp w, dan ctran
w. Aplikasi ini bersifat terintegrasi sehingga memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu
produk ke dalam produk yang lain. pada penelitian ini digunakan software dengan kategori slope
w karena sesuasi dengan kebutuhan penelitian. Slope w merupakan produk perangkat lunak
untuk membuat pemodelan lereng, menghitung faktor keamanan tanah dan kemiringan batuan.
Aplikasi slope w yang digunakan dapat menganalisis masalah baik secara sederhana maupun
kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan batas untuk
berbagai permukaan yang miring, kondisi tekanan pori-air, sifat tanah dan beban terkonsentrasi.
Pada penggunaan aplikasi geoslope dibagi beberapa bagian yaitu pengaturan awal, pembuatan
sketsa gambar, pengaturan analisys, menentukan parameter tiap lapisan tanah, menggambar,
menentukan bidang longsor, penggambaran beban merata, penggambaran soil nailing, dan
Citalahab Kabupaten Tasikmalaya diperlukan data-data yang berkaitan dengan keadaan tanah
setempat.
a. Data Boring
mendapatkan klasifikasi visual dan lapisan tanah pada setiap lapisan, ketinggian permukaan
tanah, muka air dan mengambil “undisturbed sample” yang kemudian diuji di laboratorium.
b. Data Sondir
Diambil untuk mengetahui nilai perlawanan konus dan tahanan geser untuk setiap lapisan
Data Penunjang
a. Data geometrik lereng.
Berupa bentuk lereng (kedalaman lereng) untuk keakuratan dalam perencanaan dan
1. Beban
Data ini diperlukan untuk menentukan pembebanan yang terjadi pada permukaan tanah,
berupa beban mati berupa muatan yang berasal dari konstruksi atau unsur konstruksi itu,
termasuk segala unsur tambahan yang merupakan satu kesatuan dengannya. Beban hidup
merupakan semua muatan yang tidak tetap, kecuali muatan angin, muatan gempa dan pengaruh-
pengaruh khusus.
Stabilitas Lereng
Apabila permukaan cenderung membentuk lereng, maka tegangan geser karena gaya
berat atau gaya air rembesan dan gaya gempa timbul di dalam tanah. Bila tegangan geser
melampaui tahanan geser tanah maka tanah mulai runtuh dan akhirnya terjadi keruntuhan tanah
sepanjang bidang yang menerus dan massa tanah di atas bidang menerus ini akan longsor.
Peristiwa ini disebut sebagai keruntuhan lereng dan bidang yang menerus ini biasanya disebut
bidang gelincir.
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang tidak horizontal, yang membentuk
kemiringan atau sudut terhadap garis horizontal. Gaya-gaya gravitasi dan gaya air rembesan
(seepage) cenderung menyebabkan ketidakstabilan pada lereng alami ataupun pada lereng yang
akan dibentuk dengan cara penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan tanah.
Pada bidang rekayasa sipil ada beberapa lereng yang kita kenal yaitu:
b. Lereng yang dibuat dari tanah asli, misalnya lereng gunung dipotong untuk pembuatan
jalan.
Kelongsoran lereng atau talud dangkal (shallow slope failure). Merupakan kelongsoran
yang terjadi sepanjang bidang gelincir yang masih dalam batas lereng.
Gambar 2.8
Kelongsoran ujung kaki atau talud (toe failure). Merupakan kelongsoran yang terjadi
METODOLOGI PENELITIAN
a. Kondisi Longsor
Tanah longsor di ruas jalan Cineam - Citalahab terjadi pada bulan Februari tahun 2022
dengan menimpa badan jalan sepanjang 40 meter. Jalan dibangun disamping tebing dengan
tinggi tebing sekitar 8 meter dan bawah tebing sedalam kurang lebih 100 meter. Kondisi
keruntuhan lereng dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2
Gambar 3.1 Longsor yang menimpa seluruh badan jalan ruas jalan Cineam - Citalahab
Gambar 3.2 Kondisi tebing longsor dari atas dan ke bawah pada ruas jalan Cineam –
Citalahab
3.2 TahapanPenelitian
Untuk mendapatkan data yang akan digunakan pada penelitian ini, dilakukan penelitian
dan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung, tahapan penelitian yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Kegiatan ini merupakan tahapan awal sebelum kegiatan lapangan yang melliputi:
a. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan untuk mengetahui masalah apa yang akan digunakan
sebagai penelitian dalam penyusunan skripsi. Rumusan masalah ini juga akan menjadi batasan
dalam melakukan penelitian.
