Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanah mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu pekerjaan konstruksi
bangunan seperti pada lereng. Faktor keamanan atau stabilitas suatu lereng atau talud
merupakan salah satu faktor yang harus dipehitungkan pada lereng atau talud tersebut. Jika
lereng masih dalam kondisi aman atau stabil berarti lereng tidak akan mudah longsor, tetapi
sebaliknya jika lereng terganggu oleh gaya internal atau eksternal maka lereng mudah
longsor.
Pada tanah-tanah yang bersifat lunak kelongsoran akan sangat mudah terjadi akibat
keruntuhan lereng. Penyebab terjadinya kelongsoran lereng juga dapat disebabkan beberapa
hal. Perubahan tinggi suatu tebing secara alami karena erosi juga akan merubah stabilitas
suatu lereng, semakin tinggi lereng akan semakin besar longsornya. Peningkatan beban
permukaan akan meningkatkan tegangan dalam tanah temasuk meningkatnya tekanan air
pori, hal ini akan menurunkan stabilitas lereng. Perubahan kadar air, baik karena air hujan
maupun resapan air dari tempat lain dalam tanah, akan segera meningkatkan kadar air dan
menurunkan kekuatan geser dalam lapisan tanah. Adanya aliran air dalam tanah
menyebabkan bidang kontak antarbutir akan melemah karena air dapat menurunkan tingkat
kelekatan butir, sehingga menyebabkan kenaikan tekanan lateral oleh air (air yang mengisi
retakan akan mendorong tanah ke arah lateral). Pengaruh aliran air atau rembesan menjadi
faktor sangat penting dalam stabilitas lereng

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1) Apa itu keruntuhan lereng?
2) Apa saja Macam-macam keruntuhan lereng?
3) Apa Penyebab keruntuhan lereng?
4) Bagaimanakah cara mengatasi keruntuhan lereng?

1.3 Tujuan
1) Mengenal apa itu keruntuhan lereng (longsor)
2) Mengetehui macam-macam keruntuhan lereng
3) Mengetahui penyebab terjadinya keruntuhan lereng
4) Mengetahui cara untuk mengatasi keru
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keruntuhan Lereng dan Longsoran

Fenomena ketidakstabilan suatu lereng dapat diklasifikasikan menjadi keruntuhan lereng


(slope failure) dan longsoran (landslide).Keruntuhan lereng dan longsoran dapat terjadi pada
suatu galian maupun pada suatu timbunan.

Longsoran merupakan suatu proses pergerakan massa tanah dan atau massa hancuran
batuan penyusun lereng yang bergerak menuruni lerengnya akibat dari terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Kelongsoran dapat terjadi pada setiap
macam lereng, akibat berat tanah sendiri, ditambah dengan pengaruh yang besar dari
rembesan air tanah, serta gaya lain dari luar lereng.
Wesley (1977 : 461) membagi lereng menjadi 3 macam ditinjau dari segi terbentuknya,
yaitu :
1) Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk akibat kegiatan alam, seperti erosi, gerakan
tektonik dan sebagainya.
2) Lereng yang dibuat manusia, akibat penggalian atau pemotongan pada tanah asli.
3) Lereng timbunan tanah, seperti urugan untuk jalan raya.
Menurut Craig (1989 : 321), gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) cenderung
menyebabkan ketidakstabilan (instability) pada lereng alami (natural slope), pada lereng
yang dibentuk dengan cara penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan tanah (earth
dams).

2.2 Macam – macam Keruntuhan Lereng dan Longsoran

Sharpe (1938) telah mengklasifikasikan longsor berdasar material dan kecepatan


pergerakan tanah dengan siklus geomorfologi serta faktor cuaca.Sedangkan Savarenski dari
Soviet (1939) membagi kelongsoran kedalam 3 kelompok sebagai berikut :
1) Longsor Aseqvent
Longsor Aseqvent terjadi pada tanah kohesif yang homogen dan bidang longsornya
hamper mendekati lingkaran.
2) Longsor Conseqvent
Longsor conseqvent terjadi bilamana bergerak diatas bidang-bidang lapis atau sesar
(joint).
3) Longsor Insiqvent
Pada longsor insiqvent tanah biasanya bergerak secara transversal terhadap lapisan
dan umumnya memiliki ukuran yang luas serta bidang runtuhnya panjang menembus
kedalam tanah.

Nemcok, Pasek, dan Rybar dari Cekoslowakia (1972) telah mengusulkan untuk
memperbaiki klasifikasi dan terminologi longsor berdasarkan mekanisme dan kecepatan
pergerakan. Pengelompokkannya berdasarkan empat katagori dasar yaitu:
1) Rangkak (Creep)
Rangkak (creep) meliputi berbagai macam pergerakan yang lambat dari rangkak talud
sampai pergerakan lereng gunung akibat gravitasi dalam jangka waktu yang panjang atau
lama.
2) Aliran (flowing)
Bila tanah yang terbawa longsor banyak mengandung air, maka perilaku longsor
seperti aliran. Contoh aliran tanah (earthflow) atau aliran lumpur (mudflow).
3) Gelincir (Sliding)
Untuk pergerakan tanah yang relatif cepat sepanjang bidang longsor yang tertentu
dikelompokkan kedalam kategori ini.
4) Tanggal (Fall)
Pergerakan batuan padat / pejal (solid) yang cepat dengan sifat utamanya tanggal
bebas (free fall).