b. Studi Pustaka
Tahap ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai teori mengenai sifat fisik dan
mekanika batuan, struktur geology dan analisis geometri lereng. Studi literatur ini diperoleh dari
berbagai sumber, baik dari buku, jurnal, artikel, laporan terdahulu maupun sumber-sumber lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian di Lapangan
3. Pengambilan Data
a. Data Geoteknik
Data geoteknik pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung
dilapangan dan studi literatur. Data geoteknik berupa data geometri lereng diperoleh dengan
melakukan analisis data DEM pada perangkat lunak ArcGIS dan data litologi diperoleh dengan
melakukan pengambilan sampel berupa parit uji dan sumur uji, serta berdasarkan studi literatur.
b. Data Pengukuran
4. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa perhitungan dan penggambaran, selanjutnya
disajikan dalam betuk tabel-tabel, grafik, rangkaian perhitungan maupun dalam bentuk simulasi
atau pemodelan dalam menyelesaikan suatu proses tertentu. Data geoteknik dan data pengukuran
dilapangan yang diperoleh kemudian dianalisis untuk memperoleh data sifat fisik dan mekanik
tanah serta data geometri lereng. Data geometri lereng, sifat fisik dan mekanik batuan diolah
dengan bantuan software ArcGIS dan software GEO5 untuk melakukan analisis kestabilan
lereng.
5. Analisis Data
Analisis stabilitas pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan lereng pada
rencana pembangunan saluran pembawa air. Analisis stabilitas lereng akan memberikan hasil
berupa faktor keamanan yang menunjukkan apakan lereng tersebut stabil ataupun tidak stabil.
Standar faktor keamanan yang digunakan adalah ≥ 1,3.
Apabila geometri lereng yang ada dalam keadan tidak stabil atau tidak aman maka perlu
dilakukan kajian dan desain geometri ulang, untuk mendapatkan nilai faktor keamanan yang
stabil. Pada penelitian ini, analisis kestabilan lereng dilakukan dengan metode Fellenius yang
menggambarkan bidang gelincir pada lereng. Analisis kestabilan dilakukan dengan bantuan
software GEO5 dengan menggunakan geometri lereng (tinggi, lebar dan sudut lereng), berat isi
tanah, berat isi tanah jenuh, kohesi dan sudut gesek dalam.
Maka dari itu sesuai dengan alasan yang sudah dijelaskan diatas maka perlu adanya
penelitian yang dilakukan di ruas jalan Kabupaten Tasikmalaya mengenai analisis stabilitas
lereng ruas jalan Cineam - Citahalab Kabupaten tasikmalaya.
Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilanjutkan dengan penganalisaan data yang
ditujukan untuk perencanaan konstruksi penanggulangan kelongsoran yang aman. Kegiatan ini
meliputi :
a. Analisa data tanah, penentuan klasifikasi, sifat rekayasa tanah yang dipakai pada
perhitungan
b. Perhitungan beban luar berupa beban mati dan beban hidup
Untuk menganalisa stabilitas lereng menggunakan perhitungan manual metode irisan Bishop
1. H Kara OAMA. 済無 No Title No Title No Title. Pap Knowl Towar a Media Hist Doc.
2014;7(2):107–15.
3. Nugroho U, Tri Cahyo HA, Mego Purnomo dan. Mekanisme Longsoran Lereng pada
Ruas Jalan Raya Sekaran Gunungpati Semarang. J Tek Sipil Perenc. 2012;14(1):71–80.
5. Metode M, Hingga E, Hamdhan IN, Pratiwi DS. Analisis Stabilitas Lereng dalam
Penanganan Longsoran. J Rekayasa Hijau ISSN 2550-1070. 2017;I(2):100–11.