Ada 3 tipe utama dari kelongsoran tanah yaitu sebagai berikut :


1) Kelongsoran rotasi (rotational slips), yaitu kelongsoran yang bentuk permukaan runtuh
pada potongannya dapat berupa busur lingkaran atau kurva bukan lingkaran.
2) Kelongsoran translasi (translational slips), cenderung terjadi bila lapisan tanah yang
berbatasan berada pada kedalaman yang relatif dangkal di bawah permukaan lereng.
3) Kelongsoran gabungan (compound slips), terjadi bila lapisan tanah yang berbatasan
berada pada kedalaman yang lebih dalam. Hal ini umumnya terjadi karena runtuhnya
terdiri dari potongan kurva dan bidang.

Gambar 1. Tipe-tipe kelongsoran tanah

2.3 Penyebab Keruntuhan Lereng

Permasalahan yang umumnya melatarbelakangi bencana tanah longsor adalah:


1. Kemiringan lereng yang hampir tegak lurus akan berpengaruh terhadap stabilitas lereng.
Adanya infrastruktur yang berdiri di atas lereng tidak mungkin dipindah sehingga lahan
untuk membuat kemiringan lereng sangat terbatas.
2. Keadaan geografi yang memiliki curah hujan cukup tinggi yang meningkatkan kadar air
pori sehingga mengurangi kekuatan geser.
3. Bertambahnya kadar air pori jika terjadi hujan lebat karena kurang berfungsinya saluran
drainase pada konstruksi tersebut yang mengakibatkan terhambatnya aliran air yang akan
keluar sehingga tekanan air pori meningkat dan berpotensi mengakibatkan kelongsoran.
4. Di atas lokasi longsor telah berubah fungsi dari daerah hijau menjadi pemukiman yang
menyebabkan berkurangnya daerah resapan air sehingga terjadi perubahan kandungan air
tanah dalam rongga dan akan menurunkan stabilitas tanah.

2.4 Mengatasi Keruntuhan Lereng

Dalam menghadapi persoalan bagaimana caranya memperbaiki atau menstabilkan lereng


pada suatu daerah yang terjadi kelongsoran. Menurut (Wesley, 1977) ada dua cara untuk
membuat lereng supaya menjadi lebih aman dan mantap, yaitu :
a. Memperkecil gaya penggerak atau momen penggerak, yaitu dengan mengubah bentuk
lereng. Cara yang dilakukan yaitu :
1. Membuat lereng lebih datar, yaitu dengan mengurangi sudut kemiringan
2. Memperkecil ketinggian lereng. Cara ini hanya dapat dipakai pada lereng yang
ketinggiannya terbatas, yaitu dalam hal kelongsoran yang bersifat “rational slide”
b. Memperbesar gaya melawan, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Dengan memakai counterweight yaitu tanah timbunan pada kaki lereng
2. Dengan mengurangi tegangan air pori di dalam lereng
3. Dengan cara injeksi, yaitu dengan menambah tanah timbunan pada kaki lereng,
membuat selokan secara teratur pada lereng dengan mengurangi tegangan air pori
pada tanah, dengan menambahn bahan kimia atau semen dipompa melalui pipa
suapaya masuk ke dalam lereng
4. Dengan cara mekanis, yaitu dengan membuat dinding penahan atau dengan
memancang tiang. Cara ini dilakukan jika lereng tersebut mempunyai tingkat
kelongsoran yang kecil
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Lereng merupakan suatu kondisi topografi yang banyak dijumpai pada berbagai
pekerjaan konstruksi sipil. Lereng dapat terjadi secara alami maupun sengaja dibuat oleh
manusia dengan tujuan tertentu.
Longsoran merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi pada lereng- lereng
alami maupun buatan. Kelongsoran lereng kebanyakan terjadi pada saat musim penghujan.
Itu terjadi akibat peningkatan tekanan air pori pada lereng. Hal ini berakibat pada terjadinya
penurunan kuat geser tanah (c) dan sudut geser dalam (υ) yang selanjutnya menyebabkan
kelongsoran.
DAFTAR PUSTAKA

(PDF) MEKANISME KERUNTUHAN LERENG TEGAK DAN TEKNIK PERKUATANNYA


DENGAN GEOTEKSTIL. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/282441946_MEKANISME_KERUNTUHAN_LE
RENG_TEGAK_DAN_TEKNIK_PERKUATANNYA_DENGAN_GEOTEKSTIL
[accessed Nov 13 2018].

https://media.neliti.com/media/publications/131226-ID-analisis-kestabilan-lereng-dengan-
metode.pdf

https://dwikusumadpu.wordpress.com/2013/02/13/kestabilan-lereng-terhadap-bahaya-
longsor/

http://gazebosipil.blogspot.com/2012/05/penanganan-keruntuhan-lereng-batuan.html

http://digilib.unila.ac.id/23450/2/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
MAKALAH

MEKANIKA TANAH II
(HSKK 321)

“MACAM-MACAM KERUNTUHAN LERENG”

Disusun Oleh:

Fidela Anggiyama Chandra Nata 1710811120014

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU

2018

Anda mungkin juga menyukai